konervasi tanah dan air berau
TRANSCRIPT
Oleh : Ir. AGUS WIYANTO,MScOleh : Ir. AGUS WIYANTO,MSc
KERJASAMA THE FOREST TRUST DENGAN
PUSAT DIKLAT KEHUTANAN
TANJUNG REDEB
2011
Ir. Agus Wiyanto, MSc
19590530 198503 1 003
Widyaiswara Utama
Pusat Diklat Kehutanan
Pembina Utama (IV/e)
Tegal, 30 Mei 1959
Griya Indah Raya 17
Komp.Goodyear Sindang Barang Bogor
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, peserta
mampu menjelaskan prinsip-
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini, peserta
mampu menjelaskan prinsip-mampu menjelaskan prinsip-prinsip konervasi tanah dan air
dalam PHPL.
mampu menjelaskan prinsip-prinsip konervasi tanah dan air
dalam PHPL.
Setalah proses belajar mengajar, peserta mampu:
1.Menjelaskan KTA dlm pengelolaan hutan dan
sertifikasi PHPL
2. Mengukur dampak pemanenan kayu terhadap
Setalah proses belajar mengajar, peserta mampu:
1.Menjelaskan KTA dlm pengelolaan hutan dan
sertifikasi PHPL
2. Mengukur dampak pemanenan kayu terhadap 2. Mengukur dampak pemanenan kayu terhadap
mutu KTA
3. Menerapkan berbagai macam metoda KTA
4. Menjelaskan juknis cara mengevaluasi dampak
pemanenan kayu terhadap KTA sesuai dengan
standar yang berlaku
2. Mengukur dampak pemanenan kayu terhadap
mutu KTA
3. Menerapkan berbagai macam metoda KTA
4. Menjelaskan juknis cara mengevaluasi dampak
pemanenan kayu terhadap KTA sesuai dengan
standar yang berlaku
PENYEBAB DEGRADASI
HUTANDI INDONESIA
• Keadaan alam geomorfologi (geologi, tanah, dan topografi)yang rentan terjadi erosi, banjir, tanah longsor dan kekeringan (kemampuan lahan/daya dukung wilayah)
• Iklim/curah hujan tinggi yang potensial menimbulkan daya merusak lahan/ tanah (erosivitas tinggi)
• Aktivitas manusia :• Aktivitas manusia :-Penebangan hutan ilegal (pencurian kayu hutan)-Kebakaran hutan-Perambahan hutan -Eksploitasi hutan dan lahan berlebihan ( HPH, tambang, kebun, industri, permukiman, jalan, pertanian dll.)-Penggunaan / pemanfaatan lahan tidak menerapkan kaidah konservasi tanah dan air
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK THD
TANAH DAN AIR AKIBAT PEMANFAAT HUTAN
• Kegiatan pemanfaatan hutan (PWH, pemanenan HH) berdampak negatif thd tanah dan air
• Penurunan kualitas fisik dan kimia tanah, peningkatan erosi dan sedimentasi tanah, debit sungai dan penurunan kualitas airsungai dan penurunan kualitas air
• Perlu penanganan dampak negatif yg didukung adanya unit kerja pelaksana yg dilengkapi dg prosedur, SDM, sarana dan prasarana serta dana yang memadai
DISKUSI KELOMPOK• Diskusikan peran konservasi tanah dan air (KTA) dlm
pengelolaan hutan dan sertifikasi PHPL
• Diskusikan dampak pemanenan kayu terhadap mutu
KTA
• Diskusikan kegiatan apa saja yg berpotensi berdampak
negatif thd tanah dan air
• Diskusikan apa saja yg telah dilakukan perusahaan • Diskusikan apa saja yg telah dilakukan perusahaan
berkaitan dg penanganan dampak negatif terhadap
tanah dan air
• Diskusikan macam-macam KTA yang telah diterapkan di
areal IUPHHK anda
• Diskusikan bagaimana kegiatan monitoring dan evaluasi
thd KTA dilakukan.
PENGERTIAN KONSERVASI TANAH DAN AIR• Konservasi Tanah adalah upaya untuk melindungi, memulihkan,
meningkatkan dan memelihara fungsi lahan yang dilaksanakan agar fungsi hidrologis dan keseimbangan ekosistem DAS terjaga secara lestari
• Konservasi Tanah :Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah
• Konservasi Air :Penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarauSetiap perlakuan terhadap sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat tersebut dan pada daerah hilirnya melalui ekosistem DAS
• Oleh karena itu, konservasi tanah dan konservasi air merupakan 2 (dua) hal yang berkaitan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah merupakan juga tindakan konservasi air.
• Persoalan konservasi tanah dan air adalah kompleks dan memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu tanah, biologi, hidrologi dan teknik konservasi tanah. Pada akhirnya masalah konservasi tanah tidak terlepas dari persoalan manusia dengan berbagai aspek sosial dan ekonominya
(Sumber : Sitanala Arsyad, 2000)
TUJUAN KONSERVASI TANAH
• Konservasi Tanah bertujuan untuk mewujudkan sebesar-besar kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan :
- menjamin lahan yang mampu mendukung kehidupan masyarakat
- mengoptimalkan aneka fungsi lahan untuk mencapai manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan secara seimbang dan lestari
- meningkatkan daya dukung DAS
- menjamin distribusi manfaat secara merata- menjamin distribusi manfaat secara merata
PERATURAN PERUNDANGPERATURAN PERUNDANG--UNDANGAN UNDANGAN
TERKAITTERKAIT
• UUD RI Tahun 1945, Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 33
• UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan
• UU No. 5 Tahun 1986 tentang Perindustrian
• UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
• UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
• UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
• UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Belum secara eksplisit mengatur tentang KT
• UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
• UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
• UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
• UU No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU.
EROSI TANAH
• Erosi Tanah :
Peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah karena terkikis dari satu tempat dan kemudian diendapkan ke tempat lain oleh media alami berupa air atau angin. Erosi tanah oleh air disebabkan oleh kekuatan air. Erosi tanah oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin.
• Bentuk Erosi Tanah :
1. Erosi Lembar (sheet erosion) :
Pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu Pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah; penyebabnya adalah kekuatan jatuh butir-butir hujan dan aliran air di permukaan tanah
2. Erosi Alur (rill erosion) :
Terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut
3. Erosi Parit (gully erosion) :
Proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
EROSI TANAH (LJT)
4. Erosi Tebing Sungai (river bank erosion) :
Terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai.
5. Tanah Longsor :
Suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi sekaligus pada suatu saat dalam volume yang besar. Longsor tejadi sebagai akibat meluncurnya yang besar. Longsor tejadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan kedap air yang jenuh air. Lapisan tersebut yang terdiri dari tanah liat atau mengandung kadar liat tinggi yang setelah jenuh air berlaku sebagai peluncur.
Longsor terjadi jika terpenuhi 3 (tiga) keadaan : lereng curam, lapisan kedap air dan lunak di bawah permukaan tanah sebagai bidang peluncur, dan kejenuhan air pada lapisan di atas lapisan kedap air
• Di Indonesia, yang beriklim tropika basah, penyebab utama erosi tanah adalah
air, sedangkan angin pengaruhnya kurang berarti.
• Proses erosi tanah oleh air yaitu :
- Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi
kinetik butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh), dan perendaman oleh
air yang tergenang (proses dispersi), dan pemindahan/pengangkutan
butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th), dan
- Penghancuran struktur tanah (D1) diikuti pengangkutan butir-butir tanah
tersebut (T1) oleh air yang mengalir di permukaan tanah
PROSES EROSI TANAH
ThD1
Butir-butir Tanah
yg Terlepas
Dh
Kapasitas
Angkut Air
T1
(Dh +Dj) <atau> (Th+T1)
Tanah Tererosi
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI EROSI TANAH
• E = f (I, R, V, T, M)
dalam hal ini :
E : erosi tanah
I : iklim
R : topografi
V : tumbuh-tumbuhan
T : tanahT : tanah
M : manusia
EROSI
Faktor dapat dirubah manusia Faktor tidak dapat dirubah manusia
- Sifat tanah : kesuburan tanah, ketahanan
agregat, kapasitas infiltrasi
- Panjang lereng
- Tumbuh-tumbuhan -Iklim
-Tipe tanah
-Kecuraman lereng
• Ek = ½ m V²
dalam hal ini :
Ek = energi kinetik
m = masa butir
V = kecepatan jatuh butir air hujan
• Ek = 210 + 89 log I (Wischmeier & Smith, 1958, 1978)
dalam hal ini :
Ek = energi kinetik (metrik ton meter/Ha/cm hujan)
ENERGI KINETIK AIR HUJAN
Ek = energi kinetik (metrik ton meter/Ha/cm hujan)
I = intensitas hujan (cm/jam)
• EI30 = E ( I30. 10 ¯²)
dalam hal ini :
EI30 = interaksi energi dengan intensitas maksimum 30 menit
E = energi kinetik selama periode hujan (ton meter/ha)
I30 = intensitas maksimum 30 menit (cm/jam)
Catatan : Karena EI30 berkorelasi sangat erat dengan besarnya erosi yang terjadi, maka EI30 dinyatakan sebagai Indeks Potensial Erosi Hujan atau Indeks Erosi Hujan
MODEL PREDIKSI EROSI TANAH
• Suatu model untuk menduga laju erosi pada sebidang lahan : disebut Universal Soil Loss
Equation (USLE), telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978) sbb.:
A = R K L S C P
dalam hal ini :
A = banyaknya tanah yang tererosi dalam ton/ha/tahun
R = faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan,
yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan
maksimum 30 menit (I30, tahunan)
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah
yang diperoleh dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan panjang 72,6
kaki (22 m) terletak pada lereng 9 % tanpa tanaman.kaki (22 m) terletak pada lereng 9 % tanpa tanaman.
L = faktor panjang lereng, yaitu ratio antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan
suatu panjang lereng tertentu, terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6
kaki (22 m) d bawah keadaan yang identik
S = faktor kecuraman lereng, ratio antara besarnya erosi yang terjadi dari
suatu tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang identik.
C = faktor vegetasi penutupan tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu ratio
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah, yaitu ratio antara besarnya
erosi dari tanah yang diberi perlakuan kegiatan konservasi tanah terhadap
besarnya erosi dari tanah yang diolah searang lereng dalam keadaan yang
identik
PERHITUNGAN EROSI
NoLuas DAS
(ha)Nilai SDR
1.. 10 0,53
2. 50 0,39
3. 100 0,35
4. 500 0,27
Jika dihitung dg rumus USLE (A=RKLSCP)
Maka laju sedimentasi (Sy) = A x SDR
4. 500 0,27
5. 1.000 0,24
6. 5.000 0,15
7. 10.000 0,13
8 20.000 0,11
9. 50.000 0,085
10. 2.600.000 0,049
Monev Tata AirA. Teknik Monitoring
1. Persiapan
2. Bahan & alat
3. Sasaran Lokasi
4. Metode Monitoring4. Metode Monitoring
B. Teknik Analisis Data
1. Debit aliran air (KRS, CV, IPA, C)
2. Sedimentasi
3. Kandungan Pencemar (fisik, kimia, biologi)
Bahan & Alat• Peta DAS//SubDAS (peta jaringan sungai dan drainase,
topografi/kontur);
• Perlengkapan untuk peralatan ARR dan AWLR (kertas pias dan tinta)
• Blanko pengamatan hujan (P), TMA, debit air (Q), dan debit suspensi (Qs) ���� Lampiran 2
• Stasiun Penakar Hujan (SPH, unit penakar hujan - tipe manual/ombrometer dan atau otomatis/ Automatic Rainfall Recorder=ARR)
• Stasiun Pengamat Arus Sungai (unit SPAS - tipe peilskal/Automatic Water Level Recorder=AWLR)
• Suspended sampler (pengambil contoh air - muatan sediment & kualitas air)
• Currentmeter (alat pengukur kecepatan aliran sungai)
• Alat ukur waktu dan meteran
Metode Pengumpulan Data
KRS – Koef Regim Sungai
KRS =
Q_maks adalah debit harian rata-rata (Q) tahunan tertinggi (m3/det),
minQ
Qmaks
NoNilai
KRSKelas Skor
1 < 50 Baik 1
Q_min adalah debit harian rata-rata (Q) tahunan terendah (m3/det)
Data Q diperoleh dari SPAS.
Manfaat Evaluasi KRS ?
� Banjir/Kekeringan !!!
2 50 – 120 Sedang 3
3 > 120 Jelek 5
IPA – Indeks Penggunaan Air
IPA =
Persediaan � dari air hujan (mm) yg jatuh di DAS ??
Kebutuhan � penggunaan air (mm) utk berbagai
Persediaan
Kebutuhan
Kebutuhan � penggunaan air (mm) utk berbagai
keperluan, mis: tanaman (ET: tan pertanian-kehutanan),
RT, industri,
Koef- Limpasan (C)
Koef C =
Dimana P = curah hujan tahunan
(mm)
Q = debit air tahunan (mm)
Ptahunan
Qtahunan
No Nilai C KelasSkor
1 < 0,25 Baik 1Q = debit air tahunan (mm)
Manfaat Evaluasi nilai C ���� menilai kondisi daerah resapan air di DAS & potensi banjir wilayah
2 0,25 – 0,50 Sedang 3
3 0,51 – 1,0 Jelek 5
Tingkat Sedimentasi
Qs = 0.0864 x C x Q (ton/hr)Dimana
Q = debit (m3/det) � dari SPAS
C = konsentrasi muatan suspensi
(mg/l)
Manfaat evaluasi sedimentasi?
SDR (%) = C tanah (%) / C sed (%)Dimana, C tanah (%) = kandungan liat (clay) didalam tanah (%).
C sed (%) = kandungan liat (clay) didalam sedimen (%).
NoSedimentasi
Kelas SkorManfaat evaluasi sedimentasi?
� Mengetahui tingkat (laju) sedimentasi dari suatu DAS
No. Tekstur Tanah Berat Jenis
(g/cm3)
1. Pasir (sandy) 1,65 (1,55 – 1,80)
2. Lempung berpasir (sandy
loam)
1,50 (1,40 – 1,60)
3. Lempung (loam) 1,40 (1,35 – 1,50)
4. Lempung berliat (clay loam) 1,35 (1,30 – 1,40)
5. Liat berdebu (silty clay) 1,30 (1,25 – 1,35)
6. Liat (clay) 1,25 (1,20 – 1,30)
NoSedimentasi
(mm/th)Kelas Skor
1 < 2 Baik 1
2 2 – 5 Sedang 3
3 > 5 Jelek 5
Untuk konversi dari ton/ha ke mm
Sy (mm) = Sy (ton/ha)/(BJ sed * 10)
Tingkat Kandungan PencemarTingkat pencemaran air DAS dievaluasi dengan melihat
parameter kualitas air atau mutu air dari suatu badan air atau aliran air di sungai.
Kondisi kualitas air menurun terjadi jika nilai unsur-unsur fisika, kimia, dan biologi yang ada dalam tubuh air telah melebihi dari nilai batas standarnya. melebihi dari nilai batas standarnya.
Kondisi kualitas air disamping dipengaruhi oleh jenis penutupan vegetasi tetapi juga dipengaruhi oleh buangan domestik, buangan industri, pengolahan lahan, pola tanam, dll.
Kualitas air dapat dilihat dari kondisi kualitas air limpasan, air sungai, dan atau air sumur.
Jenis dan standar kualitas air menurut PP No 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air, penggolongan air menurut peruntukannya
adalah:
• Golongan A: air dapat digunakan sebagai air minum
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu,
• Golongan B: air yang dapat digunakan sebagai air • Golongan B: air yang dapat digunakan sebagai air
baku air minum,
• Golongan C: air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan,
• Golongan D: air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air.
Indikator kualitas air pada badan air atau aliran air di sungai, yaitu:
1) fisik (warna, TDS/total dissolved solid, turbidity/kekeruhan),
2) kimia (pH, DHL/daya hantar listrik, nitrat, sulfat, phospat, potasium, natrium, calsium), dan phospat, potasium, natrium, calsium), dan
3) biologi (zat organic terlarut, BOD/biological oxygen demand dan COD/chemical oxygen demand).
METODA KONSERVASI TANAH DAN AIR
• Metoda VegetatifPenggunaan tanaman/tumbuhan dan sisa-sisa untuk :
- melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
- melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air permukaan tanah
- mengurangi erosi tanah
- memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan
Termasuk dalam Metoda Vegetatif :- Penanaman tanaman/tumbuhan yang menutupi tanah secara terus menerus- Penanaman dalam strip (strip cropping)- Penanaman dalam strip (strip cropping)- Pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk
hijau atau tanaman penutup tanah (conservation rotation)
- Sistem pertanian hutan (agroforestry)
- Pemanfaatan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (residue management)
- Penanaman saluran pembuangan dengan rumput (grassed waterways)
METODA KONSERVASI TANAH DAN AIR(Lanjutan)
• Metoda Mekanik / Teknik Sipil:Semua perlakuan fisik mekanis terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
Termasuk kedalam metoda mekanik (teknik sipil) adalah :
- Pengolahan tanah (tillage)- Pengolahan tanah menurut kontur- Guludan dan guludan bersaluran menurut kontur- Pembuatan teras (terrasering),- Dam pengendali (check dam), dam penahan, pengendali jurang (gully
plug), sumur resapan, embung air- Dam pengendali (check dam), dam penahan, pengendali jurang (gully
plug), sumur resapan, embung air- Saluran pembuangan air (waterways), trucuk (drop structure)- Waduk, bendungan- Rorak, tanggul, perbaikan drainase dan irigasi
• Metoda KimiawiDalam konservasi tanah dan air, metoda kimiawi adalah penggunaan preparat kimia sintetis atau alami. Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan kepekaan tanah terhadap erosi.
Macam metoda kimiawi adalah :
- soil conditioner
- emulsi bitumen
NoPenyelenggaraan Konservasi Tanah
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Lahan Prima Lahan Kritis Lahan Rusak Lahan Prima Lahan Kritis Lahan Rusak
1. Perlindungan fungsi lahan
(lahan prima)
a. Pengaturan perizinan
b. Pelaksanaan pengamanan
c. Zonasi
a. Pengaturan perizinan
2. Pemulihan fungsi lahan
(lahan kritis dan lahan rusak)
a. Penanaman pohon
� kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan, tanaman
a. Penanaman pohon
� kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan,
a. Penanaman pohon
� kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan,
a. Penanaman pohon
� kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan,
PENYELENGGARAAN KONSERVASI TANAH DALAM
RANCANGAN UNDANG-UNDANGTENTANG KONSERVASI TANAH
tanaman penutup tanah lainnya
rumputan, tanaman penutup tanah lainnya
rumputan, tanaman penutup tanah lainnya
rumputan, tanaman penutup tanah lainnya
b. Teknis sipil
� Sengkedan, teras guludan, teras bangku, pengendali jurang, dam pengendali, dam penahan, saluran buntu (rorak), saluran pembuangan air, terjunan air, sumur resapan, bronjong, dll
b. Teknis sipil
� Sengkedan, teras guludan, teras bangku, pengendali jurang, dam pengendali, dam penahan, saluran buntu (rorak), saluran pembuangan air, terjunan air, sumur resapan, bronjong, dll
b. Teknis sipil
� Sengkedan, teras guludan, teras bangku, pengendali jurang, dam pengendali, dam penahan, saluran buntu (rorak), saluran pembuangan air, terjunan air, sumur resapan, bronjong, dll
b. Teknis sipil
� Sengkedan, teras guludan, teras bangku, pengendali jurang, dam pengendali, dam penahan, saluran buntu (rorak), saluran pembuangan air, terjunan air, sumur resapan, bronjong, dll
NoPenyelenggaraan
Konservasi Tanah
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Lahan Prima Lahan Kritis Lahan Rusak Lahan Prima Lahan Kritis Lahan Rusak
3. Peningkatan fungsi lahan
(lahan prima, lahan kritis dan lahan rusak yang sudah dipulihkan)
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
a. Penanaman pohon
b. Teknis sipil
c. Agronomi/ silvikultur
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran,
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran,
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran,
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran,
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran,
� pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pemupukan, pemberian amelioran, amelioran,
pengayaan tanaman, pengolahan tanah
amelioran, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
amelioran, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
amelioran, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
amelioran, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
amelioran, pengayaan tanaman, pengolahan tanah
4. Pemeliharaan fungsi lahan(lahan prima, lahan kritis dan lahan rusak setelah dipulihkan & ditingkatkan fungsinya
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
a. Teknik agronomi/ silvikultur
b. Pemeliharaan bangunan teknis sipil
�� PetaPetaPetaPetaPetaPetaPetaPeta -------- petapetapetapetapetapetapetapeta
�� FotoFotoFotoFotoFotoFotoFotoFoto UdaraUdaraUdaraUdaraUdaraUdaraUdaraUdara atauatauatauatauatauatauatauatau CitraCitraCitraCitraCitraCitraCitraCitra SatelitSatelitSatelitSatelitSatelitSatelitSatelitSatelit
�� PengukurPengukurPengukurPengukurPengukurPengukurPengukurPengukur ErosiErosiErosiErosiErosiErosiErosiErosi
BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:BAHAN DAN PERALATAN PEMANTAUAN:
�� PedomanPedomanPedomanPedomanPedomanPedomanPedomanPedoman KlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasiKlasifikasi KemampuanKemampuanKemampuanKemampuanKemampuanKemampuanKemampuanKemampuan dandandandandandandandanKesesuaianKesesuaianKesesuaianKesesuaianKesesuaianKesesuaianKesesuaianKesesuaian LahanLahanLahanLahanLahanLahanLahanLahan
�� ParameterParameterParameterParameterParameterParameterParameterParameter &&&&&&&& IndikatorIndikatorIndikatorIndikatorIndikatorIndikatorIndikatorIndikator MonevMonevMonevMonevMonevMonevMonevMonev
1. SPAS (stasiun pengamat arus sungai)
2. Sumur pemantau
3. Peralatan pengambil sampel air
4. Peralatan laboratorium (oven, timbangan
analitik, spektrophotometer, flame photometer, analitik, spektrophotometer, flame photometer,
BOD/COD meter, DHLmeter/conductivimeter,
pHmeter, meteran, komputer, botol sampel, )
5. Nilai ambang yg diijinkan dari parameter-
parameter/indikator yg diukur.
PengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengukuranPengukuran PlotPlotPlotPlotPlotPlotPlotPlot ErosiErosiErosiErosiErosiErosiErosiErosi
1. Banjir & Kekeringan
a. KRS = Qmax/Qmin tahunan
b. C = Q-th/P-th
c. CV = s.d/Q-rata2
d. IPA = potensi air/penggunaan air
2. Sedimentasi
a. Laju sedimen
“Jumlah material tanah yang terangkut oleh aliran sungai
yang berasal dari proses erosi di atasnya”.
b.SDR
“Perbandingan antara hasil sedimen pada outlet DAS
dengan laju erosi pada onsite”
Tujuan: Kelestarian Pengelolaan DAS
Kelestarian Lingkungan Kelestarian Sos Ek Kelembagaan
Penggunaan Lahan
Tata Air Sosial Ekonomi Kelembagaan
PRINSIP
KRITERI A
• Penutupan Vegetasi
• Kesesuaian penggunaan lahan
• Indeks erosi• Tanah longsor
• KRS• CV• Koef-C• Kandungan
sedimen• Kandungan
pencemar
• Kepedulian individu
• Partisipasi masyarakat
• Tekanan penduduk
• Ketertngan penduduk thd lahan
• Tingkat pendapatan
• Prod lahan• Jasa
lingkungan
• KISS• Ketertngan
masy pd pemerintah
• Keb lmbaga lokal/adat
• Keg usaha bersama
INDIKATOR
Kerangka logika kinerja pengelolaan DAS
KRITERIA DAN INDIKATOR KINERJA DASKRITERIA INDIKATOR PARAMETER
STANDAR
EVALUASIKETERANGAN
A. Penggunaan
Lahan
1. Penutupan
oleh vegetasi
(IPL)
L V P
IPL = ------------------ x 100%
Luas DAS
IPL > 75% baik
IPL = 30 - 75%
sedang
IPL < 30%
jelek
IPL = indek penutupan
lahan
LVP = luas lahan
bervegetasi permanen
Informasi dari peta
penutupan lahan atau
land use
2. Kesesuaian
Penggunaan
Lahan (KPL)
L P S
KPL = ------------------ x 100%
Luas DAS
KPL > 75%
baik
KPL = 40 - 75%
sedang
KPL < 40%
LPS = luas penggunaan
lahan yang sesuai
Rujukan kesesuaian
penggunaan lahan
adalah RTRW/K dan
atau pola RLKTKPL < 40%
jelekatau pola RLKT
3. Erosi, Indek
Erosi (IE) dan
atau
Pengelolaan
lahan
erosi aktual
KPL = ------------------------ x 100%
Erosi yg ditoleransi
Pola tanam (C) dan tindakan konservasi
(P) atau (CP)
IE < 1 baik
IE > 1 jelek
CP < 0,10 baik
CP = 0,10-0,50
sedang
CP > 0,50
jelek
Perhitungan erosi
merujuk pedoman RTL-
RLKT 1998
Perhitungan nilai C & P
merujuk Pedoman RTL-
RLKT tahun 1998
4. Kerawanan
Tanah Longsor
(KTL)
Hujan, lereng, geologi, sesar/gawir, tanah,
penutupan lahan, infrastruktur, kepadatan
pemukiman
KTL < 2,5 baik
KTL 2,5 – 3,5
sedang
KTL > 3,5
jelek
Perhitungan dengan
cara skoring
Buku sidik cepat
degradasi subDAS (2006)
B. Tata Air 1. Debit air
sungai
Q max
a. KRS = ----------
Q min
Sd
b. CV = ---------------- x 100%
Q rata-rata
kebutuhan
b. IPA = ---------------
persediaan
KRS < 50 baik
KRS =
50-120
sedang
KRS >
120
buruk
CV < 10% baik
CV >
10%
jelek
Nilai IPA
semakin
kecil
semakin
baik
Data SPAS
PU/BRLKT/HPH
Q = debit sungai
CV = coefisien varian
Sd = standar
deviasi
Data SPAS
IPA = Indek Penggunaan
Air
2. Laju
sedimentasi
(Sy, mm/th))
Sy = Kadar lumpur terangkut dalam
aliran air
Sy < 2 baik
Sy 2 – 5
sedang
Sy > 5 jelek
Data SPAS
3. Kandungan
pencemar
(polutan)
Kadar biofisik kimia Menurut
standar yang
berlaku
Standar baku yang
berlaku, misal PP
20/1990
4. Koefisien
limpasan (C)
Tebal Limpasan
Koef C = -------------------
Tebal Hujan
C < 0,25 baik
C 0,25 -
0,50
sedang
C > 0,50
jelek
Data SPAS dan
perhitungan/
pengukuran erosi