knowledge management in honda motor company1
TRANSCRIPT
-
1
Tugas Individu
Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan
PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT
DI HONDA
Dosen :
Dr.Ir.H. Arif Imam Suroso, M.Sc.
Oleh :
Armita Fibriyanti P056101021.45
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
-
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Knowledge management saat ini muncul sebagai salah satu perhatian
utama sebuah organisasi terutama bagi organisasi yang telah mendesain ulang
bisnis mereka dan menanamkan pendekatan kualitas dalam praktes bisnis mereka.
Pengetahuan (knowledge) semakin disadari sebagai aset bisnis yang utama dan
knowledge management sebagai kunci pembeda antara berbagai perusahaan di
akhir tahun 1990an. Bagian integral dari penerapan knowledge management
adalah memahami arus informasi organisasi dan menerapkan praktik
pembelajaran organisasi. Knowledge management bukanlah tentang bagaimana
cara mengelola atau mengorganisir buku atau jurnal, mencari pelanggan di internet
atau mengatur sirkulasi materi. Namun, masing-masing kegiatan tersebut dapat
menjadi bagian dari spektrum dan proses knowledge management.
Knowledge management berkaitan dengan bagaimana meningkatkan
penggunaan pengetahuan organisasi melalui praktik manajemen informasi dan
pembelajaran organisasi. Tujuannya untuk memberikan nilai bagi bisnis. Honda,
sebuah perusahaan otomotif dari Jepang kini mampu menjadi sebuah perusahaan
yang handal di dunia. Honda adalah perusahaan transnasional besar dengan desain
otomotif dan tim manufaktur di beberapa lokasi. Honda berusaha untuk
menyeimbangkan tekanan antara lokalisasi dan globalisasi pada bisnisnya. Honda
memberikan contoh hubungan antara proses bisnis dan pengakuan pentingnya
komunikasi manusia dalam mengelola pengetahuan. Honda juga
mengintegrasikan karakteristik kepemimpinan mereka, budaya, pendekatan
sumber daya manusia, struktur dan proses dalam menjalankan usahanya. Prinsip
yang diterapkan oleh Honda tidak jauh dari pengembangan knowledge
management.
-
3
1.2. Tujuan Makalah bertujuan untuk:
1. Mempelajari proses penerapan knowledge management di Honda
2. Mengidentifikasi peranan knowledge management di Honda
Mengidentifikasi manfaat knowledge management di Honda
-
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Knowledge
Ackoff (1989) mendefinisikan bahwa knowledge merupakan sebuah
tipologi data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Ackoff berperan dapat
bahwa data merupakan sesuatu yang mentah sedangkan informasi adalah data
yang dijiwai oleh arti. Pengetahuan merupakan sebuah informasi yang ditarik
bersama-sama untuk sesuatu yang bermanfaat. Kebijaksanaan merupakan
pengetahuan yang dibawa kepada sebuah hubungan dengan dimensi moral kondisi
manusia.
Knowledge adalah sebuah pencampuran antara pengalaman, nilai,
informasi konstekstual, dan penglihatan para ahli yang menyediakan sebuah
kerangka untuk evaluasi dan berkaitan dengan pengalaman baru dan informasi.
Knowledge ini asli dan dapat di aplikasikan ke pikiran. Dalam sebuah organisasi
hal ini sering ditanamkan tidak hanya pada dokumend atau reposisi saja namun
juga pada kegiatan, proses, praktek, dan norma organisasi (Davenport dan Prusak,
1998)
Knowledge merupakan bagian dari individu, personal, tinggal di dalam
pikiran manusuda dan seringnya orang tidak peduli denga kehadirannya. Proses
pembangunannya tergantung kepada faktor lain termasuk informasi. Pengkreasian
knowledge merupakan proses gradual dari penambahan nilai kepada knowledge
sebelumnya melalui proses inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak
knowledge yang diturunkan dan dimiliki semakin banyak posisi yang dapat kita
kreasikan dan di transfer kepada orang lain (Al-hawamdeh, 2003)
Elgar (2008) menawarkan sebuah tipologi baru mengenai knowledde,
yaitu sebuah data, meaning, atau practice. Setiap term tersebut dapat diketahui
dan secara bersama-sama mereka akan menunjukkan apa arti sebernarnya dari
knowledge. Data adalah sebuah sinyal, sense-data sedangkan meaning merupakan
kerangka kognitif yang diartikan sebagai sinyal dan berhubungan dengan
kehidupan kita. Meaning berkaitan dengan lensa dan bukan dengan sense-data
yang kita proses.
-
5
Pada pertengahan tahun 1990an, Nonaka dan Tekeuchi (1995)
mengembangkan sebuah matriks knowledge yang kemudian dikenal sebagai
SECI. Matriks tersebut mengklasifikasikan knowledge sebagai explisit atau tacit
dan individual atau collective. Cabrera dan Cabrera (2002) menjelaskan bahwa
explisit knowledge mengacu kepada informasi yang di komunikasikan sedangkan
tacit knowledge mengacu kepada keaslian, kesulitan komunikasi, know-how, dan
pengetahuan praktis. Tacit knowledge juga dapat didefinisikan sebagai explisit
knowledge yang belum di kodifikasikan dengan benar (Boisot, 1998).
2.2. Management
Manajemen di artikan sebagai proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
pekerjaan sehingga secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang sedang berjalan atau kegiatan-
kegiatan utama yang dilakukan oleh manajer. Fungsi tersebut lazim disebut
sebagai prosess merancang, memimpin, dan mengendalikan. Manajemen juga
memasukkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian kegiatan-kegiatan pekerjaan
organisasi (Robbins dan Coulter, 2002).
Manajemen merupakan bagian dari hierarki lain yang meliputi supervisi,
manajemen, dan kepemimpinan. Supervisi berurusan dengan tugas individu dan
orang. Superivisi ini diterapkan pada tingkat operasi sebuah organisasi.
Sedangkan manajemen berurusan dengan grup dan di prioritaskan pada tingkat
takstis. Kepemimpinan berurusan dengan tujuan dan perubahan pada tingkat
strategis (Bock, 2002).
2.3. Knowledge Management
Knowledge management dapat dilihat sebagai sebuah proses dari proses
mengidentifikasi, mengeorganisasi, dan mengatur sumber daya pengetahuan. Hal
ini termasuk explicit knowledge (information), know-how (learning capcity),
know-who (customer capacity), dan tacit knowledge dalam bentuk ketrampilan
-
6
dan kompetensi. Secara lebih mudah, pengertian ini dapat terlihat pada gambaran
dibawah ini (Al-hawamdeh, 2003).
Gambar 1. Pembagian Knowledge Management
Davenport dan Prusak mengartikan knowledge management sebagai eksploitasi dan pengembangan aset pengetahuan dari sebuah organisasi dengan
sebuah pandangan terhadap tujuan organisasi. Kemudian Wiig (1999)
mengartikan knowledge management sebagai sistem, eksplisit, dan pembangunan
bebas, pembaharuan, dan aplikasi pengetahuan untuk memaksimalkan sebuah
pengetahuan perusahaan, berkaitan dengan keefektifitasannya dan kembali dari
aset pengetahuannya.
Nonaka dan Takeuchi (1995) menyebutkan bahwa ada empat tipe interaksi
antara dan diluar sebuah organisasi yang didasarkan pada perbedaan yang jelas
antara tacit dan explisit knowledge yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan
internalisasi. Keempat faktor tersebut menggambarkan sebuah proses yang
-
7
dinamis dimana tacit dan explisit knowledge berubah. Keempat hal tersebut
adalah:
- Sosialisasi (dari tacit tacit). Sosialisasi mengacu pada proses pembagian
tacit knowledge di antara orang. Perubahan pengetahuan ini dapat terjadi
antara orang ke orang, orang ke banyak orang, atau banyak orang ke
banyak orang. Tacit knowledge ini dapat ditransfer dari satu orang ke
yang lain tanpa melalui proses verbal atau dokumen tertulis. Contohnya
adalah bercerita pengalaman. Tacit knowledge juga dapat diperoleh
melalui observasi, on the job training, mentoring, dan bergabung dengan
aktivitas seperti rapat dan bekerja sama dengan tim dalam sebuah proyek.
Hal ini banyak berkaitan dengan komunikasi dan kolaborasi dengan orang.
- Eksternalisasi (dari tacit explicit). Eksternalisasi mengacu kepada
proses artikulasi dan pengkodean dari tacit knowledge. Hal ini mencoba
untuk mengkonversikan tacit knowledge ke explicit knowledge. Proses
eksternalisasi atau pengkodifikasi ini melibatkan penangkapan dan
pendokumentasian dari tacit knowledge. Eksternalisasi meliputi aktivitas
seperti diskusi yang melibatkan teman kolega atau anggota tim, merespon
pertanyaan dan cerita.
- Kombinasi (dari explicit explicit). Kombinasi mengacu pada proses
mengkonversi explicit knowledge ke explicit knowledge yang lebih
komplek. Explicit knowledge dapat dibagi dan ditransfer melalui dokumen
dan email. Setelah seseorang mendapatkan akses dan pengambilan
informasi, sebuah proses rekonfigurasi dapat mulai terjadi dimana
informasi tersebut dipisahkan, dimengerti, dan direkontekstualisasi. Secara
singkat, ini berhubungan dengan proses dari sebuah informasi. Contoh
kombinasi proses adalah menempatkan sebuah laporan proyek dalam
sebuah gudang bersama
- Internalisasi (dari explicit tacit). Internalisasi terkait denga proses
penggunaan explicit knowledge. Hal ini memerlukan proses pengetahuan
eksternal seperti informasi, pengertian, dan kemudian
menginternalisasikannya. Sehingga akan mengekresikan tacit knowledge
untuk individual. Sebagai contoh, internalisasi akan terjadi jika seorang
-
8
individu mengakses dan membaca sebuah laporan proyek dari gudang
organisasi bersama, mengerti isi laporan, dan kemudia
mengkontekstualisasikannya ke dalam kebutuhan pribadinya dan sesuai
dengan kondisinya sendiri.
Al-hawamdeh (2003) menyebutkan empat faktor yang mendukung
keberhasilan dari knowledge management, yaitu:
- Pencapaian keefisienan organisasi
- Menatap ke depan
- Memaksimalkan potensi organisasi
- Mengelola kekayaan intelektual
-
9
BAB III. PEMBAHASAN
Perusahaan di Jepang biasanya merupakan perusahaan yang tidak terlalu
efisien, entrepreneur, maupun liberal. Namun secara perlahan-lahan, perusahaan
di Jepang telah meluaskan posisinya di dunia internasional. Jepang dapat
mencapai kesuksesannya karena ketrampilan dan kemampuannya pada penciptaan
kemampuan organisasinya (Organizational Knowledge Creation). Mereka
biasanya bagus pada sisi inovasi yang bertahap dan berkelanjutan.
Honda sebuah perusahaan automobile yang berbasis di Jepang telah
didirikan oleh Soichiro Honda. Bisnis tersebut mulai berkembang ketika tahun
1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Akibat krisis moneter pada
waktu itu, kondisi ekonomi Jepang porak poranda dan Honda tidak dapat menjual
mobilnya. Keadaan ini memaksa Honda untuk berfikir dan berinovasi bagaimana
tetap dapat menjual kendaraannya tersebut. Inovasi terus berlanjut sampai
akhirnya Honda berhasil memasang sebuah motor kecil di sepedanya. Sepeda
bermotor tersebut diminati oleh para tetangga. Beberapa waktu kemudian, Honda
mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya.
Motor Honda berikut mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.
Inovasi yang terus berlanjut dari contoh perusahaan Honda tersebut
merupakan salah satu ciri perusahaan-perusahaan di Jepang. Inovasi ini
diperlukan karena adanya analisis akan kebutuhan di masa depan, antisipasi
terhadap perubahan permintaan pasar, teknologi, kompetisi bahkan perubahan
produk. Mereka berpendapat bahwa, perubahan merupakan kejadian sehari-hari
dan tuntutan yang positif.
Perusahaan di Jepang dapat mengembangkan inovasinya dengan baik
salah satu alasannya karena ada hubungan antara faktor yang diluar dan didalam.
Mereka membagi informasi yang dari luar kepada para karyawan di dalam
organisasinya. Kemampuan berbagi ini kemudian dikenal dengan istilah
knowledge management.
Kesuksesan yang diraih oleh Honda ini tidak semata-mata hanya
dilakukan oleh Soichiro Honda. Kerja sama tim yang solid, modal usaha,
-
10
pemasaran, inovasi yang terus berkelanjutan dan faktor lain secara bersama-sama
turut membangun nama besar industri otomotif Honda. Honda secara rutin
membangun "redundancy"; orang diberikan informasi yang melebihi
kebutuhan operasional mereka. Hal ini dapat memudahkan pekerjaan terutama
dari sisi tanggung jawab, solusi kreatif dan bagaimana bertindak.
Beberapa informasi tambahan yang berhasil diperoleh bahwa perusahaan
Honda tidak merekrut keluarga dalam menjalankan bisnisnya. Faktor kedua,
perusahaan didirikan oleh dua orang yang mempunya sifat berbeda. Soichiro
Honda, seorang insinyur mesin yang hebat dan Takeo Fujisawa yang handal
dalam manajemen dan strategi. Keduanya berkolaborasi membuat perusahaan
menjadi luar biasa. Mereka bahkan mampu menunjukkan bahwa dunia bisnis
Honda bukan hanya sekedar otomotif saja namun lebih ke mimpi.
Honda memiliki sebuah slogan yaitu:
Action without philosophy is a lethal weapon; philosophy without action is
worthless.
Yang kemudian dikembangkan menjadi
Action without training is a lethal weapon; and training without action is
worthless.
Slogan tersebut kemudian digunakan sebagai salah satu pemecut
manajemen Honda dalam menjalankan bisnisnya. Idenya adalah untuk
menggabungkan pelatihan dengan model pembinaan pribadi yang dibangun di
atas keyakinan bahwa 'manajemen perusahaan harus mampu meningkatkan
kemampuan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan hanya segelintir saja disebut.
Pembentukan struktur program ini didasarkan pada pendekatan
10:20:30:40 dari Mick Cope. Artinya, 10% dari sumber daya yang harus
dikeluarkan untuk menemukan team (karyawan) yang tepat; 20% pelatihan; 30%
pada dukungan untuk membantu mereka mengkonversi teori dalam perubahan
perilaku, dan, 40% untuk belajar mengintegrasikan ke dalam kegiatan utama
perusahaan. Sebagai contoh:
-
11
10% - Memilih program pembinaan yang tidak gagal dalam tahap
awal. Semangat dan ketekunan diperlukan untuk menselaraskan pemikiran
antara manajemen dan pelatih;
20% - Pelatihan mampu memberikan suatu kerangka kerja yang konsisten
dari pelatih kepada klien. Etos inti dari pelatihan ini adalah untuk membantu
para karyawan. Hal ini diharapkan mampu menghilangkan ketergantungan
dan meningkatkan pengalihan kepemilikan dengan tetap menempatkan
tanggung jawab di pundak klien;
30% - Setelah kursus, karyawan masing-masing akan menerima dukungan
dari agen eksternal. Karyawani akan bertanggung jawab untuk melatih batch
berikutnya dan menghilangkan kebutuhan untuk dukungan eksternal;
40% - Pada tahap ini, karyawan akan dibantu untuk mengintegrasikan peran
mereka dengan pekerjaan sehari-hari mereka dan belajar untuk
mengaplikasikannya dalam setiap pekerjaan mereka.
Ukuran kesuksesan tidak hanya didasarkan pada jumlah peserta saja, tapi
sejauh mana perusahaan Honda dapat melihat perubahan perilaku yang jelas di
dalam organisasinya. Honda telah melakukan dua pendekatan untuk meningkatkan baik
omset dan profitabilitas: setiap daerah memiliki strategi yang jelas, dan menuju
kemandirian dalam kemampuan produksi, pada saat yang sama, Honda meningkatkan
penelitiannya dan pengembangan (R & D) kapasitas dan menerapkan strategi biaya
pengembangan lebih rendah di dua lokasi utama - Wako-shi (Tokyo) dan Los Angeles -
untuk meningkatkan daya saingnya. Tim desain ulang yang multi disiplin dan
infrastruktur pendukung yang memadai memungkinkan tim-tim dapat dengan cepat
menangkap, menyampaikan dan berbagi pengetahuan dan mengembangankan manfaat
jaringan komunikasi canggih, terutama antara Wako-shi dan Los Angeles.
Strategi jangka panjang Honda yaitu fokus pada inovasi dalam pengembangan
mobil dan teknologi produksi, pemanfaatan pasar baru, mempercepat operasi global dan
menstabilkan kerja terhadap fluktuasi mata uang. Kaidah bisnis Honda mencerminkan
strategi dan komitmen untuk glokalisasi dan mencakup:
Inovasi yang berkelanjutan dan orisinalitas dalam menciptakan dan mengembangkan produk baru
Proses penciptaan yang cepat dan adaptasi produk untuk pasar regional
-
12
Mempercepat operasi global dengan memaksimalkan sinergi produksi dan beroperasi di banyak negara
Melanjutkan fokus pada mengurangi waktu siklus dari R & D melalui produksi dan pemasaran
Staf kaliber tertinggi yang unggul dalam bekerja sama.
Komitmen untuk meminimalkan biaya pada semua wilayah dalam konteks dan kendala kaidah di atas
Kaidah bisnis ini dijalankan dengan penekanan pada kepemimpinan produk, R
& D, dan minimisasi biaya dan teknologi informasi yang menekankan konsistensi
informasi, aksesibilitas, dan pentingnya jaringan komunikasi. Prinsip-prinsip ini meliputi:
Informasi yang mengalir di seluruh Honda harus memungkinkan semua bagian
dari perusahaan untuk lebih mudah dan cepat dan menggunakannya untuk
keuntungan Honda
Staf R & D Honda di berbagai belahan dunia membutuhkan akses satu sama lain
untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka dan output untuk rekan-rekan
mereka
Sistem komunikasi harus memfasilitasi interaksi orang-ke-orang berkualitas
tinggi di antara staf R & D dan antara R & D, produksi, operasi dan personil
pemasaran
Sistem komunikasi harus mendukung transfer konsep desain canggih, data, dan
dokumentasi dalam kualitas yang tinggi dan dengan biaya yang efisien
Seleksi informasi bisnis Honda ini, informasi dan tujuan teknologi
menunjukkan hubungan pentingnya Honda dalam mengelola basis pengetahuan dan
keahlian untuk mempercepat proses pembangunan. Kemampuan infrastruktur Honda
termasuk jaringan layanan komunikasi lengkap dan pengelolaan database (penjualan,
keuangan, dan bagian pemesanan) pada basis global. Dalam setiap bidang ini, ada sinergi
yang cukup dan sistem yang diperlukan untuk berbagi informasi yang efektif.
Knowledge management tidak hanya dimiliki oleh satu grup dalam organisasi,
tidak juga oleh sebuah industri. Knowledge management membutuhkan sebuah
pendekatan multidisiplin yang holistik ke proses manajemen dan sebuah pengertian dari
dimensi kerja. Knowledge management juga seharusnya merupakan evolusi dari
penerapan manajemen yang baik dan diaplikasikan dengan tujuan yang jelas.
-
13
BAB IV. KESIMPULAN
Honda telah menerapkan prinsip knowledge management dalam
menjalankan bisnisnya. Honda memberikan contoh hubungan antara proses bisnis
dan pengakuan pentingnya komunikasi manusia dalam mengelola pengetahuan.
Honda juga mengintegrasikan karakteristik kepemimpinan mereka, budaya,
pendekatan sumber daya manusia, struktur dan proses dalam menjalankan
usahanya.
Dalam penerapannya, knowledge management mampu meningkatkan
keefektifan dan keefisienan dalam Honda, kerjasama tim, keuntungan perusahaan.
Ukuran kesuksesan tidak hanya didasarkan pada jumlah peserta saja, tapi sejauh
mana perusahaan Honda dapat melihat perubahan perilaku yang jelas di dalam
organisasinya. Strategi yang diterapkan yaitu inovasi yang berkelanjutan, adaptasi
produk, memaksimalkan sinergi produksi dan beroperasi di banyak negara,
mengoptimalkan R&D, staff unggul, dan komitmen untuk meminimalkan biaya.
-
14
DAFTAR PUSTAKA
Ackoff, R.L. 1989. From Data to Wisdom. Journal of Applied Systems Analysis: 16, 3-9.
Al-Hawamdeh, S. 2003. Knowledge Management, Cultivating Knowledge Professionals. Oxford: Chandos Publishing (Oxford) Limited.
Bock, W. 2002. Knowledge Management 101. Intranet Corner.
Boisot, M. 1998. Knowledge Assets: Securing Competitive Advantage in the Information Economy. Oxford: Oxford University Press.
Cabrera, A. dan E.f. Cabrera. 2002. Knowledge Sharing Dilemmas. Organizational Studies. 23 (5): 687-710
Davenport, T. dan Prusak. L. 1998. Working Knowledge: How Organizations Manage What They Know. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Elgar, E. 2008. Knowledge Management in Developing Economies. Chelthenham: Edward Elgar Publishing Limited.
http://www.kmtalk.net/blog/?p=54 [15 Maret 2011]
http://www.ikmagazine.com/xq/asp/sid.0/articleid.7CC8058F-1759-46A9-B842-0A6D22C82145/eTitle.Thought_leader_A_model_for_coaching_at_Honda_/qx/display.htm. [15 Maret 2011]
Nonaka, I dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge-Creating Company: How Japanese Companies Creating the Dynamics of Innovation. New York: Oxford University Press.
Robbins, S. P. dan M. Coulter. 2003. Management. New Jersey: Prentice-Hall.