komparasi perilaku struktur d-ebf material baja wf dan
TRANSCRIPT
Komparasi Perilaku Struktur D-EBF Material Baja WF dan Komposit (CFST) Memperhitungkan Rigiditas Sambungan Menggunakan Analisis
Pushover
Indradjati Rachmatullah1, Henki Wibowo Ashadi2
1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Indonesia merupakan kawasan rawan gempa, struktur bangunan yang dibutuhkan harus memiliki kekuatan dan daktalitas yang memadai sesuai dengan aturan yang berlaku. Struktur bangunan dengan konfigurasi D-EBF merupakan salah satu solusi untuk struktur tahan gempa. Penggunaan material dan sambungan yang digunakan sangat mempengaruhi perilaku bangunan. Untuk mengetahui perilaku bangunan bisa menggunakan banyak metode dan salah satunya adalah pushover analysis. Penelitian dilakukan dengan 2 buah aplikasi komputer yaitu ETABS sebagai pengecekan bangunan sesuai SNI dan Drain-2DX untuk melakukan analisis. Variasi material menggunakan baja WF dan komposit CFST membuktikan bahwa bangunan baja WF dengan luasan baja 2 kali lipat dari CFST lebih daktail tetapi tidak lebih kuat dan kaku dibandingkan CFST. Dengan rigiditas sambungan yang tinggi maka bangunan akan semakin kuat dan kaku tetapi daktalitas dari bangunan akan berkurang. Kekuatan dan kekakuan berbanding terbalik terhadap daktalitas. Pengaruh rigiditas sambungan untuk material baja WF dan CFST adalah sama.
Kata kunci ; CFST, D-EBF, Drain-2DX, Pushover Analysis, Rigiditas Sambungan
Comparisons Of The Behavior Structure D-EBF With Steel And Composite (CFST) Materials And Consider The Rigidity Connection Using Pushover Analysis
ABSTRACT
Indonesia earthquake-prone areas, building structures that are needed must have adequate strength and ductility in accordance with the applicable rules. Building structures with the configuration of D-EBF is one solution for earthquake resistant structures. The use of materials and the connection that was used greatly influences the behaviour of the building. To know the behavior of the building could use a lot of methods and one of them was pushover analysis. Research done with two fruity computer applications i.e. ETABS as building appropriate checking rules and Drain-2DX to do analysis. Variation of materials use WF Steel and Composite CFST proves that steel buildings extents with WF Steel two times of CFST more ductile but not stronger and stiffer than CFST. With the rigidity connection that high then the building will be more strong and stiff but ductility of the building will be reduced. Strength and rigidity is inversely proportional against ductility. The influence of rigidity connection for materials WF Steel and CFST is the same
Keyword ; CFST, D-EBF, Drain-2DX, Pushover Analysis, Rigidity Connection
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
2
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak daerah rawan gempa. Keberadaan
Indonesia yang diapit oleh dua samudra dan dua benua, menjadikan Indonesia termasuk
dalam negara yang strategis dari segi kewilayahan. Keadaan yang strategis tersebut juga
menjadi faktor terbesar Indonesia menjadi rawan bencana, seperti halnya terdapatnya banyak
gunung berapi dan kondisi lempengan tanah yang sering mengalami pergerakan yang biasa
kita sebut gempa. Sehingga Indonesia masuk ke dalam wilayah Ring of Fire, yang merupakan
kawasan sering terjadi bencana. Adapun riwayat bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun
2016 belakangan ini seperti gempa bumi di kawasan Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan
Jawa Timur di mana gempa di Sumatera Barat sebesar 6,5 SR. Gempa di Sumatera Barat
yang terjadi pada bulan Juni 2016 kemarin mengalami banyak kerugian dari segi moril dan
materiil, dengan banyaknya yang mengungsi dan kerusakan pada rumah. Tak hanya gempa
bumi, letusan gunung berapi juga terjadi di tahun 2016 belakangan ini di daerah Jambi
kabupaten Kerinci dan Sumatera Utara kabupaten Karo, yang menyebabkan penderitaan
terhadap lebih dari 60.000 orang dan lebih dari 5000 orang mengungsi. Ketika bencana
melanda kawasan di Indonesia banyak kerugian yang didapat salah satunya kerusakan pada
struktur bangunan di kawasan tersebut. Pada gempa bumi yang terjadi Juni 2016 di Sumatera
Barat menyebabkan kerusakan rumah ringan 1903 rumah, 621 rumah rusak sedang dan 103
rumah rusak berat. Di Bengkulu juga terjadi gempa bumi Juni 2016 yang menyebabkan 43
rumah rusak berat, 52 rumah rusak sedang dan 206 rumah rusak ringan. Bisa dikatakan lebih
dari 2000 rumah tangga mengalami kerugian dan beberapa harus mengungsi. Rusaknya
bangunan menjadi penyebab kerugian terbesar bagi pemerintah dan masyarakat.
Struktur EBF dijadikan struktur rangka baja yang banyak digunakan karena
keruntuhan dan kegagalan yang terjadi akibat beban gempa terlebih dahulu terjadi pada link-
nya sebelum runtuhnya keseluruhan struktur. Sehingga link pada EBF dibutuhkan treatment
khusus dalam perencanaannya. Kegagalan pada struktur banyak terjadi akibat kekuatan pada
struktur yang kurang, kekakuan pada struktur yang tidak terlalu tinggi, sambungan pada
struktur yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, yang menyebabkan perancangan pada
struktur rangka masih banyak yang bisa divariasikan terutama dari material penyusunnya.
Salah satunya variasi pada struktur bisa menggunakan material CFST (Concrete Filled Steel
Tubes) yang merupakan material baja hollow yang diisi dengan beton. CFST merupakan
variasi material komposit yang digunakan pada bangunan dan biasanya pada bangunan tahan
ledakan. Kekakuan pada CFST sangat tinggi karena ditambah dengan beton yang ada di
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
3
dalamnya, dan daktilitas pada CFST juga tinggi di mana beton di dalamnya menahan gaya
tekan dan ketika beton di dalam runtuh hal tersebut masih bisa menahan beban karena
dilindungi oleh baja. CFST yang digunakan pada beam di analisa terhadap kegagalan flexure
dan geser, dari hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa kapasitas flexure pada CFST
20% - 50% lebih dari baja pada umumnya. Pada penilitian yang sudah dilakukan juga
membuktikan bahwa daktilitas dari CFST lebih besar dari baja hollow yang digunakan
sebagai beam pada struktur. Dari data tersebut CFST bisa menjadi pertimbangan
digunakannya sebagai material penyusun struktur rangka baja EBF.
Penelitian ini mencari perilaku dari struktur EBF dengan konfigurasi D-EBF yang
dilihat dari pengaruh perbedaan material yang digunakan yaitu baja WF dan komposit
(CFST). Penggunaan material yang berbeda juga ditambahkan dengan memperhitungkan
rigiditas sambungan balok dan kolom. Sambungan yang digunakan adalah sambungan kaku
dengan jenis sambungan End Plate dan sambungan semi-kaku dengan jenis sambungan Top
Seat Angle With Double Web Angle. Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan
menggunakan metode analisis Pushover atau analisis statik nonlinier yang akan menghasilkan
grafik gaya geser dasar dengan perpindahan pada titik yang ditentukan.
Tinjauan Teoritis
1. Struktur Eccintrically Braced Frames
Eccentrically Braced Frames (EBF, R=8) merupakan sistem struktur yang
memanfaatkan kemampuan penyerepan energi yang dimiliki oleh MRF dan kekakuan
menggunakan bracing seperti layaknya CBF. Struktur EBF yang membedakan dari
kedua sistem struktur tersebut adalah adanya Link yang berfungsi sebagai penyerap
energi ketika menerima beban lateral yang. Kemampuan link tersebut dikarenakan
desain untuk link berperilaku inelastic serta berdeforfamsi plastis pada saat terjadi
beban lateral. Pada link mengalami mekanisme kelelehan geser dan lentur, di mana
kelelehan yang terjadi sangat bergantung dari panjang link yang didesain.
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
4
2. Rigiditas Sambungan
Rigiditas sambungan biasa digambarkan dengan grafik momen rotasi seperti gambar
di atas. Momen rotasi biasa didapatkan dari eksperimen pada laboratorium, Frye dan
Morris (1991) mendapati momen rotasi berdasarkan konfigurasi sambungan balok dan
kolom dengan persamaan berikut;
! = !!(!")+ !!(!!)! + !!(!!)!
Parameter C dan K berbeda untuk setiap konfigurasi sambungan yang digunakan di
mana pada penelitian ini menggunakan konfigurasi sambungan Extended end plate
connection without column stiffeners dan Top and seat-angle with double web-angle
connection.
End Plate
!! = 8,91 ∙ 10!!
!! = −1,20 ∙ 10!
!! = 1,75 ∙ 10!
! = !!!!,!!!
!!,!!!!!,!
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
5
Top Seat Angle
!! = 1,50 ∙ 10!!
!! = 5,60 ∙ 10!!
!! = 4,35 ∙ 10!!
! = !!!,!"#!!!,!"#!!!,!"#$!!
!!,!"#(! −!!2 )
!,!"
3. Material Baja WF dan Komposit (CFST)
Dari grafik di atas dapat diketahui material baja memiliki kekuatan leleh dan kekuatan
ultimit, dan memiliki 3 fase. Fase linier adalah elastis dan perkuatan material (Strain
Hardening) dan fase non-linier yaitu fase plastis. Material baja banyak digunakan
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
6
dalam dunia konstruksi karena kemudahan dalam pemasangannya. Hal tersebut
akhirnya menimbulkan banyak ilmu mengenai desain yang dibutuhkan dalam
perancangan struktur baja untuk bangunan dan sejenisnya. Berikut merupakan
perencanaan desain untuk material baja yang biasa digunakan dalam konstruksi;
• Kuat Tarik
Terhadap keruntuhan leleh (Yielding)
!!! = !!!!
ϕ = 0,9 untuk leleh
Pada penampang berlubang atau pelat sambungan
!!! = !!!! = !!!!!
ϕ = 0,75 untuk fraktur
• Kuat Tekan
Penampang langsing
!!" =!!!"(!")!
Penampang tidak langsing
!! = !!"!!
Ketika KL/r≤4,71 √(E/F_y ) maka
!!" = 0,685!!!! !!
Ketika KL/r>4,71 √(E/F_y ) maka
!!" = 0,877!!
!! =!!!!"!
!
• Kuat Lentur
!! = !!!!
!! = !!!!
• Bracing
!!" = !!!!!!"
!!" = 0,685!!!!!
!! =!"!
!!!
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
7
!"#$%& !"#$"%&'&( = (!!,!"#$ ∙ 1,1 ∙ 1,25)/!!,!"#$
!!!!!
+89
!!
!!!!≤ 1.0
!! = !!!!"
!! =!!
1− !!!!
≥ 1
Penggunaan CFST banyak digunakan untuk towe-tower tinggi menjulang,
karena kemampuannya yang mampu menahan local buckling akibat adanya beton di
dalam pipa baja. Dalam penelitian yang telah dilakukan terhadap CFST banyak
memberikan penjelasan bahwasanya CFST memiliki sistem yang berbeda dari segi
desain dan tahapan konstruksinya.
Dalam perencanaan desain elemen baja yang terisi beton rasio luasan
penampang baja maksimal 1% dari luas total area penampang komposit. Pembatasan
di atas untuk menentukan penampang tersebut masuk dalam compact, non-compact
dan slenderness. Menurut ANSI 360-10 desain elemen CFST sebagai berikut;
• Penampang Kompak
!!" = !!
!! = !!!! + !!!!! !! + !!"!!!!
• Penampang Non-Kompak
!!" = !! −!! − !!
(!! − !!)!(! − !!)!
!! = !!!! + 0,7!!! !! + !!"!!!!
• Penampang Langsing
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
8
!!" = !!"!! + 0,7!!! !! + !!"!!!!
!!" =9!!!!
!
• Kuat Lentur pada Balok menurut BS5400
!! =!! − 2!!!!!" + 4!!
! =0,4!!!
0,95!!
!! = 0,95!! !!ℎ − !!2 + !!!! !! + !!
4. Analisis Statik Nonlinier
Penggunaan analisis pushover akan mendapatkan grafik gaya geser berbanding
perpindahan. Dari grafik tersebut dapat dianalisis kekuatan, kekakuan dan daktilitas
struktur.
Kekakuan bisa didapatkan dengan gaya geser dasar dibagi dengan perpindahan
yang terjadi. Sedangkan daktilitas dapat dilihat dari faktor daktilitas yang merupakan
rasio dari perpindahan elastis dibandingkan dengan perpindahan maksimum atau saat
runtuh. Semakin besar faktpr daktilitas semakin besar daktilitas dari struktur.
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
9
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, desain awal menggunakan program ETABS berdasarkan SNI 1726:2012
sehingga didapatkan penampang yang digunakan seperti tabel berikut;
Tabel 1. Penampang Balok, Kolom dan Bracing Hasil Program ETABS
Lantai Bangunan Baja WF Bangunan Komposit (CFST)
Kolom Balok Bracing Kolom Balok Bracing
1-5 W14x342 W14x61 W12x120 HSS 16x16x5/8 HSS 14x6x5/8 W12x120
6-10 W14x283 W14x43 W10x112 HSS 14x14x5/8 HSS 12x6x5/8 W10x112
11-15 W12x190 W12x35 W10x100 HSS 12x12x5/8 HSS 10x6x5/8 W10x100
Dengan pembebanan yang digunakan sebagai berikut;
a. Adukan dari semen, per cm tebal; 21 kg/m2
b. Bahan-bahan mineral penambah, per cm tebal; 14 kg/m2
c. Langit-langit, semen asbes tebal < 4 mm; 11 kg/m2
d. Penutup lantai, per cm tebal; 24 kg/m2
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
10
e. Mekanikal dan elektrikal; 20 kg/m2
f. Beban hidup pada lantai gedung; 250 kg/m2
g. Beban hidup pada atap; 100 kg/m2
Beban gempa yang dirancang berdasarkan SNI 1726-2012 sebagai berikut;
Lokasi : Bengkulu
Jenis Tanah : Tanah Sedang (SD)
Analisis Gempa : Respons Spektrum (CQC)
Faktor Keutamaan : 1
Kategori Risiko : 1
Maka didapatkan respons spektrum sebagai berikut;
Desain panjang link sebagai berikut;
!! = 0,6 ∙ !! ∙ (ℎ − 2!!) ∙ !!
!! = !! ∙ !!
! ≤1,6!!
!!, !"#$ !"#"$
Dari penampang balok yang digunakan dan perhitungan link maka panjang link geser yang
diambil adalah 1 m. Setelah pre eliminary desain yang dilakukan pada ETABS selanjutnya
analisis menggunakan program DRAIN-2DX. Program DRAIN-2DX menggunakan elemen
tipe 02 untuk properti penampang balok, kolom, dan bracing sedangkan untuk rigiditas
sambungan menggunakan elemen tipe 04. Parameter yang dibutuhkan pada program DRAIN-
2DX tertera pada UCB/SEMM 93/18. Analisis pada penelitian ini menyamakan periode
struktur yang didapat dari program ETABS yaitu 1,3.
0 0.2 0.4 0.6 0.8
1 1.2 1.4
0 0.5 1 1.5 2
Perc
epat
an R
espo
ns S
pekt
rum
, Sa
(g)
Periode (detik)
GRAFIK RESPONS SPEKTRUM
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
11
Hasil Penelitian
Gambar 1. Grafik Perpindahan Bangunan Baja WF dan CFST
Gambar 2. Grafik Momen Rotasi Output DRAIN-2DX Elemen Tipe 02
Gambar 3. Grafik Momen Deformasi Ouput DRAIN-2DX Elemen Tipe 04
Gambar 4. Grafik Perpindahan Terhadap Rigiditas Sambungan
0
50
100
150
200
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Nod
al (Story)
X-‐Displacment
Displacement
WF
CFST
0 200 400 600 800
1000 1200
-‐0.01 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
Bend
ing Mom
ent
Rotasi
Momen -‐ Rotasi
End Plate
Top Seat Angle
0
500
1000
1500
2000
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Mom
en
Deformasi
Momen-‐Deformasi Baja WF
End Plate
Top Seat Angle
0
5
10
15
20
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Story
Displacement (m)
Displacement
End Plate
Top Seat Angle
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
12
Gambar 5. Grafik Pushover Terhadap Bangunan Baja WF dan CFST
Gambar 6. Grafik Pushover Terhadap Rigiditas Sambungan
Tabel 2. Kegagalan Geser Link Balok pada Bangunan Baja WF dan Komposit (CFST)
Lantai Element Number
Bangunan Baja WF Bangunan Komposit (CFST) Vu
Vn GAGAL GESER Vu
Vn GAGAL GESER
kiri kanan kiri kanan kiri kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
1-5
10 8 1023 1020
503,168
YA YA 1150 1148
1283
TIDAK TIDAK 21 19 1240 1241 YA YA 1158 1155 TIDAK TIDAK 32 30 1283 1282 YA YA 1117 1112 TIDAK TIDAK 43 41 1348 1311 YA YA 1128 1106 TIDAK TIDAK 54 52 1251 1355 YA YA 1071 1176 TIDAK TIDAK
6-10
65 63 900,2 1071
401,94
YA YA 1148 1147
1100
YA YA 76 74 1039 1074 YA YA 1010 1017 TIDAK TIDAK 87 85 1031 1029 YA YA 932,9 921,8 TIDAK TIDAK 98 96 981,3 982,2 YA YA 848,9 842,8 TIDAK TIDAK 109 107 944 948 YA YA 814,7 808,9 TIDAK TIDAK
0.00E+00 1.00E+03 2.00E+03 3.00E+03 4.00E+03 5.00E+03 6.00E+03
0.00E+00 2.00E-‐01 4.00E-‐01 6.00E-‐01 8.00E-‐01 1.00E+00
Base sh
ear x Load Factor
Displacement
Vbase -‐ Delta
WF
CFST
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Base She
ar x Load Factor
Displacement
Vbase-‐Delta
End Plate
Top Seat Angle
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
13
11-15
120 118 706,4 713,1
361,95
YA YA 590,4 585,4
916
TIDAK TIDAK 131 129 619,3 630,7 YA YA 535,2 531,6 TIDAK TIDAK 142 140 498,1 512,8 YA YA 425,4 422,4 TIDAK TIDAK 153 151 346,3 368,9 TIDAK YA 311,8 309,4 TIDAK TIDAK 164 162 223,2 248,1 TIDAK TIDAK 174,5 167,7 TIDAK TIDAK
Gambar 7. Sendi Plastis Akibat Pushover (dari kiri ke kanan) Bangunan Baja WF, Bangunan CFST, Bangunan End Plate dan Bangunan Top Seat Angle
Tabel 3. Rotasi Elemen Link pada Struktur Bangunan D-EBF
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
14
Lantai Link Rata-rata
Rotasi Empiris Kanan Kiri Baja WF CFST End Plate Top Seat Angle
1 8 10 0,02383 0,0147 0,029 0,032
0,08 Radian
2 19 21 0,04142 0,01833 0,020 0,030 3 30 32 0,04705 0,01677 0,018 0,029 4 41 43 0,05111 0,01785 0,020 0,030 5 52 54 0,05008 0,01609 0,015 0,026 6 63 65 0,06071 0,02372 0,019 0,027 7 74 76 0,06514 0,03118 0,024 0,036 8 85 87 0,06363 0,02554 0,021 0,034 9 96 98 0,06029 0,02064 0,018 0,029 10 107 109 0,05716 0,01811 0,016 0,026 11 118 120 0,06272 0,02366 0,024 0,032 12 129 131 0,05349 0,0163 0,018 0,025 13 140 142 0,03686 0,00417 0,010 0,013 14 151 153 0,02025 0 0,003 0,002 15 162 164 0,0091 0 0 0
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
15
Pembahasan
Pada hasil penelitian di atas dapat dilihat grafik perbandingan perpindahan yang
dilihat dari perbedaan material yang digunakan dan terhadap pengaruh rigiditas sambungan.
Pada grafik perpindahan dengan material yang berbeda mendapati perpindahan yang terjadi
pada setiap lantai bangunan dengan gaya yang sama untuk material yang berbeda. Hasil
DRAIN-2DX memperlihatkan perpindahan pada bangunan baja WF sejauh 0,12398 m dan
untuk bangunan CFST sejauh 0,11844 m. Sehingga dari grafik perpindahan di atas dapat
diketahui bahwa kekakuan bangunan CFST lebih besar dibandingkan dengan kekakuan pada
bangunan baja WF. Di mana semakin kaku bangunan maka semakin kecil perpindahan yang
terjadi.
Tabel 4. Perpindahan dan Simpangan Antar Lantai pada Bangunan Baja WF dan Komposit (CFST)
Lantai WF CFST
X-D (m) Drift X-D (m) Drift 1 0,007744 0,007744 0,007839 0,007839 2 0,01583 0,008086 0,015056 0,007217 3 0,023742 0,007912 0,022078 0,007022 4 0,032823 0,009081 0,029839 0,007761 5 0,045171 0,012348 0,043761 0,013922 6 0,052943 0,007772 0,049743 0,005982 7 0,062126 0,009183 0,05837 0,008627 8 0,071286 0,00916 0,066936 0,008566 9 0,080029 0,008743 0,075175 0,008239 10 0,088438 0,008409 0,083135 0,00796 11 0,096916 0,008478 0,091444 0,008309 12 0,10483 0,007914 0,099256 0,007812 13 0,11197 0,00714 0,10637 0,007114 14 0,11833 0,00636 0,11275 0,00638 15 0,12398 0,00565 0,11844 0,00569
Sedangkan pada grafik perpindahan terhadap rigiditas sambungan, di mana sambungan end
plate memiliki rigiditas yang lebih tinggi dibandingkan sambungan top seat angle, memiliki
perbedaan perpindahan yang tidak signifikan. Perpindahan pada setiap lantainya dapat dilihat
pada tabel berikut untuk setiap material yang digunakan;
Tabel 5. Perpindahan dan Simpangan Antar Lantai terhadap Material Baja WF dan Komposit (CFST) dengan Rigiditas Sambungan
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
16
Lantai Bangunan Komposit (CFST) Bangunan Baja WF End Plate Top Seat Angle End Plate Top Seat Angle
X-D (m) Drift X-D (m) Drift X-D (m) Drift X-D (m) Drift
1 0,0051 0,0051 0,00517 0,00517 0,005247 0,005247 0,005312 0,005312 2 0,00959 0,00449 0,00972 0,00455 0,010374 0,005127 0,01051 0,005198 3 0,01422 0,00463 0,01441 0,00469 0,015457 0,005083 0,015662 0,005152 4 0,01946 0,00523 0,01971 0,0053 0,021443 0,005986 0,021731 0,006069 5 0,02898 0,00952 0,02964 0,00993 0,029923 0,00848 0,030329 0,008598 6 0,03275 0,00378 0,03322 0,00358 0,034854 0,004931 0,03537 0,005041 7 0,03834 0,00559 0,03893 0,00571 0,040751 0,005897 0,041413 0,006043 8 0,04406 0,00572 0,04477 0,00584 0,046721 0,00597 0,047526 0,006113 9 0,04972 0,00566 0,05053 0,00576 0,052528 0,005807 0,053467 0,005941 10 0,05528 0,00557 0,0562 0,00567 0,058208 0,00568 0,059286 0,005819 11 0,06102 0,00573 0,06213 0,00594 0,063978 0,00577 0,065294 0,006008 12 0,0665 0,00548 0,06781 0,00568 0,069423 0,005445 0,07098 0,005686 13 0,07168 0,00518 0,07314 0,00533 0,07448 0,005057 0,076232 0,005252 14 0,07651 0,00484 0,0781 0,00496 0,079114 0,004634 0,08102 0,004788 15 0,08106 0,00455 0,08271 0,00462 0,083436 0,004322 0,085441 0,004421
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa rigiditas pada sambungan mempengaruhi perilaku
dari struktur bangunan, dengan rigiditas yang tinggi maka bangunan akan semakin kaku
sehingga perpindahan yang terjadi pada bangunan lebih kecil terhadap rigiditas yang kurang.
Dari grafik pushover di atas adalah perbandingan bangunan material baja WF dan
CFST yang dilakukan pushover dengan target perpindahan yang sama menggunakan DRAIN-
2DX. Dari grafik di atas dapat diketahui faktor daktilitas struktur dengan rasio perpindahan
elastis dengan perpindahan runtuh. Faktor daktilitas pada bangunan baja WF sebesar 67,5 dan
bangunan CFST sebesar 9,89, sehingga daktilitas pada bangunan baja WF dan CFST berbeda
jauh. Hal ini dikarenakan perbedaan luasan baja yang digunakan pada struktur bangunan di
mana bangunan baja WF menggunakan luasan baja sebanyak 2 kali dari luasan baja yang
digunakan pada bangunan CFST. Dengan metode pushover maka dapat diketahui sendi plastis
yang terjadi pada elemen bangunan. Sendi plastis yang terjadi pada bangunan baja WF lebih
banyak dibandingkan dengan bangunan CFST. Hal ini dikarenakan pada target yang telah
ditentukan bangunan CFST lebih cepat mengalami keruntuhan dibandingkan dengan
bangunan baja WF tetapi kekuatan pada bangunan CFST lebih besar dibandingkan bangunan
baja WF. Grafik pushover dengan memperhitungkan rigiditas sambungan mempengaruhi
daktilitas pada bangunan. Bangunan yang menggunakan sambungan end plate memiliki
faktor daktilitas sebesar 12,571 dan bangunan yang menggunakan sambungan top seat angle
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
17
memiliki faktor daktilitas sebesar 12,889. Dari data tersebut maka dapat dikatakan sambungan
top seat angle lebih daktail dibandingkan sambungan end plate. Sendi plastis yang terjadi
pada bangunan dengan memperhitungkan rigiditas sambungan dapat dilihat pada gambar di
atas bahwa sambungan top seat angle lebih banyak mengalami sendi plastis dibandingkan
dengan sambungan end plate. Hal ini dikarenakan pada bangunan dengan sambungan end
plate lebih cepat runtuh dengan target yang sama dibandingkan bangunan dengan sambungan
top seat angle. Sehingga dapat dikatakan bahwa sendi plastis yang terjadi dipengaruhi
terhadap kekakuan dan daktilitas dari bangunan. Semakin kaku bangunan semakin cepat
mengalami keruntuhan karena berbanding terbalik terhadap daktilitas struktur.
Pada tabel kegagalan geser link dan rotasi pada link dapat dilihat bahwa link pada
bangunan CFST dan WF dengan memperhitungkan rigiditas sambungan memiliki pengaruh
yang berbeda untuk masing-masing variabel yang digunakan. pada bangunan baja WF lebih
banyak yang mengalami kegagalan geser dibandingkan bangunan CFST. Hal tersebut
dikarenakan kapasitas geser pada penampang CFST lebih besar dibandingkan penampang
baja WF karena pada profil HSS yang digunakan pada CFST memiliki kekuatan geser pada
kedua webnya sedangkan baja WF hanya memiliki satu web sebagai kekuatan geser. Pada
rotasi elemen link dapat dilihat untuk setiap variabel tidak ada yang melebihi 0,08 radian
sehingga link geser dapat dikatakan aman sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rigiditas
sambungan mempengaruhi rotasi pada elemen link semakin tinggi rigiditas sambungan yang
digunakan maka semakin kecil rotasi yang terjadi pada elemen link.
Kesimpulan
Ø Perbedaan material penyusun bangunan untuk kolom dan balok dapat mempengaruhi
perilaku bangunan yang dapat dilihat dari displacement dan simpangan antar lantai yang
terjadi. Di mana CFST memiliki kekakuan yang lebih besar dan daktilitas yang lebih kecil
dibandingkan dengan baja WF secara global. Tapi ketika dilihat secara lokal penampang
baja WF memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan CFST.
Ø Daktilitas yang terjadi pada bangunan dipengaruhi oleh luasan baja yang digunakan,
semakin besar luasan baja yang digunakan maka bangunan akan semakin daktail.
Ø Besarnya kekakuan struktur D-EBF dengan material baja WF adalah 5670,144 kN/m dan
faktor daktilitas 65,7. Sedangkan untuk penggunaan material CFST sebesar 11451,91
kN/m dan faktor daktilitas 9,89.
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
18
Ø Rigiditas sambungan berpengaruh terhadap perilaku dari struktur bangunan secara lokal
maupun global. Rigiditas mempengaruhi kekuatan, kekakuan dan daktilitas bangunan serta
mempengaruhi rotasi pada elemen yang dilihat secara lokal. Pengaruh rigiditas sambungan
untuk material baja WF dan CFST adalah sama.
Saran
Ø Penelitian yang dilakukan masih menggunakan single system sehingga masih dapat diteliti
dengan pengaruh dual system.
Ø Penelitian melihat struktur bangunan secara global sedangkan banyak bagian lokal yang
dapat dipertimbangkan menjadi penelitian, seperti perilaku kolom komposit, balok
komposit, bracing, sambungan bracing dengan balok, dan lainnya.
Ø Penelitian dalam struktur bangunan EBF hanya dilakukan untuk link geser atau link
pendek. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk link lentur atau link panjang dan
perbandingannya.
Ø Penelitian hanya memperhitungkan rigiditas sambungan end plate, di mana end plate
merupakan sambungan yang biasa digunakan. dapat dilakukan lebih lanjut pada jenis
sambungan yang berbeda dan detailnya seperi pengaruh ukuran baut, mutu baut dan pelat,
dan lainnya.
Ø Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai biaya, metode konstruksi, dan waktu
dalam perencanaan bangunan menggunakan CFST.
Daftar Referensi
Wang, Rui et al. (2014). Flexural Performance of Rectangular CFST Members. Thin-Walled
Structures.
Aziz, Abdul. (2012). Studi Perilaku Sistem Rangka Baja K-Split EBF (Eccentrically Braced
Frames) Terhadap Beban Gempa Dengan Analisis Pushover, Skripsi. Universitas
Indonesia.
Rengganis, Aini. (2012). Studi Perilaku Struktur Eccentrically Braced Frames (D-EBF)
dengan Link Pendek menggunakan RSNI Gempa 03-1726-201x. Skripsi. Universitas
Indonesia.
Morino, Tsuda. (2002). Design and Construction of Concrete-Filled Steel Tube Column
System in Japan. Earthquake Engineering and Engineering Seismology.
ANSI/AISC 360-10. (2010). Specification for Structural Steel Buildings. American Institute
Of Steel Construction. Chicago, Illinois.
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017
19
Neville, A. M. (2011). Properties of Concrete. Pearson Education Limited. England.
Megson, T. H. G. (2014). Structural and Stress Analysis. University of Leeds. United
Kingdom
Riza, Muhammad Miftahkur. (2012). Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung Dengan ETABS.
ARS Group.
Segui, William T. (2013). Steel Design, Fift Edition. CENGAGE Learning. United States.
BS5400. (2005). Steel, Concrete and Composite Bridge, Part 5. British Standards
FEMA 356. (2000). Prestandard and Commentary for The Seismic Rehabilitation of
Buildings. Federal Emergency Management Agency.
FEMA 451. (2006). NEHRP Recommended Provisions: Design Examples. Federal
Emergency Management Agency
Dewobroto, Wiryanto. (2016). Struktur Baja – Perilaku, Analisis, dan Desain – AISC 2010.
Teknik Sipil UPH.
Maulana, Firmansyah. (2002). Analisa Pushover pada Struktur Baja 4 Lantai Menggunakan
Program Drain-2DX. Skripsi. Universitas Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (2016) . Data Dan Informasi Bencana
Indonesia
Rizzano, Piluso, Faella. (2000). Structural Steel Semirigid Connections, CRC Press LLC.
Boca Raton, Florida.
AISC. (2005). Steel Concstruction Manual. United States of America
Engelhardt, Michael D. (2007). Design of Seismic Resistant Steel Building Structures.
American Institute of Steel Construction.
Komparasi Perilaku ..., Irfan Fawzi, FT UI, 2017