komplikasi

5
KOMPLIKASI 1. ERETROLITHIASIS Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasiureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent. Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi. 2. NEFROLITHIASIS Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan

Upload: matsuyama-youki

Post on 30-Dec-2014

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

komplikasi dd

TRANSCRIPT

Page 1: KOMPLIKASI

KOMPLIKASI

1. ERETROLITHIASIS

Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sangat

diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan

intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan

transfusi pada tindakan batu ureter memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi

menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi

ureter, trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan

urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasiureter, hematom perirenal, ileus, stein

strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.

Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi,

tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang melekat. Angka kejadian striktur

kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar

penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.

2. NEFROLITHIASIS

Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis dan

kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang

terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk

didalamnya adalah pielonefritis dan sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan terbuka maupun

noninvasif seperti ESWL ( Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Biasanya infeksi terjadi sesaat

setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa saat setelah dilakukannya ESWL saat pecahan batu

lewat dan obstruksi terjadi. Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar, kolon dan paru serta

perforasi pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi yang adekuat, penanganan

yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi ini.

3. APENDITIS

Perforasi

Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi

appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam

tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan

Page 2: KOMPLIKASI

kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun

sampai menghilang karena ileus paralitik.

Peritonitis

Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam

bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi

dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan

peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas

peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan

meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi,

gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri

abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang

Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan

oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan

mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses

radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu

masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri.

Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum

telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa

berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.

4. KOLESTITIS

Kolesistitis kalkulosa akut

peradangan akut pada kandung empedu yang mengandung batu yang dipicu oleh

obstruksi olehleher kandung empedu atau duktus sistikus.

Kolangitis

Kelainan ini dapat terjadi akibat setiap lesi yang menghambat aliran empedu terutama

koledokolitiasis.

Pankreatitis akut

batu empedu yang terjepit pada ampulla vaterri/ sfingter oddi atau adanya

mikrolitiasis dapat mengakibatkan pancreatitis akaut karena refluk cairan empedu

kedalam saluran pancreas.

Page 3: KOMPLIKASI

Ikterus obstruktif

disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris kecepatan pembentukan bilirubinnya normal

tetapi bilirubinyang normal, tetapi bilirubin yang dibentuk tidak dapatmemasuki usus.

5. VASEKALO

a. Sistem Pernafasan

Atelektasis bisa terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh analgetik, anestesi,

dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret

dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karenatekanan oleh agens analgetik dan anestesi

serta bisa terjadi emboli pulmonal.

b. Sistem Sirkulasi

Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau

lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena

yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis

vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.

c. Sistem Gastrointestinal

Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa terjadi distensi

abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat

diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.

d. Sistem Genitourinaria

Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus otot.

e. Sistem Integumen

Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase

penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya

drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/keluarnya organ

dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula

surgical mump (parotitis).

f. Sistem Saraf 

Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.