komentar makalah
TRANSCRIPT
1
PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTURALISME
Makalah
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
“”
Disusun oleh:
Maslahatun Nuroniyah (D07209053)
Nurul Istiqomah (D07209059)
Zamrotul Muhibbah (D37209007)
Dosen pembimbing:
Drs. H. Munawwir, M. Ag
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SURABAYA
2012
Comment [U1]: Seharusnya di dalam tanda kutip tersebut harus di isi dengan mata kuliah. Misalnya “ilmu Pengetahuan Sosial 3”
2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah yang maha kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah mewariskan ajaran islam sehingga kita dapat menjadi orang yang
beriman.
Terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan dorongan dan semangat guna menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa kepada rekan-rekan, yang ikut berpartisipasi dan menghibur dalam
terselesainya pembuatan makalah ini ketika kami bingung.
Meskipun berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih serta
mohon maaf sebesar-besarnya. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut
menyelesaikan makalah ini. Semoga dicatat sebagai amal yang baik dan mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin...
Surabaya, 25 April 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan masalah............................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Masuk dan Berkembangnya Islam pada Masa Permulaan .......... 2
B. Sistem Pendidikan Langgar ........................................................... 3
C. Sistem Pendidikan Pesantren ......................................................... 4
D. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia……. 5
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Comment [U2]: Pemberian halam belum dicamtumkan.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep pendidikan multikultural di negara-negara yang menganut konsep
demokratis seperti amerika serikat dan kanada, bukan hal baru lagi. Mereka telah
melaksanakannya khususnya dalam upaya menghilangkan diskriminasi antara orang kulit
putih dan kulit hitam, yang bertujuan menunjukkan dan memelihara integritas nasional.
Berbagai model pendidikan multikultural diterapkan di Negara-negara tersebut.
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Keragaman ini di akui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti
korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme,
dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghormati hak-hak orang lain, merupakan
bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan strategi khusus untuk
memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan
pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural menawarkan satu
alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada
pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti
keragaman etnis, budaya, bahasa, dan lain sebagainya, yang akan penulis paparkan pada
pembahasan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Multikulturalisme?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Berbasis Multikulturalisme?
3. Bagaimana implementasi Pendidikan berbasis Multikultural pada pembelajaran IPS?
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui hakikat dari Multikulturalisme, pendidikan
multikultural, serta dapat menetahui penerapan pembelajaran IPS berbasis Pendidikan
Multikultural
Comment [U3]: Penilisan nama Negara/kota, huruf depannyaharus menggunakan huruf capital misalnya “ Amerika Serikat dan Kanada”
Comment [U4]: Penulisan di akui seharusnya “diakui” tidak menggunakan spasi. Kecuali kalau kata tersebut menunjukkan suatu tempat, barulah di yang digunakan memakai spasi. Misalnya: di dalam
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian multikulturalisme
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis,
multikulturalisme di bentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme
(aliran/faham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat
manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang
unik.
Dalam kaitannya dengan masalah multikulturalisme, Masdar Hilmy berpendapat,
.bahwa bagi bangsa Indonesia, adanya keragaman budaya merupakan kenyataan sosial
yang sudah niscaya. Meskipun demikian, hal itu tidak secara otomatis diiringi dengan
penerimaan yang positif pula. Bahkan, banyak fakta yang justru menunjukkan fenomena
yang sebaliknya: keragaman budaya telah memberi sumbangan terbesar bagi munculnya
ketegangan dan konflik. Sehingga tak pelak modal sosial itu justru menjadi
kontraproduktif bagi penciptaan tatanan kehidupan berbangsa yang damai, harmonis, dan
toleran. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran
multikulturalisme agar potensi positif yang terkandung dalam keragaman tersebut dapat
teraktualisasikan secara benar dan tepat.1
Pendidikan merupakan wahana2 yang paling tepat untuk membangun kesadaran
multikulturalisme dimaksud. Karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa
berperan sebagai “juru bicara” bagi terciptaanya fundamen kehidupan multikultural
yang harmonis, damai dan toleran.
B. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati,
tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan
kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan
bangsa tidak mudah patah dan retak. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan
1 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2006). Hlm 79 2 Masdar Hilmy, Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, ( Ulumuna VII,
2003), hlm 332-333
6
muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis
untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul
sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan
menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan.
Secara keseluruhan, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang
dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua
siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan
penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan
peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan
untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam
agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.
Secara sederhana multikultural dapat dipahami sebagai keragaman budaya dalam satu komunitas.
Di dalamnya terdapat interaksi, toleransi, dan bahkan integrasi-desintegrasi. Singkat kata, multibudaya
merupakan suatu fakta yang harus diterima dan diolah secara positif demi perkembangan kebudayaan.3
C. Perspektif Tentang Pendidikan Multikultural
Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau
pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial,
ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan
multikultural pada awalnya punya akar sejarah dengan gerakan Hak Asasi Manusia
(HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri. Banyak lacakan sejarah atau
asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika
keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi
di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di
antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras
pada saat itu adalah lembaga pendidikan.
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-
lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin
kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka
3 Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikan-
multikultural.html, 14 juni 2012
Comment [U5]: Penulisan footnote di bawah seharusnya menggunakan format huruf time new roman dan ukuran hurufnya 10pt
Comment [U6]: Ukuran huruf yang digunakan pada paragraph ini tidak sesuai dengan ukuran huruf pada paragraph-paragraf yang sebelumnya. Seharusnya paragraph ini ukran hurufnya disesuaikan.
7
menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan.
Pada pertengahan dan akhir 1980-an, muncul kelompok sarjana, di antaranya Carl Grant,
Christine Sleeter, Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas
soal pendidikan multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide
persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan
sosial.
Ide pendidikan multikulturalisme akhirnya menjadi komitmen global
sebagaimana direkomendasi UNESCO pada bulan Oktober 1994 di Jenewa.
Rekomendasi itu di antaranya memuat empat pesan. Pertama, pendidikan hendaknya
mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam
kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan
kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Kedua,
pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan
penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas
antara pribadi dan masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan
menyelesaikan konflik secara damai dan tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan
hendaknya juga meningkatkan pengembangan kedamaian dalam diri diri pikiran peserta
didik sehingga dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas
toleransi, kesabaran, kemauan untuk berbagi dan memelihara.
Konsep pendidikan multikultural dalam perjalanannya menyebar luas ke kawasan
di luar AS, khususnya di negara-negara yang memiliki keragaman etnis, ras, agama dan
budaya seperti Indonesia. Sekarang ini, pendidikan multikultural secara umum mencakup
ide pluralisme budaya. Tema umum yang dibahas meliputi pemahaman budaya,
penghargaan budaya dari kelompok yang beragam dan persiapan untuk hidup dalam
masyarakat pluralistik.
D. Implementasi Pendidikan Berbasis Multikultural Dalam Pembelajaran IPS
Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan
nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang,
budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang
berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai
orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian.
8
Disadari bahwa untuk membangun bangsa dengan beragam adat dan budaya yang
tersebar di wilayah yang sangat luas dan terpencar, diperlukan suatu strategi dan upaya
yang sistematis untuk melakukannya. Untuk itu, Pemerintah telah menetapkan tujuan
pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, yang diantaranya adalah
meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis
tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama,
kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual.
Lewat penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi
medium pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan
budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara
damai. Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau menerima
jika pendidikan multikultural disosialisasikan dan didiseminasikan melalui lembaga
pendidikan, serta, jika mungkin, ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di
berbagai jenjang baik di lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta. Apalagi,
paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU
N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.
pendidikan multikultural sangat penting diberikan kepada anak sejak dini di
sekolah. Namun, mengingat beban mata pelajaran anak SD/MI dewasa ini sudah cukup
banyak, maka alangkah baiknya bila mata pelajaran pendidikan multikultural tidak
menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain.
Setiap mata pelajaran sebenarnya dapat disisipi materi pendidikan multikultural.
Pentingnya pendidikan multikultural diberikan kepada anak sejak dini dengan
harapan agar anak mampu memahami bahwa di dalam lingkungan mereka dan juga di
lingkungan lain terdapat keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut berpengaruh
terhadap tingkah laku, sikap, pola pikir manusia sehingga manusia tersebut memiliki
cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat istiadat
(customs) yang berbeda satu sama lain. Bila perbedaan itu tidak dapat dipahami dengan
baik dan diterima dengan bijaksana, maka konflik akan mudah terjadi di masyarakat. Hal
ini telah banyak terlihat dalam kehidupan di tanah air belakangan ini.
pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi
dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
Comment [U7]: Pada paragraph ini seharusnya di rata kanan dan kiri (justify)
9
masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa,
agama, status sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. Strategi pendidikan ini tidak
hanya bertujuan agar supaya siswa mudah mempelajari pelajaran yang dipelajarinya,
akan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis,
pluralis, dan demokratis.
Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah
seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional
mengajar mata pelajaran yang diajarkannya lebih dari itu, seorang guru juga harus
mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokratis,
humanisme, dan pluralisme. Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara
hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup ditengah-
tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural diharapkan adanya
kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial
Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus merubah kurikulum. Pelajaran
untuk pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya
saja diperlukan pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama, siswa
perlu diajari apa yang dipelajari mereka mengenai toleransi, kebersamaan, HAM,
demokratisasi, dan saling menghargai.
Hasil penelitian multiyear tentang pengembangan model pembelajaran
multikultural di SD yang dilakukan oleh Farida Hanum dan Setya Raharja (2006),
diketahui bahwa pada awalnya sebagian besar guru, kepala sekolah, dan komite sekolah
belum mengetahui tentang pembelajaran multikultural, bahkan asing dengan istilah
pembelajaran atau pendidikan multikultural. Setelah diadakan sosialisai, mereka dapat
memahami dan memberikan kejelasan bahwa pembelajaran multikultural di SD dapat
dilakukan secara integratif dalam mata pelajaran IPS yang didukung dengan modul
suplemen bahan ajar pembelajaran multikultural bagi murid SD. Pada penelitian lanjutan
(2007), dapat dihasilkan draf modul sebagai suplemen. bahan ajar pembelajaran
multikultural bagi murid Kelas III dan IV SD. Sebagian besar guru mengharapkan bahwa
model pembelajaran dan modul suplemen bahan ajar tersebut dapat diterapkan di
sekolah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan model pembelajaran
multikultural tersebut dan kemungkinan pengembangannya, sehingga model tersebut
efektif digunakan dalam pembelajaran multikultural di Sekolah Dasar (SD). Dipilihnya
SD sebagai sasaran penelitian dimaksud, agar nilai-nilai multikultural telah ditanamkan
10
pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-nilai kebersamaan,
toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, maka nilai-nilai tersebut akan tercermin
pada tingkah laku mereka sehari-hari karena telah terbentuk pada kepribadiannya. Bila
hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda kita ke depan, alangkah berbahagianya
mereka dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera.
Pendidikan multikultural sebagai wacana baru di Indonesia dapat
diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal namun juga dapat
diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam keluarga. Dalam
pendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam sistem
pendidikan melalui kurikulum mulai Pendidikan Usia Dini, SD, SLTP, SMU maupun
Perguruan Tinggi.
Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus
sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang
sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling
memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini.Demikian juga pada tingkat
sekolah Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan misalnya dalam Out
Bond Program, dan pada tingkat SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan
multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti IPS, PPKn, Agama,
Sosiologi dan Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti
melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya.
Dalam Pendidikan non formal wacana ini dapat disosialisasikan melalui
pelatihan- penghormatan terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota
masyarakat. Tak kalah penting wacana pendidikan multikultural ini dapat
diimplementasikan dalam lingkup keluarga, di mana keluarga sebagai institusi sosial
terkecil dalam masyarakat, merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam
proses internalisasi dan transformasi nilai, serta sosialisasi terhadap anggota keluarga.
Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsive multikultural
dengan mengedepankan penghormatan dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada di
sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap anak atau anggota keluarga yang
lain merupakan cara yang palingefektif dan elegan untuk mendukung terciptanya sistem
sosial yang lebih berkeadilan.
Bagaimana membangun pemahaman keberagamaan siswa yang inklusif di
sekolah? Dalam hal ini, guru mempunyai posisi penting dalam mengimplementasikan
nilai-nilai keberagamaan inklusif di sekolah. Adapun peran guru di sini, meliputi;
Comment [U8]: Seharusnya di karya ilmiah tidak ada tanda Tanya di tengah-tengah kalimat.
11
pertama, seorang guru/dosen harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap
maupun perkataannya tidak diskriminatif. Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai
kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya
dengan agama. Misalnya, ketika terjadi bom Bali (2003), maka seorang guru yang
berwawasan multikultural harus mampu menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa
tersebut. Ketiga, guru/dosen seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama
adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia, maka
pemboman, invasi militer, dan segala bentuk kekerasan adalah sesuatu yang dilarang
oleh agama. Keempat, guru/dosen mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya
dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan keragaman budaya, etnis, dan agama.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan
toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural
demi terciptanya persatuan dalam masyarakat.
2. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai
muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah
ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan
diterapkannya pendidikan multikultural ini.
3. Pendidikan multikultural tidak hanya diterapkan dalam pendidikan formal tetapi bisa
juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat
4. Hal terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru atau dosen tidak
hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata
pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus
mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi,
humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif
pada siswa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hilmy,Masdar. 2003. Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis
Multikulturalisme, ( Ulumuna VII)
Mahfud,Choirul. 2006. Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar).
Pendidikan berbasis Multikulturalisme,
http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikan-multikultural.html. 14 juni 2012
Sudrajat, Ahmad. 2010. Pendidikan Multikultural di Indonsia. Diakses dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/wacana-pendidikan-multikultural
diIndonesia pada tanggal 11 juni 2012.
Tilaar, H.A.R. 2002. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan
dalam Transformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Comment [U9]: Dalam penulisan daftar pustaka seharusnya pada baris ke-dua masuk 5 ketukan