kombinasi bisnis

42
KOMBINASI BISNIS Pengertian Kombinasi Bisnis Kombinasi bisnis merupakan terminologi akuntansi yang substansinya di Indonesia dibahas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 22 yang telah direvisi pada tahun 2010. Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun 2010 terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis. Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijaksanaan keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang diakuisisi dalam transaksi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain (entitas pengakuisisi). PSAK 33 direvisi taun 2010 cenderung menggunakan istilah entitas dibanding perusahaan.

Upload: anon328757164

Post on 06-Dec-2015

128 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Akuntansi Keuangan Lanjutan

TRANSCRIPT

Page 1: Kombinasi Bisnis

KOMBINASI BISNIS

Pengertian Kombinasi Bisnis

Kombinasi bisnis merupakan terminologi akuntansi yang substansinya di

Indonesia dibahas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 22 yang

telah direvisi pada tahun 2010. Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun

2010 terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang

berupa bisnis. Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk

mengatur kebijaksanaan keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh

manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni

entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan entitas

yang memperoleh pengendalian atas entitas yang diakuisisi dalam transaksi bisnis.

Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas target, merupakan

entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain (entitas

pengakuisisi). PSAK 33 direvisi taun 2010 cenderung menggunakan istilah entitas

dibanding perusahaan.

PSAK 22: Kombinasi Bisnis, merupakan pengadopsian dari Standar

Akuntansi Internasional, yakni Internasional Finansial Reporting Standard (IFRS) 3

tahun 2008. IFRS 3 pada awalnya terbit tahun 2004 sebagai pengganti dari

Internasional Accounting Standard (IAS) 22. Hasil kerja sama dewan standar

akuntansi internasional atau Internasional Accounting Standard Boars (FASB)

dengan dewan standar Amerika- dalam hal ini Financial Accounting Standard Boars

(FASB) – sebagai bagian dari upaya konvergensi standar akuntansi internasional,

menghasilkan Norwalk agreement yang merevisi kembali IFRS 3 tahun 2004

sehingga terbitlah IFRS 3 tahun 2008. Pada tahun 1994 terbit PSAK 22 mengenai

Pengabunggan Usaha sebagai hasil adopsi dari Internasional Accounting Standard

Page 2: Kombinasi Bisnis

(IAS) 22. PSAK 22 tahun 1994 menggunakan termoninologi “ Penggabungan

Usaha”,kemudian pada tahun 2010 revisi PSAK 22 mengganti terminologi

“Penggabungan Usaha” menjadi “Kombinasi Bisnis”.

Bisnis vs Perusahaan

PSAK 22 tahun 1994 menggunakan istilah “perusahaan” dalam pengabungan usaha,

yang menyatakan bahwa penggabungan usaha terjadi antara satu perusahaan dengan

perusahaan lain. Walaupun tampaknya sama, terdapat perbedaan istilah “perusahaan”

dengan istilah “bisnis”. Bisnis merupakan substansi usaha tanpa memandang bentuk

usaha, sementara “perusahaan” mengacu pada bentuk atau badan usaha. PSAK 22

revisi 2010 mendefinisikan “bisnis” sebagai suatu rangkaian terpadu dan kegiatan dan

aset yang mampu diadakan serta dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam

bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya secara

langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau peserta lainnya.

PSAK 22 revisi 2010 bermaksud mencegah transaksi semacam itu. PSAK 22

revisi 2010 bermaksud menegakkan kombinasi bisnis, yaitu mendapatkan sinergi

positif dari kedua aktivitas ekonomi (bisnis), bukan untuk menggabungkan dua badan

hukum.

PSAK 22 revisi 2010 menyatakan bahwa suatu bisnis memiliki input dan

proses serta mampu menghasilkan output. Walaupun bisnis biasanya menghasilkan

output, namun apabila dalam suatu rangkaian aktivitas tidak memilki output yang

jelas, maka dapat dipertimbangkan faktor-faktor lain yang menentukan apakah suatu

aktivitas merupakan bisnis atau tidak, yaitu:

1. Aktivitas utama yang direncanakan telah dimulai;

2. Terdapat karyawan, kekayaan intelektual, serta input dan proses lainnya yang

dapat diterapkan pada input;

3. Sedang dijalankan rencana untuk memproduksi output;

Page 3: Kombinasi Bisnis

4. Dapat diperoleh akses ke pelanggan yang akan membeli output, dan lainnya.

Pengendalian

Pengendalian ini dapat diperoleh dengan kepemilikan hak suara atas entitas

lain. Hak suara biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas walaupun

tidak selalyu demikian. Jika hak suara yang dimiliki sedemikian besar, diperoleh hak

pengendalian, dan pada saat itu telah terjadi kombinasi bisnis. Kepemilikan equitas

suatu entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan pengendalian atas entitas

tersebut, dan hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi kombinasi bisnis.

Entitas yang tidak berbadan hukum merupakan usaha yang didirikan namun

belum memiliki bentuk hukum tetap. Contoh bentuk hukum dalam hal ini meliputi

perusahaan perseorangan, CV Firma, Perseroan Terbatas, dan bentuk lainnya.

Sepanjang entitas bersangkutan merupakan bisnis yang riil, kombinasi bisnis dapat

dilakukan atas entitas tidak berbadan hukum tersebut.

Akan tetapi, makna mengendalikan lebih dari sekedar memiliki ekuitas entitas

lain. Pengendalian tidak harus selalu diperoleh dengan kepemilikan dan sebaliknya,

kepemilikan hak suara mayoritas tidak selalu memberikan hak pengendalian.

Pengendalian yang diperoleh tanpa adanya kepemilikan dapat terjadi melalui

kontrak. Sebagai contoh, suatu entitas telah terikat kontrak hanya menjual atau

memberikan jasa atau memberikan hak pemakaian aset pada entitas lain yang

mengindikasikan adanya pengendalian oleh entitas lain tersebut. Ini berarti entitas

yang mengendalikan. Sebaliknya, jika ada pengendalian tanpa kepemilikan, itu

merupakan indikasi bahwa telah terjadi kombinasi bisnis. Dalam kasus lain, suatu

entitas mungkin memiliki sebagian saham biasa entitas lain dan entitas pengakuisisi

tersebut dalam posisi mengendalikan. Misalkan PT R memiliki 450 saham dari 1.000

lembar PT S yang beredar. Dalam hal ini, PT R memiliki hak suara 45%. Namun PT

S kemudian menarik sahamnya dari peredaran yang tidak dimiliki PT R sebanyak 200

Page 4: Kombinasi Bisnis

lembar, sehingga saham beredar PT S sekarang adalah 800 lembar. Akibatnya, hak

suara PT R atas PT S menjadi 56,25% (450/800) dan hak suara ini membuat PT R

dalam posisi mengendalikan PT S. Kasus ini menggambarkan telah terjadinya

kombinasi bisnis.

Kombinasi Bisnis dan Pengendali Tertinggi

Kombinasi bisnis mengenal istilah entitas “pengendali”, dimana pengendalian

dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, PT A

mengakuisisi 90% hak suara PT B, dan di sini telah terjadi kombinasi bisnis karena

PT A memiliki hak 90% hak suara PT B. Jika PT B memiliki hak pengendalian 80%

atas PT C, maka PT A dengan sendirinya memiliki hak pengendalian atas PT C

karena memiliki hak suara tidak langsung atas PT C sebesar 72% (90% x 80%).

Dalam kasus ini, PT A merupakan pengendali tertinggi. Selain itu,dapat juga

dikatakan bahwa ketiga entitas (PT A, PT B, dan PT C merupakan satu grup). Dalam

praktik, hal ini sering terjadi.

Misalkan PT A mengakuisisi 20% hak suara PT C dengan menukarkan hak

kepemilikannya atas PT B. Dalam hal ini, secara ekonomi tidak ada perubahan

kepemilikan PT A atas grup atau kelompok tersebut walaupun tidak ada perubahan

kepemilikan PT A atas grup atau kelompok tersebut walaupun secara hukum ada. Hal

itu bukan merupakan kombinasi bisnis yang sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010. PT

A merupakan pengendali tertinggi baik sebelum maupun sesudah PT A mengakuisisi

hak suara PT. C Transaksi semacam itu disebut Kombinasi Bisnis Entitas

Sepengendali yang diatur tersendiri dalam PSAK 38 REVISI 2011.

Tanggal Kombinasi Bisnis

Page 5: Kombinasi Bisnis

PSAK 22 revisi 2010 menjelaskan bahwa kombinasi bisnis terjadi pada saat

satu entitas mengendalikan entitas lain yang berupa bisnis. Tanggal transaksi bisnis

merupakan tanggal diperolehnya kendali atas suatu bisnis.

Tanggal kombinasi bisnis mungkin merupakan tanggal akuisisi atau tanggal

ketika pihak pengakuisisi secara hukum mengalihkan imbalan, memperoleh aset, dan

mengambil alih liabilitas/kewajiban pihak yang diakuisisi, atau disebut juga tanggal

penutupan. Akan tetapi, pihak pengakuisisi mungkin saja memperoleh pengendalian

pada tanggal sebelum atau setelah tanggap penutupan. Misalnya, dalma perjanjian

tertulis dinyatakan bahwa pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas pihak

yang diakuisisi pada tanggal sebelum tanggal penutupan. Sebagai contoh, PT A

mengakuisisi seluruh hak suara PT B yang efektif pada tanggal 1 Juli 2014. Akan

tetapi, PT B terikat kontrak dengan PT X untuk mengalihkan aset kepada PT X

hingga 31/12/2014. Dalam hal ini, kombinasi bisnis antara PT A dan PT B terjadi

pada tanggal 31/12/2014, walaupun tanggal penutupan transaksi akuisisi adalah 1 Juli

2014. Ini karena pada tanggal 31/12/2014 diperoleh kendali atas PT B yang

merupakan persayratan kombinasi bisnis.

Identifikasi Pihak-pihak Dalam Kombinasi Bisnis

Kombinasi bisnis melibatkan pihak pengakuisisi dan entitas target. Pihak

pengakuisisi merupakan pihak yang memeproleh kendali atas aktiva neto dna operasi

pihak yang diakuisisi. Pengendalian atas pihak yang diakuisisi mungkin diperoleh

dengen beberapa cara, seperti:

(a) Dengan mengalihkan kas, setara kas, atau aset lainnya (termasuk aset neto

yang merupakan suatu bisnis);

(b) Dengan menimbulkan laibilitas/kewajiban;

(c) Dengan menerbitkan kepentingan ekuitas;

(d) Dengen memebrikan l;ebih dari satu jenis imbalan; atau

Page 6: Kombinasi Bisnis

(e) Tanpa mengalihkan imbalan, termasuk yang hanya berdasarkan kontrak

Pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis disebut induk, yang

berkewajiban menyusun laporan konsolidasi yang akan dibahas pada bab-bab

berikutnya. Pada umumnya, pihak pengakuisisi diidentifikasi sebagai pihak

yangmengalihkan kas atau aset lainnya, atau meiliki liabilitas sebagai pihak yang

mengalihkan kas atau aset lainnya, atau memiliki liabilitas atas kombinasi bisnis. Kas

atau aset lainnya akan diberikan atau dialihkan (liablilitas) kepada pemilik atau

pengendali entitas target sebelumnya. Jika terjadi hal semacam itu, PSAK 22 revisi

2010 memberikan indikasi yang dapat dipakai untuk mennetukan nama perusahaan

pengakuisisi, yakni:

Ukuran pihak pengakuisisi (dinyatakan dengan laba, aset atau pendapatan)

lebih besar dari entitas target.

Jika kombinasi bisnis melibatkan lebih dari dua pihak, maka pengakuisisi

biasanya merupakan pihak yang berinisiatif melakukan kombinasi bisnis, dan

ukurannya lebih besar dari pihak lain dalam kombinasi bisnis.

Entitas baru yang dibentuk sebagai hasil dari kombinasi bisnis tidak selalu

merupakan pihak pengakuisisi. Jika entitas baru dibentuk untuk menerbitkan

kepentingan ekuitas dalam rangka kombinasi bisnis, maka salah satu entitas

yang bergabung merupakan peihak pengakuisisi dengan melihat ukuran dan

faktor lainnya.

Jika kombinasi bisnis mengakibatkan manajemen suatu perusahaan

mendominasi penentuan anggota manajemen perusahaan yang bergabung,

mak aperusahaan yang dominan tersebut adalh perusahaan pengakuisisi.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kombinasi bisnis yang dilakukan

dengan penerbitan ekuitas, pihak pengakuisisi umumnya merupakan pihak yang

menerbitkan ekuitas. Pengecualian terjadi dalam Reverse Acquistion di mana pihak

Page 7: Kombinasi Bisnis

yang secara hukum diidentifikasi sebagai pihak pengakuisisi, tetapi berdasarkan

substansi akuntansi diidentifikasi sebagai pihak yang diakuisisi.

UU NO. 40 Tahun 2007

Standar Akuntansi Keuangan merupakan regulasi resmi di Indonesia untuk

bidang akuntansi. Sementara itu, PSAK 22 merupakan bagian dari prinsip akuntansi

yang mengatur kombinasi bisnis. Dalam praktiknya, PSAK tidka berdiri sendiri

melainkan bersinergi denagn aturan-aturan pemerintah lainnya yang mengatur

masalah kombinasi bsinis, seperti aturan Bapepam, aturan yang dikeluarkan

Departemen Keuangan, aturan pajak, dan lainnya. Karena itu, PSAK dan aturan-

aturan pemerintah lainnya harsu harmonis agar bersinergi dalam mengefktifkan

tujuan yang dimaksud. Perubahan atau revisi PSAK juga harus tidak bertentangan

dengan aturan lainnya yang telah ada. Bila perlu, perubahan regulasi akuntansi

dilakukan seiiring denga perugahan regulasi lainnya kurang bersinergi. UU NO. 40

tahun 2007 Bab I pasal 1 ayat 11 misalnya, yang mengatur masalah penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan, mendefinisikan pengambilalihan sebagai perbuatan

hukum yang dilakukan ol;eh badna hukum atau orang perorangan untuk mengambil

alih, baik seluruh maupun sebagian besar saham perseroan yang mengakibatkan

beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Revisi PSAK 22 tahun 2010

menjadi kurang harmonis dengan UU No. 40 Tahun 2007 dan dapat menimbulkan

kebingungan interpretasi atas kedua aturan tersebut. Pengertian Kombinasi Bisnis

menurut PSAK 22 revisi 2010 dan Pengambilakihan menurut UU No. 4 tahun 2007

memiliki perbedaan, antara lain karena UU No. 4 tahun 2007 menjelaskan bahwa

pengambilakihan hanya berlaku untuk entitas yang berbentuk perseroan terbatas,

sedangkan kombinasi bisnis yang dimaksud dalam PSAK 22 tidak hanya berlaku bagi

entitas yang berbentuk perseroan terbatas saja.

Page 8: Kombinasi Bisnis

AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

METODE KOMBINASI BISNIS

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang

memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan

perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk

peseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun

2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuasisi

untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud. Pembahasan selanjutnya

mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang berbentuk

peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut khusus.

Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas

pengakuisisi memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar saham

entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga

terjadi kombinasi bisnis.

Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan

bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal

Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari

entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian

yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan

penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan

penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena

nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara

yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam

menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.

Page 9: Kombinasi Bisnis

Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai

dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat

utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama

entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh

entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham

dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan

menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau

pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang

dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan

entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan

kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara

hokum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi

secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama

entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung

sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak

memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target. Sebagai contoh, PT.

pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas

yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar, agio

Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga

akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1

juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar

perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000

Model Saham Rp 1.000.000.000

Tambahan Modal Disetor 500.000.000

Page 10: Kombinasi Bisnis

HARGA AKUISISI

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait

akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi

bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya

profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya

pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode

akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai

dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK 55 (revisi

2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.

Contoh:

Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika

sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran

lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.

_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat

akuisisi Rp 200 juta

_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2

juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar.

Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya

konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.

Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per

saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012

transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000

Page 11: Kombinasi Bisnis

Beban Rp 215.000.000

Saham biasa (2 juta x 2.000)

Rp4.0000.0000

Tambahan modal disetor Rp

1.00.000.000

Kas Rp

215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada

dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga

akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan

sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan

perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan

mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100 juta

Kas Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat

pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

ALOKASI HARGA AKUISISI

Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT

Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan

nonpengendali.

Page 12: Kombinasi Bisnis

Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank

suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga

wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat

dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan nonpengendali. Jika harga

wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100%

adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah

Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan

nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain

yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan

nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih besar

atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN

Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang

diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali

(perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill

adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar

pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx

Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx

Total harga wajar xxx

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)

Goodwill xxx

Page 13: Kombinasi Bisnis

Dalam khasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar kepentingan

nonpengendali merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT Intiseka,

sehingga total harga wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas

yang diakusisi (Rp 5,6 miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan nonpengendali

(Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan goodwill adalah:

Harga akuisisi 100% hak suara Rp.7.000.000.000

Total nilai wajar 6.800.000.000

Total goodwill Rp. 200.000.000

Goodwill pihak pengakuisisi 80% 160.000.000

Goodwill kepentingan nonpengendali Rp. 40.000.00

Misalakan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar,

sehingga goodwill dihitung sebagai berikut:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000

Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.

360.000.000

Total harga wajar Rp. 6.960.000.000

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi

(6.800.000.000)

Goodwill Rp. 160.000.000

Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M) 160.000.000

Goodwill nonpengendali Rp 0

Page 14: Kombinasi Bisnis

Dalam khasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi

adalah milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar

Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8

miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih

tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8

miliar)

PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi

untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh dalam

kombinasi bisnis. Pihak pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui

pada tanggal akusisi dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK

48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.

Diskon Pembelian

Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu

kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga

wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang

diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi

keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak

pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset

yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau

liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.

PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang

digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal

berikut:

(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:

Page 15: Kombinasi Bisnis

(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;

(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas

pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan

(d) Imbilan yang dialihkan

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi

mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.

Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga

akuisisi, adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali

berdasarkan penilaian appraisal company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon

pembelian adalah:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp5.420.000.000

Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.360.000.000

Total harga wajar Rp6.780.000.000

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)

Keuntungan diskon Rp 20.000.000

Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau

timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan

pemerintah). Kondisi ini membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi

sehingga kentungan bagi pihak pengakisisi saja. PT Intiseka akan mencatat akuisisi

tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai berikut:

Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh 9.450.000.000

Kas 5.420.000.000

Page 16: Kombinasi Bisnis

Liabilitas yang diaambil-alih 2.650.000.000

Keuntungan dari pembelian dengan diskon 20.000.000

Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000

PEMBUKUAN ENTITAS PENGKUISISI SETELAH KOMBINASI BISNIS

Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk

dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam

Bab 3. Entitas

Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang

diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009):

Investasi dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas.

Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan

jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor,

yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi invesestee (entitas

yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi investee

dicacat sebagai pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut:

Investasi dalam ekuitas xxx

Pendapat investasi xxx

Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari

investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:

Piutang Dividen xxx

Page 17: Kombinasi Bisnis

Investasi dalam ekuitas xxx

Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan

sesuai dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:

Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee

PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat

investasi jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari

pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:

Investasi dalam ekuitas xxx

Pendapatan comprehenside lainnya xxx

Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba

sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat

pengumuman laba PT Andaika sebagai berikut:

Investasi dalam saham (80%xRp200 juta) Rp 160 juta

Pendapatan investasi Rp 160 juta

Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba

PT Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta.

Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan

pengurangan herta investor dalam perusahaan investee sesuai dengan proporsi

kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas pengumumman dividen tersebut adalah:

Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000) Rp80.000.000

Investasi dalam saham Rp80.000.000

Page 18: Kombinasi Bisnis

Selisih Harga Akuisisi

Dalam penentuan harga akuisisi, kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika

diperhitungkan undervalue atas penilaian indevenden berdasarkan nilai wajar sebesar

Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai informasi nilai

wajar tersebut disajikan dalam peraga 2-2

PERAGA 2-2

Informasi Tahun 2012 PT Andika

Nama Akun Jumlah Keterangan

Piutang usaha – overvalue

Persedian – overvalue

Bangunan – undervalue

Tanah – undervalue

Utang pajak – overvalue

Goodwill

Jumlah

Rp(500.000.000)

(350.000.000)

500.000.000

800.000.000

(150.000.000)

200.000.000

500.000.000

Telah terjual tahun 2012

Umur 10 tahun, metode garis lurus

Penurunan nilai tahun 2012 Rp12,5

jt

Nilai investasi PT Intiseka sebesar Rp5.600.000.000 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M) Rp 5.200.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt) 400.000.000

Nilai investasi Rp 5.560.000.000

Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai berikut:

Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.

Page 19: Kombinasi Bisnis

informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada

tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan

goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas

yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi telah terjual

selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh

overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya

seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya, dan tanah

yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan

mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi

investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan

yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi

bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang harus

disesuaikan.

Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue

persediaan harus dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi

(nilai investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280

juta (80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut:

Investasi Rp 280.000.000

Pendapatan investasi Rp 280.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar

Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi.

Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti

persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai

bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya.

Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400

juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat

jurnal berikut:

Page 20: Kombinasi Bisnis

Pendapatan investasi Rp 40 juta

Investasi dalam saham Rp 40 juta

Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp

160 juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta

mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x

12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut:

Pendapatan investasi Rp 10 juta

Investasi dalam saham biasa Rp 10 juta

Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain

(adjustment) di atas adalah:

Laba investee (80% x Rp 200 juta) Rp 160.000.000

Amortisasi selisih investasi

- Overvalue persediaan 280.000.000 - Undervalue bangunan ( 40.000.000)- Goodwill di-impair ( 10.000.000)

Total pendapatan investasi Rp 390.000.000

Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir

tahun dapat disajikan sebagai berikut:

Investasi awal Rp 5.600.000.000

Pendapatan investasi 2012 390.000.000

Dividen yang diumumkan (80.000.000)

Investasi 31/12/2012 Rp5.910.000.000

Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti berikut:

Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000) Rp 5.280.000.000

Selisih investasi (lihat peraga 2-3) 630.000.000

Page 21: Kombinasi Bisnis

Investasi 31 Desember 2012 Rp 5.910.000.000

Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:

Kekayaan 1 januari Rp 6.500.000.000

Laba tahun 2012 200.000.000

Dividen yang diumumkan pada akhir tahun (100.000.000)

Nilai kekayaan 31 Desember 2012 Rp 6.600.000.000

Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan nilai

goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar dari

Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun

yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni

persediaan, disbanding amortisasi akun yang undervalue.

PERAGA 2-3

1/1/2012 Amortisasi 31/12/2012

Piutang usaha Rp (400.000.000) - Rp (400.000.000)

Persediaan-overvalue (280.000.000) 280.000.000-

Bangunan 400.000.000 40.000.000360.000.000

Tanah 640.000.000 -640.000.000

Utang pajak – overvalue (120.000.000) - (120.000.000)

Goodwill 160.000.000 10.000.000 150.000.000

Jumlah Rp 400.000.000 Rp630.000.000

Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol

melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang, atau

Page 22: Kombinasi Bisnis

ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan

menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila aset atau

utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi menjadi nol,

investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi menjadi nol,

maka

Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor

Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila

kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka nilai investasi

adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.

Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai

kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku

kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki

mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang

mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.

Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada tanggal 1

januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama

dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp 6.5

miliar = Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar Rp 200 juta

dan membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31 Desember 2012

adalah sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 6.600.000.000. karena itu,

nilai investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6 miliar = Rp 5,28 miliar atau

meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.

Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi

adalah sebagai berikut:

Page 23: Kombinasi Bisnis

Laba investasi x % kepemilikan xxx

Amotisasi/impairment selisih investasi

- Undervalue (xxx)- Overvalue xxx- Aset tidak berwujud (goodwill dll) (xxx)

Total pendapatan investasi xxx

Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan

impairment, pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee kecuali

terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun 2040

setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba sebesar

Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta = Rp

320 juta.

Pendapatan Invetasi – Diakon pembelian

PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian

investor atas nilai wajar dan liabilitas yang teridentifikasi dari entitas asosiasi

terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam

menentukan bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode investasi

diperoleh. Dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika, jika terdapat

diskon pembelian sebesar Rp 20 juta seperti yang telah dijelaskan, maka perhitungan

pendapatan investasi adalah sebagai berikut:

Laba investee (80% x Rp 200juta) Rp 160.000.000

Amortisasi selisih investasi

- Overvalue persediaan 280.000.000- Undervalue bangunan (40.000.000)- Untung diskon pembelian 20.000.000

Total pendapatan investasi Rp 420.000.000

PENDAPATAN INVESTASI DALAM LAPORAN KEUANGAN INDIVIDU

Page 24: Kombinasi Bisnis

Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat dan

menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi 2009,

tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan metode

biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam batas

sebagai informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan:

pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai

investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi

dalam entitas anak.

Metode cost disebut juga metode pendaptan. Metode cost berpandangan

bahwa perusahaan investee adalah sumber pendaptan investor. Bila investee

mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan investor.

Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan adanya aliran

masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas

investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee

berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba

entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak

ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba

investee.

Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti

pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat

pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan

jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham) xxx

Pendapatan Dividen xxx

Page 25: Kombinasi Bisnis

Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan

oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan

alasan-alasan tertentu, yakni:

1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.

2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk.

3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan tertentu.

Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik

saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat

investasinya dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk

yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:

Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp 80 jtPendapatan investasi Rp 80 jt

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang

diumumkan investee.

Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara

hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada

tahun 2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT

Intiseka atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta.

Apabila PT Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka

mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT

Intiseka sebesar Rp 180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini

diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman dividen

investee dicatat oleh PT Intiseka sebagai berikut:

Page 26: Kombinasi Bisnis

Piutang dividen Rp 180 jutaPendapatan investasi Rp 160

jutaInvestasi dalam saham Rp 20

juta

Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar

Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20

juta = Rp 5.580.000.000.

Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta

sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT

Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut:

Piutang dividen Rp 180 jutaPendapatan dari PT Andaika Rp 180

juta

Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta,

maka PT Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena

pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:

Pendapatan dari PT Andaika Rp 20 jutaInvestasi dalam saham PT Andaika Rp 20 jtua