komunikasi blok 20 edit 13 11 12

15
KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR ALLOANAMNESIS DAN BREAKING BAD NEWS I.PENGANTAR Keterampilan komunikasi alloanamnesis dan penyampaian berita buruk merupakan kelanjutan dari keterampilan komunikasi dasar pada semester lalu. Setelah mempelajari dan mampu melakukan anamnesis untuk menggali informasi dengan benar tentang identitas pasien, keluhan utama dan keluhan sistim organ, (yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan) akhirnya sampailah pada kesimpulan yang merupakan penegakan diagnosis. Penyampaian diagnosis kepada pasien tidaklah sulit jika diagnosisnya hanya penyakit yang ringan. Tetapi masalah menjadi lain ketika diagnosis yang harus disampaikan oleh dokter kepada pasien adalah penyakit yang berat, seperti kanker stadium akhir, gangguan pertumbuhan seorang anak, atau penyakit infeksi menular seperti HIV-AIDS. Keterampilan komunikasi dalam memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang berat ini dipelajari dalam penyampaian kabar buruk (breaking bad news). Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abdus Salam dkk, di Universitas Kebangsaan Malaysia, penyampaian berita buruk adalah keterampilan yang paling sedikit diakui untuk bisa dilakukan oleh dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di rumah sakit. Sedang menurut Kembali T, dari Universitas Washington menyampaikan berita buruk termasuk keterampilan komunikasi yang kurang diminati oleh dokter, hal ini dapat dimengerti karena beban psikologis yang dihadapi saat seorang dokter harus menyampaikan berita buruk kepada pasiennya. Keterampilan yang kurang dari seorang dokter dalam menyampaikan berita buruk dapat menimbulkan kerugian yang cukup parah bagi pasien, karena saat ini pasien berada dalam masa kritis yang mungkin pemberitaan ini akan mengubah kehidupan pasien esok hari, sehingga kemampuan dalam penyampaian berita buruk seharusnya dapat dikuasai oleh setiap dokter. Keterampilan ini tidak bisa diperoleh begitu saja tetapi dengan kerja keras belajar dan berlatih. Keterampilan penyampaian berita buruk ini bertujuan untuk dapat mengurangi syok yang dialami oleh pasien saat menerima kabar buruk, membangun kepercayaan dalam menghadapinya serta memberi informasi yang jelas dan realisitis terkait dengan dignosis penyakitnya (kabar buruk yang diterimanya). Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini mencakup dua aspek, yaitu aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan memberikan informasi

Upload: ayumi-milasari

Post on 10-Feb-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

komunikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASARALLOANAMNESIS DAN BREAKING BAD NEWS

I.PENGANTAR

Keterampilan komunikasi alloanamnesis dan penyampaian berita buruk merupakan kelanjutan dari keterampilan komunikasi dasar pada semester lalu. Setelah mempelajari dan mampu melakukan anamnesis untuk menggali informasi dengan benar tentang identitas pasien, keluhan utama dan keluhan sistim organ, (yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan) akhirnya sampailah pada kesimpulan yang merupakan penegakan diagnosis.

Penyampaian diagnosis kepada pasien tidaklah sulit jika diagnosisnya hanya penyakit yang ringan. Tetapi masalah menjadi lain ketika diagnosis yang harus disampaikan oleh dokter kepada pasien adalah penyakit yang berat, seperti kanker stadium akhir, gangguan pertumbuhan seorang anak, atau penyakit infeksi menular seperti HIV-AIDS.

Keterampilan komunikasi dalam memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang berat ini dipelajari dalam penyampaian kabar buruk (breaking bad news). Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abdus Salam dkk, di Universitas Kebangsaan Malaysia, penyampaian berita buruk adalah keterampilan yang paling sedikit diakui untuk bisa dilakukan oleh dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik di rumah sakit. Sedang menurut Kembali T, dari Universitas Washington menyampaikan berita buruk termasuk keterampilan komunikasi yang kurang diminati oleh dokter, hal ini dapat dimengerti karena beban psikologis yang dihadapi saat seorang dokter harus menyampaikan berita buruk kepada pasiennya.

Keterampilan yang kurang dari seorang dokter dalam menyampaikan berita buruk dapat menimbulkan kerugian yang cukup parah bagi pasien, karena saat ini pasien berada dalam masa kritis yang mungkin pemberitaan ini akan mengubah kehidupan pasien esok hari, sehingga kemampuan dalam penyampaian berita buruk seharusnya dapat dikuasai oleh setiap dokter. Keterampilan ini tidak bisa diperoleh begitu saja tetapi dengan kerja keras belajar dan berlatih.

Keterampilan penyampaian berita buruk ini bertujuan untuk dapat mengurangi syok yang dialami oleh pasien saat menerima kabar buruk, membangun kepercayaan dalam menghadapinya serta memberi informasi yang jelas dan realisitis terkait dengan dignosis penyakitnya (kabar buruk yang diterimanya).

Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini mencakup dua aspek, yaitu aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan memberikan informasi yang realistis tentang diagnosis (bad news yang diterima) pasien. Sedang aspek keterampilan komunikasi adalah keterampilan menggali informasi yang diperlukan untuk penegakan diagnosis dan keterampilan yang harus dikuasai dalam penyampaian berita buruk (breaking bad news).

Standar kompetensi keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah: Setelah mengikuti keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu:

1. Membina sambung rasa, berpenampilan yang baik dan sopan serta membina hubungan dokter-pasien atau dokter-keluarga pasien yang wajar.

2. Menggali informasi sejauh mana kesiapan pasien atau keluarganya dalam menerima kabar buruk dan menyampaikan kabar buruk tersebut.

Page 2: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah:Setelah mengikuti keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu:1. Membina sambung rasa, penampilan pewawancara yang baik, membina hubungan

dokter pasien yang wajar, dengan:a. Membina sambung rasa, ramah, empati, memperlihatkan sikap menerimab. Menjaga suasana serius tetapi santaic. Berbicara dengan lafal yang jelasd. Mempersilahkan duduke. Mengetahui bahasa non verbal

2. Menggali informasi medis untuk perlu untuk penegakan diagnosis dan mengetahui kesiapan pasien atau keluarga pasien sebelum penyampaian barita buruk

a. Menggunakan bahasa yang dapat dipahamib. Menjadi pendengar yang baikc. Tidak terkesan menginterogasid. Menggali informasi tentang:

apa yang pasien atau keluarganya ketahui tentang penyakit yang diderita sejauh mana kesiapan pasien atau keluarga pasien dalam menerima

kabar buruk.3. Penyampaian kabar buruk

a. Menggunakan bahasa yang dapat dipahamib. Menyampaikan kabar buruk

II. ANAMNESIS

Pengertian Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

Tujuan Anamnesis

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.

Page 3: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Jenis Anamnesis

Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahannya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.

Persiapan Untuk Anamnesis

Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila dokter yang melakukan anamnesis tersebut menguasai dengan baik teori atau pengetahuan kedokteran. Tidak mungkin seorang dokter akan dapat mengarahkan pertanyaan-pertanyaannya dan akhirnya mengambil kesimpulan dari anamnesis yang dilakukan bila dia tidak menguasai dengan baik ilmu kedokteran. Seorang dokter akan kebingungan atau kehilangan akal apabila dalam melakukan anamnesis tidak tahu atau tidak mempunyai gambaran penyakit apa saja yang dapat menimbulkan keluhan atau gejala tersebut, bagaimana hubungan antara keluhan-keluhan tersebut dengan organ-organ tubuh dan fungsinya. Umumnya setelah selesai melakukan anamnesis seorang dokter sudah harus mampu membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang paling mungkin untuk kasus yang dihadapinya. Kesimpulan ini hanya dapat dibuat bila seorang dokter telah mempersiapkan diri dan membekali diri dengan kemampuan teori atau ilmu pengetahuan kedokteran yang memadai.

Kesimpulan Anamnesis

Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit dengan banyak keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah atau keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat suatu diagosis kerja yang lebih terarah.

III. ALLOANAMNESIS / HETEROANAMNESIS

Berikut ini merupakan contoh keadaan dimana anamnesis biasanya dilakukan melalui alloanamnesis

Page 4: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Pasien tak sadar

Anamnesis bisa dan harus selalu didapatkan pada pasien yang tidak sadar.– Wawancarai kerabat atau teman (jika tak ada harus diupayakan untuk

menghubungi mereka dan dapatkan anamnesis melalui telepon jika perlu)– Wawancarai setiap saksi mata dari keadaaan dimana pasien menjadi tidak

sadar. Deskripsi terinci mengenai hilangnya kesadaran bisa sangat membantu penegakan diagnosis

– Wawancarai semua sumber anamnesis lain termasuk laporan ambulans, petugas ambulan, polisi, dokter umum, dan setiap catatan medis yang ada.

Seperti halnya melakukan anamnesis dengan pasien, pertanyaan yang sama harus diajukan pada kerabat dan saksi mata. Berikut adalah hal-hal yang penting ditanyakan saat anamnesis:

– Rincian peristiwa disekitar hilangnya kesadaran– Setiap masalah medis atau psikologis terakhir– Riwayat pemakaian obat (baik yang tidak resmi maupun yang diresepkan)– Alergi– Setiap episode hilangnya kesadaran sebelumnya– Setiap riwayat penyakit dahulu yang merupakan gejala gangguan jantung,

pernafasan, neurologis, atau metabolik yang signifikan– Setiap gejala medis terakhir seperti nyeri kepala, demam atau depresi

Gambaran seluruh sistem seringkali bisa didapatkan secara rinci dari kerabat atau teman.

Trauma

Trauma adalah alasan yang sering membuat pasien datang ke dokter atau rumah sakit. Tingkat keparahannya jelas bisa sangat beragam mulai dari luka ringan teriris dan memar sampai cedera multipel pada organ besar yang membahayakan jiwa. Penting untuk mendapatkan anamnesis yang lengkap dan akurat dari pasien dan saksi mata lain untuk menunjukkan kemungkinan tingkat keparahan cedera dan kemungkinan bahaya lain yang mungkin menghadang pasien. Misalnya, korban kecelakaan kendaraan bermotor mungkin mengalami kejang atau infark miokard yang menjadi sebab tabrakan atau korban kecelakaan mungkin memiliki cedera perut serius atau kontusio wajah yang jelas. Selain itu, penting juga untuk mendapatkan latar belakang medis lengkap: cedera kepala ringan bisa memiliki akibat yang berat pada pasien yang mengalami antikoagulasi.

Pertimbangkan baik-baik apakah mekanisme cedera dan akibatnya sesuai. Tidak sadar yang lama setelah jatuh yang menyebabkan sedikit laserasi kulit kepala mungkin terjadi akibat perdarahan subaraknoid primer, bukan akibat cedera kepala itu sendiri. Tersandung sedikit yang menyebabkan fraktur bagian leher femur bisa menunjukkan adanya osteoporosis atau fraktur patologis lain.

AnamnesisDalam cedera serius, anamnesis akan perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan resusitasi dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat diperoleh dari pasien sendiri maupun keluarga/petugas lapangan. Anamnesis terdiri dari: ”AMPLE”

A : AlergiM : Medikasi (sebelumnya)P : Past illness (penyakit penyerta)L : Last mealE : Event / Environment (segala yang berhubungan dengan kejadian trauma)

Page 5: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Kapan trauma terjadi? Apa yang terjadi? Bagaimana mekanisme trauma? Pernah pingsan atau sadar setelah trauma?Jika merupakan kecelakaan kendaraan bermotor, dimana pasien duduk, apakah mengenakan sabuk pengaman, dan berapa kecepatan kendaraan saat kecelakaan? Cedera apa yang diderita penumpang lain? Apa penyebab kecelakaan? Apa yang terjadi tepat sebelum kecelakaan?Adakah pajanan oleh bahaya lain (misalnya asap, kabut)?Apa yang diingat pasien? Apakah terdapat amnesia retrograde atau antegrade? Adakah keluhan nyeri kepala? Seberapa berat? Adakah kejang atau vertigo? Dapatkan anamnesis dari saksi lain, paramedis, polisi, dan sebagainya.Pastikan perawatan apa saja yang sudah didapat pasien sebelum masuk rumah sakit dan tanyakan kapan terakhir kali pasien makan

Riwayat Penyakit dahuluAdakah riwayat kondisi medis yang signifikan, khususnya gangguan kardiovaskular? Adakah riwayat penyakit penyerta seperti epilepsi, jantung, asma, riwayat operasi kepala, hipertensi dan diabetes melitus serta gangguan faal pembekuan darah?

Obat-obatanTanyakan konsumsi alkohol dan narkotika, cari riwayat mabuk. Pertimbangkan antikoagulasi, imunosupresi dan imunisasi tetanus

AlergiApakah pasien memiliki alergi?

Kolaps

Kolaps, jatuh, limbung, dan pingsan adalah alasan yang sering bagi pasien untuk datang ke dokter dan bisa merupakan manifestasi dari disfungsi jantung atau neurologis yang serius. Yang termasuk penyebab tersering adalah bradikardia, takikardia, serangan vasovagal, hipotensi postural dan epilepsi, walaupun seringkali penyebab yang jelas tak dapat ditemukan.

AnamnesisDalam mendapatkan anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk menentukan adakah kehilangan kesadaran atau tidak. Penjelasan terinci mengenai kolaps harus didapatkan dari pasien dan setiap saksi yang ada.Kapan dan dimana pasien kolaps? Apa yang sedang dilakukan pasien? Apa yang dirasakannya tepat sebelum episode? Adakah tanda peringatan atau gejala prodromal? Apakah terjadi setelah berdiri, batuk hebat, mual? Berapa lama yang dibutuhkan pasien untuk pulih? Apakah pasien tidak sadar? Selama berapa lama dia tidak sadar? Adakah gejala yang menunjukkan kehilangan darah? Ingatan yang baik mengenai episode tersebut menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami penurunan kesadaran. Cedera yang signifikan menunjukkan tak adanya peringatan dan seringkali disertai kehilangan kesadaran.Adakah gejala lain (misalnya muntah, berkeringat, palpitasi, nyeri dada, sesak nafas dan sebagainya)?Adakah gerakan konvulsif? Menggigit lidah, inkontinensia urin?Carilah observasi terinci dari saksi mengenai peristiwa sebelum, selama dan setelah kolaps. Apa warna tubuh pasien sebelum dan setelah serangan? Apakah pasien tampak pucat, kemerahan, kebiruan, berkeringat? Apakah denyut nadi pasien selama serangan teraba?

Page 6: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Alloanamnesis seringkali harus kita lakukan pada kasus pasien dengan kondisi gawat darurat. Ada beberapa sikap yang harus dilakukan saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya, hal ini juga berlaku pada komunikasi di ruang gawat darurat, yaitu:

AFFECT BODY LANGUAGE CALMNESS of external and internal stimuli

Affect berhubungan dengan ekspresi wajah. Pasien dan keluarga pasien yang sedang dalam kondisi gawat memiliki tingkat ketegangan cukup tinggi sehingga menjadi lebih sensitif dalam hal berkomunikasi. Bila tenaga medis terlihat tegang, gugup, khawatir, takut dan tidak nyaman dengan situasi yang ada, maka pasien dan keluarganya akan semakin tegang dan terganggu secara emosional. Tenaga medis yang bertugas menangani pasien gawat darurat harus dapat bersikap tenang, percaya diri dan dapat mengendalikan diri namun hal ini membutuhkan latihan.

Body language (Bahasa tubuh) berhubungan dengan sikap, tindakan dan kecepatan tindakan yang dilakukan tenaga medis. Adanya rasa cemas, takut, gugup atau tegang dapat menyebabkan sikap, tindakan dan kecepatan tindakan menjadi tidak terkoordinasi. Bahasa tubuh yang negatif seperti ini akan tampak oleh pasien dan keluarganya dan dapat menimbulkan reaksi yang negatif pula dari pasien dan keluarganya. Untuk dapat mempengaruhi pasien gawat secara positif melalui bahasa tubuh, kita harus melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarganya dengan tenang, perlahan dan percaya diri sehingga mereka percaya dengan kemampuan kita sebagai penolong dalam kondisi gawat darurat.

Calmness berhubungan dengan kedua hal diatas – Affect, Body Language, kecepatan tindakan, nada dan kecepatan berbicara. Tenaga medis yang menunjukkan kecemasan, rasa takut , khawatir, gugup dan tegang akan mempengaruhi pasien dan keluarganya dan dapat meningkatkan rasa cemas, takut, gugup, tegang serta meningkatkan rasa nyeri pada pasien. Tenaga medis yang bersikap tenang juga akan menenangkan pasien dan keluarganya, menurunkan tingkat stress sehingga pasien dan keluarganya akan lebih mudah diajak bekerjasama. Ketenangan juga dapat meningkatkan respon positif pasien terhadap pengobatan.

Pada kondisi kegawatdaruratan, pasien dan keluarga pasien akan menjadi lebih sensitif terhadap perkataan dan tindakan dari tenaga medis. Secara psikologis pasien dan keluarganya berharap segera mendapatkan pertolongan atau perawatan terpadu. Perkataan yang salah atau kurang jelas yang diucapkan oleh tenaga medis akan menimbulkan persepsi negatif sehingga yang harus diingat adalah selalu mengkomunikasikan dengan baik tindakan yang kita lakukan kepada pasien ataupun keluarganya.

IV. PENYAMPAIAN BERITA BURUK (BREAKING BAD NEWS)Keterampilan komunikasi dasar Penyampaian Berita Buruk, terlihat memang

sedikit berbeda dengan keterampilan komunikasi lain. Penyampaian berita yang buruk terutama tentang penyakit pasien meminta dokter untuk lebih sensitif dan menunjukkan empati.

Berikut protokol penyampaian berita buruk yang dibuat oleh Robert Buckman:1. S-SETTING UP interview

Sebelum wawancara dimulai sangat penting untuk membuat lingkungan menjadi nyaman selama proses penyampaian kabar buruk, dengan:a. Sebaiknya wawancara dilakukan ditempat tertutup dan dokter serta pasien

dapat duduk dengan nyaman, sehingga privasi pasien terjaga, hal ini penting dilakukan karena tempat yang menjaga privasi pasien akan memudahkan pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pengungkapan

Page 7: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

pikiran dan perasaan ini akan membantu dokter mengetahui seberapa jauh pasien mengatahui tentang penyakit dan keadaanya serta seberapa jauh pasien siap untuk menerima kabar buruk.

b. Jangan biarkan ada hal-hal kecil mengganggu proses penyampaian kabar buruk, seperti suara dering telepon, mengirim sms, bahkan mengaruk-ngaruk kepala, hal ini akan mengganggu konsentrasi pasien dan seolah olah dokter tidak fokus, dan kurang mempunyai cukup waktu untuk pasien.

c. Mintalah persetujuan kepada pasien untuk menunjuk keluarga atau sahabatnya untuk mendampinginya ketika menerima kabar buruk. Adanya pendamping akan membantu pasien dalam menghadapi kabar buruk, bukan saja perasaan lebih kuat karena tidak sendirian kehadiran keluarga atau sahabat juga dapat memberi dukungan dan semangat kepada pasien. Betapapun pentingnya kehadiran keluarga atau sahabat ini kita tidak boleh memaksakan kepada pasien jika ia memilih untuk menerimanya sendiri dengan alasan tertentu.

d. Mulailah wawancara dengan pertanyaan terbuka, seperti “Bagaimana keadaan anda hari ini?”. Pertanyaan terbuka seperti ini menjadi isyarat kepada pasien bahwa wawancara akan berlangsung dua arah. Jika ini berhasil maka akan memudahkan dokter untuk menggali informasi.

2. P-Assessing the patient’s PERCEPTIONSebelum memberitahu kabar buruk , tanyakan terlebih dahulu kepada pasien, “Apa yang Anda ketahui sejauh ini tentang kondisi anda?” hal ini berguna untuk mempersiapkan dokter akan kemungkinan respon yang diberikan pasien nanti.

3. I-Obtaining patient’s INVITATION Dalam mengetahui dan menerima kabar buruk setiap orang mempunyai kesiapan psikologis yang berbeda, ada yang ingin mengetahui semua tentang penyakitnya tetapi tidak sedikit yang tidak sanggup untuk menerima semua, sehingga penting bagi seorang dokter untuk menilai sejauh mana kesiapan pasien dalam menerima informasi tentang kabar buruk. Penyampaian ini mungkin tidak cukup dengan sekali pertemuan terutama bagi pasien dengan psikologi yang rentan, penjadwalan untuk pertemuan selanjutnya dapat dibuat, dan pastikan pasien dapat menghubungi dokter kapan saja walau sebelum jadwal tiba.

4. K-Giving KNOWLEDGE and information to the patientPutuskan untuk bertemu dengan pasien hanya ketika dokter telah mendapatkan informasi yang cukup. Pasien harus diberitahu diagnosis, perencanaan tindakan dan prognosis sejujurnya dalam bahasa yang sederhana dan cara yang halus, hindari penggunaan istilah medis yang tidak dimengerti, serta dukungan yang dapat diberikan.. Jangan lupa libatkan pasien dalam proses ini, dan yakinkan pasien mengerti setiap informasi yang kita berikan.

5. E-Adressing the patient’s EMOTIONS with emphatic responsesDalam menerima berita buruk, emosi pasien akan terlibat, respon emosinya dan jangan biarkan pasien menekan emosinya selama proses wawancara berlangsung, hal ini akan membuat pasien tidak bisa konsentrasi dengan apa yang kita sampaikan. Berikan waktu pasien untuk mengeluarkan emosinya bahkan ketika pasien menangis, berhentilah sejenak dan sediakan waktu baginya untuk mengontrol kembali emosinya. Bagi pasien yang terlihat tegar dan tidak memperlihatkan gangguan emosi yang berarti saat kita menyampaikan kabar buruk, pastikan bahwa apa yang kita lihat diluar adalah kondisi psikologis yang sebenarnya, bukan kamuflase atau usaha pasien untuk menutupi perasaan yang sebenarnya. Hal ini bisa kita lakukan dengan memberi pertanyaan “Mungkin anda bisa menceritakan sedikit apa yang anda rasakan?”

6. S-STRATEGY and SUMMARYPada tahap ini dokter membuat perencanaan untuk menolong untuk mencapai tingkat sebaik mungkin untuk mengatasi penyakitnya, jika memungkinkan sampai sembuh. Berikan dukungan agar terapi yang diberikan tidak terputus ditengah jalan dan jangan lupa untuk meminta nomor telepon pasien.

Page 8: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

CHECK LIST KETRAMPILAN KOMUNIKASI HETEROANAMNESIS KASUS EMERGENCY & BREAKING BAD NEWS

No Aspek yang Dinilai Skor0 1 2

1 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri (mempersilakan duduk)2 Bersikap Profesional

3 Menggali identitas pasien dan keluarga pasien serta hubungannya dengan pasien

4 Menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi obat, makanan / lainnya?

5

Menanyakan riwayat medikasi - Apakah pasien pernah mengkonsumsi alcohol / narkotika /

obat tanpa resep dokter?- Apakah pasien sudah mendapat perawatan sebelum MRS

6

Menanyakan adanya riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keluhan utama

- Apakah pasien memiliki riwayat penyakit kardiovaskular (gangguan faal pembekuan darah, hipertensi, sakit jantung,

- Kencing manis - Kejang / Epilepsy - Asma - Operasi kepala

7Menanyakan (last meal) riwayat makan terakhir

- Makan terakhir pukul berapa? - Apa yang dimakan? Dll

8

Menanyakan event / environment - Apakah ada riwayat trauma kepala sebelumnya? Kapan

kejadiannya? Bagaimana mekanisme kejadian trauma kepala tersebut? Apakah pasien memakai helm?

- Apakah pasien Pingsan? Sejak kapan? Berapa kali? Jika ada berapa lama waktu pingsan sehingga sadar? Adakah riwayat kehilangan ingatan sebelum kejadian (retrograde) / sesudah kejadian (antegrade)

- Apakah pasien Kejang? Sejak kapan? Berapa kali? Apa yang terjadi saat kejang?

- Apakah pasien Muntah? Sejak kapan? Berapa kali? Apa isi muntahan (darah/ makanan) ? Apakah muntah menyemprot?

- Apakah pasien mengeluh sakit kepala? Sejak kapan? dll - Hal-hal lain yang dianggap perlu : …

BREAKING BAD NEWS9 Memastikan pasien /keluarga dalam keadaan tenang

10 Menggali pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit pasien

11 Memastikan kesiapan mental keluarga pasien dalam menerima berita tentang kondisi pasien

12 Memberi informasi yang benar tentang diagnosis, tatalaksana dan prognosis

13 Memeberikan kesempatan pasien/keluarga utk mengeluarkan emosinya

14 Memberi kesempatan keluarga pasien bertanya 15 Menutup wawancara

TOTAL

Page 9: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

SKOR : Nilai X 100 =

Bersikap Profesional :

Menunjukkan sikap empati Melakukan cross-check Menjadi pendengar yang baik Menggunakan bahasa verbal yang dipahami oleh penderita AFFECT BODY LANGUAGE CALMNESS of external and internal stimuli

SKENARIO UNTUK LATIHANSeorang remaja laki-laki berusia 16 tahun dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit karena mendadak tidak sadar. Dari alloanamnesis diketahui sebelum tidak sadar pasien sempat mengeluh sakit kepala kemudian muntah dan kejang. Dua hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan terbentur di daerah kepala. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami koma dan hasil CT scan menunjukkan gambaran subdural hematoma. Tugas: 1. Lakukan alloanamnesis dengan keluarga yang mengantarkan pasien.2. Lakukan penyampaian berita buruk kepada keluarga pasien.

Page 10: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

Daftar Pustaka

Gleadle, J. 2007. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Penerbit Erlangga, Jakarta

Kembali, T. 2008. Breaking Bad News. Diperoleh http:/www/[email protected]/. Pada tanggal 5 agustus 2009

Nurihsan, A.J. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, cetakan pertama. Bandung: Refika Aditama

Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan, cetakan pertama. Jakarta: EGCSalam, A.,dkk. 2008. UKM Medical Graduateds Perseption of Their Communication

Skills During Housemanship. Mad & Health.3(1):54-58.

Page 11: Komunikasi Blok 20 Edit 13 11 12

PETUNJUK UNTUK PASIEN SIMULASI (KETERAMPILAN KOMUNIKASI BLOK 20 – ALLOANAMNESIS DAN BREAKING BAD NEWS)

SKENARIOSeorang remaja laki-laki berusia 16 tahun dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit karena mendadak tidak sadar. Dari alloanamnesis diketahui sebelum tidak sadar pasien sempat mengeluh sakit kepala kemudian muntah dan kejang. Dua hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan terbentur di daerah kepala. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami koma dan hasil CT scan menunjukkan gambaran subdural hematoma. Tugas: 1. Lakukan alloanamnesis dengan keluarga yang mengantarkan pasien.2. Lakukan penyampaian berita buruk kepada keluarga pasien.

Kasus : Cedera kepala

PS berperan sebagai keluarga pasien ( Ibu / Ayah / Kakak )

Identitas : improvisasi

Ekspresi : khawatir dan panik

Alloanamnesis Keluhan utama : tidak sadarRPS singkat : pasien mendadak tidak sadar satu jam yang lalu, langsung dibawa ke rumah sakit, sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala, sempat muntah menyemprot 2 kali dan kejang. Dua hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien mengendarai sepeda motor ke warnet di dekat rumah dan diserempet mobil. PS tidak melihat kejadiannya hanya dari pengetahuan pasien kepala bagian kiri sempat terbentur aspal, saat kejadian pasien tidak mengenakan helm. Setelah kejadian pasien tetap sadar dan bisa pulang ke rumah. Pasien sudah dianjurkan keluarganya untuk memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit tapi pasien menolak. RPD : tidak pernah dirawat di rumah sakit, kondisi kesehatan pada umumnya baik, tidak ada riwayat penggunaan narkotika, alkohol. Tidak ada riwayat alergi.

Breaking bad newsPada sesi ini PS selaku keluarga pasien akan mendengarkan penjelasan dokter mengenai penyakit, tindakan yang akan dilakukan serta prognosis dari penyakit pasien. Tunjukkan ekspresi emosional (syok, menangis, termenung, dsb)