komunitas remaja

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut dimasa dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena narkoba, alkohol maupun rokok serta pergaulan bebas, maka suram atau hancurlah masa depannya. Pada masa remaja justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang sangat tinggi. Data yang dihimpun oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) sampai tahun 2006, menggambarkan pola peningkatan penyalahgunaan zat termasuk alkohol yang significan, tahun 2006 terjadi 8.118 kasus penyalahgunaan narkotika, 21.318 kasus penyalahgunaan psikotropika dan 4.639 kasus penyalahguaan zat adiktif, dari tahun sebelumnya tahun 2005 terjadi 8.171 kasus penyalahgunaan narkotika, 6.733 kasus penyalahgunaan psikotropika, dan 1.348 kasus penyalahgunaan zat adiktif. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan Komunitas II | 1

Upload: randy-yusuf-p

Post on 24-Oct-2015

158 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Remaja

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa

kanak-kanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa

kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang

tersebut dimasa dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan

remaja rusak karena narkoba, alkohol maupun rokok serta pergaulan bebas,

maka suram atau hancurlah masa depannya. Pada masa remaja justru

keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup,

serta bersenang-senang sangat tinggi.

Data yang dihimpun oleh BNN (Badan Narkotika Nasional)

sampai tahun 2006, menggambarkan pola peningkatan penyalahgunaan

zat termasuk alkohol yang significan, tahun 2006 terjadi 8.118 kasus

penyalahgunaan narkotika, 21.318 kasus penyalahgunaan psikotropika dan

4.639 kasus penyalahguaan zat adiktif, dari tahun sebelumnya tahun 2005

terjadi 8.171 kasus penyalahgunaan narkotika, 6.733 kasus penyalahgunaan

psikotropika, dan 1.348 kasus penyalahgunaan zat adiktif. Penyalahgunaan

alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal pada tahun 2006,

SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD

dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007,

htt p : // www.kadin-indonesia.go.id , 06-04-2009).

Remaja dalam bertindak akan selalu dipengaruhi oleh konsep diri dan

pengalaman dalam hidupnya. Sehingga penting bagi perawat untuk dapat

menggali dan mencari informasi mengenai konsep diri serta pengalaman

seorang remaja untuk dapat menentukan diagnose keperawatan yang tepat

hingga merencanakan suatu intervensi pada remaja yang bermasalah.

Melihat fenomena di atas, maka kami menyusun sebuah makalah yang

merangkum materi mengenai remaja dan permasalahannya yang kami

harapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi dan

Komunitas II | 1

referensi mengenai asuhan keperawatan komunitas pada remaja dengan benar

dan tepat terutama bagi mahasiswa keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah definisi remaja?

2. Apa sajakah permasalahan yang dihadapi oleh remaja?

3. Bagaimanakah menangani masalah yang dihadapi remaja?

4. Bagaimanakah diagnosa dan intervensi keperawatan pada remaja?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada komunitas kelompok

remaja dengan baik dan benar

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi remaja

2. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai macam penyimpangan pada

remaja

3. Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan komunitas pada

remaja

4. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan komunitas pada

remaja

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang konsep keperawatan pada komunitas

kelompok remaja serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pada

komunitas kelompok remaja dengan pendekatan Student Center Learning.

Komunitas II | 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu

mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan

mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya,

remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni

masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya

perubahan sosial (TP-KJM,2002).

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan

manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak

terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal

keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan

untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi

pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan

sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin

saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia

sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi

dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang

dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.

Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat

diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.

Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena

kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu

mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

1) Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini

memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-

periode perkembangan lainnya. Menurut Aulia (2006) rinciannya

adalah sebagai berikut:

Komunitas II | 3

a. Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki

dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi

pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak

penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana

terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting.

Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri

secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-

nilai dan minta yang baru.

b. Masa remaja adalah masa peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-

sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku

dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola

perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali

seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang

dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan

perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku

sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu

mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan

bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.

c. Masa remaja adalah periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara

cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya

perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima

karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1)

peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai

kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang

dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena

perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai,

dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan

yang terjadi.

d. Masa remaja adalah usia bermasalah

Komunitas II | 4

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk

ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini

disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak

paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau

guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan

masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri

maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,

sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan

persoalan tersebut.

e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya

memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari

identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa

mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk

meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti

mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang

lain.

f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan

Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri

dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak

masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka

berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu

sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan

meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan

masalahnya.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara

kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain

sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri.

Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak

realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga,

teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin

Komunitas II | 5

marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.

h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap

dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype

remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa.

Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang

dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk

memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status

orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan

bahkan melakukan hubungan seksual.

2) Tugas Perkembangan Masa Remaja

Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada

bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan

mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugas-

tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari

kedua jenis kelamin

2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab

secara sosial

5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya

6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi

7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga

8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan

perilaku

2.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

1. Perubahan Fisik Masa Remaja

a. Tinggi badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia

Komunitas II | 6

17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.

b. Berat badan

Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan

tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.

c. Proporsi tubuh

Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal :

badan lebih lebar dan lebih kuat.

d. Organ seksual

Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa

pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai

dengan beberapa tahun kemudian

e. Karakteristik sex sekunder

Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada

level dewasa pada periode remaja akhir.

2. Emosionalitas Masa Remaja

Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi

perubahan dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka,

sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan pada

aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa “storm and

stres” dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan

dari perubahan fisik dan hormonal.

Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol

dan nampak irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku

emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun,

remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara

emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka

mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.

Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka

diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak

adil. Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak

untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup

mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka

Komunitas II | 7

yang memiliki materi lebih.

3. Perubahan Sosial pada remaja

Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja

adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap

jenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak

pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan

sekolah.

Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka

di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa

dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap,

cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.

Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya

perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka

yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai

pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa

minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial

yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman,

dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-

nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat

dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan

dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki

keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan disukai oleh

lingkungannya.

4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja

Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan

sosial pada remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja

tersebut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan

tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada

kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan

tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang

salah pada remaja :

a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.

Komunitas II | 8

b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.

c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan

dengan standar kelompok.

d. Homesickness

e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir

ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.

f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal,

misalnya ngompol, ngamuk pada saat marah dan lain-lain.

g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti

rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.

2.3 Permasalahan Remaja

1. Remaja dan Rokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan

yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat

memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat

menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-

orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok

memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok

adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk

menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap

perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/

fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok

yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,

terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat

tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan

kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :

a. Pengaruh orangtua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-

anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana

orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan

hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok

Komunitas II | 9

dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga

yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi,

1999:294).

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja

merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah

perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh

teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut

dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua

menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai

sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu

pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).

c. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau

ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan

diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat

prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah

konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai

tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan

dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,1999).

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan

atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,

Buletin RSKO, tahun IX,1991).

2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus

penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah

20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.

a. Narkoba

Komunitas II | 10

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan

Aditif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan

dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun

disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan

perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan

(adiksi) fisik dan psikologis.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa

nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.

22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah :

a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,

jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,

dan damar ganja.

b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta

campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan

tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada

aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang No. 5/1997).

Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax,

Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,

Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis

Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-

bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai

sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu

sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.

Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan

untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai

dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status

Komunitas II | 11

social, ingin melupakan persoalan maka narkoba kemudian

disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan

menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga

dengan kecanduan

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan

narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di

kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba

melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan

remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan

merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan

sumber daya manusia bagi bangsa.

b. Alkohol

Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun

dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan.

Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya

bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan

minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 – 55%

alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90

menitsetelah diminum.

Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental)

bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :

a. Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi

b. Usia, berat badan, dan jenis kelamin

c. Makanan yang ada di dalam lambung

d. Pengalaman seseorang minum-minuman beralkohol

e. Situasi dimana orang minum-minuman beralkohol

Tabel1. Pengaruh Alkohol pada Perilaku

Pengaruh alkohol pada perilaku

Konsentrasi alkohol dalam darah

Pengaruh yang ditimbulkan

Komunitas II | 12

Perasaan

segar (well-

being)

Sampai dengan 0.50 g% • Banyak bicara

• Santai

• Lebih percaya diriRisiko

Rendah

0.05 – 0.08 g % • Banyak bicara

• Bertindak dan lebih

merasa percaya diri

• Berkurangnya kemampuan

untuk berfikir dan bergerak

• Berkurangnya rasa malu

Risiko

Sedang

0.08 – 0.15 g % • Bicara cadel

• Berkurangnya

keseimbangan dan

koordinasi tubuh

• Refleks menjadi lambat

• Penglihatan kabur

• Emosi yang labil

Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g % • Tidak dapat berjalan tanpa

3. Remaja dan Penyimpangan Seksual

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah

diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi

anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak

semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin

mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu

saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke

pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa

yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh

dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat

berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja

dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang

dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan

bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami

Komunitas II | 13

perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.

Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja

yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik

elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap

perilaku seksual individu remaja tersebut.

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait

dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah

masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi

apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang

mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak.

Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan

pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya

dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi

tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut

tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi

tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma

kehidupan masyarakat kita.

Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian

pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani

remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi

secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani

sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak

sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya

pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang

menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja

akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan

keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah

kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan

berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah

banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.

2.4 Remaja dan Perilaku Hidup Sehat

Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti

Komunitas II | 14

tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung

perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus

menerus memperbaiki diri. Dengan demikian remaja dapat diharapkan

menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya

memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus

mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja

antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan

perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%, dan

spiritual 15%

Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya

berkembang tidaksama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah

yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.

Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta

hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina.

Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang

lain dianggap sebagai orang tua, teman. Hubungan dirinya dengan orang lain

dianggap bersifat:

1. Otoriter demokratis

2. Tertutup terbuka

3. Formal informal

Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju"

Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada

dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa. "Dalam

perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:

1. Fisik yang kuat

2. Emosi yang cepat tersinggung

3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang

4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-

kadang saja dipakai. "Dalam perjalanan menuju" yang paling penting

diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :

a. Menuju fisik yang ideal

b. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh

Komunitas II | 15

c. Menuju cara berfikir dewasa

d. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan

bersifat tatakrama

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian

Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada

kelompok remaja :

1. Data inti, terdiri dari :

a. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi

perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah,

semakin melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut pada

diri remaja.

b. Demografi

c. Vital statistik

- Kelahiran

- Mortalitas :

Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19

berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang

(25,50%)

Bukan karena penyakit :

1. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan

Kesehatan Dunia PBB  (WHO), kecelakaan lalu lintas di

Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun

2. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun

mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan

dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25

tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor

lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the Children : 1 dari

10 persalinan dialami oleh ibu yang masih anak2, berusia

Komunitas II | 16

11-12 tahun menyebabkan komplikasi kehamilan dan

persalinan membunuh 70,000 remaja puteri tiap tahun

- Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat

dikelompokkan menjadi 2 :

Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara

lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi,

DBD, dan lain-lain.

1. HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang

(4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).

2. Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari

tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70%

diantaranya berusia antara 15-19 tahun

3. Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi PMS di

Negara-negara berkembang terjadi pada mereka yang berusia

13-20 tahun.

Bukan karena penyakit

1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB 

(WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu

orang per tahun

2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak

diinginkan. Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 %

kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak

diinginkan

3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan

pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA

menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan

8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007)

d. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara

lain : orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh

dan tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan

ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas

Komunitas II | 17

rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi pembentukan

kepribadian remaja.

e. Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada

pula remaja yang sudah menikah.

f. Kelompok etnis :

- Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di

bawah usia 14 tahun masih sangat umum

- Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan

mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan

seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)

- Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa mereka

melakukan “survival sex” yakni menukar seks untuk memperoleh

uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat terlaran

- Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara

tertentu sebagai bentuk perayaan

g. Nilai dan keyakinan :

- Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan dijual

oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota keluarga

yang lain

- Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan pengaruh

teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya jumlah

perokok remaja di Indonesia

- Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan

keglamoran

2. Komponen sub sistem, terdiri dari :

a. Lingkungan fisik

Pengkajian lingkungan fisik

1) Perumahan dan Lingkungan

- Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan

remaja lebih banyak melakukan kegiatan negatif

- Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi

dengan baik dengan tetangga

Komunitas II | 18

2) Lingkungan terbuka

3) Batas

4) Kebiasaan :

- Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,

warung-warung pinggir jalan dan lain-lain

- Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur

sekolah

- Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji,

kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba

narkoba, tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong,

minum alkohol, free sex, dan lain-lain)

5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang

menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya

ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan

6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat

pelayanan KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS,

kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi tekanan

kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja),

pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi

dukungan

7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di

mall, pasar, pusat perbelanjaan

8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura

9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi

10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman

11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen

dan anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi

ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari

rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga

menjadi glandangan.

b. Pelayanan kesehatan dan sosial :

- Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu remaja

Komunitas II | 19

- Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang

berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual

bertanggung jawab dan PMS

c. Ekonomi

- Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki

penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua. Namun

ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan sehingga

mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan penghasilan

tersebut hanya digunakan untuk menambah uang saku.

- Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki

pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja

yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah ekonomi) dan

memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh

remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan restoran,

mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK, dan lain-

lain.

d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh

remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan

sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan keamanan

dirinya karena sering mengebut saat mengendarai kendaraaan mereka.

e. Politik dan pemerintahan

Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja,

antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS

f. Komunikasi

- Komunikasi formal : Koran, Radio, TV

- Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang

narkoba, free sex, merokok), internet

g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP,

dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk

kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi

Remaja) telah dilakukan atas dukungan Depkes dan WHO di sekolah

dan lembaga pendidikan.

Komunitas II | 20

h. Rekreasi :

- Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik

yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah, les pelajaran tambahan, les minat dan bakat, mengaji di

masjid, dan lain-lain. Negatif : nongkrong sampai malam, main

game sampai larut malam

- Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat

rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :

a) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja

b) Resiko penyimpangan seksual

c) Resiko tinggi konflik keluarga

d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja

e) Gangguan citra tubuh

f) Perilaku destruktif

g) Perubahan pemeliharaan kesehatan

h) Depresi

i) Nutrisi kurang/lebih

j) Resiko cedera

k) Kurang Perawatan diri

l) Kurang pengetahuan

Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :

1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y

Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan

a. kurangnya kasih sayang dari orang tua

b. dasar-dasar agama yang kurang

2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya

berhubungan dengan :

a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah-

msalah kenakalan remaja dan akibatnya.

b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan

Komunitas II | 21

3. Resiko cedera pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya

kebut-kebutan dijalan raya

4. Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk

memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja

3.3 Intervensi Keperawatan

1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan

remaja

Intervensi yang dilakukan :

a) Pada Klien :

Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah

ketergantungan

Intervensi :

1. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara

meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan

2. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang

dapat memberi pengaruh yang buruk

3. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan

4. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam

kelompok

5. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya

b) Pada Keluarga :

Tujuan :

- Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota

keluarganya berhenti menggunakan NAPZA

- Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti

- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA

- Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk

Intervensi :

1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga

2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat

klien

Komunitas II | 22

3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau

keterganungan zat (tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan

penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi)

4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS

5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar

terbuka pada keluarganya

6. Memperhatikan pergaulan klien

7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja

dan tugas perkembangan remaja

c) Pada Masyarakat :

Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai

keadaan klien yang sedang menjalani proses rehabilitasi

Intervensi :

1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien

NAPZA ketika sudah kembali di masyarakat

2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya

3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja

dalam karang taruna

4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan

tentang penggunaan NAPZA dan akibatnya

2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual

Intervensi yang dilakukan:

a) Pada Klien :

Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual

Intervensi :

1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat

mempengaruhi psikologis dan sosial remaja

2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari

free sex bagi kehidupan sosial

3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman

yang dapat memberi dampak yang buruk

Komunitas II | 23

4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang

perasaannya

5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang

akan dilaluinya

6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,

emosional dan situasi etis  untuk meningkatkan proses belajar dan

otonomi dan tanggung jawab

7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya

b) Pada Keluarga

Tujuan :

- Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien

- Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja

Intervensi :

1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat

mempengaruhi psikologis dan sosial remaja

2) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi

remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan

yang dimiliki keluarga.

3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan

4) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang

sebagian besar merupakan dampak dari penyimpangan sex agar

dapat bertanggung jawab

5) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan

tugas yang akan dilalui oleh remaja

c) Pada Masyarakat

Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja

Intervensi :

1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan

tentang akibat penyimpangan sex

2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk

remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan

Komunitas II | 24

remaja yang kurang bermanfaat yang dapat memberikan dampak

yang buruk

3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan

berbagai kegiatan positif melalui karang taruna

3. Resiko cedera

a. Pada Klien :

Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)

Intervensi :

1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan

akibatnya jika dilanggar

2) Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat

kecelakaan lalu lintas

3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas

4) Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam

berkendara

b. Pada Keluarga

Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan

bermotor untuk remaja

- Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang

bahaya berkendara kebut-kebutan

Intervensi :

1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya

berkendara kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu

lintas

2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara

3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya

(misalnya anak berteman dengan geng motor)

c. Pada Masyarakat

Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja

Intervensi :

Komunitas II | 25

1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan

penyuluhan tentang cara berkendara yang baik dan dampak

melanggar peraturan lalu lintas

b. Intervensi dari Pemerintah

1. Melalui Puskesmas

a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh

remaja, menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka,

menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait

dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi

kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan

kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima,

sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan umum dari adanya

program ini adalah Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di

Puskesmas.Kemudian tujuan umumnya yakni:

1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang

berkualitas

2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam

pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.

4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.

Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas

1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:

a. Gambaran remaja di wilayah kerja :

- Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.

- Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan

lainnya.

- Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-

gunaan NAPZA

Komunitas II | 26

b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai

berhubungan dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang

ingin diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki

c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada

d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku

pedoman tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan

mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan

swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak

langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan sebagainya).

Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk

menentukan:

1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat

pendidikan dan permasalahan yang dihadapi

2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah

remaja di wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan remaja di wilayahnya

3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi

4. Terobosan dan inovasi kegiatan

5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR

6. Strategi menjalin kemitraan

7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.

2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah

suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan

untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling

tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta

kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama

generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik

minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat

dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan

program dan selera remaja setempat.

Komunitas II | 27

Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan

informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan

Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR.

Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas

dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja

dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera.

Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan

pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan,

Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan,

pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan

pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.

PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi

seperti tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau

provinsi. Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang

berada di luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam

penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya

seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja

Pesantren, dan lain-lain.

Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya

komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti

pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang

telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja

terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan

Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.

Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan

dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari

Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi

kepemudaan/remaja lainnya, seperti:

1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan

SKPDKB

Komunitas II | 28

2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi

masyarakat (seperti: pengurus masjid, partor, pendeta, pedande,

bukisu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.

3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)

4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok

pesantren, komite sekolah.

5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis ta’lim,

program PKK.

6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna,

pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.

c. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan

Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat

2010 di atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun

1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan

Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.Program ini bertujuan

meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat

kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:

1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku

masyarakat sekolah yang sehat

3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan masyarakat sekolah

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan

dan kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan

lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12

berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif

dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah

12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam

sekolah (sumber: Depdiknas,2007).

Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk

menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan

Komunitas II | 29

derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a)

penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan

di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga

kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.

Kegiatan Promkes ini antara lain:

1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan

2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah

3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun

4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan

individu, dan kesehatan masyarakat

5. Program pemberantasan kecacingan

6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL

7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST

8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”

9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang

terlibat di sekolah,mencakup:

- Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian

tugas guru pembina dan Komite Sekolah

- Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya

d. Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN)

Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam

berpartisipasi mengenali keberadaan dan dampaknapza

Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga kesehatan

(perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.

Kegiatan :

1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)

2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)

Komunitas II | 30

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu

mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan

mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku,

dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh

karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah

psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul

sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).

4.2 Saran

1. Penting bagi perawat terutama perawat komunitas untuk memahami

definisi remaja serta permasalahan yang di hadapi oleh para remaja

akibat lingkungan

2. Perawat berkolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, dan

terutama keluarga untuk meningkatkan kesehatan remaja dan

menjauhkan remaja dari hal-hal yang dapat membawa dampak buruk

Komunitas II | 31

DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : FIK UI

Aulia Iskandarsyah. (2006). Remaja Dan Permasalahannya Perspektif Psikologi terhadap Permasalahan Remaja dalan Bidang Pendidikan. Jatinangor : FPsi UNPAD

Efri Widianti. (2007). Makalah Remaja dan Permasalahannya : Bahaya Merokok, Penyimpangan seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras Narkoba. Jatinangor : FIK UNPAD

Imami Nur. (2000). Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah Kematian Perinatal.

Jusuf Tjahjo. (2009). Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku Merokok Remaja. Jakarta : FPsi Univ.Satya Wacana

Komisi Penanggulangan AIDS . (2007). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV AIDS 2007-2010.

Lembaga Indonesia Untuk Pengembangan Manusia UNAIR. (2007). Program Pengembangan Remaja Melalui Sekolah Unggul. Surabaya : Pascasarjana UNAIR

Outlook Vol.16 Ed.Januari Hal.1-8. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna

Sofia Retnowati. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Jogjakarta : FPsi UGM

Komunitas II | 32