klasifikasi tanah

21
KLASIFIKASI TANAH A. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur ( Sistem USDA) Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang besagkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap- tiap butir yang ada didalam tanah, umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda. Dalam sistem klasifikasi berdasarkan teksturnya tanah diberi nama atas komponen- komponen utama yang dikandungnya misalnya : lempung berpasir ( sandy clay ), lempung berlanau ( silty clay ) dan sebagainya. Sistem ini berdasarkan pada ukuran batas butiran tanah yaitu : Pasir : butiran dengan diameter 2 mm – 0,05 mm. Lanau : butiran dengan diameter 0,005 mm – 0,002 mm. Lempung : butiran dengan diameter < 0,002 mm. B. Sistem Klasifikasi AASHTO Sistem klasifikasi ini dikembangkan pada tahun 1929 dan telah mengalami berbagai perbaikan seperti yang diajukan oleh Committee on Classification Of Materials For

Upload: mayron-hermanto

Post on 17-Jul-2016

46 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Klasifikasi tanah

TRANSCRIPT

Page 1: KLASIFIKASI TANAH

KLASIFIKASI TANAH

A. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur ( Sistem USDA)

Tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah yang besagkutan. Tekstur

tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada didalam tanah, umumnya

tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang

berbeda. Dalam sistem klasifikasi berdasarkan teksturnya tanah diberi nama atas

komponen-komponen utama yang dikandungnya misalnya : lempung berpasir

( sandy clay ), lempung berlanau ( silty clay ) dan sebagainya.

Sistem ini berdasarkan pada ukuran batas butiran tanah yaitu :

Pasir : butiran dengan diameter 2 mm – 0,05 mm.

Lanau : butiran dengan diameter 0,005 mm – 0,002 mm.

Lempung : butiran dengan diameter < 0,002 mm.

B. Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi ini dikembangkan pada tahun 1929 dan telah mengalami

berbagai perbaikan seperti yang diajukan oleh Committee on Classification Of

Materials For Subgrade And Granular Type Road Of The Highway Research

Board pada tahun 1945.

Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini dapat dilihat pada tabel

8.2.2. pada sistem ini tanah diklasifikasikan dalam kelompok A – 1, A – 2 dan A –

3. Didalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah

tersebut lolos ayakan No. 20 dari klasifikasi kedalam kelompok A – 4, A – 5, A –

6 dan A – 7. Butiran dalam kelompok A – 4 sampai dengan A – 7 tersebut

sebagian besar adalah lanau dan lempung.

Sistem klasifikasi AASHTO didasarkan atas kriteria sebagai berikut

1. Ukuran butir

Kerikil adalah bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm

dan yang tertahan pada ayakan No.10 ( 2 mm ). Sedangkan pasir

adalah bagian tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm ) dan tertahan

pada ayakan No.200 ( 0,075mm ).

Page 2: KLASIFIKASI TANAH

2. Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah

mempunyai indeks plastisitas ( PI ) ≤ 10. Nama berlempung dipakai

bila tanah mempunyai PI > 11.

3. Apabila batuan ( ukuran > 75 mm ) ditemukan dalam contoh tanah

yang akan diklasifikasikan, maka batuan-batuan tersebut harus

dkeluarkan terlebih dahulu. Tetapi persentasenya harus dicatat.

Untuk mengevaluasi kualitas tanah sebagai ( Sub Grade ) untuk jalan raya

diperlukan suatu angka yang dinamakan indeks group dengan rumus :

GI = (F-35) [0,2+0,005 (LL-40)] + 0,01 (F-15) (PI-10)

Dimana :

GI = indeks group. LL = batas cair

F = persentase butiran yang lolos ayakan No.200. PI = indeks plastis.

Prosedur menentukan nilai GI:

1. Apabila nilai GI negatif maka harga GI dianggap nol.

2. GI dibulatkan ke angka yang lebih dekat.

3. GI untuk tanah yang masuk dalam kelompok A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5

dan A-3 selalu sama dengan nol.

4. tidak ada batas ata untuk GI.

Untuk tanah yang masuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, nilai indeks grup

ditentukan dengan rumus: GI = 0,01 (F – 15)(PI – 10). Makin tinggi nilai GI,

makin kurang sesuai bahan tersebut sebagai lapis dasar jalan raya. GI = 0

menunjukkan suatu material lapis dasar yang bagus, dan GI ≥ 0 menunjukkan

suatu material lapis dasar jalan yang sangat jelek.

.

C. Sistem Klasifikasi Berdasarkan Unifield (Sistem USCS)

Pada awalnya sistem ini diperkenalkan oleh casagrade ( 1942 ) untuk

digunakan. Pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang pada tahun 1952, setelah

disempurnakan sistem ini dipakai secara luas oleh para ahli teknik.

Page 3: KLASIFIKASI TANAH

Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam 2 kelompok besar yaitu tanah

berbutir kasar ( coarse gramed soil ) dan tanah berbutir halus ( fine graned soil )

tanah yang berbutir kasar adalah tanah yang lebih 50 % bahannya ayakan No.200

(0,075 mm). Tanah ini dibagi atas kerikil dan pasir kerikil dan pasir

dikelompakkan sesuai dengan gradasinya baik, bergradasi jelek, mengandung

material lanau dan mengandung material lempung.

Tanah berbutir halus adalah tanah yang lebih dari 50% bahannya lolos

ayakan No.200, tanah bebutir halus ini dibagi menjadi lanau ( m ), lempung ( c ),

serta lanau dan lempung organik ( o ) disamping itu dikelompokkan atas tingkat

plastisnya yaitu platisnya rendah ( L ) dan platisnya tinggi ( H ). Tanah yang

anorganik ( gambut ) dapat didefenisikan secara visual.

Klasifikasi tanah berbutir halus diperoleh dengan menggunakan diagram

plastisitas garis diagonal pada bagian plastisitas dinamakan garis A dan satu garis

tegak lurus ditarik pada batas cair 50. Garis A adalah batas empiris antara

lempung organik yang khas ( mL dan mH ) atau tanah -tanah organik (oL dan oH)

dibagian bawah diagram dimana batas air kurang dari 29 dan indeks platisitas

sebesar 4 – 7, sifat tanah menunjukkan gejala berhimpitan, klasifikasi analis CL –

ML dipakai untuk tanah yang benda didaerah ini.

Bila persentase butiran yang lolos ayakan no 200 antara 5 % sampai 12 %

digunakan simbol ganda: GW – GM, GP – GM, GW – GC, GP – GC, SW – SM,

SW – SC, SP – SM, dan SP – SC.

Tabel 1 Sistem Klasifikasi Berdasarkan Unifield (Sistem USCS)

Divisi Utama Simbol

Kelompok

Nama Umum

Ker

ikil

bers

ih GW- Kerikil berpasir baik dan

campuran.

- Kerikil pasir, sedikit atau sama

sekali tidak mengandung butiran

halus.

Page 4: KLASIFIKASI TANAH

Tana

h B

erbu

tir L

ebih

Dar

i 50

% B

utira

n Te

rtaha

n Pa

da A

yaka

n N

o. 2

00

Pasi

r leb

ih d

ari 5

0 %

frak

si k

asar

lolo

s ay

akan

No.

4 (han

ya k

erik

il.)

GP- Kerikil bergradasi buruk dan

campuran.

- Kerikil – pasir, sedikit atau

sama sekali tidak mengandung

butiran halus

Ker

ikil

deng

an b

utira

n

haku

sGM

- Kerikil berlanau, campuran

kerikil – pasir lempung

GC- Kerikil berlempung campuran

kerikil pasir lempung

Ker

ikil

50 %

ata

u le

bih

dari

frak

si k

asar

terta

han

pada

aya

kan

No.

4Pa

sir b

ersi

h (h

anny

a pa

sair)

SW- Pasir bergradasi baik, pasir

berkerikil, sedikit atau sama sekali

tidak mengandung butiran halus

SP- Pasir bergradasi buruk dan pasir

berkerikil, sedikit atau sama sekali

tidak mengandung butiran halus.

Pasi

r den

gan

butir

an h

alus

SM- Pasir berlanau, campuran pasir lanau

SC- Pasir berlempung, campuran

pasir lempung

Lana

u da

n Le

mpu

ng b

atas

cai

r 50

% a

tau

kura

ng

ML- Lanau anorganik, Pasir halus

sekali, Serbuk batuan, Pasir halus,

berlanau atau berlempung

CL- Lempung anorganik dengan

plastisitas rendah sampai dengan

sedang, Lempung berkerikil,

Lempung berpasir, Lempung

berlanau “kurus” (lean elays)

Page 5: KLASIFIKASI TANAH

Tana

h be

rbut

ir ha

lus k

uran

g 50

% a

tau

lebi

h lo

los a

yaka

n N

o. 2

00 OL - Lanau organik dan lempung

berlanau organik dengan plastisitas

rendah.

Lana

u da

n Le

mpu

ng B

atas

cai

r leb

ih d

ari 5

0 % MH

- Lanau anorganik atau pasir

halus diatomea atau lanau diatomea,

lanau yang elastis.

CH- Lanau anorganik dengan

plastisitas tinggi, Lempung “gemuk”

(fat elays)

OH- Lempung organik dengan

plastisitas sedang sampai dengan

tinggi

Tanah – tanah

dengan kandungan

organik sangat

tinggi.

PT- Peat (gambut), muck dan tanah

– tanah lain dengan kandungan

organik tinggi.

Tabel 2 Klasifikasi Ganda

KRITERIA KLASIFIKASI

Kla

sifik

asi

be

rdas

arka

n

pers

enta

se fr

aksi

hal

us

Kur

ang

dar

i 50

% l

olos

ayak

an

no.

20

0

:

GW

,GP,

SW,S

P

Cu > 4

Cc antara 1 dan 3

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW

Batas – batas atterberg

dibawah garis – A atau PI >

4

Batas – batas atterberg dalam

daerah diarsir adalah

Page 6: KLASIFIKASI TANAH

Kur

ang

dari

50

% lo

los

ayak

an n

o. 2

00 :

GM

,

GC

, SH

, SC

5 %

sam

pai

12 %

lol

os a

yaka

n n

o. 2

00 :

Kla

sifik

asi p

erba

tasa

n ya

ng

m

emer

lu

kan

sum

bol g

anda

.

peralihan klasifikasi perlu

menggunakan simbol ganda

Batas – batas atterberg diatas

garis – A atau PI > 7

Cu > 6

Cc antara 1 dan 3

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW

Batas – batas atterberg

dibawah garis – A atau PI < 4

Batas – batas atterberg

dalam daerah diarsir adalah

peralihan klasifikasi perlu

menggunakan simbol

gandaBatas – batas atterberg diatas

garis – A atau PI > 7

Page 7: KLASIFIKASI TANAH

1. Mekanika rekayasa

Mekanika teknik atau dikenal juga sebagai mekanika rekayasa atau analisa

struktur merupakan bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu teknik sipil. Pokok

utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban

yang bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan

gaya-gaya (gaya reaksi dan gaya internal).

Dalam mempelajari perilaku struktur maka hal-hal yang banyak

dibicarakan adalah:

-   Stabilitas

-   keseimbangan gaya

-   kompatibilitas antara deformasi dan jenis tumpuannnya elastisitas

Dengan mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya

struktur tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan

material yang digunakan sehingga aman dan nyaman (lendutannya tidak

berlebihan) dalam menerima beban tersebut.

2. Gaya luarAdalah muatan dan reaksi yang menciptakan kestabilan atau

keseimbangan konstruksi. Muatan yang membebani suatu kontruksi akan

dirambatkan oleh kontruksi ke dalam tanah melalui pondasi. Gaya-gaya dari tanah

yang memberikan perlawanan terhadap gaya rambat tersebut dinamakan reaksi.

         Muatan adalah beban yang membebani suatu konstruksi baik berupa berat

kendaraan, kekuatan angin, dan berat angin.                                                            

Muatan-muatan tersebut mempunyai besaran, arah, dan garis kerja, misalnya:

-   Angin bekerja tegak lurus bidang yang menentangnya, dan diperhitungkan

misalnya 40 kN/m2, arahnya umum mendatar.

-   Berat kendaraan, merupakan muatan titik yang mempunyai arh gaya tegak lurus

bidang singgung roda, dengan besaran misalnya 5 tN.

Page 8: KLASIFIKASI TANAH

-   Daya air, bekerja tegak lurus dinding di mana ada air, besarnya daya air dihitung

secara hidrostatis, makin dalam makin besar dayanya.

Berdasarkan pengertian tersebut muatan-muatan dapat dibedakan atas beberapa

kelompok menurut cara kerjanya.

1.      Ada muatan yang bekerjanya sementara dan ada pula yang terus-menerus

(permanen). Mutan yang dimaksud adalah:

1.1.       Muatan mati, yaitu muatan tetap pada konstruksi yang tidak dapat dipindahkan

atau tidak habis. Misalnya:

  Berat sendiri konstruksi beton misalnya 2200 kN/m3 , dan

  Berat tegel pada pelat lantai misalnya 72 kN/m2.

2.      Ada muatan yang garis kerjanya dianggap suatu titik, ada yang tersebar. Muatan

yang dimaksud adalah:

2.1.      Muatan titik atau muatan terpusat. Yaitu muatan yang garis kerjanya dianggap

bekerja melalui satu titik, misalnya:

   Berat seseorang melalui kaki misalnya 60 kN dan

   Berat kolom pada pondasi misalnya 5000 kN;

Muatan terbagi ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

  Muatan terbagi rata, yaitu muatan terbagi yang dianggap sama pada setiap satuan

luas.

  Muatan terbagi tidak rata teratur, yaitu muatan yang terbagi tidak sama berat untuk

setiap satuan luas.

3.      Muatan momen, yaitu muatan momen akibat dari muatan titik pada konstruksi

sandaran. Gaya horizontal pada sandaran menyebabkan momen pada balok.

4.      Muatan puntir, suatu gaya nonkoplanar mungkin bekerja pada suatu balok

sehingga menimbulkan suatu muatan puntir, namun masih pada batas struktur

statik tertentu.

Page 9: KLASIFIKASI TANAH

5.      Dalam kehiduypan sehari-hari sering dijumpai muatan yang bekerjanya tidak

langsung pada konstruksi, seperti penutup atap ditumpu oleh gording dan tidak

langsung pada kuda-kuda.

         Perletakan Perletakan adalah suatu konstruksi direncanakan untuk suatau keperluan

tertentu.

Tugas utama suatu konstruksi adalah mengumpulkan gaya akibat muatan

yang bekerja padanya dan meneruskannya ke bumi. Untuk melaksanakan

tugasnya dengan baik maka konstruksi harus berdiri dengan kokoh. Rosenthal

menyatakan bahwa semua beban diteruskan ke bumi melalui sesingkat-

singkatnya.

            Kondisi yang harus dipertimbangkan?

Pertama yang harus dipertimbangkan adalah stabilitas konstruksi. Suatu

konstruksi akan stabil bila konstruksi diletakkan di atas pondasi yang baik.

Pondasi akan melawan gaya aksi yang diakibatkan oleh muatan yang diteruskan

oleh konstruksi kepada pondasi. Gaya lawan yang ditimbulkan pada pondasi

disebut: Reaksi. Dalam kasus ini pondasi digambarkan sebagai perletakan.

Berikut ini diuraikan tiga jenis perletakan yang merupakan jenis perletakan yang

umum digunakan. Yaitu perletakan yang dapat menahan momen, gaya vertikal

dan gaya horizontal.dan ada maca-macam perletakan yang perlu dipahami yaitu:

  Perletakan sendi, yaitu perletakan terdiri dari poros dan lubang sendi. Pada

perletakan demikian dianggap sendinya licin sempurna, sehingga gaya singgung

antara poros dan sendi tetap normal terhadap bidang singgung, dan arah gaya ini

akan melalui pusat poros.

  Perletakan geser, yaitu perletakan yang selalu memiliki lubang sendi. Apabila

poros ini licin sempurna maka poros ini hanya dapat meneruskan gaya yang tegak

lurus bidang singgung di mana poros ini diletakkan.

  Perletakan pendel, yaitu suatu perletakan yang titik tangkap dan garis kerjanya

diketahui.

Page 10: KLASIFIKASI TANAH

  Perletakan jepit, perletakan ini seolah-olah dibuat dari balok yang ditanamkan pada

perletakannya, demikian sehingga mampu menahan gaya-gaya maupun momen

dan bahkan dapat menahan torsi.

3. Gaya Dalam

Gaya dalam adalah gaya rambat yang diimbangi oleh gaya yang berasal

dari bahan konstruksi, berupa gaya lawan, dari konstruksi.

Analisis hitungan gaya dalam       dan urutan hitungan ini dapat diuraikan

secara singkat sebagai berikut:

1.      Menetapkan dan menyederhanakan konstruksi menjadi suatu sistem yang

memenuhi syarat yang diminta.

2.      Menetapkan muatan yang bekerja pada konstruksi ini.

3.      Menghitung keseimbangan luar.

4.      Menghitung keseimbangan dalam.

5.      Memeriksa kembali semua hitungan.

Dengan syarat demikian konstruksi yang dibahas akan digambarkan

sebagai suatu garis sesuai dengan sumbu konstruksi, yang selanjutnya disebut:

Struktur

Misalkan pada sebuah balok dijepit salah satu ujungnya dan dibebani oleh gaya P

seperti pada gambar 3.2.

gambar 3.2

Page 11: KLASIFIKASI TANAH

maka dapat diketahui dalam konstruksi tersebut timbul gaya dalam.

Apabila konstruksi dalam keadaan seimbang, maka pada suatu titik X sejauh x

dari B akan timbul gaya dalam yang mengimbangi P.

Gaya dalam yang mengimbangi gaya aksi ini tentunya bekerja sepanjang sumbu

batang sama besar dan mengarah berlawanan dengan gaya aksi ini. Gaya dalam

ini disebut Gaya normal (N).

Bila gaya aksi berbalik arah maka berbalik pula arah gaya normalnya. Nilai gaya

normal di titik X ini dinyatakan sebagai Nx.

Gambar 3.3

Gambar 3.3 menggambarkan gaya P yang merambat sampai titik X dan

menimbulkan gaya sebesar P’ dan M’. Apabila struktur dalam keadaan seimbang

maka tiap-tiap bagian harus pula dalam keadaan seimbang. Selanjutnya gaya

P’dan M’ harus pula diimbangi oeh suatu gaya dalam yang sama besar dan

berlawanan arah, yaitu gaya dalam Lx dan Mx. Gaya tersebut merupakan

sumbangan dari bagian XA yang mengimbangi P’M’.

Gaya dalam yang tegak lurus sumbu disebut Gaya lintang, disingkat LX dan

momen yang menahan lentur pada bagian ini disebut Momen Lentur disingkat

MX.

Dari uraian di atas, gaya-gaya dalam dibedakan menjadi tiga :

1. Gaya normal (N), yaitu gaya dalam yang bekerja searah sumbu balok.

2. Gaya lintang (L), yaitu gaya dalam yang bekerja tegak lurus sumbu balok.

3. Momen lentur (F), yaitu gaya dalam yang menahan lemtur sumbu balok

Gaya dalam bekerja pada titik berat sepanjang garis struktur. Untuk menghitung

gaya dalam ini diperlukan pengertian tanda. Menurut perjanjian tanda yang lazim

digunakan di dalam Mekanika Rekayasa seperti terlukis pada gambar 4.3.

Gaya Normal diberi tanda positif (+) apabila gaya itu cenderung menimbulkan

gaya tarik pada batang dan diberi tanda negatif (-) apabila gaya itu cenderung

menimbulkan sifat desak.

Page 12: KLASIFIKASI TANAH

Gaya lintang diberi tanda positif (+) apabila gaya itu cenderung menimbulkan

patah dan putaran jarum jam, dan diberikan tanda negatif (-) apabila gaya itu

cenderung menimbulkan kebalikannya.

Momen lentur diberi tanda positif (+) apabila gaya itu menyebabkan sumbu

batang cekung ke atas dan diberi tanda negatif (-) apabila gaya itu menyebabkan

sumbu batang cekung ke bawah.

4. Hubungan antara Muatan, Gaya Lintang, dan Momen

Untuk membahas pertanyaan tersebut, harus mempelajari suatu struktur

sederhana yang dibebani muatan penuh terbagi rata.

Gaya dalam di m dapat dihitung sebesar:

                                   

            Mm = Va.x – ½ qx2 =

                      ½ qlx – ½ qx2...................(1.1)

            Lm = ½ ql – qx............................(1.2)

            Gaya dalam di n dapat dihitung sebesar:

           

            Mn = Va (x + dx) – 1/2q (x + dx)2............(1.4)

            Ln  = ½ qL – q (x + dx)............................(1.5)

                        Persamaan (1.4) dan (1.5) tersebut dapat ditulis

                        Pula sebagai:

                        Mn = Mm + dM =

                                 Mm + Lm.dx – q.dx.1/2 dx..............(1.6)

                        Ln = Lm + dL = Lm – q.dx........................(1.7)

Persamaan tersebut setelah diselesaikan didapat:

            dM/dx = Lx..............................................(1.8)

            dL/dx = - q...............................................(1.9)

Page 13: KLASIFIKASI TANAH

Kiranya perlu ditambahkan bahwa perubahan nilai beban ditiap titik adalah tetap,

yang berarti dq/dx = 0

            Dengan demikian memang terbukti adanya hubungan antara muatan, gaya

lintang dan momen. Hubungan itu tampak pula pada persamaan-persamaan di

atas, yaitu: gaya lintang merupakan fungsi turunan dari momen , dan beban

merupakan fungsi turunan dari gaya lintang, atau sebaliknya gaya lintang

merupakan jumlah integrasi dari beban, dan momen merupakan jumlah integrasi

dari gaya lintang.

Satuan Konversi untuk Pembebanan

1 mpa = 1000 kpa = 1 ksi

1 mpa = 1 n/mm2 = 10 kg/cm2 = 100t/m2

1 mpa =100t/m2 = 100.000kg/m2

1 kpa  = 100kg/m2

1 mpa = 1000 kpa

1 kpa  =1kn /m2 1kn =100kg/m2

 fc beton ( mutu beton) missal k 225 kg/cm2 dibagi 10 = 22,5 mpa

 fy main  ( mutu baja pokok ) = 400 mpa = 40.000t/m2

 fy sec     ( mutu baja sengakang = 240 mpa = 24000t/m)

Satuan Konversi untuk Gaya

N                  = 0.001 kN

[KN]             = 1 kN

MN               = 1000 kN

lb (pon)         = 0044482 kN

klb (kilopon) = 4.4482 kN