kolom cepat
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
KROMATOGRAFI KOLOM CEPAT
KELOMPOK 4
PENYUSUN:
Amalia Ayuningtyas (105070500111022)
Zulkarnaen (105070500111023)
Rangga Adi Wijaya (105070500111024)
Dilah Rahmah R (105070500111027)
Irwinda Grafiyan P (105070500111028)
Oktavia Rahayu A (105070500111029)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
Eluen
Dilakukan optimasi eluen dengan uji KLT untuk mengetahui komposisi eluen yang memberikan pemisahan yang baikDigunakan untuk kolom cepat
Hasil
Silica gel 60 GF 254 Ekstrak
Ditimbang sebanyak 15 gram menggunakan cawan porselenDiratakan pada kolom cepat dengan cara ditekan pelan-pelan hingga ketinggian silica ¾ dari tinggi kolom sambil dinyalakan vakumDimasukkan n-heksana sebanyak 20 ml dan dinyalakan vakumDitampung tetesan n-heksena sampai habis
Ditimbang sebanyak 1% dari jumlah silica gel yang digunakanDilarutkan dalam metanol 2 mlDitambahkan silica kristal hingga keringDimasukkan ke dalam kolomDinyalakan vakum
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak dengan menggunakan
kromatografi kolom cepat.
II. METODOLOGI
2.1. Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu seperangkat alat vakum,
kromatografi kolom cepat, timbangan analitik, vial, gelas ukur, kaca arlogi, kertas
perkamen, plat KLT, spektrofotometri UV-VIS. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu silica gel 60 GF254, n- heksana, etil asetat, metanol.
2.2 Skema Kerja
- Ditambahkan satu lapis fase diam dan dinyalakan vakum- Ditambahkan n-heksana 20 ml, dinyalakan vakum dan ditampung tetesan
n-heksana sampai habis- Ditambahkan n-heksana: etil asetat (9:1 = 18 ml: 2 ml), dinyalakan vakum
dan ditampung tetesan sampai habis- Ditambahkan n-heksana: etil asetat (8:2 = 16 ml: 4 ml), dinyalakan vakum
dan ditampung tetesan sampai habis
Ditambahkan n-heksana: etil asetat (7:3 = 14 ml: 6 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (6:4 = 12 ml: 8 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (5:5 = 10 ml: 10 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (4:6 = 8 ml: 12 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (3:7 = 6 ml: 14 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (2:8 = 4 ml: 16 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan n-heksana: etil asetat (1:9 = 2 ml: 18 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habisDitambahkan etil asetat 20 ml, dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis
Hasil tampungan
Dilakukan KLT pada tiap hasil tampung menggunakan eluen n-heksana
Hasil
III. DATA PENGAMATAN
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1 Cawan porselen kosong
ditimbang
Terdapat berat cawan porselen kosong sebesar
40,1886 gram
2 Silica gel ditimbang sebanyak
15 gram
Terdapat berat silica gel sebanyak 15 gram
pada cawan porslen
3 Disiapkan alat kolom cepat
dengan menghubungkan antara
vakum dengan labu fitrat lalu
alat dihubungkan dengan
sumber listrik
Terdapat alat kolom cepat yang siap dipakai
4 Silica gel sebanyak 3 spatula
dimasukkan ke dalam kolom
Terdapat alat kolom cepat berisi silica gel
lalu dipasangkan pada labu
filtrat
5 Vakum dinyalakan dan silica
gel ditekan tekan dengan tabung
reaksi secara perlahan hingga
merata di dalam kolom
Silica gel rata di dalam kolom
6 Vakum dimatikan lalu langkah
no 4 dan 5 diulangi hingga
ketinggian silica mencapai ¾
tinggi kolom
Terdapat silica gel rapat di dalam kolom
dengan ketinggia ¾ dari kolom
7 Ditambahkan n-heksana 20 ml
ke dalam kolom, ditunggu
hingga turun
Eluen (n-heksana) turun
8 Ekstrak ditimbang sebanyak
0,13 gram
Terdapat ekstrak sebanyak 0,13 gram
9 Metanol diukur sebanyak 3 ml Terdapat metanol sebanyak 3ml
10 Silica gel ditimbang sebanyak 4
gram
Terdapat Silica gel sebanyak 4 gram
11 Ekstrak+metanol di dalam
porslen diaduk hingga homogen
Terdapat Ekstrak+metanol di dalam porslen
homogen
12 (11)+serbuk silica ad homogen
dan kering
Terdapat Ekstrak+metanol di dalam porslen
homogen dan kering
13 (12) ditambahkan dengan silica
gel hingga serbuk ekstrak
tertutup
Terdapat Ekstrak tertutup silica gel
14 (13) dimasukkan n-heksan 20
ml
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
15 Tetesan dari kolom dari vial
ditampung hingga habis
Terdapat vial 1 terisi tetesan dari kolom
16 Ditambahkan eluen kedua yaitu
n heksana:etil asetat (9:1) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 2 terisi tetesan dari kolom
17 Ditambahkan eluen ketiga yaitu
n heksana:etil asetat (8:2) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 3 terisi tetesan dari kolom
18 Ditambahkan eluen ke-4 yaitu n
heksana:etil asetat (7:3) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 4 terisi tetesan dari kolom
19 Ditambahkan eluen ke-5 yaitu n
heksana:etil asetat (6:4) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 5 terisi tetesan dari kolom
20 Ditambahkan eluen ke-6 yaitu n
heksana:etil asetat (5:5) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 6 terisi tetesan dari kolom
21 Ditambahkan eluen ke-7 yaitu n
heksana:etil asetat (4:6) dan
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 7 terisi tetesan dari kolom
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
22 Ditambahkan eluen ke-8 yaitu n
heksana:etil asetat (3:7) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 8 terisi tetesan dari kolom
23 Ditambahkan eluen ke-9 yaitu n
heksana:etil asetat (2:8) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 9 terisi tetesan dari kolom
24 Ditambahkan eluen ke-10 yaitu
n heksana:etil asetat (1:9) dan
ditampung tetesan dari vial
hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom
Terdapat vial 10 terisi tetesan dari kolom
25 Masing masing vial diberi label
1-10
26 Masing-masing vial berlabel 1-5
ditotolkan pada lempeng KLT
sebanyak 6 totolan
menggunakan pipa kapiler
Terdapat totolan tidak berwarna sebanyak 6
totolan masing masing terhadap tetesan pada
vial berlabel 1-5
27 Masing-masing vial berlabel 6-
11 ditotolkan pada lempeng
KLT sebanyak 4 totolan
menggunakan pipa kapiler
Terdapat totolan berwarna kuning sebanyak 4
totolan masing masing terhadap tetesan pada
vial berlabel 6-11
28 Membuat eluen dengan
mencampurkan antara
kloroform:ethanol:asam asetat
glacial dengan perbandingan
(95:5:1) sebanyak 20ml,
dimasukkan ke dalam chamber,
dimasukkan kertas saring
hingga jenuh
eluen kloroform:ethanol:asam asetat glacial
dengan perbandingan (95:5:1) sebanyak 20ml
terdapat di dalam chamber, dan telah jenuh
29 Lempeng KLT yang telah di
totol dengan tetesan dari
masing-masing vial dimasukkan
ke dalam chamber yang berisi
eluen lalu di eluasi sampai pada
batas atas lempeng KLT
30 Lempeng KLT yang telah
selesai di eluasi di keringkan di
lemari asam
31 Diamati dibawah sinar UV UV = 254 nm
Keterangan:
1 = Larutan standar
2 = Senyawa curcumin (fraksi 7)
3 = Senyawa curcumin (fraksi 8)
4 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
UV = 365 nm
41 2 3
51 3 42
Keterangan:
1 = Larutan standar
2 = Minyak atsiri(fraksi 4 & 5)
3 = Senyawa curcumin (fraksi 7)
4 = Senyawa curcumin (fraksi 8)
5 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
Perhitungan Rf:
Rf standar :
Rf 1 = 1,2/8 = 0,15
Rf 2 = 2/8 = 0,25
Rf 3 = 3,8/8 = 0,475
Pada fraksi 4 :
Rf 1 = 7,3/8 = 0,9125
Pada fraksi 5 :
Rf 1 = 7,3/8 = 0,9125
Pada fraksi 7 :
Rf 1 = 0,8/8 = 0,1
Rf 2 = 1,7/8 = 0,2125
Rf 3 = 4,3/8 = 0,5375
Pada fraksi 8 :
Rf 1 = 0,8/8 = 0,1
Rf 2 = 1,6/8 = 0,2
Rf 3 = 4,1/8 = 0,5125
Pada fraksi 9 :
Rf 1 = 0,6/8 = 0,075
Rf 2 = 1,5/8 = 0,1875
Rf 3 = 3,9/8 = 0,4875
Pada fraksi 10 :
Rf 1 = 0,7/8 = 0,0875
Rf 2 = 1,5/8 = 0,1875
Rf 3 = 2,3/8 = 0,2875
Rf 4 = 3,9/8 = 0,4875
IV. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Mekanisme kerja dari kromatografi kolom adalah pemisahan suatu senyawa
dalam kolom kromatografi dengan silica gel sebagai fasa diam dan campuran pelarut
polar-non polar sebagai fasabgerak yang akan mengeluasi sampel, eluen bergerak turun
dan mengeluasi sampel digerakkan oleh daya gravitasi bumi. Eluen yang digunakan
pada percobaan ini adalah n-heksana dan etil asetat. N-heksana bersifat non polar dan
etil asetat bersifat polar. Eluen akan mengeluasi sampel kunyit menuju bawah (keluar
kolom menuju vial). Fasa diam (silica gel) memiliki daya absorbsi yang cukup besar
sehingga ketika eluen yang membawa sampel melewati fasa diam akan terbentuk fraksi-
fraksi warna yang berbeda. Semakin pekat warna fraksi maka semakin banyak senyawa
atau zat aktif yang dipisahkan dalam fraksi tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alat yang akan
digunakan yaitu seperangkat alat vakum, kromatografi kolom, timbangan analitik, vial,
kertas perkamen, spektrofotometri UV, chamber, pipa kapiler, pipet tetes, gelas ukur,
gelas beaker, gelas arloji, batang pengaduk, pinset, kertas saring, lempeng KLT, tissue,
pensil, penggaris dan cawan porselen. Alat vakum digunakan untuk mempercepat
pemampatan dalam pembentukan fase diam dan juga untuk mempercepat aliran fase
gerak pada fase diam, kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan komponen
yang ada pada ekstrak menjadi beberapa fraksi (fraksinasi ekstrak), timbangan analitik
digunakan untuk menimbang ekstrak dan silica, vial digunakan untuk menampung hasil
fraksinasi, chamber digunakan untuk meletakkan eluen dan lempeng KLT sehingga
totolan dapat naik, pipa kapiler digunakan untuk menotolkan larutan ekstrak pada
lempeng KLT, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan, gelas ukur digunakan
untuk mengukur larutan yang akan digunakan, gelas beaker digunakan sebagai wadah
dari larutan yang telah diambil, gelas arloji digunakan sebagai penutup chamber dan
wadah dalam penimbangan ekstrak, cawan porselen digunakan sebagai wadah dalam
penimbangan ekstrak, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk (meratakan)
campuran dan mengambil ekstrak, pinset digunakan untuk mengambil lempeng KLT,
spektrofotometer UV digunakan untuk melihat noda pada lempeng KLT sehingga dapat
diidentifikasi senyawa yang ada, lempeng KLT digunakan sebagai tempat menaiknya
totolan sehingga dilihat nodanya pada spektrofotometer UV, tissue digunakan untuk
membersihkan alat-alat, penggaris dan pensil digunakan untuk memberi tanda batas atas
dan batas bawah pada lempeng KLT. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ekstrak
kunyit (Curcuma domestica), silica gel 60 GF254, n- heksana, etil asetat dan metanol.
Ekstrak kunyit (Curcuma domestica) merupakan ekstrak yang akan difraksinasi, silica
gel merupakan fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom. Silica gel 60
GF254 dengan G melambangkan Gypsum (CaSO4), F melambangkan floroscene dan
angka 254 menunjukkan besarnya panjang gelombang, yaitu 254 nm. metanol
digunakan untuk melarutkan ekstrak, sedangkan n- heksana dan etil asetat merupakan
komposisi dari eluen yang akan digunakan (fase gerak).
Silica gel ditimbang sebanyak 15 gram dalam cawan porselen menggunakan
timbangan digital (neraca analitik). Kemudian disiapkan alat kolom cepat dengan
menghubungkan antara vakum dengan labu fitrat lalu alat dihubungkan dengan sumber
listrik. Setelah alat terangkai, silica gel sebanyak 3 spatula dimasukkan ke dalam kolom
lalu dipasangkan pada labu filtrat. Vakum dinyalakan dan silica gel ditekan
menggunakan tabung reaksi secara perlahan hingga merata di dalam kolom. Vakum
dimatikan kemudian langkah diatas diulangi hingga ketinggian silica mencapai ¾ tinggi
kolom. Setelah itu ditambahkan n-heksana sebanyak 20 ml ke dalam kolom dan
ditunggu hingga turun. Hal ini dilakukan untuk pengkondisian kromatografi kolom
sebelum dilakukan fraksinasi ekstrak.
Ekstrak kunyit (Curcuma domestica) ditimbang sebanyak 0,13 gram di dalam cawan
porselen menggunakan timbangan digital dan metanol diukur sebanyak 3 ml
menggunakan gelas ukur. Silica gel ditimbang sebanyak 4 gram dalam cawan porselen
menggunakan timbangan digital. Kemudian ekstrak dilarutkan dalam metanol pada
cawan poselen dan diaguk hingga homogen menggunakan batang pengaduk. Ekstrak
tersebut ditambahkan serbuk silica kering dan diaduk hingga homogen dan ekstrak
menjadi kering kembali. Sebelum dilakukan fraksinasi, disiapkan 11 macam eluen yang
akan digunakan, seperti pada tabel berikut:
FraksiVolume eluen yang digunakan (ml)
n-heksana Etil asetat
1 20 -
2 18 2
3 16 4
4 14 6
5 12 8
6 10 10
7 8 12
8 6 14
9 4 16
10 2 18
11 - 20
Ekstrak kering dimasukkan ke dalam kolom hingga rata dengan dinyalakan
vakum. Kemudian ditambahkan satu lapis fase diam dan dinyalakan vakum. Eluen
pertama yaitu n-heksana sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam kolom, dinyalakan
vakum dan ditampung tetesan n-heksana pada vial 1 sampai habis. Setelah itu
ditambahkan eluen kedua yaitu n heksana:etil asetat (9:1), dinyalakan vakum dan
ditampung tetesan pada vial 2 hingga habis. Kemudian dikondisikan kembali dengan n-
heksana, hal ini diulangi setiap akan dilakukan pergantian eluen pada kolom. Hal yang
sama dilakukan pada eluen ketiga hingga kesebelas dan masing-masing hasil ditampung
pada masing masing vial (vial 1-11). Dalam proses pemisahan dengan kromatografi
kolom, adsorben silica gel harus senantiasa basah karena jika dibiarkan kering, kolom
yang terbentuk bisa retak sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain
itu, adsorben yang senantiasa basah berperan untuk memudahkan proses eluasi dalam
kolom
Pada dasarnya, curcumin banyak terdapat pada kunyit sehingga dapat dipastikan
dari setiap fraksi yang diperoleh memiliki kandungan curcumin. Untuk menguji
keberadaan curcumin maka dilakukan metode pemisahan dengan kromatografi lapis
tipis (KLT). Pada praktikum ini digunakan dua kromatografi, yaitu kromatografi kolom
cepat dan kromatografi lapis tipis. Setelah didapatkan 11 fraksi, dilakukan identifikasi
senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan adalah
kloroform:ethanol:asam asetat glacial dengan perbandingan 95:5:1 sebanyak 20ml.
Eluen yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam chamber . Setelah itu, kertas
saring disiapkan dengan ukuran 2 cm x 10 cm. Kertas saring ini dimasukkan ke dalam
chamber lalu ditutup dan dibiarkan hingga jenuh (eluen naik dalam seluruh bagian
kertas saring).
Dalam waktu yang bersamaan, dilakukan penotolan masing-masing fraksi pada
lempeng KLT. Namun sebelumnya, pipa kapiler dicuci terlebih dahulu dengan metanol
dengan cara menotolkan metanol pada tissue. Kemudian disiapkan 2 buah lempeng
KLT, diberi tanda batas bawah (1,5 cm) dan batas atas (0,5 cm). Fraksi 1-5 ditotolkan
pada lempeng KLT pertama sebanyak 6 μL (6 kali penotolan) menggunakan pipa
kapiler. Sedangkan fraksi 6-11 ditotolkan pada lempeng KLT kedua sebanyak 4 μL (4
kali penotolan) menggunakan pipa kapiler. Masing-masing lempeng KLT dimasukkan
ke dalam chamber dan diamati totolan tersebut hingga naik mencapai tanda batas atas.
Setelah sampai tanda batas atas, lempeng KLT diambil menggunakan pinset dan
dibiarkan kering pada lemari asam. Noda yang tampak diamati secara visual, kemudian
menggunakan UV 254 dan 366 nm untuk melihat noda lebih jelas
4.2 Analisa hasil
Dari hasil kromatografi kolom didapatkan 11 buah fraksi. Sedangkan dari hasil
kromatografi lapis tipis didapatkan noda berwarna kuning sedikit orange yang diamati
secara visual. Jika diamati menggunakan spektrofotometer UV 254 nm, terdapat tampak
noda pada fraksi 7,8 dan 9. Sedangkan pada panjang gelombang 366 nm terlihat tampak
noda pada fraksi 4,5,7,8 dan 9. Ada tidaknyanya noda yang tampak dipengaruhi oleh
komposisi eluen yang digunakan. Pada praktikum ini, eluen pada fraksi 7,8 dan 9
merupakan eluen yang paling sesuai digunakan untuk pemisahan senyawa curcumin
pada ekstrak kunyit. Fraksi 1 -5 menggunakan eluen dengan komposisi n-heksana yang
lebih banyak daripada etil asetat sehingga fasa gerak yang digunakan bersifat non-polar.
Fase gerak yang bersifat non-polar ini tidak dapat menarik komponen lain pada ekstrak,
karena senyawa curcumin bersifat polar dan fasa diam yang digunakan dalah polar
sehingga senyawa curcumin tidak mengalami eluasi yang optimal. Hal ini sesuai dengan
teori like dissolve like dimana senyawa yang bersifat polar akan larut pada senyawa
yang bersifat polar, begitu pula sebaliknya sehingga pada pengamatan menggunakan
sinar UV 366 nm tidak tampak noda pada lempeng KLT. Namun pada pengamatan
menggunakan sinar UV 254 nm, terdapat noda berwarna biru tua, yaitu minyak atsiri.
Eluen pada fraksi 4 dan 5 kondisinya bersifat non polar, sehingga eluen tersebut hanya
bisa memisahkan komponen yang bersifat non polar yaitu minyak atsiri.
Keterangan:
1 = Larutan standar
2 = Senyawa curcumin (fraksi 7)
3 = Senyawa curcumin (fraksi 8)
4 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
Gambar 1. Hasil Kromatogram pada UV 254 nm.
41 2 3
Keterangan:
1 = Larutan standar
2 = Minyak atsiri (fraksi 4 & 5)
3 = Senyawa curcumin (fraksi 7)
4 = Senyawa curcumin (fraksi 8)
5 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
Gambar 2. Hasil Kromatogram pada UV 366 nm.
Fraksi 6-9 merupakan fraksi semipolar karena komposisi eluen yang digunakan
menyebabkan fasa gerak yang digunakan bersifat semipolar sehingga dapat menarik
komponen polar yang terdapat pada ekstrak kunyit (fraksi 7,8 dan 9). Sedangkan fraksi
10 dan 11 merupakan fraksi yang sangat polar karena komposisi eluennya mengandung
etil asetat yang lebih banyak daripada n-heksana. Pada fraksi 10 terlihat noda kuning
yag samar, sedangkan pada fraksi 11 terlihat noda yang sangat samar (hampir tidak
kelihatan).
Dari hasil KLT yaitu pada fraksi 7,8 dan 9 diperoleh 3 buah noda yang tampak
pada lempeng KLT. Hal ini menunjukkan adanya 3 komponen utama yang terkandung
pada senyawa curcumin tersebut. Senyawa curcuminoid tersebut adalah curcumin,
demethoxycurcumin dan bis-demethoxycurcumin. Senyawa curcumin dapat mengalami
penurunan dengan lepasnya gugus –OCH3 dalam setiap penurunan. Curcumin akan
mengalami dua kali penurunan. Turunan pertamanya adalah demethoxycurcumin dan
turunan keduanya adalah bis-demethoxycurcumin. Curcumin akan terelusi paling akhir
(berada paling bawah) karena sifatnya yang polar. Ketika senyawa curcumin mengalami
degradasi, akan menjadi senyawa demethoxycurcumin (terdapat pada bagian tengah)
yang lebih polar dari curcumin karena telah kehilangan sebuah gugus –OCH3.
Sedangkan bis-demethoxycurcumin merupakan turunan kedua dari curcumin yang tidak
51 3 42
mengandung gugus –OCH3 sehingga senyawa ini bersifat paling polar dari ketiga jenis
senyawa curcumin sehingga senyawa ini akan tereluasi terlebih dahulu (berada pada
lapisan yang paling atas) karena fasa diam yang digunakan (silica gel) bersifat polar.
Jika diurutkan berdasarkan kepolarannya, 3 buah noda yang terdapat pada
lempeng KLT fraksi 7,8 dan 9 adalah senyawa curcumin, demethoxycurcumin dan
bisdemethoxycurcumin dimana senyawa yang paling bawah adalah senyawa yang paling
polar dibandingkan senyawa curcuminoid lainnya yaitu bisdemethoxycurcumin, noda
yang ditengah adalah demethoxycurcumin dan yang paling atas adalah curcumin. Noda
tersebut diidentifikasi senyawanya berdasarkan harga Rf yang menunjukkan kecepatan
migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Dari hasil perhitungan Rf, pada Rf noda
pada fraksi 7 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,1; 0,2125 dan 0,5375. Sedangkan
Rf noda pada fraksi 8 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,1; 0,2 dan 0,5125. Rf
noda pada fraksi 9 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,075; 0,1875 dan 0,4875. Rf
senyawa standar adalah Rf 1 = 1,2/8 = 0,15; 0,25 dan 0,475. Sedangkan pada literatur,
diketahui Rf noda pada ekstrak Curcuma domestica pada sinar UV 365 nm adalah ~ 0,6
yang menunjukkan senyawa curcumin; demethoxycurcumin dengan nilai Rf berkisar
0,5-0,55; dan bisdemethoxycurcumin dengan nilai Rf ~ 0,3. Dari nilai Rf yang didapat
pada percobaan lebih kecil daripada Rf pada literatur,namun hampir sama dengan Rf
standar. Berdasarkan kepolarannya dan harga Rf dapat dipastikan bahwa pada fraksi 7,8
dan 9 mengandung senyawa curcuminoid yaitu curcumin, demethoxycurcumin dan
bisdemethoxycurcumin.
Gambar 3. Senyawa curcuminoid (Wagner and Bladt, 1996).
Gambar 4. Senyawa curcumin (Wagner and Bladt, 1996).
Gambar 5. Senyawa bisdemethoxycurcumin (Wagner and Bladt, 1996).
V. KESIMPULAN
Pada praktikum ini, didapatkan 11 fraksi ekstrak Curcuma domestica dengan
menggunakan kromatografi kolom cepat dan diidentifikasi dengan kromatografi lapis
tipis. Eluen yang dapat memisahkan komponen senyawa dengan baik yaitu eluen pada
fraksi 7,8, dan 9. Sedangkan fraksi 4 dan 5 hanya bisa memisahkan minyak atsiri saja.
Pada fraksi 7,8 dan 9 terdapat senyawa curcuminoid yaitu curcumin,
demethoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin.
DAFTAR PUSTAKA
Wagner H, Bladt S. 1996. Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas 2nd
Edition. New York: Springer.