kode etik multi level marketing sektor kecantikan

159
KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING SEKTOR KECANTIKAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32/M-DAG/PER/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh HANDINY EKA PERTIWI NIM: 1111048000048 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

Upload: others

Post on 17-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING SEKTOR KECANTIKAN

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR: 32/M-DAG/PER/8/2008

(Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

HANDINY EKA PERTIWI

NIM: 1111048000048

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

29 Maret 2016

Handiny Eka Pertiwi

iv

ABSTRAK

HANDINY EKA PERTIWI. 1111048000048. “Kode Etik Multi Level Marketing

Sektor Kecantikan Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo

Alam Ayu)”. Konsentrasi Hukum Bisnis. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidatullah Jakarta. 1437 H / 2016 M. x + 69

halaman + halaman daftar pustaka + halaman lampiran.

Maraknya sistem pemasaran penjualan langsung di Indonesia menimbulkan

berbagai macam masalah baik dari perusahaan mapun dari para anggota

perusahaan itu sendiri. Terutama dari para anggota yang banyak melanggar kode

etik yang sudah di tetapkan pada perusahaan langsung yang menyalahkan aturan

yang seharusnya di tepati oleh para anggota maupun antar perusahaan itu sendiri.

Tujuan dari skripsi ini adalah ketika kode etik diciptakan dan dibuat untuk

mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, maka dari itu penerapan kode

etik di setiap perusahaan perlu dilakukan. Setiap perusahaan penjualan langsung

wajib memiliki kode etik yang harus sesuai dengan peraturan yang ada yaitu

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No:32/M-DAG/PER/8/2008,

peraturan yang dibuat oleh perusahaan dibandingkan dengan Peraturan Menteri

Perdagangan RI apakah sudah sesuai atau belum.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang

artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum sepenuhanya para anggota

menerapkan kode etik yang sudah ditetapkan, kurangnya informasi merupakan

hambatan yang menghadang serta kurangnya pengawasan dari PT Orindo Alam

Ayu kepada anggota yang melanggar sehingga sanksi yang diberikan mengenai

kode etik ini diabaikan begitu saja oleh para anggota menurut penulis sebaiknya

pada saat menerapkan kode etik para anggota di bisnis multi level marketing

diberikan training khusus mengenai peraturan kode etik yang harus dipatuhi sejak

pertama kali bergabung agar meminimalisir pelanggaran kode etik dan PT Orindo

Alam Ayu membuat badan pengawas khusus untuk memantau pelanggaran kode

etik yang terjadi.

Kata Kunci : Kode Etik, Penjualan Langsung, Multi Level Marketing

Pembimbing : Pembimbing: Prof. Dr. H. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H

Sumber Rujukan dari 1983 sampai 2011

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha

Mendengar, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu penulis secara baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,

M.Hum., Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.

3. Prof. Dr. H. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukan dan membantu dalam

memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ahmad Bahtiar, M.Hum., sebagai dosen penasihat akademik yang telah

memberikan nasihat dan arahan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi

ilmu pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis, semoga ilmu yang

diberikan para dosen bermanfaat bagi penulis.

6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas cinta dan do’a kedua orang

tuaku tercinta Ayahanda Rudi Setiawan dan Ibunda Tuminah, yang telah

memberikan segala dukungan baik materil maupun immateril sehingga

penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.

vii

7. Ucapan terima kasih juga kepada Ade Rizky Maulana yang senantiasa

menemani dan memberikan dukungan semangat kepada penulis hingga

skripsi ini selesai.

8. Ucapan terima kasih kepada sahabat penulis yang senantiasa menemani dan

memberikan dukungan penulis Paramita dan Febrina Puspita Romadhon

9. Sahabat V-Eich Aina , Wiwin, Riris , Febrina yang telah memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1.

10. Sahabat dikampus sahabat “gengges” yang selalu mendukung dan memberi

semangat serta memberikan arahan dan berbagi pengalaman terimakasih

kepada Pratiwi Wulandari Meiliana , Muhammad Khadafi, Santi Frannita ,

Inggrit , Mazda Hamdi.

11. Seluruh sahabat dan downline di PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) Khususnya

Putri Indah, Kak Aster, Asti, kak Niken, Pipit, Firda, Kak Ella, Wiwid, Kak

Feby,Santi terimakasih atas dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Khususnya kawan-kawan Ilmu Hukum B dan Hukum Bisnis, Terima kasih

atas dukungan dan pengalaman dalam suka-duka yang telah diberikan selama

kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka.

Amin.

Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-

besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang

berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 1 April 2016

Penulis

Handiny Eka Pertiwi

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ........................................... 9

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ........................................ 17

F. Metode Penelitian ..................................................................... 18

G. Bahan Hukum .......................................................................... 19

H. Pedoman Penelitian Skripsi ..................................................... 20

I. Sistematika Penulisan .............................................................. 20

BAB II SEJARAH HUKUM KEBERADAAN KETENTUAN

PENGATURAN KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING

KEMENTIAN PERDAGANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian MLM ...................................................................... 22

B. Sejarah Perkembangan MLM .................................................. 24

C. Visi dan Misi Kode Etik Multi Level Marketing ..................... 30

ix

D. Tujuan dibuatnya Kode Etik MLM pada PT Orindo

Alam Ayu ................................................................................. 33

BAB III MEKANISME KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING

KHUSUSNYA PT ORINDO ALAM AYU BERDASARKAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI NOMOR: 32/M-

Dag/Per/8/2008

A. Mekanisme Cara Kerja Bisnis MLM pada PT Orindo

Alam Ayu .................................................................................. 34

B. Ciri-Ciri MLM pada PT Orindo Alam Ayu ............................. 40

C. Pengaturan Kode Etik Perusahaan MLM pada PT Orindo

Alam Ayu .................................................................................. 42

D. Fungsi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Bagi

Industri MLM pada PT Orindo Alam Ayu .............................. 44

E. Struktur Organisasi PT Orindo Alam Ayu ............................... 46

F. Visi dan Misi PT Orindo Alam Ayu ........................................ 49

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN KODE

ETIK MLM PADA PT ORINDO ALAM AYU DI INDONESIA

A. Penerapan Kode Etik MLM PT Orindo Alam Ayu Terhadap

Anggota ..................................................................................... 52

B. Kesesuaian Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu Terhadap

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

32/m-dag/per/8/2008 ................................................................. 56

x

C. Kendala Member di PT Orindo Alam Ayu dalam Menerapkan

Kode Etik ................................................................................. 60

D. Akibat Hukum dan Penyelesaian Masalah Terhadap Member

yang Melanggar dan Untuk PT Orindo Alam Ayu ................... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 66

B. Saran ......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang terjadi selama tahun

terakhir ini ditandai dengan bertambah luasnya bidang-bidang usaha yang

terbuka dan dapat dilakukan oleh banyak perusahaan dan melalui berbagai

macam pemasaran. Dari sudut ekonomis setiap perusahaan menginginkan

“untuk mencari laba sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.

Untuk itu dalam perusahaan harus ada pemusatan kekuatan ekonomis seketat-

ketatnya untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya.1

Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai sasaran pembangunan

menuju kearah negara industri dengan potensi pasar yang tidak kecil, didalam

praktek menunjukkan gejala adanya pola hubungan kerja antara produsen

dengan konsumen yang melibatkan mediatornya. Sekarang ini kedudukan

makelar dan komisioner sebagai mediator dalam hubungan perdagangan sudah

digeser oleh agen dan distributor. Dengan adanya perkembangan dalam dunia

perdagangan saat ini dikenal suatu sistem pemasaran yang sedang marak di

Indonesia yaitu sistem pemasaran berjenjang lebih dikenal dengan sebutan

Multi Level Marketing atau MLM yang penjualannya dilakukan oleh jaringan

distributornya.

1 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, cet. 12, (Jakarta:

Djambatan,1999), h.23.

2

Sistem ini tidak bisa dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation

dan produknya Nutrilite perusahaan makanan kesehatan yang didirikan pada

tahun 1930 oleh Carl F. Rehnborg seorang pengusaha Amerika yang pernah

tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Berdasarkan pengalamannya ketika

tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan yang sangat

besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup. Setelah selama 7

tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia

memberikan hasil temuannya tersebut kepada teman-temannya untuk dicoba.

Akhirnya dia menemukan prinsip dasar yaitu mengharuskan teman temannya

membayar untuk produk yang diberikan kepada mereka . Ketika teman-teman

meminta Rehnborg untuk menjual produk tersebut kepada teman-teman dia

Rehnborg berkata “kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan

saya akan memberikan komisi kepada kamu“.2 Perusahaan ini memberikan

komisi tambahan kepada distributor independennya yang berhasil merekrut,

melatih dan membantu distributor baru dalam menjual produk nutrillite

kepada konsumen.

Dari sejarah munculnya MLM ini dapat diketahui bahwa MLM muncul

dengan tujuan utama untuk menjual produk baru yang belum dikenal luas oleh

umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman yang lain digunakan untuk

memperkenalkan produk baru tersebut. Seseorang akan mengenalkan atau

berusaha memberikan produk baru tersebut kepada teman yang dikenal setelah

merasakan kegunaannya.3 Salah satu ciri perusahaan MLM adalah bahwa

2 Benny Santoso, All About MLM, cet. I, (Yogyakarta: Penerbit Andi,2003), h.23-24.

3 Ibid.,h.25.

3

produk-produknya tidak didistribusikan atau dijual ditoko-toko atau

supermarket. Produk-produknya dijual secara ekslusif oleh para distributor

secara mandiri tanpa campur tangan langsung perusahaan, produk yang dijual

harganya wajar dan berkualitas, apabila produknya berupa makanan,

minuman, kosmetik maupun food supplement, harus mendapat ijin dari badan

POM.4

Perusahaan MLM yang telah memiliki izin usaha pemasaran berjenjang.

Salah satu dari sekian banyak yang menggunakan perusahaan MLM adalah

Perusahaan Oriflame. Perusahaan Oriflame yang berkantor pusat di Swedia

telah menunjuk PT Orindo Alam Ayu yang berkantor pusat di Jakarta untuk

mewakili kepentingan Oriflame di Indonesia melalui distributor-

distributornya. PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) sudah mendapatkan izin dari

APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) suatu organisasi yang

merupakan wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para perusahaan

penjualan langsung (Direct Selling/DS) dengan nama dan nomer yang tercatat

PT. ORINDO ALAM AYU 0011/06/93.5

Oriflame adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang-

barang kosmetik saat ini terdapat lebih dari 2.000.000 distributor di Indonesia.

Saat ini Oriflame Indonesia berkantor Pusat di Menara Standart Chartered2nd

Floor. Podium. Unit 1-4 di jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta Selatan dan

memiliki kantor cabang di Bandung, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Manado,

4 Kuswara, Mengenal MLM Syariah, cet.I,(Depok: Qultum Media, 2005), h.43-44 .

5 http://www.apli.or.id/profil/ diakses pada 20 April 2015 pkl 14.30

4

Bali, Balikpapan, Rawamangun, Daan Mogot, Makassar, Palembang,

Yogyakarta, dan Semarang.6

Perusahaan Oriflame sebagai MLM (Multi Level Marketing) memiliki

sistem yang sangat unik dimana perusahaan ini menggabungkan antara direct

selling dan multi level marketing yaitu bisa mendapat keuntungan dari menjual

produk dan juga dari menjalankan MLM nya atau membesarkan jaringan.

Sistem MLM Oriflame adalah sistem lingkaran, dimana dari pembagian

bonusnya adil dan melihat pada kerja keras si distributor menjual produk dan

membangun jaringan didalam grupnya. Tidak hanya menguntungkan satu

pihak saja yang diatas (upline) di oriflame jika upline tidak membangun

jaringan dan bekerja keras maka bisa jadi si bawahan (downline) yang

bonusnya lebih besar daripada si upline.

Perusahaan ini pun mempunyai kode etik untuk para konsultannya agar

dalam menjalankan bisnis sesuai dengan paraturan yang berlaku, jujur dan

tidak melakukan kecurangan dalam berbisnis. Setiap member ketika

bergabung mendapat panduan berupa stater-kid yang didalamnya ada

peraturan kode etik bagaimana menjalankan bisnis Oriflame.

Kegiatan bisnis di PT Orindo Alam Ayu terjadi karena keinginan untuk

saling memenuhi kebutuhan hidup masing-masing manusia, dan masing-

masing pihak tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut. Tidak

dapat disangkal bahwa pada umumnya orang berpendapat bahwa bisnis adalah

untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Dalam kaitan dengan ini tidak

mengherankan bahwa Milton Friedman mengatakan omong kosong kalau

6 http://id.oriflame.com/ diakses pada 20 April 2015 pkl 14.00

5

bisnis tidak mencari keuntungan. Ia mengatakan bahwa dalam kenyatannya

hanya keuntunganlah yang menjadi satu-satunya motivasi dasar orang

berbisnis. Menurut Friedman mencari keuntungan bukan hal yang jelek karena

semua orang memasuki bisnis selalu dengan satu motivasi dasar yaitu mencari

keuntungan. Artinya, kalau semua orang masuk dalam dunia bisnis dengan

satu motivasi dasar untuk mencari keuntungan, maka sah dan etis kalau

sayapun mencari keuntungan dalam bisnis.7 Untuk memaksimumkan

keuntungan tersebut, maka tidak dapat dihindari sikap dan perilaku yang

menghalalkan segala cara yang sering tidak dibenarkan oleh norma moral.

Kalau memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya tujuan

perusahaan, dengan sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Jika

keuntungan menjadi satu-satunya tujuan, semuanya dikerahkan dan

dimanfaatkan demi tercapainya tujuan itu, termasuk juga para member di PT

Orindo Alam Ayu (Oriflame) yang melanggar kode etik contohnya berjualan

tidak sesuai dengan harga katalog, stokis barang karena ini berdampak pada

persaingan usaha yang tidak sehat antara member yang satu dengan yang lain.

Dengan itu dilanggar suatu prinsip etis yang paling mendasar kita selalu harus

menghormati martabat manusia.

Hal ini berdampak pada citra buruk perusahaan PT Orindo Alam Ayu yang

sudah membuat kode etik namun justru banyak sekali pelanggaran yang

dilakukan oleh anggotanya. Yang tidak hanya membuat perusahaan merugi

akan tetapi sanksi terberat akan jatuh pada member yang melanggar yaitu

apabila diketahui member tersebut melanggat maka nomer konsultan (nomer

7 A.Sonny Keraf, Etika Bisnis, (Jakarta: Kanisius, 1998), h.49.

6

member) akan di matikan (block) sehingga tidak bisa melakukan

order/penjualan dan tidak bisa menjalankan bisnisnya kembali seumur

hidupnya. Padahal kesalahan terbesar disini ada pada masyarakat itu sendiri

karena dari sebagian besar oknum yang menjadi anggota MLM yang ingin

meraup keuntungan lebih dan melakukan berbagai jalan salah satunya yang

sudah disebutkan diatas. Akan tetapi PT Orindo Alam Ayu dalam menanggapi

setiap kasus selalu tegas dalam memberikan sanksi apabila terbukti bersalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya bisnis Multi

Level Marketing telah banyak membantu meningkatkan taraf perekonomian

masyarakat Indonesia namun juga menjadi momok yang menakutkan akibat

ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab hal ini diakibatkan oleh

lemahnya suatu sistem hukum yang mengatur kode etik MLM di Indonesia

sehingga masyarakat jika kode etik tidak terlalu penting untuk ditaati. Oleh

karena banyak sekali oknum yang menyalah artikan dalam mempromosikan

MLM baik dalam segi berjualan produk maupun merekrut orang lain untuk

bergabung. Maka dari itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian

mengenai kode etik pada bisnis Multi Level Marketing khususnya pada

perusahaan PT Orindo Alam Ayu yang mana dikenal dengan Oriflame yang

pada dasarnya sudah mempunyai standar aturan kode etik tersendiri namun

ada bagian dari oknum member yang melanggar kode etik tersebut sehingga

penulis ingin memperbaiki agar para member di Oriflame dapat menjalankan

bisnisnya dengan baik dan sesuai dengan aturan baik dari kode etik di

Oriflame sendiri maupun ditinjau dari Peraturan Menteri Perdagangan

7

Republik Indonesia nomor : 32/m-dag/per/8/2008 tentang penyelenggaraan

kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Kode Etik Multi Level

Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-Dag/Per/8/2008 (Studi

Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, maka permasalahan

penelitian ini akan dibatasi. Penelitian ini hanya membahas bagaimana

penerapan kode etik kostumer pada MLM di PT Orindo Alam Ayu

(Oriflame) dan bagaimana PT Orindo Alam Ayu meyikapinya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

Penulis mengidentifikasi pokok pembahasan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana sejarah hukum keberadaaan ketentuan pengaturan kode

etik MLM terhadap kementrian perdagangan di Indonesia?

b. Bagaimana pelaksanaan kode etik MLM Oriflame sesuai dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-

dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan

dengan sistem penjualan langsung?

8

c. Apa akibat hukum dan bagaimana penyelesaian hukum terhadap

kendala yang terjadi terhadap penyimpangan kode etik pada PT Orindo

Alam Ayu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas, maka penelitian ini bertujuan:

a. Memastikan bahwa kode etik MLM Oriflame sudah sesuai dengan yang

diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha

perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

b. Mengetahui penerapan kode etik di PT Orindo Alam Ayu terhadap

member serta kendala dan solusinya

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan penjelasan tentang bagaimana

penerapan kode etik bagi para member MLM di PT Orindo alam ayu

ditinjau dari Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha

perdagangan dengan sistem penjualan langsung agar tidak terjadi suatu

kerancuan dalam masyarakat terutama para member di PT Orindo

Alam Ayu mengenai bagaimana kode etik seharusnya di patuhi dan

bagaimana berbisnis dengan jujur.

9

b. Secara Praktis

Penelitian ini memberikan manfaat dan meningkatkan pengetahuan

khususnya bagi penulis dan pembaca mengenai bagaimana kode etik

dalam berbisnis khususnya pada Multi Level Marketing di PT Orindo

Alam Ayu, sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan

mengenai kode etik yang ditinjau Peraturan Menteri Perdagangan

Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang

penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan

langsung.

c. Secara Akademis

Penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum

dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

MLM menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif

dalam penjualan, di mana si penjual berfungsi lebih dari sekedar sebagai

seorang juru tulis yang mencatat hasil penjualan, mungkin juga menjadi

seorang pengajar, konseler, pemandu, juru informasi, pembantu maupun

pembawa gagasan itu sendiri. Kemudian pada tahun 1940-an, penjualan

langsung mengambil corak baru dengan munculnya perusahaan Multi

10

Level Marketing Pertama-Nutrilite Systems dan Stanley Home Product.8

Perbedaannya adalah para penjual tidak hanya mendapatkan komisi atas

produk yang di jualnya, tetapi juga memperoleh bonus atau ekstra

penghasilan karena merekrut orang lain untuk turut berpartisipasi menjual

produk. Struktur komisi direkatkan pada lebih dari satu tingkat, oleh

karena itu istilah Multi Level Marketing pertama-tama dipakai untuk jenis

penjualan semacam ini, meskipun seperti yang telah di kemukakan,

pengembangan struktur Multi Level Marketing sudah berjalan sejak zaman

dulu dan seiring berjalanya zaman maka diperlukan Kode etik yang

mengatur perlindungan dalam bisnis MLM antara distributor (anggota)

dan perusahaan. Perlindungan mengenai kode etik bisnis Multi Level

Marketing di dasarkan atas beberapa teori yaitu sebagai berikut:9

1. Teori Utilitarisme merupakan salah satu teori mengenai kode etik,

dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk

menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest

happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah

orang terbesar. Didalam bisnis Multi Level Marketing sangat

mengedepankan kesuksesan bersama dalam tim karena apabila satu

orang diatas menginginkan kesuksesan harus membantu yang dibawah

sukses juga. Beberapa utilitaris telah mengusulkan untuk membedakan

dua macam utilitarisme : utilitarisme perbuatan (act utilitarianism),

8 Neil Ashworth,”Marketing Multilevel - A Guide To Growing Your Multi Level

Marketing Business” artikel diakses pada 28 Agustus 2015 pkl 14.00

http://www.articlesnatch.com/blog/Marketing 9 Keens Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius,2009),h.66.

11

dan utilitarisme aturan (rule utilitarianism) yang dijelaskan di atas

adalah utilitarisme perbuatan , sedangkan utilitarisme aturan adalah

prinsip dasar yang tidak harus diterapkan atas perbuatan-perbuatan

yang kita lakukan, melainkan atas aturan-aturan moral yang kita terima

bersama dalam masyarakat sebagai pegangan bagi perilaku kita. Suatu

aturan moral bisa diterima sebagai sah dan benar, jika tahan uji

terhadap prinsip utilitaris dalam hal ini berkaitan dengan kode etik,

apabila suatu peraturan harus ditepati sebagai aturan moral harus

dianggap sah karena membawa manfaat paling besar bagi seluruh

masyarakat kesimpulanya adalah bahwa utilitarisme adalah aturan

membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.

2. Teori Deontologi merupakan suatu kewajiban manusia untuk bertindak

secara baik. Suatu tindakan dikatakan baik atau bermoral karena

tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang harus

dilaksanakan bukan pada tujuan atau akibat dari tindakan tersebut.10

Hal itu sangat berkaitan dengan kode etik dimana kode etik itu

menciptakan suatu peraturan karena kode etik dalam peraturan

perusahaan memuat hal yang penting mencakup hak dan kewajiban ,

penyelesaian perselisihan , jaminan , pembinaan sesuai dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung. Deontologi dalam

Islam adalah Niat baik tidak dapat mengubah haram menjadi halal.

10

Keens Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius,2009),h.67.

12

Walaupun tujuan dan niat aslinya baik akan tetapi apabila caranya

tidak baik, maka tetap tidak baik.11

3. Teori Perbuatan Melawan Hukum dapat menjadi dasar dari

perlindungan atas konsumen atau perusahaan. Dalam hal ini seperti

mitra usaha (distributor), sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365

KUH Perdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah

mengandung unsur – unsur sebagai berikut seperti adanya suatu

perbuatan, perbuatan tersebut melawan hukum, adanya kesalahan dari

pihak pelaku, adanya kerugian bagi korban, adanya hubungan kausal

antara perbuatan dengan kerugian. Hal ini sangat berkaitan dengan

kode etik dimana kode etik mengatur setiap tindakan atau perbuatan

bagi distributor atau perusahaan agar tindakan tersebut tidak

menimbulkan kerugian dan hubungan sebab akibat.

4. Asas Kepatutan dalam perjanjian ditentukan dalam Pasal 1339 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian tidak hanya mengikat

pada hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam isi perjanjian, tetapi

juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan

atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang-Undang.12

Hal

ini berarti bahwa suatu kode etik harus dilaksanakan dan wajib untuk

dipatuhi oleh semua pihak yang terkait, jika kepatutan dilaksanakan

secara berkelanjutan maka akan menjadi kebiasaan. Sehingga kode

11

https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis, diunduh pada 5 april 2016 12

Naja,H.K, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka

Yustisia,2009),h.101

13

etik yang sudah dipatuhi dapat melindungi distributor (anggota) dan

perusahaan dari kerugian.

5. Asas Pacta Sun Servanda dalam perjanjian ditentukan dalam Pasal

1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yag

membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain

dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik. Kode etik yang baik adalah yang

ditetapkan secara sukarela oleh organisasi-organisasi profesi tersebut

(dan akan lebih baik apabila dibantu oleh ahli dan etika) adalah hasil

rumusan pemikiran yang disepakati bersama dilandasi oleh itikad baik

untuk menjadikan profesinya berkembang dan diterima oleh

masyarakat. Sesuai asas pacta sun servanda, kesepakatan seperti diatas

wajib untuk ditaati bahkan jika dianalogikan dengan perjanjian

keperdataan, kesepakatan itu mempunyai kekuatan mengikat seperti

layaknya undang-undang. Dalam kode etik itulah nantinya akan

ditentukan sanksi-sanksi apa yang dapat dijatuhkan organisasi kepada

para anggotanya yang melanggar.13

2. Kerangka Konseptual

Undang-Undang Perdagangan No.7 Tahun 2014 yang terdiri dari

sembilan belas bab dan seratus dua puluh dua pasal ini mengatur

13

Heny Sekartati, “Aspek hukum perlindungan konsumen dalam transaksi multi level

marketing (Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken),” (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Medan, 2007),h.87.

14

pengertian atau definisi dari Perdagangan dalam Pasal 1 angka (1) sebagai

berikut: “Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan

transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas

wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa

untuk memperoleh imbalan atau kompensasi”.

Pasal 1 angka (11) menjelaskan tentang “ Distribusi adalah kegiatan

penyaluran barang secara langsung atau tidak langsung kepada konsumen”

jika kita membaca lebih lanjut undang-undang perdagangan lebih lanjut

dapat kita temui 4 pasal yang mengatur mengenai distribusi dalam

penjualan langsung dan tidak langsung yaitu :

Pasal 7 ayat 1 menjelaskan Distribusi barang yang diperdagangkan di

dalam negeri secara tidak langsung atau langsung kepada konsumen dapat

dilakukan melalui Pelaku Usaha Distribusi.

Pasal 7 ayat 2 menjelaskan Distribusi Barang secara tidak langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

rantai Distribusi yang bersifat umum yaitu distributor dan jaringannya;

agen dan jaringannya; waralaba.

Pasal 7 ayat 3 menjelaskan tentang Distribusi Barang secara langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung secara single

level atau multilevel.

Pasal Pasal 8 menjelaskan bahwa Barang dengan hak Distribusi

eksklusif yang diperdagangkan dengan sistem penjualan langsung hanya

15

dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang terdaftar sebagai anggota

perusahaan penjualan langsung.

Pasal 9 menjelaskan bahwa Pelaku Usaha Distribusi dilarang

menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang.

Pasal 10 menjelaskan bahwa Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 melakukan Distribusi Barang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis

dalam rangka tertib usaha.

Selanjutnya Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha

perdagangan dengan sistem penjualan langsung yang terdiri dari tiga belas

bab dan tiga puluh empat pasal ini mengatur pengertian atau definisi dari

penjualan langsung dalam rumusan Pasal 1 angka (1), dengan rumusan

sebagai berikut:14

“Penjualan langsung (Direct Selling) adalah metode dan/atau jasa

tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha

yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan

kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.”

Pasal 1 angka (4) menjelaskan tentang “Mitra usaha adalah anggota

mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha

atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi

perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada

14

http://ditjenpdn.kemendag.go.id/files/regulasi/2008/08/21/penyelenggaraan-kegiatan

usaha-perdagangan-dengan-sistem-penjualan-langsung-id-1407642822.pdf diunduh pada 20 April

2015 pkl 21.29

16

konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa

komisi dan/atau bonus atas penjualan.”

Pasal 1 angka (5) menjelaskan tentang “Komisi atas penjualan adalah

imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha yang

besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata, sesuai volume atau nilai

hasil penjualan barang dan/atau jasa, baik secara pribadi maupun

jaringannya.”

Pasal 1 angka (6) menjelaskan tentang “Bonus atas penjualan adalah

tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha,

karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/atau jasa yang

ditetapkan perusahaan.”

Pasal 1 angka (7) menjelaskan tentang “Konsumen adalah setiap orang

pemakai barang dan/atau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.”

Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bawha kegiatan usaha perdagangan

dengan sistem penjualan langsung diseenggarakan berdasarkan perjanjian

tertulis antara perusahaan dan mitra usaha dengan memperhatikan kode

etik dan peraturan perusahaan.

Pasal 4 ayat (2) menjelaskan kode etik dan peraturan dari perusahaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat ketentuan paling

sedikit adalah persyaratan menjadi mitra usaha; hak dan kewajiban para

pihak; program pembinaan, bantuan pelatihan, dan fasilitas yang diberikan

perusahaan, dan/atau jaringan peasaran kepada mitra usaha; jangka waktu

17

perjanjian; pemutusan dan perpanjangan perjanjian; jaminan pembelian

kembali; ganti rugi atas barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

kualitas dan jenis yang diperjanjikan; ketentuan tentang pemberian komisi,

bonus, dan pernghargaan lainnya; dan penyelesaian perselisihan.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan dalam penulisan skripsi, maka penulis akan

mereview beberapa skripsi terdahulu yang relevan dengan judul yang penulis

ajukan, diantaranya :

1. Judul : “Perjanjian Kedistributoran antara PT Orindo Alam Ayu (

Oriflame ) dengan distributor Independennya dalam sistem pemasaran

berjenjang”

Penulis : Magdalena Devina, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

Uraian : Skripsi ini meneliti tentang Apakah hal-hal yang diatur dalam

perjanjian kedistributoran Oriflame dengan distributor independennya .

bagaimana penerapan pasal 5 dan 6 no 73 tahun 2000 dalam perjanjian

kedistributoran antara oriflame dan distributor independennya , hubungan

hukum apa yang timbul antara oriflame dan distributor independennya dan

akibatnya bagi konsumen serta permaslahan apa yang mungkin timbul

dalam perjanjian kedistributoran antara oriflame dan distributor

independennya.

2. Judul : “Multilevel Marketing sebagai sistem Direct Selling ditinjau dari

sudut hukum perdata barat dan hukum islam”

Penulis : Hasraldi , Fakultas Hukum , Universitas Indonesia

18

Uraian : Skripsi ini meneliti tentang apa yang dimaksud sistem multilevel

marketing , bagaimana sistem hukum MLM ditinjau dari hukum perdata

barat dan hukum islam dan bagaimana yang sesuai dengan hukum islam

Dari uraian review studi terdahulu di atas, dan dari hasil pencarian

penulis terhadap judul skripsi yang relevan dengan Kode Etik pada bisnis

MLM, penulis belum menemukan skripsi yang membahas tentang Kode Etik

dalam bisnis MLM PT Orindo Alam Ayu. Oleh karena itu penulis

menyimpulkan bahwa judul skripsi yang penulis ajukan belum pernah

diangkat dalam pembuatan skripsi atau penelitian sebelumnya.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian hukum

normatif empiris. Pada dasarnya merupakan penggabungan antara

pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur

empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi

ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.15

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif. Artinya

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penulis

15

http://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/ diunduh pada 20

April 2015 pkl 21.39

19

akan mewawancarai beberapa pihak terkait dan yang terjun langsung

di bisnis Multilevel Marketing Oriflame ini terutama para karyawan ,

dan anggota . Pendekatan ini memungkinkan peneliti mendapatkan

data yang lebih banyak dan akurat sehingga peneliti dapat memahami

bagaimana penerapan kode etik di PT Orindo Alam Ayu (oriflame)

berdasarkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan

kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

G. Bahan Hukum

1. Bahan Hukum Primer

Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data

langsung dan dijadikan rujukan pokok dalam penelitian. Adapun yang

tergolong sumber data primer yaitu: wawancara langsung dengan pemilik

stockist, karyawan, serta leader Oriflame dan beberapa konsultan oriflame.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer.16

Terdiri dari buku-buku teks, jurnal

hukum, kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan. Adapun yang

tergolong sumber data sekunder yaitu, dengan Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang

penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan

16

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet.I,(Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), h.119

20

langsung, buku-buku tentang MLM, buku-buku yang berhubungan dengan

kode etik dalam berbisnis.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang

akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk

mendapatkan penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat

deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan

secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih konkret.

Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis

menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu

hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

H. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran garis

besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini menguraikan tentang Latar Belakang

Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual, Tinjauan (Review) Studi

Terdahulu, Metode Penelitian, Bahan Hukum, Sistematika Penulisan yang

21

berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II Sejarah Hukum Keberadaan Ketentuan Pengaturan Kode Etik Multi

Level Marketing Kementrian Perdagangan Di Indonesia, Pada bab ini akan

dijelaskan tentang Pengertian MLM, Sejarah perkembangan MLM, Visi dan

Misi Kode Etik MLM, dan Tujuan dibuatnya Kode Etik MLM pada PT

Orindo Alam Ayu

Bab III Mekanisme Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan

Di Jakarta Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 32/M-

Dag/Per/8/2008, Pada bab ini mejelaskan tentang Mekanisme Cara Kerja

Bisnis MLM Pada PT Orindo Alam Ayu, Ciri-Ciri MLM PT Orindo Alam

Ayu, Pengaturan Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu, Fungsi Asosiasi

Pelnjualan Langsung (APLI) Bagi PT Orindo Alam Ayu, Visi dan Misi PT

Orindo Alam Ayu, Struktur Organisasi PT Orindo Alam Ayu

Bab IV Akibat Hukum Terhadap Penyimpangan Kode Eik MLM Pada PT

Orindo Alam Ayu Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Ri Nomor :

32/M-Dag/Per/8/2008, Pada bab ini dijelaskan mengenai Penerapan Kode Etik

MLM PT Orindo Alam Ayu Terhadap Anggota, Kesesuaian Kode Etik MLM

di PT Orindo Alam Ayu terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 32/m-dag/per/8/2008, Kendala Member di PT Orindo Alam

Ayu dalam Menerapkan Kode Etik, Akibat Hukum Terhadap Member yang

Melanggar dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota, Penyelesaian

Masalah Pelanggaran Penyimpangan Kode Etik Multi Level Marketing PT

Orindo Alam Ayu.

Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran

22

BAB II

SEJARAH HUKUM KEBERADAAN KETENTUAN PENGATURAN

KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING KEMENTRIAN

PERDAGANGAN di INDONESIA

A. Pengertian MLM

MLM (multilevel marketing) merupakan sistem pemasaran yang mulai

berkembang pada tahun 1941, MLM ditemukan oleh dua orang profesor dari

Universitas Chicago pada tahun 1940 an, yang dikenal dengan melakukan

penjualan secara bertingkat. Dengan modal awal yang relatif tidak besar,

seorang tenaga penjual bisa mendapat penghasilan melalui dua cara. Pertama

keuntungan diperoleh melalui setiap program makanan tambahan yang

berhasil di jual dan kedua dalam bentuk potongan harga dari setiap produk

yang berhasil dijual oleh distributor yang di rekrut dan dilatih oleh tenaga

penjual dari perusahaan. MLM sendiri mulai tumbuh di luar Amerika pada

tahun 1960 an dan dalam waktu yang singkat menjadi bagian penting dari

industri penjualan secara langsung.1

Konsep MLM adalah berusaha memperpendek jalur yang ada pada sistem

penjualan konvensional dengan cara mempersingkat jarak antara produsen dan

konsumen.2 Sistem ini bertujuan untuk menghilangkan ataupun

meminimalkan jalur distribusi yang panjang untuk memasarkan produk-

produk. MLM membawa mereka ke pasar tanpa melalui media periklanan

yang membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan juga sistem MLM

1 http://www.amway.co.id/direct sell.asp, ( Dalam Jatmiko, A.T. 2004)

2 Benny Santoso, All About MLM, cet. I, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003), h.28.

23

menghindarkan persaingan dari produk-produk lain di toko-toko pengecer.

Hal ini dilakukan dengan pemikiran jika sistem ini berhasil maka dapat

menghemat biaya yang di keluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan

produk-produknya kepada masyarakat.

Multilevel marketing (pemasaran multitingkat) adalah metode pemasaran

barang dan/atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program

pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan

komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau

jasa yang dilakukan sendiri dan anggota jaringan didalam kelompoknya. Dari

perkembangan sistem penjualan ini dapat ditarik definisi dari MLM.

Definisi direct selling menurut APLI (Asosiasi Penjualan Langsung

Indonesia) adalah “Metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu kepada

konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan

pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan

komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar.”3

Menurut Peter J. Clothier, Multi Level Marketing adalah suatu metode

penjualan barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang

dikembangkan oleh para distributor lepas.4 Ada juga pendapat dari David

Roller yang mengatakan Multi Level Marketing adalah sistem melalui mana

sebuah induk perusahaan mendistribusikan barang dan/atau jasanya lewat

suatu jaringan orang-orang bisnis yang independen.5

3 http://www.apli.or.id/direct-selling/, diunduh pada pada 30 Agustus 2015 pkl 21.00

4 Peter J Clothier, How to Make Big Money in Multi-Level Marketing, cet. 2, (New York:

New York Institute of Finance, 1989), h. 33. 5 David Roller, Menjadi Kaya Dengan Multi Level Marketing (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1995), h. 3.

24

Andrias Hareta dalam bukunya mendefinisikan MLM sebagai “Sistem

penjualan yang dapat dipilih oleh sebuah perusahaan atau pabrik (produsen)

untuk memasarkan atau mendistribusikan/menjual produknya kepada

pelanggan eceran dengan memberdayakan distributor independenya untuk

melaksanakan tugas pemasaran atau pendistribusian atau penjualan produk

melalui pengembangan armada pemasar/distributor/penjual langsung secara

independen tanpa campur tangan langsung perusahaan.”6

Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan

MLM sebagai penjualan berjenjang “ Suatu cara atau metode penjualan secara

berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan

oleh perorangan atau badan usaha yang memperkenalkan barang dan/atau jasa

tertentu kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-

turut yang bekerja berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.”7

B. Sejarah Perkembangan MLM

Istilah Multi Level Marketing pertama kali ditemukan oleh dua orang

profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an dengan

nama perusahaan Nutrilite. Produk pertamanya yang dijual Perusahaan

Nutrilite adalah vitamin dan makanan tambahan. Perusahaan Nutrilite ini

merupakan salah satu perusahaan pertama yang menawarkan konsep bisnis

Multi Level Marketing.

Menurut sejarahnya cikal bakal sistem MLM berasal dari sistem penjualan

langsung (direct selling) yang dipopulerkan oleh perusahaanperusahaan di

6 Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h.3-4. 7 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pasal 1 butir 1.

25

Amerika Serikat pada abad ke-18. Perusahaan pada masa itu menerapkan

sistem penjualan langsung karena belum tersedia sarana seperti televisi, radio,

atau internet untuk mengiklankan sebuah produk. Perusahaan umumnya

mengirim tenaga penjual (sales) ke kota-kota untuk memasarkan produk

secara langsung kepada konsumen dari rumah ke rumah (knock on doors to

market and sell products). 8

Sistem penjualan langsung mulai dikembangkan oleh Henry Heinz di

perusahaan Heinz Company yang ia dirikan di Sharpsburg, Pennsylvania, AS

pada tahun 1869. Heinz membangun sebuah organisasi penjualan

beranggotakan 400 orang salesman untuk menjual secara langsung berbagai

produk sayuran seperti kecap, saus, dan acar kepada orang-orang yang tidak

membuatnya untuk kebutuhan sendiri.9

Sistem penjualan langsung selanjutnya lebih dipopulerkan lagi oleh David

McConnel di perusahaan The California Perfume Company yang ia dirikan

pada tahun 1886 di New York. McConnel sampai tahun 1906 berhasil

membangun armada bisnisnya mencapai 10.000 sales representatives untuk

memasarkan 117 jenis produk hingga ke mancanegara. Seiring dengan

perkembangan usaha dan semakin beragamnya produk yang dipasarkan, maka

pada tahun 1939 The California Perfume Company diganti namanya menjadi

Avon The Company For Women.10

Sistem penjualan langsung selanjutnya dikembangkan oleh Carl F

Rehnborg melalui perusahaan Nutrilite Products Company, Inc yang ia dirikan

8http://www.articlesnatch.com/Article/Marketing-Multilevel---A-Guide-To-GrowingYour

-Multi-Level-Marketing-Business/1615595, diakses tanggal 28 Agustus 2015 pkl 14.00 9 http://www.articlesnatch.com/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2015 pkl 17.00

10 Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama,2009) h. 12.

26

pada tahun 1934 di California. Nutrilite menerapkan sistem bonus sebesar 2%

dari total volume penjualan kepada setiap penjual (distributor) yang berhasil

merekrut, melatih dan membantu penjual baru untuk menjual vitamin dan

makanan kesehatan Nutrilite kepada konsumen. Ini merupakan pertama

kalinya vitamin dan makanan kesehatan Nutrilite dijual melalui sistem Multi

Level Marketing (MLM).11

Tahun 1950-an Nutrilite mengalami persoalan internal dalam manajemen

perusahaan sehingga Forrest Shaklee memutuskan untuk keluar dari

keanggotaan distributor. Shaklee kemudian mendirikan Shaklee Corporation

pada tahun 1956 dengan meniru pola bisnis (MLM) yang diterapkan Nutrilite.

Shaklee adalah seorang ilmuwan dan ahli riset yang menyebabkannya mampu

mengembangkan Shaklee dengan memproduksi berbagai jenis makanan

kesehatan (nutrisi). Shaklee memiliki sekitar 200 item produk yang berhasil

dipasarkan ke beberapa negara di luar AS seperti Kanada, Meksiko, Filiphina,

Malaysia, Singapura dan Jepang.12

Richard DeVos dan Jay Van Andel, dua orang mantan distributor Nutrilite

yang lain mendirikan Amway Corporation di Ada, Michigan, California pada

tahun 1959. Produk awal yang mereka jual adalah LOC (Liquid Organic

Cleaner), yaitu cairan pembersih serbaguna (biodegradable) yang aman bagi

lingkungan. Amway sebagaimana halnya Shaklee menerapkan sistem

11

Ibid, h.13. 12

Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 18.

27

penjualan langsung dengan komisi berjenjang yang mereka pelajari selama

menjadi distributor Nutrilite.13

Sistem MLM tersebut kemudian membesarkan nama Amway, bahkan

melebihi popularitas Shaklee di mancanegara. Amway sampai tahun 1980

telah dikenal di sebelas negara di luar AS, yaitu Kanada (1962), Australia

(1971), Ireland (1973), Inggris (1973), Hongkong (1974), Jerman (1975),

Malaysia (1976), Perancis (1977), Belanda (1978), Jepang (1979) dan

Switzerland (1980).32 Amway juga membeli perusahaan Nutrilite pada tahun

1972 dan membuatnya menjadi salah satu lini produk yang diandalkan hingga

kini. Kesuksesan Amway kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis

perusahaan berbasis MLM di seluruh dunia.14

Perkembangan selanjutnya perusahaan Amway muncul dengan

menggunakan kosep yang sama yakni menerapkan konsep bisnis Multi Level

Marketing. Pada perkembangan selanjutnya perusahaan Nutrilite mengalami

masalah dari Pemerintahan Amerika. Hingga pada akhirnya perusahaan

Amway yang menggunakan konsep bisnis Multi Level Marketing mengambil

alih perusahaan Nutrilite.

Tahun 1953 perusahaan Amway mendapat pengakuan dari pemerintah

Amerika Serikat dan mengesahkan kelegalannya sebagai perusahaan Multi

Level Marketing. Pada saat konsep bisnis Multi Level Marketing mendapat

pengakuan yang legal dari Pemerintah Amerika Serikat. Seorang distributor

13

Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama,2009) h.17. 14

Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 20.

28

yang telah cukup berhasil bernama Dr. Forrest Shaklee mendirikan perusahaan

Multi Level Marketing yang diberi nama Shaklee.

Perusahaan Dr. Forrest Shaklee ini bergerak pada bidang kesehatan. Pada

tahun 1970-an perusahaan Amway dan Shaklee melakukan ekspansi ke

Negara Inggris. 15

Sejak terjadinya ekspansi perusahaan Amway dan Shaklee

ke Negara Inggris perusahaan Multi Level Marketing bermunculan dan

beberapa perusahaan yang terkenal seperti Forever Living, Herbalife, dan

Neolife. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000

distributor. Hingga akhirnya bisnis Multi Level Marketing terus mengalami

perkembangan yang pesat. 16

Multi Level Marketing terdapat dua bentuk sistem jaringan yang

dijalankan oleh perusahaan Multi Level Marketing yakni sistem binary dan

sistem matahari.

Perhatikan gambar 1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Bentuk Jaringan Binary

Sumber: Jurnal Informatika17

Bentuk sistem binary, Multi Level Marketing yang menggunakan

jaringan yang bentuknya tidak lebih dua kaki (kaki kiri dan kanan) dan tidak

lebih. Dengan kata lain, para pelaku Multi Level Marketing tersebut hanya

15

Bagoes Wuryando, Jurus Maut MLM Anti Gagal, (Jakarta: Media

Pressindo,2010),h.15-16. 16

Brian Tracy,MLM Sukses, (Jakarta: Delapratasa Publishing,2007),h.5. 17

Dewi Rosmala dan Gilang Kresna,” Implementasi Alogaritma Binary Tree Pada

Sistem Informasi Multi Level Marketing”, Jurnal Informatika diakses pada 12 Maret 2016 dari

http://repository.unej.ac.id/bitstream

29

dapat membangun jaringannya dengan dua kaki demikian seterusnya hingga

ke bawah. Sistem binary merupakan sebuah sistem yang dijalankan melalui

operasi teknologi komputer, sehingga para member dapat melihat seluruh

jaringannya melalui jaringan internet.18

Perhatikan gambar 2 di bawah berikut:

Gambar 2.2 Bentuk Jaringan Matahari

Sumber: Jurnal Informatika19

Bentuk sistem matahari yaitu Multi Level Marketing yang

menggunakan jaringan lebih dari dua kaki atau banyak kaki. Artinya para

pelaku Multi Level Marketing tersebut dapat membuka jaringan hingga

beberapa kaki di dalam jaringan tersebut

Keberadaan MLM sendiri di Indonesia diawali dengan berdirinya

Creative Network International (CNI) pada tahun 1986 di Bandung dengan

nama PT Nusantara Sun-Chlorella Tama (NSCT). Perusahaan ini didirikan

oleh keluarga Wirawan Chondro, Ginawan Chondro, S. Abrian Natan, dan

seorang sahabat mereka dari Malaysia Yanki Regan. PT NSCT pada

waktu itu mengadopsi sistem MLM untuk mendistribusikan produk

tunggal, yaitu makanan kesehatan Sun Chlorela buatan Jepang. Seiring

dengan perkembangan usaha dan semakin banyaknya produk yang

18

Bagoes Wuryando, Jurus Maut MLM Anti Gagal, (Jakarta: Media

Pressindo,2010),.h.17. 19

Ibid

30

dipasarkan, maka pada tahun 1992 PT NSCT diganti namanya menjadi PT

Centranusa Insancemerlang. CNI tergolong cukup berhasil dalam

mengembangkan bisnisnya hingga ke mancanegara, seperti Malaysia,

Singapura, India, dan negeri leluhur MLM Amerika Serikat. Kesuksesan

CNI kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis

MLM di tanah air.20

Bisnis MLM di Indonesia kian tumbuh dan berkembang setelah

adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM

memanfaatkan momentum dan situasi krisis untuk menawarkan solusi

bisnis bagi pemain asing maupun lokal seperti CNI, Amway, Avon,

Tupperware, Sophie Martin, Oriflame, Herbalife International, Prime &

First New, Greenlite, DXN, dll.21

C. Visi dan Misi Kode Etik Multi Level Marketing

Kode etik di terbitkan oleh Federasi Sedunia Asosiasi Penjualan Langsung

bagi para anggota Asosiasi Nasional Penjualan langsung yang tergabung

dalam WDFSA. Kode etik ini menyangkut hubungan antara perusahaan-

perusahaan penjualan langsung dan para penjual langsung di satu pihak dan

para konsumen di lain pihak, antara perusahaan penjualan langsung dan

anggota dan calon anggota independen serta mandiri dan juga diantara

perusahaan-perusahaan penjualan langsung sendiri. Kode etik ini bertujuan

memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak yang

berkepentingan, memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka sistem dunia

20

Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1999), h. 30 21

Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama,2009), h. 19

31

usaha bebas dan peningkatan citra umum dari kegiatan penjualan langsung.

Dalam perjanjian MLM pengaturan mengenai kode etik merupakan hal yang

paling penting disamping pengaturan mengenai peraturan peraturan bagi

distributor dalam kegiatan MLM.

Pengaturan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan,

KepMen Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan

Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung dapat dilihat bahwa

permasalahan kode etik dalam perjanjian MLM diatur untuk program

pemasaran barang dan atau jasa yang dijual distributor kepada konsumen. Arti

pentingnya kode etik ini dalam perjanjian MLM dapat mengakibatkan

pemutusan hubungan bagi anggota atau distributor MLM yang melanggar

ketentuan kode etik yang telah diatur dalam perjanjian MLM antara

perusahaan MLM dengan anggota atau distributor.22

Kode etik dalam kegiatan

MLM menyangkut mengenai aspek moral cara penyelenggaraan bisnis MLM.

Kode etik bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu perbuatan ataupun

tindakan dari distributor yang menyimpang dari nilai sosial suatu MLM

dimana distributor tersebut menjadi anggotanya dan secara umum dapat

merusak citra dari penjualan berjenjang dalam masyarakat. Dalam Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan, KepMen Nomor: 32/M-

DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan

dengan Sistem Penjualan Langsung telah di atur tentang kode etik yang harus

22

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008

diakses pada 14 november 2015 dari http://www.kemendag.go.id/

32

di terapkan oleh perusahaan MLM dalam hal ini terdapat dalam pasal 4 butir

1,2 dan 3 yaitu sebagai berikut :23

(1) Kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung

diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan

mitra usaha dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan.

(2) Kode etik dan peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus memuat ketentuan paling sedikit sebagai berikut:

a. Persyaratan menjadi mitra usaha;

b. Hak dan kewajiban para pihak;

c. Program pembinaan, bantuan pelatihan, dan fasilitas yang diberikan

perusahaan, dan/atau jaringan pemasaran kepada mitra usaha;

d. Jangka waktu perjanjian;

e. Pemutusan dan perpanjangan perjanjian;

f. Jaminan pembelian kembali;

g. Ganti rugi atas barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan kualitas

dan jenis yang diperjanjikan;

h. Ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan penghargaan lainnya;

dan

i. Penyelesaian perselisihan.

(3) Perjanjian dan kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat

dalam Bahasa Indonesia dan berlaku Hukum Indonesia.

23

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008

diakses pada 14 november 2015 dari http://www.kemendag.go.id/

33

D. Tujuan dibuatnya Kode Etik MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Kode etik dalam PT Orindo Alam Ayu juga merupakan bagian yang

penting untuk perusahaan dan para konsultan. Konsultan PT Orindo Alam

Ayu (Oriflame) . Konsultan Oriflame harus mematuhi kode etik dan aturan

perilaku yang dimaksud serta segala perubahan atas kode etik dan aturan

perilaku yang telah dipublikasikan. Kode etik dan aturan perilaku disediakan

untuk melindungi konsultan, untuk menjamin bahwa semua sesama konsultan

oriflame mempertahankan standar tinggi yang sama. Sejalan dengan standar

etik oriflame, maka konsultan oriflame diharapkan untuk dan wajib mematuhi

segala dan semua persyaratan hukum negara tempat mereka menjalankan

bisnis Oriflame, sekalipun kewajiban tersebut tidak dinyatakan kembali dalam

kode etik atau aturan perilaku.24

24

Buku Panduan Bisnis Oriflame (Staterkid Oriflame),h. 68

34

BAB III

MEKANISME KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING PT ORINDO

ALAM AYU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI

PERDAGANGAN RI NOMOR: 32/M-Dag/Per/8/2008

A. Mekanisme Cara Kerja Bisnis MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Perusahaan yang menggunakan konsep Multi Level Marketing pada

umumnya memberikan peluang bisnis kepada membernya secara bebas.

Atrinya member bertindak sebagai distributor independen, yakni tidak

memiliki keterikatan kontrak dengan perusahaan MLM. Member akan

memperoleh penghasilan yakni dengan cara memperkenalkan produk

perusahaan MLM kepada distributor baru. Mekanisme kerja Bisnis MLM

pada umumnya adalah menjual, mengajak dan mengajarkan, membangun

organisasi, serta membina dan memotivasi.1

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan yang harus dirumuskan

dalam bentuk suatu strategi yang komprehensif dan terpadu, pemasaran juga

membantu produsen dalam mengenal pasar. Dengan pemasaran dapat

diketahui apa yang dibeli, dan siapa yang membeli dengan harapan produk

dapat terserap oleh pasar. Dengan kata lain, produk terjual habis sehingga

dapat meningkatkan volume penjualan. Apabila omzet penjualan mengalami

peningkatan yang lambat, maka harus dianalisis apakah ha1 tersebut

1Yusuf, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, cet. II, (Jakarta: Elex Media

Komputindo), h.58

35

disebabkan oleh kurang efektifnya strategi pemasaran yang dilakukan atau

mungkin dipengaruhi oleh selera dan perilaku konsumen yang sudah berubah.2

Oriflame mengusung konsep Multi Level Marketing (MLM). Multi Level

Marketing (MLM) berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana konsultan

mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan

barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam

kelompoknya. Berikut adalah sistem MLM yang diterapkan oleh perusahaan

Oriflame.

Berikut ini ilustrasi dari cara kerja dan mekanisme MLM sebagai berikut :

Untuk memulai bergabung X membayar uang pangkal dalam jumlah tertentu

senilai sebuah staterkid untuk didaftar sebagai seoarang distributor yang

mencakup pembayaran sejumlah literatur perusahaan yang terdiri dari buku

pedoman perusahaan, majalah atau selebaran berkala, informasi produk,

formulir pesanan, nasihat bisnis dan contoh contoh produk.3

Setelah menjadi distributor X diharapkan mengecerkan produk produk

perusahaan. Keuntungan dari harga eceran menjadi milik X dan X akan

mendapatkan jumlah yang cukup besar dengan cara ini sebagian besar

penjualan langsung merupakan penjualan dari pribadi ke pribadi. X

bertanggung jawab membayar produk pada saat memesan dan mengambil

produk tersebut dari sponsor, para sponsor menerima produk tersebut dari

sponsor mereka demikian selanjutnya.

2 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Konsep, Dasar dan Strategi 1999, cet-6,

(Jakarta: P. Raja Grafindo, 1999),h. 62 3 Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 60

36

Seseorang distributor dengan volume penjualan diatas suatu tingkat yang

telah ditentukan akan dapat memesan produk-produk langsung dari

perusahaan yang bersangkutan. Barang-barang itu kemudian akan diserap oleh

jaringan tersebut dan berakhir ditangan pelanggan. Dengan cara ini mereka

tidak diperlukan adanya persediaan barang. Jika volume penjualan meningkat

maka potongan harga yang diperoleh semakin besar. Potongan harga ini

diberikan pada keseluruhan pesanan. Jika X sudah mulai merasakan manfaat

bergabung dalam MLM maka ia dapat membangun jaringan penjualan untuk

memperoleh penghasilan yang jauh lebih besar.

Konsultan independen Oriflame ini bukanlah karyawan dari Oriflame,

tetapi konsultan adalah member atau anggota dari Oriflame. Konsultan

bertugas melakukan penjualan produk Oriflame. Namun meskipun bukan

karyawan, konsultan ini terikat dengan peraturan yang dibuat oleh Oriflame.

Seperti yang tercantum dalam consultan manual Oriflame bagian tanggung

jawab seorang konsultan nomor empat, yaitu seorang konsultan tidak boleh

menyatakan bahwa mereka memiliki hubungan kerja dalam bentuk apapun

dengan Oriflame.

Seorang konsultan tidak diperbolehkan untuk mewakili dirinya sendiri atas

nama Perusahaan Oriflame tanpa menyatakan dengan jelas bahwa dia adalah

konsultan kecantikan mandiri atau konsultan mandiri Oriflame. Konsultan

adalah perpanjangan tangan dari Oriflame yang melakukan kegiatan

perekrutan sekaligus penjualan produk. Akan tetapi berdasarkan kode etik

konsultan dilarang untuk menjual produk secara retail dan/atau online, dimana

37

penjualan hanya dilakukan melalui katalog cetak dan/ atau katalog online.

Oleh karenanya diperlukan sebuah kegiatan komunikasi pemasaran untuk

menunjang kesuksesan kegiatan pemasaran. Ada beberapa cara pemasaraan

yang di terapkan pada perusahaan Oriflame yaitu:

1) Pemasaran langsung (direct marketing)

Menurut Etzel, Walker, dan Stanton, direct marketing menggunakan

iklan untuk menghubungkan antara pelanggan dengan penjual, dimana

penjual tidak perlu mengunjungi toko ritel untuk membeli produk. Sama

halnya dengan Oriflame yang merupakan perusahaan multi level

marketing yang pelangganan produknya harus melalui konsultannya

karena tidak dijual di toko.4

Pemasaran Oriflame dilakukan dengan katalog dengan menerapkan

sistem multi level marketing. Dimana multi level marketing ini merupakan

bagian dari direct selling. Penjualan menggunakan katalog ini dilakukan

dengan dengan bermacam-macam cara. Biasanya konsultan membagikan

katalog lengkap dengan nomer telepon konsultan. Sehingga jika calon

pelanggan ingin memesan, bisa langsung menghubungi nomor telepon

yang tertera.

Etzel, Walker, dan Stanton menyebutkan bahwa direct

marketingmencakup beberapa bentuk pemasaran, antara lain: direct mail,

catalog retailing, dan televised shopping. Direct mail ini dilakukan oleh

konsultan dengan cara mengirimkan katalog kepada pelanggannya dan

pelanggan memesan produk melalui telepon ataupun pesan (SMS).

4 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran ,Jilid 2, (Jakarta: Salemba Jakarta, 1995), h.54.

38

Pemasaran dengan cara direct marketing ini bersifat lebih personal dan

sesuai dengan target konsumen yang hendak dituju dan hasilnya dapat

diukur dengan cepat. Hal ini karena antara konsultan dan pelanggan sudah

saling mengenal satu sama lain.5

2) Pemasaran Interaktif

Berupa kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan

pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung

meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan

produk dan jasa. Ada banyak program atau kegiatan online yang dapat

dilakukan untuk membangun suatu kegiatan pemasaran yang interaktif.

Hal ini karena program online yang memiliki kelebihan daripada yang

lain. selain waktunya yang fleksibel, tidak terikat waktu, online marketing

ini tidak membutuhkan tempat kerja khusus. Artinya pebisnis dapat

melakukan pekerjaannya dimana saja selama memiliki komputer yang

terhubung dengan internet.

3) Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut

Pemasaran ini berupa komunikasi secara lisan, tertulis, dan elektronik

antar masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman

membeli atau menggunakan produk atau jasa. Komunikasi ini dapat

berlangsung dengan sebuah percakapan antara orang ke orang, chat room,

ataupun percakapan dengan menggunakan blog.6

5http://apli.or.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=129&Itemid=

59, diunduh pada 19 Maret 2016 pkl 20.00 6 Fred R David, Manajemen strategis konsep-konsep.Terj.Kresno Saroso, cet-9, (Jakarta:

Indeks,2003), h.49.

39

Tidak hanya dengan bertatap muka langsung, pemasaran produk

Oriflame juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan blackberry

messenger. Dimana disitu konsultan dapat dengan aktif mempromosikan

Oriflame dan pelanggan dapat bertanya langsung kepada konsultan perihal

produk maupun bisnis Oriflame.

Penggunaan Blackberry atau smartphone termasuk kepada word of

mouth karena di dalamnya terdapat sebuah aplikasi mulai dari blackberry

messenger (BBM), whatsapp, kakao talk, line, dsb. Yang memungkinkan

konsultan dan pelanggan berinteraksi langsung dengan lebih personal.

Berita dari mulut ke mulut ini bisa sangat efektif untuk bisnis kecil karena

di dalamnya pelanggan dapat merasakan hubungan yang lebih pribadi.

4) Penjualan Personal

Penjualan personal (personal selling) lebih kepada komunikasi dengan

cara bertatap muka langsung dengan pelanggan. Baik untuk

memperkenalkan produk atau jasa maupun untuk menawarkan diri sebagai

mitra bisnis.7

Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan cara bertatap muka

langsung ini dapat membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk

sehingga mereka kemudian akan bertanya dan tertarik terhadap penawaran

tersebut. Menurut Kottler & Keller, penjualan personal meliputi kegiatan

7 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran ,Jilid 2, (Jakarta: Salemba Jakarta, 1995), h.31.

40

presentasi penjualan, rapat penjualan, program insentif, sampel dan

pameran dagang.8

B. Ciri-Ciri MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Ciri-ciri perusahaan MLM PT Orindo Alam Ayu adalah sebagai berikut:

1) Uang pendaftaran untuk menjadi distributor tidak terlalu mahal. Uang

pendaftaran dimaksudkan sebagai pengganti biaya formulir dan

administrasi pembuatan kartu anggota serta pengganti ongkos cetak

brosur, leaflet dan sebagainya.

2) Ada pelatihan yang teratur, baik yang dilakukan oleh kelompok maupun di

bawah koordinasi perusahaan. Pelatihan sangat perlu untuk meningkatkan

keterampilan atau skill. Tanpa pelatihan, SDM tidak akan berkembang.

SDM yang memiliki kemampuan seadanya maka omzet akan sulit

meningkat. Perusahaan MLM selalu memberikan kesempatan kepada

distributornya (mitranya) untuk mengikuti pelatihan.

3) Perusahannya jelas, apakah merupakan perusahaan lokal atau cabang dari

perusahaan luar negeri. Selain itu alamatnya diketahui secara pasti, apakah

menempati gedung sendiri atua menyewa saja.

4) Manajemennya mempunyai reputasi baik dan tidak cacat hukum

dikalangan bisnism pimpinan perusahannya bukan orang tercela. Selain itu

sistem informasinya juga baik, terbuka dan transparan dalam batas-batas

tertentu.

8 Ibid, h. 32.

41

5) Mempunyai “Bussiness Plan”, yaitu rencana bisnis yang mengatur cara

kerja, perhitungan komisi dan persyaratan kenaikan posisinya jelas.

“Businesss Plan” nya realistis, transparan, tidak tertutup dan dapat

diketahui oleh semua distributor.

6) Ada produk yang dijual. Inilah kunci suatu MLM. Tanpa produk berarti

bukan MLM. Produk di sini dapat berupa barang dan jasa.

7) Produknya berkualitas. Keberhasilan suatu perusahaan MLM adalah

peningkatan omzet penjualan. Kalau produk tidak berkualitas, maka akan

sulit dipasarkan sehingga omzet menurun.

8) Harga produk wajar. Meskipun produk dipasarkan secara ekslusif, tetapi

harga harus tetap dalam batas kewajaran sesuai dengan kualitas.

9) Produknya mempunyai segmen pasar tertentu. Ada produk yang

mempunyai segmen pasar khusus dan ada yang umum. Misalnya ada

produk khusus untuk orang gemuk, orang botak dan sebagainya. Tetapi

yang paling ideal adalah produk yang menembus segala lapisan

masyarakat, misalnya untuk orang tua atau muda, laki-laki atau

perembpuan dan sebagainya. Produk yang memenuhi persyaratan seperti

itu sangat mudah dipasarkan.

10) Tidak ada kewaiban bagi para distributornya untuk membuat stok yang

banyak. Artinya pembelian produk dari perusahaan tidak dengan cara

pemaksaaan. Perusahaan MLM yang mengharuskan membuat stok yang

banyak perlu dipertanyakan, apalagi kalau harganya todak wajar. Stok

yang banyak dapat membuat kesulitan likuiditas. Sebelum terjual, modal

42

kerja tertahan pada stok. Kesulitan ini sering menyebabkan distributor

MLM rugi .padahal secara logika dalam MLM tidak ada kerugian

finansial, ang ada hanya kerugian karena luput mendapatkan peluang.9

C. Pengaturan Kode Etik Perusahaan MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Dalam perusahaan MLM PT Orindo Alam Ayu terdapat apa yang

dinamakan kode etik, kode etik ini bergantung pada perusahaan bersangkutan.

Namun di indonesia terdapat sebuah wadah yang menaungi perusahaan-

perusahaan MLM yang disebut Aosiasi Penjualan Langsung (APLI). Dimana

APLI memiliki standar dari kode etik suatu perusahaan MLM. Kode etik

APLI bertujuan memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak

yang berkepentingan, memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka sistem

dunia usaha bebas, dan peningkatan citra umum dari kegiatan MLM APLI

mengembangkan kode etik ASOSIASI, sebagai standart kode etik MLM yang

terdiri dari:10

1. Kode etik dari perusahaan terhadap anggota (mitra usaha)

2. Kode etik dari perusahaan dan mitra usaha terhadap konsumen

3. Kode etik antar perusahaan anggota APLI

Kode etik APLI didasarkan pada:

1) Kode etik dari WFDSA (World Federation of Direct Selling

Association)

9Yusuf, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, cet. II, (Jakarta: Elex Media

Komputindo), h.20-23 10

http://www.apli.or.id/kode-etik/ diunduh pada 27 februari pkl 19.00

43

2) Undang Undang Republik Indonesia no 8/1999, tentang perlindungan

konsumen

3) Surat keputusan menperindag no 73/mpp/kep/3/2000 tentang izin

usaha penjualan berjenjang

Dalam perjanjian MLM pengaturan mengenai kode etik merupakan hal

yang penting disamping pengaturan mengenai peraturan bagi kedistributoran

dalam kegiatan MLM. Dalam keputusan menteri perindustrian dan

perdagangan mengenai ketentuan penjualan usaha berjenjang, diatur bahwa

untuk dapat melakukan kegiatan usaha penjualan berjenjang perusahaan harus

mempunyai program pemasaran barang dan atau jasa yang jelas, transparan

dan sesuai dengan kode etik. Dari pengaturan tersebut dapat dilihat bahwa

permasalahan kode etik dalam perjanjian MLM diatur untuk program

pemasaran barang dan atau jasa yang dijual distributor kepada konsumen.

Penting untuk memahami Kode Etik Oriflame dan Peraturan-peraturan

Tata Tertib di bawah ini, karena Kode Etik dan peraturan tersebut membentuk

suatu kesatuan dalam ketentuan-ketentuan Formulir Pendaftaran Consultan

(Consultan Application Form-COF). Seorang Consultan harus memenuhi

Kode Etik dan Peraturan-peraturan Tata Tertib dan segala perubahannya yang

sudah diterbitkan dalam News Letter atau dengan cara dikomunikasikan

kepada consultan.

Oriflame berhak memutuskan setiap waktu, dengan pemberlakuan seketika,

keanggotaan setiap Consultan yang memberikan informasi palsu dalam COF

atau yang melanggar Kode Etik atau Peraturan-peraturan. Consultan yang

44

diberhentikan keanggotaannya kehilangan seluruh hak dan hak khusus yang

menyertai keanggotaan tersebut, termasuk jaringan kerjanya.

Kode Etik dan peraturan dibuat untuk perlindungan anda sebagai

consultan dan memastikan bahwa seluruh Consultan menjunjung tinggi

standar Kode Etik dan Tata Tertib yang sama.

Arti penting kode etik ini dalam perjanjian MLM dapat mengakibatkan

pemutusan hubungan bagi anggota atau distributor MLM yang melanggar

ketentuan kode etik perusahaan yang telah diatur dalam perjanjian antara

perusahaan MLM dengan anggota atau distributor. Kode etik dalam kegiatan

MLM mencakup mengenai aspek moral cara penyelenggaraan bisnis MLM.

Kode etik bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu perbuatan atau tindakan

dari distributor yang menyimpang dari nilai sosial suatu masyarakat yang

dapat memperburuk citra dari kegiatan penjualan berjenjang.

D. Fungsi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Bagi Industri

MLM pada PT Orindo Alam Ayu

APLI, merupakan singkatan dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia,

adalah suatu organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan tempat

berhimpun para perusahaan penjualan langsung (Direct Selling/ DS).

Termasuk perusahaan yang menjalankan penjualan dengan system berjenjang

(Multi Level Marketing/ MLM) di Indonesia. Dalam bahasa Inggris APLI di

45

terjemahkan menjadi IDSA, singkatan dari Indonesian Direct Selling

Association.

APLI telah terdaftar sebagai organisasi usaha. Asosiasi pada Departemen

Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia dengan NO.110/ASBUP-

I/XI/2001 dan telah menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri Indonesia

(KADIN INDONESIA), dengan bagian dan satu-satunya asosiasi penjualan

langsung Indonesia yang telrah di akui oleh Federasi Penjualan Langsung

Internasional (World Federation of Direct Selling Assosiation/ WFDSA)/

Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) merupakan organisasi

independent, yang tidak berafiliasi dengan salah satu kegiatan politik praktis,

selain kegiatan proffesional dalam bidang mewujudkan penjualan langsung

(Direct Selling), termasuk penjualan dengan system berjenjang (MLM) yang

murni dan benar. Peranan APLI terhadap industri MLM bermula dari

mendorong munculnya institusi IUPB (Izin Usaha Penjualan Berjenjang),

untuk menyaring dan mencegah munculnya praktek-praktek penipuan

berkedok MLM. Namun, ketika institusi itu dirasakan punya banyak

kelemahan, APLI pun berniat baik menyiapkan gagasan-gagasan

penyempurnaannya.

Kini langkah APLI lebih strategis lagi, dengan menggulirkan wacana

pentingnya UU anti piramid, serta mengambil aksi konkrit dengan menyusun

draft RUU anti piramid cakupannya lebih luas dan lebih menyentuh ke akar

permasalahannya. APLI pun memikirkan kemugkian menhangkau sasaran

46

antara, yaitu mengusurkan peraturan dalam bentuk pengaturan perundangan

yang lebih rendah tingkatannya. Terpenting adalah tersedianya perangkat

hukum yang bisa segera digunakan oleh para aparat untuk mencegah atau

bertindak.11

E. Struktur Organisasi PT Orindo Alam Ayu

Masing-masing memegang peranan penting dan memberi kontribusi bagi

kesuksesan bersama dengan mengemban tanggung jawab khusus. Seluruh

aktivitas Oriflame di Indonesia dikoordinasi, dimonitori, dikontrol, dan

didukung sepenuhnya oleh Managing Director dalam menjalankan tugasnya

sehari-hari.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Sumber: Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu)

Tanggung jawab Sales Departement adalah untuk memastikan Oriflame

mencapai target penjualan, serta yang juga merupakan indikator utama bagi

performa Oriflame adalah jumlah konsultan aktif yang dimiliki.

11

http://www.apli.or.id/ diunduh pada 27 Februari 2016 pukul 20.00

47

Gambar 3.2 Sales Departement

Sumber: Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu)

Marketing Departement adalah salah satu bagian penting dalam perusahaan

yang berfungsi untuk memastikan bahwa:12

1. Oriflame memberikan penawaran yang terbaik hingga tertinggi dari margin.

2. Oriflame memiliki Brand Awareness tertinggi di negara ini.

3. Seluruh aktivitas Sales Support terencana dan disiapkan dengan baik.

Gambar 3.3 Marketing Departement

Sumber: Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu)

Operations Departement memegang peranan penting untuk memastikan

kelancaran aktivitas bisnis. Tim yang besar dan solid amat penting bagi

kesuksesan Oriflame. Tanggung jawab utama mereka adalah: 13

12

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/15/jbptunpaspp-gdl-cindythial-716-3-babiii.pdf

diunduh pada 23 Maret 2016 pkl 19.00

48

1) Memastikan agar rantai suplai lokal bekerja, dengan sumber daya paling

efisien.

2) Menjaga agar struktur Teknologi Informasi Lokal bekerja dengan sumber

daya paling efisien.

3) Memastikan standar pelayanan pelanggan yang diberikan memenuhi standar

internasional.

4) Memastikan tingkat akurasi tinggi “perkiraan” (forecasting accuracy),

maksudnya memiliki suplai produk yang diimpor memadai untuk penjualan di

Indonesia.

Gambar 3.4 Operations Department

Sumber: Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu)

Finance Departement memegang peranan vital demi pengembangan dan

pertumbuhan Oriflame dimasa datang. Karena tak satupun perusahaan yang dapat

bertahan tanpa kontrol finansial yang baik.

13

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/15/jbptunpaspp-gdl-cindythial-716-3-babiii.pdf

diunduh pada 23 Maret 2016 pkl 19.00

49

Gambar 3.5 Finance Departement

Sumber: Oriflame (PT. Orindo Alam Ayu)14

F. Visi dan Misi PT Orindo Alam Ayu

Visi kami adalah menjadi Perusahaan Kosmetik dengan Sistem Penjual

Langsung. Misi kami adalah mewujudkan mimpi melalui Nilai-Nilai Oriflame

yaitu sebagai berikut:15

1. “Togetherness, Spirit and Passion” merupakan nilai fundamental utama

dari Oriflame. Dengan menjalankan nilai-nilai ini, Kami yakin dapat

berhasil dalam bisnis yang kompetitif serta menjadikan dunia menjadi

tempat yang lebih baik untuk ditinggali.

2. Togetherness - Orang-orang yang bekerja sama dan berbagi tujuan yang

sama mencapai hasil yang lebih besar. Mereka memotivasi satu sama lain

dan mengetahui bahwa bekerja sama lebih baik daripada sendirian.

14

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/15/jbptunpaspp-gdl-cindythial-716-3-babiii.pdf

diunduh pada 23 Maret 2016 pkl 19.00 15

Lihat buku panduan Oriflame

50

3. Spirit - Orang-orang dengan semangat “bisa” memiliki sikap sebagai

pemenang dan tidak pernah menyerah. Mereka berkomitmen untuk

melakukan apa yang diperlukan untuk berhasil.

4. Passion - Gairah, orang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.

Mereka menyukai apa yang mereka lakukan, mereka mempercayainya.

Mereka tahu dalam hati bahwa mereka bisa membuat perbedaan.

Your Dreams - Our Inspiration merupakan janji Oriflame yang berakar

dari sejarah dan warisan. Selama 45-tahun, kami mendedikasikan diri untuk

menginspirasi Anda dan menawarkan kesempatan untuk mencapai impian

Anda melalui konsep unik bisnis kami. Your Dreams - Our Inspiration

merupakan wujud dari komitmen kami untuk klien dan konsultan Oriflame;

impian mereka memainkan peran besar dalam mengembangkan produk kami

dan menginspirasi terciptanya program-program yang membantu

pengembangan bisnis mereka sendiri.16

Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman serta lebih dari 100 ilmuwan dan

fasilitas riset teknologi & pengembangan produk terdepan, Oriflame terus-

menerus mencari solusi yang lebih baik dan mengembangkan teknologi untuk

membuat produk yang lebih progresif, inovatif serta konsisten mengikuti tren

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Kelahiran sebuah Produk Oriflame dimulai di Skin Research Institute, di

mana Kami senantiasa menggunakan ilmu dan teknologi terdepan untuk

menciptakan produk-produk yang unik. Kami pun mematenkan teknologi

16

Lihat Buku Panduan oriflame

51

yang Kami gunakan, sehingga menjadi selangkah lebih maju dibandingkan

pesaing Kami. Teknologi inilah yang kemudian diterapkan oleh para ilmuwan

di Pusat Pengembangan Produk di Dublin, Irlandia, untuk membuat formula

kosmetik yang sesuai dengan merek yang sudah ada di Oriflame ataupun

menciptakan merek baru, memproduksi di pabrik-pabrik Kami dan kemudian

menjualnya. Peran yang paling penting adalah menciptakan produk yang anda

cintai.17

17

http://id.oriflame.com/about diunduh pada 10 november 2015 okl 15:43

52

BAB IV

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN KODE ETIK MLM

PADA PT ORINDO ALAM AYU di INDONESIA

A. Penerapan Kode Etik MLM PT Orindo Alam Ayu Terhadap Anggota

Kode Etik atau berperilaku bagi para anggota di PT Orindo Alam Ayu

adalah rangkaian peraturan atau prinsip tertentu yang berisi mengenai aturan

pelaksanaan keanggotaan hak dan kewajiban serta tanggung jawab anggota

pada PT Orindo Alam Ayu.

Rangkaian peraturan tersebut bukanlah hukum tetapi peraturan ini

merupakan suatu wujud nyata untuk mengatur perilaku (kode etik) antara

anggota dengan perusahaan sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh PT

Orindo Alam Ayu. Dengan demikian setiap orang sebenarnya dapat dengan

bebas untuk mengadakan kontrak atau perjanjian dalam dunia perdagangan,

selama tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan,

sebagaimana yang dimuat dalam pasal 1320 ayat 4 KUHPer.

Kode etik yang terdapat di PT Orindo Alam Ayu terdiri dari 9 bagian,

yaitu:1

1. Kode Etik Oriflame

2. Aturan Perilaku

3. Keanggotaan

4. Mempertahankan Garis Sponsor

1 Lihat Buku Panduan Oriflame

53

5. Tanggung Jawab Seorang Konsultan

6. Aturan dan Kebijakan Lain

7. Hak dan Kewajiban Director dan Level yang Lebih Tinggi

8. Pemberhentian/ Pengakhiran Keanggotaan

9. Domisili

Kode etik yang dibuat bertujuan untuk melindungi konsultan, untuk

menjamin bahwa sesama konsultan oriflame harus mempertahankan standar

tinggi yang sama. Sejalan dengan standar etik oriflame, maka konsultan

oriflame diharapkan untuk wajib mematuhi semua persyaratan hukum di

tempat mereka menjalankan bisnis Oriflame agar terwujudnya teori

utilitarisme ”kebahagiaan terbesar dari jumlah terbesar”.2 Merupakan tujuan

dari bisnis multi level marketing dimana kesuksesan bersama didalam satu

jaringan pada bisnis oriflame tanpa adanya hal-hal yang merugikan orang lain

selama menjalankan bisnis oriflame tersebut.

Pada saat penulis melakukan wawancara kepada 10 orang responden 6 dari

10 orang mengatakan belum sepenuhnya mengetahui tentang kode etik

padahal konsultan oriflame harus mematuhi kode etik dan aturan perilaku

yang dimaksud serta segala perubahan atas kode etik dan aturan perilaku yang

telah dipublikasikan untuk menjamin konsultan oriflame menjamin standard

dan mencegah tindakan penyimpangan. Hal tersebut menimbulkan perbuatan

melawan hukum seperti adanya perbuatan yang menimbulkan kesalahan dari

pihak pelaku adanya kerugian bagi korban dan adanya hubungan kausal anara

2 Keens Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius,2009),h. 66.

54

perbuatan dengan kerugian dimana bagi para konsultan yang tidak

menerapkan kode etik dapat menimbulkan kerugian. Hal ini menimbulkan

ketidaksesuaian teori utilitarisme dan tidak terwujudnya tujuan asas kepatutan

karena tidak dipatuhinya kode etik tersebut.

Pada pembahasan mengenai penerapan kode etik anggota PT Orindo Alam

Ayu dilakukan penelitian berupa wawancara terhadap beberapa anggota atau

konsultan PT Orindo Alam Ayu. Beberapa responden dipilih secara random

sampling, random sampling merupakan suatu teknik sampling yang dipilih

secara acak, cara ini dapat diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat

deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi harus memiliki

kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Responden terdiri dari 10

responden konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama, dengan

berbagai macam tingkatan level mulai dari konsultan 3% hingga level

Manager up.

0

10

20

30

40

50

60

Manager UP Konsultan Member Baru

Hasil Wawancara

Gambar 4.1 Hasil Wawancara

Sumber: Data diolah

55

Berdasarkan hasil wawancara mengenai penerapan kode etik, seorang

konsultan oriflame bernama Asti Hermawati.3 Pada saat bergabung menjadi

konsultan hanya tertarik mengenai welcome product yang dijanjikan.

Responden kedua merupakan anggota level gold director bernama Niken

Juniar yang sudah lama menjalani bisnis MLM.4 berdasarkan hasil wawancara

mengenai penerapan kode etik dapat disimpulkan sudah mengetahui tentang

kode etik dan sudah menerapkan kode etik tersebut dalam kegiatan bisnis

MLM yang dia lakukan, kode etik yang sudah Niken Juniar terapkan yaitu

yang terdapat pada stater kit “saya mewakili produk oriflame dan peluang

bisnis oriflame (oriflame business opportunity) untuk pelanggan dan consultan

saya dengan cara yang jujur dan benar, Saya akan mengklaim keunggulan dan

manfaat produk oriflame sebatas yang disebutkan di dalam literatur oriflame

yang resmi.”

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil wawancara dengan 10 responden

yang dipilih secara acak adalah level konsultan rata-rata tidak mengetahui

tentang kode etik dikarenakan tidak dijelaskan oleh sponsor, sponsor hanya

fokus pada keuntungan jualan dan beberapa konsultan pun pada saat

bergabung hanya sekedar ikut-ikutan sehingga mengabaikan kode etik. 4

responden yang mengetahui tentang kode etik dan sudah menerapkan kode

etik tersebut karena faktor lamanya responden bergabung di Oriflame, mereka

berpendapat jika mengetahui tentang kode etik diawal mereka akan terhindar

dari penyimpangan dan tindakan yang merugikan berbagai pihak dan dapat

3 Wawancara Pribadi dengan Asti Hermawati. Depok, 12 Maret 2016.

4 Wawancara Pribadi dengan Niken Juniar. Jakarta, 13 Maret 2016.

56

membangun jaringan lebih baik lagi. Maka dari itu dalam pembahasan

selanjutnya di poin E mengenai kendala penerapan kode etik PT Orindo Alam

Ayu perlu ditekankan agar semua konsultan yaitu konsultan lama dan baru,

konsultan dengan level tinggi dan rendah wajib mengetahui dan melaksanakan

kode etik yang sudah dibuat oleh PT Orindo Alam Ayu.

B. Kesesuaian Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu terhadap

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/m-

dag/per/8/2008

Dasar hukum bisnis Multi Level Marketing diatur oleh Kementrian

Perindustrian dan Perdagangan. Berikut ini adalah Keputusan dan Peraturan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang menjadi mengatur dan menjadi

dasar hukum bisnis multi level marketing, antara lain:5

1. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:

73/MPP/Kep/3/2000, Tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan

Berjenjang

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 13/M-

DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin

Usaha Penjualan Langsung

3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung.

5 http://statushukum.com/hukum-bisnis-multi-level-marketing.html diunduh pada 11

Februari 2016

57

Pada hukum bisnis multi level marketing, jenisnya dipersamakan atau

disebut dengan istilah Penjualan langsung. Berdasarkan ketentuan tersebut

diatas, disebutkan bahwa Penjualan Langsung (Direct Selling) adalah metode

penjualan barang dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang

dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus

berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.

Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan

yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian

dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang

dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan

imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.

Hukum bisnis multi level marketing sangat penting untuk diketahui karena

bisnis ini telah berkembang menjadi alternatif usaha yang menjanjikan bonus

besar. Selanjutnya mari kita simak uraian singkat mengenai hukum bisnis

multi level marketing.

Hukum bisnis multi level marketing kerap menjadi pertanyaan banyak

masyarakat. Hal ini dikarenakan bisnis Multi Level Marketing telah

berkembang menjadi salah satu alternatif usaha bagi masyarakat yang

menjanjikan mimpi indah dengan bonus-bonus besar. Namun sepertinya tidak

semua orang mengetahui apa dasar hukum atau landasan hukum bisnis multi

level marketing.

Kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung

diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan mitra

58

usaha, dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan. Perjanjian

tertulis yang dibuat oleh perusahaan dan mitra usaha tersebut harus dibuat

dalam bahasa Indonesia dan berlaku hukum Indonesia. Sesuai dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha

Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung pada pasal 4. Dalam

perjanjian tertulis tersebut, sekurang-kurangnya memuat, beberapa hal sebagai

berikut:6

1) Persyaratan Menjadi Mitra Usaha

Pada PT Orindo Alam Ayu apabila seseorang ingin menjadi mitra

usaha atau anggota tertera pada kode etik harus memenuhi persyaratan

diantaranya seorang kandidat harus di sponsori oleh seorang konsultan

yang sudah terdaftar di oriflame sebelumnya, seorang pemohon harus

berumur minimal 18 tahun dan memiliki tanda pengenal resmi yaitu kartu

tanda penduduk pribadi dan tidak dapat diwakilkan, pasangan suami istri

harus mendaftar sebagai satu keanggotaan.

2) Hak dan kewajiban para pihak

Pada kode etik Oriflame terdapat kewajiban yang dijabarkan dengan

jelas agar para anggota melaksanakan diantaranya setiap anggota harus

selalu mendukung ata tertib (rules of conduct) yang tercantum dalam

manual kebijakan oriflame dan literature oriflame lainnya , para anggota

harus selalu menunjukkan sikap yang mencerminkan standar tertinggi dari

6 Lihat Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

DAG/PER/8/2008

59

integritas, kejuuran dan tanggung jawab, para anggota harus menghormati

undang-undang dan pertaturan dari Negara Indonesia. Hak yang diterima

oleh anggota adalah bonus yang sesuai dengan omset yang telah di capai ,

oriflame juga memberikan pelatihan atau training-training secara gratis

yang biasa diadakan di kantor cabang atau pun melalui online.

3) Jangka Waktu Perjanjian, Pemutusan dan Perpanjangan Perjanjian

Pada saat terdaftar menjadi seorang anggota, keanggotaan seorang

member akan berakhir secara otomatis apabila ia tidak melakukan order

terhitung 12 bulan sejak order terakhir, selama masa keanggotaannya

berlaku, konsultan dapat mengundurkan diri dari keanggotaannya setiap

waktu dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada oriflame dan

apabila seorang konsultan yang telah mengundurkan diri dapat

memohonkan menjadi anggota kembali dengan syarat yang telah tertera

pada kode etik oriflame.

4) Ganti Rugi Atas Barang yang Tidak Sesuai dengan Kualitas dan Jenis yang

di Perjanjikan

PT Orindo Alam Ayu sangat menjamin dalam hal ganti rugi atas

barang jika terjadi kerusakan atas produknya. Jaminan tersebut mencakup

atau kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan produk, namun tidak

mencakup kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan oleh pemakaian

yang tidak hati-hati atau kelalaian atau penggunaan yang tidak tepat dari

sebuah produk.

60

5) Ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan penghargaan lainnya

Pada PT Orindo Alam Ayu dalam hal pemberian komisi sudah jelas

sistemnya dan sangat transparan. Bonus yang diberikan sangat adil yaitu

apabila ada dalam suatu grup mencapai omset penjualan besar di bulan

tersebut maka bonusnya akan semakin besar dibulan tersebut.

6) Penyelesaian perselisihan

Para pihak dengan tegas mengesampingkan pasal 1266 dan 1267

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia dalam hal terjadinya

pemutusan Perjanjian ini yang berakibat pada pemberhentian keanggotaan

seorang Consultant.

C. Kendala Member di PT Orindo Alam Ayu dalam Menerapkan Kode Etik

Dalam menerapkan kode etik berdasarkan wawancara dengan 10 konsultan

dapat disimpulkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti para

anggota beberapa kasus diantaranya adalah:

1) Kurangnya sosialisasi pada saat member baru bergabung mayoritas para

sponsor lebih fokus pada omset penjualan sehingga banyak para anggota

baru tidak mengetahui kode etik oriflame secara keseluruhan

2) Maraknya promosi online yang lebih menjanjikan dan lebih efisien

terhadap waktu membuat para member menjual produk oriflame melalui

media online . di Oriflame sah saja berjualan online namun pada

peraturannya dilarang untuk menjual pada toko online seperti di OLX,

Tokopedia dll. Namun yg terjadi adalah banyak sekali para member yang

masih saja melakukan hal itu.

61

3) Persaingan antara member sangat tinggi hingga membuat para member

gelap mata untuk mendaftarkan keanggotaan yang masih dibawah umur

yang belum mempunyai KTP namun didaftarkan dengan menggunakan ktp

orang tuanya.

4) Keinginan mendapatkan bonus berlipat membuat banyak anggota yang

berjualan dibawah harga katalog dan jelas ini membuat persaingan yang

tidak sehat juga melanggar kode etik.

5) Banyak member yang berpindah sponsor alias double member padahal

nomer membernya masih aktif di konsultan sponsor sehingga membuat

sponsor pertama merasa dirugikan.

Menurut penulis, pada dasarnya keinginan kuat untuk mendapatkan

keuntungan lebih besar menjadi masalah terbesar dari para anggota

mendapatkan keuntungan dalam berbisnis dan semua itu kembali kepada

anggota sendiri apakah ingin bisnisnya jangka panjang atau mendapatkan

keuntungan sementara namun merugikan orang lain sebagaimana diketahui

dalam islam teori deontologi adalah niat baik tidak dapat mengubah yang

haram menjadi halal. Walaupun tujuan, niat dan asilnya baik, akan tetapi

apabila caranya tidak baik, maka tetap tidak baik.7

Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan

melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk

membangun keadilan, kecurangan dalam berbisnis adalah pertanda hancurnya

bisnis kita dikemudian hari. Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin

7 https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis diunduh pada 5 April 2016

pkl 16.00

62

untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai

melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.8

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah

dengan neraca yang benar. Itulah yang utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”.(Q.S. al-Isra’:35).

D. Akibat Hukum dan Penyelesaian Masalah Terhadap Member yang

Melanggar dan Untuk PT Orindo Alam Ayu

Menurut hasil wawancara tanya jawab terhadap beberapa anggota di PT

Orindo Alam Ayu berikut adalah penyimpangan yang terjadi di PT Orindo

Alam ayu dalam hal kode etik dan penyelesaiannya bagi member yang

melanggar kode etik dalam bisnis MLM oriflame

1) Penjualan

Pada penjualan online pelanggaran yang terjadi biasanya adalah

melakukan penjualan secara online, menyediakan form pemesanan produk

di web, meletakkan kata-kata yang bertuliskan pesan disini atau order

sekarang atau yang sejenis baik melalui email maupun kotak order atau

kotak komen. melakukan penjualan produk-produk oriflame dengan

memberikan harga diluar harga yang tercantum di katalog oriflame

maupun harga member yang tercantum di consultant price list oriflame

8 https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis diunduh pada 10 April 2016

pkl 16.00

63

(katalog) bulan berjalan, pada penjualan offline yang dilarang adalah

membuka stand dimanapun juga (misalnya mal, rumah, bazaar, dll) yang

melakukan penjualan langsung produk-produk oriflame.

2) Promosi Bisnis

Pada saat melakukan perekrutan atau promosi bisnis pelanggaran

kode etik yang terjadi adalah menggunakan jasa iklan berbayar maupun

tidak berbayar di internet (untuk mempromosikan) yang tidak bisa diatur

peletakannya sesuai keinginan yang bersangkutan. Contoh: pasang iklan

yang kemudian tampil di situs porno, memasukkan hal-hal yang bombastis

dan tidak ada bukti sebagai bagian dari kata-kata iklan. Contoh: “3 bulan

masuk Oriflame anda akan berpenghasilan 100juta per bulan.” memasang

spanduk dengan logo/image/tulisan Oriflame (rumah, toko, counter bazaar,

dan lain-lain yang belum disebutkan) baik yang menyatakan menjual

produk, menerima pendaftaran atau hanya spanduk saja, memasang

display produk di toko/salon/tempat umum (dan tempat lain yang belum

disebutkan) untuk dijual.

3) Penggunaan Nama/Kata/Logo Oriflame

Penggunaan kata “Oriflame”, “Ori”, “Ori-flame” atau “Orif” — dan

atau apapun juga yang terbaca sebagai Oriflame / Ori sebagai bagian dari

nama DOMAIN di blog atau web pribadi. baik yang menggunakan

wordpress berbayar maupun wordpress gratisan, multiply, blogspot, web

berbasis html, facebook (page dan grup), twitter dan semua jenis social

media lainnya.

64

Contoh yang tidak boleh: www.AkuOriflame.com, www.Oriflame-ku.net ,

www.ori-flame-ku.net

Berkaitan dengan penyimpangan kode etik yang terjadi diatas dikenal asas

kepatutan yang dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ,

yaitu perjanjian tidak hanya mengikat pada hal-hal dengan tegas dinyatakan

dalam isi perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat

perjanjian diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-

undang.9 Hal ini berarti bahwa suatu kode etik yang dibuat artinya adalah wajib

dilaksanakan dan wajib untuk dipatuhi oleh semua pihak yang terkait, jika

kepatutan dilaksanakan secara berkelanjutan maka akan menjadi kebiasaan,

sehingga kode etik yang sudah dipatuhi dapat melindungi distributor (anggota)

dan perusahaan kerugian. Sehingga terjadinya penyimpangan kode etik kepada

para anggota di PT Orindo Alam Ayu ini membuat tidak terwujudnya asas

kepatutan.

Akibat hukum dari para anggota yang melanggar jelas tertara pada kode

etik PT Orindo Alam Ayu yaitu Para pihak dengan tegas mengesampingkan

pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia dalam

hal terjadinya pemutusan Perjanjian ini yang berakibat pada pemberhentian

keanggotaan seorang anggota.10

Menurut analisa penulis akibat hukum yang

diterapkan PT Orindo Alam Ayu sudah tegas karena ketika ada satu anggota

yang melanggar dan tidak diberikan sanksi yang tegas yaitu pemberhentian

9 Naja,H.K, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka

Yustisia,2009),h.101 10

Lihat Buku Panduan Oriflame

65

nomer keanggotaan maka yang terjadi akan semakin banyak para anggota yang

melanggar kode etik.

Menurut analisis penulis dalam hal ini anggota yang melanggar kode etik

dengan alasan ketidak tahuan tidak menjadikan alasan untuk di toleransi ketika

melakukan pelanggaran, pada dasarnya kode etik PT Orindo Alam Ayu telah

sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor:

32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan

dengan sistem penjualan langsung namun yang terjadi disini adalah kurangnya

pengawasan terhadap para anggota yang melanggar sehingga membuat para

konsultan acuh terhadap kode etik yang telah dibuat dan menganggap bahwa

peraturan kode etik tidak penting dan kurangnya sosialisasi pada anggota juga

membuat anggota belum mengetahui bagaimana pentingnya kode etik harus

diterapkan dan di patuhi.

66

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Beradasarkan uraian-uraian pada Bab – Bab terdahulu, maka peneliti

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sejarah hukum keberadaan ketentuan pengaturan kode etik multilevel

marketing tumbuh sejak tahun 1960 di Amerika, pada masa 1960an atau

abad ke-18 banyak perusahaan yang menggunakan system multi level

marketing dikarenakan belum tersedia sarana seperti televisi, radio,

internet untuk mengiklankan sebuah produk. Keberadaan MLM di

Indonesia diawaki dengan berdirinya Creative Network International

(CNI) pada tahun 1960 di Bandung dengan nama PT Nusantara Sun-

Chlorella Tama (NSCT), semakin berkembang setelah adanya krisis

moneter seperti CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sophie Martin,

Oriflame, Herbalife International, Prime & First New, Greenlite, DXN.

Dalam sistem multi level marketing perlu dibuat kode etik dan aturan

perilaku yang disediakan untuk melindungi konsultan, untuk menjamin

bahwa semua konsultan mempertahankan standar tinggi yang sama.

2. Dalam mekanisme kode etik Multi Level Marketing Khususnya PT Orindo

Alam Ayu berdasarkan peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor:32/M-

Dag/Per/8/2008 terdapat mekanisme cara kerja bisnis MLM pada PT

Orindo Alam Ayu seperti menjual, mengajak, mengajarkan, membangun

organisasi, membina dan memotivasi. Kedua, pada pengaturan Kode Etik

67

Perusahaan MLM pada PT Orindo Alam Ayu mempunyai arti penting

dalam perjanjian MLM yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan

bagi anggota dan bertujuan mencegah terjadinya suatu tindakan dari

distributor yang menyimpang dari nilai social suatu masyarakat yang dapat

memperbutuk citra dari kegiatan penjualan berjenjang.

3. Dalam penerapan Kode Etik PT Orindo Alam Ayu pada dasarnya telah

sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor:32/M-

Dag/Per/8/2008 yang terjadi disini adalah tidak adanya pengawasan yang

ketat dari PT Orindo Alam Ayu terhadap penyimpangan pelanggaran kode

etik tersebut dan tidak adanya pelatihan khusus untuk para member baru

mengenai kode etik agar para konsultan sejak awal bergabung sudah

mengetahui kode etik dan menjalankan bisnisnya dengan baik. Kedua

kendala yang dihadapi para member dalam menghadapi kode etik merujuk

kepada diri sendiri kembali apakah para anggota hanya ingin mendapatkan

keuntungan sebanyak-banyaknya atau apabila PT Orindo Alam Ayu

mengetahui maka akan diberikan sanksi berupa penghapusan nomor

keanggotaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti

merumuskan beberapa saran kepada pihak – pihak terkait, sebagai berikut:

1. Seharusnya untuk menerapan kode etik MLM PT Orindo Alam Ayu terhadap

anggota harus banyak disosialisasikan tidak hanya pada saat merekrut tetapi

juga pada saat pelatihan, PT Orindo Alam Ayu seharusnya mewajibkan para

68

anggota yang baru bergabung untuk mengikuti training mengenai kode etik

agar para anggota lebih memahami pentingnya kode etik bagi para anggota

untuk mencegah terjadinya suatu penyimpangan yang tidak diinginkan.

2. Dalam menghadapi kendala pada saat menerapkan kode etik sebaiknya kode

etik PT Orindo Alam Ayu di sosialisasikan dan di informasikan pada

berbagai kesempatan agar akibat dari kendala bisa ditekan seminimal

mungkin demi tercapainya kesuksesan bagi anggota atau distributor dengan

semua pihak yang terkait.

3. Perlunya dibentuk badan pengawasan khusus untuk memantau para anggota

yang melakukan penyimpangan kode etik agar para anggota lain menjadi

patuh terhadap kode etik yang telah dibuat.

69

DAFTAR PUSTAKA

Kitab suci

Al – Qur’an dan Terjemahannya

Buku Bacaan

Amirudin dan Zainal.Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Universitas Indonesia, 2010.

Assuari, Sofjan. Manajemen Pemasaran Konsep Dasar dan Strategi. cet: 6.

Jakarta: P Raja Grafindo Persada, 1999.

Bertens, Keens. Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: Kencana, 2009.

Clothier, Peter J. How to Make Big Money in Multi Level Marketing. New York:

New York Institute of Finance, 1989.

David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep-Konsep. Penerjemah Kresno Sarodo.

Jakarta: Indeks, 2003.

Harefa, Andrias. Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet.3.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

H.K, Naja. Pengantar Hukum Bisnis Indonesia. Bandung: Jemmars, 1987.

Ibrahim, Jabbar. MLM Bikin Saya Kaya Raya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2009.

Keraf, A.Sonny. Etika Bisnis. Jakarta: Kanisius, 1993.

Kottler, Philip. Manajement Pemasaran Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Salemba,

1995.

Kuswara. Mengenal MLM Syariah, cet:1. Depok: Nusa Media, 2010.

Oriflame. "Kode Etik Anggota Oriflame". Buku Panduan Bisnis Oriflame

(Starterkid Oriflame).

Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, cet.12.

Jakarta: Kencana, 2011.

Roller, David. Menjadi Kaya dengan Multi Level Marketing, Jakarta: PT Gramedi

Pustaka, 1983.

70

Rumansyah. Manajemen Pemasaran Terpadu. Jakarta: Mandala Press, 2001.

Santoso, Benny. All About MLM, cet.11. Yogyakarta: Rinneka Cipta, 2000.

Sekertati, Heny. "Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Multi

Level Marketing (Studi Kasus Pada Perushaan MLM Elken)." Skripsi S1

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2007.

Tracy, Brian. MLM Sukses, Jakarta: Delapratasa Publishing, 2007.

Wuryando, Bagoes. Jurus Maut MLM Anti Gagal, Jakarta: PT Media Pressindo,

2010.

Yusuf. Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, cet.2. Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2000.

Peraturan – Peraturan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-

dag/per/8/2008” Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan

Sistem Penjualan Langsung.

Undang-Undang Perdagangan No.7 Tahun 2014

Website

Apli. "Keanggotaan dan Izin Usaha Pemasaran Berjenjang". Situs diakses pada 20

April 2015 dari http://www.apli.or.id/profil/

Ashworth, Neil. "Marketing Multilevel - A Guide To Growing Your Multi Level

Marketing Business". Artikel diakses pada 28 Agustus 2015 dari

http://www.articlesnatch.com/blog/Marketing-Multilevel---A-Guide-

GrowingYour-Multi-Level-Marketing-Business/1615595

A.T,Dalam Jatmiko. "Penjualan Secara Langsung". Diakses pada 20 April 2015

dari http://www.amway.co.id/direct.sell.asp

Ditjenpdn."Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem

Penjualan Langsung". Situs diakses pada 20 April 2015 dari

http://ditjenpdn.kemendag.go.id/files/regulasi/2008/08/21/penyelenggara

an-kegiatan-usaha-perdagangan-dengan-sistem-penjualan-langsung-id-

1407642822.pdf

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/15/jbptunpaspp-gdl-cindythial-716-3-

babiii.pdf di unduh pada 23 Maret 2016

71

https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis diunduh pada 5 April

2016 pkl 16.00

Idtesis. "Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif". Situs diakses pada 20

April 2015 dari http://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-

normatif/

Rosmala,Dewi dan Gilang. Kresna. "Implementasi Alogritma Binary Tree Pada

Sistem Informasi Multi Level Marketing". Jurnal diakses pada 12 Maret

2016 dari http://repository.unej.ac.id/bitstream

.

.

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 32/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG

PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN DENGAN SISTEM PENJUALAN LANGSUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penataan, peningkatan tertib usaha,

perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif guna mendorong peningkatan investasi di bidang perdagangan, perlu mengatur mengenai penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan;

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934 (Staatsblad 1938 Nomor 86);

2. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 801) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1971 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2966);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

7. tang

8. g Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang

9. erintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1957

10. erintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

11. an Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004

12. esia Nomor 9 Tahun 2005

13. onesia Nomor 10 Tahun 2005

14. ran Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007

15. lik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007

Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tenPenanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

Undang-UndanPerseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

Peraturan Pemtentang Penyaluran Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1144) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1957 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1467);

Peraturan Pemtentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Keputustentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 171/M Tahun 2005;

Peraturan Presiden Republik Indontentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008;

Peraturan Presiden Republik Indtentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008;

Peratutentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

Peraturan Presiden Repubtentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang

2 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

16. Republik Indonesia

17. gangan Republik Indonesia

MEMUTUSKAN:

enetapkan URAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG

BAB I

KETEN MUM

alam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

e penjualan barang

2. da baik berwujud maupun tidak berwujud,

3. aan atau prestasi

4. diri jaringan pemasaran atau

5. h imbalan yang diberikan oleh

6. njualan adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh

Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 34/M-DAG/PER/8/2007;

Peraturan Menteri PerdaNomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan;

M : PERATPENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN DENGAN SISTEM PENJUALAN LANGSUNG.

TUAN U

Pasal 1

D1. Penjualan langsung (Direct Selling) adalah metod

dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap. Barang adalah setiap benbaik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjuntuk dimanfaatkan oleh konsumen. Mitra usaha adalah anggota manpenjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan. Komisi atas penjualan adalaperusahaan kepada mitra usaha yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata, sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/atau jasa, baik secara pribadi maupun jaringannya.

Bonus atas peperusahaan kepada mitra usaha, karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/atau jasa yang ditetapkan perusahaan.

3 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

7. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

8. Program pemasaran (Marketing Plan) adalah program perusahaan dalam memasarkan barang dan/atau jasa yang akan dilaksanakan dan dikembangkan oleh mitra usaha melalui jaringan pemasaran dengan bentuk pemasaran satu tingkat atau pemasaran multi tingkat.

9. Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan/atau jasa dengan sistem penjualan langsung.

10. Surat Izin Usaha Penjualan Langsung yang selanjutnya disebut SIUPL adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

11. Permohonan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung yang selanjutnya disebut P-SIUPL adalah formulir permohonan izin yang diisi oleh perusahaan yang memuat data-data perusahaan untuk memperoleh SIUPL Sementara atau SIUPL Tetap.

12. Jaringan pemasaran terlarang adalah kegiatan usaha dengan nama atau istilah apapun dimana keikutsertaan mitra usaha berdasarkan pertimbangan adanya peluang untuk memperoleh imbalan yang berasal atau didapatkan terutama dari hasil partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau sesudah bergabungnya mitra usaha tersebut, dan bukan dari hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa.

13. Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan yang selanjutnya disebut Direktur Binus dan PP adalah Direktur yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang bina usaha dan pendaftaran perusahaan, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan.

14. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Dirjen PDN adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang perdagangan dalam negeri, Departemen Perdagangan.

15. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang perdagangan.

BAB II PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN

DENGAN SISTEM PENJUALAN LANGSUNG Pasal 2

Perusahaan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. memiliki atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap, dan jelas;

b. melakukan penjualan barang dan/atau jasa dan rekruitmen mitra usaha melalui sistem jaringan;

c. memiliki program pemasaran yang jelas, transparan, rasional, dan

4 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

tidak berbentuk skema jaringan pemasaran terlarang;

d. memiliki kode etik dan peraturan perusahaan yang lazim berlaku di bidang usaha penjualan langsung;

e. memiliki barang dan/atau jasa yang nyata dan jelas dengan harga yang layak dan wajar;

f. memenuhi ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

g. memberikan komisi, bonus, dan penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang diperjanjikan;

h. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaannya;

i. memiliki ketentuan tentang harga barang dan/atau jasa yang dijual dalam mata uang Rupiah (Rp) dan berlaku untuk mitra usaha dan konsumen;

j. menjamin mutu dan pelayanan purna jual kepada konsumen atas barang dan/atau jasa yang dijual;

k. memberikan alat bantu penjualan (starter kit) kepada setiap mitra usaha yang paling sedikit berisikan keterangan mengenai barang dan/atau jasa, program pemasaran, kode etik, dan/atau peraturan perusahaan;

l. memberikan tenggang waktu selama 10 (sepuluh) hari kerja kepada calon mitra usaha untuk memutuskan menjadi mitra usaha atau membatalkan pendaftaran dengan mengembalikan alat bantu penjualan (starter kit) yang telah diperoleh dalam keadaan seperti semula;

m. memberikan tenggang waktu selama 7 (tujuh) hari kerja kepada mitra usaha dan konsumen untuk mengembalikan barang, apabila ternyata barang tersebut tidak sesuai dengan yang diperjanjikan;

n. membeli kembali barang, bahan promosi (brosur, katalog, atau leaflet), dan alat bantu penjualan (starter kit) yang dalam kondisi layak jual dari harga pembelian awal mitra usaha ke perusahaan dengan dikurangi biaya administrasi paling banyak 10% (sepuluh persen) dan nilai setiap manfaat yang telah diterima oleh mitra usaha berkaitan dengan pembelian barang tersebut, apabila mitra usaha mengundurkan diri atau diberhentikan oleh perusahaan;

o. memberi kompensasi berupa ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, akibat kesalahan perusahaan yang dibuktikan dengan perjanjian;

p. memberi kompensasi berupa ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian;

q. melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para mitra usaha, agar bertindak dengan benar, jujur, dan bertanggungjawab;

r. memberikan kesempatan yang sama kepada semua mitra usaha untuk berprestasi dalam memasarkan barang dan/atau jasa;

s. melakukan pendaftaran atas barang dan/atau jasa yang akan

5 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

dipasarkan pada instansi yang berwenang, sesuai peraturan perundang-undangan; dan

t. mencantumkan nama perusahaan yang memasarkan dengan sistem penjualan langsung pada setiap label produk.

Pasal 3

Program pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c harus

memenuhi ketentuan paling sedikit sebagai berikut:

a. memiliki alur distribusi barang dan/atau jasa yang jelas dari perusahaan sampai dengan kepada konsumen akhir; dan

b. jumlah komisi dan/atau bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada seluruh mitra usaha dan jaringan pemasaran di bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra usaha.

Pasal 4

(1) Kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung

diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan mitra usaha dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan.

(2) Kode etik dan peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat ketentuan paling sedikit sebagai berikut:

a. persyaratan menjadi mitra usaha; b. hak dan kewajiban para pihak; c. program pembinaan, bantuan pelatihan, dan fasilitas yang

diberikan perusahaan, dan/atau jaringan pemasaran kepada mitra usaha;

d. jangka waktu perjanjian; e. pemutusan dan perpanjangan perjanjian; f. jaminan pembelian kembali; g. ganti rugi atas barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

kualitas dan jenis yang diperjanjikan; h. ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan penghargaan

lainnya; dan i. penyelesaian perselisihan.

(3) Perjanjian dan kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat dalam Bahasa Indonesia dan berlaku Hukum Indonesia.

Pasal 5

Perusahaan secara langsung atau melalui mitra usaha harus memberikan

keterangan secara lisan atau tertulis dengan benar kepada calon mitra usaha dan/atau konsumen paling sedikit mengenai:

a. identitas perusahaan; b. mutu dan spesifikasi barang dan/atau jasa yang akan dipasarkan; c. program pemasaran barang dan/atau jasa; dan

6 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

d. kode etik dan peraturan perusahaan.

Pasal 6

(1) Perusahaan yang melakukan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung harus berbadan hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas.

(2) Perdagangan dengan sistem penjualan langsung dapat dilakukan oleh perusahaan dalam rangka penanaman modal dalam negeri atau penanaman modal asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal.

Pasal 7 (1) Perusahaan penanaman modal dalam negeri sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) harus memiliki modal investasi paling sedikit Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

(2) Perusahaan penanaman modal asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) harus memiliki modal investasi paling sedikit Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) dan menggunakan paling sedikit 1 (satu) orang Warga Negara Indonesia sebagai Direksi dan 1 (satu) orang Warga Negara Indonesia sebagai Komisaris.

Pasal 8

Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus:

a. menjamin ketersediaan barang sesuai dengan kebutuhan pasar; dan b. memiliki produk yang akan dipasarkan paling sedikit 2 (dua) jenis atau

tipe produk. BAB III

SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG (SIUPL) Pasal 9

(1) Setiap perusahaan wajib memiliki SIUPL.

(2) SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

(3) Perusahaan yang baru melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung diberikan SIUPL Sementara dengan masa berlaku selama 1 (satu) tahun.

(4) SIUPL Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditingkatkan menjadi SIUPL Tetap dengan masa berlaku selama perusahaan menjalankan kegiatan usahanya, apabila perusahaan telah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan program pemasaran, kode etik, dan peraturan perusahaan.

(5) Peningkatan SIUPL Sementara menjadi SIUPL Tetap diajukan 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum masa berlakunya berakhir atau paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum SIUPL Sementara habis

7 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

masa berlakunya.

(6) Perusahaan yang telah mendapatkan SIUPL Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib melakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun.

BAB IV

KEWENANGAN Pasal 10

(1) Menteri memiliki kewenangan pengaturan kegiatan usaha

perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

(2) Menteri melimpahkan wewenang penerbitan SIUPL kepada Dirjen PDN.

(3) Dirjen PDN melimpahkan wewenang penerbitan SIUPL kepada Direktur Binus dan PP.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 11

(1) Dirjen PDN melakukan pembinaan dan pengawasan serta evaluasi

terhadap penyelenggaraan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyuluhan, konsultasi, pendidikan, dan pelatihan.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan.

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan laporan tahunan kegiatan usaha perusahaan yang disampaikan oleh perusahaan dan hasil peninjauan ke lokasi perusahaan.

BAB VI

TATA CARA DAN PERSYARATAN PENERBITAN SIUPL Pasal 12

(1) Permohonan untuk memperoleh SIUPL Sementara, SIUPL Tetap,

dan Pendaftaran ulang SIUPL Tetap diajukan kepada Direktur Binus dan PP dengan mengisi formulir P-SIUPL atau formulir Permohonan Pendaftaran Ulang Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (P-PUSIUPL) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus ditandatangani oleh Direktur Utama atau penanggungjawab perusahaan di atas meterai cukup.

8 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

(3) Pengurusan permohonan SIUPL Sementara, SIUPL Tetap, dan pendaftaran ulang SIUPL Tetap, dapat dilakukan oleh pihak ketiga dengan menunjukkan Surat Kuasa bermeterai cukup yang ditandatangani oleh Direktur Utama atau penanggungjawab perusahaan.

(4) Pengurusan permohonan SIUPL Sementara, SIUPL Tetap, dan pendaftaran ulang SIUPL Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dikenakan biaya administrasi.

Pasal 13

(1) Permohonan untuk memperoleh SIUPL Sementara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

a. fotokopi akta notaris pendirian perusahaan; b. fotokopi akta perubahan perusahaan yang terakhir mengenai

permodalan dan susunan Direksi atau Dewan Komisaris; c. fotokopi Keputusan Menteri Hukum dan HAM mengenai

pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas; d. fotokopi surat izin atau surat pendaftaran lainnya dari instansi

teknis untuk jenis barang tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e. fotokopi kontrak kerjasama atau surat penunjukan, apabila perusahaan mendapatkan barang dan/atau jasa dari perusahaan lain (produsen atau supplier);

f. fotokopi identitas Direktur Utama atau penanggungjawab perusahaan;

g. pas foto berwarna Direktur Utama atau penanggungjawab perusahaan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan

h. rancangan program kompensasi mitra usaha, kode etik, dan peraturan perusahaan.

(2) Dalam hal penyampaian fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon harus menunjukan dokumen asli untuk pemeriksaan keabsahan yang akan dikembalikan kepada pemohon, setelah dilakukannya pemeriksaan.

(3) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak P-SIUPL Sementara dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan telah benar dan lengkap, Direktur Binus dan PP meminta pemohon untuk melakukan presentasi mengenai identitas perusahaan, barang dan/atau jasa yang dijual, program kompensasi mitra usaha, kode etik, dan peraturan perusahaan.

(4) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak P-SIUPL Sementara yang diterima: a. dinyatakan telah benar dan lengkap, dengan hasil presentasi

sesuai dengan Peraturan Menteri ini, Direktur Binus dan PP menerbitkan SIUPL Sementara dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini; atau

9 www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

b. dinyatakan tidak benar dan/atau tidak lengkap, Direktur Binus

dan PP SIUPL membuat surat penolakan sesuai dengan berita acara peninjauan lapangan dan ketidaklengkapan persyaratan.

Pasal 14

(1) Permohonan untuk memperoleh SIUPL Tetap sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1), harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi akta perubahan yang terakhir mengenai permodalan dan

susunan Direksi atau Dewan Komisaris (apabila ada); b. pas foto berwarna Direktur Utama atau penanggungjawab

perusahaan ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan c. program kompensasi mitra usaha, kode etik, dan peraturan

perusahaan.

(2) Setelah permohonan SIUPL Tetap diterima, Direktur Binus dan PP atau pejabat yang ditunjuk melakukan peninjauan lokasi dan pengecekan kegiatan perusahaan pemohon SIUPL Tetap yang dibuktikan dengan berita acara.

(3) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan SIUPL Tetap dan dokumen dinyatakan telah benar dan lengkap, apabila diperlukan Direktur Binus dan PP dapat meminta pemohon untuk melakukan presentasi mengenai identitas perusahaan, barang dan/atau jasa yang dijual, program kompensasi mitra usaha, kode etik, dan peraturan perusahaan.

(4) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak P-SIUPL Tetap yang diterima: a. dinyatakan telah benar dan lengkap, tanpa hasil presentasi atau

dengan hasil presentasi sesuai dengan Peraturan Menteri ini, Direktur Binus dan PP menerbitkan SIUPL Tetap dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini; atau

b. dinyatakan tidak benar dan/atau tidak lengkap, Direktur Binus dan PP membuat surat penolakan sesuai dengan berita acara peninjauan lapangan dan ketidaklengkapan persyaratan.

Pasal 15

(1) Permohonan pendaftaran ulang SIUPL Tetap sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a. asli SIUPL Tetap; b. neraca perusahaan tahun terakhir; dan c. program pemasaran, kode etik, dan peraturan perusahaan.

(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Binus dan PP menerbitkan surat keterangan pendaftaran ulang SIUPL.

10www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Pasal 16

(1) Apabila terjadi perubahan data perusahaan yang mengakibatkan

perubahan data atau informasi pada SIUPL, perusahaan harus mengajukan permohonan perubahan SIUPL.

(2) Direktur Binus dan PP menerbitkan SIUPL Perubahan, berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan masa berlaku sesuai dengan SIUPL yang diubah.

(3) Apabila terjadi penambahan dan/atau pengurangan jenis atau tipe barang dan/atau jasa yang dipasarkan, perusahaan harus mengajukan permohonan penyempurnaan daftar lampiran produk pada SIUPL.

(4) Direktur Binus dan PP menerbitkan perubahan daftar lampiran produk pada SIUPL berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 17

(1) Dalam hal SIUPL hilang atau rusak, perusahaan harus mengajukan

permohonan penggantian SIUPL kepada Direktur Binus dan PP dengan melampirkan dokumen sebagai berikut: a. surat permohonan; b. surat keterangan kehilangan dari Kepolisian (bagi SIUPL yang

hilang); c. SIUPL asli (bagi SIUPL yang rusak); dan d. pas foto berwarna Direktur Utama atau penanggungjawab

perusahaan ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dokumen pendukung secara lengkap dan benar, Direktur Binus dan PP menerbitkan SIUPL Pengganti.

Pasal 18

SIUPL dinyatakan tidak berlaku apabila:

a. jangka waktu SIUPL berakhir; atau b. perusahaan menghentikan kegiatan usahanya.

Pasal 19

(1) Kontrak kerjasama atau surat penunjukan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 ayat (1) huruf e yang diputus secara sepihak oleh produsen atau supplier sebelum masa berlaku kontrak kerjasama atau surat penunjukan berakhir, produsen atau supplier tidak dapat menunjuk perusahaan yang baru sebelum tercapai kesepakatan dalam penyelesaian perselisihan oleh para pihak (clean break) atau paling lambat 6 (enam) bulan setelah pemutusan kontrak kerjasama

11www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

atau surat penunjukan.

(2) Perusahaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan SIUPL, apabila sudah terjadi kesepakatan oleh para pihak atau paling lambat 6 (enam) bulan setelah pemutusan kontrak kerjasama atau surat penunjukan dan telah memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri ini.

BAB VII

PEMBUKAAN KANTOR CABANG PERUSAHAAN Pasal 20

(1) Perusahaan yang akan membuka kantor cabang, wajib melapor

secara tertulis kepada Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan di kabupaten/kota setempat dengan tembusan kepada pejabat penerbit SIUPL dan Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan di provinsi tempat kedudukan kantor cabang perusahaan.

(2) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

a. fotokopi SIUPL kantor pusat perusahaan yang telah dilegalisir oleh pejabat penerbit SIUPL;

b. fotokopi dokumen pembukaan kantor cabang perusahaan; c. fotokopi KTP penanggungjawab kantor cabang perusahaan; d. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP) kantor pusat; e. program pemasaran perusahaan; dan f. brosur, leaflet, dan daftar harga barang dan/atau jasa yang dijual;

(3) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan tertulis dan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara lengkap dan benar, Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan di kabupaten/kota setempat mencatat dalam buku register pembukaan kantor cabang perusahaan dan membubuhkan tanda tangan serta cap/stempel pada halaman depan fotokopi SIUPL perusahaan kantor pusat.

(4) Fotokopi SIUPL kantor pusat yang telah ditandatangani dan dibubuhkan cap/stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku sebagai SIUPL kantor cabang perusahaan.

BAB VIII

LARANGAN Pasal 21

Perusahaan yang telah memiliki SIUPL, dilarang melakukan kegiatan:

a. menawarkan, mempromosikan, mengiklankan barang dan/atau jasa secara tidak benar, berbeda, atau bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya;

b. menawarkan barang dan/atau jasa dengan cara pemaksaan atau cara

12www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

lain yang dapat menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis terhadap konsumen;

c. menawarkan barang dan/atau jasa dengan membuat atau mencantumkan klausula baku pada dokumen dan/atau perjanjian yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen;

d. menjual barang dan/atau jasa yang tidak mempunyai tanda daftar dari Instansi teknis yang berwenang, khususnya bagi barang dan/atau jasa yang wajib terdaftar menurut ketentuan perundang-undangan;

e. menarik dan/atau mendapatkan keuntungan melalui iuran keanggotaan atau pendaftaran sebagai mitra usaha secara tidak wajar;

f. menerima pendaftaran keanggotaan sebagai mitra usaha dengan nama yang sama lebih dari 1 (satu) kali;

g. mengharuskan atau memaksakan kepada mitra usaha membeli barang dan/atau jasa untuk dijual atau pemakaian sendiri dalam jumlah besar yang melebihi kemampuannya dalam menjual;

h. menjual atau memasarkan barang dan/atau jasa yang tercantum dalam SIUPL di luar sistem penjualan langsung;

i. usaha perdagangan yang terkait dengan penghimpunan dana masyarakat;

j. membentuk jaringan pemasaran terlarang dengan nama atau istilah apapun;

k. usaha perdagangan di luar SIUPL yang diberikan; l. menjual dan/atau memasarkan barang dan/atau jasa yang tidak

tercantum dalam SIUPL; dan/atau m. menjual dan/atau memasarkan barang yang pada label

produknya tidak tercantum nama perusahaan yang memasarkan dengan sistem penjualan langsung.

BAB IX

PELAPORAN Pasal 22

(1) Perusahaan wajib menyampaikan laporan tahunan kegiatan usaha

perusahaan kepada Direktur Binus dan PP dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat setiap tanggal 31 Maret tahun berikutnya.

Pasal 23

Apabila diperlukan, perusahaan wajib memberikan laporan, keterangan,

data, atau informasi lain berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada Direktur Binus dan PP atau pejabat yang ditunjuk.

13www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Pasal 24

(1) Perusahaan yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha dengan

sistem penjualan langsung wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Direktur Binus dan PP paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pengakhiran kegiatan usahanya dengan melampirkan dokumen pendukung dan SIUPL asli.

(2) Berdasarkan laporan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Binus dan PP mengeluarkan surat keterangan pengakhiran kegiatan usaha dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Menteri ini.

Pasal 25

Perusahaan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Direktur

Binus dan PP, apabila perusahaan melakukan perubahan Direksi, Komisaris, identitas perusahaan, program pemasaran, kode etik dan peraturan perusahaan, serta penambahan atau pengurangan jenis atau tipe dan/atau merek barang dan/atau jasa yang dipasarkan.

BAB X

SANKSI Pasal 26

(1) Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf g, huruf i, huruf k, huruf l, huruf m, huruf n, huruf o, huruf p, huruf q, huruf r, atau huruf t, Pasal 9 ayat (6), Pasal 20 ayat (1), Pasal 21 huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, atau huruf m, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 ayat (1), atau Pasal 25, dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis oleh pejabat penerbit SIUPL.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan, dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Menteri ini.

Pasal 27

(1) Perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa pemberhentian sementara SIUPL dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(2) Pemberhentian sementara SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat penerbit SIUPL dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Menteri ini.

14www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

(3) Terhadap pemberhentian sementara SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diaktifkan kembali, apabila perusahaan yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam surat peringatan ketiga.

Pasal 28

(1) Apabila perusahaan tidak memenuhi ketentuan dalam surat peringatan dan keputusan pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 27, dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan SIUPL.

(2) Pencabutan SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat penerbit SIUPL dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini.

Pasal 29

Perusahaan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f, huruf h, huruf j, atau huruf s, Pasal 9 ayat (1), atau Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, atau huruf d, dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan.

BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 30

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) tidak berlaku sebagai izin untuk

melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

Pasal 31

Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Menteri ini, diatur lebih lanjut oleh Dirjen PDN.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32

(1) SIUPL yang diterbitkan sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini,

dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya habis.

(2) Penerbitan SIUPL berdasarkan ketentuan ini harus dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Menteri ini.

(3) Pencantuman nama perusahaan pada setiap label produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf t, dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkan Peraturan Menteri ini.

15www.bphn.go.id

Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 33

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan SIUPL, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 Agustus 2008

MENTERI PERDAGANGAN R.I.,

ttd

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perdagangan R.I.

Kepala Biro Hukum,

ttd

WIDODO

16www.bphn.go.id

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/M-DAG/PER/8/2008 TANGGAL : 21 Agustus 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Formulir Permohonan SIUPL Sementara, SIUPL Tetap, dan Pendaftaran Ulang SIUPL Tetap

Lampiran II : Formulir Blanko SIUPL Sementara Lampiran III : Formulir Blanko SIUPL Tetap Lampiran IV : Formulir Laporan Tahunan Kegiatan Usaha Lampiran V : Formulir Surat Keterangan Pengakhiran Kegiatan Usaha Lampiran VI : Formulir Surat Peringatan Tertulis Lampiran VII : Formulir Keputusan Pemberhentian Sementara SIUPL Lampiran VIII : Formulir Keputusan Pencabutan SIUPL

MENTERI PERDAGANGAN R.I.,

ttd

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal

Departemen Perdagangan R.I. Kepala Biro Hukum,

ttd

WIDODO

17 www.bphn.go.id

Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

(KOP SURAT PERUSAHAAN)

.............,.............................. (Tanggal)

Kepada Yth.

Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri

Departemen Perdagangan R.I.

di - Jakarta

Yang bertandatangan di bawah ini mengajukan permohonan (SIUPL Sementara/SIUPL Tetap/Pendaftaran Ulang SIUPL Tetap*) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor ..... /M-DAG/PER/…/2008.

I. Identitas Pengurus/Penanggungjawab

1. Nama : ……………………………………….……………… 2. Jabatan : ........................................................................... 3. Alamat : .……………………………………….…………….. 4. Tempat/Tanggal Lahir : ………………/……………………………………… 5. Nomor Telepon/Fax : ………………………………………………………. 6. Nomor KTP/Paspor : ………………/………………………………………. 7. Kewarganegaraan : ……………………………………………………….

II. Identitas Perusahaan

1. Nama Perusahaan : …………………………………………………….… 2. Alamat Perusahaan : ……………………………………………………..… 3. Nomor Telepon/Fax : ………………….…………………………………… 4. Propinsi : ……………………………………………….……… 5. Kabupaten/Kota : ........................................................................... /Kotamadya 6. Kecamatan : ……………………………………………..………... 7. Kelurahan/Desa : ……………………………………………………….. 8. Status : PMA/PMDN/Lain-lain**)

9. Kode Pos :

18www.bphn.go.id

Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

III. Legalitas Perusahaan

1. Akta Pendirian a. Nomor & Tanggal Akta : …............................................................................ b. Nomor & Tanggal : ...............................................................................

Pengesahan Dep. Hukum dan HAM

2. Akta Perubahan a. Nomor & Tanggal Akta : ................................................................................. b. Nomor & Tanggal : ............................................................................... Pengesahan Dep. Hukum dan HAM

IV. Modal dan Saham

1. Modal Dasar : ......................................................................................... 2. Modal Ditempatkan : ......................................................................................... 3. Modal Disetor : ......................................................................................... 4. Banyaknya Saham : 5. Nilai Nominal Saham : 6. Prosentase Kepemilikan Saham

a. Nasional : ...... % b. Asing : ....... %

7. Total Investasi terdiri dari : a. .......................................................................................................................... b. .......................................................................................................................... c. .......................................................................................................................... d. .......................................................................................................................... e. ..........................................................................................................................

V. Barang/Jasa ***)

1. Jenis atau Tipe dan Merek Barang dan/atau Jasa Dagangan : .............................. 2. Nama dan Asal Negara Produsen / Suplier : .............................. VI. Hubungan dengan Bank

1. Bank Dalam Negeri

Nama : ......................................................................................... Alamat : .........................................................................................

2. Bank Luar Negeri/Asing

Nama : ........................................................................................ Alamat : ........................................................................................

19www.bphn.go.id

Lampiran I Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

Demikian surat permohonan ini kami buat dengan isi yang sebenarnya, dan apabila dikemudian hari ternyata data/informasi dan keterangan tersebut tidak benar atau palsu, kami menyatakan bersedia untuk dicabut SIUPL yang telah diterbitkan dan dituntut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Nama dan Tanda Tangan Direktur Utama/Penanggungjawab Perusahaan

cap perusahaan dan meterai cukup ……………………………

Catatan : *) Pilih salah satu

** ) Coret yang tidak perlu ***) Apabila tidak muat, buat dalam lampiran

20www.bphn.go.id

Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG (SIUPL) SEMENTARA

NOMOR :

MASA BERLAKU :

Nama Perusahaan : Alamat :

Telepon : Fax : Email :

Nama Penanggung Jawab : Jabatan : Alamat :

Telepon : Fax : Email :

Jenis Barang / Jasa Dagangan :

Masa berlaku SIUPL Sementara ini selama 1 (satu) tahun dan dapat diajukan permohonan meningkatkan menjadi SIUPL Tetap 30 (tiga puluh) hari kerja atau paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum berakhir masa berlakunya.

Jakarta, ..............................

PEJABAT PENERBIT SIUPL,

Pas Photo (4 x 6 cm )

21www.bphn.go.id

Lampiran III Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG (SIUPL) TETAP

NOMOR :

Nama Perusahaan : Alamat :

Telepon : Fax : Email :

Nama Penanggung Jawab : Jabatan : Alamat :

Telepon : Fax : Email :

Jenis Barang / Jasa Dagangan :

− Masa berlaku SIUPL ini, selama perusahaan menjalankan kegiatan usaha dengan sistem penjualan langsung;

− SIUPL Tetap wajib didaftar ulang setiap 5 (lima) tahun; − Pemilik SIUPL Tetap wajib menyampaikan Laporan Tahunan Kegiatan Usaha paling

lambat setiap tanggal 31 Maret.

Jakarta, ..............................

PEJABAT PENERBIT SIUPL

Pas Photo (4 x 6 cm )

22www.bphn.go.id

Lampiran IV Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

LAPORAN TAHUNAN KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN PERIODE :

1. Nama Perusahaan : 2. Alamat : 3. Nomor SIUPL :

Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Mitra Usaha/Distributor/Member

No. Nama Jenis, atau Tipe

Barang/Jasa yang Diperdagangkan

Merek Volume Penjualan

Nilai Penjualan

(Rp) Lokal Asing

Jumlah (orang)

Komisi/Bonus (Rp)

Keterangan/ Permasalahan

Tempat, Tanggal Nama dan Tanda Tangan

Direktur Utama/Penanggungjawab

(.......................................................) Lampiran: 1. Neraca Tahun Laporan Perusahaan yang menggambarkan: a. Modal Dasar, Modal Ditempatkan, Modal Disetor; b. Banyaknya Saham dan Nilai Nominal Saham; c. Prosentase Kepemilikan Saham antara Nasional dan Asing; d. Total Investasi dan Rincian Penggunaannya; 2. Daftar dan Alamat Kantor Cabang. 3. Daftar dan Alamat Stokis.

23 www.bphn.go.id

Lampiran IV Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

24 www.bphn.go.id

Lampiran V Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

SURAT KETERANGAN PENGAKHIRAN KEGIATAN USAHA NOMOR :000000

Sesuai dengan surat dari PT……… Nomor ……….. tanggal………….., perihal..................., menerangkan bahwa PT……… telah menghentikan kegiatan usahanya dengan sistem penjualan langsung dan telah mengembalikan asli SIUPL Nomor. .............tanggal .............

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka seluruh tanggungjawab dan

kewajiban perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan usaha dengan sistem penjualan langsung dengan pihak-pihak terkait tetap menjadi tanggungjawab dan kewajiban oleh perusahaan yang bersangkutan.

Demikian, surat keterangan ini dibuat untuk diketahui.

Jakarta,

DIREKTUR BINA USAHA DAN

PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Tembusan: 1. Dirjen PDN (sebagai laporan); 2. Kepala Dinas Provinsi......; 3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota......

24www.bphn.go.id

Lampiran VI Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

Nomor : /PDN-2/…../……. Jakarta, Lampiran : Perihal : Peringatan ke….Tentang

Ketentuan Pelaksanaan Kegiatan Usaha Penjualan Langsung

Kepada Yth. ……………………………………….. ……………………………………….. di …………………………….

Sesuai dengan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) Nomor ……….…………. tanggal ……… atas nama PT. ………………….., dan setelah diadakan penelitian dan pemeriksaan, bahwa perusahaan Saudara ternyata tidak memenuhi/melanggar ketentuan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor ../M-DAG/PER/./2008, sebagai berikut:

1. ………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………… 4. …………………………………………………………………………

Berdasarkan hal-hal di atas, kami minta Saudara dalam

waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak dikeluarkan surat ini harus memenuhi ketentuan kegiatan usaha penjualan langsung yang berlaku dan melaporkannya kepada kami pada kesempatan pertama.

Sekian, untuk menjadi perhatian Saudara.

DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Tembusan : 1. Dirjen PDN (sebagai laporan) 2. Kepala Dinas Provinsi ………; 3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota

25www.bphn.go.id

Lampiran VII Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

NOMOR : 00000000000000000000 TENTANG

PEMBERHENTIAN SEMENTARA SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG

DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Menimbang : a. bahwa sesuai hasil penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha penjualan langsung sebagaimana tercantum dalam Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) Nomor ……………… tanggal ……………… atas nama PT…………….. beralamat di ……………….., ternyata tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga SIUPL yang bersangkutan perlu diberhentikan sementara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan;

Mengingat : Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor..../M-

DAG/PER/.../2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan Langsung;

Memperhatikan : 1. Surat Peringatan Tertulis Ke 3;

2. ………………….....................;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA : Memberhentikan sementara SIUPL Nomor ……… tanggal ……atas nama

PT. ………

KEDUA : Pemberhentian sementara SIUPL sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA paling lama 1(satu) bulan terhitung sejak tanggal Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ini, dan perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

KETIGA : Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

DIREKTUR BINA USAHA DAN

PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Salinan Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ini disampaikan kepada: 1. Dirjen PDN; 2. Kepala Dinas Provinsi....; 3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota....

26www.bphn.go.id

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 32/M-DAG/PER/8/2008

Tanggal : 21 Agustus 2008

DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

KEPUTUSAN DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN

NOMOR : 00000000000000000000 TENTANG

PENCABUTAN SURAT IZIN USAHA PENJUALAN LANGSUNG

DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha penjualan langsung sebagaimana tercantum dalam Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) Nomor ... tanggal … atas nama PT……… beralamat di …….., ternyata belum memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan Nomor……tentang Pemberhentian Sementara Surat Izin Usaha Penjualan Langsung;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan;

Mengingat : Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor …...../M-

DAG/PER/… /….. tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung;

Memperhatikan : 1. Surat Peringatan Tertulis Ke 3 (tiga);

2. Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan Nomor .... tentang Pemberhentian Sementara Surat Izin Usaha Pendaftaran Perusahaan;

3. ......................................................................................;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA : Mencabut SIUPL Nomor … tanggal …… atas nama ……, beralamat di .... KEDUA : Dengan dicabutnya SIUPL sebagaimana dimaksud dalam Diktum

PERTAMA, perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan kegiatan usaha dengan sistem penjualan langsung.

KETIGA : Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

DIREKTUR BINA USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN,

Salinan Keputusan Direktur Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan ini disampaikan kepada: 1. Dirjen PDN; 2. Kepala Dinas Provinsi....; 3. Kepala Dinas Kabupaten/Kota.....

27www.bphn.go.id

MANUAL KEBIJAKAN

Adalah penting bahwa Anda membaca Kode Etik (“Kode”) Oriflame

dan Aturan Perilaku (“Aturan”) di bawah ini, karena Kode dan Aturan

dimaksud merupakan bagian integral dari persyaratan Formulir

Aplikasi Consultant. Consultant Oriflame harus mematuhi Kode dan

Aturan dimaksud serta segala perubahan atas Kode dan Aturan

tersebut yang telah dipublikasikan dalam Newsletter atau yang

dikomunikasikan kepada Consultant Oriflame dimaksud. Oriflame

berhak untuk mengakhiri setiap saat, dan dengan segera berlaku,

keanggotaan dari seseorang Consultant Oriflame yang telah

memberikan informasi yang palsu pada Formulir Aplikasi Consultant

tersebut atau yang melanggar Kode atau Aturan dimaksud. Consultant

Oriflame yang diakhiri akan kehilangan semua hak dan hak istimewa

yang menyertai keanggotaan tersebut, termasuk jaringan mereka

sejak tanggal pengakhiran keanggotaan yang diberitahukan oleh

Oriflame. Kode dan Aturan tersebut tersedia untuk perlindungan Anda,

untuk menjamin bahwa semua sesama Consultant Oriflame

mempertahankan standar tinggi yang sama. Sejalan dengan standar-

standar etik Oriflame, maka Consultant Oriflame diharapkan untuk dan

wajib mematuhi segala dan semua persyaratan hukum negara

tersebut tempat mereka menjalankan bisnis Oriflame mereka,

sekalipun kewajiban tertentu tidak dinyatakan kembali dalam Kode

atau Aturan tersebut.

I. KODE ETIK ORIFLAME

Sebagai seorang Consultant Oriflame, maka saya sepakat untuk

melakukan bisnis Oriflame saya sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1.1. Saya akan menjunjung tinggi serta mematuhi dan mengikuti

seluruh Aturan yang ditetapkan dalam Manual Kebijakan Oriflame yang

resmi ini serta literatur Oriflame lainnya.

1.2. Pedoman saya untuk melaksanakan bisnis dengan orang lain

yang saya temui dalam kapasitas saya sebagai seorang Consultant

Oriflame adalah memperlakukan mereka seadil-adilnya sebagaimana

yang saya inginkan diri saya diperlakukan.

1.3. Saya akan mempresentasikan produk-produk Oriflame,

kesempatan untuk memperolah pendapatan dari Oriflame, pelatihan

yang berkaitan serta kesempatan dan manfaat lain yang ditawarkan

oleh Oriflame kepada pelanggan dan Consultant saya dengan cara

yang jujur dan benar. Baik secara lisan maupun tertulis, saya hanya

akan membuat klaim yang berkaitan dengan produk, pendapatan serta

kesempatan dimaksud yang disebutkan dalam literatur resmi Oriflame.

1.4. Saya akan berlaku sopan dan cepat dalam melayani dan

menerima pesanan dari pelanggan saya, dan juga dalam menangani

keluhan. Saya akan mengikuti dan mematuhi prosedur yang

ditetapkan dalam literatur resmi Oriflame untuk penggantian produk.

1.5. Saya akan menerima dan melanjutkan berbagai tanggung jawab

yang diuraikan tentang seorang Consultant Oriflame (dan tanggung

jawab seorang Sponsor dan Director (dan level yang lebih tinggi

diatasnya) bila saya melanjutkan ke berbagai level tanggung jawab

dimaksud) sebagaimana yang ditetapkan dalam literatur resmi

Oriflame.

1.6. Saya akan membimbing diri saya sedemikian rupa untuk hanya

merefleksikan standar tertinggi dari integritas, kejujuran dan tanggung

jawab.

1.7. Saya tidak boleh dalam keadaan apapun menggunakan jaringan

Oriflame untuk memasarkan produk-produk lain selain produk-produk

yang disetujui oleh Oriflame. Saya wajib menghormati metode

distribusi langsung kepada konsumen dan karena itu saya tidak boleh

menjual melalui outlet ritel manapun dengan cara apapun.

1.8. Saya akan menghormati hukum dan peraturan perundang-

undangan negara di mana saya melaksanakan bisnis Oriflame saya

dan negara tuan rumah saya jika saya membangun suatu grup

internasional.

II. ATURAN PERILAKU

1. DEFINISI

A. “Consultant Oriflame” wajib untuk keperluan dokumen ini

meliputi semua Consultant penjualan Oriflame dengan tidak

memandang jabatan dan level (termasuk Manager Grup, Director dan

level yang lebih tinggi diatasnya).

B. “Home Page Pribadi” wajib merujuk pada suatu website yang

ditunjuk, diterbitkan dan dilindungi oleh Oriflame untuk kepentingan

seorang Consultant Oriflame.

C. “Oriflame” dalam dokumen ini merujuk pada perseroan terbatas

yang mengelola Oriflame setempat dimana Anda mengajukan Formulir

Aplikasi Consultant, kecuali apabila dinyatakan lain.

D. “Garis Kesponsoran” wajib meliputi Consultant Oriflame,

Sponsornya, dan seterusnya, dengan garis tersebut berakhir pada

Oriflame.

E. “Grup Pribadi” merujuk pada semua Consultant Oriflame yang

disponsori secara langsung maupun tidak langsung oleh seorang

Consultant Oriflame, tetapi tidak mencakup secara langsung 21%

Consultant Oriflame atau downline mereka.

F. “Grup” merujuk pada keseluruhan downline, termasuk 21%

Consultant Oriflame dan downline mereka.

G. “Literatur Oriflame” berarti Success Plan – Leaders Edition

(yang mengandung Manual Kebijakan), Katalog Produk dan informasi

lain yang dicetak atau dipublikasikan pada website resmi Oriflame.

H. “Sponsor” berarti orang yang memperkenalkan seorang yang

baru kepada Consultant Oriflame.

Kata-kata yang dimulai dengan huruf besar tetapi tidak didefinisikan di

dalam Kode dan Aturan ini memiliki arti yang sama sebagaimana

dalam bagian-bagian sebelumnya dari Success Plan – Leaders Edition.

2. KEANGGOTAAN

2.1 Untuk menjadi seorang Consultant Oriflame, seorang calon

Consultant Oriflame wajib, sebagai aturan umum, disponsori oleh

seorang Consultant Oriflame yang sudah ada. Dalam keadaan tertentu,

Oriflame dapat menugaskan seorang calon ke suatu jaringan.

2.2. Seseorang hanya dapat memiliki satu keanggotaan Oriflame,

baik langsung maupun tidak langsung. Keanggotaan tidak langsung

adalah keanggotaan melalui, misalnya pemilikan saham dalam suatu

perusahaan yang terdaftar sebagai Consultant Oriflame.

2.3 Calon Consultant Oriflame diberikan waktu paling lama 10

(sepuluh) hari kalender untuk memutuskan menjadi Consultant

Oriflame. Apabila calon Consultant Oriflame membatalkan

pendaftarannya, maka calon Consultant Oriflame wajib

mengembalikan setiap alat bantu penjualan (starter kit) dan seluruh

dokumen dan peralatan lainnya yang telah diberikan oleh Oriflame

dalam keadaan seperti semula.

2.4 Oriflame secara sepihak berhak untuk menolak suatu

permohonan pendaftaran atau permohonan pendaftaran kembali.

2.5 Seorang pemohon atau calon Consultant Oriflame harus telah

mencapai batas usia dewasa sesuai dengan ketentuan hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di negaranya untuk

dapat menjadi Consultant Oriflame. Oriflame dapat atas

kebijaksanaannya sendiri menyetujui permohonan pendaftaran dari

pemohon atau calon Consultant Oriflame yang belum mencapai batas

usia dewasa, dengan ketentuan bahwa terdapat persetujuan tertulis

dan persyaratan lainnya sebagaimana ditentukan oleh Oriflame dari

wali pemohon atau calon Consultant Oriflame yang sah.

2.6 Seorang pemohon harus berumur minimal 18 tahun dan memiliki

Kartu Tanda Penduduk.

2.7 Seorang pemohon harus mendaftar dengan menggunakan dan

melampirkan Kartu Tanda Penduduk dan bukan pegawai atau keluarga

langsung (Ayah/Ibu, saudara kandung dan anak) dari pegawai

Oriflame untuk dapat menjadi seorang Consultant Oriflame.

2.8 Keanggotaan hanya dapat diberikan kepada orang atau kepada

suatu perseroan terbatas atau kemitraan di mana para pihak adalah

suami-isteri atau orang tua dan anak, dalam atau melalui pengalihan

proses bisnis yang disetujui oleh Oriflame. Suatu entitas badan hukum

harus memberikan nama orang yang diberi kewenangan khusus

tersebut untuk bertindak untuk dan atas nama badan hukum tersebut

untuk melakukan segala tindakan yang berhubungan dengan kegiatan,

kewajiban dan tanggung jawab sebagai Consultant Oriflame berikut

dokumen-dokumen yang terkait dengan pemberian kewenangan

tersebut, yang secara jelas harus menyebutkan ruang lingkup, batasan

kewenangannya serta tanggung jawabnya. Para mitra saling

bertanggung jawab atas kegiatan dan kewajibannya sebagai

Consultant Oriflame dan Oriflame dapat mengklaim kembali semua

hak dari salah satu atau kedua-duanya, dalam hal tidak terjadi

pembayaran atas keanggotaan dan pelaksanaan atas kewajiban dan

tanggung jawab lainnya.

2.9 Seorang Consultant Oriflame tidak boleh mensyaratkan

Consultant Oriflame lainnya atau calon Consultant Oriflame untuk

menanggung secara tidak wajar biaya pelatihan yang tinggi dan biaya

lain untuk bahan promosi. Sesuatu biaya yang ditagihkan dari seorang

Consultant Oriflame wajib berkaitan langsung dengan nilai bahan,

produk atau jasa yang diberikan sebagai imbalannya.

2.10 Oriflame mengamati aturan perundang-undangan negara

setempat yang berlaku di mana ia beroperasi yang menyangkut jangka

waktu di mana seorang Consultant Oriflame dapat mengundurkan diri

dari keanggotaannya dan menerima kembali dari Oriflame, suatu dan

semua uang yang dibayarkan sebagai syarat untuk keanggotaan

tersebut serta suatu bahan dan produk starter (“Cooling-Off

Period”).

2.11 Consultant Oriflame dapat mengundurkan diri dari keanggotaan

mereka setiap saat setelah berakhirnya Colling-Off Period dengan

memberikan suatu pemberitahuan tertulis kepada Oriflame dalam

jangka waktu [10 (sepuluh) hari] sebelum berakhirnya Colling-Off

Period. Dalam hal-hal Consultant Oriflame mengundurkan diri, maka

Oriflame tidak berkewajiban untuk mengadakan pengembalian yang

disebutkan dalam bagian 2.8 di atas.

2.12 Keanggotaan seorang Consultant Oriflame mulai berlaku pada

saat Oriflame menerima Keanggotaan seorang Consultant yang

berlaku untuk periode selama 12 Bulan sejak tanggal penerimaan

Keanggotaan oleh Oriflame.

2.13 Keanggotaan tersebut dapat diperpanjang setiap tahunnya atas

persetujuan dari Oriflame. Biaya perpanjangan dan pendaftaran ulang

atas keanggotaan akan dimasukkan ke dalam invoice pertama

Consultang Oriflame setelah keanggotaan lama diperbaharui dan

diperpanjang.

2.14 Dalam hal Consultant Oriflame adalah perorangan, apabila isteri

atau suami seorang Consultant Oriflame tersebut ingin menjadi

Consultant Oriflame, maka kedua-duanya harus disponsori secara

bersama-sama di bawah keanggotaan yang sama (dalam bentuk suatu

perseroan terbatas atau kemitraan) atau jika secara terpisah di bawah

isteri atau suami yang pertama menjadi Consultant Oriflame. Jika isteri

atau suami tersebut bergabung di bawah suatu keanggotaan yang

terpisah, maka suatu pemberian uang yang diterima oleh isteri atau

suami tersebut akan dipotong dari pemberian uang yang lebih tinggi

yang diterima oleh isteri atau suami yang pertama bergabung

tersebut, jika pemberian uang dimaksud merupakan hasil pengakhiran

keanggotaan dari isteri atau suami yang bergabung kemudian untuk

sesuatu sebab.

2.15 Mantan Consultant Oriflame (atau isteri atau suami mantan

Consultant Oriflame) dapat mengajukan permohonan untuk

keanggotaan yang baru dengan memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a) Paling sedikit 12 (dua belas) bulan telah berlalu sejak

keanggotaan sebelumnya telah diakhiri dengan pengunduran

diri (kecuali apabila disetujui lain dengan Oriflame).

b) Permohonan baru tersebut harus menetapkan bahwa

permohonan tersebut dibuat menurut Kode dan Aturan ini.

c) Seorang mantan Consultant Oriflame dapat segera

mengajukan permohonan untuk menjadi seorang Consultant

Oriflame kembali, tanpa menyebutkan bahwa ia adalah seorang

mantan Consultant Oriflame, jika ia paling sedikit tidak aktif

dalam 12 (dua belas) bulan setelah pengakhiran keanggotaan

tersebut, apabila pengakhiran tersebut disebabkan karena

kegagalan untuk memperpanjang keanggotaan tersebut.

2.16 Oriflame berhak untuk menangguhkan keanggotaan seorang

Consultant Oriflame selama hingga 12 (dua belas) bulan yang segera

berlaku, sambil menunggu investigasi terhadap pelanggaran Kode dan

Aturan.

2.17 Keanggotaan Consultant Oriflame akan berakhir secara otomatis

apabila ia tidak melakukan order BP1 terhitung 12 bulan sejak order BP

terakhir yang dilakukannya, selama masa keanggotaannya berlaku.

2.18 Oriflame juga berhak mencabut keanggotaan Consultant setiap

waktu seperti yang diatur pada Pemberhentian Keanggotaan dalam

Kode dan Aturan ini.

3. MEMPERTAHANKAN GARIS KESPONSORAN

3.1 Consultant Oriflame tidak diperbolehkan untuk melakukan

pendaftaran kembali di bawah garis kesponsoran yang lain. Jika

mereka melakukan demikian, maka mereka akan kehilangan

keseluruhan jaringan untuk Sponsor semula mereka. Mereka hanya

diperbolehkan untuk mengadakan pendaftaran ulang setelah

pengakhiran keanggotaan, sebagaimana diatur pada butir 2.13.

3.2 Pengalihan keanggotaan dari satu Sponsor ke Sponsor lainnya

hanya dimungkinkan dalam hal-hal khusus atas kebijaksanaan sepihak

Oriflame.

3.3 Pengalihan Grup Pribadi tidak diperbolehkan.

1 BP adalah Produk yang mempunyai nilai Business Point .

3.4 Consultant Oriflame yang ingin mengalihkan keanggotaannya

dapat diperbolehkan untuk melakukan pengalihan demikian, tetapi

hanya untuk keluarga terdekat mereka (atas persetujuan terlebih

dahulu dari Oriflame). Sebuah surat yang meminta pengalihan dan

persetujuan dimaksud harus dikirim ke Oriflame. Consultant Oriflame

yang telah mengalihkan keanggotaan mereka menurut aturan ini dapat

mengajukan permohonan lagi untuk keanggotaan dalam jangka waktu

paling sedikit enam bulan sejak Keanggotaan terakhir mereka

dialihkan.

3.5 Dalam hal meninggalnya seorang Consultant Oriflame, maka

Keanggotaan akan diakhiri dalam kurun waktu paling lama tiga bulan

setelah hari meninggalnya, dengan ketentuan bahwa tidak ada

permohonan untuk pengalihan Keanggotaan yang dilakukan oleh

keluarga terdekat. Dalam hal pengakhiran, maka semua pembayaran

yang tertunda kepada almarhum Consultant Oriflame akan dilakukan

kepada ahli waris yang diberi kewenangan dari Consultant Oriflame

tersebut. Oriflame berhak untuk meminta dokumen yang diperlukan

untuk membuktikan otorisasi ahli waris tersebut sebagai syarat untuk

pembayaran tersebut.

4. TANGGUNG JAWAB SEORANG CONSULTANT

4.1 Consultant Oriflame tidak boleh menggunakan jaringan Oriflame

untuk memasarkan produk-produk atau skema yang tidak secara

resmi disetujui oleh Oriflame.

4.2 Consultant tidak boleh dalam cara apapun merepresentasikan

secara salah (misrepresentation) mutu, kinerja atau ketersediaan

segala produk Oriflame. Mereka tidak dapat membuat klaim apapun

atas produk selain dari yang ada pada label produk atau dalam

Literatur resmi Oriflame. Consultant Oriflame harus mengganti

kerugian dan bertanggung jawab kepada Oriflame atas segala biaya

atau kerugian yang timbul dari pihak ketiga karena kesalahan

presentasi tersebut.

4.3 Consultant Oriflame tidak boleh mencuri seorang pemohon dari

Consultant Oriflame lainnya, atau mencampuri urusan dengan

mendapatkan Consultant Oriflame di garis kesponsoran tersebut

Consultant Oriflame lainnya.

4.4 Consultant Oriflame tidak memiliki hubungan pekerjaan dalam

bentuk apapun dengan Oriflame. Ketika mempresentasikan

Kesempatan Bisnis Oriflame kepada orang lain, Consultant Oriflame

harus dengan jelas menyatakan sifat independen bisnis ini serta

kenyataan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan dengan Oriflame.

4.5 Consultant Oriflame tidak memiliki kewenangan untuk mengikat

atau mengambil tanggung jawab atas nama Oriflame. Mereka harus

mengganti kerugian kepada Oriflame sehubungan dengan adanya

biaya atau kerusakan yang timbul dari suatu ketidakpatuhan pada

Kode dan Aturan ini.

4.6 Oriflame tidak mengenakan persyaratan untuk pembelian

minimum, baik dalam jumlah maupun nilai, atas para Consultantnya.

Sama halnya, seorang Consultant Oriflame tidak boleh mendorong

atau memaksa orang-orang yang disponsorinya untuk memesan

melaluinya, memesan suatu jumlah minimum atau menyimpan stok

produk. Semua Consultant Oriflame dapat memesan suatu jumlah

secara langsung dari Oriflame, namun biaya penyimpanan dan kurir

dapat berlaku bergantung pada jumlahnya. Masing-masing Consultant

Oriflame berdasarkan penilaian masing-masing dapat menentukan

apakah ia harus menyimpan suatu stok atau tidak.

4.7 Seorang Consultant Oriflame tidak boleh menempatkan pesanan

atas nama Consultant Oriflame yang lain, tanpa persetujuan tertulis

terlebih dahulu dari Consultant Oriflame tersebut.

4.8 Consultant Oriflame wajib mematuhi semua undang-undang,

peraturan dan kode praktik yang berlaku bagi pengoperasian

keanggotaan mereka, termasuk dengan peraturan perundang-

undangan di bidang pajak mengenai registrasi dan pengarsipan pajak.

Consultant Oriflame tidak boleh melibatkan diri dalam sesuatu

kegiatan yang dapat membawa mereka atau Oriflame ke dalam hal-hal

yang tidak terhormat.

4.9 Sejak permulaan kontrak dengan seorang konsumen, Consultant

Oriflame harus mengidentifikasi dirinya dan menjelaskan tentang

tujuan pendekatannya kepada seorang pelanggan atau tujuan dari

kesempatan tersebut. Consultant Oriflame wajib menjamin

transparansi yang penuh tentang identitas mereka sebagai Consultant

Oriflame dalam suatu komunikasi yang berkaitan, baik melalui email,

website, halaman media sosial, dan media lainnya. Nama yang jelas

dan informasi kontak serta informasi bahwa pengirim bukanlah

seorang wakil pejabat Oriflame harus diberikan. Kata “Independent”

wajib selalu ditambahkan sebelum “Consultant Oriflame” pada suatu

representasi identitas, seperti misalnya tanda tangan email, kartu

nama, informasi di dalam website, halaman media sosial dan media

lain sejenisnya.

4.10 Informasi yang diberikan oleh Consultant Oriflame kepada

konsumen wajib diberikan dengan cara yang jelas dan menyeluruh

dengan pandangan yang memadai tentang prinsip-prinsip itikad baik

dalam transaksi komersial dan prinsip-prinsip yang mengatur tentang

perlindungan terhadap mereka yang tidak dapat, sesuai dengan

perundangan nasional, untuk memberikan persetujuan mereka, seperti

misalnya anak yang belum mencapai usia dewasa.

4.11 Consultant Oriflame tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan

masing-masing konsumen dan wajib menghormati kurangnya

pengalaman komersial konsumen dan tidak boleh mengeksploitasi

usia, penyakit, kelemahan fisik dan mental, mudah percaya, kurang

pemahaman dan/atau kurangnya pengetahuan kebahasaan konsumen.

4.12 Consultant Oriflame memberikan informasi yang benar dan

lengkap mengenai kondisi dan jaminan atas barang Oriflame,

termasuk penjelasan tentang penggunaan, perbaikan, dan

pemeliharaannya. Harga barang harus dinyatakan dalam mata uang

Rupiah, sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh Oriflame.

4.13 Bila seorang pelanggan meminta jaminan kepuasan untuk

dihormati, maka Consultant wajib, jika dalam kurun waktu

pengembalian yang berlaku setempat, menawarkan kepada pelanggan

tersebut pilihan akan suatu penggantian dana secara penuh atas harga

pembelian atau kredit penuh untuk penukaran dengan produk yang

sama atau produk Oriflame yang lainnya.

4.14 Consultant Oriflame wajib menghentikan suatu demonstrasi atau

presentasi penjualan atas permintaan pelanggan dan mengambil

langkah-langkah yang tepat untuk menjamin perlindungan atas

informasi pribadi yang diberikan oleh konsumen aktual atau calon

konsumen. Consultant Oriflame akan melakukan kontak pribadi,

melalui telepon atau media elektronik dengan cara yang wajar dan

selama jam-jam yang wajar untuk menghindari gangguan.

4.15 Dalam membangun grup pribadi, Consultant Oriflame harus

memastikan bahwa seluruh Consultant Oriflame baru akan mematuhi

semua ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang berlaku bagi

Consultant Oriflame.

4.16 Dalam membangun Grup Pribadi mereka, maka Consultant

Oriflame wajib menjamin bahwa semua Consultant Oriflame yang baru

akan mematuhi persyaratan kredit, apabila pengajuan kredit tersebut

disetujui dan dapat digunakan.

4.17 Untuk menjadi seorang Sponsor, maka Consultant Oriflame

wajib menjamin bahwa ia melatih dan memotivasikan Consultant

Oriflame yang disponsorinya secara pribadi.

4.18 Seorang Consultant Oriflame tidak boleh terlibat dalam

wawancara yang memandang atau merujuk pada Oriflame dalam

suatu media, baik televisi, internet, radio, majalah, dan media sejenis

lainnya, maupun menggunakan suatu media periklanan (termasuk

periklanan viral melalui SMS, internet, dan media sejenis lainnya)

untuk kepentingan pemasaran bisnis Oriflame tanpa persetujuan

tertulis terlebih dahulu dari Oriflame.

4.19 Consultant Oriflame tidak boleh terlibat dalam dialog media

sosial yang salah menyajikan atau memberikan informasi yang tidak

tepat atau menyesatkan tentang Oriflame, produk atau jasanya atau

pada umumnya dapat mengakibatkan kerugian reputasi Oriflame,

sebagaimana diatur dalam Dialog Media Sosial– 10 Aturan Emas dalam

bagian Lampiran II di bawah ini

5. ATURAN DAN KEBIJAKAN LAIN

5.1 Tidak ada wilayah eksklusif atau waralaba yang tersedia

menurut kebijakan Oriflame. Tidak ada Consultant Oriflame yang

memiliki kewenangan untuk memberikan, menjual, memindahkan atau

mengalihkan wilayah atau waralaba dimaksud. Semua Consultant

Oriflame bebas untuk melaksanakan bisnisnya di wilayah manapun di

negara registrasi.

5.2 Consultant Oriflame harus menghormati bahwa Oriflame

beroperasi di pasar-pasar tertentu, dan tidak di semua negara di

seluruh dunia, dengan ketat mematuhi kewajiban-kewajibannya

tentang keselamatan produk, registrasi produk, impor dan aturan

lainnya yang dapat berlaku bagi perdagangan di negara-negara

tersebut. Oriflame tidak bertanggung jawab atas suatu kerusakan,

perselisihan atau klaim yang timbul dari dan/atau berkaitan dengan

perdagangan antar batas yang dilakukan oleh Consultant Oriflame ke

negara-negara di luar pasar tempat ia beroperasi. Dengan demikian,

maka Oriflame akan mengharuskan Consultant Oriflame tersebut

bertanggung jawab secara penuh atas klaim-klaim dimaksud.

5.3 Seorang Consultant Oriflame independen terhadap Oriflame.

Satu-satunya jabatan yang dapat digunakan pada kartu nama, bahan

cetakan lainnya atau komunikasi email adalah “ Independent

(Beauty) Consultant” atau “ Oriflame Independent (Beauty)

Consultant ” dan bila berkualifikasi “Independent Beauty

Manager” dan “Independent Beauty Director”.

5.4 Bahan promosi, Home Page Pribadi Consultant Oriflame dan

sesuatu aplikasi media sosial, misalnya pada Facebook, yang diberikan

oleh Oriflame dapat digunakan sebagaimana yang ditetapkan tanpa

persetujuan selanjutnya. Harus dipahami bahwa Consultant Oriflame

tidak dapat mendaftar atau melindungi suatu website atau homepage

dengan nama domain yang menggunakan kata “Oriflame”. Consultant

Oriflame dapat mengarahkan lalu lintas ke websites, blogs walls dan

media sejenisnya yang dimiliki oleh Oriflame. Oriflame berhak untuk

melakukan persetujuan sebelumnya atas bahan tersebut yang akan

dipublikasikan. Kebijakan untuk kehadiran online Consultant Oriflame

selanjutnya diuraikan dalam Kebijakan Website Consultant di bawah

ini.

5.5 Merek dagang, logo dan nama Oriflame merupakan properti

Oriflame Cosmetics S.A. dan tidak boleh digunakan oleh Consultant

Oriflame, baik pada bahan cetakan atau dipublikasikan di Internet,

tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Oriflame. Jika

persetujuan dimaksud diperoleh, maka merek dagang dan logo harus

digunakan secara tepat sebagaimana yang dinyatakan dalam pedoman

Oriflame.

5.6 Tidak ada Consultant Oriflame yang dapat memproduksi atau

mengadakan dari suatu sumber selain Oriflame suatu barang di atas

mana merek dagang atau logo dicetak atau diperlihatkan, kecuali

kalau disetujui oleh Oriflame secara tertulis.

5.7 Semua bahan cetakan, video, foto, dan desain Oriflame

dilindungi oleh hak cipta dan tidak boleh direproduksi secara

keseluruhan atau sebagian oleh siapapun, baik dalam bentuk bahan

cetakan atau dipublikasikan di internet, tanpa persetujuan tertulis

terlebih dahulu dari Oriflame. Bila bahan yang dilindungi dengan hak

cipta secara sah digunakan, maka hal tersebut adalah wajib bahwa

referensi pada hak cipta Oriflame dibuat dengan cara yang dapat

dilihat dan tidak meragukan.

5.8 Tidak ada Consultant Oriflame yang wajib menjual kepada,

menjual dalam, mendemonstrasikan, atau menayangkan produk-

produk Oriflame pada suatu outlet ritel manapun, web shop, panggung

lelang, seperti misalnya Ebay atau sejenisnya. Tidak ada literatur

Oriflame yang dapat dijual atau ditayangkan di outlet ritel dimaksud.

Tempat-tempat yang secara teknis bukan outlet ritel, seperti misalnya

salon kecantikan, dapat digunakan sebagai tempat untuk

menayangkan, tetapi tidak untuk menjual produk-produk tersebut.

5.9 Isi website Oriflame, termasuk namun tidak terbatas pada

naskah, grafik, foto, desain dan pemrograman juga dilindungi dengan

hak cipta dan tidak boleh digunakan untuk suatu penggunaan

komersial tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Oriflame.

5.10 Spamming (penyalahgunaan sistem pemberitaan elektronik

untuk secara membabi buta mengirim berita yang tidak terarah)

sangat ketat dilarang. Seorang Consultant Oriflame wajib membatasi

jumlah email promosi yang dikirim kepada konsumen akhir sehingga

seseorang penerima tidak menerima lebih dari satu berita per minggu.

Berita-berita ini tidak dapat dikirim atas nama Oriflame dan karena itu

tanggung jawab penuh atas isi berita tersebut berada pada pengirim.

5.11 Dalam keadaan apapun tak seorang pun yang dapat diberi

kewenangan untuk mengepak atau dengan cara lain setelah

pengepakan tersebut atau memberi label pada produk-produk

tersebut. Produk-produk Oriflame harus dijual hanya dalam

pengepakan aslinya saja.

5.12 Produk-produk Oriflame tersebut tidak menyebabkan kerusakan

atau kecederaan jika digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan dan

sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Oriflame dilengkapi dengan

asuransi tanggungan produk pada produk-produknya. Asuransi

tersebut menutupi kecederaan atau kerusakan di mana suatu produk

yang cacat terlibat, tetapi tidak menutupi aplikasi yang ceroboh atau

lalai atau penggunaan yang tidak tepat atas suatu produk.

5.13 Oriflame berhak untuk memotong, setiap saat, segala invoice

yang sudah jatuh tempo dari Performance Discount atau Bonus yang

harus dibayarkan oleh Oriflame kepada Consultant Oriflame tersebut.

5.14 Oriflame berhak untuk merubah harga dan jangkauannya tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu. Oriflame tidak akan memberikan

Performance Discount atau Bonus atau kompensasi lainnya untuk

suatu kerugian yang diderita oleh Consultant Oriflame karena

perubahan harga, perubahan jangkauan atau produk-produk di luar

stok.

5.15 Dalam hal terjadi pengakhiran hubungan seorang Consultant

dengan Oriflame, maka Oriflame sepakat untuk membeli kembali

produk dari Consultant tersebut. Semua persyaratan di bawah ini

harus dipenuhi oleh Consultant Oriflame kepada Oriflame untuk

memberikan pengembalian dana:

- pengembalian harus dilakukan dalam kurun waktu 12 bulan sejak

tanggal pembelian;

- akan dikembalikan dana sebesar 90% dari harga bersih asli yang

dibayarkan setelah pemotongan suatu Performance Discount atau

Bonus kepada jaringan; dan

- barang-barang yang dikembalikan harus dalam keadaan dapat

segera dipasarkan oleh inventaris Oriflame termasuk bahan-bahan

yang diproduksi oleh Oriflame untuk promosi, bantuan penjualan atau

alat bantu.

Untuk tujuan klausula ini, maka inventaris Oriflame yang dapat

dipasarkan saat ini berarti suatu produk yang:

- belum digunakan, dibuka atau dirusak dengan cara apapun;

- belum melewati tanggal kadaluwarsa; dan

- masih dipasarkan oleh Oriflame dalam katalognya.

5.16 Jika seorang Consultant Oriflame dengan sesuatu cara apapun

terlibat, secara hukum atau lainnya, dalam suatu perselisihan atau

kegiatan yang dapat mencakup atau secara negatif mempengaruhi

Oriflame atau nama baiknya, maka Consultant Oriflame dimaksud

harus segera menginformasikan kepada Oriflame.

5.17 Oriflame berhak untuk memperluas atau merevisi Success Plan

Oriflame tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dimana kriteria

kualifikasi, atau Kode dan Aturan dapat diberlakukan dengan segera.

5.18 Setiap Consultant diwajibkan untuk memiliki dan

memberitahukan rekening bank milik Consultant Oriflame kepada

Orfilame guna memudahkan pentransferan Bonus. Oriflame tidak

melayani klaim Bonus Consultant apabila klaim tersebut telah melebihi

waktu 12 bulan sejak dikeluarkannya Bonus tersebut

6. HAK DAN KEWAJIBAN DIRECTOR DAN LEVEL YANG

LEBIH TINGGI

Selain aturan umum di atas yang berlaku bagi semua Consultant

Oriflame, aturan-aturan di bawah ini berlaku secara spesifik bagi

Director dan level yang lebih tinggi diatasnya. Pelanggaran atas suatu

aturan khusus ini akan mengakibatkan hilangnya status Director (dan

level yang lebih tinggi diatasnya) dan suatu hak istimewa yang

mendasari hak istimewa tersebut, termasuk remunerasi terkait, dan

bahkan dapat mengakibatkan berakhirnya keanggotaan.

6.1 Sebagai seorang Director (dan level yang lebih tinggi diatasnya)

Anda harus melayani Consultant Grup Pribadi Anda selama suatu

Periode Katalog dengan:

a) Merekrut dan terus-menerus mengembangkan Grup Pribadi

Anda.

b) Membantu, membimbing dan memotivasi anggota Grup

Pribadi.

c) Melaksanakan rapat berkala untuk melatih, memotivasi,

menetapkan tujuan dan tindak lanjut.

d) Melatih downline Consultant Oriflame Anda untuk secara

terbaik melaksanakan bisnis Oriflame mereka.

e) Memelihara komunikasi sesering kali, menginformasikan

tentang tanggal, tempat rapat, berita produk, sesi pelatihan, dan

informasi terkait lainnya.

f) Berpartisipasi dalam semua seminar dan rapat yang

diorganisir oleh Oriflame.

g) Memberlakukan Kode dan Aturan dan memimpin dengan

memberi contoh.

h) Menghadiri rapat-rapat bisnis dengan Oriflame yang mana

Anda dipanggil untuk menghadirinya oleh Area Sales Manager

Anda.

6.2 Seorang Director (dan level yang lebih tinggi diatasnya) tidak

dapat mewakili suatu perusahaan penjualan langsung lainnya

(dan/atau seorang anggota dari perusahaan tersebut)..

6.3 Jika isteri atau suami seorang Director (dan level yang lebih

tinggi diatasnya) merupakan seorang wakil dan/atau seorang anggota

suatu perusahaan penjualan langsung, maka isteri atau suami tersebut

tidak diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam suatu rapat atau event

Oriflame, dan kegiatan isteri atau suami tersebut harus terpisah dari

Oriflame. Director (dan level yang lebih tinggi diatasnya) harus

menginformasikan Oriflame jika isteri atau suami tersebut adalah wakil

dan/atau anggota perusahaan penjualan langsung lainnya.

6.4 Dalam hal seorang Director (dan level yang lebih tinggi

diatasnya) meninggal, maka Keanggotaan dapat, dalam hal-hal

tertentu dan atas kebijaksanaan tunggal Oriflame, diwarisi oleh

keluarga terdekat almarhum, dengan ketentuan bahwa keluarga

terdekat tersebut dapat membuatnya masuk akal bahwa ia akan dapat

memenuhi semua persyaratan seorang Director (dan level yang lebih

tinggi diatasnya) sebagaimana yang dinyatakan dalam bagian 6.1 di

atas. Klaim tertulis untuk Keanggotaan harus dilakukan dalam kurun

waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal kematian tersebut. Dalam hal

tidak ada klaim dimaksud, maka Keanggotaan tersebut akan diakhiri.

6.5 Seorang Director (dan level yang lebih tinggi diatasnya) harus

mengikuti aturan atau petunjuk tambahan yang disampaikan secara

tertulis oleh Oriflame dari waktu ke waktu.

7. PROSEDUR PENANGANAN KELUHAN

Setiap keluhan berdasarkan pada pelanggaran Kode atau Aturan harus

disampaikan kepada organisasi penjualan Oriflame setempat dan/atau

Managing Director perusahaan Oriflame yang beroperasi di negara

yang dibicarakan. Bagian penanganan keluhan di masing-masing pasar

Oriflame dipimpin oleh Managing Director (Administrator Kode

Oriflame) perusahaan Oriflame setempat.

8. PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN

8.1 Oriflame dapat mencabut/memberhentikan dengan segera

keanggotaan seorang Consultant Oriflame dengan pemberitahuan

tertulis, bila Consultant terbukti memberikan keterangan palsu pada

aplikasi Consultant Oriflame atau terlibat dalam kegiatan yang

melanggar hukum, atau melanggar Kode dan Aturan serta dan

tanggungjawab yang telah ditetapkan oleh Oriflame.

8.2 Oriflame dan Consultant Oriflame dengan tegas

mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Indonesia dalam hal terjadinya pemutusan keanggotaan yang

berakibat berakhirnya keanggotan seorang Consultant Oriflame.

9.Domisili

Oriflame dan Consultant Oriflame setuju untuk memilih Jakarta

sebagai domisili hukum dalam menyelesaikan segala tuntutan atau

persengketaan sehubungan dengan perjanjian ini

LAMPIRAN I – Kebijakan Website Consultant

1. Latar Belakang

Kebijakan ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana Consultant

Oriflame dapat menentukan keberadaan mereka di Internet tanpa

mengganggu brand building atas merek Oriflame atau pelanggaran

terhadap hukum, peraturan dan perjanjian yang berkaitan dengan hak

cipta, merek, dan atas hak atas kekayaan intelektual lainnya yang

dimiliki oleh Oriflame.

2. Umum

Oriflame memberikan kesempatan kepada Consultantnya untuk

membuat Homepages Pribadi Consultant dan juga berbagai peralatan

lain yang disediakan secara terpusat untuk menjual dan

mempromosikan produk-produk Oriflame dan kesempatan usaha di

Internet. Aplikasi ini saat ini merupakan satu-satunya alat digital yang

sudah disetujui untuk digunakan, dimana Consultant dapat

menawarkan produk-produk untuk dijual dan juga menampilkan

gambar-gambar dan tipe logo yang mana Oriflame sebagai Pemilik

haknya.

Consultant juga diperbolehkan untuk melakukan hosting pada website

dimana mereka dapat berkomunikasi disekitar Oriflame, produk-

produknya dan kesempatan selama secara jelas dinyatakan bahwa

situs tersebut bukanlah situs resmi Oriflame. Setiap situs harus

diselenggarakan dengan transparan, dengan cara mencantumkan data

mengenai pemilik dan pengelola situs, serta rincian kontak yang

berkaitan. Consultant harus berkomunikasi dengan kata-katanya

sendiri dan hanya dapat mengutip teks Oriflame dengan merujuk

secara jelas kepada sumbernya.

Seorang Consultant tidak boleh membuat situs e-commerce dimana

produk Oriflame dijual atau dengan cara lainnya melakukan e-

commerce diluar aplikasi Oriflame yang sudah disetujui.

3. Nama Domain

Consultant tidak boleh mendaftarkan nama-nama domain yang

berisikan kata “oriflame”. Consultant tidak boleh mendaftarkan

halaman media sosial dengan nama dan gambar yang dapat

menyesatkan konsumen untuk meyakini bahwa halaman itu adalah

halaman milik grup Oriflame yang resmi:

- Nama dan grup media sosial (misalnya Facebook, Twitter,

VKontakte) harus secara jelas menyatakan bahwa nama grup itu

dioperasikan oleh perseorangan, misalnya “Tim Oriflame Anna”

dengan gambar Anna sendiri.

- Halaman media sosial, nama grup tidak boleh disebut misalnya

“Oriflame Casablanca” dengan gambar resmi Oriflame misalnya

logo Oriflame atau gambar Oriflame.

4. Disclaimer

Consultant yang menghosting website mereka sendiri dan

menyebutkan bahwa mereka adalah bagian Oriflame harus

memastikan telah secara jelas mempublikasikan informasi bahwa

mereka adalah a) Independent Sales Consultant for Oriflame, b)

Independent Oriflame Consultant, atau c) Independent Oriflame

Beauty Consultant (haruslah diverifikasi secara setempat bahwa

istilah-istilah itu sama dengan istilah yang ada pada Succsess Plan

Leaders Edition). Informasi ini harus dipublikasikan secara jelas pada

halaman awal dan juga menurut disclaimer yang dapat dilihat pada

seluruh halaman website itu. Informasi nama dan kontak harus

tersedia pada seluruh halaman website atau didalam informasi akun

untuk sebuah halaman media sosial.

Apabila seorang Consultant mempunyai website pribadi tanpa adanya

afiliasi Oriflame, maka tentu saja kebijakan ini akan batal.

5. Isi dan Rujukan untuk Oriflame

Isi situs pribadi Konsultasn Oriflame tidak boleh disalin dari situs

Oriflame yang resmi dan diumumkan dengan namanya sendiri. Apabila

seorang Consultant menghubungkan konten resmi Oriflame ke

situsnya sendiri dari domain yang dimiliki oleh Oriflame, maka hal ini

haruslah disebutkan secara jelas.

6. Gambar

Seorang Consultant tidak boleh mengambil bahan gambar, baik

gambar statis atau bergerak dari sebuah situs resmi Oriflame dan

mempublikasikannya pada situsnya sendiri. Seluruh materi gambar

dilindungi hak cipta dan Oriflame telah memperoleh hak eksklusif

untuk menggunakannya. Hak-hak ini tidak diberikan kepada

Consultant.

- Gambar bergerak, video, atau gambar lainnya: Boleh digunakan

melalui fungsi berbagi jika dan apabila tersedia. Fungsi berbagi

memberikan rujukan otomatis kepada situs sumber.

- Gambar model atau orang: Boleh digunakan melalui fungsi berbagi,

apabila tersedia. Fungsi berbagi memberikan rujukan otomatis

kepada situs sumber.

- Gambar produk-produk Oriflame: Boleh digunakan dengan atau

tanpa fungsi berbagi selama situs sumbernya disebutkan dalam

satu cara yang dapat dilihat dan tidak menimbulkan keraguan

(misalnya dengan mencantumkan sumber www.oriflame.com

2012).

Tuntutan apapun yang timbul dari pihak ketiga yang dapat ditujukan

ke Oriflame akan dialihkan kepada Consultant.

7. Logo Oriflame

Logo Oriflame boleh digunakan dalam format-format yang dapat

ditemukan pada website resmi Oriflame. Logo itu tidak boleh diubah

dan/atau dianimasikan dan hanya dapat digunakan sebagai header

atau footer halaman, dan juga dalam tanda tangan email dalam format

aslinya.

8. Berbagi Media Sosial

Oriflame mendorong keberadaan akan blogs, situs jaringan sosial dan

sejenisnya. Consultant didorong untuk membuat blog dan

meninggalkan komentar mengenai produk Oriflame dimana mereka

menganggapnya tepat, dengan tetap mematuhi Kode bagian 1.3 diatas

mengenai klaim produk. Sejauh mungkin kami merekomendasikan

bahwa Consultant menggunakan fungsi berbagi yang diberikan oleh

Oriflame untuk menjamin tampilan dan informasi sumber yang tepat.

9. Pemasaran Mesin Pencari

Consultant boleh menggunakan mesin pencari seperti Google Adwords,

apabila peraturan-peraturan dari Oriflame yang menyangkut

keberadaan pada media online sudah dipatuhi. Selain itu, Consultant

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

- Ad (iklan) harus secara jelas menyatakan bahwa ad (iklan) dibuat

oleh seorang Consultant Independen;

- Judul tidak boleh memberikan kesan bahwa heading itu adalah

heading resmi atau bagaimanapun sudah disahkan oleh Oriflame;

dan

- Dilarang menggunakan kata “Oriflame” sebagai kata kunci.

Harap dipertimbangkan bahwa masing-masing pembeli yang berasal

dari mesin pencari, misalnya Google Adwords akan bertanggung jawab

sendiri atas setiap pelanggaran terhadap pemilik Merek lain.

LAMPIRAN II – Dialog Media Sosial – 10 Aturan Emas.

1. Dengarkan terlebih dahulu, dan selalu – Mendengarkan

percakapan yang sedang berlangsung. Siapa kontributor yang paling

berpengaruh? Bagaimana pembicaraan berubah dari waktu ke waktu,

apabila berubah sama sekali? Setelah anda mengerti tentang

pembicaraan tersebut maka Anda dapat menambahkannya (jika

relevan).

2. Kontribusi – Pastikan bahwa Anda menambah nilai pada

percakapan itu. Contohnya, memberikan informasi/pandangan yang

bermanfaat mengenai produk-produk/jasa Oriflame. Pastikan bahwa

tambahan informasi yang muncul diberikan pada forum yang

berkaitan, apabila tidak nilainya akan berkurang, atau dalam keadaan

paling buruk dapat dianggap sebagai spam.

3. Tanggapan – Jika Anda sedang mendengarkan percakapan, Anda

akan dapat mengenali apabila ada rujukan mengenai Oriflame. Setelah

mengetahui percakapan itu, sekarang Anda mempunyai kesempatan

untuk berkontribusi. Apabila Anda telah mendengarkan dengan serius

dan ingin membagi sesuatu yang positif, keikutsertaan Anda akan

diterima.

4. Bersikap transparan – Katakan yang sebenarnya. Kejujuran

Anda, atau ketidak jujuran Anda, akan dicatat secara online dengan

cepat. Ungkapkanlah selalu nama Anda yang sebenarnya dan bahwa

Anda seorang Consultant Penjualan Independen Oriflame. Jelaskan

mengenai peran Anda.

5. Bersikap tenang dan berhati-hati, akurat dan nyata –

Ungkapkan identitas Anda. Jadilah diri Anda sendiri.

6. Hargailah orang lain – Ingatlah bahwa Oriflame adalah sebuah

perusahaan yang mendunia yang karyawan, Consultant penjualan dan

pelanggannya mencerminkan berbagai budaya, nilai, dan cara

pandang. Jadilah diri anda sendiri, jangan terlalu memberi hormat

(rasisme, jenis kelamin, kekerasan, bahasa yang bersifat memfitnah,

dan lain-lain). Hal ini mencakup tidak hanya pertimbangan yang nyata

tapi juga yang tepat mengenai privasi dan topik-topik yang mungkin

tidak dapat disetujui atau yang bersifat menghasut, seperti politik dan

agama.

7. Jangan mengungkapkan informasi kepemilikan atau

informasi rahasia – Oriflame senang kepada Anda untuk

membicarakan mengenai kegiatan Oriflame Anda dan melakukan

dialog kepada masyarakat dan pelanggan. Namun untuk

mempublikasikan informasi yang umum yang sudah tersedia pada

situs Oriflame, pastikan Anda menyebutkan sumbernya (misalnya:

“sumber: www.oriflame.com 2012”). Dilarang untuk mempublikasikan

bahan-bahan dan informasi yang mempunyai hak cipta yang sifatnya

rahasia atau belum tersedia untuk masyarakat seperti peluncuran

dimasa yang akan datang dan informasi mengenai kampanye.

8. Hindari argumentasi – Jika Anda menemukan pernyataan yang

salah yang dibuat mengenai Oriflame dalam saluran media sosial,

tentu saja Anda bisa tidak setuju. Namun, selalulah lakukan hal

tersebut dengan sikap yang sangat menghargai dan berdasarkan

fakta.

9. Akui dan perbaiki kesalahan – Apabila Anda membuat

kesalahan, bersikap jujurlah atas kesalahan Anda dan perbaikilah

dengan cepat.

10. Jangan lupa mengenai tanggung jawab utama Anda – Anda

harus memastikan bahwa blogging, micro-blogging, jaringan sosial,

dan media lainnya tidak mengganggu semua tujuan dan komitmen

Anda kepada para pelanggan.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 16.30

Tanggal : 12 Maret 2016

Tempat : Rumah Konsultan

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Asti Hermawati (Konsultan Baru)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam Ayu?

Jawab: tidak, tetapi saya mengetahui tentang bisnins MLM oriflamme

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: belum, mungkin karena saya baru menjadi anggota jadi belum

menerapkan

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi di

Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: saya belum tau karena saya masih baru, dan saya kurang informasi

tentang kode etik, saya bergabung di orfilame awalnya karena tertarik dengan

welcome productnya karena saya suka dengan make up.

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: saya belum tahu mba

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran penyimpangan

kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: kalao menurut saya sih disesuaikan saja dengan peraturan yang

berlaku mba.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 13.00

Tanggal : 13 Maret 2016

Tempat : Kantor Oriflame Sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Niken Juniar (Level Gold Director)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: iya mba dini, saya udah tahu kode etik di oriflame buat para

konsultan, karena di stater kit pun udah ada

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: tentunya saya sangat menerapkan kode etik untuk jaringan saya

sebab berbisnis harus menggunakan attitude jika ingin bisnisnya langgeng.

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: iya saya mengetahui biasanya pelanggaran yang terjadi itu kayak

jualan dibawah harga katalog, jualan di toko toko online seperti tokopedia

olx, hmm kalo kendalanya sih sepertinya karena banyaknya member pasti

oriflame susah menghandle jika tidak ada yang melaporkan pasti mereka

yang melanggar santai saja kelihatannya. Jika dijaringan sayainsya allah

setiap training saya akan bahas tentang ini sama downline saya.

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: yang saya tahu oriflame sangat tegas terhadap pelanggaran kode

etik yang terjadi sanksi yang diberikan oriflamme tidak main-main yaitu

berupa pemblokiran nomer konsultan dan member tersebut artinya tidak

dapat menjadi member lagi deh.

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: kalao menurut saya sih disesuaikan saja dengan peraturan yang

berlaku mba.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 14.00

Tanggal : 13 Maret 2016

Tempat : Kantor Oriflame Sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Putri Indah Permatasari (Level Manager 18%)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: tau tapi saya dan jaringan belum sepenuhnya mempelajari hanya

tau yang umum saja.

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: saya berusaha menerapkan untuk diri sendiri dan grup tentunya

sambil saya pelajari satu-persatu

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: yang saya tau biasanya ketika mendaftarkan member dibawah

umur, dan setiap member hanya bisa punya 1 keanggotaan saja, saya

pernah melihat juga mba waktu itu ada toko yang bertuliskan jualan

oriflame setau saya sih itu melanggar, kendala biasanya yang saya hadapi

adalah kurangnya controlling dari saya ke jaringan sehingga kadang saya

melihat member didalam grup masih ada yang melanggar kode etik

walaupun masih dalam tahap yang wajar

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: biasanya yang saya tau sih adanya pemblokiran nomer member.

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: jika saya melihat ada yang melanggar kode etik saya langsung

menegur downline saya atau jika saya menemukan pelanggaran kode etik

saya langsung lapor ke oriflamme agar ditindaklanjuti

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 20.00

Tanggal : 14 Maret 2016

Tempat : Rumah Konsultan

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : wiwi ana (Level 6%)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: enggak ka heheh

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: belum ka aku kan masih baru

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: saya belum tau nanti saya akan tanya ke sponsor saya dulu ya mba.

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: gak tahu mba, emang akibat hukumnya parah ga sih mba?

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: mungkin diselesaikan dengan cara musywarah mba.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 10.00

Tanggal : 14 Maret 2016

Tempat : Kantor Oriflame sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Faizah (Konsultan 3%)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: hmmmmm yang ngatur tentang perilaku kita ya mba

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: pengennya sih nerapin mba, tapi aku belum tahu semua peraturan

kode etiknya

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: saya pernah baca di buku panduan ada tulisan bahwa ada syarat

misalnya untuk bergabung harus minimal usia 18 tahun , keudian tidak

boleh ada dobel keanggotaan , saya juga belum begitu paham karena

masih baru mba.

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: saya tidak tau mba belum baca , denda mungkin yaa

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: perlu dikasih arahan mba biar ga ngelanggar lagi.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 11.00

Tanggal : 14 Maret 2016

Tempat : dikantor oriflame sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Santi Pratiwi ( 6%)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: saya tahu pengertian kode etik tp saya belum tahu tentang aturan

kode etik oriflame.

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: beloman mba pas naek level insya allah

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: bingung mba heheheh paling kurang informasi aja

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: juju raja mba saya belum tahu mba, maaf ya mba

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: kasih arahan sm dikasih tau baik-baik aja kalo dia salah, gitu mba.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 16.30

Tanggal : 14 Maret 2016

Tempat : Kantor Oriflame Sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Nurfitri ( 6%)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: belum tau mba, nanti kasih tau ya mba.

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: beloman mba dini, tp saya udah mau nerapin kalo mba dini kasih

tau

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: mungkin ada ada mba, saya ga tau informasinya

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: belum tau mba palingan sanksi gitu ya

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: mungkin secara mufakat mba.

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 14.00

Tanggal : 14 Maret 2016

Tempat : Kantor Oriflame Sudirman

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Ella Anggraini (Senior Manager)

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: tentu tau dong mbak jelas karena saya sangat menjunjung tinggi

kode etik dalam bisnis ini

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: pastinya saya sudah menerapkan untuk semua jaringan saya agak

keras dengan kode etik

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: tau mba ada banyak pelanggaran kode etik contohnya ketika jualan

tidak boleh dibawah harga katalog yang sedang berlaku , tidak boleh

membuka toko , tidah boleh jualan di toko online , tidak boleh memasang

spanduk dirumah yang mengatakan menjual oriflame atau pun mengajak

jadi member , dan untuk mengajak member pun misalnya pasang iklan pun

ada kode etiknya misalnya tidak boleh taro iklan di situs porno

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: pastinya tau sebab oriflamme pun sangat tegas dan tidak main –

main dalam pelanggaran kode etik, oriflamme sangat tegas apabila ada

member yang melanggar nomer konsultannya akan langsung di non

aktifkan selamanya

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: agar tidak terjadi pelanggaran sebaiknya para upline rutin

memberikan training mengenai kode etik

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 10.00

Tanggal : 15 Maret 2016

Tempat : Dirumah Konsultan

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Aster Umaidah

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: tau dong ada semuanya di buku panduat staterkid oriflame

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: saya dan jaringan selalu berusaha menerapkan kode etiknya

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: mungkin belum adanya pengawasan dr oriflamme yang lebih ketat

untuk para member yg melanggar soalnya saya liat masih banyak banget

yang jualan online situs situs penjualan tidak resmi kayak di olx, tokopedia

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: yang saya tahu intinya sih nomer konsultannya di blokir mba

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: ya harus di blokir memang karena yg melanggar kode etik udh

pasti merugikan perusahaan dan anggota member yang lainnya

Instrumen wawancara

Interview narasumber

Skripsi : Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Waktu : 16.30

Tanggal : 15 Maret 2016

Tempat : Rumah Konsultan

Interviewer : Handiny Eka Pertiwi

Interviewee : Nadia Elfrida

Interview ini bertujuan sebagai salah satu sumber data untuk skrpsi dengan

judul “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-

Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)” yang dimaksudkan

agar peneliti mendapat gambaran secara utuh mengenai permasalahan tersebut.

Metode pengumpulan data berasal dari interview dengan para konsultan secara

random sampling, konsultan terdiri dari konsultan baru, konsultan lama dan

random dimulai dari level konsultan hingga manager up.

Pertanyaan :

1. Apakah anda mengetahui tentang kode etik MLM di PT. Orindo Alam

Ayu?

Jawab: iya saya tau, kode etik itu aturan yang dibuat oleh oriflamme dan

harus di taati oleh semua membernya

2. Apakah anda sudah menerapkan kode etik tersebut didalam melaksanakan

bisnis MLM?

Jawab: Alhamdulillah sudah dan selalu berusaha supaya bisnisnya lancar

terus

3. Apakah anda mengetahui apa saja pelanggaran kode etik yang biasa terjadi

di Oriflame? Dan menurut anda adakah kendala yang anda hadapi dalam

melaksanakan kode etik tersebut? Kalau ada, sebutkan kendala tersebut!

Jawab: yang biasa terjadi setau saya banyak konsultan yang berjualan

online sih karena banyak banget di facebook saya melihat di toko – toko

online juga saya liat .untuk kendala yang saya liat sepertinya oriflame ini

kurang tegas dalam memberikan sanksi dan oriflame seolah hanya

menangani kasus pelanggaran kode etik jika ada yang melaporkan , ketika

tidak ada yang melaporkan maka tidak ada sanksi berlaku.

4. Apakah anda mengetahui akibat hukum terhadap member yang melanggar

dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota?

Jawab: yang saya tau pastinya sanksi tegas dari oriflame kalo ga salah

nomernya di berhentikan.

5. Menurut anda bagaimana penyelesaian masalah pelanggaran

penyimpangan kode etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu ?

Jawab: mengikuti aturan saja sudah bagus adanya sanksi yang tegas ini