kompleksometri
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
Kompleksometri
I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip dasar titrasi kompleksometri
2. Mahasiswa dapat membuat larutan baku EDTA 0,01 M yag diperlukan untuk
titrasi
3. Mahasiswa dapat melakukan pembakuan EDTA dengan larutan CaCO3
4. Menentukan kesadahan total, kesadahan tetap, dan kesadahan sementara dalam air
sumur
II. Dasar Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
1 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula
kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam
larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan
salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan
seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen
dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung
lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Bila etilen diamine tetra asetat (EDTA) ditambahkan ke dalam suatu larutan dari
kation logam tertentu, maka akan membentuk kompleks khelat yang mudah larut.
Bila sejumlah kecil zat warna seperti Eriochrom Blact T atau Calmigite ditambahkan
pada larutan menjadi merah anggur. Apabila EDTA ditambahkan pada larutan
tersebut, kalsium dan magnesium akan dikomplekskan, maka larutan berubah dari
merah anggur menjadi biru, menandakan titik akhir titrasi. Untuk menghasilkan titik
akhir titrasi yang baik diperlukan adanya ion magnesium. Ketajaman titik akhir titrasi
meningkat dengan bertambahnya pH. pH 10,0 + 0,1 adalah pH yang memberikan
hasil yang memuaskan. Batas waktu 5 menit dimaksudkan untuk mengatur lamanya
titrasi guna memperkecil kemungkinan pengendapan CaCO3.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila
beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi,
1993).
2 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya
sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini
contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit;
1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue.
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia
adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap
dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa
kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida.
Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah
bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion
ini merupakan ligan bergigi satu.
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna
sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam
dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam
itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,
EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks
logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas
dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator
harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna
terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA
dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
3 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut
dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai
dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak
tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan
menggunakan larutan kadmium
Faktor-faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara lain:
1) Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam,
2) Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan
sempurna (kecuali dengan logam alkali)
3) Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam
4) Telah dikembangkan indikatornya secara khusus
5) Mudah diperoleh bahan baku primernya
6) Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan
untuk standardisasi. Faktor-faktor inilah yang membuat syarat-syarat untuk titrasi
telah terpenuhi dengan baik jika menggunakan EDTA.
Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri,antara lain :
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak
mengendap pada pHtitrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat.
Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang mengendap
pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan lambat. Contoh
penentuannyaialah untuk penentuan ion Ni.3.
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk
ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang
4 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam
lainnya, contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.
4. Titrasi tidak langsung Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat, danfosfat).
b. Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion
sianida
III. Alat dan Bahan
Alat :
Buret 50 ml
Statif
Erlenmeyer 250 ml
Gelas Kimia 50 dan 250 ml
Labu Ukur 250 dan 500 ml
Pipet Volum 5 ml
Pipet Volum 10 ml
Pipet Volum 50 ml
Gelas Ukur 10 ml
Gelas Ukur 100 ml
Kaca Arloji
Neraca Analitik
Kertas Saring
Bunsen
Batang Pengaduk
Spatula
Ball Pipet
Corong
Bahan :
etilen diamine tetra asetat (EDTA)
Larutan dapar (MgSO4.7H2O,NH4Cl,NH4OH)
Indikator Eriochrom Blact T (EBT)
NaOH 1 N
5 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
Indikator murexid
Serbuk kalsium karbonat (CaCO3) 0,01 N
HCl
NH4OH 3N
Aquades steril
pH stick
Larutan buffer pH 10
Sampel air sumur
IV. Prosedur Kerja
1. Prosedur Titran Baku EDTA 0,01 M :
1,8615 g EDTA (p.a) dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 500 ml.
2. Pembuatan larutan baku Kalsium Karbonat (CaCO3) :
- 0,25 g serbuk kalsium karbonat (CaCO3) anhidrat (baku primer atau reagen
khusus yang rendah kandungan logam berat, alkali dan magnesium) ditimbang
dalam gelas beaker 50 ml
- Diencerkan sedikit demi sedikit dengan aquades lalu dimasukkan dalam gelas
beaker 250 ml dengan bantuan corong
- Ditambahkan aquades 200 ml lalu ditambahkan HCl (1 : 1) sedikit demi
sedikit sampai semua CaCO3 larut
- Larutan dididihkan selama beberapa menit untuk mengusir CO2
- Setelah dingin ditambah beberapa tetes indicator NH4OH 3N atau HCl (1:1)
secukupnya sampai larutan berwarna jingga
- Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 250 ml dan
diencerkan sampai tepat 250 ml dengan aquades.
1 ml = 1 mg CaCO3
3. Pembuatan larutan dapar :
Dilarutkan 1,179 g garam dinatrium dari EDTA dihidrat (p.a) 780 mg magnesium
sulfat (MgSO4.7H2O) dalam 50 ml aquades. Larutan ini ditambahkan 16,9 g
6 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
Ammonium klorida (NH4Cl) dalam 143 ml ammonium hidroksida (NH4OH)
pekat, sambil diaduk dan diencerkan sampai 250 ml aquades.
4. Pembuatan indicator EBT :
- 0,5 g EBT ditimbang
- 100 g NaCl ditimbang
- Keduanya digerus sampai homogen
5. Pembuatan indicator Murexid :
- Ditimbang 100 g NaCl
- Ditimbang 0,2 g murexid
- Keduanya digerus sampai homogen
6. Prosedur standarisasi EDTA 0,01 M :
- 10 ml larutan CaCO3 dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 1 – 2 ml larutan dapar, lalu pH dicek 10,0 + 0,1
- Ditambah kan indicator EBT sepucuk ujung sendok, lalu dikocok.
- Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna merah
anggur menjadi biru
- Dilakukan duplo
7. Penentuan Kesadahan Total
- Dipipet 50,0 ml cuplikan air (air sumur)
- Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH = 10
- Ditambahkan 0,05 gram indikator EBT – NaCl
- Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan berubah dari
merah menjadi biru
- Dilakukan duplo
8. Penentuan Kesadahan Tetap
- Diambil 250 ml cuplikan air (air sumur) dan memasukkan dalam gelas kimia
- Dididihkan selama 30 menit
- Didinginkan, menyaring dengan kertas saring
7 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
- Ditampung filtrat kedalam labu Erlenmeyer 250 ml tanpa pembilasan kertas
saring
- Diambil 50 ml filtrat dan ditambahkan 1 ml larutan buffer pH =10
- Ditambahkan 0,05 gram EBT – NaCl
- Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M hingga larutan berwarna biru jelas
- Dilakukan duplo
9. Penentuan Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara diperoleh dari kesadahan total dikurangi kesadahan tetap.
V. Hasil Pengamatan
Sebelum ditambahkan indicator, larutan CaCO3 berwarna bening. Setelah diberi
indicator EBT larutan menjadi berwarna merah anggur. Setelah larutan titrat berubah
menjadi warna biru, titrasi dihentikan. Volume titran dicatat sebagai vol. titrasi.
Perhitungan.
Hasil titrasi EDTA dengan CaCO3 : pH larutan dapar = 10
Vol. titrasi 1 : 9,3 ml
Vol. titrasi 2 : 9,1 ml
Vol. titrasi 3 : 9,1 ml
Vol. titrasi rata – rata : 9,167 ml
10 ml CaCO3 = 9,167 ml EDTA
1 ml EDTA = = 1,09 ml CaCO3
Jadi 1 ml EDTA digunakan untuk standarisasi 1,09 ml CaCO3.
Pemeriksaan ulang
V CaCO3 x M CaCO3 = V EDTA x M EDTA
10 x 0,01 = 9,167 x M EDTA
M EDTA = = 0,0109 M
8 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya
Kimia Analitik
Penetapan Kesadahan Total, Tetap, dan Sementara
No Langkah Percobaan Hasil Percobaan
1.
2.
* Penentuan Kesadahan Total
- 25,0 ml cuplikan air sumur di pipet +1
ml buffer pH 10 + 50 mg campuran
EBT-NaCl. Dikocok dengan baik.
- Menitrasi dengan larutan baku EDTA.
- Dititrasi secara duplo
* Penentuan Kesadahan Tetap
- 125 ml cuplikan air diambil ke dalam
gelas kimia dan mendidihkan selama 30
menit. Mendinginkan larutan ini.
- Disaring g filtrat ke dalam labu takar
250 ml tanpa pembilasan kertas saring.
- Dititrasi secara duplo
Titrasi 1 :
Volume EDTA = 0,3 ml
Titrasi 2
Volume EDTA = 04 ml
Vrata-rata = 0,35 ml
Perubahan warna = Ungu – Biru muda
Titrasi 1 :
Volume EDTA = 0,3 ml
Titrasi 2
Volume EDTA = 0,3 ml
Vrata-rata = 0,3 ml
Perubahan warna = Ungu – Biru muda
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/kompleksometri/
9 Vivayanti Nurhidayah 1621112009FT Universitas Bandung Raya