komunitas ank dan preschool

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang K ematian balita dari tahun ke tahun kian meninggi. Imunisasi menjadi gerbang utama untuk menekan fenomena tersebut. Meski secara alamiah tubuh memiliki daya kekebalan, tak berarti membebaskan balita terproteksi secara utuh. Dengan usianya yang masih rentan, penambahan kekebalan pun sangat dibutuhkan. Dan imunisasi menjadi antisipasi utama yang harus dilakukan kepada para balita dan anak-anak. Apalagi mengingat fakta bahwa berbagai penyakit kerap mengintai masyarakat. K asus malnutrisi juga menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun, namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%. Selain itu banyak pula terdapat kasus balita dengan gizi kurang dan gizi buruk. Tak ayal, ancaman kematian pun menjadi hal yang perlu diwaspadai terutama pada balita. Menurut data survey demografi dan kesehatan Indonesi tahun 2007 (SDKI 2007), angka kematian balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan 1 | Keperawatan Komunitas II

Upload: randy-yusuf-p

Post on 19-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Komunitas anak dan preschool

TRANSCRIPT

Page 1: Komunitas Ank Dan Preschool

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kematian balita dari tahun ke tahun kian meninggi. Imunisasi menjadi gerbang

utama untuk menekan fenomena tersebut. Meski secara alamiah tubuh memiliki daya

kekebalan, tak berarti membebaskan balita terproteksi secara utuh. Dengan usianya yang

masih rentan, penambahan kekebalan pun sangat dibutuhkan. Dan imunisasi menjadi

antisipasi utama yang harus dilakukan kepada para balita dan anak-anak. Apalagi

mengingat fakta bahwa berbagai penyakit kerap mengintai masyarakat. Kasus malnutrisi

juga menjadi masalah penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak

menurun, namun masih tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%. Selain itu banyak

pula terdapat kasus balita dengan gizi kurang dan gizi buruk. Tak ayal, ancaman kematian

pun menjadi hal yang perlu diwaspadai terutama pada balita. Menurut data survey

demografi dan kesehatan Indonesi tahun 2007 (SDKI 2007), angka kematian balita

sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup.

Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering

dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan.

Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi

perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Selain

makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental

dan fisik anak: Exercise is linked with many aspects of being physically and mentally

healthy in children and adult (Buck dkk, 2007 dalam Santrock, 2007). Meskipun anak

yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka belum stabil. Berbagai penyakit

bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya alergi, asma dan infeksi telinga. National

Centre of Health Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian anak paling

besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia).

Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang

berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut

diantaranya hiperaktif dan pelecehan. Dalam PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat

berbagai gejala dari kelainan tersebut.

1 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 2: Komunitas Ank Dan Preschool

Masalah-masalah tersebut terjadi antara lain akibat factor ekonomi yang

memicu kurangnya gizi pada balita. Selain itu juga kurangnya pengetahuan orang tua

mengenai kesehatan anak seperti mengenai imunisasi dan pentingnya asupan makanan

bergizi. Dan bila dilihat dari sisi keberadaan petugas medis. Kurangnya sosialisasi

mengenai pemenuhan gizi yang baik dan keharusan untuk melakukan imunisasi terutama

di daerah pelosok, dan juga kurangnya kemudahan untuk mengakses layanan kesehatan

menyebabkan munculnya masalah-masalah tersebut. Selain itu dari segi mental juga

seharusnya orang tua dapat menberikan pendidikan yang tepat sesuai usia perkembangan

dan kemampuan anak sendiri. Sehingga, dengan pemenuhan kebutuhan fisik seperti

kesehatan dan psikis seperti pendidikan diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik.

Untuk mengatasi masalah-maslah yang sering terjadi pada usia toddler dan

preschool, maka pemerintah memiliki beberapa program, antara lain seperti Posyandu

(Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD (Pendidikan

Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang).

Dalam hal ini, sebagai perawat kita dapat memaminkan peran kita sebagai perawat seperti

memberikan imunisasi, deteksi dan intervensi dini terhadap tumbuh kembang,

memastikan bahwa balita mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal dan jenis

imunisasinya, memberikan penyuluhan, memberikan kesempatan kepada keluarga balita

untuk berkonsultasi terkait kesehatan dan tumbuh kembang balita.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep keperawatan pada komunitas kelompok usia toddler sampai

dengan preschool?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menguraikan konsep keperawatan pada komunitas kelompok usia toddler sampai

dengan preschool.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi konsep keperawatan pada komunitas usia toddler sampai

preschool.

2. Menjelaskan karakteristik perkembangan dan pertumbuhan pada setiap tahapan.

3. Menjelaskan masalah kesehatan yang muncul pada periode toddler dan preschool.

2 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 3: Komunitas Ank Dan Preschool

4. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan

pada periode toddler dan preschool.

5. Menjelskan strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan upaya-uapaya penyelesaian

permasalahan kesehatan pada usia toddler dan preschool.

1.4 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui definisi konsep keperawatan pada komunitas toddler sampai preschool.

2. Mengetahui karakteristik perkembangan dan pertumbuhan pada setiap tahapan.

3. Mengetahui masalah kesehatan yang muncul pada periode toddler sampai preschool.

4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan

pada periode toddler sampai preschool.

5. Mengetahui strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan upaya-uapaya penyelesaian

permasalahan kesehatan pada periode toddler sampai preschool.

3 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 4: Komunitas Ank Dan Preschool

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konsep Keperawatan Komunitas pada Usia Toddler dan Preschool

Keperawatan komunitas menurut CHS (1997) adalah suatu bentuk pelayanan

professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada

kelompok resiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekan

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak menagbaikan kuratif dan

reabilitatif.

Periode Eraly Childhood yaitu sejak umur 1 tahun sampai dengan 6 tahun dibagi

atas:

1. Toddler : umur 1 s.d. 3 tahun

2. Preschool : umur 3 s.d. 6 tahun

Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat

dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.

Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan

anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak

memperhatikan bahaya (Nursalam, 2005).

Pada masa preschool (3 s.d. 6 tahun). Pertumbuhna gigi susu sudah lengkap. Anak

kelihatan lebih langsing. Pertumbuhna fisik juga relative pelan. naik turun tangga sudah

dapat dilakukan sendiri, demikian pula halnya dengan berdiri dengan satu kaki secara

bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa

bersalah bila tindakannya keliru (Nursalam, 2005).

2.2 Perkembangan pada Anak Usia Toddler Sampai dengan Preschool

1. Perkembangan Fungsi Mental dan personality

a. Fase oral (0-1 tahun)

Positif Negatif

a. Memberikan kepuasan/kesenangan

b. Menghisap, menelan, memainkan bibir

c. Makan kenyang, tidur

a. Mengigit, mengeluarkan air liur

b. Marah, menangis.

b. Fase anal (1-3 tahun)

Dengan tubuh memberi kepuasan berkisar sekitar anus.

4 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 5: Komunitas Ank Dan Preschool

Positif Negatif

BAB/BAK dan senang melakukannya

sendiri

Anak akan menahan dan

mempermainkannya

c. Fase phalic (3-6 tahun)

Positif Negatif

Egosentris : sosial interaksi

Mempertahankan keinginanya

Memegang genetalia

Oedipus complex

2. Perkembangan Psikosial (Ericson)

a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)

1) Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain

2) Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan

b. Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)

1) Alat gerak dan rasa, telah matang

2) Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan kemampuan mengontrol

tubuhnya, diri dan lingkungan.

3) Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan membuat

sesuatu sesuai dengan keinginannya.

c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)

1) Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan

2) Rasa inisiatif mulai menguasai anak

3) Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas

4) Kemampuan anak berbahasa meningkat

5) Rasa kecewa dan bersalah.

3. Perkembangan Kongnitif (Piaget)

a. Sensori motorik (lahir – 2 tahun)

Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda untuk mengenal

lingkungan.

b. Pre operasional (2-7 tahun)

Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan

yang akan datang.

2.3 Pertumbuhan pada Anak Usia Toddler Sampai dengan Preschool

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Toddler (1-3 Tahun)

a. Masa mengeksplorasi lingkungan

5 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 6: Komunitas Ank Dan Preschool

b. Tugas tahap ini sukses membutuhkan trust pada saat bayi dan bimbingan orang tua.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Preschool (3-5 Tahun)

a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada di lingkungan semakin besar dan

dapat mengembangkan pola sosialisasinya.

b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum,

mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.

2.4 Masalah Kesehatan pada Usia Toddler dan Preschool

1. Muntah 

Muntah atau emesis adalah keadaan dimana dikeluarkannya isi lambung secara

ekspulsif atau keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi

setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Usaha untuk mengeluarkan isi

lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot perut.

Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering kali dijumpai dan dapat terjadi

pada berbagai gangguan. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin

muntah lendir, bahkan kadang-kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang

menetap setelah pemberian makanan pertama, suatu keadaan yang mungkin disebabkan

adanya iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses

kelahiran, jika muntahnya menetap pembilasan lambung dengan larutan garam fisiologis

akan dapat menolongnya.Secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan antara muntah,

refluks dan regurgitasi. Muntah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan

tubuh untuk mengeluarkan racun yang tertelan.

Penyebab muntah

1. Organik (Gastrointestinal)

2. Obstruksi : atresia esofagus

3. Non obstruksi : perforasi lambung

4. Insufisiensi ginjal, obstruksi urethra

5. Peningkatan tekanan intra cranial (TIK)

6. Non organik (Teknik pemberian minum yang salah, makanan/minuman yang tidak

cocok atau terlalu banyak, keracunan, obat-obat tertentu, kandidasis oral).

Komplikasi

a. Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi

b. Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis

c. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan (syok)

6 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 7: Komunitas Ank Dan Preschool

d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan,

konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa

lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.

2. Gizi buruk

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan

asupan energi dan protein seta mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut

gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-

turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.

Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:

1. Penyapihan yang terlalu dini

2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC

3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau

metabolisme lainnya.

Penyebab tidak langsung:

1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah

2. Lingkungan rumah yang kurang baik

3. Pengetahuan gizi kurang

4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang

Dampak gizi buruk pada anak terutama balita

1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.

2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.

3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:

a. Marasmus

Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis,

jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang,

iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.

b. Kwarsiorkor

Rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua

punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.

c. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor

7 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 8: Komunitas Ank Dan Preschool

3. Gumoh/Regurgitasi

Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa

saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya hanya sedikit.

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi

dibawah usia 6 bulan

Penyebab

a. Anak/bayi yang sudah kenyang

b. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam

lambung

c. Posisi botol yang tidak pas

d. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap

e. Akibat kebanyakan makan

f. Kegagalan mengeluarkan udara

4. Kembung

Kembung adalah keadaan perut yang membesar dan berisi angin. Hal ini

disebabkan oleh menelan angin waktu menyusui, hal ini terjadi karena teknik menyusui

yang salah, puting terlalu besar atau terlalu kecil, dan bayi yang minum susu formula

dengan botol.

5. Konstipasi/Obstipasi

Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana anak jarang sekali buang air besar

dan kalau buang air besar keras. Obstipasi : obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)

Penyebab

Faktor  non organik

a. Kurang makanan yang tinggi serat

b. Kurang cairan

c. Obat/zat kimiawi

d. Kelainan hormonal/metabolic

e. Kelainan psikososial

f. Perubahan mikroflora usus

g. Perubahan/kurang exercise

Faktor organik

a. Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)

8 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 9: Komunitas Ank Dan Preschool

b. Kelainan otot dasar panggul

c. Kelainan persyarafan : M. Hirsprung

d. Kelainan dalam rongga panggul

e. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus

6. Diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai

perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi

dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999).

Penyebab

a. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan

b. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene

dan sanitasi yang buruk

c. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan

d. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)

e. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani

f. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus

g. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)

h. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)

i. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi

antibiotik)

Jenis diare:

a. Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam

b. Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada

saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus

c. Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun

disentri

Tanda dan gejala:

a. Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti

muntah dan diare

b. Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau,

berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering

c. Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia

9 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 10: Komunitas Ank Dan Preschool

d. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

e. Pucat anus dan sekitarnya lecet

f. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada

g. Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk

dan terdapat butiran lemak

h. Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa

i. Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah.

Komplikasi:

a. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)

b. Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian

c. Penurunan berat badan dan malnutrisi

d. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)

e. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)

f. Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)

g. Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam

tubuh)

7. Dermatitis Atopik (Eksim Susu)

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan anak, sering

kambuh, diturunakn dalam keluarga, tidak menular dan merupakan pertanda timbulnya

asma.

Penyebab dari penyakit ini belum jelas, namun ada beberapa indikasi bahwa

penyakit ini disebabkan oleh penyebab sebagai berikut:

a. “Eksim susu” dulu disangka penyebabnya adalah ASI, hal ini terbukti salah karena

Asi justru mengandung zat pelindung tubuh terhadap alergi dan infeksi

b. Faktor kulit yang kering

c. Faktor kebersihan diri (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan yang kurang

d. Faktor hidup kurang sehat, yaitu istirahat dan asupan nutrisi yang kurang

e. Faktor perilaku dan emosi

f. Alergi terhadap makanan seperti susu, telur, ikan, kacang, coklat, jeruk dan lain-lain

Manifestasi klinik

a. Lokasi pada bayi biasanya di muka terutama kedua pipi. Pada dewasa ditengkuk,

lekukan siku, lutut biasanya lebih kering

10 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 11: Komunitas Ank Dan Preschool

b. Terasa sangat gatal

c. Warna kulit kemerahan, ukuran kecil sebesar koin sampai dengan telapak tangan,

basah atau berdarah. Setelah itu akan mengering dan menjadi keropeng, kekuningan

atau kehitaman, kulit bersisik dan kering

d. Mudah terkena infeksi bakteri, virus atau jamur

8. Diaper Rash (Ruam Popok)

Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup popok,

yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah.

Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan, kadang menebal dan bernanah.

Iritasi terjadi karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang

tidak baik. Diaper rash juga merupakan reaksi kulit dengan amonia dari urin

kontaminasi bakteri dari maternal fecal

Penyebab

a. Sering terjadi pada usia 9-12 bulan, tidak sering mengganti pampers, modifikasi diet

b. Kebersihan kulit yang tidak terjaga

c. Udara atau suhu lingkungan yang teralu panas atau lembab

d. Kulit bayi masih peka sehingga mudah iritasi

e. Popok yang basah karena urin dan feses yang tidak segera diganti (enzim protease

dan lipase)

f. Lebih parah pada bayi yang mengkonsumsi susu formula (pada susu formula

kandungan protein lebih tinggi sehingga kadar amonia/urea lebih pekat)

g. Infeksi jamur Candida albicans dan infeksi bakteri Staphylococcus menyebabkan

perubahan sistem imun

h. Popok yang mengiritasi akibat sabun, karet, plastik dan detergen yang keras

i. Diare sehingga menyebabkan iritasi kulit

Tanda dan gejala

a. Iritasi pada kulit yang terkena muncuul sebagai erithema

b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti pantat, alat kelamin, perut bawah,

paha bagian atas dan lipatan-lipatan kulit

c. Erupsi dapat berupa bercak kering, merah dan bersisik

d. Keadaan lebih parah terdapat pada papila erythemetosa, vesicula dan ulcerasi

e. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri

11 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 12: Komunitas Ank Dan Preschool

9. Miliariasis/Sudamina/Liken Tropikus/Biang Keringat

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai

dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan

saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada,

punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.

Faktor penyebab

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat

c. Aktivitas yang berlebihan

d. Setelah menderita demam atau panas

e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema

akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.

10. Dermatitis Seboroik/Cradle Cap

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronik yang berhubungan dengan

kelenjar sebaseus. Dermatitis seboroik juga merupakan kerak pada kulit kepala bayi

yang disebabkan oleh vernix kaseosa yang tidak bersih dan dapat terinfeksi

staphylococcus. Penyakit ini biasanya dimulai dari kulit kepala kemudian menjalar ke

muka, kuduk, leher dan badan.  Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini

berdasarkan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat

disangkal bahwa penderita yang mengalami penyakit ini terjadi pada kulit yang

berlemak (sebaseus), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dengan penyakit

ini masih belum jelas. Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit ini akibat

makanan yang berlemak, makanan berkalori tinggi, minuman beralkohol dan gangguan

emosi. Penyebab

a. Kurang jelas

b. Berkaitan dengan sistem imun dan hygiene yang buruk

c. Karena adanya vernix kaseosa/lemak pada kepala bayi yang kemudian terinfeksi

staphylococcus

d. Sering terjadi pada penderita HIV-AIDS dan anak-anak

Gejala

a. Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras

dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle

cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.

12 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 13: Komunitas Ank Dan Preschool

b. Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)

11. Bercak Mongol

Bercak mongol adalah bercak kebiruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar,

difus, terdapat didaerah bokong atau lumbosakral yang akan menghilang setelah

beberapa bulan atau tahun. Bercak mongol adalah pigmentasi yang datar dan berwarna

gelap didaerah pinggang bawah dan bokong yang ditemukan pada saat lahir pada

beberapa bayi yang akan menghilang secara perlaan-lahan selama tahun pertama.

Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula

terbatas di fossa koksigea lalu menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu

didaerah orbita : sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ota), daerah

deltotrapezeus (nevus ito).

12. Hemangioma (Tumor Jinak Di Kulit)

Hemangioma adalah malformasi vascular local yang disebut juga nevi vascular

atau hemangima yang sering ditemukan pada kelopak mata atas neonatus.

Penyebab

a. Masih belum jelas

b. Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh darah yang melebar dan

berhubungan dengan proliferasi endotel

13. Furunkel Atau Bisul

Furunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus profunda

yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah

muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam

waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah.

14. Kandisosis/Moniliasis/Oral Trush

Oral trush adalah infeksi Candida yang didapat bayi melalui jalan lahir atau

perkontinuitatum. Biasanya infeksi terjadi didaerah mukokutan, mulut dan bibir. Lesi

berupa bercak putih yang lekat pada lidah, bibir dan mukosa mulut yang dapat

dibedakan dengan sisa susu. Infeksi ini dapat meluas ke saluran terutama di lipatan

kulit, bahkan ke berbagai alat dalam.

13 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 14: Komunitas Ank Dan Preschool

Kandidosis oral adalah infeksi candida pada daerah mulut, sering terjadi pada

bayi normal dan makin jarang sejalan dengan pertambahan usia.

Penyebab

a. Infeksi melalui jalan lahir pada ibu yang menderita kandidosis vagina (Candida

albicans)

b. Infeksi silang dari penderita kandidiasis lain

c. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi apabila ada faktor predisposisi

d. Peralatan minum terutama yang menggunakan PASI

e. Bayi yang mendapatkan terapi antibiotika atau immunosupresi

Faktor predisposisi

a. Faktor endogen : perubahan fisiologik, umur, imunologik

b. Faktor eksogen : iklim, kebersihan, kontak dengan penderita

Gejala

a. Terdapat bercak putih pada lidah, bibirdan mukosa mulut yang dapat dibedakan

dengan sisa susu

b. Jika sisa susu mudah diangkat, namun jika moniliasis sulit diangkat dan jika

dilepaskan dari dasarnya akan menyebabkan basah, merah dan berdarah

c. Diagnosa dapat diketahui dengan sediaan hapusan yang berwarna biru metilen dan

tampak miselium dan spora yang khas

15. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu

minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan puncaknya di hari ke 5-7,

kemudian akan menurun pada hari ke 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10 mg/ddl

pada bayi atterm dan < 12 mg/dl pada bayi permatur. Keadaan ini masih dalam batas

normal.

Manifestasi klinis

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Salah satu

cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan

penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan kepada tempat-

tempat yang tulangnya menonjol seperti hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan

akan tampak pucat atau kuning. Penilaian bilirubin pada masing-masing tempat tersebut

disesuaikan dengan tabel derajat ikterus menurut kramer (1969).

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata2 serum bilirubin indirek (umol/l)

14 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 15: Komunitas Ank Dan Preschool

1 Kepala dan leher 100

2 Pusat-leher 150

3 Pusat-paha 200

4 Lengan+tungkai 250

5 Tangan+kaki >250

2.5 Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan pada Balita dan Preschool

1. Program untuk Komunitas Balita

a. Posyandu

Program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk

upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan

perkembangan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Fokus pelayanan pada

Posyandu adalah membantu pemenuhan pertumbuhan dan kesehatan fisik anak.

Dengan meningkatkan jangkauan pelayanan melalui kegiatan pelayanan pada

hari buka Posyandu dan kunjungan rumah.

a. Pelayanan pada hari buka

Pelayanan Posyandu pada hari buka dilaksanakan dengan menggunakan 5

(lima) tahapan layanan yang biasa disebut sistem 5 (lima) meja. Tanpa

mengurangi arti kelompok sasaran yang selama ini dilayani, yaitu 3 (tiga)

kelompok rawan yaitu di bawah dua tahun (baduta), di bawah lima tahun (balita),

ibu hamil dan ibu menyusui, namun dengan mempertimbangkan terhadap urgensi

adanya gangguan gizi yang cukup bermakna yang pada umumnya melanda anak di

bawah dua tahun (baduta) yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan

yang tetap, maka diberikan perhatian yang khusus bagi anak di bawah dua tahun

(baduta) agar dapat tercakup dalam pemantauan pertumbuhan dan pelayanan Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu).

1) Jenis pelayanan minimal yang perlu diberikan kepada anak di bawah dua dua

tahun (baduta) maupun di bawah lima tahun (balita), adalah :

15 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 16: Komunitas Ank Dan Preschool

a) Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan

secara khusus terhadap anak yang selama 3 (tiga) kali penimbangan

pertumbuhannya tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih rendah dari 200

(dua ratus) gram setiap bulan) dan anak yang pertumbuhannya berada di

bawah garis merah sesuai catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

b) Pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) dan Vitamin A dua

kali dalam 1 (satu) tahun.

c) Pemberian makanan tambahan untuk anak yang tidak cukup

pertumbuhannya (kurang dari 200 (dua ratus) gram untuk setiap bulan) dan

anak yang berat badannya berada dibawah garis merah sesuai catatan pada

Kartu Menuju Sehat (KMS).

d) Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh

layuh.

e) Memantau kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Diare serta

melakukan rujukan bila diperlukan.

2) Pelayanan ibu hamil dan menyusui

Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga

kesehatan baik oleh bidan maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di Meja V

saat Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) buka, berupa :

a. Ibu hamil

1. pemeriksaan kehamilan;

2. pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami

Kekurangan Energi dan Kalori (KEK);

3. pemberian tablet tambah darah;

4. penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.

b. Ibu menyusui

1. pemberian Vitamin A;

2. pemberian makanan tambahan;

3. pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah;

4. penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI

eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir;

5. pelayanan Keluarga Berencana (KB).

3) Paket pelayanan pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat

ditambahkan atau dikembangkan bagi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang

16 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 17: Komunitas Ank Dan Preschool

telah mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi tambahan berbagai

program, antara lain :

a) Program pengembangan anak usia dini yang diintegrasikan dengan program

Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.

b) Program dana sehat dan/atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(JPKM) dan sejenisnya, seperti Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan

Masyarakat (Tabumas) dan lain-lain.

c) Program penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti

malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.

d) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).

e) Usaha kesehatan gigi masyarakat perkotaan.

f) Program sarana air minum dan jamban keluarga dan perbaikan lingkungan

pemukiman.

g) Pemanfaatan pekarangan.

h) Dan kegiatan lainnya seperti :TPA, pengajian, taman bermain, arisan,

peragaan teknologi tepat guna dan sejenisnya.

b. Pelayanan dengan kunjungan rumah

Kunjungan rumah dilakukan oleh kader/bunda dan bila perlu didampingi

oleh pendamping dari tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat maupun unsur

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebelum dan sesudah hari buka Pos

Pelayanan Terpadu (Posyandu).

2. Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata

imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan

memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk

terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih

fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih

belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara

17 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 18: Komunitas Ank Dan Preschool

bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan dan hidup anak.

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk

mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan

bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang

dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,

tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Jenis – Jenis

Imunisasi: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, Campak.

Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:

Umur Vaksin Keterangan

Saat lahir Hepatitis

B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1

dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir

diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status

HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui

bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi

berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio

oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin

kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis

B-2Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan

sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji

tuberkulin negatif.

2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau

DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan

18 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 19: Komunitas Ank Dan Preschool

secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan

dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu

diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis

B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval

HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak-

1

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada

SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan,

campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18

bulan

MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat

diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

19 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 20: Komunitas Ank Dan Preschool

18 bulan DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun Hepatitis

A

Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan

interval 6-12 bulan.

2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun.

Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6 tahun. MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan

MMR-1.

10 tahun dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk

mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

3. Program Bina Keluarga Balita (BKB)

Program bina keluarga adalah upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang balitanya

melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang

berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga lainnya dengan anak

balita.

Melalui gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) diharapkan setiap keluarga akan

mampu meningkatkan kemampuannya terutama dalam membina anak balitanya dan

anak usia pra sekolah sehingga anak tumbuh dan berkembang secara optimal

20 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 21: Komunitas Ank Dan Preschool

berkepribadian yang luhur, cerdas serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dilakukan dengan cara

mengelompokkan orang tua balita berdasarkan kelompok umur anak yang dimilikinya

yaitu : 0-1 (nol sampai dengan satu) tahun, 1-2 (satu sampai dengan dua) tahun, 2-3 (dua

sampai dengan tiga) tahun, 3-4 (tiga sampai dengan empat) tahun dan 4-5 (empat

sampai dengan lima) tahun. Pertemuan kelompok dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 1 (satu) bulan atau paling sedikit 9 (sembilan) kali pertemuan dalam 1 (satu)

tahun.

Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) meliputi :

a. Penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang :

1) peranan orang tua (ayah dan ibu) dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh

kembang anak;

2) konsep diri orangtua;

3) tumbuh kembang balita meliputi :

a) aspek gizi dan kesehatan balita;

b) perkembangan balita perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir;

c) pembinaan delapan aspek perkembangan, yaitu kemampuan gerakan

kasar/halus, kecerdasan, komunikasi aktif/pasif, menolong diri sendiri dan

kemampuan bergaul sesuai dengan umur anak.

b. Pemantauan tumbuh dan kembang anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA);

c. Kunjungan rumah oleh kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana

(PLKB) untuk memantau pelaksanaan atau praktek pengasuhan dan pembinaan

tumbuh kembang anak oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya;

d. Rujukan

Kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) memberikan

fasilitasi rujukan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), pusat rujukan tumbuh

kembang anak atau tenaga ahli lainnya bagi keluarga balita yang anaknya mengalami

masalah tumbuh kembang.

4. Program PAUD

PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

21 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 22: Komunitas Ank Dan Preschool

Pos PAUD mendukung keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang

memberikan layanan dasar kesehatan dan gizi balita dan memperkuat layanan Bina

Keluarga Balita (BKB) yang memberikan pengetahuan dan keterampilan mendidik

kepada keluarga/orang tua balita, memberikan stimulasi seluruh potensi kecerdasan

anak, menanamkan nilai-nilai dasar, dan pengembangan kemampuan dasar anak.

5. Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara

komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,

diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan

anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi,

lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan

sosial). Sasaran program ini adalah anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah

kerja Puskesmas. Jenis Kegiatan SDIDTK meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

a) Tujuan pengukuran BB/TB asdalah untuk menentukan status gizi anak,

normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.

b) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran

dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga

kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.

2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak

dalam batas normal atau diluar batas normal

b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Deteksi dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk

mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

22 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 23: Komunitas Ank Dan Preschool

2) Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak

dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya

dengar dan bicara anak.

3) Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar

segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk

memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.

c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan

untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera

dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat

diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada

tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental

emosional pada anak pra sekolah

2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan

sampai 36 bulan.Tes Daya Lihat (TDL)

b. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak preschool.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental

emosional pada anak preschool.

2) Deteksi dini autis pada anak preschool.

Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan

sampai 36 bulan.

2.6 Strategi Pelaksanaan Program

Untuk melaksanakan kebijakan program tersebut diatas, digunakan strategi sebagai

berikut:

a. Optimalisasi peran Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Bina Keluarga Balita

(BKB), Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),

23 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 24: Komunitas Ank Dan Preschool

PAUD dan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi yang

terkait;

b. Membangun kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pengembangan Program Pos

PAUD Terpadu;

c. Sosialisasi Program Pos PAUD Terpadu kepada seluruh komponen masyarakat dalam

setiap kesempatan;

d. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan keterampilan dan kemampuan kepada pengelola

dan pendidik (kader/bunda);

e. Fasilitasi pembentukan Program Pos PAUD Terpadu.

2.7 Peran Perawat dalam Komunitas pada Balita dan Preschool

1. Care Giver

Peran perawat sebagai care giver dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada

balita dan keluarga dalam bentuk preventif, kuratif dan rehabilitatif. Contoh pelaksanaan

care giver di Posyandu adalah dengan memberikan imunisasi, deteksi dan intervensi

dini terhadap tumbuh kembang.

2. Advokat

Peran perawat sebagai advokat adalah dengan memberikan perlindungan kepada balita

dan keluarga. Contoh pelaksanaan peran advokat adalah memastikan bahwa balita

mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal dan jenis imunisasinya.

3. Edukator

Perawat memainkan peran sebagai pemberi health education dalam bentuk penyuluhan

kesehatan balita kepada ibu yang memiliki balita. Bentuk lain upaya health education

juga dapat diberikan dalam bentuk pembagian leaflet dan poster. Selain memberikan

penyuluhan, perawat juga memberikan kesempatan kepada keluarga balita untuk

berkonsultasi terkait kesehatan dan tumbuh kembang balita.

24 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 25: Komunitas Ank Dan Preschool

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

     Berdasarkan pembahasan makalah di atas, maka kami dapat menarik kesimpulan

bahwa Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat. Setiap keluarganya tentunya

pernah mengalami atau memiliki anak dengan usia balita. Masa Balita ini terbagi atas dua

masa yaitu Toddler dan Pra Sekolah. Sehingga masing-masing memiliki fase bimbingan

yang berbeda. Pada masa ini anak mengalami peningkatan dan kemajuan yang

menakjubkan. Keluarga dengan Balita memiliki dua tahap perkembangan yaitu tahap

keluarga dengan Childbearing dan tahap keluarga dengan anak pra sekolah. Dalam

perkembangan keluarga ini ada beberapa tugas dan masalah yang harus dihadapi oleh

keluarga termasuk anak yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, keluarga perlu

diperlengkapi dengan proses keperawatan/asuhan keperawatan  keluarga dengan Balita.

3.2 Saran

     Keluarga dengan Balita, seperti yang sudah dibicarakan di atas, banyak

diperhadapkan dengan masalah. Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus memperhatikan

dengan benar setiap asuhan perawatan yang diberikan baik terhadap keluarga maupun pada

anak. Dengan begitu keluarga dapat melaksanakan pola asuhan keluarga dengan Balita

secara mandiri. Untuk itu tidak lepas pula bimbingan dari tenaga kesehatan, terutama

perawat.

25 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I

Page 26: Komunitas Ank Dan Preschool

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Anas, Syarial R. 1998. Pelaksanan Posyandu di Tingkat II Kotamadya Medan, disajikan pada "Temu Karya LKMD Propinsi Sumatera Utara", Medan.

Mubarok, Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba MedikaLusia. 2011. 5 Juta Anak Balita Rawan Gizi. Diakses pada 5 Oktober 2011 dari

http://health.kompas.com/read/2011/01/12/07005986/5.Juta.Anak.Balita.Rawan.Gizi Kurniawati, Ernita Mei (2007) Hubungan Pola bermain dengan Perkembangan Kognitif anak

Usia Prasekolah Di TK Islam Pangeran Diponegoro Semarang. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

Roffi. 2010. Asuhan Keperawatan Komunitas. Diakses pada 1 Oktober dari http://staff.undip.ac.id/psikfk/muhammadrofii/2010/07/26/asuhan-keperawatan-komunitas/

26 | K e p e r a w a t a n K o m u n i t a s I I