klmpk 5 manajemen.doc
DESCRIPTION
manajemen keperawatanTRANSCRIPT
DESIMINASI AWAL
DI RUANG DAHLIA RSUD DR.MARGONO SOEKARJO PUWOKERTO
Disusun Oleh :
1. Andrian Catur Kristianto
2. Dyah Kurnianingsih
3. Puji Astuti
4. Sri Novitasari
5. Agustina Kartika Dewi
6. Ulfa Putri Prihantini
7. Suryati
8. Hanifadi Amron
9. Rajindra Eka Rajasa R.W
10. Risnantoro
11. Lalan Candra Gunawan
12. Nuksin Nurul Hidayat
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai
suatu profesi untuk dapat memberi pelayanan kesehatan yang maksimal. Manajemen
merupakan pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan kegiatan di
organisasi, dimana didalamnya mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap
staf, saran dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey dalam
Nursalam, 2002).
Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (Depkes RI, 2001).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
dengan pengelolaan sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal kepada klien, untuk itu
manajemen keperawatan pelu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan
global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memelukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi fasilitas yang ada untuk memberikan asuhan keperawatan
yang seefektif dan seeefisien mungkin bagi pelanggan. Perawat sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang baik
sehingga pelayanan yang diberikan dapat memuaskan.
Upaya untuk mencapai kemampuan manajerial pada lingkup yang lebih besar
dapat dimulai dari lingkup yang lebih kecil. Salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan manajerial yang handal selain didapatkan di bangku kuliah juga harus
melalui pembelajaran praktikan di lahan praktek.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, mahasiswa Pendidikan Ners Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP dituntut untuk mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di RSUD Margono Soekardjo, Adanya praktek ini diharapkan mahasiswa
mampu mengelola suatu ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang Dahlia
RSUD Prof. Dr Margono Soekardjo berlangsung pada tanggal 21 oktober sampai
dengan 21 November 2013
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan praktek profesi Ners stase manajemen keperawatan mahasiswa
diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan dan
model pemberian asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip
MAKP ( metode asuhan keperawatan prosional).
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan praktik manajemen dalam keperawatan di ruang rawat inap yang
meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta bimbingan praktik klinik
keperawatan.
1) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan prioritas
masalah.
2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah
3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan
4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
5) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam upaya
pencapaian hasil yang optimal
6) Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak lanjut untuk
perbaikan.
b. Melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di ruang rawat inap untuk
dapat terselenggaranya pelayanan dan asuhan serta bimbingan praktik klinik
keperawatan profesional.
1) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi
2) Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam
mempengaruhi orang lain
3) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruangan
4) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan prioritas
masalah.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat mengelola manajemen ruang dan asuhan pasien.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di Ruang Dahlia
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana Ruangan.
2. Bagi perawat
a. Teridentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
MAKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasaan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal dan memuaskan.
4. Bagi institusi dan pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentag pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan model MAKP.
E. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada kepala ruang, perawat primer, perawat pelaksana, dan
pasien untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan pasien, dan proses
pelayanan yang dilakukan oleh perawat.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik ruangan,
inventaris ruang, proses asuhan/tindakan keperawatan yang dilakukan langsung
perawat pada pasien.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan dokumentasi proses keperawatan, struktur organisasi, proses tetap
ruangan, inventaris ruangan dan instrumen ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mendapatkan informasi identitas kepegawaian di ruang
rawat inap Dahlia, kepuasan pasien selama dirawat di ruang Dahlia, kepuasan
mahasiswa selama praktik di ruang Dahlia.
F. Peserta Praktek
Mahasiswa praktek manajemen di Ruang Dahlia adalah mahasiswa Profesi
Ners UMP Angkatan VI Tahun 2013 dari Kelompok V. Nama anggota kelompok
yang melakukan praktek di Ruang Dahlia adalah:
1. Andrian Catur Kristianto, S.Kep
2. Hanifadi Amron, S.Kep
3. Rajindra Eka Rajasha RW, S.Kep
4. Lalan Chanda Gunawan, S.Kep
5. Nukhsin Nurul Hidayat, S.Kep
6. Risnantoro, S.Kep
7. Dyah Kurnianingsih, S.Kep
8. Puji Astuti, S.Kep
9. Ulfa Putri Prihantini, S.Kep
10. Agustina Kartika Dewi, S.Kep
11. Sri Novitasari, S.Kep
12. Suryati, S.Kep
BAB II
PENGKAJIAN
A. PROFIL RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
1. Profil dan gambaran umum
Menurut UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat.
RSUD Dr. Margono Soekardjo Purwokerto adalah sebuah Rumah Sakit tipe B
pendidikan milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di kota
Purwokerto.
a. Visi RSUD Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Prima dalam pelayanan pendidikan profesional
b. Misi RSUD Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan spesialistik yang
prima dan mandiri
2) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakata yang berkualitas dibidang kesehatan
3) Mengembangkan kualitas sumber daya manusia melalui
peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan
4) Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang tepat
untuk mendukung pelayanan prima
5) Mengembangkan sistem menejemen yang handal, transparan,
akuntabel, efeaktif dan efisien.
c. Motto RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Melayani dengan sepenuh hati
d. Falsafah RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
1) Paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan,
sehat, dan keperawatan menjadi fokus dalam memberikan dan
mencapai tujuan pelayanan atau asuhan keperawatan
2) Manusia merupakan klien, merupakan manusia yang utuh
meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, spiritual dan bersifat
unik yang dipengaruhi oleh karakteristik klien itu sendiri dan
lingkugannya.
3) Lingkunga merupakan semua kegiatan, pengaruh dan kondisi di
sekeliling klien yang mempengaruhi kesehatannya. Lingkungan
ini termasuk budaya yang dapat menigkatkan dan mengganggu
status kesehatan klien.
4) Sehat atau kesehatan suatu rentang yang yang bersifat dinamis.
Status kesehatan klien sangat bervariasi dari hari ke hari
tergantung dari berbagai faktor seperti istirahat, nutrisi atau
stressor yang ada.
5) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dar pelayanan bio,psiko,sosio, spiritual
yang komperhensif, ditunjukkan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
rentang kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan
menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari hari secara
mandiri
2. Profil dan gambaran umum Ruang Dahlia
Ruang Dahlia merupakan ruang rawat inap yang memberikan pelayanan
penyakit non bedah wanita dewasa yang terdiri dari kelas II dengan kasus:
1) Penyakit dalam
2) Penyakit syaraf
3) Penyakit jantung
4) Penyakit paru
a. Kapasitas ruang Dahlia, 32 tempat tidur terdiri dari :
Kelas I : 12 TT
Kelas II : 20 TT
b. Fasilitas kamar
Kelas I : 2 TT/Ruang Kamar mandi dalam dan AC
Kelas II : 4 TT/Ruang kamar mandi diluar ruangan dan AC
c. Denah
RUANG DAHLIA
33
34Kamar 12
NURSE STATIONRUANG DAHLIA
ISO
LA
SI
1 4
25
36Kamar 1
7
8 Kamar 2
9
10Kamar 3
19
20
Kamar 6Kam
ar
man
di 11 13
12 14
Kamar 4
15 17
1618
Kamar 5
31
32Kamar 11
29
30Kamar 10
27
28Kamar 11
25
26Kamar 10
23
24Kamar 9
Isolasi
NKapasitas TT : 34
TT
d. Tarif pelayanan rawat inap
Ruang dahlia merupakan ruangan dengan perawatan kelas I, dan kelas
II. Tarif pelayanan rawat inap dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1Tarif pelayanan rawat inap
Di Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo PurwokertoNo. Jenis pelayanan Tarif
1. Kelas I Rp. 200.000
2. Kelas II Rp. 150.000
e. Struktur Organisasi
Ruang Dahlia dipimpin oleh seorang kepala ruang dan dibantu oleh 3
Orang PP, 12 anggota PA, 1 orang tenaga administrasi dan 1 orang
housekeeper. Berikut terlampir bagan organisasi ruang Dahlia.
Struktur Organisasi Ruang DahliaRSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Sumber : Data Sekunder Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Asper1. Sumiyati2. Siti
HSSuyanto
Ka.Bidang Keperawatan
Supriyatin, S.kep.Ns
NIP.196209161983092001
SUPERVISOR
PERAWATAN
Komite
Keperawataan
Kepala RuangAji Supriyono,S.Kep.Ns
NIP.19720306 199703 1004
PA1. Siti Supriyani2. Siti Nuryati3. Yuli Setiorini4. Titin W5. Aldila
PA1. Eni Purwati2. Saptanti3. Masyatin4. Sadiroh5. Milda
P erawat primer II Suryanti
P erawat primer I Suhoro,S.Kep
Wakil Direktur pelayanan & kerjasama
Dr. Lilijani, MMRNIP.195904131986022001
KA IRNA
Heni P
KA IRNA I
Darmini S.Kep.Ns
NIP.1973111519960
32004
P erawat primer II Ani Sulastri
f.
B. MASUKAN / INPUT
1. Pasien
a. Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan keperawatan / medis yang tergagnggu kondisi
kesehtannya baik jasmani maupun rohani ( WHO, 1999 ). Jumlah pasien yang
tertampung diruang Dahlia selama tahun 2010 tidak hanya dari kabupaten
Banyumas saja tetapi dari berbagai kota kabupaten lain.
1) Kajian Data
a) Distribusi Jumlah Pasien Masuk
Pasien yang menempati diruang Dahlia adalah pasien khusus wanita dewasa
dengan kasus non bedah, diantaranya penyakit saraf, jantung, paru, dan lain-lain.
Dengan fasilitas kelas 1 berjumlah 2 pasien, kelas 2 berjumlah 4 pasien, dan 2
kamar isolasi berjumlah masing-masing 1 pasien. Total jumlah kamar tidur di
ruang Dahlia 34 tempat tidur.
Berdasarkan laporan statistik ruang rawat instalasi rawat inap RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo, jumlah pasien yang dirawat diruang Dahlia selama tahun
2010 terlihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2Jumlah Pasien Ruang Dahlia Tahun 2013
No. Bulan Jumlah Pasien1. Juni 2112. Juli 1963. Agustus 213
Jumlah 620
Sumber : Laporan Statistik Ruang Rawat Instalasi Rawat Inap DahliaRSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Berdasarkan data diatas, pasien yang dirawat diruang Dahlia mayoritas
pasiennya berasal dari kabupaten purbalingga, dan sisanya berasal dari kabupaten
Pemalang. Pasien merupakan rujukan puskesmas, dokter swasta, poliklinik dan
tenaga kesehatan atau Rumah Sakit lainnya. Tabel 2 menunjukan data demografi
pasien yang dirawat diruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
b) Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Dahlia
Tabel 2.3Distribusi 10 Besar Kasus Penyakit Terbanyak di Ruang Dahlia
RSUD Prof. Dr. Margono SoekarjoNo. Kasus Jumlah Persentase
(%)1. Febris 62 14,792. CHF 68 16,243. TB Paru 50 11,934. SNH 54 12,885. GEA 50 11,946. DM 33 7,877. CKD 28 6,688. HT 22 5,269. ISK 18 4,2910. DISPEPSIA 34 8,12
Jumlah 419 100
Sumber : Register Pasien Masuk Ruang Dahlia Tahun 2013
2) Analisa DataBerdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian ditemukan bahwa selama bulan Juni-Agustus 2013, 10 besar penyakit yang sering muncul adalah Febris, CHF, TB Paru, SNH, GEA, DM , CKD, HT, ISK, Dispepsi. Dari 10 penyakit tersebut CHF menempati urutan pertama dengan presentase pasien 16,23 %. Sedangkan ISK menempati urutan ke 10 dengan presentase pasien 4,29 %.Distribusi data 10 besar penyakit direkap setiap bulannya sehingga dapat dipakai menjadi acuan untuk membuat standar asuhan keperawatan dan perencanaan peningkatan knowledge dan skill perawat, seta pelatihan dalam aplikasi pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Proses penentuan 10 besar penyakit di atas tidak bisa dijadikan ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan, kaena data di atas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Juni - Agustus 2013
c) Jenis Pembayaran Di Ruang Dahlia
Table 2.4
Jenis Pembayaran Ruang Dahlia
RSUD Prof. Margono Soekarjo Bulan Juni-Agustus 2013
JENIS
PEMBAYARAN
BULAN
JUNI
BULAN
JULI
BULAN
AGUSTUS
ASKES 89 84 83
UMUM 106 103 187
JAMKESMAS 5
JAMSOSTEK 16 8 16
JAMKESDA 1 1
TOTAL 211 196 213
Sumber : Buku Register Pasien Masuk Ruang IRNA DAHLIA Juni - Agustus 2013
b. Ketenagaan
1) Kuantitas
a) Kajian Teori
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan secara
profsional dimana tersebut berberntuk pelayanan biologis, psikologis, social,
spiritual yang ditunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2002)
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai konrtibusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peran penting untuk meningkatkan mutu,
seorang perawat harus mempu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,
yaitu mulai dari pengkajan sampai dengan evaluasi berikut dengan
dokumentasinya.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan dalam hal
menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam suatu ruangan dan
kriteria tenaga yang dipakai untuk suattu ruangan tiap shiftnya. Dibawah ini
beberapa formula yang dikeluarkan oelh para ahli dalam hal penentuan apakah
tenaga yang kurang, cukup, atau berlebihan, yaitu:
- Menurut Gillies
Kebutuhan enaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat = A x B x 365
365-C)x jam kerja/hari
Ket: A : jam perawatan/24jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
C : jumlah hari libur
- Menurut Douglas
Perhitungan jumla tenaga perawat mwnurut Douglas dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shifnya. Kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk tiap shif jaga seperti pada
table berikut:
Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Pasien menurut Formula Douglas
Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumber : Nursalam 2001
Sedangkan alsifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Perawat minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24jam, dengan
kriteria:
i. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
ii. Makan dan minum dilakukan sendiri
iii. Ambulasi dengan pengawasan
iv. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shif
v. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
vi. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4jam/24 jam dengan kriteria:
i. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
ii. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
iii. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
iv. Folley catheter/ intake output dicatat
v. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan
kriteria:
i. Segalanya diberikan/dibantu
ii. Posisi diatur, obeservasi tanda-tanda vitaltiap 2jam
iii. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intervena
iv. Pemakaian suction
v. Gelisah/disorientasi.
- Perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan RSMS Purwokerto yaitu:
Rumus =
Jumlah pasien rata-rata perhari x jam ketergntungan pasien dalam 24 jam
5,2
b) Kajian Data
Sesuai dengan klasifikasi derajat ketergantungan pasien, pasien di Ruang Dahlia
sebagai berikut:
Table 2.6
Angka Ketergantungan Pasien
Di Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Derajat
ketergantungan
Jumlah
Pasien
Jumlah
Hari
Rawat
Jumlah
Hari
Libur
BOR
Minimal Care
Intermediet care
Total care
Berdasarkan perhitungan menurut Gilllies kebutuhan tenaga perawat secara
kuantitaif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat = A X B X 365
(365-C) x jam kerja/hari
Ket: A : jam perawatan / 24 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
C : jumlah hari libur
Terhadap ruang Dahlia dapat dihitung berdasarkan jumlah pasien selama
bulan Juni - Agustus 2013 dengan menggunakan jumlah BOR pada bulan
tersebut. Berdasarkan hasil studi dokumentasi didapatkan data sebagai berikut :
Table 2.8
Nilai BOR
Di Ruang Dahlia RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo
No Bulan Jumlah Pasien Jumlah hari
rawat
Jumlah
hari libur
BOR
1. Juni 211 921 95,93
2. Juli 196 1003 101,1
3. Agustus 213 880 80,70
Dari data tersebut kemudian dilakukan penghitungan tenaga
menurut Gillies :
A x B x C
( jumlah hari 1 bulan – hr libur) x hr libur
Perhitungan tenaga bulan Juni 2013
=
=
Perhitungan tenaga bulan Juli 2013
=
=
Perhitungan tenaga bulan Agustus 2013
=
=
Dari hasil perhitungan tenaga bulan Juni – Agustus 2013
didapatkan rata kebutuhan perawat sebesar ( ) orang.
Berdasarkan perhitungan diatas didapat jumlah tenaga sebanyak …
+ 1 kepala ruang sehingga menjadi… jadi kebutuhan tenaga menurut
Gillies adalah sebesar … orang. Hasil perhitungan ini belum dapat
digunakan untuk mewakili perhitungan kebutuhan sesungguhnya
mengingat data yang digunakan hanya data bulan Juni – Agustus 2013,
sedangkan penggunaan rumus ini minimal merupakan data 8 bulan atau
lebih akurat untuk data 1 tahun.
- Perhitungan tenaga menurut Douglas
Berdasarkan perhitungan tenaga menurut Douglas ( 1948 ) jumlah
tenaga yang dibutuhkan diruang Dahlia pada tanggal seperti pada table
dibawah ini :
Table 2.9
Kebutuhan Perawat Menurut Sift Jaga
di Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo tanggal oktober 2013
Pasien Menurut Formula Douglas
KLASIFIKASI
PASIEN
KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
PAGI SORE MALAM
Minimal Care
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan
Table 2.10
Kebutuhan Perawat Menurut sift Jaga
di Ruang Dahlia RSUD.Prof.Dr. Margono Soekarjo Tanggal oktober 2013
Pasien Menurut Formula Dounglas
KLASIFIKASI
PASIEN
KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
PAGI SORE MALAM
Minimal Care
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
Table 2.11
Kebutuhan Perawat Menurut sift Jaga
di Ruang Dahlia RSUD.Prof.Dr. Margono Soekarjo Tanggal oktober 2013
Pasien Menurut Formula Dounglas
KLASIFIKASI
PASIEN
KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
PAGI SORE MALAM
Minimal Care
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah
- Perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan RSMS Purwokerto :
Jumlah pasien rata-rata perhari x jam ketergantungan pasien dalam 24 jam
5,2
Sehingga kebutuhan ketergantungan perawat yang di butuhkan ruang Dahlia yaitu:
= x
5,2
=
C) Analisa Data
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan beberapa teori mendapat hasil yang
berbeda yaitu:
Table 2.12
Hasil perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berdasarkan 3 Rumus Penghitungan Kebutuhan Tenaga
di Ruang Dahlia RSUD.Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Metode Hasil Yang ada Keterangan
Gillies
Douglas
RSMS
Sumber : Penghitungan Ruang Dahlia 2013
Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga perawat yang diperlukan
ruang Dahlia rata – rata tergolonh….. . karena pada standar yang ada untuk satu perawat
idealnya memegang 7 pasien tetapi pada kenyataanya di ruangDahlia, satu perawat
memegang kurang lebih …. Pasien.
2.) Kualitas
a) Kajian teori
kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan dengan
kegiatan yang dipantau untuk diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau
pndangan konsumen. Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan , tujuan kualitas pelayanan
adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien ( Nursalam, 2002).
Menurut Djojodibroto (1997), bahwa pelatihan, kursus dan kota karya yang
diperlukan bagi tenaga perawat professional di rumah sakit yaitu etika komunikasi yang
meliputi :
(1) Komunikasi dalam keperawatan
(2) Etika Keperawatan
(3) Manajemen Keperawatan
(4) Hospital manajemen training
(5) Audit medic
(6) Pencegahan penyakit nosokomial
(7) Sanitasi rumah sakit
Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan bagian integral dari
keseluruhan manajemen rumah sakit, strategi manajemen sumber daya manusia
sebenarnya juga merupakan bagian integral dari strategi rumah sakit dengan pemahaman
bahwa sumberdaya manusia adalah asset utama rumah sakit sehingga perlu juga
direncanakan rotasi dan mutasi sumber daya manusia untuk menyesuaikan beban dan
tuntutan pelayanan dimasa depan sehingga penyesuaian keahlian yang dibutuhkan
melalui pelatihan terus menerus dan berkesinambungan.
Salah satu indicator keberhasilan rumh sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan adalah ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas
memerlukan SDM yang sesuai dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Pendidikan perawat diruang Dahlia terdiri berbagai macam pendidikan formal, yaitu
sarjana keperawatan, dan D III keperawatan. Selain pendidikan formal keperawatan,
diruang Dahlia terdapat pendidikan non formal seperti seminar, pelatihan dan workshop.
a) Kajian Data
- Distribusi pendidikan formal tenaga keperawatan dapat dilihat pada table
berikut :
Table 2.13
Kualifikasi Pendidikan Formal Ketenagaan
Di instalasi Rawat Inap DAHLIA
RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo tahun 2013
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. S-1 Keperawatan 2
2. D-III Keperawatan 15
3.
Sumber : Data pegawai perawat instalasi rawat inap DAHLIA
- Distribusi tenaga berdasarkan pendididkan, jenis pelatihan dan lama kerja
dapat dilihat pada table berikut :
Table 2.14
Frekuensi Ketenagaaan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap DAHLIA
RSUD Prof. Margono Soekarjo tahun 2013
No Nama Perawat pendidikan jabatan Masa
kerja
pelatihan
1 Aji
Supriyono,S.Kep.Ns
Ners Karu 6
bulan
-
CI, ACLS, Cardio dasar,MPKP,Acesor,TOT,Manajemen komp
2. Suhono,S.Kep S1 PP 1 2 th PPGD,Mini
cors
EKG,work
shop,PPI
3. Ani Sulastri D3 PP 2 4 th CI,PPGD
4. Uswatun Khasanah
S,Kep
S1 PP3 3 th PPGD,CI,M
PKP
5. Panca Rini D3 PA
6. Puji Astuti D3 PA
7. Ratih Indah D3 PA
8. Ika Candra D3 PA 3 th
9. Emi Indraeni R D3 PA
10. Sagita Putri eka.R D3 PA 5th PPGD
11. Dhian Dwi Jayanti D3 PA
12. Nuning Setyaningsih D3 PA
13. Kusmiati D3 PA
14. Fitri Herlina D3 PA
15. Suswati D3 PA 5 th -
16. Ika Ratnawati D3 PA 1th 20
bln
APAR
17. Sri Harjono D3 PA Admi
n
18. Karsiti D3 Hous
Keeper
Sumber : Data Pegawai Intalasi Rawat Inap DAHLIA 2013
b) Analisis Data
Tingkat pendidikan tenaga perawat di ruang Asoka rata – rata adalah D3
keperawatan sebanyak 17 orang (94,4%), D IV keperawatan ada 1 orang
(5,6%) dan beberapa perawat belum pernah mengikuti pelatihan dan seminar
yang dapat menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang berkualitas.
Kurangnya pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan ruang rawat akan
mempengaruhi kualitas pelayanan yang spesifik yang di perlukan dlam
pemberian asuhan keperawatan yang sesuai.
2. Sumber dana (money)
a. Salah sau fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan bai
medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan rumah
sakit berjalan seoptimal mungkin dan dapat di rasakan oleh seluruh
masyarakat maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis
dan jasa pemborongan.
b. Kajian data berdasarkan data subyaktif didapatkan data bahwa sumber
dana RSUD Prof.dr. MargonoSukarjo adalah sebagai berikut :
1) BLUD
2) APBD ( anggaran pendapatan belanja daerah)
3) APBN (Anggaran pendapaan belanja Negara)
3. Fasilitas /alat (Material) dan mesin (Machine)
a. Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah,jenis dan spesifikasi)
serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas. Ruang lingkup peralatan keperawatan
adalah alat tenun, alat kesehatan, alat rumah tangga, alat pencatatan
pelaporan keperawatan, standar pengadaan standar distribusi,standar
penggunaan standar penghapusan, standar pengawasan dan
pengendalian(Depkes,2001).
Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang
keperawatan,ruang perawat jaga yang sebaiknya terletak ditengah-
tengah ruang perawat pasien, ruang ganti perawat, ruang tindakan
perawatan, ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alatbtenun,
ruang diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat atau
petugas.
b. Kajian Data
Table 2.15
Standar alat keperawatan
Di ruang Dahlia RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Bulan Juni – Agustus 2013
No Keterangan Satuan Jumlah
alat
standar Kebutuhan
ruang
Dahlia
Analisis
1
Table 2.16
Daftar Inventaris Ruangan
Di Ruang Dahlia RSUD Prof.dr.Margono soekarjo
Bulan Juni – Agustus 2013
No Nama Barang satuan Bulan
Juni –
Agustus
Standar
kebutuhan
alat
Kebutuh
an Ruang
Dahlia
Keterang
an
1 Ambubag Dewasa buah 1
2 Bengkok buah 7
3 Blood warmer/animex buah 1
4 Bak instrument buah 1
5 Filling cabinet buah 1
6 Glycerin spuit kaca buah 0
7 Glycerin spuit stenlis buah 2
8. Gudle Dewasa buah 6
9. Gunting Pembalut buah 0
10. H.B Meter buah 1
11. Jrigator buah 1
12. Kursi Roda buah 3
13. Kasur decubitus buah 0
14. Keranjang Barang buah 1
15. Lampu Emergence unit 2
16. Lemari obat kaca buah 1
17. Lampu baca rongen unit 1
18. Monometer O2 tabung unit 3
19. Monometer O2 sentral yg
lama
unit 4
20. Monometer O2 sentral unit 14
21. O2 kecil lengkap unit 2
22. O2 besar + standar unit 6+3
23. Pispot stenlis unit 14
24. Piting O2 cabang unit 2
25. Senter unit 1
26. Standar infus unit 23
27. Standar waskom unit 2
28. Stetoskop dewasa unit 3
29. Stetoskop cardiolog unit 1
30. Tensimeter biasa unit 5
31. Tensimeter berada unit 2
32. Tensimeter dinding unit 2
33. Thermometer suhu unit 1
34. Thermometer obat unit 1
35. Thermometer digital unit 2
36. Thermometer axial unit 1
37. Timbangan BB/TB buah 2
38. Tongal spatel buah 1
39. Tromol 18 cm buah 1
40. Tromol 27 cm buah 1
41. Troli status susu buah 1
42. Troli obat Buah 1
43. Troli angkut air panas buah 1
44. Troli linen kotak buah 1
45. Titik O2 sentral buah 22
46. Tourniquet buah 2
47. Urinal stenlis laki-laki buah 0
48. Urinal stenlis perempuan buah 14
49. Waskom mandi buah 0
50. Waskom mandi stenlis buah 32
51. WWZ buah 2
52. Almari linen(almari besi) buah 2
53. Almari filling kabinet buah 0
54. Almari ganti petugas buah 4
55. Almari pakaian abu-abu
BSC
buah 24
56. Almari obat kuning buah 12
57. AC Panasonic buah 12
58. Computer buah 1
59. EXHAUS VAN buah 2
60. Jam dinding buah 9
61. Keranjang waslik obat buah 30
62. Kulkas rumah tangga
(kulkas meja)
buah 1
63. Kulkas obat buah 1
64. Kom stenlis kecil tutup buah 2
65. Kom stenlis besar tutup buah 8
66. Kipas angin baling-baling buah 2
67. Kalkulator buah 1
68. Kursi bulat putih buah 0
69. Meja makan kuning+abu-
abu
buah 33
70. Meja tulis besi buah 8
71. Meja tulis kayu buah 1
72. Pesawat telp buah 3
73. Rak barang besi buah 5
74. Rak pispot susun kelas II buah 2
75. Rak pispot susun kelas I buah 6
76. T.T paramoun buah 5
77. T.T supermax buah 27
78. Rak Handuk buah 12
79. Tv buah 1
80. Tol Box emergensi buah 1
81. Tempet sampahtutup buah 3
82. Meja abu-abu buah 24
83. Jemuran Aluminium buah 1
84. Kursi tanpa sandaran buah 2
85. Sepeda ponix buah 1
86. Lemari kayu putih buah 1
87. Kursi stenlis warna kuning
susu
buah 32
88. Reflek hammer buah 1
89. Almari arsip kayu buah 1
90. EKG/cardiorapid<3600
CCD anl no.031
buah 1
91. Nabulizer speed no. 26652 buah 1
92. Nebulizer /poki/masker
no. AZ 10.8a0053
buah 1
93. Syiringe pump/brain no.
21212
buah 1
94. Syiringe pump/brain
no.21213
buah 1
95. Suction mobile Hospivac
400 no.3364
buah 1
Berdasarkan laporan kasus perawatan ruang Dahlia tahun 2010, kasus-kasus
yang ditemukan diruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
2010, yang merupakan peringkat 10 besar, dapat dilihat pada tabel3.
Tabel 310 Besar Penyakit Di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2010No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)1. Disentri 57 36,072. Kejang Demam 25 15,823. Febris typoid 24 15,184. Obs. Febris 16 10,135. Thalasemia unspecifier 7 4,436. Confulsions Vebrile 7 4,437. BRPN (Febris konfulsi) 5 3,168. DHF 4 2,539. Vomitus 3 1,8910. Kp Duplex 2 1,26
Jumlah 158 100Sumber laporan kasus perawatan ruang Dahlia tahun 2010-12-01
c. Analisa Data
Dari data dia atas, dapat disimpulkan bahwa ruang Dahlia merawat berbagai
jenis kasus penyakit dalam. Kasus terbanyak adalah penyakit disentri, sedangkan
kejang demam merupakan peringkat k-2 dari sepuluh besar penyakit diruang
Dahlia. Penyakit lainya yang termasuk dalam 10 besar penyakit yang sering
ditemukan diruang Dahlia adalah febris typoid, obs febris, thalasemia, confuldions
vebrile, BRPN, febris konfulsi, DHF, Vomitus, Kp Duplex.
2. Mahasiswa Praktik
a. Kajian Teori
Visi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sebagai pusat
pelayanan kesehatan dan rujukan yang mandiri dan bermutu tinggi pada tahun
2015. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi tersebut yaitu dengan
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan termasuk
tenaga keperawatan.
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga merupakan rumah sakit
pendidikan untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan, kebidanan, administrasi
kesehatan, dan mahasiswa bidang kesehatan lainnya. Untuk menghasilkan lulusan
peserta didik yang berkualitas, khususnya keperawatan, perlu adanya pengelolaan
bimbingan praktek yang baik, bermutu tinggi, dan selaras dengan perkembangan
IPTEK. Pedoman yang digunakan RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga untuk bimbingan mahasiswa adalah 1 clinical instruktur memberikan
bimbingan pada maksimal 8 mahasiswa.
b. Kajian Data
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana diketahui bahwa
perawat yang menjadi pembimbing PKK (Praktek Klinik Keperawatan) di ruang
Dahlia berdasar Surat Tugas Direktur ada 3 orang untuk DIII dan 1 Orang untuk
bimbingan mahasiswa S1 keperawatan. Berdasarkan data yang didapatkan,
institusi yang sedang melakukan peraktek diruang Dahlia pada tahun 2010,
diantaranya Akademi Keperawatan Seruling Mas Cilacap, Akademi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Akademi Keperawatan Yakpermas,
POLTEKES, Akademi Kebidanan Cilacap, Akademi Keperawatan
Gombong.STIKES Harapan Bangsa. Data tersebut dapat dilihat lebih lengkap
pada tabel 4.
Tabel 4Institusi Pendidikan Yang Melakukan Praktek Di Ruang DahliaRSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2010
NO
NAMA INSTITUSI
BULAN1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Poltekes 5 17 82 Akper
Yakpermas14
3 UMP 434 Unsoed 85 Akper
Gombong6 Akper Seruling
Mas9
7 Bina Cipta Husada
8 Perwira Husada 9 Stikes Harapan
Bangsa Jumlah
c. Analisa Data
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa RSUD dr. R. Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga sebagai Rumah sakit pendidikan merupakan lahan
praktek bagi mahasiswa keperawatan dan kebidanan. Beberapa institusi yang
sedang melakukan praktek diruang Dahlia pada tahun 2010, diantaranya Poltekes
dengan jumlah praktekan 5 orang pada bulan Juni, pada bulan Juli 17 orang, dan
pada bulan Agustus 8 orang dengan lama praktek 1 bulan. Dan pada bulan Juli
mahasiswa praktekan dari Yakpermas selama 1 bulan sebanyak 14 orang.
Sedangkan pada bulan Mei terdapat 43 orang mahasiswa praktek dari UMP dan 8
orang mahasiswa dari UNSOED. Kemudian dari Serulingmas sebanyak 7 orang
selama 3 minggu di bulan Desember. Untuk praktekan dari Poltekes, Yakpermas,
UMP, dan Serulingmas praktek diruang Dahlia untuk stase keperawatan anak.
Sedangkan untuk praktekan UNSOED praktek diruang Dahlia stase manajemen
keperawatan. Dari data di atas, mahasiswa yang praktek diruang Dahlia masih
termasuk jarang dan kurang merata di setiap bulannya. Hal ini disebabkan jumlah
mahasiswa praktek dan pembimbing yang ada, belum sesuai atau seimbang baik
jumlahnya.
3. Ketenagaan
a. Kuantitas Tenaga Perawat
1). Kajian Teori
Keberhasilan suatu organisasi Rumah Sakit sangat tergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsur-unsur karyawan atau
tenaga perawat dengan sistem, struktur organisasi, tekhnologi, tugas, budaya
kerja dan lingkungannya. Hal ini telah disadari bahwa SDM seringkali
menjadi penyebab kegagalan suatu organisasi. Oleh karna itu penetapan SDM
di Rumah Sakit dalam hal ini tenaga perawat perlu diperhatikan. Penetapan
jumlah tenaga keperawatan adalah, proses membuat perencanaan untuk
menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada
suatu ruangan tiap shiftnya. Untuk keperluan itu, beberapa ahli telah,
mengem,bangkan beberapa formula. Formula tersebut juga dapat digunakan
untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup,
kurang, atau berlebih.
Formula tersebut di antaranya adalah :
a). Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut.
Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan /tahunTP
Jumlah jam kerja perawat /tahun x jam kerja perawat /hari
atau :
A x B x 365 Tenaga Perawat (TP) : (365 – C) x jam kerja/hari
Keterangan :
A : Jam efektif /24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : Sensus harian : BOR x jumlah tempat tidur
C : Jumlah hari libur
Dengan catatan :
Ada satu jam pengganti
Libur hari minggu = 52 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Libur nasional = 14 hari
Cuti hamil rata-rata = 78hari
b). Menurut Douglas (1984)
Penghitunhan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift klien dan hasil
keseluruhan ditambah (1/3) untuk perawat yang libur atau cuti. Kebutuhan
tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk tiap
shift jaga seperti pada tabel berikut.
Tabel 5Rumus Perhitungan Tenaga
Berdasarkan Formula Douglas Waktu
KlasifikasiKebutuhan Perawat
Pagi Sore MalamMinimalIntermediateMaksimal
0,170,270,36
0,140,150,30
0,070,100,20
Sumbur : Douglas (1984)
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan
menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam atau 24 jam,
dengan kriteria :
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam atau 24 jam dengan
kriteria :
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
Perawatan maksimal atau atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam / 24
jam dengan kriteria :
- Segalanya diberikan / dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
- Pemakaian suction
- Gelisah / disorientasi
c). Menurut DEPKES (2002)
Model pendekatan Depkes dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat
diunit perawatan rawat inap menggunakan formula berdasarkan klasifikasi
pasien. Cara perhitungan berdasarkan:
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Rata rata pasien perhari
Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
Jam kerja efektif /perawat = 7 jam/hari
Formula perhitungan tenaga keperawatan menurut Depkes adalah:
Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Jml hr mgg dlm 1 thn x cuti + hr besar Jumlah hari kerja efektif
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25%
100
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
2). Kajian Data
X jml prwt yg diperlukan
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan didapatkan
jumlah tenaga pelaksana di Ruang Dahlia saat ini adalah 17 orang, 14 orang
perawat dan 3 orang asisten perawat. Dengan perincian 1 orang Kepala Ruang,
2 orang Perawat Primer, serta 11 orang Perawat Pelaksana. Tenaga non
perawat yang ada di Ruang Dahlia adalah petugas administrasi (1 orang ).
Dari 17 tenaga perawat yang ada, dalam pelaksanaannya dibagi menjadi
2 kelompok perawat primer yang pelaksanaannya sudah ditentukan oleh
Kepala Ruang. Perawat di Ruang Dahlia dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu :
Shift pagi : 5 orang
Shift sore : 3 orang
Shift malam : 2 orang
Libur lepas malam : 1-2 orang
Libur biasa : 1 orang
Cuti : 1 orang
Jumlah perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap adalah
KaRu dan Perawat Primer serta perawat lain sesuai jadwal shif. KaRu dan
WaKaRu juga merangkap sebagai supervisi.
Dalam penentuan jumlah tenaga perawat di Ruang Dahlia ditentukan
oleh Bidang Keperawatan berdasarkan rasio dan angka ketergantungan pasien.
Sedangkan untuk pemberlakuan jam efektif di Ruang Cempak belum
ditetapkan.
Pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat Ruang Dahlia:
a) Menurut Depkes RI (2002)
Berdasarkan klasifikasi pasien cara penghitungan :
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus = 21
- Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 20
- Jam perawatan yang diperlukan / hari / pasien
Rata-rata pasien /hari = 20
Rata-rata jam perawatan /pasien / hari = 4
Jumlah jam perawatan / jam kerja efektif per shiff = 7 jam
Rumus : 20 x 4 = 11,43 orang perawat 7 (hari)
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan sebanyak 11,43 orang
(dibulatkan 11 orang)
Untuk mengetahui jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi
dengan hari libur/cuti/hari besar (lossday).
Jumlah hari minggu dalam 1 th + cuti + hr besar x jumlah perawatJumlah hari kerja efektif tersedia
= 52+12+14 x 11,43 orang = 3,11dibulatkan 3 orang287
Jumlah tenaga yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non
jabatan nursing) seperti contoh tenaga administrasi, kebersihan ruangan,
kebersihan alat makan dan lain-lain diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + lossday x 25 100
= 11,43 + 3,11 x 25 = 3,64 dibulatkan 4 orang100
Jumlah tenaga yang tersedia + faktor koreksi
(11 + 3) + 4 = 18 + 1 orang kepala ruang= 19 orang
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Dahlia 19 orang.
b) Menurut Douglas
Kebutuhan tenaga perawat (dari tanggal 3-4 Desember 2010) di ketahui:
Jumlah pasien rata-rata yang di rawat dengan perawatan intermediate = 20
Tabel 6Perhitungan Kebutuhan Perawat Menurut Douglas
Klasifikasi Kebutuhan PerawatPagi Sore Malam
Minimal - - -Intermediate 20 x 0,17 = 3,4 20 x 0,14 = 2,8 20 x 0,07 = 1,4
Maksimal - - -Jumlah 3,4 2,8 1,4
Kesimpulan :
Pagi = 3,4 (3 atau 4 perawat)
Sore = 2,8 (2 atau 3 perawat)
Malam = 1,41 (1 atau 2 perawat)
Julmah perawat 7,6 ditambah 1 kepala ruang (8 atau 9 perawat)
c) GILLIES ( 1982 )
Tenaga perawat (TP) A x B x 356
365 – C x Jam kerja perawat
A : Jam kerja efektif / 24 jam
B : BOR x TT
C : Jumlah hari libur dalam 1 tahun
Untuk ruang Dahlia dengan jumlah tempat tidur : 21, BOR : 98%.
Maka TP :
5,7 x ( 98% x 21 ) x 365 = 21,31 = 21 atau 22 perawat ( 365 – 78 ) x 7
Jadi jumlah tenaga perawat Ruang Dahlia menurut Gillies (1982) = 21 atau
22 orang
d) Formula Lokakarya Keperawatan (Soeroso, 2003)
Diketahui :
Jumlah jam perawatan yang diterima oleh pasien selama 24 jam (4jam),
jumlah tempat tidur (TT=21), Bad Occupancy Rate (BOR=98%). Dengan
ketentuan, jumlah hari per tahun 52 hari, jumlah hari libur nasional per tahun
adalah 12 hari, jumlah jam kerja adalah 40 jam yang merupakan jam kerja
efektif dalam 1 minggu, 41 minggu yang merupakan jumlah hari kerja
efektif dalam 1 tahun, 25% tambahan untuk antisipasi tenaga yang cuti,
sakit, melanjutkan pendidikan, dan sebagiannya.
Rumusnya adalah :
Tenaga perawat = A x 52 x 7 x BOR + 25 % 41 minggu x 40 jam
= 4 x 52 x 7 x 21 x 98% + 25% 41 x 40 =18, 52 orang perawat ( 18 atau 19 perawat )
e) Menurut Protap RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Penghitungan tenaga perawat yang di gunakan RSUD Purbalingga adalah
berdasar pada rasio, dengan rasio 1 perawat : 10 pasien tiap shif.
Penghitungan tenaga Ruang Dahlia adalah
3 0 = 310
Jadi perawat yang dibutuhkan 3 pershif atau untuk seluruhnya 9 sampai 10
perawat per hari nya.
3). Analisa Data
Sesuai kajian data dari beberapa formula penghitungan kebutuhan tenaga
(gillies, Douglas, Depkes, Soeroso), maka dapat disimpulkan tenaga perawat
di Ruang Dahlia masih kurang. Formula perhitungan perawat yang paling
mendekati dengan kondisi di ruang Dahlia adalah Douglas, selisih
kekuranagan tenaga perawatdapat dilihat pada table 7.
Tabel 7Hasil Penghitungan Tenaga Perawat di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
FormulaJumlah Perawat
KeteranganDibutuhkan Tersedia
Depkes 19 8 Kurang 11Douglas 8-9 8 CukupGillies 21-22 8 Kurang 14Soeroso 18-19 8 Kurang 11
b. Kualitas Tenaga Perawat
1). Kajian Teori
Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat bergantung pada
kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsure-unsur karyawan (tenaga
perawat) dengan system, struktur organisasi, tekhnologi, tugas, budaya kderja
dan lingkungannya. Hal ini telah disadari bahwa SDM seringkali menjadi
pdenyebab kegagalan suatu organisasi di ruman sakit. Menurut analisis Teng
(2002) dalam Soeroso (2003) penyebab kegegelan organisasi dari sisi SDM
yaitu, sikap serta pola pikir yang negative, Staff Turnovder (tingkat pergantian
staff) yang tinggi, program insentif yang buruk, dan rendahnya kemampuan
merngembangkan dan memotivasi karyawan. Secara teori indikator
keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan salah
satunya ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlikan
sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Menurut Djojodibroto (1997) konsep
pengembangan SDM atau Human Reseource Development (HRD)
mempunyai 3 program yaitu :
Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada pekerjaan
saat ini.
Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk
pekerjaan yang akan datang.
Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk
pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.
Bagi tenaga profesional di rumah sakit Djojobroto (1997) bahwa pelatihan,
kursus dan loka karya yang diperlukan untuk para medis adalah :
Asuhan keperawatan kasus anak
PPGD
Penatalaksanaan kasus anak
Etika komunikasi
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
Etika keperawatan
Manajemen keperawatan
Sedangkan untuk nonmedis diperlukan etika komunikasi. Disamping itu
perlunya direncanakan rotasi dan mutasi SDM untuk menyesuaikan beban dan
tuntutan pelayanan di masa depan. Sehingga penyesuaian keahlian yang
dibutuhkan dilakukan melalui pelatihan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
2). Kajian Data
Jumlah tenaga berdasarkan pendidikan, golongan, masa kerja, dan
pelatihan yang pernah diikuti terlihat pada tabel 8, 9, 10 dan 11.
Tabel 8Kualifikasi Tenaga Perawat Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaBerdasarkan Pendidikan
NO PENDIDIKAN JUMLAH PROSENTASE1. 2.
S1 KeperawatanD III Keperawatan
1 orang13 orang
7,14%92,85%
Jumlah 14 orang 100 %
Tabel 9Distribusi Perawat Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaBerdasarkan Golongan
No Golongan Jumlah Prosentase 1.2.3.
IIIIITKJ
1 orang7 orang6 orang
7,14%50%42,85%
Jumlah 14 orang 100 %Tabel 10
Distribusi Perawat Ruang DahliaRSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Berdasarkan Masa KerjaNo. Masa Kerja Jumlah Prosentase 1. 0-1 tahun 1 orang 7,14%
2.3.4.5.
1-5 tahun6-10 tahun11-15 tahun16-20 tahun
7 orang5 orang1 orang0 orang
50%35,71%7,14%0
Jumlah 14 orang 100 %
Tabel 11Kualifikasi Perawat Di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaBerdasarkan Pelatihan Yang Pernah Diikuti
No Nama Perawat JabatanPelatihan yang pernah
diikuti1. Nastiti Rahayu Ka. Ruang Pembimbing klinik
keperawatan, PPGD, Pengenalan keperawatan kardiovaskuler
2. Indri Wijayanti Wakaru & Perawat Primer 1
PPGD
3. Eni Purwati Perawat Assosiate
-
4. Siti Supriyani Perawat Assosiate
-
5. Siti Nuryati Perawat Assosiate
-
6. Masyatin Perawat Assosiate
-
7. Sadiroh Perawat Assosiate
Perawatan luka
8. Milda Perawat Assosiate
-
9. Suryanti PerawatPrimer 2
-
10. Yustina Tri Y Perawat Assosiate
-
11. Titin Widiastuti Perawat Assosiate
-
12. Saptanti Perawat Assosiate
-
13. Yuli Setyorini Perawat Assosiate
-
14. Aldila Perawat Assosiate
-
Sumber : Sumber Primer Perawat Ruang Dahlia
3). Analisa Data
Dari data yang ada terlihat bahwa mayoritas perawat sudah berpendidikan
DIII Keperawatan (92,85%) dengan masa kerja rata-rata kurang dari 10 tahun.
Melihat dari pelatihan yang pernah diikuti, sebagian besar perawat ruang Dahlia
belum mengikuti pelatihan yang menunjang kompetensi diruang anak, dan dapat
diartikan bahwa ketrampilan yang dimiliki berdasarkan pada pengalaman kerja.
Namun demikian, dari observasi kegiatan perawat selama 3 hari nampak kinerja
perawat cukup bagus. Dengan jumlah perawat yang terbatas, perawat mampu
melaksanakan pelayanan keperawatan kepada klien dengan berbagai kasus
penyakit, namun hal ini tetap perlu mendapatkan perhatian dari bidang
keperawatan, khususnya untuk pengembangan SDM, semua perawat perlu untuk
mengikuti pelatiahan asuhan keperawatan terutama untuk kasus-kasus anak.
4. Sumber Dana
a. Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis
merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan rumah sakit tersebut
dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis dan jasa
pemborongan. Menurut Djojo Dibroto 1997 ada tiga komponen biaya tarif
pelayanan rumah sakit yaitu :
1) Jasa pelayanan rumah sakit yang terdiri atas : biaya tenaga
kerja, biaya material, biaya over head.
2) Jasa medis dan anestesi adalah biaya professional medis yang diberikan oleh
tenaga medis.
3) Jasa sarana, penggunaan bahan dan alat yang digunakan langsung untuk
memberikan pelayanan langsung pada pasien.
b. Kajian Data
Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD Kabupaten Purbalingga.
Anggaran dana yang digunakan untuk anggaran rutin gaji pegawai dibebankan
dari APBN, sedangkan untuk pengadaan barang dan untuk pemeliharaan alat
diusulkan oleh kepala ruang dan dibebankan pada anggaran APBD yang
sebelumnya telah disetujui oleh bidang keuangan RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Dari tabel 12 terlihat pendapatan terbesar Ruang
Dahlia berasal dari subsidi Jamkesmas.
Tabel 12Distribusi Pasien Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaBerdasarkan Penanggung Jawab Pembayaran/Penjamin
No Bulan
Penjamin/Penanggung Jawab Pembayaran Jumlah
Umum AskesJamkes
masJPKM
Askes dan
JPKM
Lain-lain
1. Oktober 8 2 50 44 8 - 1122. November 39 - 32 54 9 - 134Jumlah 47 2 82 98 17 - 246Prosentase 19,1% 0,8% 33,3% 39,83% 6,91%
Sumber : Laporan Statistik Ruang Rawat Instalasi Rawat Inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
c. Analisa Data
Pendanaan di ruang Dahlia sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Untuk anggaran rutin gaji
pegawai dibebankan dari APBN, sedangkan untuk pengadaan barang dan untuk
pemeliharaan alat diusulkan oleh kepala ruang dan dibebankan pada anggaran
APBD yang sebelumnya telah disetujui oleh bidang keuangan RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Dari table diatas, pendanaan terbesar
didapatkan dari JPKM, dan Jamkesmas termasuk pemasok dana terbesar urutan
data kedua.
5. Fasilitas / Alat / Bahan dan Obat-Obatan
a. Kajian Teori
Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan
peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan dan kebidanan
merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dan kebidanan dalam menunjang kelancaran
pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan yang efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan dan jumlah yang
dibutuhkan. Untuk ruang Dahlia menyediakan alat-alat kesehatan dengan
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan yang
disusun oleh RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2010,
standar tersebut meliputi : fasilitas alat keperawatan / medis, alat rumah tangga,
alat pencatatan dan pelaporan dan alat tenun.
b. Kajian Data
Pengelolaan bahan dan alat di Ruang Dahlia sebagian sudah menggunakan
pedoman / buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan. Kepala ruang
memberikan usulan untuk kebutuhan alat / bahan di ruangan sesuai garis
koordinasi. Fasilitas alat di Ruang Dahlia dan fasilitas ruang rawat seperti pada
tabel dibawah ini :
1). Obat-obatan
Kebutuhan obat disesuaikan dengan kasus masing-masing pasien, namun
Ruang Cemapak belum memiliki persediaan obat cadangan yang sewaktu
waktu dibutuhkan pasien untuk keadaan darurat.
Tabel 13Persediaan Obat Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No Nama Obat Jumlah
1. Ondansetron 2
2 Cefotaxim 5
3. Rantin 2
4. Furosemid 1
5. Dypenhidramine 1
6. Dexamethasone 2
7. Asam Tranecksamat 2
8. Clorampenicol 1
9. Diazepam 2
10 Piracetam 1
11 Amoxiciline 5
12. Ceftriaxone 2
13. Ketoprofen 1
14. Aminophilin 1
15. Ampicilin 5
2). Fasilitas
Tabel 14Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No Nama alat StandarJml yang ada
Keterangan
1 Bak instrumen 5 buah 5 buahTersedia 2, 3 disimpan
2 Pinset anatomis 4 buah 2 buah Bagus
3 Pinset sirurgis 4 buah 2 buah Disediakan CSSD
4 Gunting lurus runcing 4 buah 1 buah Masih Bagus
5 Gunting Ver 4 buah 0 buah -
6 Mangkok akua 10 buah 0 buah -
7 Arteri Klem 2 buah 1 buah Kurang
8 Gunting Verban 2 buah 3 buah Cukup
9 Bengkok 2 buah 4 buahTersedia 2, Disediakan CSSD
10 Handscoen 10 buah - Dari pasien
11 Ambubag 1 buah 2 buah Cukup
12 Tounge spatel 3 buah 9 buah Cukup
13 Termometer 10 buah 5 buah Bagus 1, 4 Rusak
14 Korentang 2 buah 2 buah Cukup
15 Set angkat jahit1 set/
Pasien0 buah Disediakan CSSD
16 Set perawatan Kateter1set/
Pasien0 buah Disediakan CSSD
17 Stetoskop dewasa/anak 6 buah 2 buah Bagus
18 Tensimeter D/A 6 buah 4 buah Cukup
19 Nasal kanul 6 buah - Dari pasien
20 Regulator O2 4 buah 0 buahDitambah O2 Central
21 Kereta O2 4 buah 1 buah Cukup
22 Tabung O2 kecil 1 buah 1 buah Cukup
23 Tromol kasa 3 buah 1 buah Kurang
24 Gliserin spuit 1 buah 1 buah Cukup
25 Irigator 2 buah 2 buah Cukup 1, Rusak 1
26 Rektum kanul 2 buah 1 buah Bagus
27 WWZ 4 buah 1 buah Bagus
28 Pot 12 buah 0 buah -
29 Urinemeter 1 buah 0 buah Kurang
30 Urinal 28 buah 1 buah Cukup
31 Standar infus 1/pasien 27 buah Rusak 8
32 Gudel 2 buah 2 buah Cukup
33 Sputum pot 8 buah 2 buah Tersedia 1, Rusak 1
34 Tourniquet 2 buah 0 buah Tidak punya
35 Sterilisator 1 buah 5 buah Tersedia di CSSD
36 Timbangan Dws 1 buah 1 buah Cukup
37 Gantungan urin bag 6 buah 0 buah Kurang 3
38 Kereta obat 2 buah 2 buah Cukup
39 Loop lamp 1 buah 1 buah Belum tersedia
40 Tool Box Emergency 1 buah 1buah Cukup
Sumber : Buku Inventaris Alat di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, 2010.
Tabel 15
Inventaris Alat Rumah Tangga Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No Jenis alat/barang JumlahStandar/
RasioKeterangan
1 Almari ganti petugas1 buah 1 Cukup
2 Almari form pt 1 - 1/petugas -
3 Almari kayu2 buah 1 buah Bagus
4 Almari linen1 buah 1 buah Bagus
5 Almari obat pasien1 buah 1/pasien Cukup
6 Almari obat kaca 1 buah 1 buah Bagus
7 Meja tulis besi1 buah - -
8 Meja tulis kayu1 buah
- Bagus
9 Meja lipat - - -
10 Kursi besi tinggi bulat - - -
11 Kursi besi 4 buah - Bagus
12 Kursi kerja - - 2 meja + 4 kursi
13 Dingklik panjang - -
14 Pesawat telepon1 buah 1 buah Baik
15 Televisi 1 buah 1 buah Baik
16 Jam dinding1 buah 1 buah Baik
17 Komputer - - Tidak punya
18 Kereta makan steinless1 buah 1 buah Cukup
19 Kereta cucian-
- Tidak punya
20 Papan nama daftar klien 1 buah - Cukup
21 Papan nama klien21 buah 1/paien Tiap ruang rawat
22 Tempat tidur steinless 4 buah 6 buah Cukup
23 Bedside table-
- Tidak punya
24 Overbed table-
- Tidak punya
25 Kompor gas + tabung-
1 buah Tidak punya
26 Russtol-
1 buah Tidak punya
27 Rak piring 1 buah 1 buah Bagus
28 Rak Pispot susun-
1 buah Tidak punya
29 Kipas Angin/ex house1 buah 1: 1 Cukup
29 Lampu Senter 2 batu 1 buah 2 buah Kurang
30. Rak Handuk1 buah 11 buah Kurang
Sumber : Data Sekunder di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Tabel 16
Daftar Alat Linen Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No Tenun Rasio Butuh Ada Keterangan
1. Sprei 1:3 63 42 Cukup 21
2. Stik Laken 1:2 42 24 Kurang 22
3. Perlak 1:2 42 10 Kurang 32
4. Sarung Bantal 1:3 63 42 Kurang 21
5. Selimut 1:2 42 11 Kurang 31
6. Handuk 1:3 63 7 Kurang 56
7. Washlap 1:3 63 - Di pasien
8. Kasur 1:1 21 21 Cukup
9. Bantal 1:1 21 21 Cukup
Sumber : Buku Inventaris Alat Tenun Ruang Dahlia
Tabel 17
Daftar Buku Bantu Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
No Nama Buku Rasio Persediaan Keterangan
1. Buku Vital Sign 1:1 1 Aktif
2. Buku Laporan Harian 1:1 2 Aktif
3. Injeksi 1:1 1 Aktif
4. Obat oral1:1 -
Langsung di RM pasien
5. Inventaris tenun 1:1 1 Aktif
6. Buku Pengembalian RM 1:1 1 Aktif
7. Pembayaran/Administrasi 1:1 1 Aktif
8. Buku jadwal dinas ruang 1:1 1 Aktif
9. Buku orientasi pasien baru 1:1 1 Aktif
10. Buku laporan Asper 1:1 1 Aktif
11. Buku Kunjungn Satpam 1:1 1 Aktif
12. Buku Transfusi 1:1 1 Aktif
13. Buku Visite 1:1 1 Aktif
14. Buku Pasien APS 1:1 1 Aktif
15. Buku Pengambilan Obat 1:1 1 Di Apotik
16. Buku Pemakaian Waslap 1:1 1 Aktif
17. Buku Laborat 1:1 1 Aktif
18. Buku Sosialisasi Protap 1:1 1 Aktif
Sumber : Buku Inventaris Ruang Dahlia
c. Analisa Data
Berdasarkan kajian yang ditemukan ada sebagian alat/fasilitas yang belum
sesuai dengan standar seperti termometer, tensimeter, stetoskop, dan lainnya.
Ada juga alat yang dibutuhkan sudah tersedia, namun sudah rusak, seperti
termometer. Untuk inventarisasi alat yang ada di Ruang Cempak sudah
dilakukan secara rutin, karena sdah ada pertugas khusus yang bertanggung
jawab dengan hal tersebut, dan pelaporan belum dilakukan secara optimal
kepada Kepala Instalasi Rawat Inap sesuai standar. Pengelolaan alat-alat ini
menjadi tugas non keperawatn namun dalam pelaksanaanya masih bulum
optimal. Pengisian inventaris alat yang dalam kebijakan diatur tiap belum
dilaksanakan sepenuhnya.
Terdapat buku inventaris yang tidak dimanfaatkan sebagai monitoring.
Untuk alat keperawatan seperti:
1) Alat Tenun
Menurut data inventaris alat tenun tahun 2010 di ruang Dahlia belum
memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam hal kuantitasnya.
2) Alat Medis/Keperawatan
Menurut data inventaris alat medis/keperawatan tahun 2010 di Ruang Dahlia
ternyata belum memenuhi standar yang ada seperti termometer, tensimeter,
stetoskop, dan lainnya. Alat-alat kesehatan yang ada di Ruang Dahlia tidak
sesuai dengan kapasitas tempat tidur pasien. Dan terdapat juga alat yang
dibutuhkan sudah tersedia namun rusak yaitu termometer. Pencatatan alat-
alat keperawatan belum semuanya didokumentasikan.
3) Alat Pencatatan dan Pelaporan (ATK)
Alat pelaporan yang ada di ruang lavender sudah sesuai standar dan
kebutuhan.
4) Alat Rumah Tangga
Alat rumah tangga belum sesuai dalam kuantitasnya.
6. Metode / Standar / Pedoman / Prosedur Tetap Mesin
a. Kajian Teori
Standar adalah suatu tingkatan kinerja yang secara umum dikenal sebagai
sesuatu yang dapat diterima, adekuat memuaskan dan digunakan sebagai tolak
ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing
2001).
Berdasarkan Clinical Practice Guideline (1990) standar merupakan
keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang digunakan
sebagai batas penerimaan minimal atau disebut juga sebagai kisaran variasi yang
masih dapat diterima. Standar diperlukan untuk memberi suatu indikasi kualitas
yang diinginkan dengan kata lain standar digunakan untuk menilai mutu sesuai
dengan yang diharapkan.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diharapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal
10 kasus terbanyak.
b. Kajian Data
Tabel 18Daftar Protap Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaNo Nama Protap
1 Protap mencuci tangan higienis
2 Protap mencuci tangan higienis alternative
3 Protap mencuci tangan disinfeksi
4 Protap mencuci tangan bedah
5 Protap menyiapkan tempat tidur terbuka
6 Protap mengganti alat tenun dengan pasien diatasnya
7 Protap mengukur suhu tubuh
8 Protap menghitung denyut nadi
9 Protap menghitung pernapasan
10 Protap mengukur tekanan darah
11 Protap menimbang berat badan
12 Protap mengukur tinggi badan
13 Protap memberikan posisi dorsal recumbent
14 Protap memberikan posisi genu pectoral
15 Protap memberikan posisi lithotomic
16 Protap memberikan posisi semi fowler
17 Protap memberikan posisi sims
18 Protap emberikan posisi tendelen burg
19 Protap memberikan huknah tinggi
20 Protap memberikan huknah rendah
21 Protap memberikan kompres hangat
22 Protap member buli- buli panas
23 Protap memandikan pasien ditempat tidur
24 Protap mencuci rambut
25 Protap membersihkan mulut
26 Protap membantu menggosok gigi
27 Protap mencukur rambut daerah operasi
28 Protap perawatan vulva dan perineum
29 Protap perawatan payudara
30 Menyiapkan urine untuk pemeriksaan laboratorium
31 Protap menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium
32 Protap mengambil darah vena
33 Protap pemberian obat secara oral
34 Protap pemberian obat melalui rectal
35 Protap member obat tetesa hidung
36 Protap memberi obat injeksi intra vena
37 Protap memberi obat injeksi sub kutan
38 Protap memberikan obat injeksi intra kutan
39 Protap memberikan obat intra vena( langsung)
40 Protap memberikan obat injeksi intra vena( per selang)
41 Protap member obat injeksi intra muscular
42 Protap memasang infuse
43 Protap redressing infuse
44 Protap penggantian vena kateter
45 Protap melepas infuse
46 Protap memasang NGT
47 Protap member makan melalui NGT
48 Protap melepas NGT
49 Protap member minum melalui NGT
50 Protap memasang kateter
51 Protap melepas kateter menetap
52 Protap penggantian kateter menetap
53 Protap perawatan luka
54 Protap melepas drain
56 Protap mengangkat jahitan
57 Protap perawatan luka dekubitus
58 Protap pemberian transfuse darah
59 Protap penghisapan lender
60 Protap fisiotherapi dada
61 Protap batuk efektif
62 Protap bernapas dalam
63 Protap memberi minum pada bayi
64 Protap merawat tali pusat
65 Protap memandikan bayi
66 Protap menimbang berat badan
67 Protap mengganti pakaian bayi
68 Protap pemberian imunisasi BCG
69 Protap member imunisasi HB1
70 Protap memberikan imunisasi polio
71 Protap memberikan imunisasi kombo
72 Protap perawatan isolasi
73 Protap meeting moorning
74 Protap operan jaga
75 Protap sterilisasi ruangan dengan UV
76 Protap orientasi pasien baru di RRI
78 Protap penanganan sampah rumah tangga
79 Protap penanganan sampah medis tajam
80 Protap penanganan sampah medis
81 Protap pembuangan sampah medis cair terkontaminasi
82 Protap pengelolaan air limbah
83 Protap orientasi pegawai baru
84 Protap orientasi perawat/ bidan baru
85 Protap pencegahan decubitus
86 Protap memotong kuku
87 Protap pemberian obat melalui mata
88 Protap memberikan obat melalui vagina
89 Protap pemberian obat sub lingual
90 Protap rentang gerak aktif pasif
91 Protap pemberian inhalasi
92 Protap perawatan kateter menetap
93 Protap menyiapkan dahak( sputum) untuk pemeriksaan laboratorium
94 Protap pemberian oksigen
95 Protap persiapan bagi pasien untuk pemberian wp
96 Protap persiapan operasi
97 Protap penatalaksanaan hemodialisa di ruang rawat inap
98 Protap perawatan pasien post operasi dengan spinal anastesi
99 Protap perawatan pasien post operasi dengan general anastesi
100 Protap menjahit luka
101 Protap persiapan bagi pasien untuk pemeriksaan kolon in lop
102 Protap peresiapan bagi pasien untuk pemeriksaan USG
103 Protap persiapan bagi pasien untuk pemeriksaan OMD
104 Protap perawatan jenazah
Tabel 19Daftar SAK Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaNo Standar Asuhan Keperawatan
1 Askep Gastroentritis
2 Askep Febris Typoid
3 Askep Kejang demam
4 Askep bronkopneumonia
5 Askep dengue haemoragic fever
6 Askep thalasemia
7 Askep esenfalitis
8 Askep tuberculosis paru
9 Askep asma
10 Askep nephritic syndrome
11 Askep morbili
12 Askep anemia
13 Askep asfiksia neonates
14 Askep hiperbiliribinemia
15 Askep sepsis neonatorium
c. Analisa Data
Berdasar tabel diatas, secara umum protap di ruangan Dahlia sudah sesuai
dengan kebutuhan ruang perawatan pasien anak dan SAK juga sudah sesuai
dengan kebutuhan.
7. Mesin
a. Kajian Teori
Mesin adalah peralatan yang digerakan oleh mesin maupun elektronik
yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis maupun
keperawatan.
b. Kajian Data
Tabel 20Daftar Inventaris Alat (Mesin) Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadidrata PurbalinggaNo Nama Mesin Jumlah Standar Kondisi1. EKG 0 1:1 -
2. Tabung oksigen dorong 6 1:1 Baik3. Ambubag 1 1:1 Cukup4. Nebulizer 0 1:1 -5. Animec 0 1:1 -6. Suction 1 1:1 Cukup
c. Analisa Data
Dari data di atas, beberapa alat yang belum terpenuhi yaitu, nebulizer,
EKG dan animec. Sedangkan untuk ambubag dan suction kualitas dan
kuantitasnya dalam kategori cukup, sehingga penggunaanya kurang optimal.
Namun untuk tabung oksigen sudah memenuhi standar yang baik sehingga
dapat digunakan secara optimal diruangan.
C. PROSES
1. Proses Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan praktek keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2002).
Standar Praktek Keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar, yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan
tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
Tujuan Standar Keperawatan menurut Gillies (1989) adalah: 1)
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan; 2) mengurangi biaya asuhan
keperawatan; 3) melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas
dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik (Nursalam, 2002).
Perawat yang betugas dipelayanan harus melaksanakan standar asuhan
keperawatan yang ada di rumah sakit. Hal ini disahkan berdasarkan Surat
Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Nomor: YM.00.03.2.6.7637,
disusun sebagai berikut:
Standar 1 : Falsafah Keperawatan
Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
Standar 4 : Diagnosa Keperawatan
Standar 5 : Perencanaan Kepeawatan
Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Standar 7 : Evaluasi Keperawatan
Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan
Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian
asuhan keperawatan yang terdiri dari :
1) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komponen pengkajian
meliputi:
a). Pengumpulan data
Dilakukan saat pasien masuk dan dilakukan terus menerus selama proses
asuhan keperawatan berlangsung. Pengumpulan data bertujuan untuk
mendapapatkan data penting tentang pasien. Pengumpulan data harus
memenuhi kriteria:
(1) Menggunakan format yang ada
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang teredia
(4) Aktual (terkini, baru)
(5) Absah (valid)
b). Pengelompokkan data
Data yang sudah terkumpul perlu dikelompokkkan sesuai kelompok data
tertentu (sesuai kebutuhan dasar atau bio, psiko, sosio, kultural) untuk
menentukan masalah yang terjadi pada pasien.
c). Perumusan masalah
Perumusan masalah perlu memperhatikan kriteria:
(1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
(2) Perumusan masalah sesuai data yang dikumpulkan
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual,
resiko maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasrkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan
dengan fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria penyusunan diagnosa
keperawatan:
a). Diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien
b). Dibuat sesuai dengan kewenangan perawat
c). Dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala
(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
d). Bersifat actual apabila masalah kesehatan nyata
e). Resiko apabila masalah kemungkinan besar akan terjadi,
f). Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
a). Prioritas masalah
(1) Prioritas utama ditentukan dengan memberi prioritas pada masalah
yang mengancam kehidupan pasien.
(2) Prioritas kedua adalah masalah yang menangancam status
kesehatan seseorang
(3) Prioritas ketiga mesalah yang mempengeruhi perilaku.
b). Tujuan
Dalam menyusun tujuan asuhan keperawatan perlu memperhatikan
metode SMART yaitu spesifik, measureable (dapat diukur), accountable
(dapat dicapai dengan batas waktu tertentu), realistic (realistik),
reasonable (masuk akal).
c). Rencana tindakan.
Kriteria dalam membuat recana tindakan:
(1) Disusun berdasar tujuan
(2) Melibatkan pasien/keluarga
(3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
(4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat
(5) Menjamin rasa aman nyaman pasien
(6) Menggunakan kalimat perintah yang ringkas, tegas dengan bahasa
yang mudah dimengerti.
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemuliahan serta pemeliharaan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga. Tindakan keperawatan dapat
dilakukan oleh perawat secara mandiri (independent), bekerja sama dengan
tim kesehatan lain (kolaboratif/interdependent), atau dilakukan bersama
pasien/keluarga. Kriteria:
(1) Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada
(2) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritul pasien
(3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
kepada klien sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada
(4) Menerapkan prinsip aseptic dan anti septic
(5) Menerapkan prinsip aman, nyaman, nyaman, ekonomis, menjadi
privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien
(6) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
(7) Merujuk segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien
(8) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
(9) Merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan
(10) Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknik yang telah
ditentukan.
5) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodic sistemik, dan berencaana utuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dialaksanakan dengan memeriksa
kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan yang
telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien,
keluarga dan tim kesehatan lain serta dilakukan sesuai dengan standar.
Catatan asuhan keperawatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan. Catatan dapat
digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan yang digunakan
setelah selesai melakukan tindakan asuhan keperawatan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan
proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf dan nama
perawat yang melaksanakan tindkan dan waktu pelaksanaan serta menggunakan
formulir yang telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan
standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan telah dijabarkan oleh
PPNI (2000) yang mengacu dalam tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Instrumen penilaian standar tersebut telah disusun oleh DepKes (instrumen A).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dnegan menggunakan metoda pencatatan
FOCUS (Process Oriented and Client Focus System) digunakan untuk
mengorganisir dokumentasi asuhan perawatan. Penulisan catatan perkembangan
dengan menggunakan format DAR (Data-Action-Respon), dengan data berisi
mengenai data subyektif dan obyektif yang mendukung dokumentasi focus,
action berupa dokumentasi tindakan keperawatan yang segera atau yang akan
dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi keadaan klien dan respon
berupa dokumentasi terhadap respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
b. Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi tentang proses
pendokumentasian asuhan keperawatan dari 10 medikal record pasien yang
dirawat minimal 3 hari didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 21Hasil Evaluasi Instrumen A
Di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata PurbalinggaNo Aspek yang dinilai Hasil
(%)Keterangan
1. Pengkajian 68,3 Masalah belum dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan pola fungsional
Pengkajian tidak lengkap2. Diagnosa
Keperawatan 85,56 diagnosa tidak ditulis secara
lengkap dengan PES (hanya problem)
diagnosa belum disusun berdasar prioritas
3. Perencanaan 85,83 hanya sebagian yang berdasar
diagnosa keperawatan tidak mencerminkan keterlibatan
keluarga dalam merawat pasien4. Tindakan 75,83 tindakan berdasarkan rutinitas
baru sebagian yang mengacu pada tujuan
5. Evaluasi 80 masih banyak yang belum mengacu pada tujuan (SOAP) dan tujuan/ criteria hasil.
6. Catatan Asuhan Keperawatan
78,67 pencatatan yang ditulis belum ringkas dan menggunakan istilah yang baku dan benar, beberapa belum dituliskan nama,tanggal dan jam dilakukan tindakan keperawatan
Rata-rata 79,03
Sumber : hasil observasi tanggal 29 November – 5 Desember 2010.
c. Analisa Data
Berdasarkan hasil penilaian dengan Instrumen A dapat dianalisa:
1) Proses asuhan keperawatan belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2) Diagnosa tidak ditulis secara lengkap dengan PES (hanya problem) dan belum
dibuat prioritas
3) Tujuan belum dituliskan secara terinci (waktu, tujuan dan intervensi dan
kriteria) rencana tindakan tidak mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah,
terinci, dan jelas, rencana tindakan tidak menggambarkan keterlibatkan pasien
atau keluarga.
4) Tindakan baru sebagian yang mengacu pada tujuan
5) Evaluasi masih banyak yang belum mengacu pada tujuan (SOAP)
2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
a. Perencanaan
1) Kajian teori
Proses manajemen keperawatan merupakan mekanisme kerja dari
fungsi fungsi manajemen yang dapat digambarkan dalam skema dibawah
Gambar 3Mekanisme Kerja Dan Fungsi Manajemen
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana
akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua Pasien, menegakan
Keinginan/Kebutuhan Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengkoordinasian
PengawasanInformasi
Tujuan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan. Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan
pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada
kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus
diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam
upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan
kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian
perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi.
Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
Obyektif, berisi langkah – langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
Aturan, berisi langkah – langkah antisipasi untuk hal – hal yang
menyimpang.
Model perencanaan meliputi :
a) Reactive Planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi
tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang ada.
b) Inactive Planning, yaitu perencanaan yang sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan perkembangan masalah).
c) Preactive Planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan
tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai
jelas, terdapat pembatasan antara waktu perencanaan berlangsung,
terdapat indikator untuk pencapaian target, resiko dan ketidakpastian
jelas.
d) Proactive Planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Masa lalu
digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang
dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaa, dan
masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
a) Perencanaan jangka pendek : Target waktu dalam seminggu atau sebulan
b) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu satu tahun.
c) Perencanaan jangka panjang : periode tahun mendatang.
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
a) Menyusun rencana kerja kepala unit.
b) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan.
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dan instalasi
Tabel 22
Kajian Planning Di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
Periode 29 November - 4 Desember 2010
No Standar Dokumen Ket12
3
Jadwal Dinas Koordinasi dengan Perawat Primer
Perencanaan Tahunan oleh Ka-Ru
AdaAda
Ada
Disusun tiap bulanDilakukan koordinasi tapi tidak didokumentasikanPerencanaan terakhir tahun 2010
- Perencanaan Pengembangan Staf
- Alat/Fasilitas- Kebutuhan Tenaga- Cuti
Sumber : Hasil observasi tanggal 29-2 Des 2010 di ruang Dahlia RSUD dR. R Goeteng Tarunadibrata Purbalingga
2) Kajian Data
Penyusunan perencanaan mengacu perencanaan dari Divisi
Keperawatan dan Instalasi Rawat Inap dengan melibatkan Penanggung
jawab pelayanan. Penanggung jawab logistik dan Penanggung jawab SDM.
Dari hasil perencanaan yang sudah ada oleh Kepala Ruang disosialisasikan
ke staf ruang. Setelah pembicaraan tersebut lalu bersama Kepala Ruang dan
Staf ruangan melaksanakan rencana yang telah diprogramkan.
Setiap bulan Penanggung Jawab Ruangan telah membuat
perencanaan bulanan seperti rapat bulan di ruangan dan pertemuan
mingguan dengan Penyelia, Kepala Instalasi dan Divisi Keperawatan.
Perencanaan jangka panjang melalui pengembangan SDM terutama perawat
dengan melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi atau dengan
pelatihan-pelatihan yang diusulkan oleh Kepala Ruang dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan prosedur tetap/protap dan disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan. Penambahan peralatan barang yang tidak habis
pakai seperti meja beroda atau troli, standard infus dengan
mengajukan/melaporkan ke Penyelia, kemudian Penyelia meminta pada
instalansi peralatan/perlengkapan atau langsung ke bagian perlengkapan.
Kepala Ruang setiap tahun juga melakukan evaluasi kegiatan dan kebutuhan
(alat/tenaga keperawatan) di ruangan untuk membuat rencana kegiatan dan
rencana kebutuhan tahun berikutnya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di Ruang
Dahlia didapatkan bahwa perencanaan jangka menengah dengan pengaturan
dinas yang dijadwal oleh Kepala Ruang atau PN (Primary Nurse) yang
diketahui dan disetujui oleh Kepala Ruang dan Kepala IRNA I. Kepala
Ruang memberikan kesempatan setiap perawat untuk mengajukan pesanan
jadwal dinas/perencanaan cuti yang disesuaikan dengan keadaan ruangan
serta di ketahui oleh Kepala Ruang. Untuk perlengkapan rutin/barang habis
pakai seperti kapas, savlon, dll diajukan/dimintakan ke bagian TU Penyakit
Dalam, kemudian TU meneruskan ke bagian perlengkapan, rumah tangga
dan farmasi.
Sedangkan untuk perencanaan jangka pendek, perubahan jadwal
dinas dilakukan antar perawat yang bersangkutan apabila ada keperluan dan
diketahui Kepala Ruang tanpa memperhatikan antar jabatan sebagai PPJR.
Untuk perbaikan fasilitas akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan
seperti telepon mati, tensi rusak, dan lain-lain dengan melaporkan langsung
ke bagian tehnik atau apabila prosesnya lama maka ruangan melaporkan
pada Penyelia kemudian akan ditindaklanjuti/dicek ke bagian tehnik.
3) Analisis Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisa
Berdasarkan perencanaan kegiatan di Ruang Dahlia sudah sesuai dengan
prosedur, yaitu dengan melakukan koordinasi dengan unit pelayanan terkait,
melibatkan staf dan melaksanakan perencanaan secara bottom up. Jadi
secara garis besar tidak ada masalah dengan sistem perencanaan di Ruang
Dahlia
b. Pengorganisasian
1) Kajian Teori
Proses pengorganisasian mencakup usaha membagi-bagi pekerjaan
(untuk mencapai tujuan) ke dalam departemen-departemen dan jabatan-
jabatan tertentu, dan kemudian mengadakan koordinasi yang perlu untuk
menjamin bahwa departemen dan jabatan tersebut sudah sesuai. Tujuan
organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan
berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin tugas-tugas tersebut
terkoordinir. Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama
dalam manajemen keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan
untuk menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan keterampilan
personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansburg, 2000).
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab
dan mekanisme pertanggungjawaban masing – masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah (Nursalam, 2002) :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2 – 3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistic unit.
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada
ketua tim
h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
Pasien.
i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
j) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan model praktek
keperawatan professional (MPKP) sebagai suatu system (struktur, proses,
nilai – nilai professional) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen
subsistem antara lain:
1) Nilai – nilai professional (inti MPKP)
2) Pendekatan Manajemen
3) Metode pemberian asuhan keperawatan.
4) Hubungan Profesional.
5) Sistem kompensasi dan penghargaan.
Dalam system pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai
metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) metode asuhan
keperawatan terdiri dari :
1) Metode kasus
2) Metode Fungsional
3) Metode Tim
4) Metode Primer
1) Metode Kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (1880) dimana seorang
Pasien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan Pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif dan tak
ada jaminan bahwa Pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu Pasien satu
perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat prifat atau
untuk perawatan khusus seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
Sederhana dan langsung
Garis pertanggungjawaban jelas.
Kebutuhan Pasien cepat terpenuhi.
Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman
Mahal, perawat professional termasuk melakukan tugas non
professional
2) Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar Pasien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh
perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas.
Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini
merupakan manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat senior menyibukan diri
dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan Pasien
diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak
memberikan kepuasan kepada Pasien dan perawat karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada Pasien terfragmentasi menurut tugas
atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan system ini baik dan berguna
untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi
lain asuhan ini tidak professional dan tidak berdasarkan pada masalah
Pasien.
Keuntungan dari metode ini adalah :
Lebih sedikit membutuhkan perawat
Efisien
Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah :
Tidak efektif
Fragmentasi pelayanan
Membosankan.
Komunikasi minimal
Tidak holistic
Tidak professional
Tidak memberikan kepuasaan kepada Pasien dan perawat.
3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda–beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok Pasien. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan
dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua Pasien yang ada di bawah
tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada Pasien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan
keperawatan ini adalah memberikan suatu asuhan keperawatan yang lebih
baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
Memberikan kepuasaan bagi perawat dank lien
Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
Komprehensif dan holistic
Produktif, kerjasama, komunikasi dan Moral.
Kerugian dari metode ini adalah :
Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
professional.
4) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam
suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan yang professional. Pada
metode ini. Setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh
secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulia dari Pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit,
mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya
keterikatan kuat dan terus menerus antara Pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama Pasien dirawat.
Kelebihan dari model ini adalah model ini bersifat kontinu dan
komperhensif dalam melakukan proses keperawatan kepada Pasien dan
perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
kemungkinan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah
Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi,
dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai dengan criteria asertif, mampu mengatur diri sendiri,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, penguasan klinik,
akuntabel dan mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar (Marquis
and Huston, 1998)
Gambar 3Diagram Model Keperawatan Primer
Dokter Kepala Ruang Sarana RS
Perawat Primer
Pasien
Pada penerapannya metode pemberian asuhan keperawatan memerlukan
3 komponen utama yaitu:
1) Ketenagaan
2) Metode pemberian asuhan keperawatan
3) Dokumentasi keperawatan
Pada metode asuhan keperawatan ada beberapa cara yaitu timbang
terima, ronde keperawatan, dan model asuhan keperawatan.. Timbang terima
dilakukan saat pergantian jaga dan perawat ke 2 shift bersama – sama melihat
keadaan Pasien.
Gambar 4Alur Timbang Terima Pasien
Pasien
Diagnosa Medis/Masalah Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan
Yang telah dilakukan Yang Akan Dilakukan
Perawat PelaksanaPagi
Perawat Pelaksana Sore
Perawat Pelaksana Malam
5) Metode Primer Modifikasi ( MPM )
Metode MPM adalah metode modifikasi antara metode primer dan
tim. Metode didasarkan pada beberapa alasan antara lain :
- Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan.
- Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab Pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
2) Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dan kepala ruang
mengenai pelaksanaan, perencanaan di ruang Dahlia dan dari hasil tersebut
dihasilkan data bahwa pengorganisasian yang di gunakan di ruang Dahlia
adalah metode primer modifikasi yaitu gabungan dari model asuhan
keperawatan primer dan metode tim karena beberapa alasan yaitu :
keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena perawat primer di
Perkembangan Keadaan Pasien
Masalah:Teratasi
Teratasi sebagianBelum teratasiMasalah baru
ruang Dahlia belum berpendidikan S1, keperawatan tim tidak dilakukan
secara penuh karena tanggung jawab pasien terkelompok dalam berbagai
tim.
Analisa pelaksanaan MPM diruang Dahlia adalah
a. Pelaksanaan metode MPM belum berjalan secara optimal karena
pada pelaksanaanya PP dan PA yang berdinas belum mencerminkan
metode tersebut seperti belum, pembagian tugas saat shift,
melakukan pre dan post conference tetapi belum sesuai dengan
konsep teori.
b. Pemberian asuhan keperawatan terbagi dalam dua group dengan
tanggung jawab masing-masing group oleh perawat primer ( PP )
dan tiap group memiliki 4-5 perawat pelaksana ( PA ). Pembagian
tanggung jawab masing-masing group berdasarkan pada kasus yang
ada di ruangan.
Berikut ini disampaikan hasil observasi dengan menggunakan
instrumen penilaian metode MPM yang dilakukan selama 3 hari, mulai
tanggal 29 Nov- 2 Des 2010.
Tabel 23Penilaian Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata PurbalinggaNo
Variabel yang DinilaiObservasi
SL SR KD TP
1. Membagi staf kedalam
beberapa group sesuai
dengan kemampuan dan
beban kerja
√
2. Membuat jadwal dinas pagi,
sore, malam dengan
koordinasi dengan PP
√
3. Melakukan meeting morning √
4. Membagi pasien kepada
masing-masing group MPM
sesuai dengan kemampuan
dan beban kerja
√
5. Memfasilitasi dan
mendukung kelancaran
tugas PP dan PA
√
6. Melakukan supervisi dan
memberi motivasi seluruh
staf kep. untuk mencapai
kinerja yang optimal
√
7. Melakukan upaya
peningkatan mutu asuhan
kep. dengan melakukan
evaluasi melalui angket
setiap pasien pulang
√
8. Mendelegasikan tugas
kepada PA pada jaga malam
S/M/H Berperan sebagai
√
9 konsultan
Jumlah 24 1
Skor =24+1 x 100% = 92,59% 27
Tabel 24Penilaian Pelaksanaan Tugas Perawat Primer Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No Variabel yang DinilaiObservasi
SL SR KD TP
1. Bertugas pada pagi hari √
2. Bersama PA menerima
operan tugas jaga malam
√
3. Bersama PA melakukan
konfirmasi/supervisi tentang
kondisi klien segera setelah
operan
√
4. Bersama PA melakukan doa
bersama sebagai awal dan
√
akhir tugas, dilakukan
setelah operan
5. Melakukan pre conference
dengan semua PA yang ada
dalam grupnya setiap awal
dinas pagi
√
6. Membagi pasien/tugas pada
anggota group sesuai
kemampuan dan beban kerja
√
7. Melakukan pengkajian,
menetapkan
masalah/diagnosa dan
perencanaan keperawatan
semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan
√
8. Memonitor dan
membimbing tugas PA
√
9. Membantu tugas PA untuk
kelancaran pelaksanaan
asuhan pasien
√
10. Mengoreksi, merevisi dan
melengkapi catatan askep
yang dilakukan oleh PA
yang ada dibawah tanggung
jawabnya
√
11. Melakukan evaluasi hasil √
kepada setiap pasien sesuai
dengan tujuan yang ada
dalam perencanaan askep di
rekam keperawatan
12. Melaksanakan post
conference setiap akhir dinas
dan menerima lapoan akhir
tugas jaga dari PA pada
groupnya untuk persiapan
operan tugas jaga berikutnya
√
13. Mendampingi PA dalam
operan tugas jaga kepada
group yang tugas berikutnya
√
14. Memperkenalkan anggota
group yang ada dalam satu
grup/yang akan merawat
selama pasien dirawat pada
klien/keluarga baru
√
15. Mendelegasikan tugas
kepada PA pada S/M/HL
√
16. Melaksanakan pendelegasian
tugas Ka Ruang pagi hari
bila tidak bertugas
√
17. Melaksanakan studi kasus
dengan dokter dan tim
kesehatan lain tiap minggu
√
18. Melaksanakan studi kasus
dalam pertemuan rutin
√
keperawatan di ruang
minimal sebulan sekali
19. Menyelenggarakan diskusi
kasus sesuai prosedur
√
20. Melakukan tugas lain sesuai
uraian tugas
√
JUMLAH 48 4 2
Skor = (48+4+2) x 100% = 90% 60
Tabel 25Penilaian Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
NoVARIABEL YANG
DINILAI
OBSERVASI
SL SR KD TP
1. Melaksanakan operan tugas
setiap awal dan akhir jaga
dari dan kepada PA yang ada
dalam satu group
√
2. Melakukan
konfirmasi/supervisi tentang
kondisi pasien segera setelah
operan
√
3. Melakukan doa pada awal
dan akhir dinas
√
4. Mengikuti pre conference
yang diadakan oleh PA tiap
√
dinas pagi
5. Melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien
yang menjadi
tanggungnjawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan
√
6. Melakukan monitoring
respon pasien dan ada bukti
di rekam keperawatan
√
7. Melakukan konsultasi
tentang masalah klien/klg
kepada PP
√
8. Membimbing dan melakukan
pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada
di bukti rekam keperawatan
√
9. Menerima keluhan klien/klg
dan berusaha mengatasinya
√
10. Melengkapi catatan askep
pada semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
√
11. Melakukan evaluasi askep
setiap akhir tugas pada semua
pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada
di bukti rekam keperawatan
√
12. Mengikuti post conference √
yang dilakukan oleh PP pada
akhir tugas dan melaporkan
kondisi dan perkembangan
semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya pada PP
13. Bila PP tidak ada, wajib
mengenalkan anggota group
yang ada dalam satu group
yang akan memberikan askep
pada jaga berikutnya kepada
klien/klg
√
14. Berkoordinasi dengan PP/Ka.
Ruang/dokter/tim kesehatan
lain bila ada masalah klien
pada S/M/HL
√
15. Mengikuti diskusi kasus
dengan tim kesehatan lain
tiap satu minggu sekali
√
16. Melaksanakan tugas
pendelegasian PP pada sore,
malam dan atau hari libur
√
17. Mengikuti diskusi kasus
dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan
√
18. Melaksanakan tugas lain
sesuai uraian tugas anggota
tim
√
Skor = (48+2+1) x 100% = 94%
54Tabel 26
Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Perawat Dengan Pasien
Di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No VARIABEL YANG DINILAIOBSERVASI
SL SR KD TP
1. Ka. Ruang melakukan
supervisi seluruh pasien yang
ada di ruangan tiap awal tugas
√
2. PP dan PA melakukan
supervisi seluruh pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
segera setelah menerima
operan tugas
√
3. PP menginformasikan
peraturan dan tata tertib RS
yang berlaku pada tiap pasien
atau keluarga pasien
√
4. PP mengenalkan perawat
dalam satu group yang akan
merawat selama pasien di RS
√
5. PP atau PA melakukan
visit/monitoring pasien untuk
mengetahui perkembangan
pasien
√
6. PP memberi penjelasan tiap
rencana tindakan atau program
pengobatan sesuai wewenang
dan tanggung jawabnya
√
7. Setiap akan melakukan
tindakan perawatan PP atau PA
memberi penjelasan atas
tindakan yang akan dilakukan
pada pasien/keluarga pasien
√
8 PP atau PA bersedia menerima
konsultasi/keluhan
pasien/keluarga dan berupaya
mengatasi
√
9. Pasien atau keluarga
mengetahui siapa PP atau PA
yang bertanggung jawab
selama pasien dirawat
√
10
.
PP atau PA memberitahu dan
mempersiapkan pasien yang
akan pulang/melakukan
discharge planning
√
JUMLAH 27 1
Skor = (27+1 ) x !00% = 93,33% 30
Tabel 27Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
Yang Dapat Menjamin Asuhan KeperawatanDi Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
NoVARIABEL YANG DINILAI
OBSERVASI
SL SR KD TP
1. Perwat mengadakan pertemuan
Ka Ru minimal 1x/minggu
√
2. Ka Ru mengadakan pertemuan √
rutin dengan seluruh staf
keperawatan minimal sebulan
sekali
3. Ka Ru mengadakan pertemuan
rutin dengan PP minimal
seminggu sekali
√
4. PP mengadakan pre-post
conference pada tiap awal dan
akhir jaga pagi
√
5. PP menerima serah terima dari
AN dari tugas jaga sebelumnya
√
6. PP mendampingi serah terima dari
AN dan tugas jaga berikutnya
√
7. PA melakukan serah terima
dengan PA tugas jaga berikutnya
√
8. PP Melengkapi catatan
askep/dokumentasi terutama
dalam pengkajian, diagnosa dan
rencana keperawatan pada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
√
9 PA melakukan catatan
askep/dokumentasi terutama
dalam pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan
√
10. PP membuat laporan tugas pada
Ka Ru setiap akhir tugas terutama
keadaan umum pasien dan
permasalahan yang ada
√
11 PP memberi
motivasi/bimbingan/reinforcement
dengan PA setiap hari
√
12. PA mengantikan tugas PP bila PP
tidak ada
√
13. PP mengantikan tugas Ka Ru pada
tugas S/M/HL
√
JUMLAH 30 4 1
Skor = (30+4+1) x 100% = 89,74% 39
Tabel 28Penilaian Hubungan Profesional
Antar Staf Perawat Dengan Dokter/Tim Kesehatan LainDi Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No VARIABEL YANG DINILAIOBSERVASI
SL SR KD TP
1. PP atau PA melakukan visite
bersama dokter atau petugas
kesehatan lain
√
2. PP melakukan diskusi kasus
dengan dokter/tim kesehatan
minimal 1x/minggu
√
3. Hubungan
profesional/kemitraan dengan
dokter /tim kesehatan lain
tercermin dalam dokumen
rekam medik
√
4. PP atau PA dapat segera √
memberikan data pasien yang
akurat dengan cepat dan tepat
kepada dokter/tim kesehatan
lain bila dibutuhkan
5. PP/PA menggunakan rekam
medik sebagai sarana
hubungan profesional dalam
rangka pelaksanaan program
kolaborasi
√
6. Dokter/tim kesehatan lain
menggunakan rekam
keperawatan sebagai sarana
hubungan profesional dalam
rangka program kolaborasi
√
7. Dokter/tim kesehatan lain
mengetahui setiap pasien siapa
PP nya
√
8. PP memfasilitasi pelaksanaan
konsultasi pasien/keluarga
dengan dokter/tim kesehatan
lain
√
JUMLAH 21 1
Skor = (21+1) x 100% = 91,6% 24
Tabel 29Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga
Di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata PurbalinggaNo VARIABEL YANG DINILAI OBSERVASI
SL(3) SR(2 KD TP
)
1. Didahului do’a bersama √
2.
Komunikasi antar pemberi
tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan
didepan pintu dengan suara
perlahan/tidak ribut
√
3.
Menyebutkan identitas pasien,
dx medis, dx keperawatan,
tindakan keperawatan yang
telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaan
√
4.
Menginformasikan jenis, dan
waktu rencana tindakan
kepaerawatan yang belum
dilakukan
√
5.Menyebutkan perkembangan
pasien yang ada selama shift√
6.Menginformasikan pendidikan
kesehatan yang telah dilakukan√
7.Mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan√
8.
Menyebutkan terapi dan
tindakan medis beserta
waktunya yang dilakukan
selama shift
√
9. Menyebutkan tindakan medis √
yang belum dilakukan selama
shift
10.
Menginformasikan pada
pasien/keluarga nama perawat
shift berikutnya pada akhir
tugas
√
11
Memberi salam pada pasien,
keluarga, serta mengobservasi
dan menginspeksi keadaan
pasien, menanyakan keluhan
pasien (dalam rangka
klarifikasi)
√
JUMLAH 33
Skor = 33 x 100% = 100% 33
Tabel 30Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Ruang
Di Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No VARIABEL YANG DINILAIOBSERVASI
SL(3) SR(2) KD(1) TP(0)
1 Karu menyiapkan tempat
untuk meeting morning
√
2. Karu memberikan arahan pada
staf dengan materi yang telah
disiapkan sebelumnya
√
3. Karu memberikan klarifikasi
apa yang telah disampaikan
pada staf
√
4. Memberikan pada staf untuk √
mengungkapkan permasalahan
yang muncul di ruangan
5. Bersama staf mendiskusikan
pemecahan masalah yang
dapat ditempuh
√
6. Karu memberi motifasi dan
reinforcement pada staf
√
JUMLAH 9 2 1 0
Skor = 9+2+1 x 100% = 66,66% 18
Tabel 31Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng
Taroedibrata PurbalinggaNo
VARIABEL YANG
DINILAI
OBSERVASI
SL(3)SR(2
)KD(1) TP(0)
1. Menyiapkan tempat untuk
pre coference
√
2. Menyiapkan rekam medik
pasien yang menjadi
tanggung jawab
√
3. Menjelaskan tujuan
dilakukan post conference
√
4. Memandu pelaksanaan pre
conference
√
5. Menjelaskan masalah
keperawatan pasien dan
rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya
√
6. Membagi tugas pada PA
sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan
memperhatikan
keseimbangan kerja
√
7. Mendiskusikan cara dan
strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien/tindakan
√
8. Memotivasi untuk
memberikan tanggapan dan
penyelesaian masalah yang
sedang didiskusikan
√
9. Mengklarifikasikan kesiapan
PA untuk melaksanakan
asuhan keperawatan pada
pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
√
10 Memberikan reinforcemen
positif pada PA
√
11 Menyimpulkan hasil post √
conference
JUMLAH 30 1
Skor = 30+1 x 100% = 93,94% 33
Tabel 32Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No VARIABEL YANG DINILAIOBSERVASI
SL(3) SR(2) KD(1) TP(0)
1. Menyiapkan tempat untuk post
coference
√
2. Menyiapkan rekam medik
pasien yang menjadi tanggung
jawab
√
3. Menjelaskan tujuan dilakukan
post conference
√
4. Menerima penjelasan dari PA
tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah
dilakukan
√
5. Mendiskusikan masalah yang
telah ditemukan dalam
memberikan askep pada pasien
dan mencari upaya
penyelesaian masalah
√
6. Memberi reinforcemen pada
PA
√
7. Menyimpulkan hasil post √
conference
8. Mengklarifikasi pasien
sebelum melakuakan operan
tugas jaga shift berikutnya
(melakukan ronde
keperawatan)
√
JUMLAH18
2 1
Skor = 18+2+1 x 100% = 87,5% 24
Tabel 33Evaluasi Pelaksanaan Informasi Pasien Baru
Ruang Dahlia RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata Purbalingga
No Kegiatan
Pelaksanaan
Ya Tidak
n % n %
1. Persiapan
a.Menyiapkan ruangan
khusus yang rapi dan
tenang untuk
memberikan informasi
bagi pasien
baru/keluarga
√
b.Menyiapkan pedoman
informasi pasien baru
√
c.Mengajak
pasien/keluarga ke
ruangan yang telah
√
dipersiapkan untuk
mendapatkaan informasi
d.mempersilakan
pasien/keluarga duduk
berhadapan dengan
perawat
√
2. Pelaksanaan
a.Memperkenalkan diri
dan menjelaskan tujuan
informasi pasien baru
√
b.Menyerahkan 1 berkas
pedoman informasi
pasien baru pada
pasien/keluarga untuk
dibaca bersama
√
c.Menjelaskan informasi
secara urut sesuai
pedoman
√
d.Mempersilakan keluarga
membaca informasi
mengenai hak dan
kewajiban pasien
√
e.Meminta
pasien/keluarga bertanya
jika ada hal yang belum
jelas
√
3. Pendokumentasian
a.Meminta
pasien/keluarga untuk
mengisi formulir
pernyataan informasi
dan menandatanganinya
√
b.Menandatangani
pernyataan yang telah
dibuat pasien/keluarga
√
c.Menyimpan bukti
pemberian informasi
pada tempat yang telah
ditentukan
√
4. Pemberian informasi berkelanjutan
a.Memberikan penjelasan
pada pasien/keluarga
mengenai perkembangan
pasien setiap hari
√
b.Mencatat informasi yang
telah diberikan di rekam
perawatan pasien
√
JUMLAH 14 7
Skor = 14+7 x 100% = 75% 28
Table 34Evaluasi Pelaksanaan MPKP Di Ruang Dahlia
RSUD dr. R. Goeteng Taroedibrata PurbalinggaNO VARIABEL YANG DINILAI HASIL
1 Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang 92,59%
2. Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Primer/PP 90%
3. Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana/PA 94%
4. Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference 93,94%
5. Evaluasi Pelaksanaan Post Conference 87,5%
6. Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning 66,66%
7. Evaluasi Pelaksanaan serah terima tugas (operan) 100%
8 Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Perawat
Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain
91,6%
9 Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Perawat
dalam menjamin askep
84,74%
10 Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Perawat
Dengan Pasien
93,33%
11 Evaluasi pelaksanaan informasi pasien baru 75%
Jumlah Hubungan Profesional
Hasil MPKP = Total skor Item
= 969,36 11 = 88,12 %
3) Analisis
Berdasarkan kajian data yang diperoleh dapat dianalisis bahwa
baik PP, PA dan Kepala Ruang belum menerapakan seluruh pelaksanaan
MPM. Hal tersebut selain karena keterbatasan sumber daya manusia dan
perawat di ruang Dahlia dari PA, PN dan karu belum ada yang mendapat
pelatihan MPM
C. Pengarahan / Penggerakan
1) Kajian teori
Fungsi manjement merupakan fungsi pengarahan semua kegiatan
yang telah dituangkan dalam funsi pengorganisasian untuk mencapai
tujuan organisasio yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan.
Pengarahan adalah membuat atau mendapatkan staf melakukan apa yang
diinginkan dan harus mereka lakukan. Pengarahan melibatkan kualitas,
gaya, kekuasaan pemimpin (komunikasi, motifasi, disiplin).
Pengarahan tidak lepas dari kemampuan manajer untuk bisa
mengarahkan stafnya ataupun bawahanya untuk menjalankan fungsinya
masing-masing dengan baik ( adi koesoemo, 1994 )
Teori pengarahan SDM
a) Teori x
Dalam teori menganggap bahwa karyawan adalah orang yang malas
sehingga harus diarahkan dengan paksaan bahkan dengan ancaman dan
hukuman.
b) Teori y
Teori ini menganggap rata-rata karyawan senang bekerja asal diberi
rangsangan dan dihargai, mempunyai kemauan dan dedikasi yang tinggi
dan asal diajak komnikasi yang baik serta imbalan yang baik.
c) Teori z
Menyatakan bahwa peran serta semua jajaran karyawan merupakan
kunci suksesnya produktivitas dari suatu organisasi. Untuk mencapai
sasaran tersebut perlu 3 hal penting, motivasi, kemampuan individu,
sistem manajement.
2) Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenal
penggerakkan dan pelaksanaa diruang Cempak kepada kepela ruang
Dahlia kepada kepala ruang dan PP, di dapatkan data bahwa kepala ruang
melakukan pengarahan secara terbuka dan cenderung me nggunakan teori
z. Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan dan
pelaksanaan. Kepala ruang memberikan komando, arahan dan bimbingan
kepada seluruh staf. Pertemuan rutin dilaksanakan 2 bulan sekali dan bila
ada hal yang mendesak maka kegiatan dilaksanakn setiap saat dengan
mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, dan bekerja sama antar staf.
3) Analisa
Kepala ruang telah melaksanakan funsi penggerakan dan proses
pengarahan diruang Dahlia berjalan dengan baik.
a. Pengawasan
1) Kajian teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar
dan mengambil tindakan koreksi bila kinerja yang didapat tidak sesuai
dengan standar ( Nursalam, 2002). Beberapa hal yang menyababkan
pengendalian/pengawasan semakin diperlukan dalam setiap organisasi,
antara lain : perubahan kondisi, kompleksitas, kemungkinan membuat
kesalahan ( Adi koesoemo, 1994 ).
Pengawasan penting untuk mengetahui apakah kegiatan telah
berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan apakah kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dapat mencapai hasil yang
diinginkan ( Brooten, 1984 ).
Pada level manajerial keperawatan terendah yaitu kepala ruang,
pengawasan mencakup dua hal pokok yaitu pengawasn yang berfokus
pada perawatan klien serta pengawasan aktifitas ruangan termasuk
pengawasan pada tenaga perawat ( Brooeten, 1984 ).
Pengawasan melalui komunikasi adalah mengawasi dan
komunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur, yaitu :
a) Penetapan standar pelaksanaan
b) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
c) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan
d) Pengambilan tindakan koreksi
Pelaksanaan pengawasan antara lain : pengawasan langsung
melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara
lisan dan memperbaiki atau memperbaiki kelemahan yang ada saat itu
juga, pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat
yang ada, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta mencatat
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan,
mendengar laporan dari PN mengenai pelaksanaan tugas, mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan denagn rencana perwatan yang
telah disusun bersama dengan PN.
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir
dari proses manajemen dan ada 3 macam pengawasan yaitu :
a) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari
bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baikm
sumber daya, SDM, bahan dan alat maupun dana
b) Consren control, pengendalian berlangsung saat pekerjaan berlangsung
guna memastikan sasaran tercapai.
c) Feed back control, pengendalian untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, bila ada penyimpangan akan
merupakan pelajaran untuk aktivitas yang sama dimasa yang akan
datang
2) Kajian Data
Pengontrolan dilakukan oleh kepala ruang secara langsung dan tak
langsung, untuk penanggung jawab pelayanan diruang dilakukan langsung
oleh kepala ruang dan pada kondisi tertentu PP dapat mengambil alih tugas
dari kepala ruang untuk fungsi pengawasan bila kepala ruang tidak ada
ditempat atau berhalangan melaksanakan tugas.
Pengawasan secara tidak langsung dengan mendengarkan masukan
dan laporan dari perawat pelaksana atau petugas non medis. Pengendalian
dilakukan dengan pembinaan segera setelah adanya masalah atau
disampaikan pad pertemuan rutin, selain dilakukan pembinaan juga
dilakukan arahan dan teguran kepada staf bila ada kesalahan. Dalam
proses manajemen pengendalian didalam ruangan diterapkan dengan
nenggunakan 3 macam model pengawasan yaitu pengendalian
pendahuluan (berfokus pada pencegahan masalah), current control
(berfokus pada pengawasan dan pengontrolan pada masalah yang ada
ketika masalah terjadi). Feed back (diberlakukan ketika setelah selesai
pengawasan saat kerja untuk memberikan solusi).
3) Analisa
Secara umum fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
ruang dan katim berjalan dengan baik.
3. Proses manajemen bimbingan praktek klinik keperawatan (PKK)
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengamalan belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata dimana peserta
didik diharapkan langsung dengan klien dan situasi yang nyata. Peserta didik
berkesempatan dalam melatih diri melaksanan asuhan keperawatn profesional.
Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa perawat yang
melaksanakan praktek klinik, mahasiswa harus mendapatkan bimbingan dari
pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk memberikan proses bimbingan
yang baik kepada mahasiswa maka harus memenuhui stanar pelaksanaan yang
telah dibuat.
a.Perencanaan
1) Kajian teori
Kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam pelayanan keperawatan
dirumah sakit pendidikan memungkinkan terjadinya proses transpormasi
kognitif, afktif dan psikomotor bagi peserta didik dan semua yang terlibat
dalam pelaksanaan praktek klinik sehingga memberikan peran yang
signifikan yang dalam membuat mereka menjadi seorang perawat yang
profesional.
Praktek klinik keperawatn adalah suatu bentuk pengalaman belajar
yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan keshatan secara nyata dimana
pesrta didik dihadapkan langsung dengan klien dan situasi yang nyata,
pada kondisi ini peserta didik diberikan kesempaatan melatih diri
melaksanakan asuhan keperawatan profesional.
Dalam usah meningkatkan keterampilan mahasiswa perawat yang
melaksanakan praktek klinik mahasiswa harus dibekali dengan ilmu-ilmu
yang diperlukan serta bimbingan dari pembimbing PKK baik dari
pendidikan maupun rumah sakit.
Sebelum melakukannya PKK ada beberapa ada beberapa hal yang
harus di penuhi:
1. Direktur RSUD Purbalingga mendelegasikan penerimaan mahasiswa
kepada kepala bidang diklat dan RM atau kepala Sie Diklat.
2. Informasi tentang akan adanya mahasiswa praktek disampaikan
kepeda Ka. Instalasi/Ci/Pembimbing di lahan praktek yang di
tuju,setelah mendapat ijin dari RSUD Purbalingga untuk
mendelegasikan PKK, institusi pendidikan melekukan serah terima
mahasiswa dengan RSUD Purbalingga.
3. Penentuan lokasi praktek di ajukan oleh pihak akademi sesuai dengan
kompetensi mahasiswa di koordinasikan dengan diklat dan RM.
4. Bidang perawatan atau penanggung jawabbimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan lokasi sesuai
dengan kompetensi yang ingin di capai.
5. Apabila unit PKK yang di tujui tidak memungkinkan untuk praktek
maka secara teknis bidang perawatan melakukan koordinasi dengan
institusi pendidikan dan menentukan kembali lokasi PKK yang
memungkinkan.
6. Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan melakukan
kunjungan ke unit perawatan dan orientasi tugas, penyiapan
pembimbing PKK serta penjelasan PKK.
7. Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
adalah seorang tenaga perawatan yang profesional yang di beri
wewenang dan tanggung jawab membimbing secaara langsung peserta
didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan
pembimbing klinik adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kerja sama dengan pembimbing akademik dalam rangka
kelencaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang
telah di tentukan.
2. Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai metode yang di tentukan
3. Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan
menjadi sumber pengalaman di lahan
4. Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan
5. Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik
6. Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada pasien
7. Mengetahu pasien kelolaan peserta didik
8. Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik
9. Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan,
serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran
10. Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang di harapkan
11. Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
Karakteristik pengajar klinis yang efektif di dalam keperawatan
1. Pengetahuan dan kompetensi klinis:
a. Memiliki pengetahuan yang luas dan kompetensi klinis di bidang
yang di ajarkan
b. Tetap mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
klinis khusus. Menganalisa teori-teori, mengumpulkan dari berbagai
sumber, dan menekankan pemahaman konseptual di antara peserta
didik
c. Membantu peserta didik dalam menghubungkan teori yang
melandasi Praktek keperawatan
d. Terinformasi dengan baik
e. Mampu menyampaikan penetahuan kepeda peserta didik
f. Memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian dalam keterampilan
dan pertimbangan klinis, dan sikap serta nilai-nilai yang di
kembangkanoleh peserta didik
g. Menjadi model peran yang baik
2. Keterampilan mengajar:
a. Mendiagnosis kebutuhan pembelajaran, merencanakan instruksi,
melakukan supervisi pada peserta didik di dalam lingkungan klinis,
dan mengevaluasi pembelajaran.
b. Menyajikan informasi dalam susunan yang teratur.
c. Menekankan hal-hal yang penting
d. Memberikan penjelasan dan pengerahan yang jelas
e. Mengajukan pertanyaan yang memfasilitasi pembelajaran dan
menjawab pertanyaan secara jelas
f. Memperagakan prosedur / praktek perawatan secara efektif
g. Menyarankan berbagai sumber untuk pembelajaran peserta didik
h. Siap melakukan pengajaran klinis
i. Memberikan dorongan dan pujian sebagai suatu dimensi penting
dari pengajaran
j. Menyampaikan harapan dengan jelas kepada peserta didik
k. Melakukan praktek pengajaran dan evaluasi yang meningkatkan
kemandirian peserta didik
l. Memberi umpan balik yang positif terhadap kemajuan peserta didik.
3. Hubungan dengan peserta didik:
a. Membentuk hubungan interpersonal dengan peserta didik, di tandai
dengan kehangatan, saling menghormati, perilaku penuh perhatian,
perhatian bagi peserta didik, terbuka.
b. Dapat didekati
c. Memberikan dukungan dan dorongan
d. Mendengarkan dengan seksama
e. Menghargai hak-hak peserta didik untuk menolak, bertanya dan
mengeksprsikan pendapat sendiri
f. Mendorong peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sendiri
g. Menerima perbedaan antara peserta didik
4. Karakteristik personal:
a. Dinamis dan antusias
b. Menyukai praktek keperawatan klinik dan mengajar dalam
lingkungan klinis
c. Ramah, mendukung, dan memahami.
d. Menampakan rasa percaya diri
e. Adil dalam mengajar dan mengevaluasi
f. Menunjuka rasa humor
g. Megakui kesalahan dan keterbatasan
h. Kooperatif dan sabar
i. Memperlihatkan fleksibilitas
j. Bertanggung jawab dan dapat di andalkan
k. Bertanggung jawab terhadap keperawatan dan pengajaran di dalam
lingkungan klinis.
l. Percaya pada peserta didik, dan menyalurkan kepercayaan ii melalui
praktek pengajaran
m. Mahasiswa mendapatkan pengajaran pelaksanaan PKK
2). Kajian data
a). Institusi pendidikan yang mengunakan RSUD Purbalingga sebagai
lahan praktek selalu membina kerjasama dengan RSUD Purbalingga
melalui Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
b). Pihak institusi selalu memberikan surat pemberitahuan mengenai
segala apapun yang akan di laksanakan .
c). Lahan praktek di tentukan oleh pihak akademik sesuai kompetensi
yang akan di capai oleh mahasiswa.
d). Pihak institusi pendidikan memberikan panduan praktik kepada
pembimbing lahan, dimana isinya meliputi kompetensi yang ingin di
capai oleh mahasiswa
e). Pembimbing klinik atau lahan di ajukan oleh ruangan kepad rumah
sakit, menurut kriteria masa kerja, pendidikan dan kemampuan
perawat.
f). Ruang Dahlia mempunyai 3 orang pembimbing klinik (CI) yang
merangkap sebagai KARU dan PN
3) Analisa
Perencanaan bimbingan praktek keperawatan sudah mengacu pada
protap yang sudah di tetapkan sesuai rencana dengan melibatkan Divisi
mutu dan SDM penanggung jawab bimbingan PKK, pembimbing
pendidikan. Penentu pembimbing klinik telah mengacu pada kriteria
tertentu yang di tetapkan ruangan serta memiliki masa kerja di RSUD
purbalingga minimal 5 tahun mas kerja, walaupun tidak ada kriteria yang
lebih spesifik, jumlah pembimbing klinik (CI) di ruang Dahlia yaitu 3
orang dan merangkap sebagai kepala ruang dan PN.
b. Pengorganisasian
a). Kajian teori
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Dahlia sebagai
berikut:
1) Penerimaan
Peserta didik di serahkan dari institusi pendidikan kapada RSUD
Purbalingga.
2) Orientasi
a) Umum
Orientasi yang bersifat umum di berikan dalam satu hari, yang
meliputi orientasi orientasi tugas secara umum, tujuan orientasi
umum adalah agar peserta didik memahmi tentang visi, misi
RSUD Purbalingga, struktur organisasi RSUD Purbalingga, tata
tertib dan sangsi peserta didik PKK, sistem pelayanan
keperawatan, penjelasan tentang pelaksanaan PKK
b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus di berikan kepada awal pelaksanaan
PKK di ruangan, yang meliputi:
(1) Orientasi ruang:
- Struktur organisasi tata kerja (SOTK) instalasi
- Struktur organisasi tata kerja (SOTK) ruang rawat
- Tata tertib ruang rawat
- Fasilitas ruang rawat
(2) Orientasi tugas:
- MPKP ruang rawat
- Standard Asuhan Keperawatan 10 kasus terbesar di ruang
rawat
- Fasilitas alat keperawatan
- Sistem penugasan peserta didik
(3) Menetapkan pembimbing klinik
Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera menyiapkan
pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah ditetapkan di masing-masing
lahan praktek.
(4) Penjelasan pelaksanaan PKK
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan PKK peserta
didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada pembimbing PKK yang
dipakai sebagai lahan praktek satu minggu sebelum pelaksanaan PKK.
Waktu penjelasan sesuai dengan kesepakatan pembimbing institusi
pendidikan dan pembimbing lahan.
(5) Bimbingan
Proses bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
adalah seorang tenaga perawat yang profesional yang diberi wewenang
dan tanggung jawab membimbing secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan pembimbing
klinik adalah sebagai berikut :
(a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam rangka
kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan metode yang
telah ditentukan.
(b) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode yang telah
ditentukan
(c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang akan
dijadikan sumber pengalaman kerja.
(d) Mengikuti peserta didik dalam kerja keperawatan.
(e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik.
(f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
(g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik.
(h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
(i) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan, ketaatan
serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
(j) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian
targer kompetensi yang diharapkan.
(k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
b). Kajian data
Pada saat pengkajian tidak terdapat mahasiswa praktek di ruang
Dahlia.Dari hasil wawancara dengan kepala ruang, Ka.Tim, dan PA
pengorganisasian telah dilakukan ketika mahasiswa datang untuk
melakukan praktek. Pengorganisasian ini dimulai dari Bidang Pendidikan
dan Pelatihan. Pembimbing PKK di ruangan dan staf perawat ruangan.
Kegiatan ini dimulai dengan serah terima mahasiswa dari institusi
pendidikan ke pihak RS sebagai lahan praktek.
Setelah serah terima mahasiswa bersama pembimbing PKK
melakukan orientasi yang terdiri dari orientasi ruangan, staff, pasien, alat,
kasus-kasus yang banyak ditemukan dan kasus-kasus yang ada saat ini,
kegiatan-kegiatan perawat yang dilakukan di ruang Dahlia. Mahasiswa
melaksanakan praktek klinik setelah melaksanakan orientasi bersama
pembimbing klinik.
c). Analisis
Pembimbing PKK Ruang Dahlia telah mengorientasikan
mahasiswa yang akan melakukan praktek dengan ketentuan yang ada.
Bimbingan yang dilakukan cukup baik, walaupun pembimbing masih
merangkap Ka.Tim serta Ka.Ru dan proses bimbingan dilakukan saat
proses asuhan keperawatn berlangsung, demikian juga koordinasi
pendelegasian untuk bimbingan PKK dengan perawt ruangan cukup baik.
c. Pengarahan
1) Kajian teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang dilakukan.
Metode bimbingan antara lain :
a) Pre-Post Conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dn pembimbing
akademik.
b) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik
keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menstransfer dan memperaktekan pengetahuan yang didapat dikelas
dan di Lab dengan kunjungan secara langsung kepada pasien.
c) Bed Said Teacing
Bed said teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh
pembimbing klinik disamping pasien dan proses transfer
pengetahuan atau ketrampilan secara aktif oleh pembimbing klinik.
d) Bimbingan pelaksanaan tindakan keperawatan
e) Diskusi
f) Laporan individu dan kelompok
2) Kajian data
Peran pembimbing klinik sangat besar dalam membantu peserta
didik memperlihatkan kemampuan kegiatan pembelajaran diklinik. Dari
hasil wawancara dengan pembimbing lahan dan mahasiswa metode
bimbingan yang dilakukan diruang Dahlia antara lain pre dan post
conference, bed said teaching, dan ronde keperawatan, hanya saja
pelaksanaan bimbingan dengan metode bed said teaching dan ronde
keperawatan serta pemberian suplement terlaksana disesuaikan dengan
kebutuhan pengetahuan dari mahasiswa PKK. Pembimbing klinik yang
ada dilapangan masih banyak difokuskan kepada pelayanan kepada klien
karna merangkap sebagai penanggung jawab pasien (PP) namun ada juga
yang merangkap sebagai kepala ruang.pembimbing klinik yang merangkap
sebagai kepala ruang dapat lebih fokus berperan membimbing mahasiswa
dari pada pembimbing klinik yang merangkap sebagai PN. Hal ini dapat
disebabkan karena keterbatasan jumlah tenaga kerja serta beban kerja.
Dalam melaksanakan PKK mahasiswa mengambil satu pasien
keloloaan setiap minggu diketahui oleh pembimbing lahan/atas
penunjukan dari pembimbing lahan dan dalam pemberian asuhan
keperawatan selalu mendapatkan bimbingan dari pembimbing lahan.
Pre conference dilakukan pada awal mahasiswa praktek diruangan,
post conference dilakukan pada akhir praktek di satu ruangn dengan
menyerahkan kasus yang menjadi kelolaan dalam minggu itu. Pre dan post
conference dilakukan setiap minggu dengan satu pasien kelolaan. Namun
selain pre dan post conference yang dilakukan juga diberikan suplemen
juga shering antara mahasiswa dan pembimbing klinik sesuai dengan
kebutuhan pengetahuan mahasiswa.
Dari hasil wawancara dengan pembimbing klinik didapatkan data
bahwa mahasiswa dalam pelaksanaan PKK dilkukan sesuai dengan acuhan
akademik akan tetapi sebagai mahasiswa ada yang kurang memenuhi
untuk melakukan PKK, selama ini ada jadwal untuk pertemuan antara
pembimbing lahan dengan pembimbing akademik, selain itu dapat pula
jadwal pertemuan pembimbingan antara pembimbing akademik dengan
mahasiswa, kesepahaman dilaksanakan pada awal akan diterjunkannya
mahasiswa untuk PKK.
3) Analisa data
Selama menjalankan praktek mahasiswa mendapatkan bimbingan
dan pengarahan oleh pembimbing klinik, perawat pelaksana maupun
pembimbing akademik saat melakukan tinjauan ke lahan praktek. Proses
bimbingan ronde keperawatan belum optimal karena kesibukan
pembimbing yang merangkap PP dan kepala ruang.
d. Pengawasan
1). Kajian teori
Controling terhadap mahasiswa praktek dievaluasi dari tata tertib,
observasi, rewared dan punisehment, serta observasi langsung dari
pembimbing PKK dan pembimbing akademik.
2). Kajian data
Hasil wawancara dengan mahasiswa, mahasiswa melaksanakan
praktek klinik sesuai tata tertib yang berlaku di RSUD Purbalingga dan
wajib mematuhinya. Pengawasan kepatuhan dilakukan oleh pembimbing
klinik, pembimbing akademik dan perawat pelaksana serta perawat
supervisi sesuai dengan jadwal dinas supervisi tersebut. Pemamntauan
mahasiswa dilakukan juga dengan presensi mahasiswa untuk kehadiran
mahasiswa. Teguran dilakukan secara langsung pada peserta didik atau
tidak langsung melalui diklat dan pembimbing akademik.
3). Analisa data
Fungsi pengawasan terhadap mahasiswa diruang Dahlia berjalan
baik terbukti dengan adanya pre dan post conference serta pemberian
suplement sering oleh pembimbing klinik dan pembelajaran praktek pra
syarat/tindakan keperawatan.