komunikasi antarpribadi ustadz dan santri dalam
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI
DI PONDOK PESANTREN MODERN AN-NUQTHAH
TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
Ahmad Rifqi Arief Maulana
NIM 11170510000239
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI
DI PONDOK PESANTREN MODERN AN NUQTHAH
TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Ahmad Rifqi Arief Maulana
NIM : 11170510000239
Dosen Pembimbing
Kalsum Minangsih, M. A.
NIP : 197704242007102002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini yang berjudul: “KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
USTADZ DAN SANTRI DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN
MODERN AN NUQTHAH TANGERANG” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ahmad Rifqi Arief Maulana
NIM : 11170510000239
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
Komunikasi Antarpribadi Ustadz Dan Santri Dalam
Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah Tangerang adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, jika ternyata skripsi ini
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.
Tangerang, 9 Juli 2021
Ahmad Rifqi Arief Maulana
i
ABSTRAK
Nama : Ahmad Rifqi Arief Maulana
NIM : 11170510000239
Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri Dalam
Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah Tangerang.
Komunikasi antarpribadi di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah merupakan lembaga Islam yang membantu dan
membina santri dari segi agama yang mencakup pembentukan
karakter yang terjadi di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah.
Hal terpenting dari proses pembentukan karakter adalah seorang
ustadz dengan santri dilakukan dengan menekankan kedisiplinan
santri. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan dalam
proses pembentukan karakter adalah komunikasi antarpribadi.
Sehingga dibutuhkan sebuah pendekatan dan strategi komunikasi
antarpribadi agar pesan yang disampaikan ustadz kepada santri
dapat tercapai dengan baik, lancar dan efektif.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana
pendekatan dan strategi kendali komunikasi antarpribadi dalam
pembentukan karakter santri, apa pendukung dan penghambat
dalam pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi langsung,
wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori
pendekatan komunikasi antarpribadi dan strategi komunikasi
antarpribadi oleh Miller dan Steinberg yaitu strategi wortel
terurai, strategi pedang tergantung dan strategi katalisator dan
pendekatan analisis kultural, analisis sosiologis dan analisis
psikologis.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa, proses
komunikasi antarpribadi yang dilakukan ustadz dan santri dalam
pembentukan karakter santri yaitu menggunakan tiga identifikasi
analisis, yakni Analisis Kultural dalam penyampaian komunikasi
antarpribadi dengan santri menggunakan bahasa indonesia.
Analisis Sosiologis ustadz dan santri saat sedang belajar di luar
kelas dengan suasana yang cair berbeda dengan saat belajar di
ii
dalam kelas. Analsis Psikologis karena saat proses komunikasi
ustadz selalu memberikan masukan nilai-nilai akhlak,
keteladanan, kedisiplinan dan harus menanamkan rasa cinta
dengan santri dan harus selalu berjalan dengan konsisten. Dari
pendekatan ini ustadz mempunyai strategi dalam melakukan
pendekatan seperti strategi wortel terurai yang menggunakan
pujian untuk memotivasi santri, strategi pedang tergantung
menggunakan sanksi ini karena melanggar aturan yang ada, yang
memberikan sanksi adalah ustadz, strategi katalisator yang
melanggar juga akan diberikan nasehat oleh ustadz.
Kata kunci : Komunikasi Antar Pribadi, Ustadz, Karakter, Santri
dan Strategi.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’aalamiin, segala puji serta syukur
saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia yang tidak terhingga kepada saya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
besert keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Skripsi yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi Ustadz
dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah Tangerang” merupakan tugas
akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana
Sosial Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima kritik dan
juga saran. Selain itu, saya ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
1. Suparto, M. Ed., Ph. D sebagai Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Siti Napsiyah, MSW., BSW sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai
Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Umum, dan Drs.
Cecep Castra Wijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
iv
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Dr. Armawati Arbi, M. Si sebagai Ketua Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam.
4. Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si sebagai Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih atas nasihat dan arahannya
kepada seluruh mahasiswa KPI E 2017.
5. Kalsum Minangsih, M. A selaku Dosen Pembimbing
Skripsi, yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penelitian skripsi ini sampai tuntas.
6. Kedua orang tua penulis, H. Sukar, S. Ag dan Hj. Mamay
Qomariyah serta keempat adik saya Musyfiq Kamal Muiz,
Muhammad Mukhlis Amin, Fadil Muhammad dan
Muhammad Aidil Akbar yang telah memberikan support
dan doa yang tulus kepada saya. Tidak akan ada saya hari
ini jika bukan pendidikan utaman dari rumah.
7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik FIDIKOM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Terima kasih atas ilmu,
bimbingan dan membantu saya selama proses penyusunan
skripsi.
8. Pengasuh, Ustadz dan Santri Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah Tangerang yang telah menerima saya dengan
baik. Khususnya kepada Ust. Syarifuddin, S. Kom. I, Ust.
A. Choiruddin, S. Pd, Zaidan Nabil dan Ikhwan Isnandi.
9. Kepada Restu Dwi Alawiyah, Partner saya. Terima kasih
telah membantu, menemani dan memberi warna dalam
v
perjalanan saya di dunia kuliah ini. Bersedia membagi
kisah dan bertukar pikiran.
10. Kepada Tim Kehidupan, teman-teman seperjuangan saya.
Terima kasih telah mensupport dan bertukar pikiran.
11. Terakhir, kepada seluruh teman-teman KPI 2017.
Demikian, ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan,
mohon maaf jika terdapat pihak yang terlupa sehingga tidak
tertulis dalam kata pengantar ini. Namun, dari lubuk hati yang
paling dalam saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang tertulis maupun tidak, yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kelian semua.
Tangerang, 8 Agustus 2021
Ahmad Rifqi Arief Maulana
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..........................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................... vi
BAB I .................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 11
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 12
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13
G. Metodologi Penelitian ............................................................. 15
H. Sistematika Penulisan .............................................................. 21
BAB II ................................................................................................ 23
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 23
A. Kajian Teori ............................................................................ 23
1. Pengertian Komunikasi ....................................................... 23
2. Komunikasi Antarpribadi .................................................... 32
3. Pengertian Karakter dan Unsur-Unsurnya ........................... 49
4. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren ................................... 52
BAB III ............................................................................................... 58
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MODERN AN
NUQTHAH ......................................................................................... 58
A. Sejarah Singkat ....................................................................... 58
B. Profil Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ........................ 65
vii
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ............ 66
D. Letak Geografis ....................................................................... 67
E. Motto Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ........................ 67
F. Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ................ 69
G. Struktur Organisasi .................................................................. 71
H. Keadaan Guru dan Santri ........................................................ 77
I. Tugas dan Fungsi Organisasi................................................... 82
BAB IV ............................................................................................... 92
TEMUAN HASIL PENELITIAN ....................................................... 92
A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri dalam
Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah. 92
B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah ..................................................... 100
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan
Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ........... 102
D. Pembentukan Karakter Santri ................................................ 106
BAB V .............................................................................................. 107
PEMBAHASAN ............................................................................... 107
A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri dalam
Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah. ........................................................................................ 107
B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah ..................................................... 113
C. Faktor Pendukun dan Penghambat dalam Pembentukan
Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ........... 121
D. Pembentukan Karakter Santri ................................................ 124
BAB VI ............................................................................................. 127
PENUTUP ........................................................................................ 127
A. Kesimpulan ........................................................................... 127
viii
B. Saran ..................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 132
LAMPIRAN.......................................................................................136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah proses di mana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang
(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata)
untuk mengubah tingkah laku orang-orang lain
(komunikan).1
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia, makin luas pergaulan maka makin besar
fungsi, peranan dan tanggung jawab sosial seseorang.
Makin banyak ia terlibat dalam proses komunikasi, maka
akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah lakunya
karena komunikasi pada dasarnya adalah proses
penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (pesan)
yang mengandung arti atau makna antara komunikator
dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan kesamaan
makna dan kebersamaan. Dengan komunikasi orang
memberi dan menerima informasi, pendapat, ide,
mengajar dan diajar, serta menghibur dan dihibur dan
sebagainya. Komunikasi juga merupakan tuntutan kodrati
1 Onong U. Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung: Alumni,
1981), hlm. 6.
2
manusia karena merupakan syarat bagi
perkembangan dirinya.1
Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan
manusia yang dengan cara ini membentuk kegiatan
bersama dengan yang lainnya dimana-mana yang
mempunyai predikat zoon politicon (makhluk yang selalu
hidup bersama).2
Berkaitan dengan komunikasi antar
manusia di dalam masyarakat, manusia dalam mengarungi
kehidupan didunia bukan hanya sebagai makhluk individu
saja, tetapi juga makhluk sosial.
Istilah atau konteks gaya dan cara kamunikasi
yang baik dan benar dalam Al-Qur’an antara lain
ditemukan lafadz “Qaulan”. Ada enam istilah qaulan
yang menjadi panduan Islami dalam berkomunikasi atau
menjadi prinsip komunikasi Islam, yaitu :
1. Qaulan Sadida (QS. An-Nisa : 9) Perkataan
yang benar.
2. Qaulan Baligha (QS. An-Nisa : 63)
Berdampak, Efektif.
3. Qaulan Ma’rufa (QS. Al-Baqarah : 235) Kata-
kata yang baik.
1 Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi (Depok: PT RajaGrafindo
Persada, 2019), hlm. 2. 2 Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S, Kamus Istilah Karya Tulis Ismia,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 301.
3
4. Qaulan Karima (QS. Al-Isra : 23) Ucapan yang
mulia.
5. Qaulan Layina (QS. Thaha : 44) Lemah-
Lembut.
6. Qaulan Maisura (QS. Al-Isra : 28) Mudah
Dipahami.
Keenamnya mendukung ayat yang menjadi prinsip
dasar komunikasi dalam Islam dan yang masuk dalam
pembahasan terhadap adalah Qaulan Sadida (Perkataan
yang benar), Qaulan Baligha (Perkataan yang berdampak
dan efektif) dan Qaulan Maisura (Perkataan yang mudah
dipahami). Qaulan Sadida, dalam berkomunikasi harus
menginformasikan atau menyampaikan kebenaran,
faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong dan
juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Qaulan
Baligha, agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan
pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan
kader intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa
yang dimengerti oleh mereka agar berdampak positif dan
mengurangi dampak negatif yang sebelumnya ada.
Qaulan Maisura, adalah kata-kata yang disenangi dan
mudah dipahami. Karena kata-kata yang halus dan
berbudi lagi membuat orang senang dan lega, lebih
berharga daripada uang berbilang.
Hardjana mengungkapkan bahwa relasi antar
manusia dibangun melalui komunikasi, dengan kata lain
4
komunikasi menjadi sarana yang ampuh untuk
membangun sebuah relasi antara kita dengan orang lain.3
Salah satu komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup
tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi yang paling dasar dan sering dilakukan
manusia. Lebih lanjut Hardjana mengetakan bahwa
komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi
ialah proses pertukaran informasi serta pemindahan
pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu
kelompok manusia kecil dengan berbagai efek umpan
balik (feed back).4
Dalam dunia pendidikan, pendidikan formal
maupun non-formal, tentu tidak lepas pula dari
komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi dinilai
efektif dalam mengubah perilaku seseorang karena
sifatnya menimbulkan umpan balik secara langsung.
Sehingga tujuan dari setiap santri yang mengikuti
lembaga pendidikan formal dan non formal bisa tercapai
melalui komunikasi antarpribadi dan hubungan yang
dibangun oleh ustadz kepada santri.
Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non
formal adalah setiap kesempatan di mana terdapat
komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang
3 Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal & Intraprasonal,
(Yogyakarta: Kansius, 2003), h. 111. 4 Ibid.
5
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun
bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan
hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan
baginya mejadi peserta-peserta yang efisien dan efektif
dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan
masyarakat dan negaranya.5
Dalam metode pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen yaitu tujuan, materi atau bahan ajar,
metode dan media, evaluasi, anak didik atau santri, dan
adanya pendidik (ustadz dsb).6
Jika komunikasi
antarpribadi ustadz dan santri berjalan dengan baik
dengan memberikan sikap-sikap positif, maka tujuan
komunikasi untuk memngaruhi dan mengubah perilaku
dan karakter orang lain akan mudah dicapai.
Peran guru (ustadz), pelatih instruktur adalah
membimbing, menunjukkan cara atau jalan demi
tercapainya tujuan pembelajaran.7
Djamarah
mengungkapkan bahwa murid atau anak adalah pribadi
5 Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Non Formal. (Jakarta:
Bumi Aksara. 1992), hlm. 51. 6 Cepi Riyana, “Komponen-Komponen Belajar”, diakses pada 29 Juni
2021 pukul 23.33 WIB dari http://file.upi.edu. 7 Siswanto, Bimbingan Sosial. (Semarang: Universitas Negri Semarang
Press, 2013), hlm. 117.
6
yang unik yang mempunyai potensi dan mengalami
berkembang.8
Ustadz harus memiliki hubungan yang erat dengan
santri sehingga setiap perkataannya bisa membentuk
karakter dan sikap santri, melalui perkataan ustadz yang
membuat santri nyaman dan memotivasi santri untuk terus
berkembang sangat membantu stimulus pada santrinya.
Seandainya meninggalkan setelah mereka anak-anak yang
lemah dalam artin tidak memiliki pengetahuan yang
cukup, serta tidak terbentuknya sikap dengan baik.
Tentunya berkomunikasi pada anak (santri) hendaknya
kita mengucapkan perkataan yang benar. Sebagai mana
firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 9 tentang
berkomunikasi pada anak dengan perkataan yang benar
(Qoulan Sadida), yang berbunyi :
لل م فل يتقوا ٱ فا خافوا علي ة ضع ين لو تركوا من خلفهم ذري ل
وليخش ٱ
وليقولوا قول سديدا
Artinya :
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-
anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
8 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), hlm. 17.
7
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Dalam surat An-Nisa ayat 9 tersebut telah
dijelaskan bahwa manusia perlu merasa takut jika
generasi muda, baik itu anak kita maupun peserta didik
yang diajar menjadi kaum yang lemah, baik pengetahuan
maupun mental. Sehingga pendidikan sangat penting
sebagai bekal menghadapi tantangan kehidupan, karena
bukan hanya menambah pengetahuan saja, namun juga
membentuk karakter dan sikap pada anak.
Salah satu sikap yang perlu ditanamkan pada
santri ialah rasa percaya diri agar santri dapat membentuk
karakter dirinya menjadi lebih baik. Menurut Hasan dalam
Ishwidharmanjaya percaya diri adalah kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri yang memadai dan menyadari
kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya
secara tepat.9
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
agamis yang tumbuh dan berkembang sejak lama di
tengah-tengah masyarakat, sekaligus memadukan unsur-
unsur pendidikan yang amat penting. Pertama, Ibadah
yaitu untuk menanamkan iman dan taqwa terhadap Allah
SWT. Kedua, Tabligh yaitu untuk penyebaran ilmu.
Ketiga, amal perbuatan dan akhlak yaitu untuk
9 Derry Ishwidharmanjaya, Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri
(Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2014), hlm. 20.
8
mewujudkan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-
hari.10
Pondok pesantren adalah pendidikan yang berbasis
Islam, Pesantren Modern An Nuqthah ini bertipe
Pesantren Modern. Pesantren modern terpadu ini
bercirikan nilai-nilai Islam yang masih kental sebab kiai
masih dijadikan figur sentral. Norma dan kode etik
pesantren masih menjadi standar pola relasi dan etika
keseharian santri dalam pesantren. Namun, pesantren ini
telah memakai sistem pendidikan modern sebagai bentuk
respon atau penyesuaian terhadap perkembangan
lembaga-lembaga pendidikan non pesantren.
Pesantren dilihat dari fungsinya sebagai lembaga
pendidikan tradisional, tempat pembelajaran, pendalaman
penghayatan dan pengalaman pengamalan ajaran agama
Islam yang menerapkan pentingnya moral.
Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia,
pesantren tetap akan menarik untuk dikaji kembali.
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
mempunyai kekhasan tersendiri serta berbeda dengan
pendidikan lainnya, juga mengandung makna keaslian
kultur Indonesia11
.
10
Adi Sasono, Solasi Islam Jakarta, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998),
h. 103. 11
Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesantren, (Jakarta: Paramadina, 1997, h.
3.
9
Azyumardi Arya memberikan pertanyaan dan
jawaban terkait mengapa pesantren tetap mampu bertahan
diantara derasnya arus modernisasi, karena menurutnya
pesantren tidak tergesa-gesa mentransformasikan
kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan
Islam modern sepenuhnya, tetapi melakukan penyesuaian
sesuai kebutuhan dan mendukung kontiunitas pesantren
itu sendiri, seperti sistem perjenjangan, kurikulum yang
jelas dan sistem yang baik12
.
Yang paling tampak dari peran pesantren di masa
lalu adalah dalam hal menggerakkan, memimpin, dan
melakukan perjuangan mengusir penjajah. Pada masa
mendatang peran pesantren sangat besar. Misalnya arus
globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan depresi
dan bimbangnya pemikiran serta suramnya perspektif
masa depan. Maka, pesantren amat dibutuhkan
menyeimbangkan akal dan hati13
.
Pesantren sudah ada di Indonesia jauh sebelum
Indonesia memploklamirkan kemerdekaannya. Pesantren
bertransformasi menjadi lembaga pendidikan non formal
yang mengembangkan ilmu Islam. Ini sesuai dengan pasal
UU Nomor 20 Tahun 2003. Selain itu pesantren juga
12
Hanum Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu), cet 1, h. 187. 13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), h. 192.
10
merupakan lembaga yang berperan aktif memberdayakan
masyarakat.
Pondok pesantren modern An Nuqthah memiliki
potensi yang bagus, totalitas kehidupan sehari-hari di
dalam komplek pondok pesantren mengenai pembentukan
karakter santri tidak hanya pendidikan yang diajarkan
tetapi diajari arti kehidupan yang berlandaskan moralitas
karakter dibangun.
Maka dari itu, pondok pesantren modern An
Nuqthah menjadikan tempat untuk menimba ilmu agar
anak-anak/remaja menjadi lebih baik dan siap untuk
tantangan kedepan. Dikarenakan melihat keadaan
sekarang minimnya moral agama dan bangsa. Maka dari
itu harus dibentuk karakter santri agar menjadi lebih baik
dimasa depannya.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti
lebih jauh mengangkatnya dengan judul
“KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN
SANTRI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AN-
NUQTHAH TANGERANG”.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasikan
yaitu Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri Dalam
11
Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah Tangerang. Dengan pembentukkan
karakter santri maka santri akan menjadi jauh lebih baik
dan lebih disiplin.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah tetap fokus, maka perlu
adanya batasan ruang lingkupnya sehingga permasalahan
tidak melebar dan meluas ke dalam hal-hal yang tidak
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Maka
penelitian ini hanya akan membatasi masalahnya yaitu
komunikasi antarpribadi yang terjadi antara ustadz dan
santri dalam menerapkan pembentukan karakter kepada
santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.
b. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan komunikasi antarpribadi
ustadz dengan santri dalam pembentukan karakter di
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ?
2. Bagaimana strategi komunikasi antarpribadi ustadz
dengan santri di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah ?
12
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
a. Mengetahui pendekatan komunikasi
antarpribadi ustadz dan santri dalam
pembentukan karakter di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah.
b. Mengetahui strategi komunikasi antarpribadi
ustadz dengan santri di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah.
c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat
selama proses pembentukan karakter santri.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Secara Akademis
Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah
studi Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
13
jurusan Komunikasi Penyairan Islam, tentang
komunikasi antar pribadi yang terjadi di Lembaga
Pendidikan Islam, penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang positif dalam bidang
Komunikasi Penyiaran Islam khususnya pada konsep
komunikasi antarpribadi yang terjadi di pondok
pesantren.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan memberi masukkan dan
menambah khazanah keilmuan tentang membentuk
karakter santri melalui komunikasi antarpribadi.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencaarian
tujuan pustaka serta penetapan konteks sebagai langkah
untuk proses penyusunan skripsi. Hal ini bertujuan untuk
memperkuat konten hasil penelitian dan temuan penelitian
di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik
orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan
dengan permasalahan yang peneliti gunakan :
1. Annisa Turrohmah, NIM 108051000097 Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi 2013. Dengan judul
“Komunikasi Antarpribadi Tutor dan Siswa pada
Lembaga Bimbingan Belajar Prestasi Cabang
Kalimalang Jakarta Timur”. Persamaan yakni terletak
14
pada objeknya yang meneliti tentang komunikasi
antarpribadi tutor dan siswa, serta persamaan juga
terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan,
yaitu pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini
terletak pada subjeknya. Penelitian ini membahas
tentang pendekatan ustadz terhadap santri dengan
tingkat analisis kultural, sosiologis dan psikologis
lewat wawancara mendalam terhadap santri.
Kemudian pendekatan juga menggunakan hadiah
sebagai strategi untuk memotivasi siswa, ancaman
serta nasehat.
2. Siti Sabili Jahro, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
2012. Dengan judul “Komunikasi Interpersonal
Antara Pengurus di Yayasan Bahrul Hasanah
Pabuaran Bojonggede”. Adapun persamaannya
adalah sama-sama mengkaji tentang komunikasi
antarpribadi yang disampaikan secara formal dan
informal. Objeknya yaitu pengurus saja, perbedaannya
disini adalah penulis mengkaji komunikasi
antarpribadi ustadz dan santri dengan menggunakan
pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi.
3. Zaeni Rokhi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2010. Dengan
judul “Komunikasi Antarpribadi Pengasuh dan Santri
Pondok Pesantren Al-Idrus Karanganyar, Lebak,
15
Banten”. Persamaan yakni terletak pada objeknya
yang meneliti tentang komunikasi antarpribadi
pengasuh/ustadz dan santri, serta pendekatan
penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan
kualitatif. Perbedaan penelitian ini terletak pada
subjeknya. Penelitian ini membahas tentang
bagaimana komunikasi antarpribadi antar pengasuh
dengan santri untuk menciptakan lingkungan yang
efektif dalam kegiatan pondok, serta masalah yang
dialami santri Pondok Pesantren Al-Idrus.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah untuk memberikan
gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu
kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu
gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.14
Seperti halnya yang dikatakan Taylor penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur sebuah penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
baik tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku
14
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 35.
16
yang diamati.15
Pada penelitian ini penulis
memanfaatkan metode deskriptif analisis yaitu
kejadian yang menggambarkan kenyataan
sebagaimana adanya.
a. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ini
menggunakan paradigma kontruktivis.
Paradigma kontruktivis menempatkan ilmu
komunikasi sebagai analisis sistematis
terhadap social maeningful action atau
pengamatan langsung yang dilakukan secara
alamiah, yakni menempatkan penulis pada
posisi subjek yang ditelitinya atau dengan kata
lain penulis berusaha memahami cara berpikir
subjek yang ditelitinya.16
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam masalah ini yang menjadi subjek penelitian
adalah pondok pesantren modern An-Nuqthah yang
meliputi komunikator dan komunikan. Sedangkan
objek penelitian adalah komunikasi yang dilakukan
15
Lexy J Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-13, h. 4. 16
Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,
(Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003),
hlm. 3.
17
ustadz di pondok pesantren modern An-Nuqthah
dengan santri dalam pembentukan karakter.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di pondok
pesantren modern An-Nuqthah Rt. 01/05, kampung
Cipete, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten.
Waktu penelitian Insya Allah akan dimulai dari bulan
Februari sampai Juni 2021.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan usaha atau
cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Pengumpulan
data kualitatif yaitu kegiatan pengumpulan data yang
harus dilakukan oleh penelitian sendiri dan tidak boleh
diwakili. Adapun peneliti dalam penulisan ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Teknik Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah suatu cara untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan
dan pencatatan dengan sistematis tentang
18
fenomena yang diselidiki.17
Menurut Pauline
V. Yong, observasi diartikan: “suatu
penyelidikan yang dijalankan secara sistematis
dan dengan sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indera (terutama mata)
terhadap kejadian-kejadian yang langsung
ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.18
Ini
berarti bahwa observasi tidak dapat digunakan
terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat.
Oleh karena itu dalam observasi menggunakan
indera, maka agar hasil observasi menjadi
baik, salah satu hal yang dituntut adalah
menggunakan alat indera dengan sebaik-
baiknya. Dalam penelitian ini, penulis
memperoleh keterangan dengan mengamati
secara langsung mengenai aktifitas dakwah
pondok pesantren tersebut.
b. Wawancara Mendalam
Penulis melakukan wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah cara
mengumpulkan data atau informasi dengan
cara langsung bertatap muka dengan informan
17
Muhammad Natsir, Metode Penelitian, (jakarta: Ghalia Indonesia,
1988),h. 234. 18
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT RINERKA CIPTA, 2002),
Cet. Ke-2, h. 21.
19
agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam.19
Dalam hubungan ini, untuk
terarahnya wawancara sesuai dengan data yang
diperlukan, maka perlu disusun suatu pedoman
yang disebut “pedoman wawancara” atau
“panduan wawancara”.20
Pada pedoman atau
panduan tersebut, berisi sejumlah pertanyaan
yang hendak ditanyakan kepada responden.
Disini, yang menuliskan atau mengisikan
jawaban responden adalah pihak
pewawancara, tentu saja berdasarkan jawaban
lisan responden.
Responden yang dapat dijadikan informan
yaitu dari dua orang Ustadz dan dua orang
santri pondok pesantren modern An-Nuqthah.
Dalam hal ini peneliti mewawancarai kedua
Ustadz seperti apa pendekatan dan strategi
komunikasi antarpribadi yang diterapkan
dalam melakukan pembentukan karakter santri
di pondok pesantren modern An-Nuqthah.
c. Dokumentasi
19
Rachmat Kriyantoro, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana,2009), h. 100. 20
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2001), Cet. K3-5, h. 132.
20
Dokumentasi dibutuhkan sebagai data-data
pendukung penelitian. Dokumentasi tersebut
bisa berupa teks, foto atau rekaman.
Dokumentasi juga bisa menjadi bukti
penelitian. Dokumen ini digunakan untuk
melengkapi data-data hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, yaitu melalui
wawancara dan observasi.
d. Teknik Analisis Data
Teknis analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan analisis kualitatif deskriptif, yaitu
upaya menganalisis dengan mengumpulkan
data dengan melakukan tahap wawancara dan
studi dokumentasi. Melalui teknik
pengumpulan data seperti observasi,
wawancara dan dokumentasi tadi
diklasifikasikan dan dianalisa sesuai aspek
kemudian diinterpretasikan secara logis.
Teknik analisis data dilakukan sepanjang
proses penelitian sejak peneliti memasuki
lapangan untuk mengumpulkan data. Peneliti
mendapatkan data-data dari wawancara Ustadz
maupun santri di pondok pesantren tersebut
serta dan berbagai referensi yang sangat
membantu peneliti dalam menyelesaikan
21
penelitian ini, baik diperoleh dari sumber buku
maupun sumber internet. Dalam penelitian ini,
penulis menganalisis komunikasi antarpribadi
ustadz dan santri dalam pembentukan karakter
santri di pondok pesantren modern An-
Nuqthah. Setelah data-data yang diperlukan
telah terkumpul, lalu dianalisis dengan teori
yang digunakan.
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodelogi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Menjelaskan tentang pengertian komunikasi antarpribadi,
jenis dan bentuk komunikasi antarpribadi, pendekatan dan
strategi komunikasi, pengertian karakter, unsur-unsur karakter
dan pengertian pondok pesantren.
BAB III Gambaran Umum
Gambaran Umum tentang pondok pesantren modern An-
Nuqthah, latar belakang berdirinya, tujuan didirikan, visi dan
misi pondok pesantren modern An-Nuqthah, program-
program pondok pesantren dan struktur organisasinya.
22
BAB IV Temuan dan Analisis Data
Berisi hasil temuan komunikasi antarpribadi di pondok
pesantren modern An-Nuqthah. Penerapan komunikasi
antarpribadi pondok pesantren modern An-Nuqthah serta
faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan
karakter santri di pondok pesantren modern An-Nuqthah.
BAB V Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan membahas karya Ilmiah dari
temuan dan analisis data Komunikasi Antarpribadi antara
Ustad dan santri dalam pembentukan karakter santri (Studi
pada Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah).
BAB VI Penutup
Merupakan bab penutup yang diakhiri dengan kesimpulan
yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas.
Selain itu juga penulis memberikan saran-saran dari
permasalahan yang dibahas. Selain itu, penulis memberikan
kritik dan saran secara akademisi dan praktisi.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi, istilah komunikasi atau dalam
bahasa Inggris communication berasal dari kata lain
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama, yang berarti sama makna. Jadi komunikasi
berlangsung apabila diantara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan.1
Pengertian bersama dengan maksud
untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku penerima dan
melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Definisi komunikasi menurut para ahli sebagai
berikut :
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D.
Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu
tindakan komunikasi ialah menjawan pertanyaan “Siapa
yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui
saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya (who?
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 9.
24
says what? In which channel? To whom? With
what effect?)”.1
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi
Pedesaan Amerika yang telah banyak member perhatian
pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal
penyebaran inovasi membuat definisi bahwa:
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.2
Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu
hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi
(pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap
dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan
saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam
proses komunikasi.
Wilbur Schramm mendefinisikan komunikasi
sebagai tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan penerima, dengan bantuan pesan pengirim dan
penerima memiliki beberapa pengalaman Bersama yang
memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh
pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.3
Hovland, Janis, dan Kelly merumuskan komunikasi
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 18. 2 Ibid.
3 Suranto Aw, Komunikasi Sosial dan Badaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hal. 2.
25
adalah proses dimana seseorang individu
mentransmisikan stimulus untuk mempengaruhi orang
lain.4 Edward Depari mendefinisikan komunikasi sebagai
proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disanpaikan melalui lambing tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan. Dari pengertian komunikasi tersebut
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses pertukaran pesan dari satu individu kepada
individu lain dan bisa menghasilkan umpan balik atau
respon.
Karena itu, jika berada dalam suatu situasi
berkomunikasi, maka sudah pasti memiliki beberapa
kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan Bahasa
atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan
dalam berkomunikasi arti dan makna simbol disini tentu
saja tergantung pada pemahaman dan persepsi
komunikan. Oleh karena itu, komunikasi akan berjalan
efektif bila komunikator dan komunikan mempunyai
persepsi dan pemahanan yang sama terhadap simbol.
Apabila terdapat perbedaan persepsi dan pemahaman,
tujuan komunikasi dapat gagal.
a. Unsur-Unsur Komunikasi
4 Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), hal. 5.
26
Adapun unsur-unsur komunikasi dalam ruang
lingkup komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Komunikator
Komunikator adalah seseorang atau
sekelompok orang yang merupakantempat asal
pesan, sumber berita, informasi, atau
pengertian yang disampaikan atau biasanya
kita sebut sebagai orang atau pihak yang
mengirim atau menyampaikan berita.5 Dalam
perannya sebagai komunikator tentunya
seorang komunikator harus memiliki
keterampilan berkomunikasi yang baik agar
pesan atau informasi yang disampaikan kepada
komunikan dapat efektif.
2. Pesan atau berita
Pesan adalah informasi atau pengertian
dari komunikator yang penyampaiannya
disampaikan kepada komunikan melalui
penggunaan Bahasa atau lambang-lambang.
Lambang atau simbol tersebut dapat berupa
tulisan, gambar, Gerakan tubuh, lambaian
tangan dan lain-lain.
3. Media Komunikasi
5 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Ineka
Cipta, 2000), cet. Ke 2, h. 93-94.
27
Saluran atau media komunikasi adalah
sarana tempat berlalunya simbol-simbol yang
mengandung makna berupa pesan. Saluran
atau media komunikasi tersebur berupa alat
atau sarana yang menyalurkan suara untuk
pendengaran, tulisan dan gambar untuk
penglihatan, wujud fisik untuk perabaan dan
sebagainya.
4. Komunikan atau penerima pesan
Komunikan adalah seseorang atau
sekelompok orang sebagai subjek yang dituju
oleh komunikator yang menerima pesan-pesan
berupa lambang-lambang yang mengandung
arti dan makna.
5. Efek atau umpan balik
Efek adalah hasil penerimaan pesan atau
informasi oleh komunikan, pengaruh atau
kesan yang timbul setelah komunikan
menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan
memberikan respon, tanggapan atau jawaban
yang disebut umpan balik. Hal yang terpenting
dalam komunikasi adalah bagaimana caranya
agar suatu pesan yang disampaikan
28
komunikator itu menimbulkan efek atau
dampak tertentu pada komunikan.6
b. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan
menurut jumlah pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi. Dimulai dari komunikasi yang
melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit
hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta
paling banyak, yakni meliputi :
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri.
Misalnya proses berfikir untuk memecahkan
masalah pribadi. Dalam hal ini ada proses
tanya jawab dalam diri sendiri sehingga dapat
diperoleh keputusan tertentu.7
2. Komunikasi Interpersonal
Wayne Pace mengemukakan bahwa
komunikasi antarpribadi atau komunikasi
interpersonal merupakan proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih
secara tatap muka dimana pengirim dapat
6 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), cet. Ke 4, hal. 7. 7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Posdakarya,
2010), cet. Ke 14, hal. 81.
29
menyampaikan pesan secara langsung.
Komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk verbal atau nonverbal, seperti
komunikasi pada umumnya komunikasi
interpersonal selalu mencakup dua unsur
pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan
dikatakan atau dilakukan secara verbal atau
nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya
diperhatikan dan dilakukan berdasarkan
pertimbangan situasi, kondisi dan keadaan
penerima pesan.
Komunikasi interpersonal merupakan
kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi
interpersonal bukan hanya komunikasi dari
pengirim dan penerima pesan atau sebaliknya,
melainkan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi
interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan
tetapi serangkaian proses saling menerima,
penyeraan dan penyampaian tanggapan yang
telah diolah oleh masing-masing pihak.
Agar komunikasi interpersonal yang
dilakukan menghasilkan hubungan
30
interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa
ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka,
sikap percaya, sikap mendukung dan terbuka
yang mendorong timbulnya sikap yang paling
memahami, menghargai dan saling
mengembangkan kualitas. Hubungan
interpersonal perlu ditumbuhkan dan
ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan
dan kerjasama antara berbagai pihak.
3. Komunikasi Kelompok
Komunikasi yang berlangsung antara
sekelompok orang yang mempunyai tujuan
bersama. Contohnya seperti diskusi kelompok,
aksi massa, siding kelompok dan sebagainya.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah orang, yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering
disebut pidato, ceramah atau kuliah umum.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi dalam suatu
organisasi, bersifat formal dan juga informal
dan berlangsung dalam jaringan yang lebih
besar dari pada komunikasi kelompok.
31
6. Komunikasi Massa
Komunikasi yang melibatkan banyak
orang. Ada Sebagian ahli mengatakan bahwa
komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa namun Sebagian ahli lain
berpendapat bahwa komunikasi massa tidak
harus menggunakan media massa. Contohnya
seperti kampanye politik.8
c. Sifat Komunikasi
Dilihat dari sifatnya, proses komunikasi dapat
dibedakan menjadi :9
1. Komunikasi tatap muka adalah dalam hal ini
pihak-pihak yang terkait dalam proses komunikasi
saling bertemu dan bertatap muka dalam suatu
tempat tertentu.
2. Komunikasi bermedia adalah proses komunikasi
dengan menggunakan media, seperti telepon,
surat, radio, televisi dan sebagainya.
3. Komunikasi Verbal adalah komunikasi dengan ciri
bahwa pesan yang dikirimkan berupa pesan verbal
atau dalam bentuk ungkapan kata-kata, baik secara
lisan maupun tulisan.
8 Suranto AW, Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 13. 9 Ibid
32
4. Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi
dengan ciri bahwa pesan yang disampaikan berupa
pesan non verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat
tubuh (gestural) maupun isyarat gambar (pictoral).
d. Fungsi Komunikasi
Menurut Agus M. Hardjana, fungsi komunikasi
dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan
orang lain, ditempat kerja dan dalam masyarakat.
Kaittannya dengan komunikasi antarpribadi, maka
dalam hidup pribadi melalui komunikasi kita dapat :
1. Menjelaskan perasaan, isi pikiran dan perilaku kita
sendiri.
2. Semakin mengenal diri, dengan komunikasi kita
dapat mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita
dan mendapat umpan balik dari rekan komunikasi
kita tentang emosi, pikiran, kehendak, cita-cita dan
perilaku kita.
3. Mengungkapkan perasaan dan gagasan kita,
komunikasi ini bisa menjadi alat untuk
melepaskan beban mental dan psikologis sehingga
kita mendapatkan keseimbangan hidup Kembali.
2. Komunikasi Antarpribadi
a. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
33
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak
langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis
ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to
face), bisa juga melalui media telepon. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua
atau beberapa orang, dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima
pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung pula.10
Menurut Devito, komunikasi antarpribadi adalah
pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima
oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan
efek dan umpan balik yang langsung.11
b. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi
Berdasarkan sifatnya komunikasi antarpribadi
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik adalah komunikasi
antarpribadi yang berlangsung antara dua
orang yakni seorang berlaku komunikator yang
10
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal,
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 85. 11
Riyono Pratiko, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi (Bandung: Remadja
Karya, 1987), hlm. 42.
34
menyampaikan pesan dan seorang lagi menjadi
komunikan yang menerima pesan.12
2. Komunikasi Triadik
Komunikasi triadic adalah komunikasi
antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga
orang, yakni seorang komunikator dan dua
orang komunikan.
c. Tahap-Tahap Hubungan Antarpribadi
1. Pembentukan Hubungan Antarpribadi
Tahap ini disebut sebagai tahap perkenalan
yang terfokus pada proses penyampaian dan
penerimaan informasi dalam pembentukan
hubungan.
Menurut Steve Duck perkenalan adalah
proses komunikasi dimana individu mengirimkan
secara sadar atau menyampaikan (terkadang tidak
sengaja) informasi tentang struktur dan isi
kepribadiannya kepada bakal sahabatnya dengan
menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 63.
35
bermacam-macam tahap perkembangan
persahabatan.13
Dalam tahap ini informasi yang dicari dan
disampaikan umumnya berkisar mengenai data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,
keadaan keluarga dan sebagainya.
2. Faktor yang Menimbulkan Hubungan
Antarpribadi
Pola komunikasi interpersonal mempunyai
efek yang berlainan pada hubungan interpersonal.
Tidak benar anggapan bahwa makin sering orang
melakukan hubungan interpersonal dengan orang
lain, makin baik pula hubungan mereka. Yang
menjadi persoalan bukanlah berapa kali
komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana
komunikasi interpersonal itu dilakukan dengan
baik. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada beberapa
factor agar komunikasi interpersonal dapat
berjalan dengan baik, yaitu : percaya (trust), sikap
supportif dan sikap terbuka.14
a) Percaya (trust)
13
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 125. 14
Ibid
36
Faktor percaya adalah yang paling penting
dalam berkomunikasi antarpribadi. Menurut
Jalaluddin Rakhmat ada tiga faktor yang
berhubungan dengan sifat percaya :
1) Karakteristik dan kemampuan orang lain,
orang akan menaruh kepercayaan kepada
seseorang yang dianggap memiliki
kemampuan, keterampilan atau pengalaman
dibidang tertentu.
2) Hubungan kekuasaan, kepercayaan tumbuh
apabila orang-orang mempunyai kekuasaan
terhadap orang lain.
3) Sifat dan kualitas komunikasi, bila komunikasi
bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan sudah
jelas, bila ekspetasi sudah dinyatakan, maka
akan tumbuh sikap percaya.
b) Sikap Supportif
Sikap supportif merupakan sikap yang
mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.
Orang bersikap defensive bila ia tidak menerima,
tidak jujur dan tidak empati terhadap apa yang
mereka komunikasikan.
c) Sikap Terbuka
37
Suatu komunikasi akan berhasil apabila
adanya sikap terbuka antara komunikan dan
komunikator mengenai masalah-masalah yang
mereka hadapi, karena dengan adanya sikap
terbuka inilah akan diketahui solusi yang baik
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3. Proses Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi sebagai proses pengoperan
atau penyampaian pesan, secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua bentuk proses, yaitu
proses primer dan proses komunikasi sekunder.
Mengenai kedua proses komunikasi ini telah
dijelaskan oleh Onong Uchjana Effendy sebagai
berikut “Proses komunikasi secara primer adalah
proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media. Lambang disini
berupa bahasa, isyarat, gambar, warna dan
sebagainya. Dan proses komunikasi sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang
alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.15
15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2007), h. 16.
38
Berkaitan dengan dua bentuk komunikasi
diatas, maka komunikasi interpersonal merupakan
salah satu bentuk proses komunikasi primer,
karena komunikasi interpersonal berlangsung
secara face to face (tatap muka) dalam suatu
percakapan dengan menggunakan Bahasa lisan.
Dalam komunikasi interpersonal,
hubungan yang baik antara komunikator dengan
komunikan juga harus dijaga dengan baik, karena
berhasil atau tidaknya komunikasi tergantung pada
hubungan yang baik diantara mereka. Menurut
Jalaluddin Rakhmat ada dua tahap hubungan,
tahap pertama disebut tahap perkenalan,
hendaknya komunikator memberikan kesan
pertama yang bagus seperti penampilan yang
menarik, sikap yang baik. Tahap kedua yaitu
peneguhan hubungan, ada empat faktor penting
dalam memelihara hubungan, yaitu : faktor
keakraban pemenuhan rasa kasih saying, faktor
control (kedua belah pihak saling mengontrol),
faktor ketetapan respon yang merupakan
pemberian respon sesuai dengan stimulus yang
diterima, faktor keserasian suasana emosional
Ketika berlangsungnya komunikasi.16
16
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 126.
39
Menurut David Berlo dalam menekankan
bahwa diantara komunikator dengan komunikan
harus terdapat hubungan interdependensi.
Interdependensi adalah kedua belah pihak terdapat
hubungan saling mempengaruhi. Menurut
Nuruddin, interdependensi artinya komponen-
komponen itu saling berkaitan, berinteraksi dan
berinterdependensi secara keseluruhan.17
Oleh
sebab itu, seorang ustadz dalam berkomunikasi
tidak boleh melihat pada kepentingannya sendiri
tetapi juga harus melihat pada kepentingan dan
kebutuhan santrinya dengan memperhatikan
pengalaman, kepentingan dan pendapatnya serta
menciptakan hubungan yang akrab.
Selain itu, dalam komunikasi interpersonal
juga dibutuhkan sikap saling menghormati dan
mempercayai antar ustadz dan santri yang
didasarkan pada persamaan antara keduanya,
karena keberhasilan dari komunikasi yaitu dengan
adanya persamaan sikap antara ustadz dan santri.
d) Pemutusan Hubungan Antarpribadi
Terdapat lima sumber konflik pemutusan
hubungan antarpribadi yang diambil dari analis R. D.
17
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 5.
40
Nye (1973) dalam bukunya Conflict Amiong Humans
yiatu :18
a. Kompetisi
Salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain, misalnya
menunjukkan dalam bidang tertentu dengan
merendahkan orang lain.
b. Dominasi
Salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak
lain sehingga orang itu merasa hak-haknya
dilanggar.
c. Kegagalan
Masing-masing berusaha menyalahkan orang lain
apabila tujuan Bersama tidak tercapai.
d. Provokasi
Salah satu pihak terus menerus membuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan orang lain.
e. Perbedaan Nilai
Kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
18
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 29.
41
1. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi
Proses pembelajaran dapat disebut juga bentuk
pendekatan komunikasi antarpribadi dimana komunikasi
yang terjadi antara subjek didik dengan Pendidikan, antara
mahasiswa dengan dosen, antara siswa dengan guru,
antara ustadz dan santri. Komunikasi dalam bentuk
diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung amat
efektif, baik antara pengajar dengan murid maupun
diantara muris sendiri sebab mekanismenya
memungkinkan murid terbiasa mengemukakan pendapat
secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya.
Menurut Miller dan Stainberg mengemukakan
bahwa suatu bentuk komunikasi termasuk komunikasi
antarpribadi atau bukan perlu dilakukan pemahaman
terdapat identifikasi tiga analisis tingkat informasi yaitu
:19
a. Analisi Tingkat Kultural
Kebudayaan merupakan sekumpulan
keteraturan, norma, institusi sosial, kebiasaan
dan ide-ide yang dimiliki oleh sekumpulan
orang. Terkadang kebudayaan didefinisikan
sebagai lokasi geografis, etnis, pola religius.
19
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 2.
42
Para ahli menganggap bahwa orang yang
termasuk kelompok kebudayaan yang sama
mempunyai kesamaan cara bertingkah laku
dan tampak memiliki sikap dan nilai tertentu.
Demikian, kebudayaan dapat memberi
petunjuk bagaimana anggota kelompok
kebudayaan tertentu akan berkomunikasi satu
dengan yang lainnya.
Terdapat dua macam kultur, yaitu
homogeneus, apanila orang-orang disuatu
kultur berprilaku kurang lebih sama dan
menilai sesuatu juga sama. Sedangkan yang
heterogenous adanya perbedaan-perbedaan
didalam pola prilaku dalam nilai-nilai yang
dianutnya. Ketika berhadapan dengan individu
yang spesifik, seseorang harus berhati-hati
untuk menerapkan pikiran tentang otang
tersebut berdasar data tingkat kebudayaan.
Masing-masing individu yang tergabung dalam
satu kelompok kebudayaan mempunyai
kepribadian sendiri-sendiri.20
b. Analsis Tingkat Sosiologis
Analisis tingkat sosiologis didasarkan pada
pertimbangan yang dibuat tentang orang lain
20
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal 9
April 2021
43
dengan mengetahui kelompok tempat orang
tersebut termasuk ada pertimbangan untuk
mengelompokkan seseorang kedalam
kelompok tertentu berdasarkan
keanggotaannya pada bentuk kelompok sosial
yang dipilihnya. Namun ada juga keanggotaan
kelompok yang tidak dipilih sendiri oleh yang
bersangkutan, misalnya termasuk kedalam
kelompok orang tua, dewasa dan remaja.
Bagaimana juga, anggota yang termasuk
kelompok tertentu, baik yang dipilih sendiri
maupun tidak mempunyai kesamaan dengan
anggota lainnya dalam satu kelompok. Antar
kelompok itu sendiri mempunyai perbedaan
yang merupakan ciri dari masing-masing
bentuk kelompoknya.
c. Analisis Tingkat Psikologis
Analisis tingkat psikologis didasarkan pada
dua orang yang berinteraksi dan mendasarkan
prediksinya mengenai satu sama lain terutama
pada data psikologis secara khusus
menegaskan bahwa mereka mengenal satu
sama lain sebagai individu. Dan juga menuntut
adanya saling mengenal antar individu yang
terlibat didalam transaksi komunikasi.
Walaupun individu mempunyai sekumpulan
44
data mengenai kebudayaan dan sosiologis
seseorang tidak dapat memperkirakan prilaku
khusus seseorang yang dihadapinya. Informasi
mengenai data tingkat psikologis tidak dapat
dipisahkan dari proses keintiman yang terjalin,
terkadang seseorang memberikan informasi
mengenai dirinya sendiri kepada orang lain,
dan mendapatkan informasi balik dari orang
lain mengenai dirinya.21
Sehingga didalam komunikasi antarpribadi
yang lebih ditekankan adalah komunikasi yang
berdasar pada analisis tingkat psikologis,
tingkat kebudayaan dan sosiologis digunakan
sebagai pelengkap didalam mengumpulkan
data tentang seseorang yang dihadapi.22
2. Strategi Komunikasi Antarpribadi
Strategi kendali komunikasi terdiri dari banyak
strategi kendali komunikasi. Strategi-strategi komunikasi
antarpribadi menjadi bagian dari pola kendali komunikasi
individu apabila ia memperoleh informasi baru mengenai
pendekatan-pendekatan yang lebih efektif guna
21
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 5. 22
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal 9
April 2021
45
memperoleh respon yang diinginkan. Miller dan Steinberg
(1975) membaginya dalam lima strategi diantaranya :23
a. Strategi Wortel Terurai
Strategi wortel terurai atau dangling carrot
strategies berupa pemberian imbalan yang
komunikator berikan kepada pihak lain.
Strategi wortel terurai ini berasumsikan bahwa
komunikator dapat meningkatkan probabilitas
untuk memperoleh respons yang diinginkan
apabila komunikator memberikan imbalan
kepada seseorang.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk
mengubah tingkat, arah dan substansi
mengenai perilaku-perilaku dan memperkuat
reinforce perubahan-perubahan ini apabila hal
itu diinginkan. Dua prosedur dasar bagi
implementasi strategi wortel terurai adalah
dengan menciptakan rangkaian-rangkaian
stimulus-response-reward dan menghasilkan
pengembangan strategi wortel pada orang lain.
Diluar pemahaman tujuan-tujuan dan
prosedur-prosedur ini, strategi wortel yang
efektif harus memiliki beberapa kemampuan
berkomunikasi.
23
Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 75.
46
b. Strategi Pedang Tergantung
Strategi pedang tergantung didasarkan
asumsi bahwa komunikator akan mengulang
perilaku yang menyebabkan diberinya
imbalan. Komunikator yang hendak
emngurangi probabilitas respons yang tidak
diinginkan akan berlindung pada strategi
pedang tergantung. Strategi ini merupakan
hukuman. Seorang komunikator bisa
menghukum pihak lainnya supaya orang itu
mengurangi atau membatasi perilaku-perilaku
yang tidak disukai oleh yang memberi
hukuman. Strategi pedang ini mirip dengan
strategi wortel, karena efektifitas kedua
strategi itu bergantung kepada apakah
responden merasakan adanya keuntungan atau
manfaat pribadi dengan memberikan respon
yang diinginkan pengendali. Taktik utama dari
pengendali strategi pedang adalah memicu
strategi-strategi komplementer dari responden.
c. Strategi Katalisator
Strategi kendali katalisator terjadi dimana
seorang komunikator mencoba memancing
respon yang dia inginkan, tetapi sebaliknya
bukan memberikan imbalan atau ancaman
47
hukuman, komunikator sekedar mengingatkan
kepada yang bersangkutan akan suatu tindakan
yang aganya bisa diterima dan diinginkan oleh
yang bersangkutan. Metode ini bergantung
kepada keefektifan menjadi individu
berprilaku dengan cara berinisiatif diri tanpa
memberikan imbalan atau hukuman baginya.
Komunikator harus membekali dengan pesan
atau informasi yang membangkitkan semangat
untuk memicu proses ini, tetapi individu
Sebagian besar bertindak atas kemauan sendiri.
Perbedaan yang utama antara teknik-teknik
katalisator dengan strategi kendali komunikasi
lainnya terletak pada ketidak menonjolnya
kendali. Pada strategi wortel dan pedang,
pengendali menekankan perannya sendiri
didalam proses. Sedangkan strategi katalisator
pengendali berusaha mendapatkan respons
yang diinginkan dengan menekankan pada si
pendengar.
d. Strategi Kembar Siam
Strategi kembar siam bukan untuk
menciptakan hubungan yang diinginkan
melainkan merupakan hasil dari semacam
hubungan yang sudah terbentuk. Strategi ini
48
hanya dapat diimplementasikan setelah
hubungan terbentuk. Terdapat dua syarat
hubungan yang menyebabkan berkembangnya
strategi kembar siam : pertama, adanya tingkat
ketergantungan yang tinggi antara para
komunikator. Kedua, tidak seorang pun dari
keduanya lebih berkuasa terhadap yang lain.
Bahkan apabila kedua orang itu memiliki
ketergantungan, salah satu masih bisa
mendominasi hubungan dengan menggunakan
strategi wortel atau pedang. Strategi kembar
siam muncul apabila kedua komunikator
memiliki jumlah kendali kurang lebih sama.
e. Strategi Dunia Khayal
Strategi dunia khayal mengandalkan pada ilusi
dan khayalan pada perasaan-perasaan yang
ditimbulkan sendiri mengenai kendali.
Khayalan-khayalan ini dapat memberikan
semacam ketenangan dari perasaan cemas,
tetapi memiliki dasar realitas yang tidak
seberapa dan tidak cukup untuk menggantikan
kendali sebenarnya. Orang-orang seperti ini
hidup sebagai pengkhayal total dari kenyataan.
Mereka sering mengahabiskan waktu untuk
sekedar mengkhayal. Taktik yang digunakan
oleh pengguna strategi dunia khayal yaitu
49
mengabaikan respons-respons yang tidak
diinginkan. Taktik lainnya adalah mengubah
respons yang tidak diinginkan dengan
memberikan penafsiran yang positif.
3. Pengertian Karakter dan Unsur-Unsurnya
a. Pengertian Karakter
Dilihat dari asal katanya, “karakter” merupakan
sebuah konsep yang berasal dari kata Yunani
“charassein”, yang berarti mengukir sehingga
terbentuk sebuah pola. Memiliki suatu karakter yang
baik, tidak dapat diturunkan begitu ia dilahirkan,
tetapi memerlukan proses panjang melalui pengasuhan
dan pendidikan. Dalam bahasa Arab karakter dikenal
dengan istilah “akhlaq”, yang merupakan jama’ dari
kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan
dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat, tatakrama, sopan santun, adab dan tindakan.
Ibn Miskawai (w. 421H/1030 M) sebagai pakar akhlaq
terkemuka menyatakan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.24
Sedangkan karakter menurut
Simon Philips yang dikutip oleh Fathul Mu’in dalam
bukunya Pendidikan Karakter adalah kumpulan tata
24
Sri Wahyuni Tanshzil,Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada
Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin
Santri.. Jurnal Pendidikan / Vol. 13 No. 2, Oktober 2012, h.5.
50
nilai menuju suatu sistem, yang melandasi pemikiran,
sikap dan prilaku yang ditampilkan.25
b. Unsur-Unsur Karakter
Ada beberapa unsur dimensi secara psikologis dan
sosisologis yang mempengaruhi unsur-unsur
terbentuknya karakter pada manusia. Unsur-unsur ini
kadanga juga menunjukkan bagaimana karakter
seseorang tersebut antara lain, sikap, emosi,
kepercayaan dan kebiasaan.
1. Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah
merupakan bagian dari karakternya bahkan
dianggap sebagai cerminan karakter seseorang
terssebut. Tentu tidak selamanya benar, tetapi
dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap
sesuatu yang ada dihadapannya, biasanya
menunjukkan bagaimana karakternya.
2. Emosi
Kata emosi berasal dari kata emoreve
dalam bahasa latin yang berarti luar dan movere
artinya bergerak. Emosi adalah bumbu kehidupan,
sebab tanpa emosi kehidupan manusia akan terasa
25
Fathul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 160.
51
hambar. Manusia selalu hidup dengan berfikir dan
merasa, oleh karena itu emosi merupakan salah
satu bagian dari karakter.
3. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen
kognitif manusia dari faktor sosio-psikologis.
Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah
atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan
istuisi sangatlah penting untuk membangun watak
dan karakter manusia.
4. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan adalah komponen konotatif dari
faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek
perilaku manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis, tidak direncanakan. Ia merupakan
hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu
yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi
berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan
yang berbeda dalam menanggapi stimulus tertentu.
Kebiasaan memberikan pola perilaku yang dapat
diramalkan. Sementara kemauan merupakan
kondisi yang sangat mencerminkan karakter
seseorang, jadi kebiasaan dan kemauan adalah
bagian dari unsur-unsur karakter.
52
5. Konsep Diri
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan
pembangunan karakter adalah konsep diri. Konsep
diri penting karena biasanya tidak semua orang
acuh pada dirinya. Orang yang sukses biasanya
adalah orang yang sadar bagaimana membentuk
watak dan karakternya.26
4. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan dua istilah yang
menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut
pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri,
sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana terbuat dari bambu. Disamping itu, kata
pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq
yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk
Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah
pondok dan pesantren, sedangkan di Aceh dikenal
dengan istilah dayah atau rangkang atau meunasah,
sedangkan di Minangkabau disebut surau.27
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis
berarti pe-santrian yang berarti tempat santri, pondok
26 Fathul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168-179. 27
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan,
(Jakarta: Paramadina,1997), hal. 5.
53
pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang
memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
Pesantren berarti tempat para santri.28
Poerwadarminta
mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat
murid-murid belajar mengaji.29
Louis Ma’luf
mendefinisikan kata pondok sebagai “khon” yaitu
“setiap tempat singgah besar yang disediakan untuk
menginap para turis dan orang-orang yang
berekreasi”.30
Pondok juga bermakna “rumah
sementara waktu seperti yang didirikan di ladang, di
hutan dan sebagainya.”31
Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang wajib
menggunakan sistem asrama atau pondok, dimana
kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat
kegiatan yang menjiwainya karena semua kegiatan
tersentral didalamnya, serta pengajaran agama Islam
yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
Menurut Manfred Ziemek, biasanya pesantren
didirikan oleh para pemrakarsa kelo pok belajar, yang
mengadakan perhitungan dan memperkirakan
28
Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), h.
18. 29
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1982), h. 764. 30
Louis Ma’luf, Kamus Munjid, (Beirut: Dar al-Mishria, 1986), h. 597. 31
Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama,
(Semarang: Toha Putra), h. 104.
54
kemungkinan kehidupan bersama bagi para santri dan
ustadz. Maka berdirilah sebuah pondok, tempat untuk
hidup bersama bagi masyarakat belajar. Dengan kata
“pondok” orang membayangkan “gubuk” atau “saung
bambu”, suatu lambang yang baik tentang
kesederhanaan sebagai dasar perkiraan kelompok.
Disini guru dan murid setiap hari bertemu dan
berkumpul dalam waktu yang lama bersama-sama
menempuh kehidupan di pondok. Lebih lanjut Ziemek
menilai pesantren sebagai lembaga “wiraswasta”
dalam sektor pendidikan keagamaan, karena ciri-
cirinya yang dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi
para pendiri dan pimpinannya dan cenderung
mengikuti suatu pola tertentu.
b. Tujuan Pondok Pesantren
Masing-masing pondok pesantren memiliki tujuan
pendidikan yang berbeda, sering kali sesuai dengan
falsafah dan karakter pendirinya. Sekalipun begitu
setiap pondok pesantren mengemban misi yang sama
yakni dalam rangka mengembangkan dakwah Islam,
selain itu dikarenakan pondok pesantren berada dalam
lingkungan Indonesia, setiap pondok pesantren juga
berkewajiban untuk mengembangkan cita-cita dan
tujuan kehidupan berbangsa, sebagaimana yang
tertuang dalam falsafah negara; Pancasila dan UUD
1945. Menurut Manfred Ziemek yang dikutip oleh
55
Mujamil Qamar dalam bukunya pesantren dari
transformasi metodologi menuju demokratisasi
institusi tujuan pesantren adalah membentuk
kepribadian memantapkan akhlak dan melengkapinya
dengan pengetahuan.
Menurut Mastuhu yang dikutip oleh M. Dian Nafi
dkk tujuan utama pendidikan pesantren adalah
mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan)
berdasarkan pokok ajaran Islam yaitu memahami dan
meningkatkan tentang arti kehidupan serta
merealisasikan semua peran-peran dan tanggung
jawab sosial.
Secara umum tujuan pendidikan pondok pesantren
adalah membimbing anak didik untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Islam yang mampu
dengan ilmu agamanya menjadi Muballigh Islam
dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
Sedangkan secara khusus tujuan pondok pesantren
adalah mempersiapkan para santri untuk menjadi
orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan
oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkan
dalam masyarakat, sebagaimana yang telah
dikembangkan dalam pondok pesantre modern.
Tujuan pendidikan pondok pesantren diatas senada
dengan tujuan pondok pesantren yang dipaparkan oleh
56
M. Arifin yang dikutip oleh Hasbullah dalam bukunya
“Kapita Selekta Pendidikan” (khusus dan umum)
bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam yang berusaha menciptakan kader-kader
Muballigh yang diharapkan dapat meneruskan
misinya dalam hal dakwah Islam, disamping itu juga
diharapkan bahwa mereka yang belaar di pesantren
menguasai betul ilmu-ilmu ke-Islaman yang diajarkan
oleh para kyai.
Adapun tujuan pendidikan pondok pesantren, tidak
boleh lepas dari tujuan pendidikan nasional menurut
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 adalah untuk
“mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”
c. Definisi Santri
Santri adalah murid yang tinggal atau belajar di
Pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kyai
jika mempunyai pesantren dan santri yang tinggal di
pondok pesantren tersebut. Eksistensi dari seorang
57
kyai juga berkaitan dengan adanya santri di pesantren.
Kata “santri” dalam kamus besar bahasa Indonesia,
adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang
yang beribadah dengan sungguh-sungguh.32
Santri adalah sebuah siswa dari pondok pesantren.
Pada umumnya santri santri terbagi kedalam dua
kategori. Pertama, santri mukim, yaitu murid-murid
yang berasal dari daerah yang jauh dari pesantren dan
menetap di pesantren. Tradisi bagi santri yang telah
lebih lama atau lebih senior, biasanya memikul
tanggung jawab santri junior tentang kitab menengah
dan dasar, tentunya telah ditunjuk oleh pihak pengurus
bahkan kiyai yang bersangkutan. Kedua santri kalong,
yaitu para santri yang berasal dari desa sekitar
pesantren. Mereka tidak menetap di pesantren mereka
berada di pesantren hanya bila ada tugas pesantren
atau kegiatan pesantren saja. Apabila sebuah pondok
pesantren memiliki santri mukim lebih banyak, maka
pesantren tersebut dikategorikan pesantren besar.33
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 783. 33
Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 51.
58
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MODERN
AN NUQTHAH
A. Sejarah Singkat
Pondok pesantren modern An Nuqthah
mempunyai arti “Titik” yang memiliki filosofi kecil
wujudnya namun besar manfaatnya, inilah yang telah
menjadi harapan bagi Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah. 08 Agustus 2009 adalah titik awal pondok ini
memulai baktinya untuk negri tercinta. Pada tahun
pertama An Nuqthah memiliki 18 santri yang terdiri dari
13 santri putra dan 5 santri putri. Diawali oleh seorang
santri putra yang datang tanpa wali dan hanya
bertemankan sebuah map dan semangat belajar yang
tinggi dan ia juga merupakan kunci yang telah membuka
pintu bagi santri yang lainnya. Dan beliau bernama Ust.
Kadafy. Membangun pondok pesantren modern An
Nuqthah dilakukan dengan sabar dan pantang menyerah
oleh sosok pemimpin yang tak mengenal lelah, yaitu KH.
Zuhri Fauzi, S. Ag.1
Dalam setiap usaha tentunya akan selalu menemui
tantangan dan rintangan yang harus dilaluinya bahkan
1 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
59
cobaan yang harus dihadapi oleh pondok ini. Namun
berkat kesabaran dan ketabahan pimpinan dan para ustadz
serta do’a para santri, sehingga semuanya dapat dilalui
bersama.
Dengan berfasilitaskan satu ruang kelas, dua
kamar santri putra, satu ruang kantor sekolah dan satu
ruang untuk Musholla yang sekarang telah menjadi
bangunan asrama putra dan kelas yang menjulang tinggi
dan megahnya, disinilah An Nuqthah menuliskan sejarah
awalnya. Namun lima santri putri yang masih belum
memiliki fasilitas yang memadai sehingga mereka harus
tinggal di kediaman pimpinan untuk sementara waktu.
Satu persatu santri baru datang untuk menemani
18 santri tersebut, sehingga mereka bisa berbagi untuk
mengukir sebuah perjuangan di pondok pesantren modern
An Nuqthah.2
Satu tahun berlalu, santri-santri angkatan pertama
itu sudah memiliki asrama walau masih sederhana. Yang
ketika datang pertengahan siang dan malam mereka harus
mencari buku untuk dijadikan kipas yang akan membantu
untuk mengurangi cucuran keringat mereka.
Tahun kedua, kepercayaan masyarakat tumbuh
terhadap pondok ini. Terbukti dengan datangnya kurang
2 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
60
lebih 50 santri baru yang bergabung dan menemani
perjuangan pondok ini.
Dalam waktu yang sama pun asrama putra yang
sekarang ini dipergunakan untuk kelas telah menjadi
lantai dasar, artinya asrama putra telah memiliki lantai
kedua yang dipergunakan untuk kelas dan Musholla.
Namun, lagi-lagi santri putri harus bersabar dengan
asrama sederhananya.
Waktu terus berjalan mengiringi langkah pondok
ini untuk terus mengabdi kepada negri Merah Putih.
Hingga akhirnya sampai pada tahun ketiga dimana 90
santri baru datang untuk menemani langkah pondok ini,
sehingga pondok harus segera merubah pesawahan yang
berada di sebelah timur dari pesantren untuk dijadikan
satu buah masjid yang hanya beratap dan berlantai
keramik dan lima ruang kelas yang hanya beralaskan
tanah dan beratapkan asbes yang ketika datang hujan
kebanjiran dan ketika datang panas para santri bercucuran
keringat. Namun pada waktu itu juga sebuah nikmat dan
anugerah membawa kegembiraan bagi santri putri, yaitu
satu lantai asrama putri telah pondok persembahka
untuknya.
08 Agustus 2012 adalah tahun keempat bagi An
Nuqthah dalam membangun dan mengabdi untuk negri.
Hari itu telah bertambah anggota keluarga An Nuqthah
61
yang berjumlah 322 santri yang telah membawa semangat
baru bagi santri yang lainnya. Disamping itu, asrama putra
dan putri telah mencapai lantai maksimalnya, yaitu 3
lantai yang telah berdiri dengan begitu gagahnya seperti
semangat pimpinan yang tak tergoyahkan dalam
mengembangkan dan membangun dan terus memberi
yang terbaik untuk pondok, santri, masyarakat dan negri
tercinta ini.
2013, An Nuqthah kembali menerima santri, selain
santri yang bertambah dan bergabung dengan An
Nuqthah, pondok juga mendapatkan gedung baru yang
akan diperuntukkan kepada anak baru meskipun hanya
lima kamar saja, yang sekarang menjadi tiga lantai dengan
lima belas kamar ini. Namun disamping itu, santri putra
juga mendapatkan lapangan baru sehingga bisa
dipergunakan untuk sekedar berolahraga tentunya menjadi
suatu kebanggan bagi kami. Selain itu juga, santri putri
memiliki asrama dengan tingkat bangunan tiga lantai,
pondok juga mempersembahkan asrama yang diberi nama
“Gedung Jerman” yang sekarang difungsikan sebagai
kantor direktorat pegajaran.
Pada pertengahan tahun 2013, pondok meluluskan
alumni pertamanya, tentunya ini juga merupakan suatu
kegembiraan dan sekaligus amanah yang harus diemban,
karena tidak mudah menjadikan seorang santri berganti
title menjadi Alumni. Namun pondok selalu berharap
62
mereka terus melakukan yang terbaik bagi dirinya,
keluarga dan tentunya juga untuk pondok dan masyarakat.
Pada akhir 2013, Masjid yang hanya berlantai
keramik dan bertiang kayu itu telah pondok awali
pembangunannya untuk menjadi jauh lebih baik. Walau
untuk sementara waktu santri putra harus melakukan
sholat berjama’ahnya di depan kantor dan santri putri di
asramanya.
Awal tahun 2014, kini masjid itu sudah menjadi
bangunan yang bisa kita pergunakan ibadah dengan
nyaman, yang awalnya berlantaikan keramik biasa tapi
kini telah menjadi marmer yang luar biasa dan begitu juga
dengan tiangnya yang mana dulu hanya bertiangkan
denga kayu balok yang ukurannya dapat digenggam
tangan orang dewasa, namun sekarang ukuran tiang
tersebut menjadi tak biasa dan tidak bisa tergenggam
dengan satu tangan orang dewasa.
Pada tahun 2015, pondok membangun sebuah
asrama putri yang diperuntukkan kepada santri baru putri
yang kini sudah menjadi tiga lantai dan juga
diperuntukkan santri baru putri. Tahun ini juga pondok
memiliki gedung Ar Rahman yang digunakan sebagai
asrama santri baru putra, gedung perpustakaan dan ruang
lab IPA yang mudah-mudahan menjadikan penyemangat
baru bagi santri untuk terus membaca dan berkarya.
63
Tahun 2016, anugerah terbesar kembali kami
rasakan, dimana beberapa petak sawah telah berfungsi
menjadi lapangan santri putri yang megah, yang siap
menampung lebih dari 50 kendaraan roda empat dan 150
kendaraan roda dua. Selain itu juga gedung Al Quddus
telah menjadi kebanggan kami untuk belajar, dimana
enam kelas sudah siap untuk digunakan sarana belajar
serta kantor dan ruang guru yang baru sudah siap
digunakan, sekaligus 13 lokal kelas yang masih ditunggu
kesempurnaannya.
Begitupun tempat makan santri yang kini telah ada
sebagai tempat makan yang nyaman, bersih dan
terhormat.
Pada tahun ini telah bergabung lebih dari 400
santri baru putra dan putri, pondok pesantren ini tidak
lupa untuk selalu bersyukur kepada yang maha Ghofur,
karena sampai saat ini pondok pesantren modern An
Nuqthah masih mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Bulan Agustus 2016, yang bertepatan dengan hari
ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, yang mana
sebelumnya kita berada dalam penjajahan negara lain.
Namun, berkat semangat juang para pahlawan Indonesia,
kini negri ini telah berdiri dengan kokoh.
Tahun 2020, pada tahun ini jumlah seluruh santri
sangat melebihi kapasitas sampai lebih dari 1300 santri
64
yang telah bergabung. An Nuqthah menginjakkan usianya
yang ke-11 tahun. Pondok pesantren An Nuqthah akan
selalu mengabdi dan berbakti untuk negri dan agama
untuk terus mendampingi para santri dalam berjuang demi
menghapuskan kebodohan yang ada pada diri.
Pondok pesantren An Nuqthah sangat terkenal
dengan kedisiplinannya, mulai dari disiplin waktu sampai
dengan disiplin akan peraturan yang telah ditetapkan. Dan
pondok pesantren modern An Nuqthah sendiri terdiri dari
berbagai macam organisasi, baik organisasi dalam lingkup
yang besar (Majlis Guru) maupun yang masih dalam
lingkup yang masih kecil / IKSAN (Ikatan Santri An
Nuqthah) yang mana seluruh organisasi-organisasi
tersebut saling bekerja sama dalam melaksanakan
kewajibannya demi terwujudnya sebuah kedisiplinan yang
senantiasa dijaga oleh para santrinya.
Upaya pengembangan pondok pesantren tidak
cukup jika hanya dari banyaknya prestasi saja, tapi juga
jasa dari pengasuh dan pimpinan yang senantiasa selalu
mensyiarkan tentang pondok pesantren kehadapan publik
sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat tentang
apa itu sebuah pondok pesantren dan bagaimana cara
memilih pondok pesantren yang benar sehingga tidak
menimbulkan kesalahan nantinya.
65
B. Profil Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
a. Nama : Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah
b. Akreditasi Pesantren : B
c. Nomor Statistik : 510036710039
d. NPWP : 02.670.740.6-085.000
e. Alamat Lengkap : Jl. H. R. Rasuna Said, gg.
H. Ismail
1. RT : 01/05
2. Kelurahan : Cipete
3. Kecamatan : Pinang
4. Kota : Tangerang
5. Provinsi : Banten
f. Nama Pimpinan : KH. A. Zuhri Fauzi, S. Ag.
g. No. Telp Pesantren : (021) 59729762
h. Nama Pesantren : An Nuqthah
i. Alamat Pesantren : Jl. H. R. Rasuna Said, gg.
H. Ismail
1. RT : 01/05
2. Kelurahan : Cipete
3. Kecamatan : Pinang
4. Kota : Tangerang
5. Provinsi : Banten
6. Telp Pesantren : (021) 59729762
7. Kode Pos : 15142
j. Website : www.annuqthah.com
66
k. Status Pesantren : Swasta
l. Tanggal Berdiri : 08 Agustus 2009
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
1. Visi
Visi Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
adalah “Unggulan dalam kualitas tamatan berdasarkan
Iman, Taqwa, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta
menjadi yang terbaik menuju sekolah yang
berakhlakul karimah”.3
2. Misi
1. Melaksanakan pengembangan kurikulum.
2. Melaksanakan pengembangan sumber daya
manusia pendidik dan tenaga pengajar.
3. Melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Melaksanakan pengembangan bahasa Arab.
5. Melaksanakan pengembangan bahasa Inggris.
6. Melaksanakan program subsidi silang dan
memperhatikan anak yatim dan kaum dhuafa yang
berprestasi.
7. Melaksanakan potensi sekolah atau lingkungan.
8. Mengikuti kegiatan lomba akademik dan non
akademik.
3 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021
67
9. Menciptakan persatuan dan kesatuan antar sesama
warga sekolah dan masyarakat.
10. Melaksanakan penataan lingkungan sehingga
lingkungan belajar kondusif.
11. Menerapkan manajemen akhlak dengan
melibatkan selurug warga sekolah dan komite
sekolah.4
D. Letak Geografis
Secara Geografis Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah terletak di jalan H. R. Rasuna Said, Gg. H.
Ismail, Rt. 01/05, Kelurahan Cipete, Kecamatan Pinang,
Kota Tangerang, Provinsi Banten.
E. Motto Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
Pendidikan pesantren modern An Nuqthah
menekankan pada pembentukan pribadi muslim, mukmin
dan muhsin yang Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat,
Berpengetahuan Luas dan Berfikiran Bebas. Adapun
motto pendidikan di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah sebagai berikut :5
1. Berbudi Luhur
4 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021 5 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021
68
Berbudi luhur merupakan landasan paling utama
yang ditanamkan oleh pesantren ini kepada seluruh
santrinya dalam semua tingkatan, dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Realisasi
penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur
pendidikan dan pengajaran ang ada.
2. Berbadan Sehat
Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap
penting dalam pendidikan di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah ini. Dengan tubuh yang sehat
para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan
beribadah sebaik-baiknya.
3. Berpengetahuan Luas
Para santri di pondok pesantren modern An
Nuqthah ini dididik melalui proses yang telah
dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak hanya
diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka diajari cara
belajar yang dapat digunakan untuk membuka
khazanah pengetahuan.
4. Berpikiran Bebas
Berpikir bebas tidaklah berarti sebebas-bebasnya
(liberal). Kebebasan disini tidak boleh menghilangkan
prinsip-prinsip muslim, mukmin dan muhsin. Justru
69
kebebasan disini merupakan lambang kematangan dan
kedewasaan dari hasil pendidikan yang diterangi
petunjuk ilahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan
sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi luhur
dan sesudah ia berpengetahuan luas.
F. Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
Panca jiwa adalah lima falsafah pesantren yang
diinginkan kedalam setiap jiwa santri dan elemen yang
ada di pondok pesantren modern An Nuqthah. Seluruh
kehidupan di pondok pesantren modern An Nuqthah
didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-
suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa
sebagai berikut :6
1. Keikhlasan
Jiwa ini berarti melakukan segala perbuatan tanpa
pamrih atau tanpa mengharapkan imbalan sesuatu dari
manusia. Segala pekerjaan dilakukan semata-mata
dengan niat ibadah, Lillah Ta’ala. Ustadz ikhlas dalam
mendidik, santri ikhlas dididik, orang tua ikhlas
menitipkan anaknya di pesantren. Faktor
keikhlasanlah yang menjadi salah satu wasilah ilmu
mudah untuk disampaikan.
2. Kesederhanaan
6 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
70
Kehidupan didalam pondok diliputi oleh suasana
kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif, tidak
juga miskin. Kesederhanaan itu berarti sesuai dengan
kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan
mengandung nilai-nilai kekuatan, kesanggupan,
ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi
perjuangan hidup.
3. Berdikari atau Kemandirian
Berdikari atau kemandirian berarti kesanggupan
menolong diri sendiri tidak saja dalam arti bahwa
santri sangguo belajar dan berlatih mengurus segala
kepentingannya sendiri, secara tidak langsung pondok
pesantren modern An Nuqthah melatih para santri
untuk lebih mandiri sehingga tidak selalu
menyandarkan hidupnya kepada bantuan dari orang
lain.
4. Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di pondok diliputi suasana
persaudaraan yang akrab, segala suka dan duka
dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan sebagai
sesama muslim.
5. Kebebasan
Bebas di dalam berfikir dan berbuat selama semua
itu tidak menyalahi koridor kesopanan dan
71
keagamaan. Yakni bebas dalam menentukan masa
depan, bebas dalam memilih jalan hidup dan bahkan
bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar.
Kebebasan ini tidak boleh disalahgunakan menjadi
terlalu bebas sehingga kehilangan arah dan tujuan atau
prinsip.
G. Struktur Organisasi
Di pondok pesantren modern An Nuqthah terdapat
organisasi majlis guru. Diadakannya majlis guru agar
setiap bagian-bagian pondok pesantren lebih baik. Berikut
nama-nama guru dan tugasnya :7
A. Pimpinan Pondok : KH. A. Zuhri Fauzi, S. Ag.
B. Sekretaris Pondok : Syarifuddin, S. Kom. I.
1. Humas dan Publikasi : Averous Azfan Alfain
: Bachtiar Rifai
: Dimas Tri Yasfi
2. Dokumentasi dan
Arsip : Ririn Fahira
: Tiara Ayu Pertiwi
3. IT Support : Andrea Tegar Prakasa, S.
Kom.
: Fariz Syarofal Anam
: Ananda Rizky
: Ade Nurmalia
7 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
72
C. Direktur Keuangan : Hj. Nuraziza, M. Pd.
Kepala Bid. Tata Usaha : Masayu Indah
Staff : Ida Farida
: Siti Maulida
: Cahya Nurjannah
: Khofifah Nur Alindasari
D. Tim ICB : H. Ferdinal L, MM, MA.
: Iwan Himawan, S. Ag.
: Syarifuddin, S. Kom. I.
: Nurdin, S. Ag.
: Siti Fauziah, S. S.
: Jalaluddin, S. Pd. I.
: Muhammar, SE.
E. Kepala Sekolah
1. SMP : Hj. Nuraziza, M. Pd.
2. SMK : Surip, SHI. MM.
a. Lab Komputer : Ade Nurmalia
: Nuraziza Mahirah
: Ananda Rizky
: Syarief Aulia Rahman
b. Multimedia : Dimas Tri Yasfi
: Averous Azfan Alfain
: Bachtiar Rifai
3. SMA : Hibar Firdaus, M. Pd.
73
a. IPA : Turika Sari
: Hanny Khustianingsih, ST.
F. Direktur Litbang : Nurdin, S. Ag.
Wakil Direktur : H. A Hasanuddin, SH.
Staff : H. Ferdinal L, MM, MA.
: Syarifuddin, S. Kom. I.
: Hibar Firdaus, M. Pd.
: Surip, SHI, MM.
: Ahmad Firdaus, S. Ag.
G. Direktur Pengasuhan : Ahmad Choiruddin, S. Pd.
Kep. Bid. Pengasuhan
Putra : Hauqol Hawary
Staff : Vicky Refiandi
: Ridho Choirunandika
: Hikam Tholib
: Akhdan Ariq Amanullah
: M. Annas Raja
Kep. Bid. Pengasuhan
Putri : Restu Dwi Alawiyah
Staff : Casmitha Afriezha Putri
: Wulan Nurbaiti
: Neneng Miftahul Ummah
: Zahra Alesya Putri
: Herni Rismayanti
: Tasya Annisa, S. Pd.
74
Kep. Bid. Organisasi
Santri : Suratna, S. Sos.
Staff : M. Faiz Martin
: Melita Sabillah
: Jaenuri Muzakki
: Reza Romansyah
H. Direktur Pengajaran : Pitriyanah Rahmah, S. Pd.
Kep. Bid. Kurikulum : Siti Fauziah, S. S.
Staff : Alfan Khairi
: Fahrul Umam Suhaimi
: Malaika Putri
Kep. Bid. Belajar
Mengajar : Muhammar, SE.
Staff : M. Amiruddin
: Melita Sabillah
: Rafly Maulidzan
I. Direktur Bahasa : Iwan Himawan, S. Ag.
Kep. Bid. Bahasa Arab : A. Miftahul Ulum
: N. M. Fachihudin
: Nisa Sulastri
: Nuraziza Mahirah
Kep. Bid. Bahasa Inggris : Dian Damayanti
: Miftahul Jannah
: Ikromullah H
Kep. Bid. Perpustakaan : A. Miftahul Ulum
75
: Alyssa Chairani Istiqomah
J. Direktur Ektrakurikuler : Kaday, S. S.
Kep. Bid. Pramuka : Azis Saepudin
Staff : Nara Putri Julianti
: Alzie Rifky
: Novi Jafriyanti
Kep. Bid. Olahraga : Hilman Hadi
Staff : Anita, S. Pd.
: Melita Sabillah
Kep. Bid. Kesenian : Jona Teguh Pribadi
Staff : Azmi Faruqi
: Mujadid Husen
: Alya Mufliha Fitri
:Siti Roudhotun Nisa
K. Direktur Peribadatan dan
Tilawatil Qur’an : Nur Muhammad Syafei
Kepala Bidang
Peribadatan : M Rizik Mubarok
Staff : N. M. Fachihudin
: Mahbub M. Rohman
: Fitrah Nurjannah
: Milatun Naqiyah
Kep. Bid. Tahfidz
dan Tilawatil Qur’an : Kurniawan Effendi
76
Staff : Bayu Adji Pangestu
: Roisul Umam
: Zuliati
: Anggita Eva Wulandari
: Khairunnisa
: Estu Vergandini
: Naufal Hibatullah
L. Direktur Operasional : Hibar Firdaus, M. Pd.
Kep. Bid. KLH : Ahmad Zaini Pramudya
: Prismawinda Aniva N
: Sofi Nurawaliyah
: Hafiz Azizi
Kep. Bid. Sarana
Prasarana : M. Faisal
Staff : H. Wahyudin, SE.
: Nurfauzan Alfi
: Syarief Aulia Rahman
: Novi Jafriyanti
: Nahwa Salsabila
: Aprililnda
Kep. Bid. Kesehatan : Reja Badru Duja
Staff : Deni Setiono
: Aulia Fadhilah
: Alifa Nursita
: Wahyu Adi Saputra
: Jihan Siti Nurhaliza
77
: Friska Silfahmi
M. Direktur Rekrutmen dan
Pengelolaan Sumberdaya
Manusia
: Suratna, S. Sos.
: H. Wahyudi, SE.
: Iman Rakhmansyah, S. Pd.
H. Keadaan Guru dan Santri
1. Keadaan Guru
Jumlah total guru pondok pesantren modern An
Nuqthah pada tahun ini adalah 108 orang, yang terdiri
dari ustadz dan ustadzah. Adapun nama guru sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Daftar nama guru pondok pesantren modern
An Nuqthah
No. Nama Jabatan
1. KH. A. Zuhri Fauzi, S. Ag. Pimpinan Pondok
2. Hj. Nuraziza, M. Pd. Kepala Sekolah SMP
3. Surip, SHI, MM. Kepala Sekolah SMK
4. Hibar Firdaus, M. Pd. Kepala Sekolah SMA
5. Iwan Himawan, S. Ag. Direktur Bahasa
78
6. Aag Kurniati, S. Ag. Guru
7. Nana Nasruddin, S. Pd. Guru
8. Syarifuddin, S. Kom. I. Sekretaris
9. Pitriyanah Rahmah, S. Pd. Direktur Pengajaran
10. Siti Fauziah, S. S. Kep. Bid. Kurikulum
11. Hauqol Hawary Wali Kelas
12. Een Suhaeni Wali Kelas
13. Jalaluddin, S. Pd. I. Wali Kelas
14. Ahmad Choiruddin, S. Pd. Direktur Pengasuhan
15. Pipit Fitriyanti, S. Ag. Wali Kelas
16. Dian Damayanti Wali Kelas
17. Andi, S. H. Wali Kelas
18. Kadafy, S. S. Direktur Ekstrakurikuler
19. Nur Muhammad Syafei Direktur Peribadatan
20. Jona Teguh Pribadi Guru
21. Muhammad Faisal, S. S. Wali Kelas
22. Masayu Indah Kep. Bid. Tata Usaha
23. Iko Haryanti, S. Pd. I. Wali Kelas
24. Suratna, S. Sos. Direktur Rekrutmen
25. Nia Yuningsih, S. Pd. Guru
26. Alfan Khoiri Wali Kelas
27. Restu Dwi Alawiyah Wali Kelas
28. Miftahul Jannah Wali Kelas
29. Fitrah Nurjannah Wali Kelas
30. Ahmad Hasanuddin, S. H. Wakil Direktur Litbang
31. Yayuk Darmawati, S. Pd. Guru
32. Nurdin, S. Ag. Direktur Litbang
33. Casmitha Afriezha Putri Guru
34. Kurniawan Effendi Kep. Bidang Tilawatil
Qur’an
35. Ai Neni Nuraini Wali Kelas
36. Alifah Nursita Wali Kelas
37. Averous Azfan Alfain Guru
38. Aziz Saepudin Guru
79
39. Malaika Putri Wali Kelas
40. Ridho Choirunandika Guru
41. Ririn Fahira Guru
42. Siti Maulida Wali Kelas
43. Vicky Refiandi Guru
44. Wulan Nurbaiti Guru
45. Roisul Umam Kep. Bid. Tahfidzul Qur’an
46. Zuni Eka Sari, S. Pd. Guru
47. Fahrul Umam Suhaimi Wali Kelas
48. Hanny Khustianingsih, ST. Guru
49. Turika Sari, S. Pd. Guru
50. Khaerunnisa Guru
51. H. Wahyudin, SE. Guru
52. Muhamar, SE. Kep. Bid. Belajar Mengajar
53. Azmi Faruqi Guru
54. Vica Wali Kelas
55. Ahmad Firdaus, S. Ag. Guru
56. Aulia Fadilah Guru
57. Cahya Nurjannah Guru
58. Faris Syarofal Anam Guru
59. M Faiz Martin Guru
60. Melita Sabilah Guru
61. M. Ilham Wali Kelas
62. Nara Putri Julianti Guru
63. Neneng Miftahul Ummah Guru
64. Prismawinda Aniva Nuthqi Guru
65. Reja Badru Duja Guru
66. Sofi Nurawaliyah Guru
67. Muhammad Rizik
Mubarok
Guru
68. Ahmad Miftahul Ulum Guru
69. Alzie Rifky Zauzie A Guru
70. Anggita Eva W Guru
71. Bachtiar Rifai Guru
80
72. Bayu Adji Pangestu Guru
73. Dimas Tri Yasfi Guru
74. Estu Vergandini Guru
75. Hilman Hadi Guru
76. Muhammad Amiruddin Guru
77. Muhammad Hikam Tholib Guru
78. Novi Jafriyanti Guru
79. Claudio Volodiya Wisnu Guru
80. Andera Tegar Prakasa, S.
Kom.
Wali Kelas
81. Nisa Sulastri Wali Kelas
82. Ahmad Haris, S. Pd. I. Wali Kelas
83. Iman Rakhmansyah, S. Pd. Guru
84. Khoirul Azmi, S. Ag. Guru
85. Anita, S. Pd. Wali Kelas
86. Herni Rismayanti, S. Pd. Guru
87. Wahyu Setiawan Guru
88. Dadih Ahmad Solihin Guru
89. Khofifah Nur Alindasari Guru
90. Mujadid Husen Guru
91. Yanni Andriati, S. Pd. Guru
92. Fanni Rahmasari, S. Pd. Wali Kelas
93. Indri Lestari, S. Pd. Guru
94. Ade Nurmalia Guru
95. Rukhani Guru
96. Widya Guru
97. Hana, S. Pd. Wali Kelas
98. Deni Setiono Guru
99. Jaenuri Muzakki Guru
100. Naufal Hibatullah Guru
101. Syarief Aulia Rahman Guru
102. Alya Mufliha Fitri Guru
103. Ahmad Zaini P Guru
104. Syifa Nabila, S. Pd. Guru
81
105. Tasya Anisa, S. Pd. Wali Kelas
106. Mahbub M. Rohman Guru
107. Nur Muhammad
Fachihudin
Guru
108. Ida Farida Staff Tata Usaha
2. Keadaan Siswa/Santri
Berdasarkan data laporan awal tahun pembelajaran
2020/2021 pondok pesantren modern An Nuqthah,
jumlah keseluruhan siswa/santri An Nuqthah adalah
1425 siswa/santri. Dengan perincian sebagai berikut :8
Kelas VII : 346 Siswa : 9 Kelas
Kelas VIII : 371 Siswa : 10 Kelas
Kelas IX : 275 Siswa : 6 Kelas
Kelas X : 129 Siswa : 5 Kelas
Kelas XI : 163 Siswa : 8 Kelas
Kelas XII : 141 Siswa : 6 Kelas
Jumlah : 1425 Siswa : 44 Kelas
8 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021
82
I. Tugas dan Fungsi Organisasi
1. An Nuqthah dan Kurikulumnya
a. Perpaduan antara kurikulum dari kedinasan (SMP,
SMA dan SMK) sesuai dengan sistem pendidikan
nasional dengan kurikulum pondok pesantren
modern yang diselaraskan dengan satu kesatuan
utuh menjadi kurikulum pondok pesantren modern
An Nuqthah.
b. Materi pelajaran yang terdapat dikurikulum SMP,
SMA dan SMK dalam sistem pendidikan nasional.
c. Materi yang terdapat di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah terutama penguasaan dua bahasa
asing (Arab dan Inggris).
d. Materi pengkajian kitab kuning yang biasa dikaji
di beberapa pesantren Salafiyah.
e. Materi Tahfidzul Qur’an dengan beberapa
program hafalan yang bervariatif serta 2 juz (29
dan 30) yang menjadi kewajiban bagi setiap santri.
f. Serta Kurikulum Ekstrakurikuler yang menjadi
penunjang kurikulum inti di pesantren.9
2. An Nuqthah dan Metode Pembelajaran
a. Metode pembelajaran menggunakan K-13 yang
disesuaikan dengan sistem pendidikan nasional.
9 Hasil wawancara dengan Ustadz Syarifuddin pada tanggal 20 April
2021.
83
b. Bandongan dan Sorogan yang bersifat non
akademi.
c. Pendamping proses Bimbingan dan Konseling.
d. Sistem kelas yang berurutan dari kelas 7 sampai
kelas 12.
3. An Nuqthah dan Personil yang terlibat didalamnya
Dalam mengelola jalannya seluruh kegiatan
pesantren, administrasi dan proses pendidikan dan
pengajaran kami didukung oleh tenaga-tenaga yang
terdiri dari sarjana S1 maupun S2 dari Universitas
Negri maupun Universitas Swasta seperti UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Universitas Negri Jakarta,
Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas
Mercu Buana, Universitas Budi Luhur, Alumnus
Pondok Pesantren Modern An Nuqthah dan Salafiyah.
Disamping itu pula didukung penuh oleh tenaga “An
Nuqthah” baik yang telah menyelesaikan sarjananya
atau yang sedang berstatus mahasiswa pada tingkat
pelaksanaan teknis kegiatan, administrasi dan
penunjang KBM.
4. An Nuqthah dan tupoksi struktur organisasinya
a. Pimpinan Pondok
Menentukan kebijakan umum, langkah
strategis dan mengambil keputusan yang
dikoordinasikan dengan direktur, serta menyusun
84
rencana induk pengembangan dan pembangunan
Pondok Pesantren Modern An Nuqthah.
b. Kepala Sekolah
Menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama
jam sekolah serta mengadakan koordinasi dengan
lembaga kepemerintahan.
c. Sekretaris
Bertanggung jawab akan kegiatan-kegiatan
pesantren, menyusun dan merencanakan program-
program pesantren, mendokumentasikan dan
mengarsipkan seluruh kegiatan dan program
pesantren serta bertanggung jawab akan sirkulasi
administrasi pesantren.
d. Direktur Keuangan/Tata Usaha
Menyusun rencana anggaran dan
pendapatan Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah, dan menjadi penanggung jawab
sirukulasi keuangan dan administrasinya.
e. Wali Kelas
Menyusun Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) didalam kelas, penanggung jawab
bimbingan murid didalam kelas, dan administrasi
kelas.
f. Direktur Bahasa
Menyusun program pengembangan
kemampuan bahasa Arab dan Inggris seluruh
85
santri dan Mengecek pemberian kosa-kata yang
diberikan kepada santri.
g. Direktorat Litbang
Bertanggung jawab akan penelitian dan
pengembangan pondok pesantren baik jangka
pendek ataupun jangka panjang serta
mengevaluasi program atau kinerja bagian.
h. Direktrat Pengasuhan
Bertanggung jawab akan kedisiplinan
santri serta dampingan dan asuhan santri dalam
kegiatan sehari-hari di pesantren, juga menjadi
problem solving bagi seluruh santri.
i. Direktorat Pengajaran
Bertanggung jawab akan berjalannya
kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
serta evaluasi terhadap pengajaran itu sendiri.
j. Direktorat Ekstrakurikuler
Bertanggung jawab akan seluruh kegiatan
ekstrakurikuler dan mengembangkan bakat dan
minat santri.
k. Direktorat Peribadatan dan Tilawatil Qur’an
Bertanggung jawab akan peribadatan
santri, pembelajaran, membaca Al Qur’an, kajian
kitab kuning, dan program Tahfidzul Qur’an.
l. Direktorat Operasional
Bertanggung jawab akan seluruh
kebutuhan operasional pondok pesantren serta
menata lingkungan dan keindahan pondok
pesantren.
m. Direktorat Rekrutmen dan Pengelolaan
Sumberdaya Manusia
86
Bertanggung jawab akan kebutuhan SDM
dan mengembangkan SDM yang ada sesuai
kebutuhan pesantren.
5. An Nuqthah dan Kegiatan Santrinya
Dalam melakukan kegiatan keseharian santri di
pondok pesantren modern An Nuqthah diatur dengan
alokasi waktu berdasarkan bentuk kegiatannya.
Kegiatan tersebut dibagi menjadi :10
Kegiatan Harian.
Pukul 03.30 – 04.00 : Bangun tidur dan sholat
Tahajud.
Pukul 04.00 – 04.30 : Baca Al Qur’an dan
Sholawat (Menunggu
waktu Shubuh).
Pukul 04.30 – 05.00 : Sholat Shubuh
Berjama’ah.
Pukul 05.00 – 05.30 : Membaca surat Ar-
Rahman dan Asmaul
Husna.
Pukul 05.30 – 06.00 : Pembagian Mufrodat
(Kosa kata Arab atau
Inggris)
Pukul 06.00 – 06.30 : Persiapan masuk kelas.
Pukul 06.30 – 07.00 : Sholat Dhuha.
10 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
87
Pukul 07.00 – 12.50 : Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
Pukul 12.50 – 13.30 : Sholat Dzuhur +
Membaca Al Qur’an
Pukul 13.30 – 14.30 : Makan siang dan
istirahat.
Pukul 14.30 – 15.00 : Persiapan Sholat Ashar.
Pukul 15.00 – 15.30 : Sholat Ashar + Membaca
Al Qur’an.
Pukul 15.30 – 16.30 : Pengajian kitab dan
Ekstrakurikuler.
Pukul 16.30 – 17.00 : Istirahat + Persiapan
Sholat Maghrib.
Pukul 17.30 – 18.00 : Keberangkatan ke Masjid
+ Kultum menjelang
Maghrib.
Pukul 18.00 : Sholat Maghrib.
Pukul 18.30 – 19.30 : Mengaji perkelompok.
Pukul 19.30 – 20.00 : Sholat Isya berjama’ah +
Membaca Al Qur’an.
Pukul 20.00 – 20.30 : Kegiatan sesuai jadwal.
Pukul 21.30 – 22.00 : Persiapan istirahat.
Pukul 22.00 – 03.30 : Istirahat (Tidur).
Kegiatan Mingguan
Setiap hari Jum’at pagi : Kuliah Etiket bersama
pimpinan pondok dan
88
Kegiatan olahraga untuk
seluruh santri di masing-
masing asrama.
Setiap hari Sabtu : Kegiatan Kepramukaan.
Setiap malam Sabtu : Kegiatan Rawian.
Setiap malem Senin : Kegiatan Muhadhoroh
(pidato) bahasa Inggris.
Setiap hari Senin : Puasa Sunnah hari Senin.
Setiap malem Selasa : Kegiatan Belajar malem
bersama Wali Kelas
masing-masing.
Setiap hari Kamis : Puasa Sunnah hari Kamis.
Setiap malam Jum’at : Membaca Yasin dan
Kegiatan Muhadhoroh
(pidato) bahasa Indonesia
dan bahasa Arab.
6. An Nuqthah dan Program Khususnya
Program khas yang ada pada pondok pesantren
modern An Nuqthah :11
1. Praktek Mengajar (Amaliyah Tadris) khusus
santri tingkat akhir.
2. Praktek Mengkafani Mayat (Tajhizul Janazah)
khusus santri tingkat akhir.
11 Hasil wawancara dengan Ustadz Syarifuddin pada tanggal 20 April
2021.
89
3. Program beasiswa kuliah bagi alumni
berprestasi.
4. Program penyaluran minat akan kelanjutan
pendidikan diluar negri.
5. Program pengalaman Organisasi santri.
6. Penempatan alumni dalam masa
pengabdiannya pada tenaga teknis dan
penunjang di beberapa pesantren lain.
7. Dan lain sebagainya yang terumuskan dalam
rencana strategis pengembangan pondok
pesantren modern An Nuqthah.
8. An Nuqthah dan Alumninya
Alumni bagi pondok pesantren modern An
Nuqthah adalah asset yang tidak ternilai. Melalui
merekalah siklus perkembangan pondok pesantre
modern An Nuqthah terus berputar. Lewat mereka
jualah eksistensi pondok pesantren modern An
Nuqthah dikenal masyarakat. Iklan berjalan melalui
jaringan kegiatan alumni baik individu dan kelompok
menjadikan pondok pesantren modern An Nuqthah
menyebar ke daerah dimana alumninya berkiprah.
Perjuangan mereka selama 3 dan 6 tahun masa
pendidikan di pondok pesantren modern An Nuqthah
adalah bekal yang berharga dalam mengarungi
perjalanan hidup mereka.
90
Menurut data yang telah dihimpun oleh sekertaris
pondok pesantren modern An nuqthah, alumni pondok
pesantren An Nuqthah berjumlah :12
1. Angkatan pertama tahun 2013 berjumlah: 6 orang
2. Angkatan pertama tahun 2014 berjumlah : 12 orang
3. Angkatan pertama tahun 2015 berjumlah : 27 orang
4. Angkatan pertama tahun 2016 berjumlah : 44 orang
5. Angkatan pertama tahun 2017 berjumlah : 47 orang
6. Angkatan pertama tahun 2018 berjumlah : 60 orang
7. Angkatan pertama tahun 2019 berjumlah : 72 orang
8. Angkatan pertama tahun 2020 berjumlah : 94 orang
Kelanjutan pendidikan para alumni tersebar di
beberapa peguruan tinggi negri dan swasta serta
pondok pesantren lanjutan. Sedangkan profesi yang
geluti alumni pasca pendidikannya antara lain, pegawai
negri, pegawai swasta, wiraswasta, wirausaha dan
pengabdian di masyarakat dengan mengajar di
beberapa lembaga pendidikan dan majlis ta’lim.
Namun demikian ada beberapa alumni yang
diminta mengabdi di almamaternya sambil meneruskan
pendidikannya ke perguruan tinggi.
Alumni pondok pesantren modern An Nuqthah
tergabung dalam organisasi yang diberi nama
12 Hasil Pedataan yang diambil dari Sekretaris Pesantren An Nuqthah, Ust
Ananda Rizky pada 19 April 2021.
91
FORLAN (Forum Silaturrahmi Alumni An Nuqthah)
yang mengupayakan perkembangan dan pemberdayaan
alumni dengan terus berkoordinasi dengan
almamaternya.
92
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN
Pendekatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan
ustadz Syarifuddin S. Kom. I. Dan ustadz Ahnad Choiruddin, S.
Pd. Dalam membentuk karakter santri di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah ada tiga pendekatan dan strategi komunikasi
antarpribadi dengan menggunakan strategi wortel terurai dan
pedang tergantung.
A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan
Santri dalam Pembentukan Karakter di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah.
Pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz
Syarifuddin dalam pembentukan karakter santri
berkonsultasi memberikan nasehat, komunikasi
antarpribadi ustadz dengan santri diluar aktivitas kelas,
suasana begitu cair terkadang bercanda, disitulah
kedekatan ustadz dengan santri terjalin konsisten. Ustadz
juga memberikan figur, keteladanan dan kedisiplinan.1
1. Pendekatan Analisis Kultural
1 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 24 April 2021
93
Manusia memerlukan keteladanan untuk
mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pedidikan
perilaku lewat keteladanan adalah sebuah pendidikan
dengan cara memberikan contoh-contoh kongkrit bagi
para santri. Dalam pesantren, pemberian contoh
keteladanan atau coontoh yang baik sangat ditekankan.
Pemimpin dan ustadz harus senantiasa memberikan
contoh yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah
ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain, karena
nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap
apa yang disampaikan. Semakin konsekuen seorang
pemimpin atau ustadz menjaga tingkah lakunya,
semakin didengar ajarannya.2
Harus lebih menanamkan rasa cinta kepada
pelajaran tersebut terutama karakter dari pengajar
dengan terjalinnya komunikasi yang baik, sebab santri
itu memang masih dalam tahap pembentukan karakter
santri yang masih labil yang terkadang perilakunya
masih belum menemukan bentuk karakter yang
diinginkan. Karena ada beberapa faktor yang membuat
santri masih terpikat dengan kehidupan diluar pondok,
seperti masih ada yang membawa handphone, santri
2 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 24 April 2021.
94
yang malas, santri yang tidak betah, santri yang pura-
pura sakit dan lain-lain3.
Mendidik perilaku dengan pelatihan dan
pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan
latihan-latihan terhadap norma-norma kemudian
membiasakan santri untuk melakukannya. Dalam
pendidikan di pondok pesantren cara ini biasanya akan
diterapkan pada ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat
berjama’ah, shalat sunnah (Dhuha dan Tahajjud),
kesopanan pada pimpinan dan ustadz. Pergaulan
dengan sesama santri dan sejenisnya. Sehingga tidak
asing jika di pondok pesantren menemukan, bagaimana
santri sangat hormat pada ustadz dan santri-santri
seniornya dan begitu santunnya pada santri junior,
mereka memang dilatih dan dibiasakan untuk bertindak
demikian.
Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akan
menjadi akhlak yang terpatri dalam diri seorang santri
dan menjadi yang tak terpisahkan.
Kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga
kelangsungan kegiatan pendidik. Metode ini identik
dengan pemberian hukuman atau sanksi. Tujuannya
adalah untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa
3 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 24 April 2021
95
apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia
tidak mengulanginya lagi.
Ustadz Syarifuddin dengan kedisiplinan santri
misalnya harus betindak sesuai aturan belajar yang
sungguh-sungguh dan fokus dengan oemberian materi
oleh ustadz Syarifuddin di kelas.
2. Pendekatan Analisis Sosiologis
Santri wajib mematuhi aturan yang ditetapkan oleh
pesantren ataupun pesan yang disampaikan oleh ustadz,
dan setiap santri yang melanggar aturan akan mendapat
sanksi dari ustadz
Ustadz tidak bosan untuk senantiasa mengingatkan
santri tentang aturan agar santri selalu ingat dengan
aturan yang ada, melalui inilah kepribadian santri
sedikit demi sedikit mulai terbentuk dengan adanya
aturan pesantren atau pesan yang disampaikan oleh
ustadz.
3. Pendekatan Analisi Psikologis
Ustadz mengenal santri secara psikologis melalui
komunikasi yang terjalin baik, yaitu dengan nasehat,
nasehat harus mengandung tiga unsur, yakni : a).
Uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus
dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini santri,
misalnya tentang sopan santun, harus berjama’ah
96
maupun kerajinan dalam beramal, b). Motivasi dalam
melakukan kebaikan, c). Peringatan tentang dosa atau
bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi
dirinya sendiri maupun orang lain.
Kemandirian adalah kemampuan santri untuk
mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas.
Proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri
yang biasa berlangsung di pondok pesantren dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang
bersifat penting dan keputusan yang bersifat harian.
Pada tulisan ini, keputusan yang dimaksud adalah
keputusan yang bersifat rutinitas harian.
Terkait dengan kebiasaan santri yang bersifat
rutinitas menunjukkan kecenderungan santri lebih
mampu dan berani dalam mengambil dan
melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya
perencanaan aktivitas rutin dan sebagainya. Hal ini
tidak lepas dari kehidupan mereka yang menginginkan
santri-santri dapat hidup dengan berdikari4.
Santri dapat melakukan bercerita tentang
kehidupan dengan teman-teman santri lainnya yang
mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya
memiliki kecenderungan yang sama. Apabila
kemandirian tingkah laku dikaitkan dengan rutinitas
4 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 28 April 2021
97
santri, maka kemungkinan santri memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi.
Bentuk komunikasi antarpribadi ustadz
Syarifuddin yaitu belajar di kelas begitu tenang, santri
mendengarkan pemaparan materi yang dilakukan
secara intens baik dalam bentuk komunikasi
nonverbal, seperti memberikan contoh positif yang
dilakukan oleh ustadznya sendiri, maupun komunikasi
verbal dengan selalu memberikan nasehat,
memotivasi, memberikan arahan dan masukan, agar
santri tersebut dapat merubahnya tidak hanya pola
pikir mereka tetapi dapat mengimplementasikan dan
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari5.
Maka dari itu disinilah peran komunikasi
antarpersonal pembina kepada santrinya dengan
melakukan binaan secara intens dan berlangasung
secara terus menerus. Dengan melakukan hal ini, tentu
ada hasil yang ditimbulkan oleh setiap santri yang ada,
dengan karakter yang berbeda-beda entah itu merubah
santri menjadi lebih baik lagi atau sebaliknya.
Pendekatan komunikasi ustadz Ahmad Choiruddin
dengan santri memberikan masukan-masukan dengan
nasihat dan motivasi, setelah itu santri akan membetuk
karakter dengan sendirinya. “Saya ini pendidik berarti
5 Observasi di kelas 1 Aliyah Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
pada tanggal 28 April 2021
98
dari mulai pakaian, cara bicara bagaimana santri
melihati dirinya sendiri, metode tidak selalu tentang
materi, jika tidak ada pendekatan akan menjadi sia-
sia”.
Bentuk komunikasi antarpribadi ustadz Ahmad
Choiruddin dengan santri dalam kajian kitab Jawahirul
Kalamiyah. Ustadz menjelaskan kitab yang dikaji dan
santri mendengarkan, apabila santri ada kekeliruan
maka ustadz Ahmad Choiruddin akan mengeoreksi.
Bentuk komunikasi antarpribadi dalam kajian kitab
ini, ustadz melakukan tatap muka dan respon dari
komunikator lain yaitu bersifat langsung. Ustadz
membacakan kitab, sedangkan santri mengkaji dari
kitab tersebut6.
1. Pendekatan Analisis Kultural
Tanggung jawab dalam kontek individual
berkaitan dengan konteks teologis. Manusia
seebagai makhluk individual artinya manusia
harus bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri (jasmani dan rohani) dan harus
bertanggung jawab terhadap Tuhannya
(sebagai penciptanya). Tanggung jawab
manusia terhadap dirinya akan lebih kuat
intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran
6 Observasi di kelas 2 Aliyah Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
pada tanggal 1 Mei 2021
99
yang mendalam. Tanggung jawab manusia
terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat
keyakinannya terhadap suatu nilai.
Tanggung jawab santri di pondok
pesantren modern An Nuqthah dengan cara
melakukan hal yang sederhana seperti mencuci
pakaian, bangun sesuai dengan waktu yang
ditentukan dan tanggung jawab semua
kegiatan yang ada di pondok pesantren.
Nilai Akhlak Islami :
a. Mengetahui pondasi Tauhid
b. Mempunyai kesadaran dan menjalankan
perintah Allah SWT.
c. Menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah
SWT.
d. Mengetahui kedudukan Rasulullah SAW.
e. Mencintai Rasulullah SAW.
f. Terbiasa membaca dan menghafal Al-
Qur’an.
2. Pendekatan Analisis Sosiologis
Figur pendidik yang teladan seperti ustadz
membuat santri memiliki figur yang bisa
menjadikan mereka panutan yang diajarkan
dari tidak paham soal agama, bagaimana hidup
100
jauh dari keluarga, bagaimana cara yang benar
belajar agama semenjak masuk di pondok
pesantren selalu ingat pesan dari ustadz untuk
mengingat Allah SWT dan menjauhi segala
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT7.
B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri
di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
1. Strategi Wortel Terurai
Strategi Wortel merupakan penerapan strategi
kendali komunikasi antarpribadi yang dilakukan
ustadz diberikan kepada santri. Strategi Wortel
Terurai ini diasumsikan bahwa ustadz dapat
meningkatkan peluang untuk memperoleh respon
yang diinginkan apabila ustadz memberikan kepada
seseorang (komunikan) imbalan.
Seperti saat santri mulai bosan suasana belajar
mulainkurang kondusif ustadz Ahmad Choiruddin
langsung memberikan stimulasi agar santri mulai
semangat kembali dengan memberikan reaktif yang
menyegarkan suasana. Bahkan jika waktu
memungkinkan ustadz juga memutar film dengan
tema perjuangan. Kemudian ustadz memberikan
motivasi dan nasehat agar para santri diingatkan
belajarnya agar ditingkatkan lagi. Analisis penulis dari
7 Wawancara Santri Zaidan di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah 2
Mei 2021
101
hasil observasi yang terjadi di kelas saat pelajaran
berlangsung, Strategi Wortel Terurai yang digunakan
oleh ustadz Ahmad Choiruddin untuk memperoleh
respons yang diinginkan dari santrinya8.
2. Strategi Pedang Tergantung
Strategi Pedang Tergantung merupakan penerapan
strategi kendali komunikasi antarpribadi yang
diberikan ustadz memberikan hukuman agar santri
tersebut mengurangi atau membatasi perilakunya
tersebut.
Strategi Pedang Tergantung diterapkan saat santri
mulai malas atau bosan saat waktu jam pelajaran
mendekati selesai, sehingga ustadz Ahmad Choiruddin
memberikan hukuman menulis surat Yasiin atau
menghafal surat di Al-Qur’an dan santri pun pasti
berfikir lagi untuk melakukan perbuatan tersebut.
Strategi pedang tergantung merupakan sebuah strategi
yang memberikan hukuman agar santri tersebut
mengeurangi atau membatasi perilaku-perilaku yang
tidak disukai oleh ustadz.
8 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 4 Mei 2021
102
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah
Dalam proses menjalankan pembentukan karakter
di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah tentu ustadz
mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dan
tantangan. Disamping itu ada pula beberapa hal yang
mempermudah pengurus untuk memberikan pelajaran
bagi para santrinya di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah ini. Penulis melakukan pengamatan di lapangan.
Ada beberapa hal yang menjadi pendukung dan
penghambat untuk pengasuh dan ustadz dalam
menjalankan kedisiplinan shalat Dhuha di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pendukung utama yang menunjang pada Komunikasi
Antarpribadi siantaranya adalah :
a. Bahasa
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan
kedua ustadz kepada santri dengan menggunakan
bahasa sehari-hari yaitu bahasa Indonesia,
dikarenakan santri memang selalu berkomunikasi
dengan bhasa Indonesia.
b. Keaktifan Santri
103
Santri yang aktif menjalani proses
pendidikan baik di lingkup pesantren, mereka juga
saling menyemangati untuk tidak hanya berdiam
diri tetapi juga mempelajari seni muhadhoroh
sesuai waktu yang ditentukan dan mengajarkan
khutbah atau ceramah sebagai bekal ketika terjun
di masyarakat ketika sudah lulus nanti. Selain itu,
ada juga santri yang menjadi anggota ikatan atau
alumni. Itu merupakan keaktifan para santri yang
bisa menjadi motivasi untuk santri lainnya.
Khususnya mereka yang berada di jenjang tingkat
pendidikan dibawahnya.
c. Komunikator
Komunikator disini dalam hal ustadz
sebagai komunikatir yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi sebagai
contoh kepada santri karena ustadz di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah ini semuanya
alumni dari pondok pesantren juga, ustadz
memberikan keahliannya maupun kemampuan
serta pengalaman yang luas dalam penyampaian
materi, selain itu juga ustadz yang membentuk
karakter santri merupakan pendukung dalam
proses komunikasi antarpribadi.
d. Keterbukaan Ustadz
104
Ustadz selalu berusaha untuk selalu
membuka diri terhadap permasalahan yang
dihadapi santri di pondok pesantren dan juga
adanya instruksi ustadz kepada santri agar
melakukan konsultasi masalah pribadi maupun
masalah akademik kepada pihak ustadz apabila
santri mengalami kesulitan dalam hal apapun,
karena ustadz memahami psikologis yang tentunya
membutuhkan bimbingan, nasehat dan motivasi
dari ustadz9.
2. Penghambat Pembentukan Karakter Santri
Dalam proses pembentukan karakter santri,
banyak terjadi kendala yang dihadapi oleh para ustadz
maupun para santri tersebut. Beberapa faktor
penghambatnya, diantaranya adalah :
a. Keluarga Santri
Santri yang memiliki keluarga kurang
harmonis karena dari latar keluarga yang
kurang baik dan santri memiliki watak yang
keras.
b. Perilaku Santri
9 Wawancara pribadi dengan santri Ikhwan Isnandi di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah pada tanggal 4 Mei 2021
105
Faktor prilaku santri disini yaitu bawaan
santri dari luar lingkungan pondok pesantren
yang akhirnya mempengaruhi dan membawa
dampak negatif di lungkungan pondok
pesantren, karena ketika ustadz melakukan
proses komunikasi dengan santri, namun
perilaku santri yang tidak mau mendengarkan
instruksi ustadz dapat menyebabkan
komunikasi menjadi terhambat. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara yang informan
bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam
berkomunikasi dengan santri yaitu kepribadian
maupun perilaku santri yang masuk di pondok
pesantren berbeda-beda atau bermacam-
macam10
.
c. Kurangnya kepercayaan diri santri untuk
berdialog kepada ustadz karena masih adanya
rasa canggung pada santri apabila berhadapan
dengan ustadz. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan informan, bahwa santri
masih merasa canggung dan kurang
kepercayaan berkomunikasi kepada ustadz,
dalam hal ini ustadz memiliki ketegasan jika
santri melakukan kesalahan.
10
Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah pada tanggal 4 Mei 2021
106
D. Pembentukan Karakter Santri
Di pondok pesantren ini setiap harinya santri
dituntut unutuk disiplin waktu dan mematuhi peraturan-
peraturan yang telah dibuat oleh pihak pondok pesantren.
Kedisiplinan ini dibuat agar santri dapat menjadi pribadi
yang lebih menghargai waktu dan bertanggung jawab.
Apabila santri melanggar peraturan yang dibuat oleh
pondok pesantren maka ada sanksi tersendiri terhadap
pelanggaran apa yang santri perbuat. Misalnya tidak
sholat berjama’ah atau pulang tanpa izin (kabur), maka
akan di sanksi dengan hafalan beberapa juz dalam Al-
Qur’an atau di botak kepalanya. Dari peraturan-peraturan
yang sering dilanggar oleh santrinya, maka dengan
sendirinya santri tersebut akan melaksanakan tugasnya
sebagai santri tanpa melihat peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pondok pesantren tersebut. Selain peraturan-
peraturan yang membentuk karakternya ada juga
pembelajaran kitab akhlakulil banin dan akhlakulil banat.
Akhlakulil banin yaitu kitab yang menjelaskan bagaimana
menjadi laki-laki yang baik dan akhlakulil banat yaitu
kitab yang menjelaskan bagaimana menjadi perempuan
yang baik. Selain peraturan dan kitab-kitab, di pesantren
ini juga ada pembiasaan diri, yaitu santri dibiasakan untuk
melakukan semua pekerjaannya sendiri. Dari merapihkan
kamar, membersihkan kamar dan bersih-bersih halaman
pesantren. Maksud pembiasaan ini agar semua santrinya
menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
107
BAB V
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan hasil pembahasan penelitian tentang
“Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri dalam
Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah Tangerang”.
A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan
Santri dalam Pembentukan Karakter Santri di
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.
Pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz
Syarifuddin dalam pembentukan karakter santri ialah
konsultasi dengan memberikan nasehat kepada santri,
komunikasi antarpribadi ustadz dengan santri yang
dilakukan diluar aktivitas kelas dengan suasana yang
begitu cair, terkadang terselip candaan antara ustadz dan
santri tersebut hingga terdapat letak kedekatan ustadz
dengan santri terjalin konsisten dan dengan nasehat pula
santri sedikit demi sedikit merubah karakternya menjadi
lebih baik.1 Ustadz Syarifuddin juga memberikan contoh
teladan, figur dan kedisiplinan yang baik bagi semua
santri dengan cara :
1. Pendekatan Analisis Kultural
1 Wawancara dengan Ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah, 10 Juni 2021
108
Santri memerlukan keteladanan untuk
mengembangkan sifat-sifat dan potensinya.
Perilaku keteladanan adalah pendidikan dengan
cara memberikan contoh-contoh kongkrit bagi para
santri. Dalam pesantren cara memberikan contoh
keteladanan sangat ditekankan. Pimpinan dan
ustadz harus senantiasa memberikan contoh yang
baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual,
kehidupan sehari-hari maupun hal kecil yang
lainnya, karena nilai mereka ditentukan dari
aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan.
Semakin konsekuen seorang pemimpin atau ustadz
menjaga tingkah lakunya, semakin didengar
ajarannya. Santri pun akan patuh dan melihat
kewibawaan seorang ustadz ketika ustadz tersebut
memberikan keteladanan dan contoh yang baik
untuk para santri.2
Ustadz harus lebih menanamkan rasa cinta
kepada santri tentang pelajaran, terutama karakter
dari setiap ustadz yang memiliki keteladanan yang
baik, serta menjalin komunikasi yang baik, karena
santri itu selalu butuh bimbingan, itu yang menjadi
acuan, dalam hal ini santri memang masih dalam
tahap pembentukan karakter santri yang masih
labil, terkadang perilakunya masih belum
2 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah, 10 Juni 2021
109
menemukan bentuk karakter yang diinginkan.
Karena ada beberapa faktor yang membuat santri
masih terpikat dengan kehidupan diluar pondok,
seperti masih ada yang membawa handphone,
santri yang malas, santri yang tidak betah santri
yang pura-pura sakit dan lain-lain.3
Mendidik perilaku dengan latihan dan
pembiasaan adalah mendidik dengan cara
memberikan latihan-latihan terhadap norma-
norma, kemudian membiasakan santri untuk
melakukannya. Dalam pendidikan di pesantren
cara ini biasanya akan diterapkan pada ibadah-
ibadah amaliyah, seperti shalat berjama’ah,
kesopanan pada pemimpin dan ustadz, kesopanan
terhadap yang lebih tua,kasih sayang kepada yang
lebih muda dan pergaulan dengan sesama santri
dan sejenisnya. Sehingga tidak asing di pesantren
dijumpai bagaimana santri sangat hormat pada
ustadz dan santri-santri seniornya dan begitu
santunnya pada santri junior, mereka memang
dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.
Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya
akan menjadi akhlak baik yang terpatri atau
3 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Choiruddin di Pondok
Pesantren Modern An-Nuqthah, 10 Juni 2021
110
tertanam dalam diri dan menjadi yang tidak
terpisahkan.
2. Pendekatan Analisis Sosiologis
Santri selalu hormat dengan ustadz, jika
ada ustadz yang datang santri selalu cium
tangan dan menanyakan kabar ustadz dan
setelah belajar tidak lupa pamit dan mencium
tangan ustadz lagi. Figur pendidik yang teladan
seperti ustadz membuat santri memiliki figur
yang bisa menjadikan panutan bagi mereka.
Santri diajarkan bagaimana hidup jauh dari
keluarga, bagaimana cara belajar agama yang
benar semenjak masuk pondok pesantren,
selalu ingat pesan dari ustadz untuk mengingat
Allah SWT dan menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah SWT.4
3. Pendekatan Analisis Psikologis
Ustadz mengenal santri secara psikologis
melalui komunikasi yang terjalin baik, yaitu
dengan nasehat, nasehat harus mengandung tiga
unsur, yakni : a). Uraian tentang kebaikan dan
kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang,
dalam hal ini santri, misalnya tentang sopan
4 Wawancara Pribadi dengan santri Zaidan Nabil di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah, 10 Juni 2021
111
santun, harus berjama’ah maupun kerajinan dalam
beramal, b). Motivasi dalam melakukan kebaikan,
c). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal
muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.
Kemandirian adalah kemampuan santri untuk
mengambil dan melaksanakan keputusan secara
bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan
keputusan santri yang biasa berlangsung di pondok
pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
keputusan yang bersifat penting dan keputusan
yang bersifat harian. Pada tulisan ini, keputusan
yang dimaksud adalah keputusan yang bersifat
rutinitas harian.
Terkait dengan kebiasaan santri yang bersifat
rutinitas menunjukkan kecenderungan santri lebih
mampu dan berani dalam mengambil dan
melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya
perencanaan aktivitas rutin dan sebagainya. Hal ini
tidak lepas dari kehidupan mereka yang
menginginkan santri-santri dapat hidup dengan
berdikari5.
Santri dapat melakukan bercerita tentang
kehidupan dengan teman-teman santri lainnya
5 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah pada tanggal 10 Juni 2021
112
yang mayoritas seusia (sebaya) yang pada
dasarnya memiliki kecenderungan yang sama.
Apabila kemandirian tingkah laku dikaitkan
dengan rutinitas santri, maka kemungkinan santri
memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.
Bentuk komunikasi antarpribadi ustadz
Syarifuddin yaitu belajar di kelas begitu tenang,
santri mendengarkan pemaparan materi yang
dilakukan secara intens baik dalam bentuk
komunikasi nonverbal, seperti memberikan contoh
positif yang dilakukan oleh ustadznya sendiri,
maupun komunikasi verbal dengan selalu
memberikan nasehat, memotivasi, memberikan
arahan dan masukan, agar santri tersebut dapat
merubahnya tidak hanya pola pikir mereka tetapi
dapat mengimplementasikan dan
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari6.
Maka dari itu disinilah peran komunikasi
antarpersonal pembina kepada santrinya dengan
melakukan binaan secara intens dan berlangasung
secara terus menerus. Dengan melakukan hal ini,
tentu ada hasil yang ditimbulkan oleh setiap santri
yang ada, dengan karakter yang berbeda-beda
6 Observasi di kelas 1 Aliyah Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
pada tanggal 10 Juni 2021
113
entah itu merubah santri menjadi lebih baik lagi
atau sebaliknya.
B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri
di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah
Terkait dengan semua ini santri di pondok
pesantren modern An-Nuqthah dapat meningkat menjadi
lebih baik, dikarenakan tak terlepas dari adanya peran
ustadz dalam hal ini yang senantiasa memberikan arahan,
dorongan dan nasehat kepada santri untuk merubah
perilakunya menjadi lebih baik lagi. Tak dapat dipungkiri
komunikasi antarpribadi juga sangat berperan penting
dalam membentuk karakter santri di pondok pesantren
modern An-Nuqthah.
Para Ustadz memiliki berbagai cara agar
karakter santri bisa terbentuk menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah
penulis lakukan, berikut komunikasi antarpribadi ustadz
dengan santri yang dapat membentuk karakter santri di
pondok pesantren modern An-Nuqthah yaitu kenali
penyebab santri melakukan hal-hal yang semestinya tidak
dilakukan, memberi pengakuan atas usaha santri
(acknowledge), memberi perkataan yang mendorong,
mengajak dan menyemangati (encourage), memberi
nasehat, memberi pujian, memberi arahan dan tujuan
pembentukan karakter dengan jelas, buat kegiatan yang
114
positif, membimbing santri hingga menjadi santri yang
teladan dan memberi tahu akibat setelahnya.
Para ustadz dalam melakukan komunikasi
antarpribadi untuk membentuk karakter santri di pondok
pesantren modern An-Nuqthah seirama dengan Richard L.
Weaver II yang mengemukakan karakteristik-karakteristik
komunikasi antarpribadi yaitu melibatkan paling sedikit
dua orang, adanya umpan balik atau feedback, tidak harus
tatap muka, menghasilkan beberapa pengaruh atau effect,
dan pesan dikirim dan diterima dalam bentuk verbal
maupun nonverbal.7
Komunikasi memiliki berbagai tujuan, dalam
hal ini ustadz berkomunikasi dengan santri dengan tujuan
membentuk karakter santri di pondok pesantren modern
An Nuqthah. Sejalan dengan tujuan dari komunikasi
dibagi menjadi empat yaitu mengubah sikap (to change
the attitude), mengubah opini atau pedapat (to change the
opinion), mengubah perilaku (to change the behavior),
dan mengubah masyarakat (to change the society).8
Komunikasi yang digunakan oleh ustadz
sendiri lebih banyak menggunakan komunikasi
antarpribadi karena dapat memberika umpan balik
7 Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi. (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2011), hlm. 15-21. 8 Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003), hlm. 55.
115
seketika. Hal ini senada dengan pengertian komunikasi
antarpribadi oleh Devito, “komunikasi antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua
individu atau antar individu dalam kelompok dengan
beberapa efek dan umpan balik seketika”.9
Dalam penerapan komunikasi antarpribadi
yang dilakukan ustadz pada santri. Ustadz selalu
memberikan sikap positif pada siswa, terlihat dari
bagaimana ustadz yang memposisikan diri sebagai teman
bagi para santri, serta kalimat-kalimat positif yang
membuat santri menjadi semangat belajar dan mengikuti
kegiatan di dalam kelas maupun diluar kelas. Tentu sikap
ini dapat membangun ikatan antara ustadz dengan santri
sehingga ketika santri sudah merasa nyaman dengan
ustadz dan suasana pesantren yang dibangun, santri akan
lebih mudah berbaur dan perlahan akan menumbuhkan
karakter santri menjadi lebih baik.
Hal ini senada dengan teori Joseph A. Devito
yang mengemukakan lima sikap positif yang perlu
dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan
komunikasi antarpribadi. Lima sikap positif itu ialah
keterbukaan (openness), empati (Empathy), dukungan
9 Devito A. Joseph, Komunikasi Antarmanusia. (Jakarta: Karisma
Publishing, 2010), edisi kelima hlm. 24-29.
116
(supportiveness), rasa positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality).10
Dari hasil temuan pada bab sebelumnya,
penulis akan menganalisis komunikasi antarpribadi ustadz
dan santri dalam pembentukan karakter santri di pondok
pesantren modern An-Nuqthah Tangerang menggunakan
strategi komunikasi antarpribadi, diantaranya ialah :
1. Strategi Wortel Terurai
Strategi ini merupakan strategi kendali
komunikasi antarpribadi yang dilakukan ustadz
kepada santri. Strategi ini diasumsikan bahwa ustadz
dapat meningkatkan probabilitas untuk memperoleh
respon yang diinginkan apabila ustadz membrikan
kepada seseorang (komunikan) imbalan.
Seperti saat santri mulai bosan dengan suasana
belajar, suasana belajar kurang kondusif ustadz
Syarifuddin langsung memberikan stimulasi agar
santri mulai semangat kembali dengan memberikan
rekreatif yang menyegarkan suasana. Bahkan jika
waktu memungkinkan ustadz Syarifuddin juga
memutar film dengan tema perjuangan. Kemudian
ustadz Syarifuddin memberikan motivasi dan nasehat
10
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), hlm. 82-84.
117
kepada santri untuk mengingatkan santri belajarnya
agar ditingkatkan lagi.
2. Strategi Pedang Tergantung
Strategi ini merupakan strategi kendali
komunikasi antarpriadi yang diberikan ustadz kepada
santri dengan memberikan hukuman agar santri
tersebut mengurangi atau membatasi perilakunya
yang tidak perlu dilakukan.
Strategi pedang tergantung diterapkan saat
santri mulai malas atau bosan saat waktu jam
pelajaran mendekati selesai sehingga ustadz
Syarifuddin memberikan hukuman menulis surat
Yasin atau menghafal surat di Al-Qur’an, agar santri
berfikir kembali ketika ingin melakukan perbuatan
tersebut. Strategi pedang tergantung juga merupakan
sebuah strategi yang memberikan hukuman supaya
santri tersebut itu mengurangi atau membatasi
perilaku-perilaku yang tidak disukai oleh pemberi
hukuman.
3. Strategi Katalisator
Strategi ini cukup sering digunakan ustadz
untuk mengingatkan santri agar mau melakukan
mematuhi apa yang dikatakan oleh ustadz dan atura-
aturan pesantren, santri diharapkan bisa berbuat atas
118
dasar kesadarannya sendiri tanpa ada imbalan atau
hukuman. Dalam hal ini contohnya ialah nasehat.
Ustadz akan menasehati siswa yang berkata atau
bersikap tidak baik, karena budi pekerti dan karakter
yang baik merupakan hal yang diutamakan di pondok
pesantren modern An-Nuqthah.
Nasehat ini juga disampaikan dalam berbagai
bentuk cara, seperti cerita nabi, dan cerita-cerita
legenda. Sehingga dengan sendirinya santri akan
mengambil hikmah dan teladan dari setiap cerita yang
dibawakan ustadz. Inilah yang akhirnya membuat
santri merasa tidak diceramahi melainkan memahami
sendiri mana yang baik dan yang buruk agar
terbentuknya karakter yang lebih baik.
Mengajari santri agar bersikap ramah dan
senang membantu orang lain juga merupakan salah
satu cara yang dapat membentuk karakter santri agar
menjadi lebih baik. Ustadz sering bersikap ramah saat
berbicara menyampaikan materi dengan tersenyum
dan santai, diharapkan agar santri bisa mencontoh
kalau memang ngomong sambil tersenyum itu terlihat
ramah dan sedap dipandangnya. Serta dengan
membantu orang lain santri akan merasakan bahwa
dirinya bermanfaat bagi orang lain dan hal tersebut
merupakan peningkatan dalam pembentukan karakter
santri yang lebih baik.
119
4. Strategi Kembar Siam
Strategi ini kurang bisa diterapkan antara
ustadz dan santri di pondok pesantren modern An-
Nuqthah. Karena strategi ini diperuntukkan pada
hubungan yang lebih terbina. Dalam arti kedua belah
pihak sangat bergantung satu sama lain. Strategi ini
berlaku bagi dua komunikator yang memiliki jumlah
kendali yang sama.
Sedangkan di dalam pondok pesantren, ustadz
adalah tenaga pendidik untuk mendidik kemampuan
berkomunikasi santri sehingga tidak ada
ketergantungan satu sama lain.
5. Strategi Dunia Khayal
Strategi ini digunakan dalam berkomunikasi
pada santri. Cara yang digunakan strategi ini adalah
mengabaikan respon yang tidak diinginkan atau
memutarbalikkan respon yanng tidak diinginkan
dengan memberikan penafsiran positif. Dimana
ustadz akan menilai bahwa setiap santri itu unik, dan
setiap santri itu memiliki kelebihannya masing-
masing.
Sebagai ustadz yang memberikan motivasi
dan metode belajar yang mudah dipahami oleh santri,
tentu perlu memberikan sikap positif pada santri.
120
Sikap positif tidak bisa tersampaikan pada santri jika
penafsiran ustadz pada santri tidak positif. Ustadz
perlu mengingat bahwa keunikan tiap santrilah yang
membuat ustadz tidak bisa memukul rata untuk
mencapai tujuan ustadz semata. Perlu adanya
penyelarasan tujuan bersama agar tercapai dengan
baik.
Ustadz perlu mendukung sesuatu yang
menjadi minat santri. Seorang pendidik (ustadz) harus
selalu mendukung minat dan hobi santri selama itu
positif dan akan memberi manfaat. Dengan begitu
santri akan merasa bahwa ada yang mendukung
dirinya dan proses terbentuknya karakter santri
menjadi lebih baik.
Tabel 5.1 Analisis Strategi Komunikasi
Antarpribadi di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah
No. Strategi KAP Kalimat
1. Strategi Wortel Terurai
Yang berprestasi akan
dimasukkan ke dalam
majalah santri.
2. Strategi Pedang
Tergantung
Yang tidak disiplin dalam
kegiatan belajar akan
disanksi baca surat
Yaasiin dan
121
membersihkan halaman.
3. Strategi Katalisator
Yang melakukan
pelanggaran akan
diberikan nasehat.
C. Faktor Pendukun dan Penghambat dalam
Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren
Modern An-Nuqthah
Dalam proses menjalankan pembentukan karakter
di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah tentu ustadz
mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dan
tantangan. Disamping itu ada pula beberapa hal yang
mempermudah pengurus untuk memberikan pelajaran
bagi para santrinya di Pondok Pesantren Modern An-
Nuqthah ini. Setelah penulis melakukan pengamatan di
lapangan.
Ada beberapa hal yang menjadi pendukung dan
penghambat untuk pengasuh dan ustadz dalam
menjalankan kedisiplinan di Pondok Pesantren Modern
An-Nuqthah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pendukung utama yang menunjang pada Komunikasi
Antarpribadi siantaranya adalah :
a. Bahasa
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan
kedua ustadz kepada santri dengan menggunakan
122
bahasa sehari-hari yaitu bahasa Indonesia,
dikarenakan santri memang selalu berkomunikasi
dengan bhasa Indonesia.
b. Keaktifan Santri
Santri yang aktif menjalani proses
pendidikan baik di lingkup pesantren, mereka juga
saling menyemangati untuk tidak hanya berdiam
diri tetapi juga mempelajari seni muhadhoroh
sesuai waktu yang ditentukan dan mengajarkan
khutbah atau ceramah sebagai bekal ketika terjun
di masyarakat ketika sudah lulus nanti. Selain itu,
ada juga santri yang menjadi anggota ikatan atau
alumni. Itu merupakan keaktifan para santri yang
bisa menjadi motivasi untuk santri lainnya.
Khususnya mereka yang berada di jenjang tingkat
pendidikan dibawahnya.
c. Komunikator
Komunikator disini dalam hal ustadz
sebagai komunikator yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi sebagai
contoh kepada santri karena ustadz di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah ini semuanya
alumni dari pondok pesantren juga, ustadz
memberikan keahliannya maupun kemampuan
serta pengalaman yang luas dalam penyampaian
123
materi, selain itu juga ustadz yang membentuk
karakter santri merupakan pendukung dalam
proses komunikasi antarpribadi.
d. Keterbukaan Ustadz
Ustadz selalu berusaha untuk selalu
membuka diri terhadap permasalahan yang
dihadapi santri di pondok pesantren dan juga
adanya instruksi ustadz kepada santri agar
melakukan konsultasi masalah pribadi maupun
masalah akademik kepada pihak ustadz apabila
santri mengalami kesulitan dalam hal apapun,
karena ustadz memahami psikologis yang tentunya
membutuhkan bimbingan, nasehat dan motivasi
dari ustadz.11
2. Pengenghambat Pembentukan Karakter Santri
Dalam proses pembentukan karakter santri,
banyak terjadi kendala yang dihadapi oleh para ustadz
maupun para santri tersebut. Beberapa faktor
penghambatnya, diantaranya adalah :
a. Keluarga Santri
Santri yang memiliki keluarga kurang
harmonis karena dari latar keluarga yang
11 Wawancara pribadi dengan santri Ikhwan Isnandi di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah pada tanggal 12 Juni 2021
124
kurang baik dan santri memiliki watak yang
keras.
b. Perilaku Santri
Faktor prilaku santri disini yaitu bawaan
santri dari luar lingkungan pondok pesantren
yang akhirnya mempengaruhi dan membawa
dampak negatif di lungkungan pondok
pesantren, karena ketika ustadz melakukan
proses komunikasi dengan santri, namun
perilaku santri yang tidak mau mendengarkan
instruksi ustadz dapat menyebabkan
komunikasi menjadi terhambat. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara yang informan
bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam
berkomunikasi dengan santri yaitu kepribadian
maupun perilaku santri yang masuk di pondok
pesantren berbeda-beda atau bermacam-
macam.12
D. Pembentukan Karakter Santri
Di pondok pesantren ini setiap harinya santri
dituntut unutuk disiplin waktu dan mematuhi peraturan-
peraturan yang telah dibuat oleh pihak pondok pesantren.
Kedisiplinan ini dibuat agar santri dapat menjadi pribadi
yang lebih menghargai waktu dan bertanggung jawab.
12 Wawancara pribadi ustadz Syarifuddin di Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah pada tanggal 13 Juni 2021
125
Apabila santri melanggar peraturan yang dibuat oleh
pondok pesantren maka ada sanksi tersendiri terhadap
pelanggaran apa yang santri perbuat. Misalnya tidak
sholat berjama’ah atau pulang tanpa izin (kabur), maka
akan di sanksi dengan hafalan beberapa juz dalam Al-
Qur’an atau di botak kepalanya. Dari peraturan-peraturan
yang sering dilanggar oleh santrinya, maka dengan
sendirinya santri tersebut akan melaksanakan tugasnya
sebagai santri tanpa melihat peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pondok pesantren tersebut. Selain peraturan-
peraturan yang membentuk karakternya ada juga
pembelajaran kitab akhlakulil banin dan akhlakulil banat.
Akhlakulil banin yaitu kitab yang menjelaskan bagaimana
menjadi laki-laki yang baik dan akhlakulil banat yaitu
kitab yang menjelaskan bagaimana menjadi perempuan
yang baik. Selain peraturan dan kitab-kitab, di pesantren
ini juga ada pembiasaan diri, yaitu santri dibiasakan untuk
melakukan semua pekerjaannya sendiri. Dari merapihkan
kamar, membersihkan kamar dan bersih-bersih halaman
pesantren. Maksud pembiasaan ini agar semua santrinya
menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
126
A. Tabel Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri
Tabel 5.2 Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri
Komunikasi antarpribadi ustadz dan santri Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah
Komunikasi
Antarpribadi
Penyampaian Pesan
Kegiatan Formal
(di dalam kelas)
Kegiatan
Nonformal
(di luar kelas)
Belajar mengajar
di kelas
- Pembelajaran Khutbah / Ceramah
- Pengajian (Membaca Al Qur’an)
- Percakapan Bahasa Aran dan
Inggris
- Belajar bersama
Efektivitas komunikasi antarpribadi ustadz
dan santri
- Kemampuan komunikasi
- Keterbukaan
- Kepercayaan diri
127
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasaarkan uraian dan hasil temuan penelitian
yang dilakukan oleh penulis mengenai komunikasi
antarpribadi ustadz dan santri, yaitu :
1. Pendekatan komunikasi yang dilakukan seorang
ustadz kepada santri agar materi yang disampaikan
dapat diterima dan diserap oleh para santri adalah
dengan cara harus mengetahui karakter dan
memahami psokologis dari setiap murid yang
diajarkan. Sesuai dengan teori Miller dan Stainberg
proses pembentukan karakter yang dilakukan antara
ustadz dengan santri di Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah menerapkan kembali komunikasi
antarpribadi melalui pendekatan secara psikologis.
Dengan memahami dan mengerti keadaan psikologis
dari setiap santrinya, seorang usstadz dapat lebih
mudah membeuat hubungan dengan santri menjadi
lebih akrab dan cair sehingga dengan begitu
pemberian metode pembentukkan karakter kepada
santri dapat terealisasikan dan sangat efektif, serta
kedekatan tersebut dapat menimbulkan semangat dan
motivasi terhadap santri.
128
2. Strategi kendali komunikasi yang digunakan di saat
waktu belajar di kelas suasana sudah mulai kurang
kondusif dan santri mulai bosan, ustadz Syarifuddin
langsung mengalihkan perhatian kepada santri dengan
menonton film dengan tema perjuangan dan para
membuat para santri senang dan mengembalikan
suasana kelas menjadi kondusif kembali dengan
adanya pemutaran film tersebut. Kemudian ustadz
membeikan motivasi dan nasehat agar santri
diingatkan belajarnya agar ditingkatkan lagi. Analisis
penulis dari hasil observasi yang terjadi di kelas saat
pelajaran berlangung, strategi wortel terurai yang
digunakan oleh ustadz untuk memperoleh respons
yang diinginkan dari santrinya.
3. Faktor yang dimiliki oleh Pondok Pesantren dalam
membentuk karakter santri adalah :
a) Bahasa, bahasa merupakan penyambung
komunikasi, maka ustadz pun juga menerapkan
bahasa yang mudah dimengerti oleh santri.
b) Keaktifan santri, santri yang aktif menjalani proses
mendidikan baik di lingkup pesantren, mereka
juga saling menyemangati untuk tidak hanya
berdiam diri, namun mempelajari seni
muhadhoroh setiap malam minggu dan
mengajarkan ceramah/khutbah sebagai bekal
nantinya ketika lulus.
129
c) Komunikator, komunikator disini adalah ustadz
sebagai komunikator yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi sebagai
contoh kepada santri, karena ustadz di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah ini semuanya
alumni dari pondok pesantren juga, ustadz
memberikan keahliannya maupun kemampuan
serta pengalaman yang luas dalam penyampaian
materi, selain itu juga ustadz yang membentuk
karakter santri merupakan pendukung dalam
proses komunikasi antarpribadi.
d) Keterbukaan ustadz, ustadz selalu berusaha untuk
selalu membuka diri terhadap permasalahan yang
dihadapi santri di pondok pesantren dan juga
adanya instruksi ustadz kepada santri agar
melakukan konsultasi masalah pribadi maupun
masalah akademik kepada pihak ustadz apabila
santri mengalami kesulitan dalam hal apapun,
karena ustadz memahami psikologis yang tentunya
membutuhkan bimbingan, nasehat dan motivasu
dari ustadz.
4. Faktor yang menjadi penghambat dalam proses
pembentukan karakter santri di lingkungan Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah adalah :
a) Keluarga Santri, santri yang memiliki keluarga
kurang harmonis karena dari latar belakang
130
keluarga yang kurang baik dan santri yang
memiliki watak yang keras.
b) Faktor prilaku santri disini, yaitu santri yang nakal
yang akhirnya mempengaruhi dan membawa
dampak negatif di lingkungan pondok pesantren,
karena ketika ustadz melakukan proses
komunikasi dengan santri, namun perilaku santri
yang tidak mau mendengarkan instruksi ustadz
dapat menyebabkan komunikasi menjadi
terhambat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
informan yang mengatakan bahwa faktor yang
menjadi penghambat dalam berkomunikasi dengan
santri yaitu kepribadian maupun perilaku santri
yang masuk di pondok pesantren berbeda-beda
atau bermacam karakternya
c) Kurangnya kepercayaan diri santri untuk berdialog
kepada ustadz karena masih adanya rasa canggung
pada santri apabila berhadapan dengan ustadz. Hal
ini berdasarkan hasil wawancara dengan informan
yang mengatakan bahwa santri masih merasa
canggung dan kurang kepercayaan berkomunikasi,
ustadz dalam hal ini memiliki ketegasan jika santri
melakukan kesalahan.
131
B. Saran
1. Saran Akademis
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini
mampu memberikan kontribusi yang positif dalam
perkembangan studi komunikasi antarpribadi
khususnya tentang membentuk karakter santri melalui
komunikasi antarpribadi.
2. Saran Praktis
Teruntuk Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
alangkah lebih baik jika santri mampu mengikuti
seluruh kegiatan akademik maupun ekstrakurikuler
lainnya. Untuk itu, ada baiknya di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah lebih di programkan kembali
mengenai kegiatan-kegiatan yang menunjang skill dan
bakat santri agar santri tidak terlalu jenuh dan boring.
132
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT RINERKA
CIPTA.
Arifin, Muzayin. (2009). Kapita Selekta Pendidikan Umum dan
Agama. Semarang: Toha Putra.
Asrohah, Hanum. (2008). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Budyatna, Muhammad. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Cangara, Hafied. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Dhafier, Zamakhsyari. (1982). Tradisi Pesantren. Jakarta:
LP3ES.
Dhafier, Zamakhsari. (1986). Tradisi Pesantren: Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Edi dan Mite. (2010) Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Effendy, Onong Uchjana. (1995) Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Dinamika Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
133
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Faisal, Sanapiah. (2001). Format-Format Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gunara, Thorik. (2008). Marketing Muhammad SAW, Jakarta:
Madani Prima.
Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Interpersonal &
Intraprasonal. Yogyakarta: Kansius.
Joseph, Devito A. (2010). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta:
Karisma Publishing.
Komaruddin dan Tjuparmah. (2011). Kamus Istilah Karya Tulis
Ismia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kriyantoro, Rachmat. (2009). Teknis Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana.
Majid, Nurcholis. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret
Perjalanan. Jakarta: Paramadina.
Ma’luf, Louis. (1986). Kamus Munjid. Beirut: Dar al-Mishria.
Moleong, Lexy J. (2002) Metode Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
134
Mu’in, Fathul. (2011). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik
Dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Posdakarya.
Muria, Siti. (2000). Metodologi Dakwah Kontemporer.
Yogyakarta : Celeban Timur.
Natsir, Muhammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Noor, Juliansyah. (2012). Metode Penelitian Skripsi Tesis
Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Nuruddin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Poerwadarminta, WJS. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sasono, Adi. (1998) Solasi Islam Jakarta. Jakarta: Gema Insani
Press.
Soehartono, Irwan. (2004). Metode Penelitian Sosial.
Bandung:Remaja Rosdakarya.
135
Suranto. (2010). Komunikasi Sosial dan Badaya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Syamsul, Asep. (2016). Jurnalistik Praktis Untuk Pemula.
Bandung : Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2001). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widjaja, H. A. W. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.
Jakarta: PT Ineka Cipta.
Jurnal :
Salman, Ismah. (2004). Strategi Dakwah di Era Millennium
Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah. Vol. 5.
Tanshzil, Sri Wahyuni. (2012). Model Pembinaan Pendidikan
Karakter Pada Lingkungan Pondok Pesantren Dalam
Membangun Kemandirian Dan Disiplin Santri. Jurnal
Pendidikan / Vol. 13 No. 2.
Website :
http://academia.edu/komunikasiantarpribadi diakses pada tanggal
9 April 2021.
136
LAMPIRAN
137
138
139
140
LAMPIRAN WAWANCARA
Transkip wawancara dengan Ustadz Syarifuddin S. Kom. I
selaku Sekretaris Pondok Pesantren Modern An Nuqthah.
1. Sudah berapa lama ustadz mengajar di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah ?
Jawab : Saya mengajar disini dari tahun 2010.
2. Bagaimana cara ustadz berkomunikasi dengan santri yang
bermasalah ?
Jawab : Bagi saya, mengatasi santri yang bermasalah di
pondok ini ialah diberika kepada bagian pengasuhan pesantren
sebagai langkah awal mengenai santri yang bermasalah.
Pertama, kita panggil kemudian kita tanyakan apakah ada
faktor masalah di dalam atau mungkin faktor dari luar. Untuk
masalah yang di dalam biasanya santri tidak betah dikarenakan
santri mempunyai masalah dengan temannya. Kedua, memang
santri tersebut tidak betah kemudian dipaksakan orang tuanya
untuk masuk pesantren yang menyebabkan santri tersebut
berontak jadi banyak santri yang mengalami hal-hal seperti itu.
Untuk faktor dari luar terkadang ada orang tuanya yang broken
home di satu sisi yang mengurusi ayahnya, di satu sisi ibunya
saja, jadi ada faktor yang membuat anak itu menjadi semangat
dalam belajar karena ada faktor terhadap orang tuanya.
141
3. Bagaimana ustadz berkomunikasi dengan santri agar santri
bersedia menceritakan keluhannya ?
Jawab : Untuk masalah itu, kita seminggu sekali ada forum
untuk santri saling memberikan tanya jawab atau memberikan
kritik dan saran antara ustadz dengan santri maupun
sebaliknya, jadi di situ ada komunikasi yang mendalam ketika
santri dihadapkan terhadap wali kelasnya di situlah ada
masalah-masalah santri yang kurang berkenan, nanti kita
berikan solusinya makanya si setiap kelas terlebih di sini itu
ada yang memegang. Yang pertama itu wali kelas dan kedua
asisten kedua orang tua tersebut yang sangat aktif dan
berperan terhadap anak buahnya jika selama seminggu santri
tersebut ada yang mengalami masalah dan sebagainya itu yang
menangani wali kelasnya.
4. Apakah ketika memberi bimbingan belajar kepada santri
ustadz memberika rasa humor ?
Jawab : Untuk masalah belajar, jika dalam sebuah metodologi
pendidikan, seorang santri bisa fokus dalam belajar itu di dua
puluh menit pertama dan bahkan ada seorang ahli dalam
bidang pendidikan bahwa ada juga seorang santri yang fokus
di empat puluh menit pertama, sedangkan kami yang mengajar
di sini itu hampir mengajar di jam formal satu jam dua puluh
menit, jadi bisa kebayang oleh anda bagaimana mumetnya jika
anda menjadi seorang pelajar yang belajar di Pondok
Pesantren Modern An Nuqthah itu pasti mengalami masa-
masa yang sulit, di situlah peran humor seorang ustadz terlebih
142
mengkisahkan atau memberikan kisah-kisah sejarah yang ada
agar santri-santri tidak merasa bosan dan jenuh, jadi di
pelajaran awal dua puluh sampai empat puluh menit saya
menjelaskan pelajaran yang ada, saya memberikan pelajaran
untuk pengembangan santri lalu di akhir-akhir ada tanya jawab
dan di situ saya selipkan cerita dan humor.
5. Bagaimana komunikasi ustadz ketika ada santri yang tidak
senang terhadap nasehat ustadz ?
Jawab : Lagi-lagi kita dihadapkan dengan seorang santri yang
kurang senang terhadap ustadznya, ini agak berat memangnya
buat kami selaku tenaga pendidik yang tinggal disini selama
24 jam jika ada masalah santri yang memang tidak menyukai
dari gurunya, jadi jika ada santri yang memang tidak menyukai
ustadznya segera diselesaikan terlebih dahulu, yaitu berbicara
dengan empat mata dengan santri tersebut. Pertama yang
pernah saya lakukan terhadap santri tersebut yaitu ketika saya
panggil santri tersebut dengan saya kemudian saya berbicara
dengannya saya ceritakan satu persatu tahapnya ada apa
sebetulnya anak itu bukan tidak suka kepada ustadznya
melainkan terkadang santri tersebut tidak suka dengan
pelajarannya. Jika ustadz mengajar tidak ada masalah tapi
terkadang di pelajarannya terlebih yang sudah saya cek dan
saya sudah keliling kemanapun itu rata-rata santri di bidang
tersebut ada yang kurang suka pelajarannya, jika masalahnya
dengan guru jarang, karna di Pondok Pesantren ini lebih
mengedepankan moral dan akhlak, jadi jika ada santri yang
143
tidak suka kepada ustadz santri tersebut lebih condong diam
dan menghargai ustadz.
6. Bagaimana cara ustadz mengetahui kondisi individu santri ?
Jawab : Jika masalah individu santri itu yang ruang
lingkupnya luas berasal dari daerah manapun kita kumpul
bersama tidak mungkin setiap santri tidak memiliki masalah,
pasti setiap santri memiliki masalah yang berbeda-beda. Lalu
bagaimana jika ada santri yang memiliki faktor individu ?
disini kita dihadapkan dengan hal-hal yang seperti ini, pertama
saya akan mendatangi santri tersebut, setelah saya datangi
santri tersebut saya berikan asumsi yang baik terhadap santri
tersebut, misalnya “Kamu kenaoa nak ?” atau ada bahasa saya
bertanya kepada santri tersebut “Nak, kamu orang mana ?”
“Kamu tinggal dimana ?” jika santri tersebut menjawab “Saya
dari Kediri ustadz”, coba nak jika kamu memang tidak betah
sampai kamu kabur dari pesantren coba kamu pikirkan baik-
baik kamu tinggal jauh dari orang tua kamu, kamu disini di
didik agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang
berguna untuk agama, nusa dan bangsa. Jika kamu tidak betah
terlebih ada faktor terhadap teman itu sudah biasa. Kita beri
asumsi yang baik, tapi saya tidak pernah dijenguk ustadz,
contoh tidak dijenguk itu bukan berarti orang tua tidak sayang
kepada kamu, orang tua menitipkan kamu di Pesantren itu
karna orang tua kamu sangat sayang sama kamu,kita selalu
berikan nasehat dan selalu berikan pemahaman-pemahaman
144
yang baik agar anak tergugah motivasinya dan berubah
menjadi anak yang semangat.
7. Apakah perilaku santri berubah setelah diberikan bimbingan
dan nasehat ?
Jawab : Menurut data yang saya survey untuk kategori santri
sekarang memang tidak langsung berubah, yang kedua setelah
saya survey juga melalui nasehat atau melalui metode yang
disampaikan terhadap santri, memberikan hal positif kepada
anak memang banyak yang masih belum maksimal. Saya
katakan jika dari 100 persen itu kami baru bekerja 50 persen,
lalu kemana 50 persennya lgi ? 50 persennya lagi adalah ketika
kita betindak sebagai ustadz atau sebagai tenaga pendidik
terlebih di dalam pesantren ini kami harus melihat sejauh
mana santri berbuat atau sudah bisakah seorang santri menjadi
santri yang lebih baik. Contoh ketika seorang ustadz
mengajarkan membuang sampah pada tempatnya bukan berarti
kita tidak berhasil, coba kita ambil kesimpulan mungkin dari
ustadz yang lain belum memberikan contoh kepada santrinya
tentang melihat santri-santri yang sedang kumpul banyak di
depannya ada sampah mereka tidak sadar lalu seorang ustadz
mengambil sampah dan membuangnya ke tempat sampah, itu
adalah satu bukti bahwa biar bagaimanapun contoh itu suatu
saat akan menjadi sebuah cerita teladan untuk santri terlebih
lagi di dunia Pesantren.
8. Apakah ustadz sering melakukan interaksi dengan santri ?
145
Jawab : Memang harus, setiap harinya disini itu selalu
berinteraksi dengan santri, karena dengan berinteraksi dengan
berinteraksi santri tersebut perlahan-lahan dari mulai masuk
Pesantren sampai betah itu karena faktor interaksi. Karena
tinggal itu di Pesantren itu kita harus berinteraksi, jika kita
tidak berinteraksi atau kurang bergaul atau susah untuk
bergaul dengan orang lain maka akan susah untuk
mendapatkan kenyamanan di Pesantren. Di Pesantren juga kita
dihadapkan dengan orang banyak lalu untuk apa jika kita diam
saja ? fungsinya berinteraksi itu biar kita mengetahui sejauh
mana perkembangan santri dan bagaimana mengetahui
pembelajaran santri agar mengetahui karakter santri-santri
yang mungkin masih kurang mengetahui terlebih lagi di
bidang akhlak.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi dengan
santri ?
Jawab : Yang menjadi hambatan bagi kami selaku ustadz di
Pesantren ini adalah ketika kami berinteraksi dengan seorang
santri. Pertama, santri terkadang tidak mau terbuka ketika kita
berbicara face to face (empat mata) dan sambil berjalan santai
santri tersebut masih belum mau terbuka, terkadang memang
anak itu dipaksakan oleh orang tuanya untuk masuk ke
Pesantren jadi santri tersebut tidak terima jadi seakan-akan
terkurung di Pesantren, sebetulnya niat orang tua
bagaimanapun pasti ingin menjadikan anaknya sebagai anak
146
yang baik, yang mengerti di dunia agama yang suatu saat nanti
bisa mengangkat derajat orang tuanya.
10. Apa yang menjadi kemudahan ketika berkomunikasi dengan
santri ?
Jawab : kemudahan bagi kami adalah salah satu misi dari
pesantren itu jadi kita melestarikan nilai-nilai lama dan
mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik, jadi jika kita ambil
dari visi dan motto kita salah satu sebagai tenaga pendidik di
sini. Peran itu penting sekali jika berinteraksi dengan santri,
sebab seorang santri itu biar bagaimanapun mereka ingin di
tegur oleh ustadznya bayangkan seperti kita sedang jalan
bertemu dengan seorang ustadz kemudian di panggil nama
kita, kita sudah sangat senang sekali, begitu pula dengan
seorang santri tidak jauh pasti seorang santri senang sekali jika
di tegur oleh ustadznya, di situlah peran aktif seorang ustadz.
Sekretaris Pondok Pesantren
Ustadz Syarifuddin, S. Kom. I
Transkip wawancara dengan ustadz Ahmad Choiruddin, S.
Pd selaku Direktur Bagian Pengasuhan Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah.
1. Sudah berapa lama anda mengajar di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah ?
147
Jawab : Saya mengajar disini sudah dari tahun 2014.
2. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri yang
bermasalah ?
Jawab : Saya panggil santri yang bermasalah, saya ajak
bicara dulu tapi santri sekarang beda dengan santri dulu.
Jadi tidak bisa kita langsung tunjukin masalahnya dulu tapi
coba cari latar belakang dahulu terus kita anggap santri
tersebut sebagai teman. Kebetulan saya sendiri ketua
bagian pengasuhan, jadi tidak bisa menghadapi santri itu
dengan cara otoriter, jadi saya sendiri menganggap santri
ini seperti teman sendiri, ketika santri tersebut sudah mulai
merasa nyaman apapun masalah santri yang di alaminya
pasti bisa terbuka atau santri tersebut mau menceritakan
masalah yang ia hadapi.
3. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri agar santri
bersedia menceritakan masalahnya ?
Jawab : Jika santri merasa sudah nyaman dia akan
menceritakan masalahnya sendiri.
4. Apakah ketika memberi bimbingan kepada santri anda
juga memberi rasa humor ?
Jawab : Ya itu pasti, contohnya ketika santri salah dalam
melakukan suatu hal coba kita arahkan terlebih dahulu,
jangan langsung menjudge bahwa santri tersebut salah, tapi
di puji dahulu, misalnya santri tersebut terlalu pemberani
148
sampai mengambil keputusan yang kurang tepat, kemudia
kita arahkan bahwa ada tindakan yang lebih baik lagi.
5. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri yang tidak
senang dengan nasehat anda ?
Jawab : Setiap orang itu berbeda cara jadi sebenarnya jika
kita jadi guru yang profesional itu harus tau bagaimana
keadaan santri, ada santri yang senang ketika salah di
nasehatin dan ada juga yang tidak senang ketika di
nasehatin, tapi coba perlahan kita teliti dahulu kita bisa
menasehati dengan berbagai cara, sebenarnya setiap santri
bisa di nasehatin tetapi dengan cara yang berbeda.
6. Bagaimana anda mengetahui individu santri ?
Jawab : Kita bisa tau dari identitas awal santri tersebut
masuk, misalnya d santri tersebut lahir dari orang tua yang
seperti apa, latar belakangnya seperti apa, terus bisa jadi
santri tersebut punya permasalahan di sini kurang
semangat belajar karena ada faktor dari dalam dan dari
luar. Jika faktor dari dalam bisa jadi dia punya penyakit
yang menyebabkan belajar santri tersebut jadi menurun
atau masalah-masalah dari luar bisa jadi santri tersebut
termasuk keluarga yang broken home atau beberapa faktor
yang lain yang menyebabkan santri kurang semangat
belajar disini.
7. Apakah perilaku santri berubah setelah diberikan
bimbingan dan nasehat ?
149
Jawab : Itu Relative, ada yang berubah dan ada juga yang
prosesnya lama atau bahka sebenarnya kalau saya sendiri
yang merasakan selama ini tidak ada yang tidak berubah
cuma waktunya saja, ada yang langsung berubah dan ada
juga yang tidak langsung. Tetapi saya ingat ketika dosen
saya mengajarkan ketika merubah orang jangan merubah
perilakunya dahulu tapi merubah mindsetnya dulu.
8. Apakah anda sering melakukan interaksi dengan santri ?
Jawab : Kalau itu memang sudah hobi saya berinteraksi
dengan santri karena semakin kita banyak mengetahui
keadaan orang, semakin tau kualitas diri kita.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi dengan
santri ?
Jawab : Kalau disini bisa jadi waktunya yang jadi
penghambat, karna padat dengan jadwal pelajaran dan
kegiatan yang ada.
10. Apa yang menjadi kemudahan ketika berkomunikasi
dengan santri ?
Jawab : Saya jadi dapat banyak pelajaran, ketika
berkomunikasi dengan santri itu yang membuat saya suka
berkomunikasi dengan santri mendapatkan banyak
pelajaran dan pengalaman, ternyata menjadi seorang
ustadz itu harus tau dulu keadaan santrinya.
150
Direktur Bagian Pengasuhan
Ustadz Ahmah Choiruddin, S. Pd
Transkip wawancara dengan Ustadz Kadafy, S. S. Selaku
Majelis Pembimbing Organisasi Pondok Pesantren Modern
An Nuqthah.
1. Sudah berapa lama anda mengajar di Pondok Pesantren
Modern An Nuqthah ?
Jawab : Saya alumni pondok ini dan sudah mengajar dari
tahun 2015.
2. Bagaimana anda berkomunikasi dengan santri yang
bermasalah ?
Jawab : Saya berkomunikasi dengan santri yang
bermasalah dengan pendekatan pertama lewat Wali Kelas
menyampaikan masalahnya ke bagian pengasuhan pusat,
nanti di bagian pengasuhan pusat masalahnya itu
dikembangkan kemudian diberi tau apa masalahnya,
setelah itu ditanya santri benar atau tidak sampai
masalahnya bisa diselesaikan.
151
3. Bagaimana ustadz berkomunikasi dengan santri agar
santri bersedia menceritakan keluhannya ?
Jawab : kita awalnya harus deketin santri tersebut dahulu
karena jika dari awal tidak dekat dengan santri tersebut, ia
tidak akan mau terbuka, tapi kita dekati pelan-pelan ia
akan sedikit-sedikit terbuka dan akhirnya ia akan cerita.
4. Apakah ketika memberi bimbingan belajar kepada santri
ustadz memberi rasa humor ?
Jawab : Untuk itu memang perlu agar santri tidak jenuh
dan bosan, biasanya jika santri dinasehati dan tidak ada
ketawanya kaya masuk kuping kanan keluar kuping kiri
engga masuk gitu dimarahi juga, karena dia sudah tegang
dan takut, akhirnya tidak dijalani, ketika ada humornya oh
dia jadi tau.
5. Bagaimana kondisi ustadz ketika ada santri yang tidak
senang dengan kondisi ustadz ?
Jawab : Untuk santri yang tidak senang, jadi kita lihat
dulu santri kenapa tidak menjalankan nasehat, awal
mulanya mungkin karena dia memang pertama ada
masalah atau dia tidak mau diatur.
6. Bagaimana cara ustadz mengetahui individu santri ?
152
Jawab : Untuk itu disetiap kita punya catatan biodata
santri, misalnya di satu kelas 35 anak biodata satu-satu
dari namanya, orang tuanya, alamatnya dan latar
belakangnya. Jadi setiap Wali Kelas ada biodata santri.
7. Apakah ustadz sering melakukan interaksi dengan santri ?
Jawab : Kalau kita melakukan interaksi dengan santri
setiap hari karena kita kan di pondok gitu misalnya sholat
berjamaah kita selalu kontrol ketika santri sakit kita juga
selalu kontrol.
8. Setelah memberikan bimbingan dan nasehat apakah
perilaku santri berubah ?
Jawab : Kalau untuk perubahan kan ngga drastis ya,
untuk perubahan kita lihat perlahan-lahan Alhamdulillah
selama ini berubah perlahan-lahan walaupun tidak
signifikan, awal-awal santri sering kabur sedikit-sedikit ia
tinggalin.
9. Apa yang menjadi hambatan ketika berkomunikasi
dengan santri ?
Jawab : Hambatannya yaitu biasanya santri tidak terbuka
karena memang santrinya pendiam susah untuk cerita,
yang kedua santrinya memang tidak mau diajak ngobrol,
misalnya santri sudah ditanya kenapa tidak betah, kenapa
melanggar masih diam juga, itu hambatan kita, disitu kita
153
berfikir bagaimana kita memutar otak kita untuk berfikir
agar santri mau untuk bercerita.
10. Apa yang menjadu kemudahan ketika berkomunikasi
dengan santri ?
Jawab : Kemudahannya berkomunikasi dengan santri
karena kita sering bertemu, ini yang memudahkan kita
berkomunikasi, disini setiap abis isya wali kelas selalu
berkomunikasi dengan santrinya, mengontrol santrinya,
menanyakan yang sakit siapa, yang izin pulang siapa,
disitulah kedekatan antara ustadz dan santri menjadi lebih
mudah.
Majelis Pembimbing Organisasi
Ustadz Kadafy, S. S.
154
DOKUMENTASI
Foto setelah wawancara dengan Ustadz Syarifuddin, S. Kom. I.
Selaku Sekretaris Pondok Pesantren Modern An Nuqthah
155
Foto setelah wawancara dengan Ustadz Ahmad Choiruddin, S.
Pd. Selaku Direktur Pengasuhan Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah.
156
Foto setelah wawancara dengan Ustadz Kadafy, S. S. Selaku
Majelis Pembimbing Organisasi Pondok Pesantren Modern An
Nuqthah
157
Foto bersama santri Zaidan Nabil selaku ketua IKSAN (Ikatan
Santri An Nuqthah )
158
Foto bersama santri Ikhwan Isnandi selaku wakil ketua IKSAN
159
Foto bersama santri Zaidan Nabil dan Ikhwan Isnandi selaku
ketua dan wakil ketua IKSAN