documentko
DESCRIPTION
kelelahan ototTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini tentunya makhluk manusia tidak pernah lepas dari yang
namanya aktivitas, baik dalam kategori aktivitas ringan, sedang, maupun berat.
Dalam aktivitas atau pergerakan ada dua komponen utama yang berperan, yaitu
tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat gerak pasif dan otot berperan sebagai
alat gerak aktif yang melekat pada tulang. Otot dalam melaksanakan tugasnya
menjadi alat gerak aktif memerlukan energi. Energi didapatkan dari metabolisme
dalam sel tubuh. Bila otot digerakkan secara terus-menerus dalam waktu yang lama
dan dengan porsi kuat otot akan mengalami kelelahan karena penumpukan asam
laktat akibat metabolismenya masuk jalur anaerob.
I.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui mekanisme kerja otot sebagai alat gerak aktif
1.2.2. Mengetahui proses terjadinya kelelahan otot
1.2.3. Mengetahui pengaruh pemijatan, sirkulasi darah, suhu, sinar infra merah
terhadap kelelahan otot
1.2.4. Mengetahui pengaruh kelelahan otot terhadap efektivitas kerja
1.2.5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kelelahan otot
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Otot dan ciri-ciri otot secara umum
Berat otot mencapai 40% sampai 50% dari berat tubuh. Pada umumnya tersusun
atas sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot
menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Otot mempunyai empat ciri
umum:
1. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi karena kontraksi pada
setiap diameter sel berbentuk kubus
2. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibiltas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot
saat relaks.
4. Elastisitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau
meregang.
2.2. Mekanisme kerja otot
a. Kontraksi otot
Di awal siklus kontraksi, ATP berikatan dengan kepala miosin di sisi
enzim yang menghidrolisis, ATPase.
ATPase memecah ATP menjadi ADP dan fosfat organik. Keduanya tetap
melekat di kepala miosin (ATP ADP+P+energi)
Energi yang dilepas melalui proses hidrolisis mengaktivasi kepala miosin
ke dalam posisi yang condong, siap mengikat aktin.
Ion-ion kalsium, yang telah dilepas retikulum sarkoplasma berikatan
dengan troponin yang melekat pada tropomiosin dan aktin.
2
Kompleks troponin-ion kalsium mengalami perubahan susunan yang
memungkinkan tropomiosin menjauhi posisi penghalang aktinnya.
Sisi pengikat miosin pada aktin kemudian terbuka untuk memungkinkan
terjadinya perlekatan pada sisi pengikat aktin di kepala miosin
Saat pengikatan, ADP dan fospat anorganik dilepas dari kepala miosin,
dan kepala miosin bergerak dan berputar ke arah yang berlawanan untuk
menarik filamen aktin yang melekat menuju pita H. Peristiwa ini disebut
power stroke kepala miosin.
Kepala miosin tetap terikat kuat pada aktin sampai sebuah molekul baru
ATP melekat padanya dan melemahkan ikatan antara aktin dan miosin.
Kepala miosin terlepas dari aktin, condong kembali, dan siap untuk
melekat pada aktin di sisi baru, berputar, dan kembali menarik untuk
mengulangi siklus
Siklus tersebut terjadi dalam ribuan kepala miosin selama masih ada
stimulasi saraf, dan jumlah ion kalsium serta ATP mencukupi.
b. Relaksasi otot
Relaksasi otot ini terjadi saat stimulasi saraf berhenti dan ion kalsium
tidak lagi dilepas. Ion kalsium ditransfer kembali ke retikulum sarkoplasma
dengan pompa kalsium pada retikulum sarkoplasma.
c. Rigor mortis
Rigor mortis ATP diperlukan untuk melepas miosin dari aktin. Penipisan
ATP dalam otot secara total dan ketidakmampuan untuk menghasilkan lebih
banyak ATP, seperti yang terjadi setelah mati, mengakibatkan terjadinya
perlekatan permanen aktin dan miosin, serta rigiditas sel.
2.3. Pengertian dan mekanisme kelelahan otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan dimana otot tidak dapat berkontraksi secara
cepat dan kuat atau tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot juga
berguna sebagai tanda bahaya, bahwa otot tidak dapat menerima perintah lagi untuk
berkontraksi. Selain itu, kelelahan otot juga memberi sinyal bagi tubuh kita agar
3
beristirahat sejenak untuk mengembalikan keadaan otot setelah terjadi kontraksi otot
yang cukup lama.
Kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi lagi dan
untuk melakukan metabolisme bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan
energi untuk pergerakan tubuh dan melakukan kerja yang sama walaupun impuls
saraf berjalan secara normal dan potensial aksi normal menyebar ke serabut otot.
kelelahan otot biasa ditandai dengan nyeri otot atau tegang pada otot (Hallowell,
2010).
Kelelahan otot dapat timbul akibat kontrakasi otot yang berlangsung lama dan
dengan porsi yang kuat. Sehingga kontraksi otot yang terjadi semakin lama semakin
lemah, karena dalam serabut otot kekurangan energi.Tenaga mekanik yang timbul
pada kontraksi otot merupakan hasil proseskimiawi cadangan tenaga dalam otot.
Adapun, sumber tenaga yang paling penting bagi kerja otot adalah glukosa. Proses
kimiawi ini akan mengubah glukosamenjadi tenaga (ATP) dan asam laktat.
Penumpukan asam laktat dalam otot akan mengiritasi saraf yang melayani otot
tersebut, sehingga menyebabkan rasa nyeri pada otot. Bila mana keadaan ini
berlanjut akan membatasi kerja otot. Untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa
kembali selama kontraksi otot diperlukan penyediaan oksigen, yangdapat disediakan
melalui aliran darah. Proses metabolisme glukosa menjadi ATP yang memerkukan
oksigen di sebut metabolisme aerobik, sedang yang tidak memerlukan energi disebut
metabolisme anaerobik.
Gangguan sirkulasi darah mengakibatkan metabolisme glukosa dalam otot
terganggu sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi. Pemijayan (massage) pada
otot yang mengalami kelelahan akan memperbaiki sirkulasi darah sehingga proses
pemulihan dari kelelahan berjalan lebih cepat.
Mekanisme Kelelahan Otot
Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan sistem
penggerak/aktivasi). Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot,
yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat (Tarwaka. dkk, 2004: 107).
4
1. Teori kimia
Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme
sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik
pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.
2. Teori syaraf pusat
Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang
mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke
otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini
menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga
frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya
frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan
gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Kondisi dinamis dari
pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat
makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan
otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi
dan mengakibatkan kelelahan otot lokal.
Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan
tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang
(Eko Nurmianto, 2003: 265). Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan
syaraf pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling
mengimbangi tetapi kadangkadang salah satu daripadanya lebih dominan sesuai
dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah
parasimpatis.
2.4. Jenis kelelahan otot
2.4.1. Kelelahan Pusat
Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut
jumlah dan mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot.
Padahal kedua hal tersebut berperan dalam besarnya potensial yang dihasilkan
5
selama kontraksi otot. Dengan demikian, berkurangnya jumlah motor unit dan
frekuensi pengaktifan motor unit menyebabkan berkurangkan kemampuan
kontraksi otot.
Rekruitmen jumlah motor unit juga dipengaruhi oleh motivasi. Pada
perangsangan elektrik pada otot yang lelah masih dapat mengembangkan
kekuatan kontraksi otot. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan kekuatan
otot tersebut dapat dipengaruhi oleh aspek psikologis. (Robert, 1999). Selain itu
ada penelitan lain mengenai pengaruh motivasi terhadap performance. Seorang
yang memiliki motivasi yang rendah akan mudah lelah dibandingkan dengan
seorang yang memiliki motivasi tinggi (Robert,1999). Dengan demikian,
diyakini bahwa rendahnya motivasi pada sistem saraf pusat akan menurunkan
rekruitmen jumlah motor unit sehingga terjadi kelelahan pusat.
2.4.2. Kelelahan Perifer
Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor
di luar sistem saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan
ketidakmampuan otot untuk melakukan kontraksi dengan maksimal yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gangguan pada
kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi otot, dan kesediaan energi
untuk kontraksi.
Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular
junction, ketidakmampuan sarcolemma mempertahankan konsentrasi Na+
dan K+ sehingga menurunkan depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi.
Gangguan pada saraf tersebut akan berdampak pada berkurangnya
kemampuan perambatan impuls dan ketidakmampuan membran otot untuk
mengkonduksi potensial aksi. Gangguan perambatan impuls sehingga
menuntut frekuensi stimulus yang tinggi. Stimulus yang berulang pada
membran otot (sarkolemma) dapat berakibat blok impuls pada T tubule
(Scott, 2002). Padahal proses terpicunya kontraksi karena impuls yang
dihantarkan ke seluruh fibril dalam serat otot melalui T tubule. Blok impuls
6
pada T tubule akan menyebabkan berkurangnya pelepasan Ca++ dari
sarcoplasmic retikulum karena impuls di T tubule berperan dalam pelepasan
ion Ca2+ dari sister terminal, yaitu kantung lateral reticulum sarkoplasmik
yang bersebelahan dengan T tubule.
Peran Ca2+ adalah memicu terjadinya kontraksi otot dalam proses
sliding mechanism. Kemampuan menghasilkan gaya pada sliding mechanism
termasuk dalam faktor mekanik pada kontraksi otot. Pada keadaan otot yang
istirahat, troponin I terikat erat pada aktin, dan tropomiosin menutupi tempat-
tempat untuk mengikat kepala miosin di molekul aktin. Jadi, kompleks
troponin-tropomiosin membentuk “protein relaksan” yang menghambat
interaksi aktin dengan miosin. Bila ion Ca2+ yang dilepaskan oleh potensial
aksi kemudian akan diikat oleh troponin C, ikatan antara troponin I dengan
aktin menjadi melemah, sehingga memungkinkan tropomiosin bergerak ke
lateral (Guyton, 1999). Gerakan ini membuka tempat-tempat pengikatan
kepala-kepala miosin sehingga terjadi kontraksi (proses sliding). Proses
sliding juga dapat terhambat karena meningkatnya kadar H+ akibat akumulasi
asam laktat. Tingginya ion H+ pada otot akan menghambat pelepasan Ca2+
dari sarkoplasmic Reticulum, dan menginterfensi ikatan Ca2+ dengan
troponin, sehingga proses kontraksi otot terganggu. Dengan demikian,
gangguan pada pelepasan Ca2+ dan peningkatan H+ akan menimbulkan
berkurangnya force pada setiap cross-brigde sehingga terjadi kelelahan.
Kelelahan tersebut disebabkan gangguan pada faktor mekanik kontraksi otot.
2.5. Faktor yang mempengaruhi kelelahan otot
Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah penyebab
dari kelelahan otot :
1. Pengososan ATP-CP
ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein
secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi
7
pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain
itu ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang
diakibatkan penumpukan asam laktat.
2. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot
Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama (30 menit – 4
jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat, maka menyebabkan
kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelahan, antara lain rendahnya
tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen hati,
pengosongan cadangan glikogen otot yang menyebabkan kelelahan otot lokal,
dehidrasi dan kurangnya elektrolit yang menyebabkan temperatur meningkat.
3. Akumulasi Asam Laktat
Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di pembuluh
darah.Menyebabkan konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun.Ion H+
menghalangi proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari
retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat Ca2+
oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfo-fruktokinase.
8
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
1. Ergometer
2. Kimograf
3. Sphygnomanometer
4. Metronom
5. Stopwatch
6. Lap putih
7. Medline (meteran)
8. Alat Pengikat lengan atas
9. Matras
10. Manik-manik
11. Dumbbel 0,5 kg
12. Penggaris siku besar
13. Benang dan jarun jahit
14. Penutup mata
3.2. Tata Laksana Percobaan
3.2.1. percobaan kerja dan istirahat pada kelelahan jari tangan
1. Siapkan ergograf dan kimograf. Selanjutnya, posisikan kedua alat
sedemikian rupa agar alat pencatat ergograf berada di tengan kertas
kimograf dan dapat dijalankan tanpa hambatan.
2. Dudukkan orang coba dalam posisi tegak lurus.
3. Orang coba meletakkan lengan kanannya di atas landasan alat ergograf
sedang jari telunjuk memegang pelatuk penarik beban ergograf.
Sementara itu, tangan kiri diistirahatkan di atas meja (mata ditutup).
4. Lakukan tarikan setiap tiga detik mengikuti irama metronom dengan
sekuat-kuatnya tanpa mengikutsertakan jari lainnya, otot tangan dan
lengan. Lakukan aktivitas ini sampai dengan hasil penurunan hasil
pencatatan melampaui setengah tinggi pencatatan awal. Apabila
pencatatan telah menunjukkan setengah hasil pencatatan awal, orang
coba dikatakan telah mengalami kelelahan. Pada saat melakukan
percobaan, orang coba hendaknya memusatkan perhatiannya pada tugas
ini
5. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
9
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
6. Segera setelah berhenti percobaan dengan tangan kanan, tarik ergograf
pada tangan kiri segerea dimulai.
7. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kiri berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
8. Segera setelah kelelahan menghilang lakukan tarikan ergograf kembali
dengan tangan kanan.
9. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
10. Setelah tepat 10 menit setelah kelelahan menghilang, lakukan tarikan
ergograf kembali dengan tangan kiri.
11. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kiri berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
12. Ulang urutan percobaan ini pada orang dengan jenis kelamin berbeda.
13. Catatlah seluruh hasil percobaan.
3.2.2. Pengaruh perubahan peredaran darah dan pemijatan pada kelelahan
1. Percobaan ini dilakukan oleh 2 orang coba dengan jenis kelamin yang
berbeda.
10
2. Pasangkan manset spygnomanometer pada lengan atas kanan dan kiri
orang coba dan pompalah manset sampai tekanan lebih kurang 20
mmHg di bawah tekanan systole pada tangan kanan.
3. Lakukan tarikan ergograf setiap 3 detik mengikuti irama metronom
sampai terjadi penurunan pencatatan lebih dari setetngah tinggi
pencatatan awal.
4. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
5. Segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti, lakukan
pemijatan hingga kelelahan menghilang.
6. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kanan berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
7. Sejak percobaan dengan tangan kanan selesai istirahatkan orang coba
selama 5 menit. Ulangi percobaan 3-5 pada tangan kiri (pemijatan pada
tangan kanan tetap dilakukan sampai lelah menghilang)
8. Setelah tarikan jari kiri menunjukkan setengah panjang awal,
istirahatkan 5 menit, selanjutnya lakukan tarika ergograf kembali
sampai timbul kelelahan.
9. Segera setelah selesai dengan percobaan tangan kiri berhenti. Amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat dibaca dari kertas kimograf dan hitung waktu
yang hilangnya kelelahan dari titik ke 0. (amati perubahan rasa nyeri,
suhu, warna, dan ekskresi keringat).
10. Ulangi percobaan 1-8 pada orang coba dengan jenis kelamin berbeda.
11
3.2.3. Pengaruh suhu dingin dan panas pada kelelahan
1. percobaan ini dilakukan oleh 2 orang coba dengan jenis kelamin
berbeda yang lain.
2. pasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas kanan dan kiri
orang coba dan pompalah manset sampai tekanan lebih kurang
20mmHg di bawah tekanan sistole pada tangan kanan.
3. lakukan tarikan ergograf setiap 3 detik menurut irama metronom sampai
terjadi penurunan pencatatan lebih dari setengah tinggi pencatatan awal
4. segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti, amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat di baca dari kertas kimograf dan hitung
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna dan ekskresi keringat)
5. segera setelah selesai percobaan dengan tangan kanan berhenti, lakukan
pemaparan dengan sinar infra merah hingga kelelahan menghilang.
Pemajanan sinar infra red dilakukan dalam jarak 30cm dari permukaan
kulit.
6. amati kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan
tinggi pencatatan yang dapat di baca dari kertas kimograf dan hitung
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna dan ekskresi keringat). Catat berapa lama kelelahan menghilang
7. segera setelah tarikan jari kiri menujukkan setengah panjang awal,
celupkan lengan bawah ke dalam air es dengan suhu 200C selama 5
menit
8. selanjutnya lakukan tarikan ergograf kembali sampai timbul kelelahan
9. segera setelah selesai percobaan dengan tangan kiri berhenti, amati
kekuatan kontraksi otot jari tangan yang ditunjukkan dengan tinggi
pencatatan yang dapat di baca dari kertas kimograf dan hitung
hilangnya kelelahan sejak detik ke-0 (amati perubahan rasa nyeri, suhu,
warna dan ekskresi keringat) catat waktu timbulnya kelelahan
12
10. ulangi percobaan butir ke 1-8 pada orang coba dengan jenis kelamin
berbeda.
3.3.4. Pengaruh kelelahan pada kecepatan dan keterampilan halus
1. siapkan 2 orang coba yang berbeda (laki-laki dan perempuan)
2. relawan diminta untuk mengangkat barbel selama 5 menit dengan
kecepatan 30 x/ menit hingga letih
3. relawan diintruksikan untuk menguntai 25 manik manik tersebut dengan
kecepatan setinggi mungkin
4. hitung waktu yang diperlukan untuk menguntai manik manik tersebut
5. perhatikan perubahan apa yang terjadi pada tangan mereka, dan catatlah
3.3.5 pengaruh kelelahan pada ketelitian kerja
1. siapkan 2 orang coba yang berbeda (laki-laki dan perempuan)
2. orang coba masukkan benang ke dalam jarum dengan untaian beruntut
(5 bentuk manik – manik yang tersedia dengan urutan seri pertama)
selama 10 menit
3. istirahat 5 menit kemudian lakukan percobaan 3.3.5 butir ke 2
4. hitung waktu dan jumlah gerakan hingga timbul kelelahan
5. segera setelah timbul kelelahan, ulangi percobaan butir ke 2
6. hitunglah jumlah seri manik yang sama yang urutannya di setiap 5 butir
manik
7. catat apa yang dirasakan orang coba
8. ulangi percobaan pada butir 1-5 pada orang coba yang lain.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengukuran
4.1.1 Percobaan Kerja dan Istirahat pada Kelelahan Otot
Kanan
Orang
Coba
Waktu
Sampai
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi
Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita1’ 2” 22 4,8 2,4
58” 25 4,5 4
Pria1’ 53” 24 5 2
1’ 12” 24 4,5 2
Kiri
Orang
Coba
Waktu
Sampai
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi
Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita53” 20 5 2
51” 17 3,5 2
Pria1’ 10” 29 4,3 1,5
53” 17 4,5 1,5
14
4.1.2 Pengaruh Peredaran Darah dan Pemijatan pada Kelelahan
Kanan
Orang
Coba
Waktu
Sampai
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi
Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita1’ 13 3,3 1,5
56” 7 3 1
Pria1’ 10” 9 4 1,5
41” 18 4 1,5
Kiri
Orang
Coba
Waktu
Sampai
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi
Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita30” 16 4 2
30” 19 4,5 2,5
Pria1’ 17 4,8 1,5
52” 25 4 2
4.1.3 Pengaruh Suhu Dingin dan Panas pada Kelelahan
Kanan (Panas)
Orang
Coba
Waktu
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita1’ 32” 36 3,7 2
1’ 37” 36 4 1,5
Pria55” 21 4 1,5
53” 20 3 1,5
15
Kiri (Dingin)
Orang
Coba
Waktu
Kelelahan
Jumlah
Kontraksi Otot
Tinggi
Awal (cm)
Tinggi
Akhir (cm)
Wanita1’ 16” 28 4 2
1’ 38” 31 4 1,5
Pria43” 27 4 1,5
34” 13 3 1
4.1.4 Pengaruh Kelelahan pada Kecepatan dan Ketrampilan Halus
Orang Coba Waktu Mengintai
Manik
Perubahan yang terjadi
Wanita 2’ 36” Tangan bergetar
Pria 1’ 57” Capek dan tangan
bergetar
16
4.1.5 Pengaruh Kelelahan pada Ketelitian Kerja
Ora
ng C
oba
Unt
aian
Man
ik d
alam
10
men
it
Jum
lah
Seri
Man
ik- M
anik
yan
g
Uru
tan
Sam
a
Setelah istirahat
5’Setelah lelah
Perubahan yang
Terjadi
Wak
tu K
elel
ahan
Jum
lah
Unt
aian
Man
ik
Jum
lah
Seri
Man
ik U
ruta
n
Sam
a
Wak
tu K
elel
ahan
Jum
lah
Unt
aian
Man
ik
Jum
lah
Seri
Man
ik U
ruta
n
Sam
aWanita 27 25 6’ 15 12 13 8
Manik-manik banyak
berjatuhan
Kecepatan merangkai
melambat
Terjadi salah
rangkaian
Pria 32 27 3’15” 28 21 25 6
Manik-manik banyak
berjatuhan
Kecepatan merangkai
melambat
Terjadi salah
rangkaian
17
2.2 Pertanyaan dan Jawaban
1 Bagaimana pengaruh kelelahan pada ketelitian ? Jelaskan mekanismenya.
Kelelahan dapat menyebabkan penurunan ketelitian. Semakin tinggi tingkat
kelelahan seseorang semakin menurun tingkat ketelitiannya. Pada saat
seseorang mengalami kelelahan suplai darah dan oksigen ke otak. Kelelahan
meningkat menyebabkan glikogen di otot menurun yang berakibat
penyebaran sinyal saraf menurun dan berdampak pada ketelitian.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Suplai nutrisi dan oksigen dalam darah ke otak menurun → kelelahan otot
(kelelahan meningkat hampir sebanding langsung dengan kecepatan
penurunan glikogen otot) → penyebaran sinyal saraf melalui hubungan
neuromukular menurun → berkurangnya ketelitian.
2 Bagaimana pengaruh kelelahan pada kecepatan dan keterampilan kerja ?
Jelaskan mekanismenya.
Kelelahan menyebabkan kecepatan kerja menurun sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Selain itu
semakin lam waktu yangan diperlukan, berakibat semakin lama pula
pekerjaan itu akan selesai. Karena untuk melakukan suatu kontraksi saja
dibutuhkan energi sedangkan metabolisme kelelahan terjadi melambat
sehingga kontraksi timbul membutuhkan waktu lama. Mekanismenya adalah
sebagai berikut :
Saat kelelahan → penumpukan asam laktat → penurunan energi → kecepatan
kerja menurun → perlu waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan.
3 Bagaimana pengaruh istirahat pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya.
Istirahat dapat menyebabkan aktivitas yang dilakukan oleh seorang
meningkat kembali. Dengan istirahat tubuh menjadi lebih rileks karena tubuh
telah beradaptasi dan memberikan respon kelelahan ( nafas lebih cepat,
denyut nadi cepat, kejang otot, dan lain-lain) sehingga otot-otot mulai
meregang atau relaksasi, frekuensi nafas, dan denyut nadi mulai kembali
normal. Saat itulah oksigen yang dibutuhkan dengan cepat dimasukkan
melalui tubuh dengan proses respirasi sehinnga metabolismenya dapat
18
menghasilkan energi kembali melalui aerobik atau dengan merubah asam
laktat yang menimbulkan kelelahan menjadi glukosa untuk pembentukan
energi. Dengan Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Kerja fisik → Akumulasi asam laktat → dapat dipecah kembali bila terdapat
cukup oksigen (istirahat) → merombak asam laktat menjadi glukosa → dapat
dipakai kembali oleh tubuh menjadi sumber energi baru.
4 Bagaimana pengaruh infrared pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya.
Sinar infrared dapat menghilangkan kelelahan karena infrared memancarkan
energi panas yang dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Vasodilatasi ini yang akan membuat aliran darah lancar (tidak ada sumbatan).
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Pemaparan infrared → vasodilatasi pembuluh darah oleh suhu panas →
suplai oksigen dalam darah mengalir lancar.
5 Bagaimana pengaruh pemijatan pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya.
Pemijatan akan mempercepat penyembuhan kelelahan. Hal ini disebabkan
karena dengan pemijatan suhu badan yang dipijat menjadi lebih hangat,
peningkatan suhu ini akan memvasodilatasi pembuluh darah, sehingga
sirkulasi darah yang mengandung oksigen lancar kembali. Mekanismenya
adalah sebagai berikut : Pemijatan Otot menjadi lemas dan pembuluh
darah halus di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi
tersedia untuk jaringan otot Toksin yg menyebabkan pegalpun
dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan.
6 Bagaimana pengaruh dingin pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya.
Suhu dingan akan menyebabkan otot mudah mengalami kelelahan.
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Vasokonstriksi oleh suhu dingin → suplai oksigen tidak lancar / berkurang →
otot menjadi cepat lelah
7 Bagaimana pengaruh panas pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya.
Panas dapat menghilangkan kelelahan karena akan memnyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga sirkulasi oksigen menjadi lancar.
19
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Panas → vasodilatasi pembuluh darah oleh suhu panas → suplai oksigen
dalam darah mengalir lancar.
8 Mengapa timbul rasa nyeri ketika timbul kelelahan ?
Rasa nyeri timbul ketika seseorang memerlukan banyak oksigen untuk
memecah glukosa sebagai sumber energi. Ketika kita memerlukan energi
tentu saja kita membutuhkan oksigen untuk metabolisme tubuh. Namun jika
jumlah oksigen yang ada tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan
menyebabkan dilakukannya respirasi anaerob (respirasi tanpa oksigen) yang
menghasilkan energi dan asam laktat. Apabila respirasi anaerob terus-
menerus berlangsung maka akan terjadi penimbunan asam laktat dalam otot
dan akan mengiritasi saraf sehingga timbullah rasa nyeri pada otot.
4.3. PEMBAHASAN
4.3.1. Percobaan Kerja dan Istirahat pada Kelelahan Jari Tangan
Percobaan kami dengan sub bab ini sejalan dengan teori yaitu titik waktu
kelemahan wanita lebih cepat dari laki-laki dan jumlah kontraksi pada laki-laki
lebih tinggi dibandingkan pada wanita. Percobaan ini dilakukan pada 2 orang
dengan jenis kelamin berbeda. Percobaan dilakukan dengan penarikan pelatuk
penarik beban ergograf dengan telunjuk kanan dan kiri secara bergantian
sehingga akan didapatkan banyak kontraksi yang terjadi dan waktu yang
dibutuhkan otot menuju kelelahan otot dimulai dari detik ke 0 yang dihitung
dengan stopwatch.
Hasilnya menunjukkan perbedaan antara kekuatan kontraksi pada jenis
kelamin yang berbeda dan pada tangan kanan dan kiri. Pada tabel hasil
percobaan kami memperoleh jumlah kontraksi pada tangan kanan lebih banyak
dan tinggi amplitudo pencatatan lebih tinggi dari tangan kiri sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekuatan kontraksi tangan kanan lebih besar. Selain itu
tangan kanan didapatkan waktu yang lebih lama untuk mengalami kelelahan
dibandingkan tangan kiri. Hal ini disebabkan karena tangan kanan lebih sering
20
digunakan untuk beraktivitas atau melakukan sesuatu sehingga otot pada tangan
kanan telah beradaptasi dengan pertambahan massa otot dan ketahanan otot.
Untuk perbedaan hasil percobaan pada jenis kelamin pria dan wanita
diperoleh hasil kekuatan kontraksi otot pada wanita lebih rendah dari pria. hal ini
disebabkan massa otot wanita yang lebih kecil sehingga pada pria penyimpanan
glikogen lebih luas yang mengakibatkan ketahanan kontraksi otot lebih tinggi
karena cadangan energinya lebih besar. Aktivitas pria yang lebih banyak
sehingga menyebabkan adaptasi otot untuk menyeimbangakan dengan
kebutuhan tubuh manusia itu sendiri. Salah satu adaptasinya adalah dengan
memperbesar massa otot.
Selain itu juga didebabkan karena adanya perbedaan hormonal antara
pria dan wanita. Testosteron yang disekresi oleh testis pria memiliki efek
anabolik yg kuat terhadap penyimpanan protein yg sangat besar di setiap
tempat dalam tubuh, terutama di dalam otot. Protein merupakan sumber energi
ketiga setelah karbohidrat dan lemak. Protein diubah menjadi energi dengan
langkah awan yaitu transaminasi. Protein ini juga dapat menjadi glukoas pada
proses glukoneogenesis.
Dapat dilihat pada kertas kimograf bahwa terdapat perbedaan amplitudo
pada menit awal dan akhir. Pada amplitudo akhir yaitu pada saat otot sudah
mengalami kelelahan dimana pencatatan akhir setengan ke bawah dari
pencatatan awal detik pertama. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama otot
berkontraksi, otot akan mendekatti titik lelahnya. Hal ini terjadi karena
penumpukan asam laktat pada otot karena tidak adanya oksigen pada otot
sehingga tidak terjadi proses dekarboksilasi oksidatif. Kurangnya oksigen terjadi
karena kapiler darah mengakami vasokontriki yang disebabkan suatu respon dari
hipotalamus terhadap kondisi teman kami.
Kemudian pengaruh istirahat adalah dapat menghilangkan kelelahan otot
secara bengangsur-angsur, sehingga otot akan dapat berkontraksi lagi. Ini karena
pada saat istirahat metabolisme dalam tubuh kita yang digunakan untuk
kontraksi berkurang sehingga energi bengangsur angsur akan terpenuhi oleh
suplai aliran darah dengan oksigen terlarut yang lebih banyak. Sedangkan asam
21
laktat yang menyebabkan kelelahan akan dirubah menjadi glukosa penghasil
energi melalui proses aerobik.
4.3.2. Pengaruh Perubahan Peredaran Darah dan Pemijatan pada Kelelahan
Hasil percobaaan kami sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa
peredaran darah dan pemijatan akan berpengaruh pada kontraksi otot.
Pengaruhnya adalah pemijatan yang dilakukan dapat melancarkan perdedaran
darah sehingga oksigen yang tersirkulasi dapat mencapai jaringan atau sel yang
mengalami kelelahan akibat metabolisme sulit karena kurangnya suplai oksigen.
Dengan pemijatan ini percobaan kami menunjukkan hasil kontraksi yang
berbeda di bawah sedikit setelah pemijatan. Hal tersebut disebabkan pemijatan
dapat menimbulkan panas sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga sirkulasi oksigen dan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk penghasil
energi melalui metabolisme otot untuk berkontraksi dapat tercukupi. Selain itu
asam laktat yang menimbulkan kelelahan dapat diubah menjadi glukosa energi
melalui reaksi aerob. Apabila kontraksi otot dilakukan kembali setelah kontraksi
pertama sebelum dilakukan pemijatan maka hasil pencatatan di kertas kimograf
akan berada jauh di bawah pencatatan kontraksi awal atau pertama.
Percobaan dilakukan dengan sebelum melakukan tarikan pada pelatuk
dengan memasangkan manset sphygnomanometer pada lengan atas yang
akhirnya menimbulkan kelelahan lebih cepat. Hal ini berhubungan dengan kunci
fungsikardiovaskuler yaitu untuk mengangkut oksigen dan nutrisi yang
dibutuhkan otot untuk berkontraksi. Ketika aliran darah di lengan di tekan,
terjadi penyumbatan aliran darah yang berakibat timbulnya kekurangan oksigen
sehingga menimbulkan kelelahan otot.
Dengan dilakukannya pemijatan maka bagian lengan yang ditekan akan
bisa dilewati lebih lancar jalur sirkulasi sehingga oksigen dapat sampai ke
tangan untuk proses metabolisme menghasilkan energi dan asam laktat yang
dihasilkan juga dapat dirombak kembali menjadi glukosa untuk menghasilkan
energi karena proses sudah kembali pada jalur aerob lagi.
22
4.3.3. Pengaruh Suhu Dingin dan Panas pada Kelelahan
Dari percobaan yang kami lakukan dengan menggunakan sinar infra
merah maka kelelahan otot pulih lebih cepat daripada dengan proses pemijatan.
Ini dikarenakan sinar infra red dapat menembus kulit menghasilkan panas yang
menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga sirkulasi darah lancar dan
oksigen dapat tersirkulasi ke jaringan utamanya ke bagian otot yang lelah karena
kekurangan oksigen untuk metabolisme penghasil energi. Karena inilah
percobaan kami mendapatkan hasil dengan pemberian infra red menyebabkan
meningkatnya waktu yang diperlukan sampai otot lelah. Vasodilatasi pembuluh
darah tadi yang menyebabkan suplai oksigen yang dibawa darah ke jaringan
jaringan khususnya jaringan otot dapat berjalan dengan lancar. Peristiwa ini
berdampak pada otot yang menerima oksigen dan dapat memulai memproduksi
energi untuk aktivitas betikutnya.
Pada percobaan suhu dingin, menunjukan penurunan kontraksi otot pada
pria dan kenaikan kontraksi otot pada wanita. Seharusnya dieproleh hasil yang
seragam yaitu terjadi penurunan kontraksi otot disebabkan oleh suhu dingin
yang membuat tubuh kita berusaha untuk tidak banyak melepaskan suhu panas
terutama suhu panas dalam darah. Sehingga pembuluh darah mengalami
vasokontriksi yang membuat aliran oksigen dan nutrisi ke jaringan lebih sulit.
Suhu dingin mengakibatkan tubuh kita mengalami lebih cepat lelah dari pada
saat kondisi suhu normal dengan catatan kondisi kesehatan tubuh yang sama.
Namun pada percobaan kami wanita malah mengalami kenaikan jumlah
kontraksi otot. Ini mungkin disebabkan karena wanita pada saat percobaan
merupakan hasil yang dibuat karena dia terus melihat ke tinggi pencatatan kertas
kimograf sehingga memfokuskan untuk menaikkan kontraksi karena dorongan
perasaan diri walaupun sebenarnya dia telah mengalami kelelahan otot atau bisa
disebabkan kesalah dalam pencelupan ke dalam air es baik waktu maupun
teknik. Untuk percobaan pada pria sudah sesuai dengan teori bahwa terjadi
penurunan kekuatan kontraksi akibah suhu dingin.
23
4.3.4. Pengaruh Kelelahan pada Kecepatan dan Keterampilan Halus
Hasil percobaan kami menunjukan bahwa kelelahan akan menurunkan
kecepatan dan ketrampilan bekerja. Setelah melakukan percobaan didapat rasa
lelah pada tangan sehingga tangan bergetar. Selain itu kecepatan menguntai
manik-manik semakin lama semakin melambat karena otot telah mangalami
kelelahan sehingga waktu yang dibutuhkan satu kali kontraksi menjadi lebih
lama karena energinya yang tidak mencukupi. Itu semua terjadi karena saat
kelelahan disebabkan penumpukan asam laktat menyebabkan penurunan energi.
Penurunan energi yang menyebabkan kecepatan kerja menurun dan memerlukan
waktu untuk lebih lama untuk menyelsaikan pekerjaan. Apabila tangan terus
dipaksa untuk berkontraksi maka tangan akan terus bergetar..
4.3.5. Pengaruh Kelelahan pada Ketelitian Kerja
Percobaan kami sejalan dengan teori bahwa kelelahan otot menurunkan
tingkat ketelitian kerja. Pada percobaan ini dapat ditemukan bahwa kelelahan
otot mempengaruhi ketelitian (pada percobaan ini penguntaian manik-manik
yang sudah ditentukan polanya. Hasilnya setelah 10 menit jumlah untaian
manik-manik dengan urutan yang sama berkurang karena sebagian ada yang
tidak sesuai pola. Selain itu pemaksaan peningkatan ketelitian saat otot
mengalami kelelahn juga memberikan efek yaitu pusing, karena suplai oksigen
yang kurang, terutama ke bagian otak.
Kelelahan otot mengakibatkan menurunnya ketelitian kerja seseorang
karena disaat otot berkontraksi dalam jangka waktu yang lama pada saat itu
terjadi vasokontriksi dan membuat suplai nutrisi dan oksigen dalam darah ke
otak menurun sehingga terjadi kelelahan otot. kelelahan otot meningkat
hampir sebanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot yang
mengakibatkan penyebaran sinyal saraf melalui hubungan neuromukular
menurun dan berefek berkurangnya ketelitian kerja.
24
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kelelahan otot terjadi akibat kontraksi otot yang lama dan dalam porsi kuat
sehingga terbentuk penimbunan asam laktat karena tidak diimbangi dengan
jumlah oksigen yang masuk yang akhirnya memasuki tahap anaerob penghasil
asam laktat.
2. Faktor yang menyebabkan kelelahan
a. Pengososan ATP-CP
b. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot
c. Akumulasi Asam Laktat
3. Kelelahan otot berdampak pada penurunan kecepatan dan ketelitan dalam bekerja.
4. Pemulihan kondisi kelelahan otot dapat dilakukan dengan penyinaran infra red
dan pemijitan yang pada dasarnya memanfaatkan panas sehingga dapat membuat
pembuluh darah untuk vasodilatasi sehingga otot dapat menerima suplai oksigen
dan nutrisi dengan normal. Sedangkan suhu dingin menyebabkan vasokonstriksi
sehingga menyebabkan kelelahan otot.
25