komunikasi nonverbal
DESCRIPTION
gesture, simbol, tanda, isyarat,TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social. Ia hanya dapat hidup berkembang dan
berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia
lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan
manusia adalah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting
dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh
komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal
maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat
vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang
seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya.
Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau
lingkungan sekitarnya. Makna bukan hanya timbul dari komunikasi verbal, yang
mudah ditangkap dan dipahami maknanya. Mungkin banyak yang mengira pada
saat berkomunikasi dengan orang lain yang paling penting diperhatikan adalah isi
dari perkataan yang disampaikan lawan bicaranya. Namun itu tidak cukup, banyak
gejolak emosi yang dirasakan manusia terlebih ketika berkomunikasi dengan
orang lain. Emosi tersebut bisa tidak ditunjukan dengan kata-kata, namun bahsa
non-verbal tidak bisa berbohong. Dengan melihat gestur, postur, ekspresi wajah,
dan petunjuk lainny, kita bisa membaca perubahan emosi yang dialami oleh
1
seseorang. Jadi tidak mungkin jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
menggunakan komunikasi non-verbal.
Penggunaan bahasa verbal dalam berkomunikasi hanya 35% dan 65% dari
komunikasi yang kita lakukan setiap hari adalah komunikasi non-verbal.
Komunikasi non-verbal terjadi sekitar 2/3 kalinya dalam sebuah percakapan.
komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal terus menerus.
Simbol verbal mulai dan berhenti, kami mulai berbicara pada satu saat dan
berhenti berbicara saat yang lain. Sebaliknya, komunikasi nonverbal cenderung
mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur
mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan
mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah,
mungkin santai.
Pesan-pesan nonverbal juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau
menegaskan pesan verbal seperti dalam sarkasme atau sindirian-sindiran tajam.
Kadang-kadang, komunikasi nonverbal mengganti pesan verbal. Misalnya, kita
tidak perlu secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya
mengacungkan dua jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna
kemenangan. Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan
verbal. Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi
dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama
percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi
penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan.
2
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian komunikasi non-verbal ?
- Apa saja karakteristik dari komunikasi non-verbal ?
- Apa saja pengaruh-pengaruh komunikasi non-verbal ?
- Apa fungsi komunikasi non-verbal ?
- Apa saja macam-macam tipe komunikasi non-verbal ?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi non-verbal
- Mengetahui karakteristik komunikasi non-verbal
- Memahami pengaruh komunikasi non-verbal
- Mengetahui fungsi dari komunikasi non-verbal
- Memahami macam-macam tipe komunikasi non-verbal
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sering kali muncul kesenjangan besar antara apa yang orang katakan dan
apa yang mereka rasakan. Seperti contoh ketika seorang pembicara mencoba
tampil dengan percaya diri, tetapi bertindak seperti orang yang ingin berteriak
keluar (gugup). Atau, ketika dalam pertemanan salah satu teman bertanya “kamu
kenapa?” dan teman yang satu menjawab “tidak apa-apa” padalah dalam hatinya
ada sesuatu yang mengganjal (masalah) pada kasus-kasus ini kita mendapatkan
respon yang tidak benar atau bohong.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak pesan yang kita dapat dan kita
sampaikan meskipun tanpa kata-kata sama sekali. Ekspresi marah, jengkel,
tersenyum, bahagia, dan yang lainnya bisa lebih memiliki makna dari kata-kata
yang diucapkan. Dalam materi kali ini kita mulai mempelajari komunikasi non-
verbal yang sepertinya terlihat mudah dengan arti “non” tidak dan “verbal” kata-
kata (lisan) jika disatukan komunikasi non-verbal yaitu komunikasi yang
tidak/tanpa kata-kata. Ini permulaan yang baik untuk mengetahui dan mempelajari
komunikasi non-verbal selanjutnya akan ditamilkan perbedaan antara komunikasi
verbal dan komunikasi verbal dengan suara dan tanpa suara.
Pengertian dari komunikasi non-verbal disini adalah “oral and nonoral
messages expressed by other than linguistic means.” Bukan hanya tanda bahasa
yang di tulis menggunakan kata-kata saja, tetapi juga pesan yang disampaikan yang
mempunyai makna tapi tidak memiliki bahasa ; tanda-tanda, ekspresi tertawa, bahagia,
sedih, dan ungkapan-ungkapan yang biasa kita dengar.
4
T A B L E 5 - 1 Types of Communication
Vocal Communication Nonvocal
Communication
Verbal
Communication
Spoken words Written words
Nonverbal
Communication
Tone of voice, sighs,
screams, vocal qualities
(loudness, pitch, and so on)
Gestures, movement,
appearance, facial
expression, and so on
Dalam tabel ini dijelaskan bahwa komunikasi verbal yang menggunakan
suara ; berbicara menggunakan kata-kata, dan komunikasi verbal tanpa suara;
menulis kata-kata. Sedangkan komunikasi non-verbal yang menggunakan suara
adalah nada suara, desauan, teriakan, kualitas suara (halus, lembut, cepat dan lain-
lain) dan komunikasi non-verbal tanpa suara; bahasa tubuh, gerak-gerik,
penampilan, ekspresi wajah dan lain-lain.
2.1 Karakteristik Komunikasi Non-Verbal
2.1.1. Nonverbal Communication Exists (keberadaan komunikasi nonverbal)
Dalam suatu pengamatan terbukti bahwa tanpa memahami pembicaraan
tidak mungkin akan memahami maksud dari apa yang dirasakan. Kalian pasti bisa
membedakan antara orang yang sedang tergesa-gesa akan berbeda dengan orang
yang bahagia, putus asa, kecewa, atau rapuh. Poin terpenting adalah tanpa
pengetahuan formal pun kalian sudah dapat mengenal dan sedikit banyaknya
5
sudah bisa menafsirkan pesan dari seseorang yang ditunjukan dengan cara
nonverbal.
2.1.2. Nonverbal Behavior Has Communicative Value
(Perilaku Nonverbal Memiliki Nilai Komunikatif)
Pada hakikatnya tidak akan mungkin kita menyampaikan pesan tanpa
menggunakan komunikasi non-verbal
pula. Sama pada foto yang ada di
halaman ini, pemaknaan/ pengartian
nonverbal dari foto itu bisa saja
ambigu, tetapi pada titik ini lah
komunikasi nonverbal dapat memiliki
nilai yang lebih komunikatif.
Biasanya kita tidak selalu
bermaksud utntuk mengirimkan pesan
non-verbal. Tanpa disengaja sikap
nonverbal yang satu akan berbeda dengan sikap yang lainnya. Contohnya sering
kali kita gagap, malu-malu, mengerutkan dahi, dan berkeringat tanpa maksud
yang sama. Beberapa teori berpendapat bahwa perilaku yang tidak disengaja dapat
memberikan informasi, tetapi seharusnya tidak terhitung sebagai komunikasi. Hal
yang menarik adalah batas-batas komunikasi non-verbal yang lebih luas, perilaku
yang tidak disengaja dalam menyampaikan pesan dipelajari dalam komunikasi.
Kami melihat secara luas, perilaku nonverbal yang disengaja orang lain akan
6
dapat mengenalinya dan menilai ketika menanggapinya. Walaupun prilaku non-
verbal mengungkapkan suatu informasi, kita tidak selalu menyadari atas apa yang
kita komunikasikan dengan non-verbal kita. Dalam satu studi, kurang dari
seperempat percobaan suatu subjek yang telah diperitahkan/diinstruksikan untuk
menujukan peningkatan atau penurunan rasa sukanya pada pasangan dapat
dideskripsikan/digambarkan dengan prilaku nonverbal mereka. Selanjutnya,
bukan berarti seorang komunikator yang ekspresif dalam non-verbal orang lain
akan mengikuti/ masuk kedalam banyak pesan yang tidak terucap tersebut. Salah
satu penelitian membandingkan komunikasi e-mail yang di konfirmasi pada
seseorang lebih kekayaan pesannya lebih banyak daripada informasi yang ada
dalam percakapan tatap muka (face to face) tetapi dalam study ini juga
menunjukkan bahwa beberapa komunikator (terutama pria) gagal untuk
mengenali pesan-pesan tersebut.
UNDERSTANDING COMMUNICATION TECHNOLOGY
EXPRESSIVENESS IN ONLINE COMMUNICATION
Communication scholars have characterized face-to-face interaction as "rich" in nonverbal cues that convey feelings and attitudes. Even telephone conversations carry a fair amount of emotional information via the speakers' vocal qualities.
By comparison, most text-based communica¬tion on the Internet, such as e-mail and instant messaging, is relatively lean in relational information. With only words, subtlety is lost. This is why hints and jokes that might work well in person or on the phone often fail when communicated online. Ever since the early days of e-mail, Internet correspon¬dents have devised a series of "emoticons" using typed characters to convey feelings. The most common of these is the symbol :) , which, of course, represents humorous intent.
Less commonly used emoticons convey other emotions::-( is a frown, :-0 surprise, and so on. Even though you can't make your voice louder or softer or change its
7
tone in type, you can use regular keyboard characters to convey a surprisingly large range of feelings.
Asterisks Not all e-mail and instant messaging systems allow the use of italics, which are useful for emphasizing a point. Enclosing a statement in asterisks can add the same sort of light emphasis. Instead of saying I really want to hear from you,you can say I *really* want to hear from you.
Notice how changing the placement of asterisks produces a different message:
I really want to hear from *you.*
Capitalization Capitalizing a word or phrase can also em¬phasize the point:
I hate to be a pest, but I need the $2 0 you owe me TODAY.
Overuse of capitals can be offensive. Be sure to avoid typ¬ing messages in all uppercase letters, which creates the im¬pression of shouting:
HOW ARE YOU DOING? WE ARE HAVING A GREAT TIME HERE. BE SURE TO COME SEE US SOON.
Multiple Methods of Emphasis When you want to em¬phasize a point, you can use multiple methods:
I can't believe you told the boss that I sleep with a teddy bear! I wanted to *die* of embarrassment. Please don't *EVER* **EVER** do that kind of thing again.
Use this type of emphasis sparingly, and only where you want to make your point very strongly.
Adapted from K. Baker and S. Baker, How to Say It Online (New York: Prentice Hall, 2001)
Fakta bahwa anda dan orang-orang disekitar anda terus menerus
mengirimkan pesan nonverbal penting karena itu berarti anda memiliki sumber
informasi yang stabil yang tersedia dalam diri sendiri dan orang lain. Jika anda
dapat mengatur tanda-tanda ini, anda akan lebih sadar tentang bagaimana orang-
8
orang di sekitar anda dan berpikir, dan anda akan lebih mampu menanggapi
perilaku mereka.
2.1.3 Nonverbal Communication Is Primarily Relational
(Komunikasi Nonverbal adalah hubungan yang utama)
Beberapa pesan nonverbal melayani fungsi yang bermanfaat. Sebagai
contoh, seorang polisi mengtur arus lalu lintas dan pengguna jalan raya dengan
menggunakan gerakan tangan untuk mengkordinaksian pekerjaannya. Tetap
komunikasi nonverbal melayani jauh lebih umum (dan lebih menarik) dari
serangkaian fungsi sosial. Salah satu fungsi sosial yang penting dari komunikasi
nonverbal adalah mengelola identitas diri. Pada bab sebelumnya (bab 2) telah
dibahas bagaimana kita berusaha untuk membuat gambaran diri sendiri karena
kita ingin orang lain mengenali kita. Komunikasi nonverbal memainkan
pentingnya peran dalam sebuah proses, dalam banyak kasus komunikasi
nonverbal lebih penting dari komunikasi verbal. Misalnya, apa yang terjadi ketika
anda menghadiri sebuah pesta di mana anda akan bertemu orang asing (orang
lain) yang ingin mengenali anda lebih. Alih-alih menginterpretasikan diri anda
secara verbal (“hai! Aku menarik, ramah, dan santai”), tapi anda malah akan
berprilaku dengan cara yang akan menghadiri identitas anda. Mingkin anda akan
lebih banyak senyum atau dengan sikap yang lebih santai. Hali ini juga
kemungkinan anda akan lebih memperhatikan cara berpakaian anda, karena itu
akan menggambarkan sikap perhatian anda pada penampilan sendiri.
9
Seiring dengan mengelola identitas diri, komunikasi nonverbal
memungkinkan kita untuk menentukan jenis hubungan yang ingin kita bina
dengan orang lain. Kita dapat menilai ini bahkan memiliki berbagai cara dalam
berprilaku utnuk menyapa orang lain. Kita bisa melambaikan tangan, berjabat
tangan, menganggukan kepala, tersenyum, menepuk orang lain dari belakang,
meberikan pelukan, atau menghindari semua kontak tersebut. Masing-masing dari
keputusan tersebut dapat menggambarkan hubungan yang di bina dengan orang
lain.
Fungsi sosial yang ketiga dari komunikasi nonverbal adalah
menyampaikan emosi yang mungkin tidak mampu untuk diekspresikan atau
mungkin yang bahkan tidak disadarinya. Bahkan, komunikasi nonverbal jauh
lebih cocok untuk mengekspresikan sikap dan perasaan dari sebuah maksud.
Kita dapat membuktikan ini untuk diri sendiri dengan membayangkan
bagaimana kita bisa mengekspresikan setiap poin pada daftar berikut:
? Anda bosan.
? Anda menentang hukuman mati.
? Anda tertarik pada orang lain dalam kelompok.
? Anda ingin tahu apakah Anda akan diuji pada bahan ini.
? Anda gugup tentang mencoba eksperimen ini.
10
Poin yang pertama, ketiga, dan kelima dalam daftar ini semua melibatkan
sikap, mungkin kita bisa bayangkan bagaimana masing-masing dapat dinyatakan
nonverbal. Sebaliknya, poin kedua dan keempat melibatkan ide-ide, dan mereka
akan sangat sulit untuk menyampaikan tanpa menggunakan kata-kata.
2.1.4 Nonverbal Communication Is Ambiguous (Komunikasi Nonverbal itu
Ambigu)
Sangat penting untuk disadari bahwa komunikasi nonverbal sering sekali
sulit untuk ditafsirkan
secara akurat. Untuk
memahami sifat ambigu
dari komunikasi
nonverbal pelajarilah
foto pada halaman ini.
Emosi apa yang anda
bayangkan dari perasaan
pasangan ini: sedih? Menderita? Sekarat? Padahal tidak satupun dari presepsi itu
mendekati. Nyatanya pasangan tersebut baru mednapatkan lotre $ 1 juta dari
negara bagian New Jersey.
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonverbal juga sangat ambigu.
Misalnya mengandalkan komunikasi nonverbal dalam mengkomunikasikan
permasalahan pada suatu hubungan berpacaran. Atau pada sebuah peraturan
swalayan bagian kasir yang mengharuskan tersenyum dan membuat kontak mata
11
dengan pelanggan, mungkin beberapa pelanggan akan salah menafsirkan maksud
dari pesan nonverbal tersebut.
Meskipun semua prilaku nonverbal adalah ambigu, beberapa emosi lebih
mudah untuk memecahkan kode akurat daripada yang lain. Dalam suatu
percobaan, subjek yang dengan baik bisa diidentifikasi adalah ekspresi wajah
positif seperti bahagia, cinta, kejutan daripada yang negatif seperti rasa takut,
sedih, marah dan jijik. Dalam kehidupan nyata, bagaimanapun ekspresi nonverbal
yang spontan dan ambigu dari pengamatan dapat mengidentifkasi pesan emosi
yang mereka sampaikan.
Beberapa orang lebih terampil daripada yang lain dalam mengirimkan atau
mengkomunikasinan perilaku nonverbalnya. Mereka yang baik dalam mengirim
pesan nonverbal biasanya juga adalah penerima yang lebih baik. Kemampuan
mengirim pesan nonverbal juga meningkat dilihat dari usia dan pelatihan
(pembelajaran), meskipun masih ada yang berbeda dalam kemampuannya karenan
faktor kepribadian dan pekerjaan. Menariknya, wanita tampaknya jauh lebih baik
dari pada laki-laki dalam mengirimkan pesan nonverbal. Lebih dari 95% dari studi
penelitian menunjukan bahwa perempuan lebih akurat dalam menafsirkan
tanda/pesan nonverbal.
Ketika kita mencoba meluruskan keambiguan dari sebuah pesan
nonverbal, kita perlu mepertimbangkan beberapa faktor: konteks dimana pesan itu
terjadi, sejarah hubungan dengan si pengirim pesan, suasana hati pada saat itu, dan
perasaan anda pada saat itu. Gagasan yang terpenting adalah bahwa ketika kita
12
menyadari pesan nonverbal, kita harus menganggap meraka bukan hanya fakta,
tapi juga sebagai petunjuk yang perlu diperiksa.
2.1.5 Nonverbal Communication Is Different from Verbal Communication
(Komunikasi Nonverbal Itu Bebeda dengan Komunikasi Verbal)
seperti pada tabel 5-2 menunjukka, komunikasi nonverbal berbeda dalam
beberapa hal dari bahasa lisan dan tulisan. Perbedaan-perbedaan ini memberikan
beberapa alasan mengapa sangat penting bagi kita untuk mempelajari dan fokus
pada prilaku nonverbal. Sebagai contoh, pesan verbal itu hampir selalu disengaja,
sementara isyarat nonverbal sering tidak dinginkan, dan kadang-kadang tidak
sadar.
TABLE 5-2 Some Differences between Verbal and Nonverbal Communication
Verbal communication Nonverbal
communication
Complexity One dimension (words only) Multiple dimensions
(voice, posture, gestures,
distance, etc.)
Flow Intermittent (speaking and silence
alternate)
Continuous (it's
impossible to not
communicate
nonverbally)
13
Clarity Less subject to misinterpretation More ambiguous
Impact Has less impact when verbal and
nonverbal cues are contradictory
Has stronger impact
when verbal and
nonverbal cues are
contradictory
Intentionality Usually deliberate Often unintentional
2.1.6 Nonverbal Skills Are Important (Kemampuan Nonverbal itu sangat
Penting)
Sulit untuk melebih-lebihkan ekspresi nonverbal yang efektif dan
kemampuan untuk membaca dan menaggapi perilaku orang lain. Pengiriman
pesan nonverbal dan kemampuan menerima pesan adalah yang terpenting dari
sebuah popularitas, daya tarik, dan kesejahteraan sosial-emosional. Komunikasi
nonverbal yang baik adalah yang lebih persuasif dan mereka bisa dan memiliki
kesempatan lebih besar untuk sukses dalam merubah kebohongan (wajah bukan
sebenarnya) menajadi keadaan sebenarnya. Kesensitivan pesan nonverbal adalah
hal utama dari apa yang beberapa ilmuwan sosial yang menyebutnya “kecerdasan
emosional”, peneliti telah membahas dan mengakui bahwa tidak mungkin
mempelajari bahasa lisan tanpa memperhatikan dimensi nonverbalnya.
14
2.2 Pengaruh dari komunikasi nonverbal
Banyak komunikasi nonverbal bersifat universal. Sebagai contoh, para
peneliti telah menemukan setidaknya enam ekspresi wajah bahwa semua manusia
di mana-mana menggunakan dan memahami: kebahagiaan, sedih, takut, marah,
jijik, dan terkejut. Bahkan anak-anak yang telah buta sejak lahir mengungkapkan
perasaan mereka menggunakan ekspresi ini. Terlepas dari kesamaan, ada beberapa
perbedaan penting dalam cara orang menggunakan dan memahami perilaku
nonverbal. Kita akan melihat beberapa perbedaan ini sekarang.
2.2.1 Culture (Budaya)
Budaya memiliki bahasa verbal dan nonverbal yang berbeda. Fiorello
LaGuardin, walikota New York 1933-1945, fasih dalam berbahasa Inggris, Italia,
dan Yiddish. Para peneliti yang menonton film pidato kampanyenya menemukan
bahwa dia memiliki kemampuan menyampaikan bahasa verbal dengan perubahan
perilaku nonverbalnya. Arti dari gerakan bervariasi dari satu budaya kebudaya
yang lainnya. "Oke" gerakan yang dibuat dengan bergabung ibu jari dan telunjuk
membentuk lingkaran merupakan penegasan cherry bagi kebanyakan orang
Amerika, tetapi memiliki makna yang kurang positif di bagian lain dari dunia.
Namun sebagian besar dari bentuk komunikasi nonverbal dibentuk oleh budaya.
Di Prancis dan Belgia itu berarti "Kau layak nol." Di Yunani dan Turki itu adalah
undangan seksual vulgar, biasanya dimaksudkan sebagai penghinaan.
Perbedaan lintas budaya yang kurang jelas dapat merusak hubungan tanpa
ada pihak yang mengetahui apa sebenarnya yang tidak beres. Edward Hall
15
mengungkapkan bahwa orang Amerika lebih nyaman mendiskusikan bisnis pada
jarak kira-kira empat kaki, sedangkan orang Timur Tengah lebih nyaman berdiri
lebih dekat. Sangat mudah untuk memvisualisasikan kecanggungan yang mungkin
terjadi ketika kedua orang itu bertemu. Keduanya akan merasa tidak nyaman, dan
kemungkinan tidak ada yang tahu mengapa. Seperti jarak, pola kontak mata pun
bervariasi di seluruh dunia. Tatapan langsung dianggap baik dalam berbicara di
Amerika Latin, Arab, dan Selatan Eropa. Di sisi lain, orang-orang Asia, India,
Pakistan, dan Eropa Utara menatap bagi para pendengar merupakan hal yang tidak
penting. Dalam kedua kasus yang berbeda ini, keduanya cendrung membuat
pendengar lebih nyaman. Selain itu, dalam budaya Eropa dan Amerika, kita
cendrung menghargai kontak mata terus-menerus sebagai tanda kejujuran dan
kepercayaan. Namun, dalam banyak budaya kontak mata langsung dianggap
sebagai menantang. Oleh karena itu, ketika membuat penilaian tentan komunikasi
nonverbal adalah amat pentiong untuk memastikan bahwa anda sangat sensitif
terhadap asal mula budaya yang anda amati.
Para komunikator menjadi lebih toleran terhadap orang lain yang memiliki
prilaku nonverbal berbeda karena hasil dari perbedaan budaya. Meskipun ada
perbedaan seperti ini, banyak juga perilaku nonverbal memliki arti yang sama di
seluruh dunia. Senyum dan tawa adalah tanda emosi positif dan universal,
sedangkan ekspresi asam menyampaikan ketidak senangan dalam setiap
kebudayaan. Meskipun ekspresi nonverbal seperti ini mungkin universal, cara
digunakannya bervariasi secara luas di seluruh dunia. Dalam materi ini
komunikator yang terampil dapat menyesuaikan perilaku mereka ketika
16
berintereaksi dedngan anggota budaya dan antar budaya lainnya agar pertukaran
lebih halus dan efektif.
2.2.2 Gender
Sangat mudah untuk mengidentifikasi perbedaan stereotip gaya maskulin
dan feminin dalam komunikasi nonverbal. Hanya berpikir tentang karikatur
berlebihan tentang laki-laki macho dan wanita halus yang muncul dari waktu ke
waktu.
Meskipun hanya sedikit dari kita berperilaku seperti karakter film stereotip
maskulin atau feminin, terdapat perbedaan yang bisa dikenali dalam cara pria dan
wanita dalam melihat dan bertindak. Beberapa perbedaan yang paling jelas adalah
fisiologis: tinggi, kedalaman dan volume suara, dan sebagainya. Perbedaan
lainnya adalah sosial. Misalnya, perempuan biasanya lebih ekspresif nonverbal,
dan mereka lebih baik dalam mengenali perilaku nonverbal orang lain.
Kebanyakan sarjana komunikasi sepakat bahwa faktor-faktor sosial
memiliki pengaruh yang lebih dibanding faktor biologis dalam membentuk
bagaimana pria dan wanita berperilaku. Misalnya, kemampuan untuk membaca
isyarat-isyarat nonverbal mungkin harus lebih berkaitan dengan status sosial
perempuan yang secara historis kurang kuat dalam membaca isyarat : Orang-
orang di posisi kerja bawahan juga memiliki kemampuan pendekodean yang lebih
baik. Sebagai perempuan tetap memperoleh status yang sama di tempat kerja dan
di rumah, hasil paradoks mungkin kurang kepekaan dalam membaca isyarat
nonverbal.17
Norma-norma budaya di dunia Barat membedakan laki-laki dari perilaku wanita.
Sebagai contoh, wanita lebih sering melakukan kontak mata dari pada laki-laki
dengan lawan bicara dalam percakapannya. Mereka lebih secara vokal ekspresif
dari pada pria. Wanita berinteraksi pada jarak lebih dekat, baik dengan laki-laki
dan dengan wanita lain, dari pada laki-laki dalam percakapan sesama jenis. Pria
lebih cenderung untuk bersandar ke depan dalam percakapan dari pada wanita.
Mereka butuh dan diberi ruang yang lebih pribadi. Wanita lebih cenderung untuk
menghadapi pasangan dalam percakapannya, sedangkan laki-laki biasanya lebih
berdiri di sudut. Wanita mengekspresikan emosi melalui ekspresi wajah dari pada
laki-laki. Paling terasa, wanita tersenyum jauh lebih dari pada laki-laki. Wanita
banyak bergerak, sedangkan laki-laki menggunakan gerakan yang lebih luas.
Setelah melihat perbedaan seperti ini, mungkin tampak seolah-olah pria dan
wanita berkomunikasi dengan cara yang sangat berbeda. Bahkan, komunikasi
nonverbal laki-laki dan perempuan adalah lebih mirip daripada perbedaan dalam
berbagai hal. Perbedaan seperti yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya yang
terlihat, tetapi mereka sebanding dengan aturan serupa yang kita ikuti di berbagai
bidang seperti melakukan kontak mata, postur, dan gerakan. Anda dapat
membuktikan hal ini dengan membayangkan apa anda akan menggunakan aturan
nonverbal yang berbeda secara radikal: berdiri hanya satu inci dari orang lain,
mengendus orang asing, atau menekan dahi seseorang ketika Anda ingin
perhatiannya. Sementara seks biologis dan norma-norma budaya pasti memiliki
pengaruh pada gaya nonverbal, mereka tidak sedramatis "pria berasal dari Mars,
wanita dari Venus" tesis menunjukkan.
18
2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Meskipun pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam banyak hal, kedua
bentuk komunikasi digunakan bersama pada banyak kesempatan. pembahasan
berikut menjelaskan banyak fungsi komunikasi nonverbal dapat membantu dan
menunjukkan bagaimana pesan nonverbal yang berhubungan dengan verbal.
2.3.1 Mengulangi (Repeating)
Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, jika
seseorang meminta Anda untuk menunjukan arah ke apotek terdekat, Anda bisa
mengatakan, "Utara sekitar dua blok dari sini," Anda dapat mengulangi instruksi
nonverbal dengan menunjuk ke utara. Menunjuk adalah contoh dari apa yang para
ilmuwan sosial sebut dengan perilaku nonverbal yang disengaja yang memiliki
makna yang dapat diketahui semua orang dalam suatu kelompok budaya. Sebagai
contoh, kita semua tahu bahwa mengangguk kepala berarti "ya," goyang kepala
berarti "tidak", melambaikan tangan berarti "halo" atau "selamat tinggal," dan
tangan ke telinga berarti "Saya tidak bisa mendengar Anda.
2.3.2 Mengganti (Substituting)
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa
berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya seseorang bertanya
kepada Anda "Bagaimana kabarmu?", lalu Anda menggantikan jawaban verbal
dengan sebuah napas, senyum, atau kerutan. Contoh ini menunjukkan, bahwa
19
pengganti nonverbal ini sangat penting ketika orang enggan untuk
mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata.
2.3.3 Melengkapi (Complementing)
Kadang-kadang perilaku nonverbal sesuai dengan isi dari pesan verbal.
Misalnya, seorang teman meminta maaf karena lupa janji dengan Anda. Ketulusan
teman Anda akan diperkuat jika permintaan maaf secara lisan disertai dengan
perilaku yang nonverbal sesuai yaitu; nada suara yang tepat, ekspresi wajah, dan
sebagainya. sedangkan jika permintaan maaf teman Anda disampaikan dengan
mengangkat bahu, seringai, dan nada suara yang tinggi, Anda mungkin akan
meragukan ketulusannya, tidak peduli seberapa banyak penjelasan verbal teman
anda.
Banyak pelengkap perilaku yang terdiri dari perilaku ilustrasi nonverbal
untuk menyertai dan mendukungan kata yang diucapkan. Misalnya, menggaruk-
garuk kepala ketika mencari ide dan menjentikkan jari Anda ketika menemukan
ide adalah contoh ilustrator yang melengkapi pesan verbal. Penelitian
menunjukkan bahwa orang Amerika Utara menggunakan ilustrator lebih sering
ketika mereka terangsang secara emosional mencoba untuk menjelaskan ide-ide
yang sulit untuk dimasukkan ke dalam kata-kata ketika mereka marah, ngeri,
sangat gelisah, tertekan, atau bersemangat.
20
2.3.4 Aksen (Accenting)
Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Sama seperti
kita menggunakan huruf miring untuk menekankan ide dalam cetakan. Menunjuk
jari menuduh menambahkan penekanan terhadap kritik (serta mungkin
menciptakan defensif di penerima). Menekankan kata-kata tertentu dengan suara
("Itu adalah ide Anda!") Adalah cara lain untuk menambahkan aksen nonverbal.
2.3.5 Pengaturan (Regulating)
Perilaku nonverbal dapat mengontrol arus komunikasi verbal. Misalnya
Anda sebagi mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau
melihat jam tangan Anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen segera
menutup kuliahnya.
2.3.6 Bertentangan (Contradicting)
Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku
verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, seorang
suami mengatakan, “Bagus! Bagus!” ketika dimintai komentar oleh istrinya
mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau
menonton televisi, atau seorang dosen yang melihat jam tangan dua-tiga kali,
padahal tadi ia mengatakan bahwa ia mempunyai waktu untuk berbicara dengan
mahasiswanya.
21
2.3.7 Kebohongan (Membohongi)
Kebohongan mungkin merupakan jenis yang paling menarik dari
komunikasi nonverbal dan salah satu ilmu sosial yang telah dipelajari secara
ekstensif. Sebagian besar pesan yang kita terima tidak sepenuhnya benar. Tidak
semua kebohongan adalah mementingkan diri sendiri atau berbahaya. Sebagai
contoh, Anda mungkin mengatakan "kebohongan putih" untuk menghindari
menyakiti perasaan seorang teman yang meminta pendapat Anda: "Itu tato baru,
eh, terlihat bagus." Dalam situasi seperti ini, sangat mudah untuk melihat
bagaimana faktor-faktor nonverbal dapat membuat ekspresi wajah berbohong
berhasil atau gagal.
TABLE 5-3 Leakage of Nonverbal Clues to Deception
Deception Clues Are Most Likely
When the Deceiver
Deception Clues Are Least Likely
When the Deceiver
Wants to hide emotions being experienced at the moment.
Wants to hide information unrelated to his or her emotions.
Feels strongly about the information being hidden
Has no strong feelings about the information being hidden
Feels apprehensive about the deception. Feels confident about the deception.
Feels guilty about being deceptive. Experiences little guilt about the deception.
Gets little enjoyment from being deceptive.
Enjoys the deception.
Needs to construct the message carefully while delivering it.
Knows the deceptive message well and has rehearsed it.
22
Kebanyakan orang terutama perempuan menjadi pembohong yang lebih
sukses saat mereka tumbuh dewasa. Tingginya monitor diri biasanya lebih baik
menyembunyikan kebohongan mereka dari pada komunikator yang kurang sadar
diri, dan pembohong yang sangat ekspresif lebih jujur dari pada mereka yang
lebih tenang. Tidak mengherankan, orang-orang yang pekerjaannya
mengharuskan mereka untuk bertindak berbeda dari yang mereka rasakan, seperti
aktor, pengacara, diplomat, dan tenaga penjualan, lebih berhasil berbohong dari
pada masyarakat umum.
Seberapa baik orang-orang dalam mendeteksi kebohongan? Kisaran
efektivitas dalam mengungkap pesan yang semu bersifat luas yaitu, mulai dari 45
sampai 70 persen. Ketika kita tumbuh tua kita menjadi lebih baik dalam
menafsirkan pesan yang kontradiktif.
2.4 Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal
Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasa tatap-muka adalah
non verbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna social
dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat non verbal.
Komunikasi non verbal ialah menyampaikan arti (pesan) yang meliputi ketidak
hadiran simbol-simbol suara atau perwujudan suara.
Perilaku non verbal kita terima sebagai suatu “paket” siap pakai dari
lingkungan sosial kita. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus
memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk
mengatakan hal lain. Bila seseorang bertanya, mengapa umumnya bangsa Barat
23
berjabatan tangan ketika bertemu, ia mungkin diberi jawaban mengenai zaman
ketika orang menggunakan pedang dan bagaimana orang mengulurkan tangan
kanan kosong kepada tamu untuk menunjukkan keramahan.
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan non verbal ini dengan berbagai
cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi 3 bagian.
Pertama, bahasa tanda; kedua, bahasa tindakan; dan ketiga bahasa objek.
Meskipun tidak menggunakan pengkatagorian di atas, kita akan membahas
berbagai jenis pesan non verbal yang kita anggap penting. Salah satunya adalah
gerakan tubuh atau perilaku kinetik.
Sekarang Anda memahami bagaimana pesan nonverbal digunakan sebagai
bentuk komunikasi, kita dapat melihat berbagai bentuk perilaku nonverbal.
Halaman-halaman berikut ini menjelaskan bagaimana tubuh kita, artefak,
lingkungan, dan cara kita mengirim pesan menggunakan waktu.
2.4.1 Postur dan Gesture
Berhenti membaca sejenak dan perhatikan bagaimana Anda duduk. Apa
posisi nonverbal Anda mengatakan bagaimana perasaan Anda? Apakah ada orang
lain di dekat Anda sekarang? Pesan apa yang Anda dapatkan dari postur dan
gerakan mereka? nyalakan televisi Anda untuk program apapun, dan tanpa
menyalakan suara, lihat apa pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan dan posisi
tubuh dari orang-orang di layar. Percobaan ini sederhana menggambarkan
kekuatan komunikatif Kinesics, studi tentang gerakan tubuh, gerakan, dan postur.
24
Postur adalah saluran yang kaya untuk menyampaikan informasi
nonverbal. Dari waktu ke waktu pesan postural yang jelas. Kebanyakan isyarat
postural yang lebih halus. Misalnya, tindakan mencerminkan postur orang lain
dapat memiliki konsekuensi positif. Satu penelitian menunjukkan bahwa konseler
karir yang digunakan "postur gema" untuk menyalin postur klien yang dinilai
lebih empatik daripada mereka yang tidak mencerminkan postur klien. Para
peneliti juga menemukan bahwa mitra dalam hubungan romantis cermin an
perilaku satu sama lain.
Postur dapat berkomunikasi sebagai kerentanan dalam situasi yang jauh
lebih serius daripada pengaturan sosial atau bisnis belaka. Satu studi menunjukkan
bahwa pemerkosa kadang-kadang menggunakan petunjuk postural untuk memilih
korban yang mereka percaya akan mudah untuk diintimidasi. Sasaran empuk
biasanya yang berjalan perlahan-lahan dan hati-hati, menunduk kebawah, dan
menggerakkan tangan dan kaki mereka dalam jangka pendek, juga gerakan
tersentak-sentak.
Gestures adalah elemen dasar komunikasi yang begitu fundamental, pada
kenyataannya, bahwa setiap orang telah menggunakannya dari sejak lahir. Satu
kelompok gerakan ambigu terdiri dari apa yang biasanya kita sebut gerakan
gelisah. Para ilmuwan sosial menyebut perilaku ini manipulator. Aturan-aturan
sosial dapat mencegah kita untuk melakukan sebagian manipulator di depan
umum, tapi orang-orang masih melakukannya tanpa menyadarinya. Sebagai
contoh, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa penyesat bob kepala mereka
lebih sering daripada teller kebenaran. Penelitian menegaskan apa akal sehat 25
menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan manipulator sering merupakan
tanda ketidaknyamanan. Tapi tidak semua gelisah merupakan sinyal kegelisahan.
Orang juga cenderung menggunakan manipulator saat santai. Ketika mereka
membiarkan kewaspadaan mereka turun (baik sendiri atau dengan teman-teman),
mereka akan lebih cenderung untuk memainkan daun telinga, memutar sehelai
rambut, atau membersihkan kuku. Kalau bukan mereka atau fidgeter yang
menyembunyikan sesuatu, pengamat cenderung menafsirkan manipulator sebagai
sinyal ketidakjujuran. Karena tidak semua fidgeters adalah pendusta, sangat
penting untuk tidak mengambil kesimpulan dengan cepat tentang arti manipulator.
2.4.2 Ekpresi Wajah dan Tatapan Mata
para dramawan, pelatih tari Bali, dan pembuat topeng di negara kita paham
benar mengenai perubahan suasana hati dan makna yang terkandung dalam
ekspresi wajah, seperti juga pengarah, pemain, dan penari Kabuki di Jepang.
Masuk akal bila banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling
banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun
mulut tidak berkata-kata. Okulesika (Oculesics) merujuk pada studi tentang
penggunaan kontak mata (termasuk reaksi maik mata) dalam berkomunikasi.
Menurut Albert Mehrabiam, andil wajah bagi pengauh pesan adalah 55%,
sementara vokal 30%, dan verbal hanya 7%. Menurut Birdwhistell, perubahan
sedikit saja dapat menciptakan perbedaan yang besar. ia menemukan, misalnya,
bahwa terdapat 23 cara berbeda dalam mengangkat alis yang masing-masing
mempunyai makna yang berbeda.
26
Anda bisa membuktikan sendiri bahwa ekspresi wajah, khususnya mata,
paling ekspresif. Cobalah Anda saling memandang dengan orang lain, baik
dengan pria atau wanita. Anda pasti takkan kuat memandangnya terus menerus.
Anda kemungkinan akan tersenyum dan tertawa, atau melengos. Kontak mata
punya dua fungsi dalam komunkasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk
memberi tahu orang lain apakah Anda akan melakukan hubungan orang itu atau
menghindarinya. Ketika Anda berada dalam lift, misalnya, Anda memberi tahu
mereka bahwa Anda lebih suka tidak berbicara dengan tidak meihat mata mereka.
Jika Anda ingin memecahkan kebekuan itu, Anda menggunakan mata Anda untuk
berhubungan, baik sebelum atau serempak dengan pesan verbal
Anda. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan
Anda terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang
yang mereka sukai, meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang ajeg di
kalangan wanita.
Pentingnya pandangan mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam
kalimat atau frase yang terdapat dalam banyak lagu: “sepasang bola mata,” “Dari
Mata Turun ke Hati,” “Your eyes said more to me that night than your lips would
ever say,” dan ” Your lips tell me no, no, but there’s yes, yes in your eyes,” dan
sebagainya. Juga dalam berbagai ungkapan sehari-hari: mata yang cerdas, mata
yang mempesona, mata yang sayu, mata yang sedih, mata yang tajam, mata yang
liar, mata yang penuh curiga, mata yang licik, mata yang genit, mata yang
sensual, mata keranjang (mata yang nakal), mata duitan, mata
iblis, dan sebagainya.Suatu penelitian mengungkapkan bahwa 67 budaya dari 186
27
budaya di seluruh dunia mempercayai apa yang disebut “mata jahat atau “mata
iblis” (evil eye). Bangsa Filipina misalnya punya kepercayaan tradisional bahwa
orang yang mempelajari dan mempraktikkan klenik dapat menimbulkan penyakit
dengan memberikan “pandangan iblis” kepada seseorang.
Disebut mangkukulam, oran-orang ini dipercayai bertanggung jawab atas segala
penyakit dan kemalangan.
Wajah dan mata mungkin bagian tubuh yang paling diperhatikan, dan
dampaknya sangat kuat. Misalnya, dengan tersenyum pelayan cocktail
mendapatkan tips lebih besar dari yang tersenyum kepadanya, dan biarawati yang
tersenyum mampu mengumpulkan sumbangan lebih besar dari orang-orang
dengan ekspresi murung. Pengaruh ekspresi wajah dan kontak mata tidak berarti
bahwa pesan nonverbal mereka selalu mudah dibaca. Wajah adalah saluran sangat
rumit ekspresi karena beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah jumlah
ekspresi orang yang dapat dihasilkan. Kecepatannya dapat berubah. Sebagai
contoh, film gerak lambat telah disimpulkan bahwa acara ekspresi sekilas di
wajah subjek dalam waktu yang singkat sebagai seperlima detik. Akhirnya,
tampaknya bahwa emosi yang berbeda menunjukkan dengan sangat jelas di
berbagai bagian wajah: kebahagiaan dan kejutan di mata dan wajah bagian bawah,
kemarahan di wajah bagian bawah dan alis dan dahi, ketakutan dan kesedihan di
mata, dan jijik di wajah bagian bawah .
Ekman dan Friesen telah mengidentifikasi enam emosi dasar bahwa
ekspresi wajah kaget, terkejut, takut, marah, jijik, kebahagiaan, dan kesedihan.
Ekspresi yang mencerminkan emosi ini tampaknya dikenal di antara anggota dan 28
semua budaya. Tentu saja, mempengaruhi memadukan kombinasi dari dua atau
lebih ekspresi yang menunjukkan emosi yang yang mungkin berbeda. Sebagai
contoh, sangat mudah untuk membayangkan bagaimana seseorang akan terlihat
siapa yang takut dan terkejut atau jijik dan marah.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang cukup tepat dalam menilai
ekspresi wajah emosi tersebut. Akurasi meningkat ketika hakim tahu "target" atau
memiliki pengetahuan tentang konteks di mana ekspresi terjadi atau ketika mereka
telah melihat beberapa contoh ekspresi target.
Mata sendiri dapat mengirim beberapa jenis pesan. Dalam budaya Eropa-
Amerika mainstream, pertemuan kontak mata sekilas dengan seseorang biasanya
merupakan tanda ada keterlibatan dengan anda, sedangkan berpaling merupakan
sinyal keinginan untuk menghindari untuk berkontak. Inilah sebabnya mengapa
pengacara pada pengemis jalanan, pedagang mencoba untuk menatap mata kita.
Setelah mereka berhasil menjalin kontak dengan sekilas, maka akan sulit bagi
orang mendekati untuk menarik diri.
MEMAHAMI KERAGAMAN
Perilaku mata sedemikian pentang dalam budaya Korea sehingga orang
Korea mempunyai kata khusus (nuichee) untuk menekankan pentingnya perilaku
itu. orang Korea percaya bahwa mata adalah jawaban “sebenarnya” mengenai apa
yang dirasakan dan dipikirkan seseorang. Dua orang pria yang tidak saling
mengenal pernah berkelahi di sebuah rumah makan di Indonesia gara-gara
keduanya saling memandang, yang dapat ditafsirkan sebagai saling tantang.
Dalam kasus lain, boleh jadi dua orang pria saling mengedipkan mata dan saling
tersenyum ketika mereka berjumoa di suatu kafe khusus, lalu mereka pergi keluar
29
seraya berpegangan tangan, entah ke amana dan untuk berbuat apa. Di Amerika,
seorang pria yang memandang lama pria lainnya, hampir bisa dipastikan seorang
homoseksual. Namun, pandang memandang yang dilakukan seoran pria dan
seorang pria dan wanita yang semula tidak saling mengenal di banyak negara,
pada akhirnya tidak jarang membawa mereka ke jenjang perkawinan. Dalam
perkawinan, di negara kita khususnya, tentu saja pasangan pengantin baru lebih
sering saling memandang daripada pasangan yang sudah beranak cucu. Di banyak
negara, seperti di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, tidaklaj sopan menatap
orang asing. Malah dalam budaya Indian Navajo, anak-anak diajari bahwa suatu
tatapan secara harfiah adalah tatapan mata iblis dan mengisyaratkan serangan
seksual dan agresif. Di Indonesia dan di Sppanyol wanita terhormat akan
membalas tatapan kaum pria, apalagi di negeri negeri Muslim seperti Arab Saudi,
Iran, Pakistan. Di ketiga negara ini banyak wanita masih mengenakan cadar, agar
terhindar dari tatapan pria. Berbeda dengan kasus yang satu ini Ketika
melaksanakan umrah ke tanah suci Mekkah, seseorang wanita Indonesia bernama
Uli sempat melihat-lihat kota itu untuk mencari barang-barang yang menarik. Saat
menawar jilbab sebagai suvenir untuk temannya, tanpa sengaja mata Uli tertuju
pada seorang lelaki Arab di ujung jalan. Tanpa sengaja tidak enak untuk
melihatnya lagi. Namun lelaki itu masih memperhatikkan gerak-gerik Uli. Setelah
beberapa menit, lelaki itu berjalan menuju Uli dan ia bertanya dalam bahas
Indonesia, “Apakah Anda mau menjadi istri saya?” Mendengar hal itu Uli
terkejut, lalu ia balik bertanya, “Mengapa anda berkata demikian?” Lalu lelaki itu
berkata, “Mengapa Anda melihat terus kepada saya?” Menurut kebiasaan orang
Arab, wanita tidak boleh menatap mata elaki. Bila itu terjadi, itu termasuk
perbuatan ‘zina’. Uli baru mengerti setelah lelaki itu memberi penjelasan.
Menurut lelaki itu, daripada ‘berzina’ lebih baik menikah. Uli berkata bahwa ia
tidak tahu mengenai hal itu dan ia pun belum berniat menikah, apalagi dengan
orang yan belum dikenal. Lelaki itu mengerti dan berpesan padanya agar ia hati-
hati menjaga mata.
30
2.4.3 Suara
Suara itu sendiri adalah bentuk lain dari komunikasi nonverbal. Para
ilmuwan sosial menggunakan istilah paralanguage untuk menggambarkan
komunikasi nonverbal, pesan vokal. Anda dapat mulai memahami kekuatan
isyarat vokal dengan mempertimbangkan bagaimana makna dari kalimat
sederhana bisa berubah hanya dengan menggeser penekanan dari kata ke kata:
• Ini adalah sebuah buku komunikasi yang fantastis. (Bukan hanya buku, tapi yang
satu ini pada khususnya.)
• Ini adalah buku fantastik komunikasi. (Buku ini lebih unggul, menarik.)
• Ini adalah buku komunkasi fantastis.
(Buku ini baik sejauh komunikasi berjalan, itu mungkin tidak begitu baik sebagai
sastra atau drama.)
• Ini adalah buku komunikasi yang fantastis.
(Ini bukan drama atau compact disc, melainkan sebuah buku.)
Ada banyak suara cara lain dalam komunikasi yaitu melalui nada,
kecepatan, pitch, volume, jumlah dan panjang jeda, dan ketidak lancaran (seperti
terbata-bata, penggunaan "uh," "um," "eh," dan seterusnya ). Semua faktor ini
dapat melakukan banyak hal untuk memperkuat atau bertentangan dengan pesan
kata-kata yang kita sampaikan.
31
Sarkasme adalah salah satu contoh di mana kedua penekanan dan nada
suara membantu mengubah makna pernyataan untuk kebalikan dari pesan
verbalnya. Pengalaman ini diri Anda dengan tiga pernyataan berikut. Pertama kali
melalui, mengatakan secara harfiah, dan kemudian mengatakan mereka sinis.
• Terima kasih untuk membangunkan saya.
• Aku benar-benar punya waktu yang indah di kencan buta saya.
• Tidak ada yang lebih saya suka dari pada bangun sebelum matahari terbit.
Para peneliti telah mengidentifikasi nilai komunikatif paralanguage
melalui penggunaan kebebasan konten berbicara pidato biasa yang telah
dimanipulasi secara elektronik sehingga kata-kata yang tidak dapat dimengerti,
tapi paralanguage tetap terpengaruh. (Mendengar bahasa asing yang Anda tidak
mengerti memiliki efek yang sama.) Subjek yang mendengar kebebasan berbicara
konten dapat secara konsisten mengenali emosi yang diekspresikan, serta
mengidentifikasi kekuatan.
UNDERSTANDING COMMUNICATION TECHNOLOGY
RESEARCH BRINGS A NEW DIMENSION TO A CANDIDATE'S VOICE
What if the difference between winning and losing a close election turned out to be a hum in your voice? A new study by Kent State University researchers Stanford W. Gregory Jr. and Timothy J. Gallagher suggests that at least some of the way that people perceive social standing can be detected in the way their voices change when they are talking with people they see as more confident or higher on the social ladder.66 The researchers focused on the tendency of people in conversation to alter their pitch, volume, pace and other characteristics of speech to emulate one another. This area of study is known as communication accomodation theory. Dr. Gregory's research focuses on accommodation within a
32
little¬noticed range of vocal tones which fall below the range of spoken words. The changes are barely detectable, the re¬searchers say, but those who are most inclined to make them typically lose at the ballot box.
The paper analyzes the voices of presidential candidates in their debates since 1960. The researchers found that, in every case, the politician whose voice was most steadfast, as measured by the researchers, won the most votes.
John Schwartz
Source: New York Times online, September 17, 2002
Dampak dari isyarat paralinguistik kuat. Bahkan, penelitian menunjukkan
bahwa pendengar lebih memperhatikan pesan vokal daripada kata-kata yang
diucapkan saat diminta untuk menentukan sikap pembicara. Selanjutnya, ketika
faktor vokal bertentangan pesan verbal, pendengar menilai niat pembicara dari
paralanguage tersebut, bukan dari kata-kata sendiri.
Paralanguage dapat mempengaruhi perilaku dalam banyak hal, beberapa di
antaranya agak mengejutkan. Para peneliti telah menemukan bahwa komunikator
yang paling mungkin untuk memenuhi permintaan yang disampaikan oleh
pembicara yang tingkat mirip dengan mereka sendiri. Selain mematuhi speaker
tingkat yang sama, pendengar juga merasa lebih positif tentang orang-orang yang
tampaknya berbicara pada tingkat mereka sendiri. Intensitas vokal juga dapat
mempengaruhi bagaimana orang yang bersedia adalah untuk menanggapi
permintaan orang lain.
Perubahan vokal yang bertentangan kata yang diucapkan tidak mudah
untuk menyembunyikan. Jika speaker berusaha menyembunyikan rasa takut atau
33
marah, suara mungkin akan terdengar lebih tinggi dan lebih keras, dan tingkat
bicara mungkin lebih cepat dari biasanya. Kesedihan menghasilkan pola vokal
sebaliknya: lebih tenang, lebih rendah bernada pidato yang disampaikan pada
tingkat yang lebih lambat.
Selain memperkuat atau bertentangan pesan, beberapa faktor vokal
mempengaruhi cara pembicara dirasakan oleh orang lain. Misalnya, komunikator
yang berbicara keras dan tanpa keragu-raguan dipandang sebagai lebih percaya
diri dibandingkan mereka yang berhenti dan berbicara pelan. Orang-orang yang
berbicara lebih lambat yang dinilai sebagai memiliki kontrol lebih besar dari pada
orang yang berbicara cepat. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa orang
dengan suara yang lebih menarik yang dinilai lebih tinggi daripada mereka yang
suaranya terdengar kurang menarik. Hanya apa yang membuat suara yang
menarik dapat bervariasi. Budaya dapat membuat perbedaan. Survei menunjukkan
bahwa ada kesamaan dan perbedaan antara apa yang orang Meksiko dan Amerika
melihat sebagai suara "ideal".
2.4.4 Sentuhan
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika (haptics). Kenyataannya
sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut
sekilas.
34
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu
rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. kategori-
kategori tersebut adalah sebagai berikut:
fungsional-profesional.
Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya
pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
Sosial-sopan
Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan,
aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.
Persahabatan-kehangatan
Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau
hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul
setelah mereka lama berpisah.
Cinta-keintiman
kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterkaitan
emosional atau keterkaitan emosional atau keterkaitan, misalnya
mencium pipi orang tua dengan lembut; orang yang sepenuhnya
memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” dibawah meja;
prang eskimo yang saling menggososkan hidung.
Rangsangan seksual.
35
Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja
motifnya bersifat seksual. Rangsangan Seksual tidak otomatis
bermakna cinta atau keintiman.
Selain menjadi sarana paling awal yang kita miliki untuk membuat kontak
dengan orang lain, menyentuh atau haptics sangat penting dalam perkembangan
kita yang sehat. Pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh banyak
bayi meninggal karena penyakit kemudian disebut marasmus, yang diterjemahkan
dari bahasa Yunani, berarti "membuang-buang jauh" Dalam beberapa panti
asuhan tingkat kematian cukup tinggi, tapi bahkan anak-anak di "progresif"
rumah, rumah sakit, dan lembaga lain meninggal secara teratur dari penyakitnya.
Ketika peneliti akhirnya melacak penyebab penyakit ini, mereka menemukan
bahwa banyak bayi menderita kurangnya kontak fisik dengan orang tua atau
perawat bukan gizi buruk, perawatan medis, atau faktor lainnya. Mereka belum
cukup tersentuh, dan sebagai akibatnya mereka meninggal. Dari pengetahuan ini
datang praktek "mothering" anak-anak di lembaga-lembaga penitipan bayi,
membawa mereka di sekitar mereka, dan memberikan penanganan kepada mereka
beberapa kali setiap harinya. Di salah satu rumah sakit yang mulai praktek, tingkat
kematian bayi turun dari antara 30 dan 35 persen menjadi di bawah 10 persen.
Sentuhan tampaknya meningkatkan fungsi mental anak serta kesehatan
fisik. LJ Yarrow telah melakukan survei yang menunjukkan bahwa bayi yang
telah diberi banyak rangsangan fisik oleh ibu mereka memiliki IQ lebih tinggi
secara signifikan dibandingkan mereka yang menerima kurang kontak.
36
Sentuhan juga memainkan peranan besar dalam cara kita menanggapi
orang lain dan lingkungan kita. Misalnya, sentuhan meningkatkan keterbukaan
diri, verbalisasi pasien kejiwaan, dan anak-anak preferensi miliki untuk konselor
mereka. Sentuhan juga meningkatkan kepatuhan. Dalam satu studi, subyek
didekati oleh seorang konfederasi wanita yang meminta agar mereka
mengmbalikan sepeserpun yang tersisa di bilik telepon di mana mereka muncul.
Ketika permintaan itu disertai dengan sentuhan ringan di lengan subjek,
probabilitas bahwa subjek yangmengembalikan sepeser itu pun meningkat secara
signifikan. Dalam percobaan serupa, subjek diminta oleh konfederasi pria atau
wanita untuk menandatangani petisi atau menyelesaikan skala penilaian. Sekali
lagi, subyek lebih mungkin untuk bekerja sama ketika mereka menyentuh ringan
di lengan. Dalam variasi rating skala penelitian, hasilnya sangat dramatis: 60
persen dari mereka yang tersentuh dipenuhi, sedangkan hanya 40 persen dari
subyek tersentuh memenuhi (menunjukkan kecenderungan untuk tidak
mematuhi). Sebuah kekuatan tambahan sentuh pada utilitas pekerjaan. Satu studi
menunjukkan bahwa sentuhan sekilas pada tangan dan bahu mengakibatkan kiat
yang lebih besar untuk pelayan restoran.
Anda mungkin keberatan dengan contoh-contoh berikut masing-masing
kategori tersebut, mengatakan bahwa beberapa perilaku nonverbal terjadi pada
beberapa jenis hubungan. Ciuman, misalnya, dapat berarti apa-apa dari ucapan
sopan tapi dangkal dengan gairah yang paling intens. Apa yang membuat
sentuhan yang diberikan kurang lebih intens? Para peneliti telah menyarankan
sejumlah faktor:
37
■ Apa bagian dari tubuh tidak menyentuh itu
■ Apa bagian dari tubuh disentuh
■ Berapa lama sentuhan berlangsung
■ Berapa banyak tekanan yang digunakan
■ Apakah ada gerakan setelah kontak dibuat
■ Apakah ada orang lain hadir
■ Situasi di mana sentuhan terjadi
■ Hubungan antara orang-orang yang terlibat
Dalam budaya tradisional AS, menyentuh umumnya lebih cocok untuk wanita
daripada pria. Pria menyentuh teman-teman pria mereka kurang dari mereka
menyentuh teman-teman perempuan mereka dan juga kurang dari perempuan
menyentuh teman-teman perempuan mereka. Takut homoseksualitas tampaknya
menjadi alasan kuat mengapa banyak pria enggan untuk menyentuh satu sama
lain. Meskipun perempuan lebih nyaman dengan sentuhan daripada laki-laki, jenis
kelamin bukanlah satu-satunya faktor yang membentuk kontak. Secara umum,
tingkat kenyamanan sentuhan sejalan dengan keterbukaan untuk mengungkapkan
perasaan intim, gaya interpersonal yang aktif, dan hubungan yang memuaskan.
38
2.4.5 Penampilan Fisik
Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. sekitar 40.000 tahun
lalu, orang-orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalunga dan hiasan
tubuh lainnya. Bukt-bukti arkeologis menunjukan bahwa sejak saat itu orang-
orang sangat peduli dengan tubuh mereka. Mereka mengecatnya, mengikatkan
sesutu padanya, dan merajahnya untuk terlihat cantik.
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu
busananya, dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti kacamata, sepatu, tas,
jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dsb. Sering kali orang memberi
makna tertentu pada karakterisistik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk
tubuh, warna kulit, model rambut, dsb. Di amerika orang menghargai wanita yang
tinggi dan ramping. Di jepang wanita yang kecil justru menarik, tetapi di Cina
secara tradisional kecantikan wanita justru diasosiasikan dengan gaya rambut
sederhana yang tidak berusaha menarik perhatian dengan selendang berwarna-
warni, perhiasan atau make-up.
Kebanyakan orang mengklaim bahwa penampilan bukanlah ukuran terbaik
dari keinginan atau karakter, tetapi mereka biasanya lebih memilih orang lain
yang mereka anggap menarik. Sebagai contoh, perempuan yang dianggap menarik
memiliki lebih sering berkencan, menerima nilai yang lebih tinggi di perguruan
tinggi, membujuk laki-laki dengan lebih mudah, dan menerima hukuman
pengadilan yang lebih ringan. Baik pria maupun wanita yang melihat orang lain
lebih menerik maka akan dinilai lebih sensitif, baik, kuat, ramah, dan menarik
39
daripada saudara-saudara yang kurang beruntung seperti mereka. Siapa yang
paling mungkin untuk sukses dalam bisnis? Anda bertaruh pada pelamar kerja
yang menarik. Sebagai contoh, pria lebih pendek mengalami kesulitan mencari
pekerjaan.
Pengaruh ini dimulai sejak awal kehidupan. Anak-anak prasekolah
menunjukkan foto-foto anak-anak usia mereka sendiri dan diminta untuk memilih
teman potensial dan musuh. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak berumur
tiga tahun, sepakat mengenai siapa yang menarik ("cute") dan tidak menarik
("jelek"). Selain itu, mereka dihargai rekan-rekan mereka yang menarik juga, dan
lawan jenis yang lebih lebih dari mereka. Juga, anak-anak prasekolah dinilai oleh
rekan-rekan mereka secantik yang paling disukai, dan mereka yang diidentifikasi
sebagai paling cantik yang paling tidak disukai. Anak-anak yang diwawancarai
dinilai anak tampan sebagai memiliki karakteristik sosial yang positif ("Dia ramah
untuk anak-anak lain") dan anak-anak tidak menarik sebagai memiliki yang
negatif ("Dia memukul anak-anak lain tanpa alasan").
Guru juga dipengaruhi oleh daya tarik siswa. Siswa menarik secara fisik
biasanya dinilai lebih menguntungkan lebih cerdas, ramah, dan populer daripada
rekan-rekan mereka yang kurang menarik. Untungnya, daya tarik adalah sesuatu
yang dapat kita kontrol tanpa harus memanggil seorang ahli bedah plastik. Kami
melihat orang lain yang terlihat indah atau buruk tidak hanya pada dasar
"peralatan asli" yang datang dari diri mereka, tetapi juga pada bagaimana mereka
menggunakan peralatan itu. Postur, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan perilaku
lainnya dapat meningkatkan daya tarik orang lain yang biasa-biasa saja. Latihan 40
melihat dapat memperbaiki cara kita masing-masing. Akhirnya, cara kita
berpakaian dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam cara orang lain
memandang kita, karena sekarang Anda akan melihat.
2.4.6 Pakaian (clothing)
Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini
dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Pakaian selain sebagai unsur
untuk melindungi kita, pakaian adalah sarana komunikasi nonverbal. Pakaian
dapat digunakan untuk menyampaikan status ekonomi, tingkat pendidikan, status
sosial, standar moral, kemampuan atau kepentingan atletik, sistem kepercayaan
(politik, filsafat, agama), dan tingkat kecanggihan.
Penelitian menunjukkan bahwa kita membuat asumsi tentang orang berdasarkan
pakaian mereka. Komunikator yang mengenakan pakaian khusus sering
mendapatkan persuasif. Sebagai contoh, peneliti mengenakan seragam mirip
petugas polisi lebih berhasil dari pada mereka yang mengenakan pakaian sipil
dalam meminta pejalan kaki untuk mengambil sampah atau membujuk
pengendara yang parkir sembarangan untuk memberi uang kepada mereka. selain
itu pakaian dapat mencerminkan kepribadian seseorang yaitu, apakah ia seorang
yang konservatif, religius, modern, atau berjiwa muda.
2.4.7 Jarak (Distance)
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika
berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda
41
berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat
keakraban Anda dengan orang lain. Studi tentang cara orang dan hewan
menggunakan ruang telah disebut proxmices yaitu study yang menelaah presepsi
manusia atas ruang. Cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang
terhadap komunikasi. beberapa pakar lainnya memperluas konsep proksemika ini
dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh
terhadap proses komunikasi, termasuk iklim, pencahayaan, dan kepadatan
penduduk. Antropolog Edward T. Hall membagi ruang atau jarak menjadi 4 tipe
yaitu :
a. Jarak intim
Jarak intim dimulai dengan kontak kulit dengan jarak sekitar delapan belas inci.
Konteksnya paling nyata untuk jarak intim melibatkan interaksi dengan 'orang-
orang siapa kita secara emosional dekat dan kemudian sebagian besar dalam
situasi pribadi. Jarak intim antara individu juga terjadi pada sikap sirkum kurang
intim: mengunjungi dokter atau dokter gigi, di salon, dan selama beberapa kontes
atletik. Membiarkan seseorang untuk pindah ke zona intim biasanya merupakan
tanda kepercayaan. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan
menyenangkan.
b. Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang
berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini
berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
42
c. Jarak sosial
Jarak sosial berkisar antara empat sampai sekitar dua belas meter. Di
dalamnya adalah jenis komunikasi yang biasanya terjadi dalam situasi bisnis.
Jangkauan lebih dekat, 4-7 meter, adalah jarak di mana percakapan biasanya
terjadi antara penjual dan pelanggan dan antara orang-orang yang bekerja
bersama-sama. Kami menggunakan jarak jauh sengan jarak sosial tujuh hingga
dua belas kaki untuk situasi yang lebih formal dan impersonal. Ini adalah jarak di
mana kita umumnya duduk dari bos.
d. Jarak publik
Jarak publik adalah istilah Hall untuk zona terjauh. Semakin dekat rentang
jarak publik adalah yang paling digunakan guru di kelas. Sedangkan rentang jauh
yaitu dua puluh lima kaki ruang publik. Dalam beberapa kasus itu perlu media
untuk berbicara menggunakan jarak publik karena ukuran penonton mereka luas.
Memilih jarak optimal dapat memiliki efek yang kuat pada bagaimana kita
memandang orang lain dan bagaimana kita menanggapi mereka. Sebagai contoh,
siswa lebih puas dengan guru yang memperkecil jarak antara mereka dan kelas
mereka. Mereka juga lebih puas dengan program itu sendiri, dan mereka lebih
cenderung untuk mengikuti petunjuk guru. Demikian juga, pasien medis lebih
puas dengan dokter yang tidak angkuh.
43
2.4.8 Waktu (Time)
Waktu menuntukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam
waktu ditentukan oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati
dan perasaan manusia. kronemika (chronemics) adalah studi dan interpretasi atas
waktu sebagai pesan. Bagaimana kesadaran kita akan lingkungan kita.
Menurut Edward T.Hall membedakan konsep waktu menjadi dua yaitu :
a. Waktu monokronik yaitu sesorang cenderung lebih mengahargai waktu,
tepat waktu, dan membagi-bagi serta menepati jadwal waktu secara ketat,
menggunakan satu segmen waktu untuk mencapai suatu tujuan.
b. Waktu polikronik yaitu seseorang cenderung lebih santai dapat
menjadwalakan waktu untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus.
2.4.9 Teritorial (Territoriality)
Setiap daerah, seperti ruang, rumah, lingkungan, atau negara, yang kita asumsikan
sejenis "hak" adalah wilayah kita. Tidak semua wilayah bersifat permanen. Kita
sering menunjukan diri kita sendiri kepada orang lain di perpustakaan, di pantai,
dan sebagainya dengan menunjukan identitas kita dengan cara seperti membawa
buku, pakaian, atau barang-barang pribadi lainnya.
Secara umum seseorang yang mempunyai status yang tinggi memiliki banyak
wilayah pribadi dan privasi yang lebih besar. contohnya seorang karyawan harus
mengetuk pintu ketika akan memasuki ruangan bosnya sedangkan bos biasanya
44
dapat berjalan dengan bebas ke area karyawannya tanpa ragu-ragu. contoh lain di
sekolah seorang profesor memiliki kantor, ruang makan, dan bahkan toilet yang
bersifat pribadi, sedangkan siswa tidak memiliki tempat-tempat pribadi seperti
profesornya.
2.4.10 Lingkungan (Environment)
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan,
dan warna.
Lingkungan fisik yang di buat oleh seseorang mencerminkan dan membentuk
interaksi. Prinsip ini diilustrasikan seperti di rumah. Desain rumah dapat
memberikan informasi yang tepat mengenai intelektualisme pemilik rumah ',
kesopanan, jatuh tempo, optimisme, ketegangan, kemauan untuk mengambil
petualangan, orientasi keluarga, dan sebagainya. Eksterior rumah juga
memberikan persepsi yang tepat dari pemiliknya yaitu, kepentingan pemilik seni,
keanggunan, privasi, dan ketenangan.
Sejauh ini kita telah berbicara tentang bagaimana merancang lingkungan dapat
bentuk komunikasi, tetapi ada sisi lain yang perlu dipertimbangkan. Menonton
bagaimana orang menggunakan lingkungan yang sudah ada dapat menjadi cara
untuk mengatakan apa jenis hubungan yang mereka inginkan. Sebagai contoh,
Sommer menyaksikan siswa di perpustakaan perguruan tinggi dan menemukan
bahwa ada pola yang pasti untuk orang-orang yang ingin belajar sendiri.
Sementara perpustakaan tidak ramai, siswa hampir selalu memilih kursi sudut di 45
salah satu meja persegi panjang kosong. Akhirnya, setiap meja diduduki oleh
salah satu pembaca. Pembaca baru kemudian akan memilih tempat duduk di sisi
berlawanan dan ujung sebuah meja yang diduduki, sehingga menjaga jarak
maksimum antara mereka dan para pembaca lainnya. Salah satu rekan Sommer
mencoba melanggar "aturan" dengan duduk di samping, dan di seberang, pembaca
perempuan lain ketika kursi yang lebih jauh yang tersedia. Dia menemukan bahwa
wanita mendekati bereaksi membela diri, baik dengan sinyal ketidaknyamanan
mereka melalui pergeseran dalam sikap atau isyarat atau dengan akhirnya
menjauh.
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi nonverbal terdiri dari pesan yang diungkapkan dengan cara
nonlinguistik. Ada dimensi nonverbal untuk semua bahasa yang diucapkan, dan
ada bahasa isyarat yang tidak diucapkan.
Perilaku nonverbal merupakan bagian tak terpisahkan dari hampir semua
komunikasi, dan keterampilan nonverbal merupakan prediktor positif keberhasilan
relasional. Ada beberapa karakteristik penting dari komunikasi nonverbal.
Pertama adalah fakta sederhana bahwa itu ada komunikasi terjadi bahkan tanpa
adanya bahasa. Ini mengarah pada karakteristik kedua: Tidak mungkin untuk tidak
berkomunikasi nonverbal; manusia terus-menerus mengirim pesan tentang diri
mereka sendiri yang tersedia untuk orang lain untuk menerima. Karakteristik
ketiga adalah komunikasi nonverbal adalah ambigu; ada banyak penafsiran yang
mungkin untuk perilaku apapun. Kerancuan Hal ini penting bagi penerima untuk
memverifikasi penafsiran apapun sebelum melompat ke kesimpulan tentang
makna pesan non verbal. Akhirnya, komunikasi nonverbal berbeda dengan
komunikasi verbal dalam kompleksitas, aliran, kejelasan, dampak, dan
intensionalitas.
Beberapa komunikasi nonverbal dipengaruhi oleh budaya dan gender.
Meskipun ada beberapa ungkapan universal, bahkan memperhatikan cara ekspresi
47
ini digunakan mencerminkan budaya komunikator dan gender. Dan perilaku yang
memiliki arti khusus dalam satu budaya dapat mengekspresikan pesan yang
berbeda di negara lain. Kami menyatakan komunikasi nonverbal melayani banyak
fungsi: mengulang, mengganti, melengkapi, aksen, mengatur, dan bertentangan
perilaku verbal, serta menipu.
Bagian lain dari makalah ini memperkenalkan banyak cara di mana
manusia berkomunikasi nonverbal: melalui postur, gerakan, penggunaan wajah
dan mata, suara, sentuhan, pakaian, jarak, waktu, teritorial, dan lingkungan fisik.
48
Daftar Pustaka
Adler, B. Ronald, Goerge Rodman. 2006. Understanding Human Communication
Ninth Edition. Oxford University Press : Oxford New York
Barton, Will, Andrew Beck. 2010. Bersiap Mempelajari Kajian Ilmu Komunikasi.
Jalasutra: Yogyakarta
Mulyana, Dedi. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Rosda : Bandung
49