komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan …

14
pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183 Ulin J Hut Trop 1(2): 182-195 September 2017 182 Ulin J Hut Trop 1(2): 182-195 KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN REVEGETASI PASCA TAMBANG BATUBARA Krisna Adib Setiawan, Sutedjo*, Paulus Matius Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Kampus Gunung Kelua, Jl. Panajam, Samarinda 75119 E-Mail: [email protected] ABSTRACT One component of the tropical rainforest ecosystem is the understorey plants. The plants are not only found at the naturally forest floor, but also on disturbed land such as post-coalmine land. The presence of understorey plants in post- coal mines will accelerate restoring disturbed forest land. This research aims to determine the condition of both understorey and natural pioneer species at the post-coalmine land, in terms of species richness and its diversity. The data was collected by using the ploted-line method, mainly over revegetated land. The result of inventory of understorey species at revegetated land is 43 species, while from its surrounding is even 71 species respectively. The data showed that the number of understorey species at revegetated land is lower than its sorrounding. The condition is probably close related to the prior status of mining land as plantation and limited production forest. However, in compare with baseline data at the early time of revegetation activity, the number of understorey species was more diverse at the time of study. During inventory at the revegetation land was also found four species of pioneer plants namely Homalanthus populneus (Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., and Trema orientalis L. ( Blume). Post-coalmining land is looking as severe degraded land following intensivelly managed, those consequenly bring through a limited number of understorey species. Keywords: Post mining; understorey; pioneer species ABSTRAK Salah satu komponen dari ekosistem hutan hujan tropis adalah tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah tidak hanya dijumpai di lantai hutan, tapi juga di lahan terganggu seperti lahan pasca tambang batubara. Tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah di lahan pasca tambang batubara akan membantu dalam proses memulihkan lahan hutan yang terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis pionir alami di lahan pasca tambang batubara dalam hal kekayaan jenis, keragaman jenis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak di lahan revegetasi. Hasil inventarisasi diluar lahan revegetasi dijumpai 71 jenis tumbuhan bawah, sedangkan di lahan revegetasi dijumpai 43 jenis tumbuhan bawah. Dari kedua lokasi penelitian, jenis tumbuhan bawah di lahan sekeliling lokasi penelitian dijumpai lebih banyak. Jika dibandingkan dengan data rona awal, jenis tumbuhan bawah lebih beragam pada saat penelitian dilakukan. Kondisi tersebut diduga karena tempat penelitian sebelum dilakukan penambangan merupakan hutan sekunder bekas hutan produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Tanaman Industri (HTI), sehingga memungkinkan jika memiliki keragaman jenis yang rendah. Di lahan revegetasi terdapat 4 jenis tumbuhan pionir yaitu Homalanthus populneus (Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg.,Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume). Lahan pasca tambang batubara merupakan lahan yang mengalami gangguan berat, serta merupakan komunitas yang terkendali oleh manusia, sehingga memiliki keragaman jenis yang rendah. Kata kunci: Pasca tambang; tumbuhan bawah; tumbuhan pionir PENDAHULUAN Komunitas tumbuhan bawah tidak hanya dijumpai di lantai hutan, tapi juga terdapat di lahan terbuka seperti tepi jalan, tebing sungai, lahan pertanian, perkebunan dan di lahan terganggu ringan maupun lahan terganggu berat seperti lahan pasca tambang batubara. Pada proses pertambangan batubara, akan menimbulkan kerusakan terhadap bentang alam hutan, sehingga menghilangkan ekosistem secara permanen. Tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah di lahan pasca tambang, diduga bahwa komunitas vegetasi tersebut bersifat hipertoleran dan hiperkumulator, yaitu dapat mentolerir logam dengan konsentrasi tinggi dan dapat mengakumulasi logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada jaringannya (Widyati, 2011). Tumbuhan bawah juga merupakan jenis- jenis yang toleran terhadap berbagai lingkungan termasuk lingkungan yang kering, tandus, dan miskin unsur hara. Oleh karena itu, tumbuhan bawah banyak digunakan sebagai tanaman pionir guna merehabilitasi lahan-lahan marjinal dan terganggu seperti lahan pasca tambang batubara, sehingga tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah di lahan pasca tambang batubara akan

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195September 2017

182 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAHDI LAHAN REVEGETASI PASCA TAMBANG BATUBARA

Krisna Adib Setiawan, Sutedjo*, Paulus Matius

Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas MulawarmanKampus Gunung Kelua, Jl. Panajam, Samarinda 75119

E-Mail: [email protected]

ABSTRACT

One component of the tropical rainforest ecosystem is the understorey plants. The plants are not only found at thenaturally forest floor, but also on disturbed land such as post-coalmine land. The presence of understorey plants in post-coal mines will accelerate restoring disturbed forest land. This research aims to determine the condition of bothunderstorey and natural pioneer species at the post-coalmine land, in terms of species richness and its diversity. Thedata was collected by using the ploted-line method, mainly over revegetated land. The result of inventory of understoreyspecies at revegetated land is 43 species, while from its surrounding is even 71 species respectively. The data showedthat the number of understorey species at revegetated land is lower than its sorrounding. The condition is probably closerelated to the prior status of mining land as plantation and limited production forest. However, in compare with baselinedata at the early time of revegetation activity, the number of understorey species was more diverse at the time of study.During inventory at the revegetation land was also found four species of pioneer plants namely Homalanthus populneus(Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., and Tremaorientalis L. ( Blume). Post-coalmining land is looking as severe degraded land following intensivelly managed, thoseconsequenly bring through a limited number of understorey species.

Keywords: Post mining; understorey; pioneer species

ABSTRAK

Salah satu komponen dari ekosistem hutan hujan tropis adalah tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah tidak hanyadijumpai di lantai hutan, tapi juga di lahan terganggu seperti lahan pasca tambang batubara. Tumbuhnya secara alamitumbuhan bawah di lahan pasca tambang batubara akan membantu dalam proses memulihkan lahan hutan yangterganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis pionir alami di lahan pascatambang batubara dalam hal kekayaan jenis, keragaman jenis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakanmetode garis berpetak di lahan revegetasi. Hasil inventarisasi diluar lahan revegetasi dijumpai 71 jenis tumbuhanbawah, sedangkan di lahan revegetasi dijumpai 43 jenis tumbuhan bawah. Dari kedua lokasi penelitian, jenis tumbuhanbawah di lahan sekeliling lokasi penelitian dijumpai lebih banyak. Jika dibandingkan dengan data rona awal, jenistumbuhan bawah lebih beragam pada saat penelitian dilakukan. Kondisi tersebut diduga karena tempat penelitiansebelum dilakukan penambangan merupakan hutan sekunder bekas hutan produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas(HPT) dan Hutan Tanaman Industri (HTI), sehingga memungkinkan jika memiliki keragaman jenis yang rendah. Dilahan revegetasi terdapat 4 jenis tumbuhan pionir yaitu Homalanthus populneus (Geiseler) Pax., Macaranga gigantea(Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg.,Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume). Lahan pascatambang batubara merupakan lahan yang mengalami gangguan berat, serta merupakan komunitas yang terkendali olehmanusia, sehingga memiliki keragaman jenis yang rendah.

Kata kunci: Pasca tambang; tumbuhan bawah; tumbuhan pionir

PENDAHULUAN

Komunitas tumbuhan bawah tidak hanyadijumpai di lantai hutan, tapi juga terdapat dilahan terbuka seperti tepi jalan, tebing sungai,lahan pertanian, perkebunan dan di lahanterganggu ringan maupun lahan terganggu beratseperti lahan pasca tambang batubara. Pada prosespertambangan batubara, akan menimbulkankerusakan terhadap bentang alam hutan, sehinggamenghilangkan ekosistem secara permanen.Tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah dilahan pasca tambang, diduga bahwa komunitasvegetasi tersebut bersifat hipertoleran dan

hiperkumulator, yaitu dapat mentolerir logamdengan konsentrasi tinggi dan dapatmengakumulasi logam tertentu dengankonsentrasi tinggi pada jaringannya (Widyati,2011). Tumbuhan bawah juga merupakan jenis-jenis yang toleran terhadap berbagai lingkungantermasuk lingkungan yang kering, tandus, danmiskin unsur hara. Oleh karena itu, tumbuhanbawah banyak digunakan sebagai tanaman pionirguna merehabilitasi lahan-lahan marjinal danterganggu seperti lahan pasca tambang batubara,sehingga tumbuhnya secara alami tumbuhanbawah di lahan pasca tambang batubara akan

Page 2: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

183

membantu dalam proses memulihkan kondisilahan hutan terganggu akibat penambangan.

Studi mengenai tumbuhan bawah khususnyadi lahan pasca tambang batubara maupun padalahan terganggu lainnya masih sedikit dilakukan.Selain itu, pemahaman oleh pelaku tambangmengenai revegetasi di lahan pasca tambang jugamasih kurang, sehingga informasi mengenaitumbuhan bawah di lahan pasca tambangsangatlah terbatas. Dalam penelitian ini, objekpenelitian adalah tumbuhan bawah yang tumbuhsecara alami, akan tetapi jenis-jenis pionir alamiyang tumbuh di lokasi penelitian juga akandiinventarisasi. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis-jenis pionir alami di lahan pasca tambangbatubara dalam hal kekayaan jenis; keragaman

jenis; dan mengetahui manfaat ekonomis maupunekologis.

METODE

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai komposisi jenistumbuhan bawah di lahan revegetasi pascatambang batubara, dilaksanakan di lahanrevegetasi tahun 2013 perusahaan tambangbatubara PT Kitadin site Tandung Mayang, KutaiTimur, Kalimantan Timur untuk pengambilandata. Sedangkan pengolahan data dilaksanakan diLaboratorium Dendrologi dan Ekologi HutanFakultas Kehutanan Unmul. Waktu yangdigunakan untuk penelitian ini kurang lebih 6bulan mulai bulan Juli 2015 sampai dengan bulanDesember 2015.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

B. Alat dan Bahan Penelitian

Beberapa peralatan yang digunakan dalampenelitian ini, antara lain meteran, GlobalPositioning System (GPS), luxmeter, clinometer,parang, pita survey, meteran, kamera, kompas,gunting stek dan buku panduan identifikasi jenisliana. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

alkohol, kertas specimen, semua jenis tumbuhanbawah di plot sampel.

Page 3: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

184 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

Gambar 2. Lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadin Site Tandung Mayang

C. Prosedur Penelitian

1. Orientasi lapanganKegiatan orientasi lapangan merupakan

bagian dari penelitian yang dilaksanakan sebelumpengambilan data di lapangan. Tahapan inidilaksanakan dengan mempelajari situasi dankondisi lapangan secara menyeluruh. Tujuan padatahapan ini adalah untuk menetapkan lokasi yangakan digunakan sebagai tempat penelitian yaituberupa petak penelitian, sehingga mempermudahkegiatankegiatan pada tahapan selanjutnya.

2. Teknik pembuatan plotPengumpulan data primer dilakukan di lokasi

penelitian dengan mengadakan inventarisasilapangan. Dimana data yang dikumpulkan adalah

tumbuhan bawah dan jenis-jenis pionir yangtumbuh dari proses regenerasi alami. Adapunpengumpulan data primer, dilakukan denganpembuatan petak penelitian dan eksplorasideskriptif. Pembuatan petak, dilaksanakan sesuaidengan rencana dan tujuan penelitian, yaitumenggunakan metode garis berpetak (Kusmana,1997). Metode ini merupakan modifikasi darimetode petak ganda atau metode jalur, yaitudengan cara melompati satu atau lebih petakdalam jalur, sehingga sepanjang garis rintisterdapat petak-petak pada jarak tertentu yangsama. Semua parameter kuantitatif dapat dihitungsama dengan cara pada petak ganda maupun padacara jalur.

Keterangan :1, 2, 3 : petak contoh pengamatan 2x2 m untuk tumbuhan bawahA, B, C : petak pengamatan 20x20 m

Gambar 3. Desain plot di lapangan dengan metode garis berpetak (Kusmana, 1997)

Pada penelitian ini, petak contoh dibuat pada10 jalur sepanjang 200 m, dengan arah memotongkontur. Masing-masing petak berukuran 20 × 20

m dengan jarak tiap petak 20 m, kemudian dalampetak ini dibuat petak contoh pengamatanberukuran 2 × 2 m sebanyak 1 petak contoh

Page 4: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

185

pengamatan. Sehingga total petak contohpengamatan yang dibuat sebanyak 50 petak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitiansurvey eksploratif yaitu memperoleh informasiatau data-data dengan cara melakukanpengamatan langsung di lokasi penelitian.Pengambilan sampel dilakukan dengan metodepurposive sampling, di mana objek penelitianadalah tumbuhan Liana atau tumbuhan pemanjat.Untuk lokasi pengambilan sampel menggunakanmetode transek dengan lebar 20 meter yaitumenetapkan garis transek dengan arah memotonggaris kontur dengan batasan 3 paparan cahayayang berbeda yaitu terbuka, sedang dan tertutupserta mempertimbangkan keterwakilan tipekomunitas yang diamati. Informasi jenis Liana dilokasi dikumpulkan dari 3 transek pengamatan,

yang dimulai dengan penentuan titik awalkemudian mencatat intensitas cahaya. SetiapLiana yang ditemukan di sekitar jalur diambil dandicatat jenisnya baik yang sudah diketahuimaupun yang belum diketahui nama jenisnyadiambil spesimennya untuk pembuatan herbariumdan untuk proses identifikasi.

3. Teknik pengambilan dataDalam inventarisasi tumbuhan bawah,

penghitungan jumlah individu dihitungberdasarkan perawakan (habitus) masing-masingjenis tumbuhan bawah. Dalam plot pengamatan,tumbuhan bawah yang berperawakan herba, ternaataupun perdu, dihitung berdasarkan batangnya,sedangkan tandan rumputrumputan dan teki-tekiandihitung sebagai satu individu.

Gambar 4. Pengambilan data tumbuhan bawah

Proses pengumpulan data dilakukan secarakuantitatif dan kualitatif. Pada tahapan ini,pengambilan data dilakukan dengan penjelajahandi lahan revegetasi dan di lahan luar tambang.Penelitian ini kemudian diinterpretasikan dalambentuk penulisan deskriptif menggunakanpendekatan kualitatif. Metode deskriptifmemusatkan perhatian terhadap masalah-masalahatau fenomena-fenomena yang ada pada saatpenelitian dilakukan atau masalah yang bersifataktual, kemudian menggambarkan fakta tentangmasalah yang diselidiki sebagaimana adanyadiiringi dengan interpretasi (Nawawi, 1990).

Sehingga hasil dari tahapan ini berupa gambaranfakta-fakta dan penjelasan mengenai objekpenelitian sesuai dengan kenyataan sebagaimanaadanya, serta menganalisa untuk memberikankebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

4. Analisis dataUntuk mengetahui gambaran kehadiran

tumbuhan bawah di lahan revegetasi pascatambang batubara, maka dari data yangdikumpulkan dilakukan pengolahan data denganmenganalisa keragaman menggunakan indekskeragaman jenis, kemerataan jenis, dan dominansijenis.

Page 5: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

186 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

a. Indeks Keragaman JenisKeragaman jenis merupakan ciri tingkatan

komunitas dan struktur komunitas. Keragamanjuga dapat digunakan untuk mengukur stabilitaskomunitas, yaitu kemampuan suatu komunitasuntuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun adagangguan terhadap komponen-komponennya(Soegianto, 1994). Keragaman yang tinggimenunjukkan bahwa suatu komunitas memilikikompleksitas tinggi karena interaksi spesies yangterjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Indekskeragaman jenis menunjukkan nilai keseimbangankeragaman dalam suatu pembagian jumlahindividu tiap jenis.

Sedikit atau banyaknya keragaman jenis dapatdilihat dengan menggunakan indeks keragaman.Keragaman mempunyai nilai terbesar jika semuaindividu berasal dari genus atau jenis yangberbeda-beda. Sedangkan nilai terkecil didapatsatu genus atau satu jenis saja (Odum, 1993).Analisis keragaman jenis ditentukan denganmenggunakan rumus indeks keragaman jenisShannon (H’) menurut Magurran (1988).

H' = - Σ{(ni/N). ln (ni/N)}

b. Indeks Kemerataan JenisIndeks kemerataan jenis (E) menurut Odum

(1993), semakin besar nilai E menunjukkankelimpahan yang hampir seragam dan merataantar jenis. Nilai indeks kemerataan jenis (E)berkisar antara 0-1, di mana 0 menunjukkankelimpahan yang tidak merata, sedangkan angkamaksimal yaitu 1 menunjukkan kelimpahan yangmerata.

E= ( )c. Indeks Dominansi Jenis (C)

Indeks dominansi jenis (Index of Dominance)adalah parameter yang menyatakan tingkatterpusatnya dominansi (penguasaan) spesiesdalam suatu komunitas. Penguasaan ataudominansi spesies dalam komunitas bisa terpusatpada satu spesies, beberapa spesies, atau padabanyak spesies (Indriyanto, 2012). Indeksdominansi dihitung dengan menggunakan rumusindeks dominansi jenis yang dikemukakan olehSimpson (C) menurut Margalef (1958):

C = Σ (ni/N)2

Nilai indeks dominansi jenis yang tertinggiadalah 1, yang menunjukkan bahwa komunitastersebut dikuasi oleh satu jenis atau terpusatnya

pada satu jenis. Jika beberapa jenis mendominansisecara bersama-sama maka indeks dominansiakan mendekati nol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai komposisi jenistumbuhan bawah ini dilaksanakan di lahanrevegetasi pasca tambang batubara tahun 2013 PTKitadin, site Tandung Mayang. Secaraadministrasi areal eksploitasi PT Kitadin siteTandung Mayang terletak di wilayah Desa SukaRahmat, Kecamatan Teluk Pandan, KabupatenKutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.Berdasarkan peta paduserasi rencana tata ruangwilayah Provinsi Kalimantan Timur dan tata gunalahan kesepakatan, PT Kitadin site TandungMayang berada dalam kawasan budidayakehutanan (KBK). Lahan tersebut merupakankawasan HPT seluas 1.487 Ha dan HTI PT SuryaHutani Jaya seluas 851 Ha (Anonim, 2014).Sedangkan secara geografis terletak padakoordinat 00°11'00" LU dan 117°21'11" BT.Dalam proses penambangan, PT Kitadin siteTandung Mayang menggunakan sistem tambangterbuka (open pit mining) atau juga disebuttambang permukaan. Kegiatan rehabilitasi lahanPT Kitadin site Tandung Mayang dimulai sejaktahun 2007 yang meliputi reklamasi danrevegetasi. PT Kitadin site Tandung Mayangmengelola areal eksploitasi seluas 2.338 Ha yangdibagi menjadi menjadi empat blok. Sedangkanuntuk lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadin siteTandung Mayang seluas 50,78 Ha. Sebagian lahanrevegetasi tahun 2013 pernah dipakai lokasipenimbunan top soil (top soil stockpile) dari lahanrevegetasi tahun 2014. Sebagian lahan revegetasitersebut juga digunakan sebagai jalan aksesmenuju lahan revegetasi tahun 2012 dan 2013.Dalam penelitian ini, untuk menginventarisasitumbuhan bawah menggunakan metode garisberpetak (Kusmana, 1997) sebanyak 50 plotcontoh.Total luas areal penelitian sekitar ± 80.000m2.

Berdasarkan rencana reklamasi tahun 2010-2014 PT Kitadin site Tandung Mayang, untukmenjaga kestabilan lereng, lahan reklamasidibentuk teras berjenjang atau teras bangkudengan sudut kemiringan tiap teras (single slope)sekitar 35°, sedangkan sudut kemiringan seluruhteras (overall slope) sekitar 18°. Lebar tiap teras(bidang olahan) seluas 20-30 m dan tinggi 20 m.Pengaturan bentuk teras bangku tersebut telahsesuai dengan pedoman reklamasi lahan pada

Page 6: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

187

Page 7: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

188 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

B. Kehadiran Tumbuhan Bawah di LahanRevegetasi

Berdasarkan hasil inventarisasi dalam petakpengamatan, terdapat 43 jenis dari 22 familitumbuhan bawah. Dari hasil inventarisasi terebut,selain tumbuhan bawah, terdapat beberapa jenispionir alami dalam tingkat semai dantanamanpenutup tanah (cover crop) yang masih bertahansampai pada saat penelitian dilakukan yaituCalopogonium sp. dan Centrosema pubescensBenth. Tanaman penutup tanah jenis C. pubescensBenth paling banyak dijumpai pada saatpengamatan. Pada beberapa titik di lahanrevegetasi tahun 2013 PT Kitadin site TandungMayang, jenis tersebut justru menjadi pengganggu

pertumbuhan tanaman cepat tumbuh (tanamanpokok).

Menurut Yasir dkk. (2015), jenis-jenistanaman penutup tanah (cover crop) tidakselamanya memberikan dampak positif terhadapkeberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan(reklamasi dan revegetasi). Jenis tanaman penutuptanah Calopogonium sp. dan C. pubescens Benth.merupakan jenis yang cepat tumbuh, menjalar danmelilit sehingga jika ditanam dengan strategi yangtidak tepat akan berdampak terhadap biayapemeliharaan tanaman yang sangat tinggi. Selainitu, kedua jenis tersebut juga berpotensi menjadipesaing dan pengganggu tanaman pokok yangmenyebabkan tanaman pokok hidup merana danmati, bahkan terkadang menjadi inang daribakteri, virus dan jamur.

Tabel 1. Jenis tumbuhan bawah yang dijumpai di lahan revegetasi pasca tambang batubara

No. Nama Famili Habitus Jumlah

1 Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Asteraceae Perdu 134

2 Cyperus rontudus L. Cyperaceae Herba 140

3 Desmodium heterophyllum (Wild.) DC. Leguminosae Herba 158

4 Imperata cylindrica (L.)Raeush Poaceae Herba 168

5 Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br. Lygodiaceae Herba 26

6 Melastoma malabathricum L. Melastomataceae Perdu 33

7 Merremia peltata (L.) Merr. Convolvulaceae Liana 40

8 Mikania micrantha Kunth. Asteraceae Liana 323

9 Ottochloa nodosa (Kuth) Dandy Poaceae Herba 48

10 Paspalum conjugatum P.J. Bergius Poaceae Herba 1.519

Dari hasil inventarisasi, jenis-jenis yangdijumpai tidak hanya tumbuhan bawah, tapi jugaterdapat beberapa jenis pionir alami dalam tingkatsemai. Dalam petak penelitian juga terdapat 12

jenis tumbuhan bawah serta semai dari beberapatumbuhan pionir yang jarang dijumpai dan hadirdengan jumlah individu 1 (satu) individu disajikanpada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis tumbuhan bawah yang jarang dijumpai di lahan revegetasi pasca tambang batubara

No. Jenis Famili Habitus Jumlah

1 Acrostichum aureum L. Pteridaceae Herba 1

2 Adenia macrophylla (Blume) Koord. Passifloraceae Liana 1

3 Blechnum serrulatum Rich Blechnaceae Herba 1

4 Clidemia hirta (L.) D. Don Melastomataceae Perdu 1

5 Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Gleicheniaceae Herba 1

6 Homalanthus populneus (Geiseler) Pax Euphorbiaceae Semai 1

7 Hyptis capitata Jacq. Lamiaceae Herba 1

8 Macaranga tanarius (L.) Mull.Arg. Euphorbiaceae Semai 1

Page 8: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

189

No. Jenis Famili Habitus Jumlah

9 Mimosa pigra L. Leguminosae Perdu 1

10 Schefflera elliptica (Blume) Harms Araliaceae Perdu 1

11 Solanum jamaicence Mill. Solanaceae Perdu 1

12 Urena lobata L. Malvaceae Perdu 1

C. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah

Dalam analisa keragaman, apabila distribusikelimpahan jenis sama pada beberapa komunitas,keragamannya berbanding lurus dengan populasidi dalamnya. Akan tetapi karena kadar kesamaanmerupakan ukuran dari keragaman, duakomunitas bisa tidak sama walaupun nilaikekayaan jenisnya sama, apabila kelimpahan

relatif jenis pada komunitas yang satu hampirsama (equitable) dengan yang lainnya(Wirakusumah, 2003). Hasil analisa datatumbuhan bawah di lahan revegetasi pascatambang batubara umur 3 tahun tertera pada Tabel3 berikut.

Tabel 3. Nilai Indeks Keragaman Jenis, Kemerataan Jenis dan Dominansi Jenis

No. IndeksJumlahJenis(S)

Jumlah IndividuSeluruh Jenis (N) Nilai

1 Indeks Keragaman Jenis (H’)

43 2.782

1,82

2 Indeks Kemerataan Jenis (E) 0,48

3 Indeks Dominansi Jenis (C) 0,32

Kekayaaan jenis akan berbanding lurusdengan nilai keragaman jenis. Dalam menganalisiskeragaman menggunakan indeks keragaman jenis,kemerataan jenis, dan dominansi jenis, akanmenunjukkan keseimbangan dalam sebaranjumlah individu setiap jenis serta menunjukkankekayaan jenis (Odum, 1983). Indeks keragamanjenis (H’) Shannon di lahan revegetasi pascatambang batubara tahun 2013 PT Kitadin siteTandung Mayang sebesar 1,82 dimana keragamanjenis dalam suatu komunitas cenderung akanrendah apabila secara fisik terkendali olehmanusia. Dalam proses penambangan akanmerubah bentang alam dan tutupan tanah secaratotal, sehingga dalam merehabilitasi lahan pascatambang harus dikendalikan oleh manusia. Lahanpasca tambang diatur sedemikian rupa untukmengembalikan lahan seperti rona awal. Tegakanyang ada di lahan revegetasipun merupakantanaman homogen hasil budidaya manusia.Kondisi demikian yang menyebabkan jenis yangdijumpai di lahan revegetasi hanya sedikit,sehingga memungkinkan jika di lahan revegetasimemiliki keragaman jenis yang rendah.

Indeks kemerataan jenis (E) tumbuhan bawahdi lahan revegetasi pasca tambang batubara tahun2013 PT Kitadin site Tandung Mayang sebesar

0,48. Dalam analisa kemerataan jenis, apabilanilai dari indeks kemerataan jenis mendekati 1(nilai maksimum), maka jumlah individu setiapjenis hampir sama. Dengan demikian, dalam petakpenelitian terdapat beberapa jenis yang dominan.Di mana jenis-jenis dominan tersebut didugamampu memanfaatkan sumberdaya abiotik yangtersedia dengan lebih baik sehingga mampumenekan pertumbuhan jenis-jenis lain.

Indeks dominansi jenis (C) tumbuhan bawahdi lahan revegetasi pasca tambang batubara tahun2013 PT Kitadin site Tandung Mayang sebesar0,32. Menurut Kusmana dan Istomo (1997), jikanilai indeks dominansi jenis mendekati 1, makadominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis,sedangkan apabila nilai indeks dominansimendekati 0, maka dominansi jenis dipusatkanpada banyak jenis. Dari hasil analisa indeksdominansi jenis menunjukkan bahwa lahanrevegetasi tahun 2013 PT Kitadin site TandungMayang dominansi jenis dipusatkan oleh banyakjenis. Dominansi suatu jenis terjadi apabila suatujenis dapat menyesuaikan diri pada habitatsekitarnya dengan baik, dalam hal ini persaingandengan jenis lain untuk mendapat sumber nutrisidan ruang tumbuh (Alikodra, 1988). Oleh karenaitu, pada petak penelitian diduga banyak jenis

Page 9: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

190 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

yang mampu beradaptasi di habitat sekitarnyadengan baik.

D. Proporsi Famili dan Habitus TumbuhanBawah di Lahan Revegetasi

Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhanbawah di lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadinsite Tandung Mayang, dijumpai 43 jenis dari 22

famili, dengan habitus (perawakan) herba, liana,perdu dan pohon pada tingkat semai. Totalseluruh tumbuhan bawah yang dijumpaiberjumlah 2.782 individu. Dari 22 familitumbuhan bawah, yang memiliki proporsi jenispaling banyak dalam petak penelitian adalahfamili Poaceae, yaitu terdapat 8 jenis.

Gambar 7. Proporsi famili tumbuhan bawah

Dari 4 perawakan (habitus) tumbuhan bawahyang berupa herba, liana, perdu, dan pohon padatingkat semai, yang memiliki proporsi jenis palingbanyak dalam petak penelitian adalah jenis yang

berhabitus herba. Lebih dari setengah jumlah jenisyang dijumpai berhabitus herba, yaitu terdapat 24jenis.

Gambar 8. Proporsi perawakan (habitus) tumbuhan bawah

E. Jenis Dominan di Lahan Revegetasi

Dominansi jenis terutama dari sudut pandangkepadatan individu merupakan keadaan yang

umum terjadi baik pada hutan alam yang sedangatau telah mengalami gangguan menjadi hutansekunder (Sutedjo, 2011). Untuk menduga kondisitanah khususnya tingkat kesuburan tanah,

Page 10: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

191

tumbuhan bawah dimanfaatkan sebagai indikatordengan dicirikan oleh jenis tumbuhan yangtumbuh secara dominan (Setiadi et al., 2005).Berdasarkan hasilnya penelitian Puspaningsih(2011), tumbuhan bawah diduga sebagaimonitoring tingkat keberhasilan reforestasi,mengacu pada terbentuknya kembali struktur danfungsi hutan klimaks (rona awal) karenatumbuhan bawah merupakan proses awal suksesiyang dapat menggambarkan reforestasi.Sedangkan pada hutan sekunder, tumbuhan bawahakan tumbuh apabila keadaan lingkunganmemungkinkan, seperti keadaan tanah yang tidaktererosi.

Berdasarkan hasil inventarisasi, jenisPaspalum conjugatum P.J. Bergius merupakanjenis yang sering dijumpai di petak penelitian,yaitu muncul pada 45 plot dari total 50 plot. Jenis

P. conjugatum P.J. Bergius juga memiliki jumlahindividu paling banyak, yaitu 1.519 individu daritotal 2.784 individu tumbuhan bawah di lahanrevegetasi. Berdasarkan ke dua indikasi tersebut,menunjukkan bahwa P. conjugatum P.J. Bergiusmemiliki toleransi yang tinggi terhadapfaktorfaktor lingkungan lahan pasca tambangbatubara. Soerianegara dan Indrawan (2008),menyebutkan bahwa P. conjugatum P.J. Bergiusdapat tumbuh subur pada karakter tanah tambangyang cenderung miskin hara dan kering. Selain ituP. conjugatum P.J. Bergius juga dapat tumbuh dilahan yang mengandung merkuri, karena mampumengakumulasikan logam merkuri dalam jumlahyang cukup tinggi yaitu mencapai 47 mg Hg/Kgbobot kering, sehingga jenis ini dapat tumbuh danmendominasi di lahan pasca tambang batubara(Juhaeti dkk, 2009).

Gambar 9. Paspalum conjugatum P.J. Bergius

F. Jenis Pionir Lahan Revegetasi

Jenis pionir atau perintis adalah jenis-jenispohon yang pertama menguasai daerah yang tidakbervegetasi. Pada petak penelitian juga dijumpaijenis-jenis pionir berupa pohon pada tingkatsemai. Jenis pionir yang dijumpai pada petakpenelitian adalah Homalanthus populneus(Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. &Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius (L.)Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume).Dari keempat jenis tersebut, terdapat 3 jenis yangmerupakan jenis pohon pada rona awal yaitu M.gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., M.tanarius (L.) Muell.Arg., dan T. orientalis L.(Blume). Tumbuhnya jenis-jenis tersebut secara

alami di lahan revegetasi pasca tambang batubarayang berumur ±3 tahun, mengindikasikan bahwamulai adanya keterpulihan lahan.

Jenis-jenis pionir yang dijumpai tersebutumumnya memiliki kemampuan cepat tumbuh,menghasilkan serasah yang mudahterdekomposisi, memiliki sistem perakaran yangbaik, dan mampu bersimbiosis dengan jenis jamuratau cendawan tertentu. Selain itu, jenis-jenispionir juga memiliki biji yang sangat kecil,ringan, dan banyak, sehingga mudah diterbangkanoleh angin, burung atau satwa liar lainnya (Yassirdan Sitepu, 2014). Selanjutnya Yassir danWilarso (2007), jenis pionir seperti H. Populneus(Geiseler) Pax.,M. gigantea (Rchb.f. & Zoll.)

Page 11: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

192 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

Muell.Arg., M. tanarius (L.) Muell.Arg., danT.orientalis L. (Blume) adalah jenis-jenispotensial yang perlu dikembangkan untukmendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahanyang mengalami kerusakan berat seperti lahanbekas tambang batubara. Pertimbanganpertimbangan tersebut didasarkan karena selainjenis-jenis tersebut adaptif, juga memiliki

kemampuan berasosiasi dengan cendawanmikoriza arbuskula (CMA) ataupun Rhizobium.

Apabila dibandingkan dengan data tumbuhanbawah pada saat rona awal, seperti yangtercantum pada dokumen Analisis MengenaiDampak Lingkungan (Amdal), jenis yangdijumpai saat penelitian lebih banyak sepertitertera pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan jumlah jenis dan famili tumbuhan bawah di lahan revegetasi dan rona awal

Kondisi tersebut diduga karena tempatpenelitian sebelum dilakukan penambanganmerupakan hutan sekunder bekas hutan produksiyaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan HutanTanaman Industri (HTI) PT Surya Hutani Jaya,sehingga memungkinkan memiliki kekayaanjenis yang rendah dibandingkan keragaman jenispada saat penelitian dilaksanakan.

Jenis-jenis tumbuhan bawah maupun pioniryang dijumpai di lahan revegetasi, beberapadiantaranya merupakan jenis vegetasi yang adapada rona awal. Terdapat 7 jenis tumbuhanbawah yang merupakan tumbuhan bawah padarona awal yaitu Acrostichum sp.,Cyperus sp,Imperata cylindrica (L.) Raeush, Melastoma sp.,Merremia peltata (L.) Merr., Paspalumconjugatum P.J. Bergiusdan Piper aduncum L.Sedangkan dari jenis pohon yang dijumpai,terdapat 3 jenis pohon yang merupakan pohonpada rona awal yaitu Macaranga gigantea(Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius(L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume).Tumbuhnya jenis-jenis tersebut di lahanrevegetasi pasca tambang yang berumur ±3,mengindikasikan bahwa mulai adanyaketerpulihan lahan.

G. Jenis Invasif yang Ditemukan di LahanRevegetasi

Gangguan terhadap suatu komunitas tidakhanya disebabkan oleh eksploitasi yangberlebihan, alih fungsi lahan, atau perubahaniklim, namun juga disebabkan oleh adanya jenisinvasif yang memiliki kemampuan tumbuh danmenyebar secara cepat, mengalahkan jenislainnya. Menurut Peraturan Menteri LingkunganHidup dan Kehutanan Republik Indonesia NomorP.94/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016, jenis invasifadalah spesies, baik spesies asli maupun bukan,yang mengkolonisasi suatu habitat secara masifyang dapat menimbulkan kerugian terhadapekologi, ekonomi dan sosial. Sedangkan jenisasing invasif diartikan sebagai tumbuhan, hewan,mikroorganisme, dan organisme lain yang bukanmerupakan bagian dari suatu ekosistem yangdapat menimbulkan kerusakan ekosistem,lingkungan, kerugian ekonomi, dan berdampaknegatif terhadap keragaman hayati dan kesehatanmanusia. Adapun jenis-jenis tersebut disajikanpada Tabel 4 berikut.

Page 12: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

193

Tabel 4. Jenis invasif yang ditemukan di lahan revegetasi

No. Jenis Famili

1 Asystasia gangetica (L.) T.anderson Acentaceae

2 Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Asteraceae

3 Clidemia hirta (L.) D. Don Melastomataceae

4 Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Gleicheniaceae

5 Imperata cylindrica (L.) Raeush Poaceae

6 Merremia peltata (L.) Merr. Convolvulaceae

7 Mikania micrantha Kunth. Asteraceae

8 Mimosa pigra L. Fabaceae

9 Mimosa pudica (L.) Fabaceae

10 Panicum repens L. Poaceae

11 Passiflora foetida L. Passifloraceae

12 Piper aduncum L. Piperaceae

13 Sphagneticola triloba (L.) Pruski Asteraceae

14 Urena lobata L. Malvaceae

Meskipun terdapat 14 jenis tergolonginvasif, namun 6 jenis yang bermanfaat terhadaplingkungan dimana jenis tersebut berpotensisebagai tanaman penutup tanah yang bergunauntuk mengendalikan erosi di lahan pascatambang batubara. Jenis tersebut adalah C. hirta(L.) D. Don, C. odorata (L.) R.M.King & H.Rob.,I. cylindrica (L.) Raeush, M. micrantha Kunth.,M. pigra L., dan M. pudica L. sehingga dengantumbuhnya jenis tersebut secara alami di lahanpasca tambang justru akan membantu prosesrehabilitasi lahan terganggu. Di lahan yangmemiliki kestabilan tanah yang rendah, lerengyang curam, serta lahan reklamasi maupunrevegetasi, jenis-jenis tersebut sangat dibutuhkan(Yassir, 2015).

Introduksi suatu jenis tumbuhan yangmelewati batas geografi, baik disengaja maupuntidak, dapat menyebabkan perubahan strukturtumbuhan di ekosistem yang baru, sehinggamenyebabkan kerugian karena dapat mengancamekosistem dan keragaman hayati. Meskipundemikian, jenis invasif tidak selalu menjadi jenispenggangu apabila di habitat yang berbedaterdapat musuh alami yang berfungsi sebagaipengendali alami dari jenis invasif tersebut. Oleh

karena itu untuk mengetahui potensi jenis-jenistersebut menjadi invasif, perlu adanya penelitianlebih lanjut mengenai jenis-jenis invasif di lahanrevegetasi pasca tambang batubara.

H. Manfaat Jenis Tumbuhan Bawah yangDitemukan di Lahan Revegetasi

Berdasarkan literatur tentang tumbuhanberguna, tumbuhan bawah yang dijumpai di lahanrevegetasi pasca tambang batubara memilikimanfaat baik secara ekonomis maupun ekologis.Dari 43 jenis tumbuhan bawah, terdapat 37 jenisyang bermanfaat. Manfaat atau kegunaantumbuhan bawah digolongkan menjadi 12kelompok kegunaan yaitu pemanfaatan sebagaitumbuhan obat; tumbuhan pangan; tumbuhanpakan ternak; tumbuhan pakan satwa liar;tumbuhan kerajinan dan perkakas; tumbuhanpenghasil kayu bakar; tumbuhan penghasil bahanindustri; tumbuhan ritual; tumbuhan hias;tumbuhan penghasil minyak atsiri dan aromatik;tumbuhan bahan pewarna; serta tumbuhan yangbermanfaat terhadap lingkungan. Jumlah jenismaupun famili tumbuhan bawah yang bergunadisajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Manfaat tumbuhan yang ditemukan di lahan revegetasi

No. Kelompok KegunaanJumlahJenis

JumlahFamili

1 Tumbuhan obat 32 19

2 Tumbuhan pangan 10 9

Page 13: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

194 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

No. Kelompok KegunaanJumlahJenis

JumlahFamili

3 Tumbuhan pakan ternak 11 5

4 Tumbuhan pakan satwa liar 3 3

5 Tumbuhan kerajinan dan perkakas 5 5

6 Tumbuhan penghasil kayu bakar 2 1

7 Tumbuhan penghasil bahan industri 1 1

8 Tumbuhan ritual 3 3

9 Tumbuhan hias 3 3

10 Tumbuhan penghasil minyak atsiri dan aromatik 3 3

11 Tumbuhan bahan pewarna 1 1

12 Tumbuhan yang bermanfaat terhadap lingkungan 14 7

KESIMPULAN

Lahan pasca tambang batubara merupakanlahan yang mengalami gangguan berat, sertamerupakan komunitas yang terkendali olehmanusia, sehingga memiliki keragaman jenis yangrendah.Pada lahan revegetasi pasca tambang inijenis-jenis pionir yang tumbuh alami beberapadiantaranya merupakan tumbuhan berkayu umurpanjang.Beberapa tumbuhan bawah berpotensimendukung rehabilitasi lahan pasca tambang sertapunya potensi kegunaan/manfaat tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. 100 of the World’s Worst InvasiveAlien Species: A Selection From the GlobalInvasive Species Database. Auckland:ISSG/SSC /IUCN.

Anonim. 2013. Laporan Pelaksanaan KegiatanReklamasi Periode 2013. Kutai Timur: PTKitadin site Tandung Mayang Kutai Timur.

Anonim. 2017. A New Subfamily Classificationof the Leguminosae Based on ATaxonomically Comprehensive Phylogeny.Zurich Open Repository and Archive,University of Zurich. Taxon, 66 (1): 44-77.

Alikodra, H.S. 1988. Dasar PembinaanMargasatwa. Bogor: Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor.

Alpert, P., E. Bone, and C. Holzapfel. 2000.Invasive, Invasibility, and the Role ofEnviromental Stressin the Spread of Non-Native Plants. Prespectives in PlantEcology Evolution and Systematic 3: 52-66.

Arief, Arifin. 1994. Hutan Hakikat Hutan danPengaruhnya Terhadap Lingkungan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Aththorick, T.A. 2005. Kemiripan KomunitasTumbuhan Bawah pada Beberapa TipeEkosistem Perkebunan di KabupatenLabuhan Batu. Jurnal KomunikasiPenelitian. 17 (5): 42-48.

Barbour, G.M., J.K. Burke, and W.D. Pitts. 1987.Terrestrial Plant Ecology. Los Angeles: TheBenjamin/Cummings Publishing Company.Inc.

Barnes, B.V., D.R. Zak, S.R. Denton, and S.H.Spurr. 1997. Forest Ecology. Fourt Edition.John Wiley & Sons Inc. New York.

Brockerhoff, Eckehard G., Hervé Jacte, John A.Parrotta, Christopher Quine, and JeffreyAyer. 2008. Plantation Forests andBiodiversity: Oxymoron or Opportunity?Biodiversity and Conservation 17(5): 925-951.

Djufri. 2010. Komposisi dan KeanekaragamanTumbuhan Bawah pada Tegakan Akasia diTaman Nasional Baluran Jawa Timur.Jurnal Biologi Edukasi,Vol. 2 No. 2http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/view/436. (Diakes pada tanggal 09September 2016, 0:54 Wita).

Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: BumiAksara.

Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi danOrganisasi Ekosistem Komunitas danLingkungan. Jakarta: Penerbit BumiAksara.

Islami, T dan W.H., Utomo. 1995. HubunganTanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIPSemarang Press.

Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun PraktikumEkologi Hutan. Laboratorium EkologiHutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. InstitutPertanian Bogor.

Page 14: KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN …

Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183September 2017

195

Juhaeti, Titi, N. Hidayati, F. Syarif dan S.Hidayat. 2009. Uji Potensi TumbuhanAkumulator Merkuri untuk FitoremediasiLingkungan Tercemar Akibat KegiatanPenambangan Emas Tanpa Izin (PETI) diKampung Leuwi Bolang, Desa BantarKaret, Kecamatan Nanggung, Bogor. JurnalBiologi Indonesia 6 (1):1-11.

Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi.Bogor: ITB Press.

Leksono, Amin S. 2011. Keanekaragaman Hayati:Teori dan Aplikasi. Malang: UniversitasBrawijaya Press.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity andIt’s Measurement. Chapman and Hall:USA.

Mukhtar, A.S. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhanpada Kawasan Bekas Tambang Batubara dikalimantan Timur (Plant Succession at ExCoal Mine area in East Kalimantan). JurnalPenelitian Hutan dan Konservasi Alam,Vol.

9 No. 4: 341-350,2012.http://ejournal.fordamof.org/latihan/index.php/JPHKA/article/view/1102.(Diakes pada tanggal 25 September 2016,14:54 Wita).

Notohadiprawito, T. 1999. Tanah danLingkungan. Jakarta: Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikandan Kebudayaan.

Odum, E.HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Terjemah oleh Tjahjono Samingan daribuku Fundamental of Ecology. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Orr SP, Rudgers JA, Clay K. 2005. InvasivePlants Can Inhibit Native Tree Seedling:Testing Potential Allelopathic Mechanism.Pl Ecol 181: 153-165.

Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta:Gramedia.

Segupta M. 1993. Enviromental Impact ofMining: Monitoring, Restoration, andControl. Boca Raton: Lewi Publisher.

Setiadi, D. 2005. Keanekaragaman SpesiesTingkat Pohon di Taman Wisata AlamRuteng, Nusa Tenggara Timur. JurnalBiodiversitas Vol.8 (2): 118122.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: MetodeAnalisis Populasi dan Komunitas. Jakarta:Pernerbit Usaha Nasional.

Soerianegara, I., dan A. Indrawan. 2008. EkologiHutan Indonesia. Bogor: Institut PertanianBogor.

Sutedjo. 2011. Succession at Secondary Stands inBukit Soeharto Research and Education

Forest. Ecology and Conservation Journalfor Tropical Studies. Ecositrop Vol. 1 No. 12011.

Valkenburg, J.L.C.H. van, and N.Bunyapraphatsara. 2003. Plant Resourcesof South-East Asia 12 (2) Medical andPoisonous Plants. Bogor: ProseaFoundation.

Widyati, Enny. 2011. Potensi Tumbuhan BawahSebagai Akumulator Logam Berat untukMembantu Rehabilitasi Lahan BekasTambang. Pusat Penelitian ProduktivitasHutan. Jurnal mitra Hutan Tanaman. Vol. 6(2): 37-55.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-DasarEkologi bagi Populasi dan Kamunitas.Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).

Yassir, Ishak, dan Wilarso S. 2007.Keanekaragaman Tumbuhan Bawah padaLahan Kritis di Samboja, KalimantanTimur (Understory Diversity inMarginalLand in Samboja, EastKalimantan). Jurnal Info Hutan. PusatPenelitian dan Pengembangan Hutan danKonervasi Alam Bogor. Vol. IV No. 3.

Yassir, Ishak, dan Wilarso S. 2007. Potensi danStatus Cendawan Mikoriza Arbuskula(CMA) pada Lahan Kritis di SambojaKalimantan

Timur (Potency and Arbuscular MycorrhizalFungi (AMF) Status in Marginal Land inSamboja East Kalimantan). Jurnal InfoHutan. Pusat Penelitian dan PengembanganHutan dan Konservasi Alam Bogor. Vol. IVNo. 2.

Yassir, Ishak, dan Arbainsyah. 2011. Diversity ofPlant Communities Upon SecondarySuccession in Imperata Grassland of EastKalimantan, Indonesia. Disampaikan dalamInternational Meeting Strengthening forestScience and Technology for Better ForestryDevelopment.

Yassir, Ishak dan Bina Swasta Sitepu. 2014. Jenis-Jenis Tumbuhan Bawah dari ProsesRegenerasi Alami di Lahan Bekas TambangBatubara. Balikpapan: Balai PenelitianTeknologi Konservasi Sumber Daya Alam.

Yassir, Ishak, dkk. 2015. Tanaman Penutup Tanah(Cover Crop) untuk Reklamasi TambangBatubara. Balikpapan: Balai PenelitianTeknologi Konservasi Sumber Daya Alam.