komunikasi interpersonal antara orang tua dan …
TRANSCRIPT
i
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
(Studi Tentang Duplikasi Karakter Anak di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat)
Oleh
FITRIA INDRIANI LAILY AGUSTINA NIM. 1503202167
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM
2020
ii
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
(Studi Tentang Duplikasi Karakter Anak di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar sarjana sosial (S.Sos.)
Oleh
FITRIA INDRIANI LAILY AGUSTINA NIM. 1503202167
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) MATARAM
2020
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Fitria Indriani Laily Agustina, NIM 1503202167 dengan judul:
“KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK
(STUDI TENTANG DUPLIKASI KARAKTER ANAK DI DESA SESELA
KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT)” telah
memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji
Di setujui pada tanggal :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Zainal Arifin, Lc.MA. Drs. H. Moh. Tamimi M.A
NIP. 19611231199931001 NIP. 196702271994031003
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram,
Hal Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Rektor UIN Mataram
Di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan,
arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi
saudara:
Nama Mahasiswa : Fitria Indriani Laily Agustina
NIM : 1503202167
Jurusan : Sosiologi Agama
Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama
Judul : Komunikasi Interpersonal Antara Orang
Tua Dan Anak ( Studi Tentang Duplikasi
Karakter Anak Di Desa Sesela Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat )
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah
skripsi Fakultas Ushuluddhin Dan Studi Agama UIN Mataram.
Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera
dimunaqasyahkan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Zainal Arifin, Lc.MA. Drs. H. Moh. Tamimi M.A
NIP. 19611231199931001 NIP. 196702271994031003
vi
PENGESAHAN
Skripsi oleh Fitria Indriani Laily Agustina, NIM 1503202167 dengan judul
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK (STUDI
TENTANG DUPLIKASI KARAKTER ANAK DI DESA SESELA KECAMATAN
GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT), telah dipertahankan
didepan dewan penguji Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddhin
dan Studi Agama UIN Mataram pada tanggal :
Dewan Penguji
Dr. H. Zainal Arifin, Lc.MA. ___________________________
(Ketua Sidang )
Drs. H. Moh. Tamimi M.A ___________________________
(Sekretaris Sidang )
Dr.Nuruddin, S.Ag.M.Si ___________________________
(Penguji I)
Dr. Murdianto, M.Si ___________________________
(Penguji II)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddhin dan Studi Agama
Dr. H. M. Zaki, S. Ag. M. Pd NIP. 197112311997031005
vii
MOTTO
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu susri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. (Qs. Al-Ahzab : 21)1
1 Al-Fatih, “Al-Qur’an dan Terjemahannya” ( Jakarta: PT.Rilis Grafika,2009), hlm.420
viii
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsi ini untuk
Bapakku H. Mu’aini dan Ibuku Hj. Zohriah,
semua guruku, semua keluarga serta orang
yang kusayang dan sahabat-sahabatku”
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala nikmat, terutama nikamat sehat, iman dan islam. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skeripsi dengan judul “Relasi Interpersonal
Antara Orang Tua Dan Anak Dalam Pembentukan Karakter (Studi Kasus
Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat)” dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana Sosial strata satu (S1) pada jurusan
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddhin dan Studi Agama Universitas
Islam Negri Mataram. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW sang pembawa risalah kebenaran
serta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia sampai akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Selain itu penulis juga
banyak memperoleh bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhinga kepada :
Dr. H. Zainal Arifin, Lc. MA. Selaku pembimbing I dan Bapak Drs. H.
Moh. Tamimi M.A selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan,
motivasi, dan korreksi mendetail, terus-menerus tanpa bosan ditengah
kesibukanya, dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih
matang dan cepat selesai.
Bapak Murdianto, M.Si sebagai ketua jurusan Sosiologi Agama
Dr. H. M. Zaki, M. Pd selaku Dekan Fakulas Ushuluddhin dan Studi
Agama.
Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku rektor UIN Mataram yang telah
memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan
x
memberikan bimbingan, pengarahan untuk tidak berlama-lama di
kampus tanpa pernah selesai.
Segenap dosen UIN Mataram dan Civitas akademika yang telah
mencurahkan waktu dantenaga selama peneliti melaksanakan studi di
UIN Mataram yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
termakasih atas do’a dan dukunganya.
Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat
limpahan balasan dari Allah SWT. Dan memberkan imbalan dengan
sebaik-baik imbalan atas segala bantuan, bimbingan, dukungan dan
saran yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oeh
karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
peneliti harapkan demi hasil yang lebih baik di masa yang akan
datang. Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa depan.
Mataram, April 2020.
Peneliti,
Fitri Indriani Laily Agustina
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ iv
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................ v
HALAMAN MOTTO .................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xiii
ABSTRAK ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 4
D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian ................................. 4
E. Telaah Pustaka ................................................................ 5
F. Kerangka Teori .................................................................. 8
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ............................. 8
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal ....................... 10
3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal .......................... 11
G. Metodologi Penelitian ........................................................ 20
xii
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ....................................... 30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................. 30
1. Letak Geografis .............................................................. 30
2. Latar Belakang Sejarah Desa Sesela ............................... 31
3. Keadaan Penduduk ........................................................ 34
4. Keadaan Pendidikan....................................................... 35
5. Keadaan Ekonomi .......................................................... 38
6. Keadaan Agama dan Kepercayaan .................................. 40
7. Kegiatan Masyarakat ...................................................... 41
B. Bentuk Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak
Dalam Pembentukan Karakter Di Desa Sesela .................... 42
C. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal Orang Tua
dan Anak Dalam Pembentukan Karakter Di Desa Sesela ..... 53
BAB III PEMBAHASAN............................................................... 58
A. Bentuk Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua
dan Anak Dalam Pembentukan Karakter ........................... 58
B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal Antara
Orang Tua Dan Anak Dalam Pembentukan Karakter ........... 69
BAB IV PENUTUP ...................................................................... 78
A. Kesimpulan ....................................................................... 78
B. Saran ................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 81
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, KK Desa
Sesela…………. .............................................................................. 35
Tabel 2 Jumlah sarana pendidikan di Desa Sesela…………………….. 36
Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Desa
Sesela……..……………………………………………………………………. ... 37
Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian……….. .. 39
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto dokumentasi di lapangan………………………… ... 83
xiii
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK (STUDI TENTANG DUPLIKASI KARAKTER ANAK DI DESA SESELA
KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT)
Oleh :
FITRIA INDRIANI LAILY AGUSTINA
NIM. 1503202167
ABSTRAK
Permasalahan pada penelitian ini yaitu masyarakat Desa Sesela memiliki kebiasaan menggunakan bahasa yang kasar untuk saling
menegur, memanggil saudara dan teman sejawat untuk menjalin keakraban sehingga Desa Sesela dikenal memiliki karakter yang keras, dengan bahasa itu membuat relasi orang tua dengan anak dan antar masyarakat semakin dekat. Bahasa ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sesela dan bahasa ini lebih dominan digunakan oleh anak-anak muda. Penggunaan bahasa kasar ini merupakan kebiasaan yang tidak perlu dipertahankan walaupun demikian di Desa Sesele banyak terlahir tokoh Agama seperti tuan guru dan ustaz. Penelitan ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana relasi orang tua dan anak upaya atau bentuk komunkasi interrpersonal orang tua dan anak untuk membentuk karakter anak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Peneliti juga menggunakan teori komunikasi dalam menganalisis dan memperkuat hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di
Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari menyebutkan bahwa masyarakat Sesela dari bahasa memiliki karakter yang keras namun berjiwa lembut dan penggunaan bahasa kasar ini memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebagai relasi untuk menjalin keakraban satu sama lain. Bahasa kasar ini memang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sesela dari dulu karna pada awalnya masyarakat sesela dahulu bekerja sebagai kuli panggul yang di Pelabuhan Ampenan yang menganggkat barang yang berat sehingga ketika diajak bicara atau berkomunkasi menggunakan bahasa yang kasar.
Kata kunci : Komunikasi, Interpersonal, Orang Tua, Anak, Karakter.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lain. Yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.2Menurut Onong Uchana Effendy Komunikasi
interpersonal terdiri dari dua orang dimana dalam komunikasi ini
terjalin kedekatan dan keakraban antara indvidu di dalam
masyarakat maupun keluarga.3Sedangkan menurut R.Waine Pace
dalam Pengantar ilmu Komunikasi menjelaskan Komunikasi
interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antar dua
orang atau lebih secara tatap muka.4
Hubungan atau relasi antara Orang tua dan anak dalam satu
keluarga harus terjalin dengan harmonis karena itulah komunikasi
antara orang tua dan anak dalam keluarga sangat diperlukan, relasi
interpersonal antar orang tua dan anak akan membuat anak merasa
diperhatikan dan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang tuanya,
sehingga akan memudahkan orang tua dalam membentuk karakter
anak. Didalam keluarga orang tua memiliki peran yang sangat
penting dalam medidik, dan membentuk karakter anak. Disamping
keluarga lingkungan tempat tinggal juga memiliki peran yang sangat
urgen dalam membentuk karakter anak seperti yang terjadi pada
2Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
2012). hlm.22. 3Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra
Karya Bakti,2003)hlm.59. 4Ibid, hlm.36.
2
anak-anak khususnya para pemuda didesa Sesela Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
Pemuda atau remaja di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat dipandang memiliki karakter yang keras
karena para pemudanya bukan hanya kompak dalam hal pertikaian
atau perkelahian namun juga kompak dalam kegiatan-kegiatan sosial
masyarakat. Selain itu para pemuda atau remaja di Desa Sesela
dipandang memiliki karakter yang keras karena penggunaan bahasa
dalam komunikasi antar sesama juga sering menggunakan bahasa
atau istilah yang memiliki makna yang kasar. Bahasa yang digunakan
merupakan ungkapan lakap atau jalean yaitu memanggil, menyapa
teman sejawat dengan panggilan yang berbeda dari nama aslinya
seperti loq koreng, loq kelet, dan terkadang memanggil menyapa
dengan kata-kata kotor. Memanggil, menyapa saudara, teman sejawat
dengan bahasa kasar ini memang sudah menjadi kebiasaan dan
keunikan remaja dan masyarakat termasuk orang tua di Desa Sesela.
Penggunaan bahasa dengan ungkapan yang memiliki makna kasar ini
digunakan untuk menjalin keakraban di antara mereka. Menurut
mereka tanpa menggunakan jejalean, kedekatan dan keakraban tidak
akan terjalin dengan baik.5
Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak maupun
dengan teman sejawat dengan komunikasi yang demikian tidak
menjadi masalah atau berdampak secara psikologis pada anak di
Desa Sesela karena mereka menganggap bahasa yang tergolong kasar
5 Delfiyatul, Wawancara, Sesele , 6 Februari 2019
3
pada kebanyakan orang di wilayah lain dilingkungan mereka adalah
hal yang biasa.6
Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dengan
bahasa yang tergolong kasar dan dalam lingkungan yang memiliki
karakter yang kasar tentu memiliki pengaruh negatif pada karakter
pemuda atau remaja di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat, akan tetapi hal ini berbanding terbalik
dengan kenyataan yang ada bahwa dengan hubungan interpersonal
orang tua dan anak serta lingkungan yang tergolong kasar di Desa
Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat banyak
melahirkan orang-orang alim seperti para ustaz dan tuan guru.
Berangkat dari kenyataan inilah peneliti tertarik untuk meneliti lebih
jauh tentang Relasi Interpersonal Antara Orang Tua dan Anak Dalam
Pembentukan Karakter. (Studi Tentang Duplikasi Karakter Anak di
Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk komunikasi interpersonal antara orang tua dan
anak dalam pembentukan karakter di Desa Sesela Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat ?
2. Apa faktor penghambat komunikasi interpersonal antara orang tua
dan anak dalam pembentukan karakter di Desa Sesela Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat ?
6Observasi awal, 5 Februari 2019
4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan penelitian.
a. Untuk mengetahui bentuk relasi interpersonal antara orang
tua dan anak dalam pembentukan karakter di Desa Sesela
Kecamatan Gunungsari Lombok Barat.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat relasi interpersonal
antara orang tua dan anak dalam pembentukan karakter di
Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat.
2. Manfaat penelitian.
Dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan
dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian
selanjutnya, dan menambah hazanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang ilmu komunikasi. Kemudian hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat khusunya bagi
orang tua untuk selalu berintraksi dan berkomunikasi dengan
anak menggunakan komunikasi yang baik agar terjalin hubungan
yang baik antara orang tua dan anak.Sehingga dapat
memudahkan orangtua dalam mendidik anak.
D. Ruang Lingkup Dan Seting Penelitian.
Dalam penelitian ini penelitian membatasi penelitian hanya pada
komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam
pembentukan karakter dan peneliti akan lebih kepada bentuk
komunikasinya. Adapun lokasi penelitian ini adalah Desa Sesela
Kec.Gunungsari Lombok Barat. Peneliti memilih lokasi tersebut
karena memang mayoritas masyarakat Desa Sesela dikenal memiliki
5
karakter yang keras dan penggunaan bahasa yang memiliki makna
yang agak kasar walaupun demikian Sesela juga dikenal banyak
melahirkan tokoh-tokoh agama seperti tuan guru dan ustaz. Hal ini
yang membuat peneliti tertarik memilih lokasi ini sebagai tempat
penelitian.
E. Telaah Pustaka
Salah satu fungsi telaah pustaka yaitu menyediakan informasi
tentang penelitian-penelitian yang lampau dan berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Proses ini bertujuan untuk
menghindari pengulangan (duplikasi) dari penelitian terdahulu dan
membimbing kita pada apa yang perlu kita teliti keterkaitan dengan
peneliti yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hariadi, Komunikasi
Interpersonal antara pengasuh dan santri dalam pembentukan
karakter santri di pondok pesantren Al-Mahsum Khidir NW Dasan
Tapen Kec. Gerung Lombok Barat.7
Penelitian tersebut membahas tentang komunikasi
interpersonal pengasuh dengan santri untuk membentuk karakter
santri dimana pada bab pendahuluan menjelaskan sedikit tentang
manusia sebagai makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang
lain, dalam hal ini manusia saling mengenal satu sama lain dengan
berintraksi dan berkomunikasi. Kemudian dalam pembahasnnya
peneliti menjelaskan komunikasi interpersonal dan menekankan
pentingnya komunikasi interpersonal pengasuh dengan santri.
7 Ahmad Hariadi, “Komunikasi Interpersonal antara pengasuh dan santri dalam
pembentukan karakter santri, (Skripsi, FUSA UIN Mataram, Mataram 2011), hlm. 60.
6
Karena komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
paling efektif uuntuk membentuk karakter santri. Hasil dari
penelitiannya Ahmad Hariadi mengemukakan bahwa kepercayaan
diri santri menjadi tumbuh dan berkembang dari hasil konsultasi
pribadi, menghafal, memberikan teladan dan motivasi, dan yang
terakhir yaitu pemberian sanksi terhadap santri yang melanggar.
Kemudian bentuk kegiatan seperti ini diharapkan mampu untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan mampu
membentuk santri yang berkarakter.8Kesamaan dari penelitian
tersebut sama-sama membahas tentang komunikasi interpersonal.
Perbedaannya penelitian yang dilakukan Hariadi lebih kepada
komunikasi interpersonal antara pengasuh dan santri Sedangkan
penelitian ini membahas tentang komunikasi interpersonal antara
orang tua dan anak dalam pembentukan karakter. Perbedaannya
juga pada pendekatan yang digunakan pendekannya menggunakan
pendekatan kualitatif sedangkan penilaian ini menggunakan
pendekatan fenomenologi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fahriani, Komunikasi Interpersonal
Pemerintah Desa dengan penambang emas di Sekotong. (Studi kasus
di Dusun Bengkang Desa Buwun Mas Kec. Sekotong).9
Penelitian ini membahas tentang komunikasi interpersonal
pemerintah desa dengan penambang emas. dalam berkomunikasi
secara tatap muka baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan.
8 Ibid,hlm.61 9Fahriani, “Komunikasi Interpersonal Pemerintah Desa dengan penambang emas
Sekotong, ( Skripsi, FDK IAIN Mataram, Mataram 2015), hlm. 55.
7
tujuan komunikasi pemerintah desa menggunakan komunikasi
interpersonal adalah merupakan bentuk dari usaha mengubah
para penambang supaya berhenti melakukan penambangan
tersebut karena sangat berbahaya bagi diri sendiri, lingkungan,
dan masyarakat setempat.10 Kesamaan penelitian tersebut sama-
sama membahas mengenai komunikasi interpersonal. Kemudian
perbedaannya penelitian tersebut lebih ke komunikasi
interpersonal pemerintah desa dengan penambang emas.
Sedangkan peneliti memfokuskan penelitian pada komunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak dalam pebentukan
karakter.
3. Jurnal yang diteliti oleh Yenni Wijayanti dengan judul Proses
Komunikasi Interpersonal Ayah Dan Anak Dalam Menjaga
Hubungan.11
Penelitian ini membahas atau menjelaskan mengenai
bagaimana menjaga hubungan dalam rumah tangga. Penelitian ini
dilakukan untuk memahami bagaimana proses komunikasi
interpersonal ayah dan anak dalam menjaga hubungan. Dalam
penelitian ini dijelaskan mengenai seorang ayah yang memiliki dua
peran karena seorang istri yang mengalami sakit keras. Dua peran
ayah ini adalah sebagai seorang ayah yang banting tulang mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan kedua anaknya dan
membiayai perawatan istrinya dan disini juga ayah berperan
10 Ibid, hlm.57 11 Yeni Wijayanti, Proses Komunikasi Interpersonal Ayah Dan Anak Dalam Menjaga
Hubungan, jurnal E-Ekonomi. Vol. 1 Nomor 3 Tahun 2013, hlm. 128.
8
sebagai ibu menggantikan istrinya memberikan kebutuhan jasmani
dan rohani kedua anaknya.12
Dari hasil penelitiannya, Yenni Wijayanti menyatakan bahwa
untuk menjaga hubungan ayah dan anak agar tetap baik yaitu
melakukan pembicaraan atau komunikasi yang rutin dan berusaha
untuk melakukan hal-hal yang dapat mengisi kesepian anaknya
dan sangat menyadari betapa pentingnya sebuah kedekatan untuk
tetap menjaga hubungan.13 Kemudian Kesamaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan Yenni sama-sama membahas
mengenai komunikasi interpersonal dalam rumah tangga.
Kemudian perbedaannya penelitian yang dilakukan yenni wijayanti
lebih kepada proses komunikasinya sedangkan penelitian ini lebih
kepada bentuk komunikasi interpersonal antara orang tua dan
anak dalam pembentukan karakter. Perbedaannya juga pada jenis
penelitian dan pendekatan penelitian yang digunakan,
penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus sedangkan penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua
orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pertanyaannya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal
diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu diadik
12 Ibid, hlm.129 13 Ibid, hlm.129
9
dan komunikasi triadik, Komunikasi diadik adalah komunikasi
interpersonal yang berlangsung antara dua orang yakni yang
seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan
seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Komunikasi triadik
adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga
orang. Yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal ini adalah
komunikasi Diadik (Dyadic Communication) yang melibatkan hanya
dua orang, seperti suami istri, ayah dengan anak, guru dan murid.
Dalam komunikasi ini kedekatan hubungan pihak-pihak yang
berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon
nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif,
dan jarak pisik yang sangat dekat. Komunikasi interpersonal juga
sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,
karena kita dapat menggunakan kelima alat indra untuk
mempertinggi daya bujuk pesan kita.14
Menurut josep A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal
Communication Book” yang dikutip dalam bukunya Onong
mengatakan komunikasi interpersonal merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau di antara
sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberpa umpan
balik seketika.15
Malcom R Park sebagaimana dikutip dalam bukunya
Budyatna mendefinisikan bahwa komunikasi interpersonal
14 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), hlm.81 15Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti,1993)hlm.59
10
merupakan bentuk komunikasi yang terutama diatur oleh norma
rasional atau relational norm. komunikasi interpersonal biasanya
terjadi dalam kelompok yang sangat kecil dan bisa juga terjadi
dalam kelompok yang lebih besar.16
Menurut tokoh diatas komunikasi interpersonal merupakan
proses penyampaian dan penerimaan pesan berupa informasi
gagasan, fikiran yang dilakukan antara dua orang dan memiliki
batasan atau aturan-aturan tertentu.
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal.
a. Dialog
Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang
menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam
komunikasi bentuk ini berfungsi ganda. Masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses
komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku
komunikasi untuk saling pengertian (mutual understanding) dan
empati.17
b. Interaksi intim
Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman
baik, pasangan yang sudah menikah, anggota keluarga, dan
orang yang memiliki ikatan emosional yang kuat. Kekuatan dari
hubungan menentukan iklim interaksi yang terjadi. Di dalam
organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem
16 Muhammad Budyana dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi
Antarpribadi,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.14. 17Ibid, hlm.14
11
komunikasi informal. Misalnya, hubungan yang terlibat di
antara kedua orang teman baik dalam organisasi, yang
mempunyai interaksi personal mungkin di luar peranan dan
fungsinya dalam organisasi.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian dan
mempertimbangkan sesuatu. Nurkancana menyatakan bahwa
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan
proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Dalam evaluasi
ini terdapat percakapan tanya jawab seperti wawancara Dimana
dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab.
Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik
kemudian memberikan jawaban yang diinginkan.18
3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Richard L. Weaver dalam bukunya Budyatna “Teori
Komunikasi Antarpribadi” menyebutkan beberapa karakteristik
komunikasi interpersonal yaitu :
a. Melibatkan paling sedikit dua orang.
Komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang
menurut weaver, komunikasi interpersonal melibatkan tidak
lebih dari dua individu. Jumlah tiga orang dapat dianggap
sebagai kelompok kecil.
18 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,2005),hlm.160
12
b. Adanya umpan balik atau fitback
Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh
penerima kepada pembicara (komunikator). Umpan balik
komunikasi interpersonal seringkali dilakukan secara
langsung.
c. Tidak harus tatap muka.
Komunikasi interpersonal tidak harus dilakukan dengan tatap
muka, melainkan biasa juga dilakukan melalui telpon.
d. Menghasilkan beberapa pengaruh atau efek.
Untuk dianggap sebagai komunikasi interpersonal yang benar
maka sebuah pesan harus menghasilkan efek atau pengaruh.
e. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau nois.
Kegaduhan atau nois ialah setiap rangsangan atau stimulus
yang mengganggu dalam proses pembuatan pesan.19
4. Faktor-faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal.
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat
mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga
informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu :
a. Pengaruh status
Perbedaan status sering kali menjadi hambatan ketika
berkomunikasi. Misalnya pembantu dengan majikannya, anak
dengan orang tuanya, dan sebagainya. Orang dengan status
19 Ibid, hlm. 15-20
13
yang lebih rendah umumnya tunduk dan patuh kepada orang
dengan status yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan orang-
orang dengan status yang lebih rendah takut atau kesulitan
mengemukakan pendapatnya, karena khawatir ia akan
mendapatkan respons negatif dari orang yang memiliki status
lebih tinggi.
b. Gangguan pada media yang digunakan
Hal ini terjadi ketika kita menggunakan media untuk
memperlancar komunikasi. Salah satunya adalah menggunakan
telepon atau handphone untuk berkomunikasi dengan lawan
bicara yang posisinya jauh dari kita. Ketika menggunakan
telepon terkadang sambungannya terputus-putus sehingga
telepon terganggu atau ketika mengirim pesan singkat menjadi
tidak terkirim dan sebagainya yang akhirnya menghambat
komunikasi.
c. Tidak ada tanggapan dari lawan bicara
Komunikasi satu arah bisa terjadi ketika lawan bicara
tidak memberi tanggapan atau respon atas pesan yang kita
sampaikan. Misal ketika orang tua menyampaikan pesan atau
arahan kepada anak namun anak tidak menghiraukan dan
tidak menanggapi pesan yang disampaikan orang tuanya
sehingga komunikasi diantara keduanya akan terhambat dan
tidak akan berjalan lancar.
14
d. Gangguan semantik
Gangguan ini disebabkan karena kita salah
mengucapkan atau salah menuliskan sehingga menyebabkan
kesalah pahaman atau salah penafsiran yang akhirnya pesan
yang disampaikan pun tidak dipahami sebagaimana mestinya.
Semisal ketika kita ingin menyebut atau menuliskan kelapa tapi
yang tersampaikan malah kepala, atau realitas dengan realisasi
dan sebagainya.20
5. Komunikasi Dalam Perspektif Islam
Komunikasi dalam perspektif islam telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an tentang bagaimana berkomunikasi, bertutur kata,
bersikap yang baik dan sopan. Qaulan adalah suatu pesan-pesan
keislaman yang mana dalam penyampaiannya itu dilihat dari
dalam komunikasi islam atau etika komunikasi dalam perspektif
islam dimana kaidah, prinsip, atau etika komunikasi dalam islam
ini merupakan panduan bagi kaum muslimin dalam berkomunikasi
baik dalam komunikasi interpersonal, kelompok, maupun
komunikasi massa dalam pergaulan sehari-hari. komunikasi dalam
perspektif islam lebih kepada pesan-pesan dakwah. Ada beberpa
Qaulan yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an di antaranya :
a. Qaulan Sadida.
Berarti perkataan, pembicaraan dan ucapan yang benar,
baik dari segi subtansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata
bahasa). Dari segi subtansi. Komunikasi islam harus
20 http://kampuskomunikasi.blogspot.co.id/2008/04/hamabata-komunikasi-
interpersonal.html, di akses pada tanggal 7-Juli-2019.
15
menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual,
perkataan yang benar, jujur tidak berbohong, merekayasa atau
memanipulasi fakta. Larangan berdusta (bohong) dijelaskan dalam
penggalan QS. Al-Haj ayat 30 yang berbunyi
artinya : dan Jauhilah perkataan perkataan dusta.
b. Qaulan Baligha
Artinya perkataan yang membekas pada jiwa, tepat,
sampai atau fasih,Qaulan Baligha juga dapat diartikan dalam
komunikasi yang efektif, tepat sasaran mudah dimengerti dan
tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat
sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas dan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh komunikan.
c. Qaulan Layyina
Berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara
yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati. Qaulan Layyina terdapat dalam Al- Qur’an yang
berbunyi :
16
Artinya : pergilah kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya dia
telah melampaui batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau dekat. (QS. Taha ayat 43-44).
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk
berkata yang lemah lembut, sehingga hati komunikan yang
diajak bicara akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan kita.
d. Qaulan Ma’rufa
Artinya ungkapan atau perkataan yang pantas. Salah
satu pengertian ma’rupan secara etimologis adalah Al-khair atau
ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi Qaulan Ma’rufan
mangandung pengertian perkataan atau ungkapan yang pantas
dan baik. Qaulan ma’rufan berkonotasi kepada pembicaraan
yang pantas, dan perkataan yang baik bagi orang yang belum
dewasa atau cukup akalnya.
e. Qaulan Karima
Artinya perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa
hormat, santun, dan lemah-lembut. Dalam QS.Al-Isra’ ayat 23
dijelaskan
17
bahwa perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara
dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau
mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi
dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati.
f. Qaulan maysura
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti
perkataan yang mudah. Qaulan Maysura (Maisuran) bermakna
ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti,
dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata
yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.21
6. Karakter
Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi
pekerti yang dimiliki setiap orang yang dapat membuat seseorang
terlihat berbeda dari orang lain. Keluarga dipandang sebagai
pendidik karakter yang utama pada anak, hal ini disebabkan
sosialisasi orang tua pada anak terjadi sejak dini sampai anak
dewasa. Melalui interaksi dengan orang tua, anak dapat merasakan
dirinya berharga.22
Pembentukan karakter yang baik menjadi isu sentral dan
tujuan utama yang ingin dicapai oleh keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Park dan Peterson dalam bukunya Sri Lestari
mendefinsikan karakter merupakan sekumpulan tarit positif yang
terefleksi dalam pikiran, perasaan, dan perilaku. Kemudian dari
21 Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada media Group,2003), hlm.165-169. 22Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2012), hlm.95
18
hasil penelitiannya menyatakan bahwa kekuatan karakter
berkorelasi negatif dengan problem perilaku dan emosi pada remaja
seperti depresi, delinkuensi, dan kekerasan. Ryan dan lackona
dalam bukunya Sri Lestari mengungkapkan bahwa dalam karakter
manusia terdapat tiga komponen yaitu:
a. Pengetahuan moral (moral knowing) dalam komponen
pengetahuan moral mencakup penalaran moral dan starategi
kognitif yang digunakan untuk mengambil keputusan secara
sistematis.
b. Perasaan moral (moral effect) yang mencakup identitas moral,
ketertarikan terhadap kebaikan, komitmen, hati nurani, dan
empati, yang semuanya merupakan sisi efektif dari moral pada
diri individu.
c. Tindakan moral (moral action) yang memiliki tiga komponen yaitu
kehendak, kompetensi, dan kebiasaan.23
Kemudian Koehler dan Royer mengemukakan ciri-ciri
karakter sebagai berikut :
a. Memiliki kepedulian terhadap orang lain dan terbuka terhadap
pengalaman dari luar.
b. Secara konsisten mampu mengelola emosi.
c. Memilik kesadaran terhadap tanggung jawab sosial dan
menerimanya tanpa pamrih.
d. melakukan tindakan yang benar meskipun tidak ada orang lain
yang melihat.
e. memilki kekuatan dari dalam untuk mengupayakan
keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
23 Ibid, hlm.95
19
f. mengembangkan standar pribadi yang tepat dan berperilaku
yang konsisten dengan standar tersebut.24
7. Teori-teori relasi interpersonal
Teori merupakan serangkaian bagian atau variable, definisi,
dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai penomena, teori berfungsi
mendeskripsikan, dan menjelaskan fenomena. Terkait dengan
penelitian ini peneliti memilih beberapa teori komunikasi
interpersonal untuk membantu peneliti menganalisis data yaitu :
a. Teori Kebohongan Antarpribadi
Teori ini dicetuskan oleh David Buller dan Judee Burgoon
pada teori ini ada tiga strategi dengan lebel falsifasi,
penyembunyian, dan dalih atau falsification, concealment, and
equivocation. beda ketiganya adalah falsifkasi menciptakan
khayalan, menyembunyikan sebuah rahasia, dan dalih
mengelak atau menghindar dari masalah itu. Ketiga itu berada
dalam payung mengenai konsep kebohongan atau Consef of
deception dimana sebuah pesan yang secara sadar disampaikan
oleh si pengirim atau membantu menciptakan keyakinan atau
kesimpulan palsu pada diri penerima. Teori kebohongan antar
pribadi berasumsi bahwa apa yang dipikirkan orang yang
berbohong dan lawan bicaranya yang berkata jujur adalah
bervariasi atau berbeda-beda tergantung pada jumlah atau
intensitas interaksi di antara keduanya dan situasi yang tengah
24 Ibid, hlm.107
20
dihadapi dan seberapa jauh mereka saling mengenal dan saling
menyukai satu sama lain.25
b. Teori Penetrasi Sosial
Teori penetrasi sosial (social penetration theory)
merupakan bagian dari teori pengembangan hubungan atau
relationship development theory. Teori penetrasi sosial
dikembangkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Teori ini
menjelaskan komunikasi sangat penting dalam mengembangkan
dan memelihara hubungan-hubungan antara pribadi
(interpersonal). Markman mengemukakan bahwa pasangan
suami istri yang memiliki komunikasi yang positif sebelum
perkawinan cenderung memiliki perkawinan yang lebih bahagia
setelah lima tahun daripada pasangan yang tidak memiliki
komunikasi yang positif sebelum perkawinan.26
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang
menekankan pada suatu kejadian, fenomena, atau gejala sosial,
yang mengharuskan peneliti turun kelapangan untuk mengamati
dan terlibat secara intensif sampai menemukan secara utuh apa
yang dimaksudkannya. Penelitian kualitatif bersifat “natural
25 Ibid, hlm.207 26 Ibid, hlm.226
21
seting” keadaan atau fakta yang alamiah tanpa direkayasa oleh
peneliti.27
Terkait penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi untuk meneliti fenomena yang ada dilapangan.
Peneliti menggunakan pendekatan ini karna pendekatan ini bersifat
alamiah, sehingga peneliti secara langsung berada di tempat
penelitian, berbaur dengan masyarakat dan pendekatan
fenomenologi ini sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan
mengenai komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
dalam pembentukan karakter. Richard E. Palmer menjelaskan
bahwa fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi
nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksakan kategori-kategori
peneliti terhadapnya.28
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian yaitu sebagai
instrument kunci dan untuk mengumpulkan data, serta peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan yang menyangkut isi dari
penelitian.
Peneliti langsung melibatkan diri dalam kehidupan subjek.
semua hal yang berkaitan dengan objek penelitian yang telah
ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan jadwal penelitian. Sebagai
pengumpul data maka peneliti berusaha mengumpulkan data-data
yang diperoleh baik dari hasil interview (wawancara), observasi,
27 Dja’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitataif, (Bandung:Alfabeta Bandung, 2014),
hlm.27. 28Dedy Mulyana, Metode Penelitian Komunikasi,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2008),hlm. 91.
22
dan dokumentasi, selain itu juga peneliti di lokasi penelitian
bertindak sebagai partisipan dan pengamat, sebagai pengumpul
data, peneliti bertindak mengamati fenomena-fenomena yang
terjadi dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
dalam pembentukan karakter di Desa Sesela Kec. Gunungsari
Lombok Barat.
3. Sumber Data Dan Jenis Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan berbagai sumber bila dilihat dari sumber datanya maka dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan dua jenis data yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada masyarakat setempat yang peneliti
tentukan sebagai objek penelitian.29
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah ada yang
diperoleh dari sumber data yang kedua dari data yang
dibutuhkan, dalam hal ini data yang telah didokumentasi oleh
lembaga berupa fakta-fakta yang ada.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti
menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data.
29 Ardial, Pradigma dan Model Penelitian Komunikasi,( Jakarta: Bumi Aksara,2015),
hlm. 359.
23
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data
dilapangan adalah:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.30
Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah observasi
langsung terhadap obyek yang diteliti, seperti mengadakan
pengamatan langsung terhadap komunikasi interpersonal antara
orang tua dan anak dalam pembentukan karakter. Peneliti
menggunakan metode observasi ini untuk mengumpulkan data
dan fakta-fakta yang ada di lokasi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan. ciri
utama dari wawancara ini adalah adanya kontak langsung secara
tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan pemberi
informasi (interviewe).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara tidak terstruktur, wawancara ini lebih bersifat
informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup,
sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara ini bersifat
30 Ibid, hlm.134.
24
luas dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan
suasana pada saat wawancara dilaksanakan.31
c. Dokumentasi
Metode atau teknik dokumenter ini merupakan teknik
pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan
penemuan bukti-bukti. Dokumen berguna karena dapat
memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok
penelitian.
Salah satu bahan dokumenter adalah poto. Poto
bermanfaat sebagai sumber informasi karena mampu
membekukan dan meggambarkan peristiwa yang terjadi.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti
dalam memahami penomena yang terjadi dilokasi.32
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori, dan suatu
uraian dasar. Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis. Dengan demikian, Analisis data
dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya
mulai dilaksakan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara
intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.33Dalam
31 Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2009), hlm. 179. 32 Ibid, hlm. 141. 33 Afifudin, Metodologi Penelitian Kualitatif,( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012),
hlm.145.
25
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa jenis teknik analisis
data yang dikemukakan oleh miles dan Huberman yang
mencakup tiga rangkaian kegiatan utama yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang
cocok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema
dan polanya. Sehingga dengan demikian data yang direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
memudahkan peneliti untuk mendapatkan data selanjutnya.
Adapun dalam penelitian ini data yang direduksi peneliti
adalah semua data yang diperoleh yang berkaitan dengan
bentuk komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
dalam pembentukan karakter.
b. Display Data
Display data atau sajian data merupakan data yang
didapat dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi
yang disebut berdasarkan focus penelitian dimulai dari data
pelaksanaan pra produksi, produksi dan paska produksi yang
dalam tiap tahapannya dilengkapi data mengenai hambatan-
hambatan sekaligus solusinya. Dengan demikian sajian data
yang peneliti peroleh akan dikumpulkan menjadi satu yang
nantinya akan membentuk suatu kesimpulan tertentu yang
dapat memahami makna dari semua data yang diperoleh, baik
itu dari hasil buku, wawancara, dan dokumentasi.
26
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah data disajikan maka dilakukan penarikan suatu
kesimpulan atau sering disebut dengan verifikasi. Setelah
dilakukan penelitian diharapkan semua data yang diperoleh
masih dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah
dilakukannya penelitian oleh peneliti akan mendapat
kejelasan dan maksud yang jelas dari objek yang diteliti.
6. Keabsahan Data Temuan
Kredibilitas atau keabsahan data bertujuan untuk
memberikan penjelasan bahwa temuan dilapangan yang
dituangkan dalam suatu karya ilmiah merupakan penomena yang
nyata dan pernah terjadi. Adapun teknik-teknik untuk lebih
menjamin keabsahan data dari informasi dalam penelitian ini
adalah :
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Sehingga dengan metode ini hubungan peneliti dengan sumber
data semakin akrab, saling terbuka dan saling mempercayai
sehingga tidak ada data yang disembunyikan.
b. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
27
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.34
Untuk menguji kredibelnya data yang diperoleh dari
responden atau sumber data, peneliti berupaya untuk
membandingkan satu sama lain, baik antar data maupun
metode yang digunakan. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triagulasi data yaitu menggunakan berbagai
sumber data, seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil
observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
c. Kecukupan Refrensi
Kecukupan refrensi adalah sebagai alat untuk
menampung dan menyesuaikan keritik tertulis untuk keperluan
evaluasi, serta untuk membantu peneliti mempermudah
pemahamannya terhadap permasalahan yang diteliti.
H. Sistematika pembahasan
Agar didalam pembahasan skripsi terdapat kesinambungan
dan sistemantis, maka disusun berdasarkan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan, memuat uraian tentang Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang
Lingkup dan setting penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori,
Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
34 Ibid, hlm. 143.
28
BAB II. Paparan Data dan Temuan, memuat data dan seluruh
temuan penelitian.
BAB III. Pembahasan, memuat peroses analisis terhadap
temuan penelitian.
BAB IV. Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan saran-
saran.
29
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan Ke-
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal √
2 Seminar/Ujian Proposal √
3 Memasuki Lapangan √ √
4 Tahap Seleksi dan Analisis √
5 Membuat Draf Laporan √
6 Diskusi Draf Laporan √
7 Penyempurnaan Laporan √
8 Skiripsi √
30
BAB II
PAPARAN DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Letak geografis atau letak suatu daerah pemukiman
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di
daerah tersebut. pemukiman masyarakat Desa Sesela terlihat
sangat padat dengan jarak antara rumah yang satu dengan yang
lainnnya sangat dekat atau berhimpitan. Luas wilayah Desa
Sesela 227,027 Ha dengan jumlah penduduk 13932 orang dan
terhitung 4160 KK. Secara geografis, Sesela merupakan salah satu
desa yang dekat dengan kota yang berjarak 2 km dengan kota
Mataram dan hanya dibatasi oleh sungai yang berada di sebelah
utara bandara lama Selaparang. Desa Sesela juga lumayan dekat
dengan pusat pariwisata sengigi secara tidak langsung
mempengaruhi sistem kemasyarakatan yang ada di tengah
kehidupan dengan tetap dipandang secara positif dapat
memberikan ruang gerak bagi sebagian warga untuk memenuhi
kebutuhan hidup seperti Pasar Seni Sesela yang berkaitan erat
dengan sektor pariwisata.
Selain itu, pengaruh kota juga tidak dapat dielakkan,
kehidupan masyarakat terpengaruh oleh hiruk pikuk kehidupan
kota dengan budaya gotong-royong warga mulai terkikis, pola
31
sikap dan tingkah laku remaja yang cenderung kearah negatif dan
lain sebagainya. Karna memang masyarakat lebih pada
penghadapan untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang
mempengaruhi tatanan bermasyarakat yang baik .35
Letak geografis ini memudahkan peneliti menemukan
dan mengetahui lokasi penelitian secara jelas, selain itu peneliti
juga dapat mengetahui beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh
lingkungan-lingkungan yang lain terhadap kehidupan masyarakat
dan para pemuda Desa Sesela.
2.Latar belakang dan sejarah Desa Sesela Kec. Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat
Sejarah Desa Sesela, kata sesela dalam bahasa jawa
kuno “Se’ artinya satu atau pertama “Sela’ artinya batu jadi Sesela
dapat diartikan sebagai ‘ batu pertama’ atau ‘satu batu’. Para
tokoh-tokoh masyarakat Desa Sesela mengatakan bahwa Desa
Sesela merupakan desa yang pertama di Lomok, terlepas dari
asumsi-asumsi masyarakat dan para ahli sejarah. Desa Sesela
resmi berdri pada tahun 1880, ditandai dengan adanya bapak
Muhammad sebagai kepala desa pertama saat itu. Setelah itu,
Desa Sesela di pimpin oleh H. Arif (1900-1924), kemudian H. Ach.
Saruji menjadi kepala Desa ketiga di Desa Sesela, dengan masa
jabatan tahun (1924-1959), jabatan kepala Desa Sesela kemudian
diemban oleh H. Zaeni As, kemudian TGH. Mustafa kama (1960-
35 Dokumentasi. Desa Sesela, Di Kutip Tanggal 12 Februari 2019.
32
1974), kemudian H. M. Ishak (1974-1975), kemudian bapak
muhsinin (1975-1976), kemudian bapak Darma Setiawan (1976-
1978), kemudian bapak Abd. Kadir (1978-1982), kemudian bapak
Abd. Hamid (1982-1990), bapak Ahmad Sanusi (1990-2001), TGH.
Muhajrin (2001-2013) selama dua kali masa jabatan dan untuk
saat ini bapak Asmuni, As. (2013 Sampai sekarang).
Menurut Drs. TGH. Munajib Kholid, salah seorang tokoh
ulama di Desa Sesela, menyatakan bahwa sejarah Sesela, bisa
ditarik dari sejarah pesebaran islam di masa Spanyol. Belum
menyebutkan ketika kejayaan islam di Spanyol, seorang hakim
pada saat itu memutuskan untuk tidak lagi mengemban amanat
sebagai hakim, dan ingin menyebarkan islam keseluruh dunia.
saat itu, beberapa sahabatnya menyarankan untuk berlayar ke
timur. Maka sampailah mereka ke Sumatra (Samudra Pasai),
kemudian ke Batavia. Dari pulau Jawa mereka terus melanjutkan
perjalanan kearah timur dan sampailah mereka ke Lombok.
kemudian mereka masuk ke Lombok Selatan. Lokasi tempat
kedatangan mereka kemudian dikenal dengan Jerowaru
(Pendatang Baru). Dari Jerowaru inilah para tokoh itu merancang
starategi dakwah, mereka menyebar ke berbagai tempat di
Lombok, termasuk ke Sesela. Kemudian tersebutlah empat tokoh
utama yang datang ke Sesela. Ke empat tokoh ini dikenal
namanya Nurussalam, Nurulalam, Nurul’alim dan Nurisah/
Nuraisyiah. Ke empat orang inilah yang kemudian menjadi
penghuni pertama di Desa Sesela. Mereka pun beraktivitas
33
membuka, menggarap dan memperluas lokasi mereka Di Sesela.
Ketika itu pula mereka membangun rumah kecil tempat mereka
berteduh dan membangun Jajar (majlis) tempat mereka beribadah
dan bermusyawarah.
Dari tahun ke tahun mereka tetap menjalankan dakwah, sehingga
para pengikut berdatangan dari segala penjuru. Ketika ke empat
tokoh ini merasa berkembang pesat, dimana banyak masyarakat
dari berbagai penjuru pulau Lombok berdatangan ke majis
mereka, akhirnya salah satu dari ke empat tokoh ini berinisiatif
membangun masjid. beliau adalah Nurussalam, beliau berinisiatif
membangun masjid untuk sarana dakwah. Selain mengemban
tugas dakwah, ke empat tokoh ini masing-masing memliki
kelebihan. Nurussalam memiliki keahlian di bidang pengobatan,
yang kemudian melahirkan tabib-tabib (dokter), Nurussalam
adalah tokoh pemerintahan, Nurul’alim adalah tokoh keagamaan
yang melahirkan para tokoh agama/ulama, dan yang terakhir
Nuraisyiah atau yang lebih dikenal dengan nama Nurisyah yang
merupakan tokoh ekonomi yang menghidupkan dan
mengembangkan perekonomian di Sesela. Inilah ulasan sejarah
singkat Desa Sesela yang kemudian kini menjadi masyarakat
agamis, terbukti dari banyaknya pondok pesantren yang berdiri
diri di Sesela. Kemudian dari empat tokoh ini, berdiri juga sebuah
masjid yang menjadi symbol persatuan masyarakat Sesela, yakni
34
masjid Nurussalam yang diambil namanya dari inisiator masjid ini
Nurussalam.36
3. Keadaan Penduduk
Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok
Barat, terdiri dari 11 Dusun. Penduduk asli Desa Sesela menurut
sejarah berasal dari Jawa yang mengemban tugas dakwah
menyebarkan agama islam ke Lombok dan menetap di Lombok,
kini masyarakat Desa Sesela juga sebagian kecil berasal dari
berbagai daerah seperti Lombok timur, Lombok tengah, dan masih
banyak lagi daerah-daerah asal masyarakat Desa Sesela yang kini
menetap menjadi masyarakat Desa Sesela. Warga masyarakat
Desa Sesela memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi bisa dilihat
dari kebersamaan atau kekompakkan dalam melakukan kegiatan-
kegiatan di masyarakat. Masyarakat Desa Sesela juga merupakan
masyarakat yang Agamis karena banyaknya pondok pesantren
dan tokoh agama seperti tuan guru dan ustaz/ah yang ada di
Desa Sesela. Jumlah penduduk berdasarkan dusun bisa dilihat
pada tabel di bawah ini
36 Hasil Wawancara, Dokumentasi, Desa Sesela, Di Kutip Tanggal 12 Februari 2019
35
Table 01
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, KK Desa Sesele
No. Dusun Jiwa
(orang) L P
JUMLAH
KK
1. Sesela Kebon Indah 2544 1239 1305 689
2. Sesela Dese 1101 529 572 312
3. Sesela Cengok 1278 621 657 402
4. Sesele Bile Tepeng 926 443 483 273
5. Sesela Lendang 823 378 448 259
6. Sesela Dasan Utama 2136 1058 1078 409
7. Sesela Lendang Utama 832 386 446 331
8. Sesela Kebon Bawak 745 347 398 381
9. Sesela Baret Kubur 1602 795 807 411
10. Sesela Kebon Lauk 1277 617 660 394
11. Sesela Muhajirin 665 314 351 299
Jumlah : 13932 6733 7199 4160
Sumber Data: Buku Profil Desa Sesela Tahun 2019
4. Keadaan Pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk membentuk kualitas
SDM masyarakat sehingga pemerintah mendukung pendidikan
dengan membuat program-program untuk kepentingan
pendidikan dengan tujuan mencerdaskan anak-anak bangsa.
Masyarakat Desa Sesela rata-arata sudah menikmati bangku
36
pendidikan. walaupun ada sebagian orang yang tidak pernah
sekolah, rata-rata masyarakat Desa Sesela jenjang pendidikannya
SMA/ Sederajat selain itu masyarakat Desa Sesela juga banyak
yang sudah menjadi sarjana, menyelesaikan studi perguruan
tnggi dalam hal ini sebagian besar masyarakat Desa Sesela sudah
sukses dalam dunia pendidikan.37
Tabel 02
Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Sesele
No Sarana Jumlah Keterangan
1. TK/PAUD 10 Aktif
2. SD/MI 6 Aktif
3. SMP/MTS 6 Aktif
4. SMA/MA 4 Aktif
5. Perguruan tinggi 1 Aktif
6. Yayasan 8 Aktif
Sumber Data: Buku Profil Desa Sesela Tahun 2019
37 Dokumentasi. Desa Sesela, di kutip tanggal 12 Februari 2019
37
Table 03
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sesele
Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 245 orang 207 0rang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK 180 orang 135 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah
sekolah
5 orang 3 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 1028 866 orang
Usia 18-56 tahun yang tidak sekolah 62 orang 116 orang
Usia 18-56 tahun yang pernah SD tapi
tidak tamat
228 orang 266 orang
Tamat SD/sederajat 684 orang 1245 orang
Tamat SMP/sederajat 669 orang 522 orang
Tamat SMA/sederajat 999 624
Tamat D1/sederajat 6 orang 4 orang
Tamat D2/sederajat 1 orang 2 orang
Tamat D3/sederajat 18 orang 19 orang
Tamat S1/sederajat 211 orang 121 orang
Tamat S2/sederajat 23 orang 5 orang
S3 - -
Tamat SLB A 4 orang 3 orang
SLB B - 1 orang
SLB C - -
38
Jumlah 4.363
orang
41.59 orang
Jumlah Total : 8.487 orang
Sumber Data: Buku Profil Desa Sesela Tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas masyarakat Desa Sesela rata-
rata berpendidikan walaupun ada yang tidak pernah sekolah,
dengan data tabel diatas terlihat perkembangan minat belajar
masyarakat Desa Sesela sangat tinggi, dengan semakin
banyaknya masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
5. Keadaan Ekonomi
Ekonomi masyarakat memang menunjang kehidupan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
prekonomian masyarakat Desa Sesela sangat beragam. Ada yang
bekerja sebagai petani, buruh tani, Pegawai Negri Sipil (PNS),
peternak, pedagang, pengrajin dsb. Rata-rata perekonomian
masyarakat Desa Sesela sebagai pengrajin rumah tangga dan
pedagang atau pengusaha.
39
Table 04
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian
JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
Petani 391 orang 40 orang
Buruh tani 72 orang 78 orang
Buruh migran perempuan - 34 orang
Buruh migran laki-laki 88 orang -
Pegawai Negri Sipil 175 orang 120 orang
Pengrajin industry rumah
tangga
823 orang 777orang
Pedagang keliling 25 orang 70 orang
Peternak 26 orang 3 orang
Nelayan 12 orang -
Montir 96 orang -
Dokter suasta 1 orang 1 orang
Perawat suasta 11 orang 13 orang
TNI 20 orang -
POLRI 9 orang -
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 52 orang 5 orang
Pengusaha kecil dan
menengah
100 orang 253 orang
Dukun kampung terlath - 2 orang
Jasa pengobatan alternative - 2 orang
40
Dosen suasta 6 orang 4 orang
Pengusaha besar 14 orang 2 orang
Arsitektur 5 orang -
Guru suasta 81 orang 72 orang
Seniman artis 32 orang 2 orang
Karyawan perusahaan swasta 150 orang 132 orang
Karyawan perusahaan
pemerintah
10 orang 4 orang
Jumlah Total : 1839 orang
Sumber Data: Buku Profil Desa Sesela Tahun 2019
Dengan tabel diatas dapat diketahui jenis pekerjaan
masyarakat Desa Sesela untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Peneliti memaparkan penduduk berdasarkan mata
pencaharian ini karena jenis pekerjaan yang dilakukan
masyarakat akan mempengaruhi karakter masyarakat itu sendiri
seperti yang dijelaskan oleh beberapa informan bahwa dalam
sejarahnya masyarakat Desa Sesela memiliki karakter dan bahasa
yang keras karena bekerja menjadi buruh di pelabuhan ampenan.
6. Keadaan Agama Dan Kepercayaan
Penduduk Desa Sesela yang berjumlah 12.341 orang
mayoritas beragama islam dan hanya beberapa orang yang beraga
Kristen dan hindu karena mereka penduduk baru atau pendatang
dan tinggal diperumahan yang berjarak cukup jauh dari
pemukiman masyarakat muslim.
41
7. Kegiatan Masyarakat
Masyarakat Desa Sesela dalam kehidupan sehari-hari
disibukkan dengan bekerja, belajar, sosial, berkomunikasi saling
tegur sapa yang hakikatnya sama seperti masyarakat yang lain.
Selain itu banyak kegiatan-kegiatan yang lain seperti mengadakan
pengajian umum mingguan, bulanan di masjid, kemudian
pengajian umum bulanan di kantor Desa. Selain itu masyarakat
yang lain juga memiliki jadwal pengajian harian yang khusus
mempelajari kitab-kitab kuning, seperti Nahwu, Fiqih, Perukunan
dan sebagainya. Selain kegiatan-kegiatan keagamaan masyarakat
juga mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti gotong-royong
pada hari jum’at dimasjid dan gotong royong mingguan di setiap
Dusun.
Kegiatan masyarakat Desa Sesela, Jika kita melihat
suasana di lingkungan Sesela pada waktu sore hari terlihat
suasana santri dan masyarakat, terutama, pemuda dan anak-
anak yang berpakaian rapi menggunakan pakaian busana muslim
yang berlalu lalang di jala-jalan, gang-gang, berkumpul, bermain
di halaman masjid seraya menunggu untuk waktu sholat magrib,
karna memang Masyarakat Desa Sesela giat dan semangat
menunaikan sholat secara berjamaah dan mengaji. Selain itu juga
banyak terlihat para pemuda yang senang nongkrong-nongkrong
42
di pinggir jalan, memang dalam segi karakter dan bahasanya
masyarakat Desa Sesela memang keras tapi jiwanya lembut. 38
B. Bentuk Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam
Pembentukan Karakter Didesa Sesela.
Bentuk komunikasi merupakan cara orang tua
berkomunikasi, berbicara dengan anak untuk mendidik dan
menanamkan sikap serta perilaku yang baik pada anak. Menurut
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang saya lakukan,
ada beberapa bentuk relasi interpersonal yang dilakukan antara
orang tua dengan anak untuk membentuk karakter anak yang lebih
baik. Bentuk relasi interpersonal antara orang tua dalam
pembentukan karakter di Desa Sesela yaitu dengan cara bedialog
agar mereka bisa berkomunikasi dengan anaknya sehingga orang
tua bisa memberikan pengertian penuh dan saling tukar menukar
pemikiran.
Komunikasi merupakan percakapan yang menunjukkan
terjadinya interaksi seseorang dengan orang lain. Dialog ini
dilakukan oleh orang tua dengan anak secara langsung secara
idividu. Percakapan atau dialog ini seringkali dilakukan oleh orang
tua dengan anak untuk mendidik dan mengajarkan kebaikan kepada
anak, menanamkan sikap dan perilaku yang baik dalam menyikapi
atau menjalani kehidupan yang akan dijalaninya dalam pergaulan di
38 Observasi, 19 Februari 2019.
43
masyarakat dengan saudara, teman, dan orang-orang yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya.
Wawancara dengan H. Bidin tokoh masyarakat di dusun
Sesela Dasan Utama beliau mengatakan
Semua orang tua menginginkan kebaikan untuk mendidik anak dan yang kedua yang harus kita terapkan adalah komunikasi, banyak orang tua yang jarang bahkan tidak pernah berbicara dengan anaknya seharusnya orang tua itu mengajak anak berbicara, mengajak anak untuk ngobrol. kita mengajak anak berbicara seperti teman dan mengajarkan dia menjadi anak yang baik. Kemudian makan bersama dengan anak itu sangat penting untuk menyatukan hati, makan bersama itu merupakan waktu yang sangat bagus untuk mendekati anak dengan mengajak berbicara sepatah dua patah dan bikin anak itu mengidolakan kita.39
H. M.Amin kadus Sesela Kebon Bawak mengatakan
Hubungan atau komunikasi orang tua dengan anak tetap bagus dan bentuk komunikasinya bagus jadi kalau menurut didikan saya lamunde mele ngajar kanak no atau nyilik kanak no beng ye mangan juluq baruq peringetne, tenak ngeraos” bahasa indonesianya kalau anda mau ngajar anak itu atau memarahi anak itu kasih makan dulu baru diperingati, ajak berbicara.40
Wawancara dengan TGH. Suhaeli selaku tokoh agama di Desa
Sesela beliau mengatakan.
Nabi Saw bersabda yang artinya : Ibu rumah tangga itu adalah lembaga pendidikan yang pertama, jadi harus orang tua itu pro
aktif untuk membimbing anaknya berkomunikasi sekalipun anak belum bisa berbicara. Oleh sebab itu makanya orang tua harus mengatakan yang baik-baik kepada anaknya, mengajarkan anaknya makan minum, mengajarkan anaknya berbicara, orang tua yang mengajarkanya tertawa dan lain sebagainya. Yang paling dekat dengan anak itu yang pertama adalah ibu, dan bentuk komunikasi orang tua dengan anak itu seringkali berbicara, berdialog berdua sambil duduk disaat
39
H. Bidin, Wawancara, Dasan Utama, 20 Februari 2019. 40 H. M. Amin, Wawancara, Kebon Bawak, 22 Februari 2019.
44
anak dan orangtua tidak ada kerjaan pokoknya kalau orang tua tetap bertemu dirumah pasti berkomunikasi berdialog saling tegur sapa. Memang dari dulu karakter masyarakat secara umum terutama pemuda memang kasar, jadi ndeqn tao bertiang berengeh, terutama pemudanya yang suka ngomong kasar tetapi ngomong kasar mereka itu tidak menampilkan kebencian tidak, bahkan sebaliknya ngomong kasar itu menunjukkan keakrabannya kepada temannya. tapi tidak semua orang seperti itu sebagian. Sekarang sudah mulai ada perubahan kalaupun ada munkin satu dua orang yang seperti itu. Na ini karater yang tidak perlu di pertahankan karna jelek masalahnya dan seringkali kita sampaikan lewat pelajaran-pelajaran di sekolah dan pengajian-pengajian untuk melakukan perubahan.41
Ustaz Zaenudin selaku tokoh agama juga mengatakan
“Komunikasi orang tua dengan anak selalu dilakukan, dengan cara berbicara, bercakap-cakap dirumah secara individu disaat duduk bersama anak, disaat kumpul-kumpul di rumah. Menyuruh anak agar tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan keresahan dan disuruh melakukan hal-hal yang bermanfaat”.42
Wawancara dengan tokoh masyarakat juga mengatakan.
leq pengalaman leq aku, leq dengan toaq siq nine maupun mame masalah pergaulan suruqne aku bergaul kance dengan siq bagus dalem artian ndeqn beng aku siq nindoq-nindoq no alesan ne kumbeqne, bareq dengan maling teparan te maling, dengan berayean trus betian teparan te metianng ne ngno wah knen siq dengan toak. Ndeqn beng ite bergaul-gaul, bergeng-geng. Beng ne sih ite laguq dalam ruang lingkup belajar. Perindividu, masing-masing caren badaq ite. Dalem artian setiap anak siq tujuan gne badak ye badakne, pokok ne setiep te nglakuang kesalahan pasti te langseng tebadak”. Terjemahanya “dari pengalaman saya, di orang tua yang perempuan maupun yang laki masalah pergaulan disuruh kita bergaul dengan orang yang bagus dalam artian saya idak di izinkan untuk nginep-nginep alesanya kenapa?, nanti kalau orang mencuri dikira kita yang mencuri, orang yang pacaran terus hamil dikira kita yang menghamilinya itulah maksudnya orang tua. Ndak dikasih kita bergaul-gaul, bergeng-geng, dikasih sih kita cuman kalau dalam lingkup belajar,
41 TGH. Suhaeli, Wawancara, Sesela Kebun Indah, 5 Maret 2019. 42 Ustaz Zaenudin, Wawancara, Sesela Dese, 8 Februari 2019.
45
Perindvidu, masing-masing caranya beritahu kita. pokoknya setiap kita ngelakuin kesalahan pasti langsung kita kasih tau.43
Hasil wawancara dengan tokoh pemuda yang mengatakan
“bede-bede ntan dengan toak, laguq menurut aku ja leq dengan toak ku mesak lamune salak siqn engat eku, leq bale taokn omehang aku ne, peringet aku ne. lamun siq leinang kadang lanseng ne omehang anak ne leq taokne nglakuin kesalahan no, otomatis ilak anak ne jari ye pokn girang ngelawan leq dengan toak. Arak endah siq cuek ndeqn peduli leq anakne, arak endah siq ngilon anak ne, dakan salak tetep ne ajum anakne”.44
Bahasa indonesianya, beda-beda cara orang tua, tapi kalau menurut
saya, orang tua saya kalau dia melihat saya salah salah, dirumah
tempat dia memarah saya, memperingati saya. Kalau yang lain
kadang langsung dimarahi anaknya di tempat dia ngelakuin
kesalahan otomatis anak menjadi malu sehingga anak itu jadi sering
melawan orang tuanya. Ada juga yang cuek tidak peduli dengan
anaknya, ada juga yang membela anaknya, walaupun salah tetap
dibela.
Andika selaku ketua remaja juga mengatakan
“tetep siq ne arak komunikasi orang tua dengan anak, misal contoh leq aku, kebanyakan ndeq narak ngerokok adiq-adiq no misal lamun kileng ite ngerokok, bolebelek ne ite leq bale. Marak leq aku jangke ngene belek ku tetep ne siliq ku ngerokok. Ye doang sih bentuk komunikasine ne kance badaqne aku ne dendeq sampe ngelakuin siq lenge-lenge”. 45
Bahasa indonesianya, Tetap sih kalau komunkasi orang tua dengan
anak, misal contoh di saya, kebanyakan tidak ada yang
ngerokok adik-adik saya. Miasal kalau kita di liat ngerokok kita
43 Khaerul, Wawancara, Dusun Sesela Barat Kubur, 9 Februari 2019. 44
Arya, Wawancara, Dusun Sesela Kebon Lauk, 16 Februari 2019. 45
Andika, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 19 Februari 2019.
46
akan dipukul dirumah. Kayak saya, sampae saya besar gini
tetap saya dimarahi ngerokok. Itu aja sih bentuk
komunikasinya dan saya diberitahu jangan sampae ngelakuin
yang jelek-jelek.
Ibu Srimuliani mengatakan
“lamun te ngeraos bercakap-cakap kance anak ajah anak no ngeraos sak kenak-kenak ndak turutang batur-batur sak girang ngeraos lenge. Aku ngeraos kance anakku pasne jangkene belajar, sebelumne lekak seekolah kance pasne manto tv”.46
Bahasa indonesianya, kalau kita ngomong bercakap-cakap
dengan anak itu ajari ngomong yang baik-baik jangan turuti temen-
temenya yang sering ngomong jelek. Saya juga ngomong sama anak
saya ketika anak sedang belajar, sebelum anak berangkat sekolah
dan ketika nonton TV.
Ibu Maurun juga mengatakan
“ketika anak pulang sekolah dan saat kumpul-kumpul makan bersama, saya mengajak anak berbicara bercanda-canda terkadang anak menceritakan pengalamanya disekolah, menceritakan temenya, pacarnya. Disana kita mengajarkan bagaimana bergaul , memilih teman yang baik. pasti orang tua selalu mengajarkan hal-hal yang baik tidak mungkin orang tua mengajarkan keburukan kepada anaknya”.47
Interaksi intim merupakan komunikasi yang dilakukan oleh
orang yang memiliki kedekatan dan emosiaonal yang kuat
seperti komunikasi antara teman baik, komunkasi anggota
keluarga. Percakan yang dilakukan oleh beberapa orang di
46
Srimuliani, Wawancara, Sesela Bile Tepeng, 5 Mei 2019. 47
Nur Hayati, Wawancara, Sesela Biletepeng, 5 Mei 2019.
47
dalam lingkugan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, nenek,
kakek dan yang lainya. Interaksi intim ini seperti berkumpul
berbicara, berkomunikasi dengan anggota keluarga untuk
membicarakan hal-hal yang penting atau hanya sebagai
pertemuan untuk membetuk hubungan yang akrab antara
orang tua, anak, saudara, dan anggota keluarga yang lain.
Wawancara dengan Ustaz Wir selaku tokoh agama di
Desa Sesele Beliau mengatakan.
“Komunikasi orang tua dan anak itu dilakukan dengan cara berkumpul dirumah seperti musyawarah kecil-kecilan memberikan pengarahan kepada anak, bagaiman cara bergaul dengan baik, menghindari perbuatan yang dilarang agama, dan bertutur kata dengan sopan dan baik
walaupun memang di Desa Sesele krakternya keras dari segi bahasa memang keras, kasar dan sebenarnya maknanya itu halus semuanya itu memiliki alasan. Memang masalah panggilan kebiasaan masyarakat Desa Sesela memangggil saudara atau teman sejawatnya jarang dengan panggilan aslinya selalu memanggil dengan lakap atau sebutan yang agak kurang bagus seperti Patimah dipanggil Timek, khodijah dipanggil Dijek. Kigiatan masyarakat sesele selalu mengadakan pengajian umum
seperti pengajian mingguan, pengjian bulanan yang diadakan di masjid, di mushola, dan di kantor Desa. Kemudian dari segi sosialnya masyarakat Desa Sesele bagus, jiwa kegotong-royonganya tinggi, hobi bersahabat”.48
Wawancara juga dengan bapak Kadus Sesela Dese beliau
mengatakan "Secara umum komunikasi orang tua dengan anak
itu dengan berkumpul berbicara dengan keluarga ada juga
secara perorangan atau individu perindividu untuk menasehati
membimbing anak bagaimana bergaul berbicara dengan orang
48 Ustaz Wir, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 10 Februari 2019.
48
tua dan antara teman dalam bergaul. Lingkungan juga
mendidik anak-anak, pemuda di sini untuk selalu saling
membantu satu sama lain karna dilihat dari kegiatan sosial
masyarakat disini sangat tinggi seperti gotong-royong, ratiban
atau hiziban, ketika ada acara-acara nikahan dan kegiatan-
kegiatan masyarakat yang lain”.49
Hasil wawancara dengan pak Asmuni selaku Kepala Desa
(kades) Meliau mengatakan.
“Gaya bicara atau bentuk komunkasi orang tua dengan anak pada dasarnya sama saja seperti masyarakat yang lain dalam membimbing, mendidik anak dan apabila ada masalah-masalah khusus yang di anggap berat itu tidak dibicarakan atau di musyawarahkan dengan lingkup keluarga kecilnya saja tapi juga mengikut sertakan keluarga yang lain dan masyarakat Sesela ini orangnya terbuka, sangat expresip dan jujur”.50
Pak Munawar selaku kadus Dusun Sesela Lendang juga
mengatakan “ kalau komunikasi orang tua dengan anak itu baik
bentuknya ya seperti komunikasi biasa kalau ada masalah anak
di ajak berkumpul untuk mencari solusinya untuk
memecahkan masalah. Kalau udah berkumpul sama bapak,
sama ibu dan anak itu pasti ada aja solusi yang ditemukan”.51
Hasil wawancara dengan Parman Andi selaku Sekertaris
Desa (sekdes), beliau mengatakan.
“Bahasa orang tua dalam mendidik anak, orang tua kan lebih tau perkembangan anak, bagimana orang tua itu
49 M. Saiful, Wawancara, Sesela Desa, 26 Februari 2019. 50 Asmuni, Wawancara Kepala Desa , 26 Februari 2019. 51 Munawar, Wawancara, Sesela Lendang, 24 Februari 2019.
49
bertutur kata, berperilaku yang baik karna orang tua itu sebagai suri tauladan bagi anak dan anak itu bagai memori yang kosong ketika ada sesuatu yang masuk langsung tersimpan. Karena itu kita sebagai orang tua harus peka dalam mendidik anak dengan mencontohkan cara komunikasi, cara berperilaku yang baik. Sehingga mereka akan turuti, tapi ketika orang tua berbahasa kasar maka anak juga akan mengikuti. Orang tua yang mana yang tidak mau anaknya menjadi anak yang baik, sepintar-pintar secermat-cermat orang tua melihat sekaligus mendidik dan mengawasi anak, karna seorang anak tidak bisa terlepas dari peranan orang tua untuk menentukan masa depan anak”.52
H. Najamudin selaku kepala Dusun Sesela Muhajirin juga
mengatakan, “ Komunikasi orang tua dengan anak itu semua
baik dan kalau ada sesuatu yang penting orang tua mengajak
anak untuk berkumpu-kumpul membahas sesuatu yang perlu
dibahas itu harus dilakukan dan kalau ada suatu masalah
dengan kelakuan anak itu dibicarakan secara individu mana
yang salah itu diberikan peringatan.53
Ibu Ma’iyah juga mengatakan
“iya tetap sih kita berbicara sama anak itu, saya ajarkan dia yang baik-baik ndeq narak so dengan toak ngajar anakne lenge-lenge kadang masalah pendidikane bicaraangte trus tetep so te suruq sholat berjamaah lalo so ye kance batur-baturangne kance batesingku so pergaulang ne ndak sugul bekedek lalok anankku ye ongkatte badaq ne. Kadang mesak-mesak ntan ku tenak ne ngeraos kadang kumpul-kumpul kance selapukne, sekeluage”.54
Bahasa indonesianya, iya tetap sih kita bicara sama anak itu,
saya ajarkan dia yang baik-baik ndak ada sih orang tua yang
mengajarkan anaknya yang jelek-jelek, masalah pendidikanya kita
52 Sekertaris Desa, Wawancara, 14 Februari 2019. 53 H. Najamuddin, Wawancara, Sesela Muhajirin, 24 Februari 2019. 54
Ma’iyah, Wawancara, Sesela Biletepeng, 6 Mei 20189.
50
bicarakan terus tetep sih kita suruh sholat berjamaah pergi sih
dia sama temen-temenya dan saya batasi pergaulanya jangan
keluar berbain terus anakku itu caranya saya kasih tau dia.
Kadang sendiri-sendiri caranya saya ajak anak berbicara kadang
kumpul-kumpul sama semuanya, sekeluarga.
Ibu Murniati juga mengatakan
“berkomunikasi dengan anak dilakukan saat duduk-duduk berumpul bersama keluarga berbicara seperti biasa dan memberikan saran agar tidak keluar, bergaul sama temanya terus karna kalau anak bersama teman-temanya anak jadi jarang pulang tidurpun kadang dirumah temanya”.55
Wawancara dengan ibu Maridah
“tetep ku tenak anakku ngeraos, ajahku ye sak kenak-kenak badakku ye lamun bergaul dait batur-baturbi bait bagusne teteh lengene dait ndekku beng ye sugul malem ye ntante didikne lamun ngeraos jaq tetep, anakku kan telu jari bareh sekek-sekek ntan ku badaqn kadang selapukne kumpul bejorak-jorak kance ngeraos saling terbuka”.56
Bahasa indonesianya, tetap saya ajak anak saya berbicara,
saya ajarkan dia yang benar-benar. Saya beritah dia kalau
bergaul sama temen-temen kamu ambil bagusnya buang
jeleknya dan tidak saya kasih dia keluar malam itu caranya
kita didik. Kalau bericara itu tetap,anak saya tiga jadi satu-
satu caranya saya kasih tau kadang semuanya kumpul
bercanda-canda dan berbcara saling terbuka.
Konsultasi merupakan proses pertukaran informasi yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan komunikator
55
Ibu Murniati, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 6 Mei 2019. 56
Ibu Muridah, Wawancara, Sesela Kebon Lauq, 6 Mei 2019.
51
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada komunikan.
Dalam hal ini secara tidak sadar sering dilakukan oleh orang tua
dengan anak. dengan bertanya mengenai aktivitas yang dilakukan
anak. Dalam proses Tanya jawab orang tua memberikan arahan
dan pengajaran mengenai hal-hal yang baik dan melarang anak
untuk melakukan sesuatu yang menurutnya tidak baik untuk
kehidupan masa depan anak.
Ibu noni mengatakan “kita sebagai orang tua harus
mengajarkan anak bagaimana menjadi anak yang baik, dan anak
itu diasuh oleh ibu dari masih bayi jadi anak kadang paling deket
sama ibunya sehingga ibu harus mengajarkan anak duduk,
berjalan dan berbicara. Bentuk komunikasi orang tua misalnya
kalau anak sekolah atau kerja ya kita sebagai orang tua kadang
bertanya kenapa telat pulang dan kita ajarkan anak agar tidak
mengikuti kelakuan temen-temenya yang nakal. Intinya orang tua
itu harus tetap mengontrol ana tapi jangan sampai anak merasa
terkekang”57
Azani selaku tokoh pemuda mengatakan
“Memang masyarakat sesela dari segi bahasanya keras, kasar. Namun orangnya baik dan bentuk komunkasi orang tua atau cara orang tua berkomunikasi dengan anak terkadang ketika kita pulang orang tua bertanya sudah kemana, apa yang dilakukan. Terkadang juga mengajak bebicara menayakan tentang kuliah dan memberikan pengarahan, saran untuk kuliah yang rajin jangan malas
57 Noni, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 14 Februari 2019.
52
dan jangan sampai mengkuti pergaulan temen-temenya yang tidak baik”.58
Hasil wawancara dengan masyarakat yang lain, juzi
junga mengatakan.
“Komunikasi antara orang tua dan anak itu bagus, anak kalau berbicara dengan orang tuanya dengan sopan namun orang tua kurang peduli terhadap karakter anaknya, orang tua lebih memperhatikan pekerjaan anak. anak-anak muda dalam berkomunkasi ketika saling tegur sapa sering menggunakan kata-kata kasar karna itu memang sudah
menjadi kebiasaan dan tanda akrap antara teman sejawat”.59
Ibu Paralah mengatakan
“tetep so te ngeraos. ite sebagae dengan toakne berkomunikasi dait anakte, laguq anakku lamun uleq trening ye girang ndot leq balen pisakne ni leq langan lauq, lamun ndeqman uleq petangku so ye, kance girang so ku
ketuan ye marak piran mek lekak trening, piran mek lekak sekolah lamun telat makat mek telat uleq lingte ketuan ne”.60 bahasa indonesianya, tetap sih kita ajak berbicara, kita
sebagai orang tuanya berkomunikasi dengan anak kita,
tetapi anak saya ketika pulang trening dia suka diem
dirumah ksepupunya di sebelah selatan, kalau belum
pulang saya cari dia, dan sering saya tanyak dia seperti
kapan mau jalan trening, kapan mau berangkat sekolah.
Kalau telat pulang, kenapa telat pulang itu caranya kita
bertanya.
Herawati juga mengatakan
“komunikasi dengan anak tetap dilakukan setiap hari. Saya mengajak anak berkomunikasi menganggap anak seperti teman, seperti sahabat, saya juga sering mengajak anak
58
Azani, Wawancara, Sesela Kebon Indah, 16 Februari 2019. 59 Juzi, Wawancara, Sesela Lendang, 8 Februari 2019. 60
Paralah, Wawancara, Sesela Barat Kubur, 5 Mei 2019.
53
saya berbicara dengan menanyakan masalah sekolahnya, pergaulannya, dengan siapa temenya bergaul dan saya suruh untuk rajin-rajin belajar ndak usah nakal”61
C. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan
Anak Dalam Pembentukan Karakter di Desa Sesele
Sebagai dasar dalam pembentukan karakter, Relasi
interpersonal antara orang tua dan anak harus dilakukan dengan
baik dan terarah sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.
Usaha dan upaya yang dilakukan para orang Tua di Desa Sesela
dalam melakukan relasi dengan anaknya terkadang tidak sesuai
dengan harapannya hal ini disebabkan karena berbagai kendala dan
faktor penghambat. Hambatan relasi interprsonal orang tua dan
anak yang biasa terjadi dalam komunikasi di antaranya penggunaan
media massa televisi dan Handphon (hp) menjadi faktor penghambat
komunikasi antara orang tua dan anak.
Menurut hasil wawancara dengan H. Bidin salah satu tokoh
masyarakat beliau mengatakan.
“kadang-kadang anak sekarang ini lebih hormat kepada Hp dari pada kepada orang tuanya contohnya ketika orang tua memanggil lama sekali menjawab sampe-sampe orang tua teriak untuk memanggil baru dia menjawab tapi ketika hp yang berdering langsung diangkat. Ketika orang tua berbicara anak juga tetep pegang Hp, Pokok hp ini yang
paling merusak”.62 Hasil wawancara juga dengan kadus Sesele Bile Tepung
beliau mengatakan
“Anak terkadang tidak menghiraukan orang tua atau celelehan, televisi merupakan salah satu hambatan relasi
61
Herawati, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 6 Mei 2019. 62 H. Bidin, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 20 Februari 2019.
54
orang tua dengan anak, terutama anak-anak yang masih kecil terutama anak laki-laki yang bandel juga kalau dibilangin. Televisi tidak hanya menjadi hambatan orang tua dalam menjalin komunikasi dengan anak, televisi juga mempengaruhi belajar anak. Apakalagi ketika waktu sholat dan belajar ngaji televisi itu sangat mengganggu. Selain televisi banyak media-media yang lain yang juga mempengaruhi seperti Hp, media sosial internet. Orang tua selalu menasehati agar anak tidak menonton televisi pada waktu belajar, waktu sholat dan mengaji”.63
Kesibukan memang membuat hubungan antara orang tua
dan anak menjadi renggang atau miss komunikasi. Apabila orang
tua sibuk bekerja mengejar karir pergi pagi pulang malam
membuat kebersamaan atau berkumpul dengan anak menjadi
jarang. sehingga intraksi dan komunikasipun jarang dilakukan.
Anak juga demikian sibuk bermain, bergaul dengan teman-
temannya begitu orang tua pulang anak tidak dirumah.
Menurut hasil wawancara dengan tokoh agama yang sangat
disegani, dihormati TGH. Munajib Kholid beliau mengatakan.
“Hambatan Komunikasi interpersonal orang tua dengan anak itu di karenakan orang tua sibuk mengejar karir atau pekerjaan, sehingga mereka lupa tanggung jawabnya kepada anak, maka terjadilah mis komunikasi orang tua dan anak. Sehingga anak gagal mendapatkan kasih sayang orang tua yang seharusnya di dapatkan lewat komunikasi”.64
Wawancara dengan kepala Dusun Sesela Barat Kubur yang
mengatakan.
“Hambatan komunikasi atau mis komunikasi antara orang tua
dengan anak karna kesibukan orang tua bekerja disawah dan di
63 Rusli, Wawancara, Sesela Bile Tepeng, 21 Februari 2019. 64 TGH. Munajib Kholid, Wawancara, Sesele Kebun Indah, 15 Februari 2019.
55
tempat-tempat kerja yang lain. Selain itu anak juga sibuk bergaul
dengan teman-temanya sehingga orang tua jarang bertatap muka
dengan anak”.65
Parman Andi selakuk Sekertaris Desa (sekdes) juga
mengatakan
“Hambatan komunikasi yang pertama jarangnya komunikasi orang tua dengan anak karna kesibukan diantara keduanya.
Kesibukan orang tua bekerja anak belum bangun orang tua sudah pergi bekerja, ketika orang tua pulang anak sudah tidur”.66
Ibu ma’nah mengatakan
“komunikasi dengan anak tetap dilakukan, dengan mengajak berbicara mengenai kuliahnya, pergaulanya kalau
anak telat pulang kuliah saya sebagai orang tua kawatir dan hambatan relasi interpersoanal saya dengan anak biasanya karna kita sibuk bekerja. Ibu bapak kerja anak kuliah, sekolah jadi jarang ketemu, ketemu sama anak biasanya sore sama malam hari”.67
Arya selaku tokoh pemuda Dusun Sesela Kebun Lauk juga
mengatakan “hambatan orang tua berhubungan dengan anak itu
karna pergaulan anak yang sibuk bermain, sibuk kumpul-kumpul
sama temannya sehingga orang tua kurang memperhatikan
anaknya”.68
Orang tua ketika melakukan tanya jawab, konsultasi
dengan anak memberikan pengarahan, saran, dan menanamkan
Akhlak yang baik pada anak. Namun dalam hal ini ada beberapa
hambatan yang membuat komunikasi ini tertunda seperti anak
65 Taopik, Wawancara, Kepala Dusun Sesele Baret Kubur, 22 Februari 2019. 66
Sekertaris Desa, Wawancara, 14 Februari 2019. 67
Ma’nah, Wawancara, Sesela Kebon Bawak, 6 Mei 2019. 68 Arya, Wawancara, Sesela Kebun Lauk, 16 Februari 2019.
56
jarang pulang karna anak lebih senang menginap atau tidur
dirumah temanya, selain itu juga anak sibuk bekerja membantu
prekonomian keluarga sehingga komunikasi tidak dilakukan. Pak
Man kadus Dususn Sesela Lendang Utama mengatakan,
“komunikasi orang tua dengan anak jarang dilakukan karna Kalau anak udah beranjak dewasa itu sudah renggang jarang berkomunikasi kadang ndak tau kapan pulang kapan pergi. Karana kalau anak sudah dewasa sudah agak pisah
dengan orang tua kurang dekat sama orang tua. Kadang anak itu kumpul-kumpul sama teman-teman remajanya, tidurpun kumpul pulangpun jarang apalagi berkomunikasi dengan orang tua itu jarang sekali. Jadi hambatan komunikasi orang tua dengan anak itu karna pergaulan anak selain itu juga karna keterbatasan tempat tinggal yang sempit setiap rumah itu ada yang 7 orang empat orang, jadi untuk tinggal bersama tidak mungkin sehingga anak-anak muda tidur dan kumpul dirumah temanya. kalau makan baru pulang kerumah”.69
Ibu Mahani juga mengatakan
“tetep, sering kita berbicara dengan anak, kalau dia sering keluar-keluar sama temen-temenya tetep saya kasih tau dia untuk tidak ngelakuin yang jelek-jelek, jangan ikuti temenya kalau ada yang minum-minum. Sering saya ajak berbcara
berdua, kalau dia pulang kerja juga saya ajak bicara. Hambatan saya berbicara sama anak itu karna kesibukan saya kerja anakpun juga sibuk kerja, kuliah jadi jarang ketemu itu dah hambatanya”.70
Wawancara dengan Nurhayati yang juga mengatakan
“komunikasi dengan anak tetap bagus, memberikan
masukan agar bergaul dengan teman-teman yang baik. namun kadang saya jarang berkomunkasi dengan anak karna anak saya juga sibuk kerja, sekolah kalau anak saya pulang kerja terkadang tidak pulang kerumah karna tidur dirumah temanya, anak saya tidur dirumah bibiknya. Karna
69 Man, Wawancara, Sesela Lendang Utama, 24 Februari 2019. 70
Maharani, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 6 Mei 2019.
57
temen-temen sesama remajanya sering kumpul-kumpul disana.71
Suryani juga mengatakan
“kalau saya tetap berkomunikasi dengan orang tua, kalau saya berada dirumah, saya sering bercanda-canda dengan orang tua saya dan kalau masalah didikan orang tua tetap mengajarkan kita kebaikan, jangan tinggalkan sholat, yang rajin kulian, jangan suka ngomongin orang. Kemudian hambatan kita berbicara dengan orang tua seperti orang tua sibuk kerja, anak kuliah atau kerja sehingga kita jarang ketemu dan berbicara dengan orang tua”.72
71
Nurhayati, Wawancara, Sesela Dasan Utama, 5 Mei 2019. 72
Suryani, Wawancaara, Sesela Kebon Indah, 27 Februari 2019.
58
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengumpulan data dan analisis data serta
merumuskan temuan penelitian, untuk mencapai tujuan penelitian
ini, peneliti melakukan tahap pembahasan. Pada pembahasan ini
peneliti akan mendialogkan temuan penelitian dilapangan dengan
teori atau pendapat para ahli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Relasi interpersonal antara orang tua dan anak di Desa
Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat, maka hasil temuan
penelitian akan diidentifikasi dan didialogkan dengan kajian teori
tentang relasi interpersonal antara orang tua dan anak di Desa
Sesela.
A. Bentuk Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Dan Anak
Dalam Pembentukan Karakter
Komunikasi merupakan aspek yang penting dalam kehidupan
sosial masyarakat untuk berinteraksi dengan ndividu yang lain dalam
lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan keluarga. Relasi
interpersonal dilakukan oleh dua orang secara langsung. Dalam relasi
interpersonal ini akan tercipta kedekatan, keakraban dan saling
pengertian satu sama lain.
Komunikasi interpersonal sangat efektif bila dilakukan orang
tua dan anak dalam upaya pembentukan karakter anak. Karakter itu
merupakan sifat, kepribadian seseorang yang bersifat dinamis dapat
berubah ubah. G.W. Allport berpendapat bahwa karakter atau
59
kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai
sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.73 Dalam
pembentukan karakter, keluarga yang bertugas mendidik anak dalam
hal ini orang tua sebagai guru bagi anak-anaknya harus mengajarkan
anak kebaikan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
dalam penelitian ini teori yang peneliti gunakan dalam penelitian
sesuai dengan temuan. Di Desa Sesela Relasi interpersonal antara
orang tua dan anak biasanya dilakukan dengan cara berdialog,
interaksi intim, dan evaluasi.
1. Dialog
Semua orang tua menginginkan anak yang memiliki krakter
yang baik. di dalam keluarga orang tua harus menerapkan
komunikasi, mengajak anak berbicara, berdialog dan menganggap
anak sebagai teman untuk menjaga hubungan dengan anak.
Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda,
masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara
bergantian. Orang tua berbicara, bercakap-cakap dengan anak
disaat makan bersama, saat menonton TV, dan disaat duduk santai
dengan anak.
a. Melakukan Percakapan Saat Makan Bersama
Makan bersama anak merupakan kesempatan orang tua
untuk menjalin kedekatan dan keakraban dengan anak dan
73
Agus Sujanto, Halem Lubis, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 94.
60
mengajak anak berkomunikasi, berdialog dengan menyampaikan
sepatah dua patah kata. Makan bersama dalam keluarga dengan
istri dan anak memperkuat ikatan, hubungan antara orang tua
dan anak kemudian dalam situasi itu akan timbul rasa
kebersamaan dalam keluarga. Ibu maurun mengatakan ketika
makan bersama anak, kita harus menyempatkan
berkomunikasi, bercakap-cakap dengan anak. makan bersama
orang tua sangat dinantikan setiap anak untuk berkumpul
berbicara, saling bercerita mengenai pengalaman orang tua
maupun anak.
Berbicara, bercakap-cakap dengan anak memang
biasanya dilakukan ketika berkumpul makan-makan, dalam
suasana ini sangat tepat bagi orang tua memberikan
pengarahan, pelajaran. Menanamkan sifat, akhlak yang baik
pada anak. H. Muhammad amin mengatakan kalau kita ingin
mengajar anak itu pilihlah waktu yang tepat untuk meluangkan
waktu mengajak anak berbicara, seperti dengan makan
bersama-sama. Ketika makan bersama orang tua bercakap-
cakap secara tatap muka sehingga respon atau umpan baliknya
dapat diketahui secara langsung. sebagaimana dijelaskan oleh
Josep A. Devito komunikasi interpersonal merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang dengan
beberapa umpan balik seketika.
61
b. Percakapan Disaat Nonton TV
Berkomunikasi bercakap-cakap dengan anak sambil
nonton TV dan saat anak sedang belajar. Membantu anak
mengerjakan tugasnya dan menanamkan sifat, sikap yang baik
pada anak. orang tua yang paling dekat dengan anak itu adalah
ibu karna seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu
bersama ibu dan lebih banyak mendapatkan kasih sayang dari
ibu.
TGH. Suhaeli mengatakan Nabi Saw bersabda yang
artinya ibu adalah lembaga pendidikan yang pertama bagi anak.
Oleh karena itu seorang ibu harus aktif mengajak anak
berkomunikasi, berdialog dengan kata-kata yang baik. memang
karakter masyarakat secara umum terutama pemuda memang
kasar dari segi bahasanya. Penggunaan bahasa ungkapan yang
kasar ini tidak menimbulkan kebencian, bahkan sebaliknya
dengan bahasa kasar itu menunjukkan keakraban dengan
temannya.
c. Percakapan Ketika Duduk Santai.
Komunikasi orang tua selalu dilakukan dengan cara
mengajak anak berbicara, berdialog. Dalam proses dialog orang
tua membimbing dan mengajarkan anak agar melakukan hal-hal
yang baik dan bermanfaat. Orang tua berbicara dengan anak
disaat anak berada dirumah duduk bersama orang tua, namun
62
ada juga orang tua yang enggan, malas berbicara dengan anak.
Disaat orang tua dan anak berada dirumah orang tua berbicara,
bercakap-cakap dengan anak dan saling bercand-canda.
Ustaz zaenudin mengatakan mengajak anak berbicara
dirumah sambil duduk-duduk berkumpul mengajarkan anak
agar tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan masalah, dan
diajarkan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat atau
sesuatu yang baik-baik. Dengan mengajak anak berkomunikasi
hubungan orang tua dan anak akan sangat dekat sehingga
terjalin hubungan yang baik diantara mereka. Irwin Altman dan
Dalmas Taylor dalam teorinya menjelaskan bahwa komunikasi
sangat penting dalam mengembangkan dan memelihara
hubungan antara pribadi.
2. Interaksi Intim
Interaksi intim ini dilakukan orang tua dan anak dengan
berkomunikasi, orang tua mengajak anak berkomunikasi mengenai
hal-hal yang biasa dilakukan anak dan terkadang orang tua sangat
marah ketika anak menjengkelkan atau melakukan sesuatu yang
membuat orang tua memarahi anak. Interaksi intim ini biasanya
dilakukan dengan komunikasi, berbicara secara individu,
berkumpul dengan anggota keluarga dan terkadang juga
melibatkan anggota keluarga yang lain dalam menyelesaikan
masalah yang dilakukan oleh anak.
63
a. Berbicara Berdua Secara Individu
Orang tua ketika berbicara dengan anak tentunya
menggunakan bahasa, kata-kata yang baik dan sopan walaupun
memang kebiasaan masyarakat Sesela memanggil, menyapa
saudara dan temanya dengan jejalean yaitu panggilan yang
kurang baik seperti loq kerek, Fatimah dipanggil Petimek, Dijah
dipanggil Dijek dan sebagainya. Orang tua terkadang mengajak
anak berbicara berdua secara ndividu untuk membimbing dan
mengajarkan anak untuk melakukan kebaikan, mengajarkan
anak untuk berkata jujur. Agama islam mengajarkan kita untuk
berkata yang baik, benar dan jujur atau Qaulan sadida dalam
QS. Al-Haj ayat 30 dijelaskan yang artinya : dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta. Ayat ini menjelaskan kepada kita
agar tidak berkata bohong dan harus berkata yang jujur.
Ketika anak melakukan kesalahan atau perbuatan yang
jelek langsung diperingati dan berbicara saling terbuka dengan
anak. Ibu maridah mengatakan dikeluarga saya, saya selalu
berkomunikasi dengan anak, kalau bergaul bersama teman-
temannya saya memberikan bimbingan kepada anak untuk
mengambil yang baiknya dan jangan ambil buruknya dan disaat
saya berkomunkasi dengan anak itu kita saling terbuka,
bercanda-canda.
64
b. Berbicara Dengan Anggota Keluarga Kecil
Mengajak anak berkumpul dirumah dengan anggota
keluarga seperti musyawarah kecil-kecilan memberikan
pengarahan kepada anak, bagaimana cara bergaul dan bertutur
kata dengan baik, sopan, dan lemah lembut menghindari
perbuatan yang dilarang agama. Seperti apa yang diajarkan
agama tentang cara berkomunikasi yang baik. sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Taha ayat 43-44 yang artinya : pergilah
kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya dia telah melampaui
batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau dekat.
Ayat tersebut diatas menjelaskan kepada kita bagaimana
berkomunikasi bertutur kata yang baik dan lemah lembut
seperti Qaulan Layyina yang berarti pembicaraan yang lemah
lembut dengan suara yang enak didengar dan penuh keramahan
sehingga menyentuh hati anak agar mau mengkuti apa yang
orang tua ajarkan.
c. Berbicara Dengan Anggota Keluarga Yang Lain.
Secara umum komunikasi orang tua dengan anak itu
diakukan dengan berkumpul berbicara dengan beberapa anggota
keluarga yang lain untuk menasehati dan membimbing anak.
Menurut pak Asmuni gaya bicara orang tua dengan anak pada
dasarnya sama seperti masyarakat yang lain. orang tua
mengajak anak berkomunikasi secara tatap muka secara
65
individu dan terkadang melibatkan anggota keluarga yang lain
seperti saudara, kakek, nenek untuk mencari solusi apabila
anak melakukan kesalahan. Untuk membentuk karakter anak,
orang tua lebih mengetahui perkembangan dan gerak gerik anak.
Orang tua harus memberikan contoh bagaimana cara
berkomunikasi, berperilaku yang baik, sopan terhadap orang tua
dan orang lain karna orang tua itu suri tauladan bagi anak.
Kalau orang tua mengajarkan berkomunikasi dengan bahasa
yang kasar tentu anak akan mengikuti. Orang tua harus cermat
dalam memantau perkembangan anak sekaligus mendidik anak
H. Najamudin mengatakan komunikasi orang tua dengan
anak itu semua baik dan kalau ada suatu yang penting orang
tua mengajak anak berkumpul atau membahas sesuatu yang
perlu dibahas dan kalau ada suatu masalah dengan kelakuan
anak hal ini akan dibicarakan secara individu maupun dengan
anggota keluarga yang lain karna memang interaksi intim
dilakukan anggota keluarga dan orang yang memilki ikatan
emosional yang kuat. Dalam bentuk komunikasi ini memang
tidak hanya dilakukan oleh dua orang karena dalam pengertian
yang lain komunikasi interpersonal terbagi dalam bentuk
kelompok. Malcom R Park mengatkan bahwa komunikasi
interpersonal biasanya terjadi dalam kelompok yang sangat kecil
dan bisa juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar.
66
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses untuk menilai dan
mempertimbangkan sesuatu dalam hal ini orang tua mengevaluasi
perilaku anak diluar rumah dengan berkomunikasi, berbicara
dengan bertanya mengenai aktivitasnya kegiatan ini dilakukan
untuk menilai perilaku anak apakah sesuai dengan perilaku yang
baik yang diajarkan dan diharapkan orang tua. Dalam suatu
keluarga orang tua harus mengajarkan anak bagaimana menjadi
anak yang baik. mendidik karakter anak dari kecil sehingga
menjadi kebanggaan orang tua.
Nurkancana menyatakan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Orang tua biasanya mengevaluasi
bertaya kepada anak mengenai aktivitas anak seperti :
a. Mengenai Pendidikan Anak
Orang tua tetap mengajak anak berkomunikasi dengan
bertanya masalah Pendidikan seperti kapan mau berangkat
sekolah, kapan mau berangkat trening, kapan ujian. Pertanyaan
ini yang sering ditanyakan oleh orang tua kepada anak .
pendidikan menjadi hal utama yang diberikan orang tua kepada
anak. Terutama pendidikan dalam keluarga mengenai karakter
anak, keluarga merupakan pendidik karakter yang utama pada
67
anak karena interaksi sosialisasi orang tua terjadi dari anak
masih kecil.
Azani mengatakan komunikasi atau berbicara dengan
orang tua selalu dilakukan. Orang tua mengajarkan kita hal-hal
yang baik dan membimbing kita agar tidak terjerumus pada
pergaulan yang tidak baik dan ketika berbicara dengan orang
tua, orang tua sering bertanya mengenai penddikan saya,
bagaimana kuliahnya, rajin-rajin kuliah jangan malas, itulah
bentuk kepedulian dan saran yang diberikan orang tua agar kita
menjadi orang yang sukses.
Dalam situasi ini terdapat dua orang yang terlibat dalam
percakapan dimana salah seorang mengajukan pertanyaan
untuk mendapatkan informasi mengenai apa yang ingin
diketahui dan lanya memberikan jawaban. Berbagai literatur
percakapan dipandang sebagai bentuk komunikasi diadik yang
melibatkan dua orang dalam percakapan dengan tujuan
tertentu. 74
b. Mengenai Pergaulan Anak
Pergaulan anak terkadang membuat orang tua khawatir
tentang perilaku anak. Karena orang tua tidak mengetahui
aktivitas yang dilakukan anak diluar rumah. Sehingga orang tua
selalu bertanya mengenai pergaulan anak seperti dengan siapa
74
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Komunikation, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 16.
68
dia bergaul, sudah pergi kemana. Hal ini memang merupakan
bentuk kepedulian orang tua terhadap anak. Namun dalam
proses tanya jawab ini terkadang anak menyembunyikan
sesuatu karena kegelisahan atau ketakutan untuk diketahui
oleh orang tuanya, sehingga anak bisa saja tidak mau
menceritakan kelakuan buruknya.
David Blumer dan Judee Burgoon dalam teorinya
menjelaskan bahwa apa yang dipikirkan orang yang berbohong
dan lawan bicara yang jujur itu berbeda-beda tergantung pada
intensitas interaksi pada keduanya dan situasi serta seberapa
jauh mereka saling mengenal dan menyukai.
c. Pekerjaan Anak
Orang tua yang anaknya bekerja menjadi kebanggaan
orang tua karna dapat membantu prekonomian keluarganya.
Sehingga terkadang orang tua lebih memikirkan, mementingkan
pekerjaan anak dari pada karakter anaknya, pemuda Sesela
banyak yang bekerja di Senggigi, di Gili yang menjadi tempat-
tempat wisata menjadi karyawan hotel dan sebagainya,
lingkungan pekerjaan juga dapat mempengaruhi karakter anak.
Kebiasaan-kebiaasan buruk di tempat kerja terkadang
dibawa ketempat tinggal sehingga di ikuti oleh pemuda yang lain,
karna pemuda-pemuda Sesela menyukai sesuatu yang baru dan
tidak melihat hal itu buruk atau baik. Hal ini membuat
69
kekawatiran orang tua terhadap anaknya sehingga orang tua
kadang bertanya tentang pekerjaannya seperti nak dimana kerja,
apa yang kamu kerjakan, berapa gajinya, jam berapa pulang.
Dalam situasi tanya jawab terkadang anak menanggapi dengan
baik dan terkadang tidak menanggapi sehingga komunikasi
orang tua dan anak tidak berjalan dengan baik karna tidak ada
fitbak atau jawaban dari anak.
B. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua
Dan Anak Dalam Pembentukan Karakter.
Hambatan-hambatan komunikasi interpersonal antara orang
tua dan anak merupakan suatu penghambat atau kendala hubungan
orang tua dengan anak dalam pembentukan karakter. Orang tua
mengalami banyak kendala dalam berinteraksi secara interpersonal
dengan anak, orang tua harus memenuhi kewajibannya sebagai guru
bagi anak-anaknya memberikan pengajar mengenai sikap, perilaku
yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan
masyarakat, peneliti menemukan hambatan yang berbeda dengan
teori yang peneliti gunakan mengenai hambatan komunikasi
interpersonal orang tua dan anak. Peneliti menemukan ada beberapa
penghambat komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
dalam pembentukan karakter diantaranya :
70
1. Dialog
Interaksi orang tua dan anak dalam suatu keluaga
dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan anak dengan
menggunakan media. Penggunaan media dalam berkomunikasi
sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi mereka.
Pemanfaatan media memang tergantung siapa yang
menggunakannya bisa positif bisa juga negatif Menurut data dari
hasil observasi dan wawancara, yang menjadi faktor penghambat
komunikasi antara orang tua dan anak yaitu :
a. Televisi
Televisi merupakan alat penyebar informasi dalam bentuk
gambar dan suara atau audio visual. Dampak media massa
televisi ini sangat luar biasa mempengaruhi kehidupan
masyarakat, bisa berpengaruh positif seperti masyarakat
mendapat informasi mengenai berita-berita peristiwa atau suatu
kejadian. Selain itu televisi juga bisa berdampak negatif bagi
masyarakat terutama anak-anak yang menonton film sinetron
atau tayangan-tayangan yang mengandung unsur kekerasan
yang membuat anak teroma, takut atau meniru hal tersebut
Televisi juga membuat semangat belajar anak menjadi
kurang atau malas, mengabaikan panggilan orang tua karna
keasikan nonton TV, melalaikan sholat dan sebagainya. Dalam
berbagai literatur dijelaskan media massa telah mempengaruhi
hampir semua sisi kehidupan manusia modern, media massa
71
mempengaruhi pikiran kita, jadwal kegiatan sehari-hari, dan
mempengaruhi cara berpikir kita.75
b. Handphon (HP)
Handphon merupakan salah satu alat komunikasi yang
bisa dibawa kemana saja, dan sangat penting bahkan bisa
dikategorikan menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia
dalam berkomunikasi dengan teman, keluarga, rekan kerja yang
jaraknya jauh atau berbeda tempat. Dalam kehidupan modern
ini, semakin berkembangnya teknologi komunikasi pada
sekarang ini handphon tidak hanya digunakan untuk menelpon
atau mengirim pesan tetapi juga dapat digunakan untuk
mengakses internet dengan menggunakan aplikasi-aplikasi
tertentu seperti goggle, facebook, whatsaap, twiter, Game online
dan sebagainya yang dapat mempengaruhi anak-anak, pemuda,
dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan penggunaan internet terutama facebook dan game
online ini secara tidak sadar manusia dipengaruhi untuk
menunda aktivitas yang dilakukan. Dalam hal ini anak ketika
dipanggil, diajak berbicara selalu tidak memperhatikan orang
tua dalam menyampaikan suatu arahan-arahan atau pengajaran
orang tua yang pada dasarnya untuk kepentingan , kebaikan
anak untuk menyikapi atau menjalani hidupnya.
75
Hari Wiryawan, Dasar-Dasar Hukum Media, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 59.
72
H. Bidin berpendapat bahwa anak lebih taat kepada HP
dari pada kepada orang tuanya, anak bila dipanggil oleh orang
tua anak tidak mau atau lama menyauti panggilan orang tuanya
karena sibuk dengan HP tapi ketika HP yang berdering walaupun
anak sedang sibuk atau sedang tidur anak tetap bergegas
mencarinya dan menanggapinya. Alat komunikasi ini memang
pada era modern ini sudah menjadi kebutuhan manusia untuk
berkomunikasi dengan keluarga, teman, kerabat karib yang
berbeda tempat untuk mempermudah komunikasi. Hafid dalam
bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” mengatakan media
komunikasi antarpribadi lainya ialah telpon yang lebih banyak
digunakan untuk kepentingan bisnis. urusan keluarga dan
sebagainya. 76
2. Interaksi Intim
Interaksi Intim dilakukan oleh orang tua untuk memperkuat
hubungan yang baik antara orang tua dan anak sehingga orang tua
harus selalu mengajak anak berinteraksi dengan mengajak
berkomunikasi, berbicara dan memberikan perhatian kepada anak.
Namun dalam interaksi intim ini ada beberapa faktor yang
menghambat komunikasi orang tua dengan anak seperti:
76
Hafid Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT Raja Grapindo Prenada, 2012), hlm. 138.
73
a. Kesibukan Orang Tua Bekerja.
Kesibukan memang tak bisa dielakan karna memang
setiap manusia memiliki kesibukan tersendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Orang tua memiliki kesibukan bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sebagai pemimpin
atau kepala rumah tangga seorang ayah memiliki kewajiban
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya.
Sehingga seorang ayah jarang berkomunikasi dengan anaknya,
kedekatan anak dengan ayah selalu dihalangi oleh pekerjaan
sehingga peran ibu sangat dibutuhkan untuk memberikan kasih
sayang, didikan penuh terhadap anak. kesibukan orang tua
membuat komunikasi orang tua dan anak menjadi jarang dan
hubungan orang tua dengan anak menjadi renggang sehingga
karakter anak tidak terdidik.
Stephen F. Duncan dalam bukunya Love Learning
mengatakan komunikasi memiliki peran yang sangat penting
untuk membentuk sebuah hubungan yang dekat dan bermakna
sehingga orang tua harus meluangkan waktu untuk berbicara
dengan anak, sebelum sekil-sekil lain dapat bekerja, sangat
penting bagi orang tua dan anak untuk memprioritaskan waktu
berbicara bersama.77
77 Stephen F. Duncan, Love Learning Cara Penuh Cinta Mendampinggi Tumbuh
Kembang Anak, (Jogjakarta : image press, 2009), hlm. 45.
74
b. Pergaulan Anak Di Lingkungan Tempat Tinggal
Pergaulan anak merupakan salah satu interakasi sosial
yang dilakukan anak untuk mengenal lingkungan tempat ia
tinggal dan mengenal banyak orang dan mendapatkan banyak
teman. Dengan pergaulan, seorang anak dapat mengetahui dan
melakukan aktivitas-aktivitas dengan teman-temanya sehingga
anak aktif dan dikenal dilingkunganya. Orang tua dalam hal ini
harus berperan aktif dan selalu mengontrol aktivitas dalam
pergaulan anak tanpa harus mengekang kehidupan anak.
Arya mengatakan hambatan orang tua berbicara dengan
anak itu karena pergaulan anak yang sibuk bermain, sibuk
kumpul-kumpul sama temannya sehingga orang tua kurang
memperhatikan anaknya. Dari proses pertumbuhan anak dari
masa kecil higga beranjak dewasa anak belajar berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Setelah berinteraksi dengan
orang tua dalam lingkungan keluarganya anak kemudian akan
bernteraksi dengan kakek, nenek, tante, paman, tetangga, guru
dan sebagainya. Save M Dagun mengatakan semua interaksi
awal ini merupakan tahap anak mengenal dunia sekitarnya.78
Dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Sesela karakter dan
bahasa yang digunakan agak kasar dalam tegur sapa satu sama
lain. Penggunaan bahasa ini sudah terbentuk semenjak anak
masih kecil dari asuhan, pengajaran lingkungan keluarga dan
78 Save M Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta : Rieka Cipta, 1990), hlm 94.
75
lingkungan tempat tinggal. Penggunaan bahasa atau cara
seorang anak berbahasa, berbicara dengan orang tua, teman-
temanya ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Marchman
mengatakan pengalaman anak, jenis bahasa yang dipelajari, dan
konteks dimana pembelajaran terjadi dapat menimbulkan
pengaruh yang kuat terhadap penguasaan bahasa.79
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perilaku anak diluar
rumah. dalam konteks ini orang tua berkomunikasi dengan
bertanya kepada anak mengenai aktvitas yang dilakukan. Dalam
proses ini ada beberapa hambatan yang menghambat terjadinya
relasi intepersonal yaitu :
a. Anak menginap dirumah temanya
ketika anak mulai beranjak dewasa anak jarang berada
dirumah, anak lebih banyak bergaul bersama temanya dan
terkadang ketika waktu sholat, makan baru anak pulang
kerumah bahkan anak tidur dirumah temanya karna memang
memiki rumah yang sempit sehingga tidak memungkinkan anak
tidur dirumahnya dan memilh tidur dirumah temanya sehingga
hubungan orang tua dan anak menjadi renggang dan
komunikasipun jarang dilakukan.
Nurhayati mengatakan komunikasi dengan anak bagus
dan saya memberikan saran kepada anak agar memilih teman-
79
Jhon W. Santrock, Perkembangan anak, (Jakarta : PT Glora Aksara Pratama, 2007), hlm. 372.
76
teman yang baik. namun terkadang komunikasi dengan anak
jarang dilakukan karena anak jarang pulang anak sibuk bekerja,
sekolah, dan anak lebih senang tidur dirumah temanya, dirumah
biknya.
b. Anak Sibuk Bekerja
Komunikasi orang tua dengan anak tetap dilakukan dan
orang tua memberikan pengajaran, arahan untuk tidak
melakukan sesuatu yang tidak baik dan jangan mengikuti
kebiasan teman-temanya yang minum-minuman keras. Namun
dalam berkomunikasi ada hambatan yang membuat komunikasi
orang tua dengan anak tidak dapat dilakukan seperti anak yang
sibuk bekerja yang membuat orang tua jarang bertatap muka,
jarang ketemu dengan anak sehingga relasi interpersonal jarang
dilakukan.
Suryani mengatakan saya tetap berkomunkasi dengan
orang tua ketika saya ada dirumah dan bertemu dengan orang
tua, orang tua mengajarkan saya agar selalu melaksanakan
sholat dan tidak gibah atau membicarakan orang dan yang
menjadi penghambat saya berbicara dengan orang tua adalah
ketika saya kuliah, kerja sehingga saya jarang ketemu, jarang
berkomunikasi dengan orang tua. Memang waktu yang
digunakan untuk bekerja membuat anak jarang bertemu dan
berbicara dengan orang tua karna anak lebih banyak berada di
tempat kerja. Anak yang sudah remaja atau dewasa pasti
77
berusaha untuk mandiri dan membantu orang tua dalam
mencari nafkah.
Rasulullah bersabda yang artinya : kalau ia bekerja untuk
menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah jihad di
jalan Allah; kalau ia bekerja untuk menghidupi orang tuanya
yang sudah lanjut usia, itu adalah jihad dijalan Allah; kalau ia
bekerja untuk kepentngan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga jihad dijalan Allah; kalau ia bekerja karena riya’
atau sombong, itu jalan setan.” (HR. Thabrani)
78
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, peneliti menyimpulkan
beberapa kesimpulan terkait dengan penelitian ini sebagai berikut :
1. Bentuk relasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam
pembentukan karakter dapat dilakukan dengan cara :
a. Dialog
b. Interaksi intim
c. Evaluasi
2. Faktor penghambat relasi interpersonal antara orang tua dan anak
dalam pembentukan karakter di Desa Sesela Kecamatan
Gunungsari Lombok Barat.
Faktor penghambat relasi interpersonal antara orang tua
dan anak dalam pembentukan karakter di Desa Sesela antara lain:
1. Pengaruh penggunaan media, seperti media massa televisi dan
handphon.
2. Kesibukan orang tua dalam bekerja, sehingga orang tua tidak
dapat meluangkan waktu yang banyak untuk menjalin relasi
interpersonal dengan anak.
2. Pergaulan anak di luar rumah yang membuat anak jarang
berada dirumah membuat relasi interpersonal orang tua dan
anak jarang dilakukan.
79
B. Saran
1. Peneliti memberkan saran kepada orang tua agar selalu
meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak, mendidik
anak mengajarkan anak untuk menggunakan bahasa yang baik
dalam berkomunikasi dan menanamkan perlaku, sikap yang baik
pada anak agar terbentuk karakter yang baik pada anak.
2. kemudian untuk penelitian selanjutnya peneliti berharap agar
meneliti tentang komunikasi interpersonal antara orang tua dengan
anak dalam memperbaki hubungan karna selama melakukan
penelitian peneliti menemukan banyak orang tua yang memiliki
hubungan yang kurang baik dengan anak.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta :
Bumi Aksara, 2015
Afifudin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012.
Budyatna, Muhammad, Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011.
Canggara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2012.
Cangrga Hafid, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrapindo Persada, 2012.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
F. Duncan, Stephen, Love Learning Cara Penuh Cinta Mendampingi Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta : Image Press, . 2009.
Arifin Abdulloh, “Hambatan Komunikasi Interpersonal”,dalam http://kampuskomunikasi.blogspot.co.id/2008/04/hambatan-komunikasi-interpersonal.html. Diambil tanggal 4 Desember 2019,pukul 18.20.
Lestari, Sri, Psikologi Keluarga. Jakarta : Kencana Prenada Media Gerup, 2012.
L. Tubbes, Stewart, Moss, Sivia, Human Comunication. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1996.
M. Dagun, Save, Psiklogi Keluarga. Jakarta : Rieka Cipta, 1990.
Munir, Metode Dakwah. Jakarta : Prenadamedia Group, 2003.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Satori, Djam’an, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Bandung, 2014.
Sujanto Agus, Halem Lubis, Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara, 2014.
81
Wiryawan, Hari, Dasar-Dasar Hukum Media. Yogyakarta : Puataka Pelajar, 2007.
W. Santrock, Jhon, Perkembangan Anak. Jakarta : PT Glora Aksara
Pratama, 2007.
Zuriah, Nurul, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009.
82
LAMPIRAN
83
84