komisi nasional hak asasi manusia

5
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memberikan rekomendasi agar Bupati Rembang meminta kepada pihak PT Semen Indonesia (Semen Gresik, Persero) untuk menghentikan sementara aktivitas pembangunan pabrik semen BUMN ini yang lokasinya berada di Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Selain itu, Bupati Rembang juga diminta untuk meminta PT Semen Indonesia, agar menarik alat-berat sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, terkait gugatan izin lingkungan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang saat ini sedang berjalan prosesnya di PTUN Semarang. Rekomendasi tersebut tertuang pada surat dari Komnas bernomor 2.680/K/PMT/X/2014 tertanggal 22 Oktober 2014, dengan tembusan Gubernur Jawa Tengah, Ketua DPRD Rembang, Kapolres Rembang dan Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) di Rembang. Menurut Komnas HAM, di surat yang ditandatangani oleh Dianto Bachriadi, selaku komisioner di Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan, rekomendasi tersebut dikeluarkan dengan pertimbangan untuk menghormati proses hukum dan fakta sosial di masyarakat. Warga di lokasi membutuhkan ketenangan, rasa aman dan nyaman, serta kepastian hukum sebagaimana dijamin dalam Pasal 30 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. "Berdasar pemenuhan hak atas keadilan yang dijamin dalam Pasal 17 (UU 39 Tahun 1999) serta untuk menjaga terjaganya kondisi dan kualitas lingkungan hidup yang dijamin dalam Pasal 9 Ayat (3), Komnas HAM memberikan rekomendasi," demikian bunyi surat yang baru sampai di tangan Bupati Rembang, Kamis (30/10). Selain pertimbangan tersebut, rekomendasi agar bupati Rembang menghentikan untuk sementara pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Kecamatan Gunem, juga berdasarkan pertemuan Komnas HAM dengan puluhan warga masyarakat yang tinggal di tenda di dekat tapak pabrik pada 13 Oktober 2014 silam.

Upload: muhamad-yufansyah

Post on 11-Jul-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HAM

TRANSCRIPT

Page 1: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memberikan rekomendasi agar Bupati Rembang meminta kepada pihak PT Semen Indonesia (Semen Gresik, Persero) untuk menghentikan sementara aktivitas pembangunan pabrik semen BUMN ini yang lokasinya berada di Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Selain itu, Bupati Rembang juga diminta untuk meminta PT Semen Indonesia, agar menarik alat-berat sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, terkait gugatan izin lingkungan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang saat ini sedang berjalan prosesnya di PTUN Semarang.

Rekomendasi tersebut tertuang pada surat dari Komnas bernomor 2.680/K/PMT/X/2014 tertanggal 22 Oktober 2014, dengan tembusan Gubernur Jawa Tengah, Ketua DPRD Rembang, Kapolres Rembang dan Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) di Rembang.

Menurut Komnas HAM, di surat yang ditandatangani oleh Dianto Bachriadi, selaku komisioner di Subkomisi Pemantauan dan Penyelidikan, rekomendasi tersebut dikeluarkan dengan pertimbangan untuk menghormati proses hukum dan fakta sosial di masyarakat.

Warga di lokasi membutuhkan ketenangan, rasa aman dan nyaman, serta kepastian hukum sebagaimana dijamin dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

"Berdasar pemenuhan hak atas keadilan yang dijamin dalam Pasal 17 (UU 39 Tahun 1999) serta untuk menjaga terjaganya kondisi dan kualitas lingkungan hidup yang dijamin dalam Pasal 9 Ayat (3), Komnas HAM memberikan rekomendasi," demikian bunyi surat yang baru sampai di tangan Bupati Rembang, Kamis (30/10).

Selain pertimbangan tersebut, rekomendasi agar bupati Rembang menghentikan untuk sementara pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Kecamatan Gunem, juga berdasarkan pertemuan Komnas HAM dengan puluhan warga masyarakat yang tinggal di tenda di dekat tapak pabrik pada 13 Oktober 2014 silam.

Sebelumnya pada 28 sampai 30 Mei 2014, Komnas HAM juga menyebut telah melakukan pemantauan atas dugaan pelanggaran HAM, terkait pembangunan dan rencana penambangan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di wilayah Kecamatan Gunem.

Saat itu, Komnas HAM mengeluarkan rekomendasi agar warga mempertimbangkan gugatan hukum terhadap Amdal yang telah disahkan Gubernur Jawa Tengah melalui surat nomor 669.1/17/2012 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia.

Pelaksana Bupati Rembang Abdul Hafid saat dikonfirmasi wartawan Kamis (29/10) membenarkan jika dirinnya mendapat surat dari Komnas HAM terkait Pabrik Semen

Page 2: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Indonesia.

"Ya memang surat itu telah saya terima hari ini. Dalam waktu dekat saya akan segera memberi jawaban atas surat dari Komnas HAM berkaitan dengan permintaan penghentian aktivitas sementara pabrik semen di Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang. Namun terkait soal bagaimana nasib proyek, Pemkab Rembang tidak memiliki kewenangan untuk menghentikan aktivitas pembangunan pabrik semen," ujarnya.

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (16/04/2015) kembali menggelar sidang gugatan warga Rembang dengan agenda pembacaan putusan terkait pemberian izin lingkungan oleh Gubernur Jateng untuk penambangan dan pendirian pabrik PT Semen Indonesia di Rembang.Setelah lima jam membacakan putusan, majelis hakim memutuskan tidak menerima gugatan warga. Ketua majelis hakim Susilowati Siahaan dalam pertimbangannya menyatakan, berdasar pada asas keterbukaan informasi bahwa para penggugat sudah mendapatkan sosialisasi yang juga diberikan kepada tokoh masyarakat, yang pada intinya penggugat sudah mengetahui objek sengketa (izin lingkungan).

Page 3: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Suasana sidang pembacaan putusan gugatan warga Rembang terhadap pemberian izin lingkungan oleh Gubernur Jateng kepada PT Semen Indonesia di PTUN Semarang, Kamis (16/04/2015). Foto : Tommy Apriando

Pihak tergugat dan tergugat intervensi sudah melaksanakan asas keterbukaan informasi karena sudah diumumkan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, di media cetak dan online terkait dengan objek sengketa. Pihak penggugat bisa dikatakan telah mengetahui objek sengketa karena telah merasa dirugikan.Majelis hakim juga menimbang bahwa menerima eksepsi tergugat dan tergugat intervensi bahwa gugatan warga telah kadaluarsa cukup beralasan hukum. “Menimbang

Page 4: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

bahwa gugatan penggugat sudah melewati tenggang waktu 90 hari sehingga kadaluarsa,” kata Susilowati menambahkan alasan putusan.Karena gugatan warga tidak diterima, maka permohonan penundaan. “Dalam penundaan, menolak pemohonan penundaan dan menyatakan gugatan para penggugat tidak diterima serta dikenakan biaya perkara sebesar Rp313.500,” kata Susilowati.Susilowati melanjutkan, terhadap sikap majelis jika ada pihak yang tidak  puas maka bisa mengajukan upaya hukum terhitung sejak putusan dibacakan selama 14 hari.Usai persidangan, Joko Prianto selaku penggugat kepada Mongabay mengatakan putusan pengadilan lebih mempertimbangkan hal administratif dan sama sekali tidak menyentuh pokok perkara yaitu keinginan warga melestarikan pegunungan Kendeng, dengan sumber mata air yang dibutuhkan bagi kehidupan warga yang terancam hilang karena penambangan dan pendirian pabrik semen.Joko mengatakan warga juga tidak mengetahui pengumuman pemberian izin lingkungan oleh Gubernur Jateng. Warga menggugat setelah adanya kepastian penambangan berupa masuknya alat berat ke lokasi pendirian pabrik dan rencana lokasi penambangan pada 16 Juni 2014.Padahal warga Rembang siap mengajak pemerintah dan perusahaan semen untuk membuktikan kebenaran kondisi di lapangan dan dampak lingkungan pendirian pabrik semen.Terhadap keputusan itu, warga akan terus berjuang. “Kami sepakat akan melakukan upaya hukum banding terhadap putusan hakim,” kata Joko.Sementara itu, Walhi selaku penggugat juga menolak putusan hakim karena hakim terkesan mencari jalan aman dengan tidak memeriksa pokok perkara bahwa pertambangan akan berdampak pada kerusakan lingkungan khususnya kawasan karst dan sumber mata air di Cekungan Air Tanah (CAT) Watu putih.“Putusan majelis hakim belum sama sekali menguji pokok perkara apakah penambangan di kawasan karst di Kabupaten Rembang akan merusak atau tidak. Oleh karenanya Walhi memastikan akan menempuh upaya hukum atas PTUN Semarang ini,” kata Abetnego.Sementara itu, kuasa hukum warga dari Walhi, Muhnur Satyahaprabu mengatakan, putusan hakim ini memperjelas dugaan bahwa hakim yang bersertifikat lingkungan pun masih ragu menilai suatu produk hukum berpotensi merusak lingkungan. PTUN selain menyalahi prinsip kehati-hatian juga telah menyalahi prinsip partisipasi dalam pembuatan dokumen lingkungan hidup.Dukungan Bambang WidjajantoPada persidangan tersebut, pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif Bambang Widjojanto hadir ditengah warga yang menolak pertambangan PT. Semen Indonesia.Dalam orasi diatas truk, Bambang memberikan dukungannya terhadap warga Rembang dan membenarkan cara mereka menggunakan jalur hukum untuk memperjuangkan keadilan.KPK sendiri memprioritaskan penanganan korupsi dari sektor pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan melakukan nota kesepahaman bersama 29 kementerian. Dan penambangan dan pembangunan pabrik semen sebagai bagian dari pengelolaan SDA, jangan sampai merugikan masyarakat dan lingkungan. KPK siap memeriksa kasus pertambangan dan pabrik semen ini bila terindikasi korupsi.Bambang juga prihatin dengan saksi ahli dari dosen Universitas Gajah Mada yang memberikan keterangan di pengadilan yang tidak netral dan memihak perusahaan.Aksi Solidaritas

Page 5: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Mengetahui putusan hakim yang menolak gugatan mereka, perwakilan warga Rembang yang selama persidangan pembacaan putusan melakukan aksi di depan PTUN, kemudian pindah lokasi aksi menuju ke kantor Gubernur Jateng untuk berembug dengan Gubernur Ganjar Pranono.

Aksi warga Rembang dan berbagai elemen di luar gedung PTUN Semarang, Kamis (16/04/2015) saat sidang pembacaan putusan gugatan warga Rembang. Foto : Tommy Apriando

Namun gubernur tidak ada di kantor, sehingga Asisten Pemerintahan Pemprov Jateng, Siswo Laksono menampung permohonan warga tersebut.Aksi warga Rembang tersebut didukung oleh ratusan mahasiswa dari kampus UIN Walisongo, Universitas Semarang dan Universitas Diponegoro dan warga dari Kabupaten Blora, Rembang dan Pati.Pada saat bersamaan, aksi solidaritas juga dilakukan di berbagai lokasi seperti di Yogyakarta, Medan, Bogor, Univseritas Indonesia Depok, dan juga di depan Istana Negara bersamaan dengan aksi rutin kamisan.