klasifikasi ruminasia kecil (kambing, domba dan rusa)
TRANSCRIPT
KLASIFIKASI RUMINASIA KECIL (KAMBING, DOMBA DAN RUSA)
“DASAR TERNAK POTONG DAN KERJA”
Oleh :
FADIL
O 121 14 029
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
1. Klasifikasi Kambing
a. Kambing Bagot
Kambing bagot merupakan jenis kambing tertua di Inggris mulai
diternakkan secara luas pada tahun 1957. Kambing ini adalah kambing semi liar,
sulit dibedakan dengan domba. Perbedaan nya adalah jika pada kambing ekornya
menghadap ke atas sedangka doba ke bawah. Juga pada tanduknya, kambing
tanduknya lebih besar dan mengarah ketas, melingkar cenderung melingkar
kembali kearah depan, sedagkan domba tumbuh ke samping kemudian
kebelakang. Jenis Jantannya berjanggut. Dahi kambing cembung sedangkan
domba cekung.
b. Kambing Booted
Kambing Booted berasal dari hasil perkawinan silang antara kambing St.
Gallen dan kambing Glarus cantons di Switzerland. Kambing Booted ini adalah
kambing gunung yang sudah termasuk jenis yang langka. Kambing jenis ini
adalah kambing yang beradaptasi untuk hidup di keadaan cuaca dan ketinggian
yang ekstrim.
c. Kambing Pulau Arapawa
Kambing Pulau Arapawa adalah jenis kambing liar, keturunan dari jenis
kambing perah English landrace, jenis kambing inggris yang sudah tidak
diketemukan lagi hidup di Inggris.. Pada tahun 1970 Beberapa ekor diekspor ke
daerah Amerika Utara dan daerah lainnya untuk dikembang biakkan.
d. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat
secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten
Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan
untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran
kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang
dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk
setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang
berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau
biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang
topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang
biak dengan baik. Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 – 32
kg; panjang badan 57 – 63 cm; tinggi pundak 50 – 56 cm; tinggi pinggul 53 – 59
cm; dalam dada 28 – 33 cm dan lebar dada 17 – 20 cm. Berdasarkan ukuran
morfologi tubuh, kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan
kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap
kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil
observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam.
Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal
dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak.
e. Kambing Nigerian Dwarf
Kambing Nigerian Dwarf adalah kambing yang asalnya dari afrika barat,
kemudia dibawa ke amerika untuk dijadikan makanan bagi singa atau macan.
kambing nigerian dwarf yang selamat kemudian di kembang biakkan di kebun
binatang.
f. Kambing Golden Guernsey
Kambing Golden Guernsey adalah salah satu jenis kambing yang langka
yang berasal dari daerah Guernsey, kepulauan Channel. Kambing jenis ini dibawa
masuk ke Inggris pada tahun 1965, kambing ini kemudian berkembang biak dan
dikenal dengan nama kambing Guernsey Inggris.
g. Kambing Girgentana
Kambing Girgentana berasal dari Sisilia, Italia. Namanya Girgentana
diambil dari nama tempat berkembang biaknya pertama kali yaitu kota Agrigento
di Sisilia. Pada masa lalu kambing jenis ini populasinya bisa lebih dari 30.000
ekor. Tapi saat ini populasinya berkurang drastis dan dikhawatirkan menjadi
punah
.
h. Kambing Hitam Anatolia
Kambing ini berkembang biak daerah anatolia, turki, dikembang biak kan
sebagai kambing perah, potong atau pedaging dan diambil serat atau bulunya.
kambing jenis ini termasuk jenis kambing yang berasal dari daerah Suriah.
i. Kambing Boerandu
Merupakan kambing hasil persilangan antara kambing boer jenis tyson f1
dan kambing jawa randu.
j. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing
Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing
Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan
susu sebanyak 1,5 liter per hari. Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon,
Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan
etawa dengan kambing kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan
atupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu. Untuk menghemat
biasanya peternak susu kambing memilih kambing ini untuk diternakkan guna
diambil susu nya.
k. Kambing Appenzell
Kambing ini berbulu putih dengan bulu yang panjangnya sedang, memiliki
perpaduan anggota tubuh yang baik. Bentuk tubuh yang lebih lebar dan lebih kecil
dibandingkan kambing saanen. Jantan tingginya berkisar 75-85cm berat 65kg
sedangkan betina 70-80cm berat 45kg. Kambing ini berkembang biak di Negara
Swiss, daerah sebaran nya sekitar Canton Appenzell, St.Gallen (Togeburg), di
Canton Zurich dibiakkan jenis salah satu jenis Appenzell yang merupakan hasil
dari persilangan antara Appenzell dengan Saanen. Saat ini jumlahya sangat sedikit
l. Kambing Kasmir Australia
Kambing Kasmir Australia yang berasal dari Australia. Diimpor ke
Australia pada tahun 1830-1832. Kemudian mulai dikembang biakkan secara
professional mulai tahun 1970an. Ciri fisiknya tidak ada yang berubah dari
angora-cashmere.
m. Kambing Toggenburg
Kambing Toggenburg adalah kambing perah yang ditemukan dan
berkembang biak di lembah Toggenburg, Swiss. Kambing Toggenburg memiliki
bentuk tubuh yang sedang dan memiliki produksi susu yang jumlahnya tidak
banyak jika dibandingkan kambing perah lainnya seperti misalnya kambing
Saanen, Anglo Nubian, Argentata atau Bionda DelAdamello. Kandungan lemak
susu (butterfat) nya pun termasuk rendah , hanya sekitar 2-3 %, sedangkan kadar
protein nya 2,8%.
n. Kambing Pygmy
Kambing Pygmy merupakan penghasil susu kambing yang mantab, karena
hasilnya banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kambing jenis ini tidak biasa
dipelihara untuk diambil dagingnya atau susunya, walaupun daging dan susu
kambing yang dihasilkan bisa dan layak untuk dikonsumsi manusia.
o. Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli
Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak
gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu
coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara
ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara
ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun
anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu
tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu
jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga
disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak
kambing 4 ekor.
p. Kambing Black Bengal
Kambing Black Bengal ini diketemukan di Bengal, Bihar dan daerah Orissa.
Daerah Tenggara India dan daerah daerah sekitaran Bangladesh. Kambing jenis
Black Bengal ini adalah jenis kambing dual purpose, atau kambing dengan 2 jenis
kegunaan, yaitu sebagai kambing perah untuk diambil susunya dan kambing
pedaging untuk diambil dagingnya.
q. Kambing Bionda dell’Adamello
The “Bionda dell ‘Adamello” adalah kambing lokal dari Italia utara Region
Lombardia. Namanya diambil dari warna rambutnya. Bionda dalam bahasa Italia
berarti Fair – dan dari gunung “Adamello” yang merupakan bagian dari
Pegunungan Alpen Italia. Mereka termasuk dalam populasi kambing yang disebut
kambing Alpine, dari mana, selama bertahun-tahun, banyak keturunan kambing
berasal, dan hari ini masih tinggal di daerah Alpen Eropa.
r. Kambing Pulau Auckland
Kambing jenis ini sudah sangat langka, diperkirakan sudah punah. Pada
awal abad ke 19 dikembang biakkan sebagai makanan pengelana dan korban
kapal karam yang berlindung di pulau Auckland. Pada tahun 1970 tinggal seekor
saja menurut perkiraan. Sekitar 100 ekor diketemukan di sekitar Port Rose arah
timur-utara mainland Auckland. Pada tahun 1986-1987 sekitar 60 ekor di
pindahkan ke selandia baru untuk penangkaran. Pada tahun 1999 diperkirakan
nasib keturunan kambing ini telah punah.
s. Kambing Anglo Nubian
Kambing Anglo Nubian dikembangkan di Inggris, di Amerika dikenal
dengan nama Nubia. Kambing Anglo Nubian ini hasil dari persilangan antara
Kambing asal Afrika dengan kambing asal India. Kambing Anglo Nubian
merupakan kambing serba guna, berguna sebagai kambing perah dan kambing
potong yang diambil daging atau , susunya . Jenis Ini bukan produsen susu yang
baik namun memiliki rata-rata kandungan lemak mentega yang tinggi (antara
empat dan lima persen). Musim kawin Kambing Anglo Nubian lebih lama
daripada kambing keturunan Swiss sehingga memungkinkan untuk menghasilkan
susu sepanjang tahun.
t. Kambing Gunung Altai
Kambing Gunung Altai atau disebut juga kambing Altai Mountain
merupakan jenis kambing yang diambil bulunya. Bulunya dikenal dengan Wol.
Kambing jenis ini dapat diketemukan di daerah otonomi Gorno-Altai, daerah
bekas jajahan Uni Soviet. Daerah tersebut merupakan daerah yang padang
rumputnya menghijau sepanjang tahun. Kambing Gunung Altai seragam dalam
warna, ukuran, konformasi dan produksi wol. Mereka tercatat mempunyai
kemampuan yang kuat dalam beradaptasi dengan kondisi parah peternakan luas
di dataran tinggi. Mereka memiliki berat yang relatif tinggi dan kualitas daging
yang baik dan mampu menggemukkan cepat selama periode musim panas yang
singkat.
u. Kambing Bhuj
Kambing Bhuj ini uga dikenal dengan nama Bhuj Brasileira. Kambing Bhuj
ini diketemukan di daerah tenggara Brazil. Kambing ini adalah kambing multi
fungsi, yang berfungsi sebagai kambing perah yang diambil susu dan Kambing
potong yang diambil dagingnya. Kambing ini biasanya berwarna hitam dengan
sedikit warna putih di bulunya. Bentuk hidung kambing Bhuj ini convex, atau
dikenal juga dengan bentuk “roman nose” , bentuk yang sama dengan bentuk
hidung kambing ettawa. Asal kambing ini adalah dari kambing jenis Kutchi di
India.
v. Kambing Kacang
Jenis kambing ini adalah salah satu ras unggul kambing yang pertama kali
dikembangkan di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, kambing ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam
setempat serta memiliki daya reproduksi yang tinggi pula. Kambing kacang jantan
dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
Ciri-ciri kambing kacang :
Memiliki tubuh yang relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
Posisi telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek.
Umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau
kombinasi ketiganya.
Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.
Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa
mencapai 25 kg.
Tinggi kambing jantan 60 – 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu,
pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher,
pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
w. Kambing Ettawa (Kambing Jamnapari)
Kambing Ettawa atau dikenal juga dengan nama Kambing Jamnapari,
merupakan jenis kambing unggul yang dapat diternakkan sebagai kambing
penghasil susu maupun sebagai kambing penghasil daging. Kambing Ettawa ini
didatangkan dari India.
Adapun ciri-ciri kambing Ettawa :
Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan
yang betina mencapai 92 cm.
Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya mencapai
63 kg.
Telinganya panjang dan terkulai ke bawah.
Dahi dan hidungnya cembung.
Kambing jantan maupun betina bertanduk pendek.
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
x. Kambing Saanen
Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss
(Switzerland) bagian barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar di Swiss
dan penghasil susu kambing yang terkenal. Sulit berkembang di wilayah tropis
karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena itu di Indonesia jenis
kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten
terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen, antara lain dengan
kambing peranakan etawa.
Ciri-ciri kambing Saanen :
Bulunya pendek berwarna putih atau krim dengan titik hitam di hidung,
telinga dan di kelenjar susu.
Hidungnya lurus dan muka berupa segitiga.
Telinganya sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan.
Ekornya tipis dan pendek.
Jantan dan betinanya bertanduk.
Berat dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg – 63kg (Betina), tinggi ideal
kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm beratnya
81 kg.
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.
y. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama
di Kabupaten Karangasem. Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing
berbulu panjang dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip
kambing, tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga
kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing
Gembrong•, kambing asal Bali yang hampir punah. Ciri khas kambing
Gembrong jantan berbulu panjang lebat dan mengkilap, yang tumbuh mulai dari
kepala hingga ekor. Bila dibiarkan, panjang bulu bisa mencapai 25—30 cm.
Setiap 12—16 bulan sekali, bulunya mesti dicukur. Jika tidak, bulu bagian kepala
dapat menutupi mata dan telinga, sehingga akan mempersulit kambing saat
makan. Sedangkan bentuk dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing
kacang. Tapi pada bagian bawah perut melebar. Kambing gembrong betina juga
bertanduk, namun lebih pendek dan oval. Rambut panjang terdapat pada kambing
jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih sebagian
berwarna coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh kebanyakan satu warna,
sebagian lagi dua – sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba) 58 – 65 cm,
bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi.
Jumbai terkadang menutup mata dan muka kambing. Kambing gembrong ini
dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki.
Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk
seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah
Bali. Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan
kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah
alias gembrong ettawa.
z. Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi
Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-
kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini dulunya
terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing
impor). Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat
merah, abu-abu sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna,
dan bagian yang belang umumnya didominasi oleh warna putih. Kambing Kosta
terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula
dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Selama ini
masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia,
namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing
Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang,
padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar
pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki
oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos
pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada
Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing
Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk
dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.
2. Klasifikasi Domba
a. Domba Argali
Domba Argali ini masih hidup liar didaratan tinggi yang berbukit.
Umumnya domba jenis ini berada pada daerah asia tengah. Domba argali
merupakan salah satu domba terbesar didunia, tingginya dapat mencapai 120 cm
dan berat 140 kg. Warna rambut (bulu) domba ini bervariasi dari kuning sampai
coklat gelap. Pada domba jantan rambut di leher berwarna keputih-putihan
dan terdapat jambul di belakangnya. Domba jantan dari jenis in
bertanduk besar, panjangnya mencapai 190 cm atau 6.3 kaki.
b. Domba Bighorn
Domba Bighorn ini biasa juga disebut sebagai domba bertanduk besar.
Tersebar di Amerika Utara dan Siberia, walaupun populasi nya sebagaian besar
berada pada daerah Amerika Utara. Nama Bighorn diambil dari bentuk
tanduknya, Domba jantan memiliki tanduk yang besar dan membengkok, berat
tanduknya dapat mencapai 30 lb (14 kg). Warna domba Bighorn bervariasi (coklat
gelap atau keabu-abuan). Domba Bighorn betina beratnya bisa 200 pon (90
kg), jantan beratnya dapat mencapai 300 pon (135 kg).
c. Domba Thinhorn
Domba Thinhorn merupakan Domba liar yang hidup didaerah bergunung-
gunung, atau daerah berbukit yang curam, yang memiliki padang rumput. Domba
Thinhorn menghuni rangkaian pegunungan Alaska yang
subarctic, Wilayah Yukon, Wilayah barat laut pegunungan Mackenzie, dan
Columbia Britania utara. Warna rambut dari domba ini ialah putih dan coklat.
Warna tanduk kekuning-kuningan, pada domba jantan tanduknya bengkok dan
besar, sedangkan pada domba betina lebih pendek dan tipis, serta hanya sedikit
membengkok.
d. Domba Mouflon
Domba Mouflon tersebar di Caucasus, dan di Iraq utara dan daerah
Iran. DombaMouflon pertama kali diperkenalkan ke pulau Corsica, Sardinia,
Rhodes, dan Cyprus,pada periode neolithic, perkanalan ini telah dimulai sejak
permulaan penjinakan domba ini. Umumnya warna rambut ialah coklat kemerah-
merahan . Pada Domba jantan terdapat tanduk yang besar. Tinggi bagaian depan
domba ini ialah berkisar 90 cm dengan berat badan sekitar 50 kg untuk domba
jantan dan 35 kg untuk domba betina. Pemanfaatan domba ini ialah pada
penggunaan dagingnya.
e. Domba Urial
Domba Urial ini merupakan kelompok domba liar Ovis orientalis.
Domba Urial dikenalsebagai Shapo atau Arkhar. Urial ditemukan di daerah Asia
pusat dari northeastern Iran dan Kazakhstan ke Balochistan dan Ladakh. Warna
rambut domba urial coklat kemerah-merahan, rambut akan mengalami
pemudaransepanjang musim dingin. Domba jantan mempunyai tanduk besar
mengeriting keluar sampai ke belakang kepala. Tanduk dari
jantan dapat tumbuh sampai 1 meter . Rata-Rata tinggi depan dari domba jantan
dewasa berkisar 80-90 cm. Lingkungan hidup dari Urial berada di tempat yang
berumput. Domba ini memiliki musim kawin yang dimulai pada bulan September.
f. Domba Merino
Domba Merino merupakan domba yang berasal dari daerah Asia kecil
namun domba ini berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia. Domba
merino merupakan penghasil Wol terbaik dengan panjang rambut mencapai 10
cm. Domba Merino menghasilkan wol yang halus. Produksi wol dapat mencapai
10 kg wol perekor . Domba jantan bertanduk besar, kokoh dan kuat. Berat badan
domba jantan mencapi 64-79 Kg, dan domba betina 45-57 Kg. Memilki bentuk
leher yang pendek. Penyebaran domba ini ialah terutama pada daerah Texas,
Mexico Baru dan California. Ohio, Iowa, Michigan, Pennsylvania, Barat
Virginia,dan New York. Namun pada saat ini domba jenis ini hampir telah
menyebar keseluruh dunia.
g. Domba Suffolk
Domba Suffolk berasal dari Inggris. Domba ini memiliki ciri khas yaitu
memiliki warna kepala yang hitam. Suffolk memilki bobot badan yang tinggi, di
Inggris berat Domba jantan dapat mencapai 135-200 Kg dan Domba betina 100-
150 Kg. Domba ini persilangan antara domba jantan Southdow dengan
domba Norfolkbetina. Dari domba Southdow, domba Suffolk mendapatkan
rambut yang bermutu baik, sedangkan dari domba Norfolk didapatkan tanduk
yang cukup besar dan berat badan yang berkualitas bagus Presentase daging yang
tinggi yaitu 55-65 % dari bobot badan, domba ini telah disilangkan dengan domba
merino yang menghasilkan domba suffmer. Penyebaran domba ini yaitu didaerah
New York, Panama, dan beberapa negara-negara eropa.
h. Domba Hampshire
Domba Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad
ke-19 melalui persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba betina
keturunan Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.
Ciri-ciri Domba Hampshire Yaitu : wajah berwarna gelap, bulu panjang dan tebal
berwarna coklat, telinga agak melengkung, kaki berwarna hitam dan tidak ditutupi
wol.
i. Domba Polwarth
Domba Polwarth merupakan tipe dual-purpose, dikembangkan di Victoria,
Australia sejak tahun 1880. Merupakan persilangan antara Merino (75%) dan
Lincoln (25%). Domba Polwarth memiliki tubuh yang besar, tegap,
pemeliharaannya mudah dan memiliki produktivitas wool yang tinggi dengan
serat bulu berdiameter antara 22-25 mikron.
j. Domba Portland
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed
Dorset. Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali pada bagian wajah dan
kaki bagian bawah yang berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir berwarna
dan berwarna agak keputih-putihan atau abu-abu selama beberapa awal bulan
kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk spiral.
k. Domba Rambouillet
Domba Rambouillet berasal dari Prancis disebut juga Merino Prancis.
Domba Rambouillet merupakan tipe dwiguna.
Ciri-ciri Domba Rambouillet adalah badan besar, dalam, lebar dan padat dengan
tulang-tulang yang kuat, kepala tegak. Domba jantan bertanduk besar sedangkan
betina tidak bertanduk.
l. Domba Norwegia (Villsau)
Domba Norwegia merupakan domba primitif yang hidup di daerah
Norwegia dan Skandinavia. Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang bagus
dan bulu yang berwarna hampir putih sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan
hitam. Berat jantan dewasa sekitar 43 kg dan betinanya 32 kg.
m. Domba Shoutdown
Domba Southdown berasal dari Inggris dan merupakan tipe pedaging. Ciri-
ciri Domba Southdown : tubuh kecil, lebar dan dalam, bentuk bulat, daging padat
dan kaki pendek.Garis punggung lurus, leher pendek dan tebal.Telinga pendek
dengan ujung bulat dan tidak bertanduk.
3. Klasifikasi Rusa
a. Rusa Sika
Rusa Sika (Cervus nippon) adalah jenis rusa dari keluarga Cervidae yang
menempati wilayah Asia Timur. Rusa sika mendiami habitat hutan berdaun gugur
di sebelah utara dan hutan campuran subtropis dan hutan di daerah yang lebih
hangat di sebelah selatan Asia Timur. Rusa Sika adalah kerabat dekat dari rusa
merah, rusa merah asia tengah dan elk. Rusa sika ditemukan dari wilayah Ussuri
di Siberia sampai semenanjung Korea, Manchuria, Tiongkok sebelah utara dan
selatan, dengan populasi yang sedikit terisolir di Vietnam. Rusa Sika juga
mendiami kepulauan Jepang dan Taiwan. Rusa Sika juga didatangkan ke pulau-
pulau di Pasifik.
b. Rusa Ekor Putih
Rusa Ekor Putih ketika berjalan memiringkan ekor. Dengan panjang tubuh
1,83-1,98 m, tinggi bahu 0,92 m, dan panjang ekor 10-28 cm. Telinga kecil,
kelenjar tubuh kecil, panjang hanya sekitar 3 cm, rambut putih di sekitar kelenjar.
Bulu putih ekor rusa itu sedikit merah pada musim panas dan abu-abu pada
musim dingin.
c. Rusa Merah
Rusa merah (Cervus elaphus) adalah salah satu spesies rusa terbesar yang
mendiami sebagian Eropa, Pegunungan Kaukasus wilayah, Asia Kecil, Iran,
bagian dari Asia Barat, dan Asia Tengah. Jenis ini juga mendiami Pegunungan
Atlas daerah antara Maroko dan Tunisia di barat laut Afrika, menjadi satu-satunya
spesies rusa yang mendiami Afrika. Rusa merah telah diperkenalkan ke daerah
lain, termasuk Australia, Selandia Baru, Peru, Uruguay, Chile dan Argentina. Di
beberapa negara, daging (daging rusa) dari rusa merah digunakan sebagai sumber
makanan.
d. Rusa Air
Rusa Air (Hydropotes inermis) merupakan rusa kecil lebih mirip dengan
rusa musk. Berasal Cina dan Korea, ada dua subspesies: Rusa Air Cina
(Hydropotes inermis inermis) dan Rusa Air Korea (Hydropotes inermis
argyropus). Meskipun kurangnya tanduk dan tertentu lainnya anatomi anomali-
termasuk sepasang menonjol gading (menunjuk ke bawah gigi taring), itu
diklasifikasikan sebagai cervid a. Karakteristik unik anatomi yang
menyebabkannya harus diklasifikasikan dalam sendiri genus (Hydropotes) serta
subfamili sendiri (Hydropotinae).
e. Rusa Muntjac
Rusa Muntjacs, juga dikenal sebagai kijang dan Rusa Mastreani, rusa
terkecil dari genus Muntiacus. Muntjacs adalah rusa tertua, diperkirakan telah
mulai muncul 15-35000000 tahun yang lalu, dengan sisa-sisa ditemukan di
Miosen deposito di Perancis, Jerman dan Polandia .
f. Rusa Tutul
Rusa Tutul juga disebut sebagai Chital Deer. Memiliki ciri khas terdapat
bintik-bintik putih disaat muda tidak hilang ketika dewasa. Rusa ini disebut
sebagai Rusa Tutul.
g. Rusa Besar
Rusa Besar (Alces alces) merupakan salah satu spesies rusa yang hidup di
hutan boreal dan daun lebar campuran sedang, dari Norwegia sampai Kanada
sepanjang arah ke timur. Rusa besar merupakan rusa yang berukuran paling besar
dan paling khas bila dilihat dari tandungnya yang palmate, sementara spesies yang
lain berbentuk seperti ranting. Rusa besar yang tumbuh dewasa jarang memiliki
musuh, namun sekawanan serigala masih dapat menunjukkan ancaman,
khususnya pada betina dengan anaknya.
h. Rusa Key
Rusa Key (Odocoileus virginianus clavium) merupakan spesies rusa yang
terancam punah. Rusa jenis ini hanya hidup di Florida Keys dan merupakan
subspesies dari rusa berekor putih (O. virginianus). Jenis ini merupakan rusa
terkecil Amerika Utara.
i. Rusa Sambar
Rusa Sambar merupakan rusa terbesar di Indonesia. Rusa Sambar atau
dalam bahasa ilmiah (latin) disebut Cervus unicolor menjadi rusa paling besar
diantara 3 rusa asli Indonesia lainnya seperti Rusa Timor (Cervus timorensis),
Rusa Bawean (Axis kuhlii), dan Kijang (Muntiacus muntjak).
Rusa Sambar terdiri sedikitnya 13 subspesies. Subspesies rusa sambar yang
asli berasal dari Indonesia dan menjadi rusa terbesar di Indonesia adalah Cervus
unicolor equinus. Subspesies ini selain terdapat di Indonesia (Sumatera dan
Kalimantan) terdapat juga di semenanjung Malaysia dan Thailand. Ciri khas Rusa
Sambar adalah tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan dan cenderung
berwarna coklat ke abu-abuan atau ke merah-merahan, warna gelap sepanjang
bagian atas. Rusa yang hidup di Sumatera Indonesia ini dapat tumbuh setinggi
102 cm – 160 cm dengan panjang tubuh sekitar 150 cm. Berat rusa dewasa sekitar
80-90 kg (betina) dan 90-125 kg (jantan). Tanduk rusa sambar juga tergolong
panjang dan bisa mencapai hingga tinggi 1 meter. Meskipun tidak memiliki
musim kawin yang spesifik, umumnya Rusa Sambar (Cervus unicolor) melakukan
perkawinan alami berkisar antara bulan Juli sampai September. Rusa betina akan
bunting selama 7-8 bulan. Anak akan bersembunyi selama 1-2 minggu, kemudian
bergabung dengan kelompok. Tanduk rusa hanya dimiliki oleh rusa jantan yang
tumbuh pada umur sekitar 14 bulan. Tanduk pertama hanya berbentuk lurus dan
baru bercabang pada masa pertumbuhan tanduk berikutnya. Tanduk akan lepas
pada umur 10-12 bulan setelah tumbuh, selanjutnya akan tumbuh kembali.
Rusa Sambar merupakan binatang diurnal yang beraktifitas pada siang hari.
Mereka hidup secara berkelompok dan mendiami daerah hutan tropis maupun
subtropis hingga ketinggian mencapai 2000 meter dpl.
j. Rusa Pudu
Rusa Pudu merupakan subspesies rusa Amerika Selatan dari genus Pudu,
dan merupakan rusa terkcil di dunia. Kedua spesies pudús adalah Pudu Utara
(Pudu mephistophiles) dari Kolombia, Ekuador, dan Peru, dan Pudu selatan. Rusa
Pudu memiliki berbagai ukuran dan tinggi 32-44 cm dan panjang sampai 85 cm.
Pada tahun 2009, kedua spesies rusa tersebut diklasifikasikan sebagai “Hewan
Langka" di IUCN Red List.
Rusa Pudu adalah rusa terkecil di dunia, dengan subspesies Rusa Pudu
selatan yang sedikit lebih besar dari Rusa Pudu utara. Rusa Pudu memiliki berat
sampai 12 kg, tercatat berat badan tertinggi Rusa Pudu adalah 13,4 kg. Rusa Pudu
memiliki mata hitam, hidung hitam, dan telinga bulat dengan panjang 7,5-8 cm.
Rusa Pudu adalah hewan soliter yang perilakunya di alam liar adalah sebagian
besar tidak diketahui karena sifat rahasia nya. Rusa Pudu yang kusam, paling aktif
di pagi hari, sore, dan malam.
k. Rusa Roe
Rusa Roe (Capreolus capreolus) merupakan spesies rusa di Eropa, Asia
Kecil, dan wilayah pantai laut Kaspia. Terdapat spesies lain yang disebut Rusa
Roe Siberia (Capreolus pygargus) yang dapat ditemui dari pegunungan Ural
sampai Tiongkok dan Siberia. Kedua spesies bertemu di pegunungan Kaukasus,
dengan spesies Eropa menduduki bagian selatan pegunungan dan rusa roe siberia
menduduki wilayah utara pegunungan. Di Eropa, rusa Roe hampir muncul di
seluruh wilayah, terkecual di Skandinavia utara dan beberapa pulau, terutama
Islandia, Irlandia, dan kepulauan di laut Tengah.
l. Rusa Timor
Rusa Timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean,
sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus
timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan
menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rusa Timor (Cervus timorensis) yang ditetapkan menjadi fauna identitas
NTB, mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga abu-abu
kecoklatan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih.
Rusa Timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara 195-210 cm
dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. Rusa Timor (Cervus timorensis)
mempunyai berat badan antara 103-115 kg walaupun rusa timor yang berada
dipenangkaran mampu memiliki bobot sekitar 140 kg. Ukuran rusa timor ini
meskipun kalah besar dari sambar (Cervus unicolor) namun dibandingkan dengan
rusa jenis lainnya sepertirusa bawean, dan menjangan, ukuran tubuh rusa timor
lebih besar. Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah) yang bercabang. Tanduk akan
tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan. Setelah dewasa, tanduk
menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.
Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari
(diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung kondisi habitatnya.
Rusa Timor sebagaimana rusa lainnya termasuk hewan pemamah biak yang
menyukai daun-daunan dan berbagai macam buah-buahan Rusa memakan
berbagai bagian tumbuhan mulai dari pucuk, daun muda, daun tua, maupun
batang muda. Umumnya Rusa Timor bersifat poligamus yaitu satu penjantan akan
mengawini beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun dengan
sekali musim rata-rata satu ekor anak.
m. Rusa Bawean
Rusa Bawean (Axis kuhlii), merupakan satwa endemik pulau Bawean (Kab.
Gresik, Jawa Timur) yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan.
Oleh IUCN Redlist, Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis (spesies)
Rusa yang dimiliki Indonesia ini, dikategorikan dalam “Kritis” (CR; Critiscally
Endangered) atau “sangat terancam kepunahan”. Spesies Rusa Bawean ini juga
terdaftar pada CITES sebagai appendix I. Dalam bahasa inggris disebut
sebagai Bawean Deer. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil
dibandingkan Rusa jenis lainnya. Rusa Bawean (Axis kuhlii) mempunyai tinggi
tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa endemik
Pulau Bawean ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30
kg untuk rusa jantan. Selain tubuhnya yang mungil, ciri khas lainnya adalah
memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan
ekor bagian dalam. Tubuhnya yang mungil ini menjadikan Rusa Bawean lincah
dan menjadi pelari yang ulung. Warna bulunya sama dengan kebanyakan rusa,
cokelat kemerahan kecuali pada leher dan mata yang berwarna putih terang. Bulu
pada Rusa Bawean anak-anak memiliki totol-totol tetapi seiring bertambahnya
umur, noktah ini akan hilang dengan sendirinya. Sebagaimana rusa lainnya, Rusa
Bawean jantan memiliki tanduk (ranggah) yang mulai tumbuh ketika berusia
delapan bulan. Tanduk (ranggah) tumbuh bercabang tiga hingga rusa berusia 30
bulan. Ranggah rusa ini tidak langsung menjadi tanduk tetap tetapi mengalami
proses patah tanggal untuk digantikan ranggah yang baru. Baru ketika rusa berusia
7 tahun, ranggah (tanduk rusa) ini menjadi tanduk tetap dan tidak patah tanggal
kembali. Rusa Bawean merupakan nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang
malam. Dan mempunyai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang
berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Mereka sangat hati-hati, dan muncul
untuk menghindari kontak dengan orang-orang; di mana aktivitas manusia berat,
rusa menghabiskan hari di hutan di lereng-lereng curam yang tidak dapat diakses
oleh penebang kayu jati.
n. Rusa Bagal
Rusa Bagal merupakan spesies Odocoileus dengan tinggi tubub rata-rata 80-
106 cm pada bahu dan panjang hidung-ke-ekor berkisar antara 1,2 sampai 2,1 m
(3,9-6,9 ft ). Dari jumlah ini, ekor dapat terdiri 11,6-23 cm (4,6-9,1 dalam). Berat
normal jantan rata-rata sekitar 55-150 kg, dan rusa betina lebih kecil dan biasanya
memiliki berat badan normal 43-90 kg. Tidak seperti whitetail yang , rusa bagal
umumnya tidak menunjukkan variasi ukuran yang ditandai di jangkauan,
meskipun kondisi lingkungan dapat menyebabkan fluktuasi berat badan yang
cukup besar dalam setiap populasi tertentu.
o. Rusa Alfredi
Rusa Alfredi merupakan rusa kecil dan berkaki pendek. Rusa jenis yang
terbesar endemik spesies Visayas. Rusa dewasa berkisar 125-130 cm , panjang
dari kepala ke pangkal ekor, 70 sampai 80 cm tinggi bahu dan berat 25-80 kg.
Jenis ini mudah dibedakan dari spesies rusa lain di Filipina dengan ciri pola
bintik-bintik berwarna coklat pada bagian dalam, belakang dan samping. Kepala
dan leher berwarna coklat, dan mata yang dikelilingi bulu berwarna pucat. Rusa
jantan lebih besar dari betina dan memiliki pendek, tebal, dengan tanduk yang
bergelombang.