konsentrasi perbankan syariah program studi … · 2014. 10. 15. · 3-4 cabang sebagai percobaan...
TRANSCRIPT
FAKTOR FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH
MENGEMBALIKAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM
(Studi pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang
Cipulir dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
ANNEKE PUTRI MEILASARI
NIM: 109046100184
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM
STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
iv
ABSTRAK
Anneke Putri Meilasari. 109046100184. Faktor Faktor Yang Menghambat
Nasabah Dalam Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah
Mandiri (Studi pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KC Ciledug, KC Cipulir
dan KCP Bintaro Sektor III). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 1435 H/2014 M.
Bank Syariah Mandiri melalui outlet Warung Mikronya merupakan pelopor
penyaluran pembiayaan segmen UMKM dengan berbasis syariah di Indonesia,
dengan porsi penyaluran pembiayaan segmen UMKM yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam penyaluran pembiayaannya,Warung Mikro BSM menerapkan
prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diatur dalam UU no.21 tahun 2008
tentang perbankan. Namun pada praktiknya, masih terdapat sejumlah pembiayaan
bermasalah pada kantor cabang ataupun kantor cabang pembantu Warung Mikro
BSM. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menghambat
nasabah mengembalikan pembiayaannya, serta strategi yang ditawarkan Warung
Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif dimana penulis menarik kesimpulan dari fenomena
yang terjadi berdasarkan wawancara terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat pengembalian
pembiayaan Warung Mikro BSM berasal dari dua faktor, yaitu faktor Bank dan faktor
nasabah. Faktor Bank yang menjadi menyebab terhambatnya pengembalian
pembiayaan adalah kurang mendalam pada analisa pembiayaan mikro, promosi yang
kurang tepat, tidak adanya pendampingan usaha secara rill. Sedangkan dari faktor
nasabah disebabkan oleh miss management, adversity maupun lainnya. Strategi yang
ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam
menyelesaikan pembiayaannya adalah melalui penagihan secara intensif,
restrukturisasi pembiayaan, pelelangan agunan suka rela, klaim jaminan (untuk kasus
tertentu), dan Write Off.
Kata Kunci : Pembiayaan, Warung Mikro, Bank Syariah Mandiri, NPF.
Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, MA
Daftar Pustaka : Tahun 2002 sampai tahun 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan dan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil judul “FAKTOR
FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH MENGEMBALIKAN
PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”. Adapun penulisan skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi strata satu (S1)
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan
mendorong penulis dalam pembuatan skripsi ini, karena tanpa mereka penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Maka
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatulah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Mu’min Rauf, M.Ag. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
vii
3. Ahmad Chairul Hadi, MA selaku Dosen Pembimbing dalam penelitian
skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis.
4. PT Bank Syariah Mandiri dan seluruh karyawan yang telah membantu
penulis dalam mendapatkan informasi terkait pembahasan, khususnya
segenap karyawan PT Bank Syariah Mandiri KC Ciledug, KCP Bintaro
Sektor III dan KC Cipulir.
5. Pimpinan beserta seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum serta Perpustakaan Utama yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
6. M. Fuad Hadziq, M.Si dan Djaka Badranaya,S.Ag.,ME selaku dosen
penguji skripsi yang telah membimbing dan memberikan pengarahan
kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.
7. Dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universias Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengetahuan dan bantuan kepada penulis.
8. Ibu Rosmiati selaku orang tua tunggal yang sangat luar biasa, menjadi
pahlawan yang tak pernah lelah dan lupa dalam mencintai, mendoakan,
mendukung baik moril maupun materil dan mengusahakan yang terbaik
untuk penulis.
9. H. Syamsudin selaku kakek yang selalu mendukung baik moril maupun
materil dan mendoakan yang terbaik untuk penulis.
viii
10. Bapak Harry Aditya Chandra, Ahmad Yani, Uur hery selaku paman dan
Ibu Marwati selaku bibi, serta Kak Rully Juliansyah selaku sepupu yang
turut membantu dan mendukung penulis untuk kelancaran perkuliahan
penulis.
11. Ayu Wulandari selaku kakak dan Muhammad Fauzan Rhadiansyah selaku
adik yang selalu memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis.
12. Bu Nyoman, Pak Harso dan segenap guru SMAN 34 yang telah
membimbing serta membantu hingga penulis dapat melanjutkan
pendidikan hingga tingkat strata satu, penulis tidak akan pernah
melupakan kalian yang telah berperan dalam pengembangan diri penulis.
13. Irfan, Dini, Qisti, Reza Nufa, Mizan, Frizan, Anggit, Dina Asy’fina, Mala,
Fina, Dinar, Fitri, Kurnia, Ardila, Aisyah, Rizka, Anggreani, Soesilowati
dan seluruh teman-teman kuliah, teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN)
atas segala bantuan, kritikan, saran, motivasi, kasih sayang yang tak
terhingga yang mewarnai hidup selama masa perkuliahan.
14. Eka, Dwi, Bayu, Andri, Dian, Denis, Janwar, dan semua teman-teman
penulis yang selalu memberikan tawa canda penghilang penat dan
motivasi kepada penulis.
15. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil dan juga doa hingga
terselesaikannya skripsi ini.
ix
Penulis berharap bagi siapapun yang membaca skripsi ini mendapatkan
manfaat untuk menambah wawasan dan memotivasi rasa ingin tahu yang lebih
terhadap ilmu perbankan syariah dan ilmu-ilmu terapan lainnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 5 Januari 2014
Penulis
Anneke Putri Meilasari
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ......................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
F. Teknik Penulisan ................................................................................ 7
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah .................................................. 10
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............................ 10
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................. 10
xi
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 12
2. Macam Macam Pembiayaan ......................................................... 13
3. Analisis Pembiayaan ..................................................................... 14
4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ................................... 16
5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan .................................... 22
C. Non Performing Financing
1. Pengertian Non Performing Financing ......................................... 32
2. Restrukturisasi Pembiayaan .......................................................... 33
D. Review Studi Terdahulu ....................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 40
B. Metode Analisis ................................................................................... 40
C. Jenis dan Sumber Penelitian................................................................. 41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42
E. Objek Penelitian ................................................................................... 43
BAB IV WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI
A. Latar Belakang Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ........................ 44
B. Landasan Hukum Warung Mikro Bank Syariah Mandiri .................... 45
C. Sasaran Pembiayaan Warung Mikro .................................................... 46
D. Cakupan Pembiayaan Segmen Mikro .................................................. 47
xii
E. Fitur Produk Pembiayaan Segmen Mikro ............................................ 47
F. Persyaratan Pemohon ........................................................................... 60
G. Margin .................................................................................................. 65
H. Pemberian Limit Pembiayaan .............................................................. 65
I. Analisa Pembiayaan ............................................................................. 66
J. Struktur Organisasi Warung Mikro ...................................................... 69
BAB V PEMBAHASAN
A. Profil Responden .................................................................................. 70
1. Profil Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ................................ 70
2. Profil Nasabah ............................................................................... 79
B. Faktor Penghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan ................ 87
1. Faktor Nasabah .............................................................................. 87
2. Faktor Bank ................................................................................... 89
C. Strategi Warung Mikro BSM Menangani Hambatan dan Kendala
Nasabah Menyelesaikan Pembiayaannya ............................................ 91
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 94
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 – 2012 ........................... 1
Tabel 4.1 Margin Warung Mikro ............................................................................ 65
Tabel 5.1 Profil Warung Mikro BSM KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro
Sektor III ................................................................................................. 70
Tabel 5.2 Pembagian Jumlah Responden ............................................................... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Warung Mikro .................................................... 69
Gambar 5.1 Perkembangan penyaluran pembiayaan/outstanding Warung
Mikro KC Ciledug ............................................................................. 72
Gambar 5.2 Perkembangan performance Warung Mikro KCP Bintaro
Sektor III dilihat dari outstandingnya ................................................ 77
Gambar 5.3 Pembagian Gender Responden .......................................................... 80
Gambar 5.4 Usia Responden .................................................................................. 80
Gambar 5.5 Tingkat Pendidikan Responden ......................................................... 81
Gambar 5.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................................... 82
Gambar 5.7 Plafon Pembiayaan Warung Mikro BSM .......................................... 83
Gambar 5.8 Jangka Waktu Pembiayaan Warung Mikro BSM .............................. 84
Gambar 5.9 Agunan Pembiayaan Warung Mikro BSM ........................................ 85
Gambar 5.10 Tujuan Penggunaan Pembiayaan Warung Mikro BSM .................... 86
Gambar 5.11 Faktor Penghambat Pengembalian Pembiayaan Warung Mikro
yang Berasal dari Nasabah ................................................................. 87
Gambar 5.12 Faktor Penghambat Pengembalian Pembiayaan yang Berasal dari
Bank ................................................................................................... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
memiliki sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian, terutama dalam
upaya peningkatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Peningkatan jumlah UMKM menjadi kekuatan perekonomian Indonesia.
Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 - 2012
Indikator
Jumlah (unit)
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Usaha Mikro,
Kecil dan
Menengah
(UMKM)
53.823.732 55.206.444 56.534.592
Sumber data : Olahan data penulis dari Kementerian Koperasi dan UKM
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah UMKM di
Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 mengalami
peningkatan sebesar 1.382.712 unit dibandingkan dengan tahun 2010.
Sedangkan tahun berikutnya UMKM meningkat sebesar 1.328.148 unit.
Meningkatnya UMKM menjadi peluang pasar yang cukup besar bagi
penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Penyaluran pembiayaan pada
2
segmen UMKM ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk
peningkatan ekonomi rakyat. Selain dapat membantu dalam menyokong
dana modal bagi pengusaha segmen UMKM, penyaluran pembiayaan ini
juga dapat menjadi peningkat fee based income yang diperoleh bank.
Salah satu bank pelopor penyaluran pembiayaan UMKM yang
berbasis syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) melalui
outlet Warung Mikro. Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari
pemerintah khususnya Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang
menuntut bank untuk mengembangkan sektor rill dengan cara lebih
memerhatikan UMKM. Warung Mikro BSM dibuka sejak tahun 2008 dengan
3-4 cabang sebagai percobaan pada mulanya. Setelah berjalan beberapa
waktu, perkembangannya pun cukup bagus. Oleh karena itu, maka
ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus 2010 jumlah outlet
warung mikro berjumlah 122. 1
Hingga saat ini jumlahnya 452 outlet.
BSM optimis kontribusi pembiayaan segmen UMKM dapat terus
dipertahankan. Untuk tahun 2013, perseroan mematok porsinya mencapai
75% dari total pembiayaan yang ditargetkan tumbuh 25% menjadi Rp 55,96
triliun. Demikian porsi UMKM diharapkan mencapai Rp 42 triliun. Perseroan
mencatat per akhir 2012 kucuran pembiayaan UMKM mencapai Rp 32,79
triliun, atau sebesar 73% dari total pembiayaan sebesar Rp 44,76 triliun. Pada
1“Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM” artikel diakses pada tanggal 21 Agustus
2012 dari http://zonaeksis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/.
3
akhir 2011, posisi pembiayaan UMKM sebesar Rp 26,78 triliun, sebesar
72,9% dari total pembiayaan Rp 36,73 triliun. Pertumbuhan pembiayaan
UMKM sendiri sebesar 22,45% dalam setahunan, yang juga dikontribusi
pembiayaan di segmen mikro.2
Untuk pembiayaan BSM terhadap segmen mikro sendiri semakin
besar. Adapun posisi pembiayaan mikro BSM sampai akhir tahun 2011
mencapai Rp 1,69 triliun, atau menyumbang 4,6% dari total pembiayaan
perseroan yang mencapai Rp 36,72 triliun. “Akhir 2011 itu pembiayaan mikro
yang langsung sebesar Rp 912 miliar dengan NPF (rasio pembiayaan
bermasalah) gross 1,75%. Sementara untuk yang tidak langsung sebesar 780
miliar dengan NPF gross 2,4%”, terang Hanawijaya.3 Salah satu NPF tertinggi
dialami oleh Warung Mikro BSM Kantor Cabang Bintaro yang menembus
hingga angka 12%, yang menyebabkan Warung Mikro ini mengalami freeze
atau Stop Lending untuk seluruh produk warung mikronya. Selain itu, pada
tahun 2013 NPF Warung Mikro Kantor Cabang Cipulir menembus angka 9%.
Sedangkan NPF Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug sempat mencapai
hingga angka 5% dan kini mulai berangsur menurun ke angka kisaran 3%.
Meskipun warung mikro telah menerapkan prinsip kehati-hatian
sebagaimana diatur dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
2Paulus Yoga, “BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%”, diakses pada 3 Januari
2014 dari www.infobanknews.com
3Paulus Yoga, “BSM Patok Tambahan Pembiayaan Mikro Rp1,08 Triliun”, diakses pada 3
Januari 2014 dari www.infobanknews.com
4
pada kenyataannya masih terjadi sejumlah pembiayan bermasalah di kantor
cabang maupun kantor cabang pembantu outlet warung mikro ini. Misalnya
seperti pada Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug yang memiliki 12 orang
nasabah bermasalah, Kantor Cabang Cipulir yang memiliki 10 orang nasabah
bermasalah dengan pembiayaan cukup tinggi, dan Kantor Cabang Pembantu
Bintaro Sektor III yang memiliki 5 orang nasabah pembiayaan bermasalah.
Untuk itu, penulis memilih Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
sebagai objek penelitian menimbang bahwa BSM termasuk ke dalam pelopor
bank syariah yang mengedepankan penyaluran pembiayaan pada sektor
mikro. Pada penelitian ini, penulis memilih tema mengenai “FAKTOR
FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH MENGEMBALIKAN
PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”
B. Identifikasi Masalah
Bank dituntut untuk cermat dalam menyalurkan pembiayaannya
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian bank. Berbagai metode atau prinsip
pembiayaan pun dilakukan oleh bank untuk menghindari berbagai risiko
pembiayaan bermasalah, seperti halnya prinsip 5C yang mewajibkan bank
untuk menganalisis risiko mulai dari aspek Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition of Economic. Namun pada praktiknya, meskipun
prinsip kehati-hatian bank telah dilakukan, masih saja terdapat sejumlah
pembiayaan bermasalah dimana nasabah yang menerima pembiayaan
mengalami hambatan dalam mengembalikan pembiayaannya pada bank. Oleh
5
karena itu, dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Apakah angsuran pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pihak Warung
Mikro BSM telah sesuai dengan kondisi dan kemampuan nasabahnya?
2. Apa saja faktor yang menghambat nasabah memenuhi pengembalian
pembiayaan yang ditetapkan oleh Warung Mikro BSM?
3. Siapakah pihak yang paling dominan dalam memutuskan penetapan target
pengembalian pembiayaan Warung Mikro BSM kepada nasabahnya?
4. Bagaimana Warung Mikro BSM menganalisis kelayakan usaha dan
mengenal karakter nasabahnya?
5. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya?
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi pada faktor penghambat
nasabah dalam pengembalikan angsuran produk pembiayaan Warung Mikro
Bank Syariah Mandiri pada cabang ataupun cabang pembantu yang memiliki
tingkat permasalahan tertentu berupa sejumlah nasabah pembiayaan
bermasalah yang termasuk dalam golongan kolektabilitas 3 hingga 5 seperti
Warung Mikro KC Ciledug, Warung Mikro KC Cipulir dan Warung Miko
KCP Bintaro Sektor III pada tahun 2013.
6
D. Perumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan
pembiayaan Warung Mikro BSM?
2. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
a. Menganalisis faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan
pembiayaan Warung Mikro BSM.
b. Menganalisis strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya.
2. Manfaat Penelitian :
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro
BSM.
b. Bagi Bank Syariah Mandiri
Penelitian ini dapat membantu Bank syariah Mandiri dalam
mengkaji mengenai faktor-faktor yang menghambat nasabah
mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM. Serta dapat
7
dijadikan bahan pertimbangan atau referensi untuk penetapan strategi
Warung Mikro selanjutnya.
c. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai faktor-faktor yang menghambat nasabah
mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM serta strategi yang
ditawarkan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang dihadapi
nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya.
d. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan referensi
masyarakat mengenai produk pembiayaan Warung Mikro BSM,
faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan
Warung Mikro BSM serta strategi yang ditawarkan untuk mengatasi
hambatan dan kendala yang dihadapi nasabah dalam mengembalikan
pembiayaannya.
F. Teknik Penulisan
Penelitian ini menggunakan teknik penulisan pada buku pedoman
penulisan skripsi tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum.
8
G. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan yang lebih terarah dan memudahkan
pemahaman isi, maka penulis mengadakan pembabakan dalam 5 bab,
yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), pembiayaan, Non Performing Financing
dan review studi terdahulu.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian,
metode analisis, jenis dan sumber penelitian, teknik
pengumpulan data serta objek penelitian.
BAB IV: WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, landasan hukum
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, sasaran pembiayaan
9
Warung Mikro, cakupan pembiayaan segmen mikro, fitur
produk pembiayaan segmen mikro, persyaratan pemohon,
margin, pemberian limit pembiayaan, analisa pembiayaan, dan
struktur organisasi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri.
BAB V: PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai profil responden, faktor-
faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan
Warung Mikro serta membahas mengenai strategi Warung
Mikro Bank Syariah Mandiri untuk membantu menyelesaikan
hambatan dan kendala nasabah dalam mengembalikan
pembiayaan.
BAB IV: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian
yang dilakukan penulis.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian UMKM adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.4
Sedangkan pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK/2003 tanggal 29 Januari 2003 adalah usaha
produksi milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank
paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).5
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
5 Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK/2003
11
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,-
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,-
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).6
6 Bab IV Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
12
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan biaya. Pembiayaan adalah pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.7 Sedangkan menurut Undang-undang Perbankan
No.10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Warung Mikro adalah layanan di KC/KCP/UPS yang ditunjuk untuk
memasarkan, memproses dan mengelola portofolio pembiayaan segmen
mikro di Bank.Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif
kepada nasabah/calon nasabah baik perorangan ataupun badan usaha dengan
limit sampai dengan Rp 100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah
pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan
limit sampai dengan Rp 50 juta yang disalurkan melalui Warung Mikro.8
7 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Depok: Gema Insani
bekerjasama dengan Tazkia Cendikia, 2002),h.160.
8 PT Bank Syariah Mandiri, “Produk Pembiayaan Warung Mikro” artikel diakses pada 17 Juli
2013 dari http://www.syariahmandiri.co.id
13
2. Macam-macam pembiayaan :
a. Pembiayaan Menurut Sifatnya
Pembiayaan merupakan suatu tugas pokok bank untuk
menyalurkan fasilitas dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua
hal, yaitu:
1) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas seperti peningkatan usaha baik produksi,
perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan yang digunakan untuk kebututhan konsumsi
dimana habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.9
b. Pembiayaan Menurut Keperluaannya
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua hal, yaitu :
1) Pembiayaan modal kerja
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan untuk
meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif dalam bentuk
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi. Modal kerja terdiri
9 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, h.160.
14
dari komponen-komponen yang liquid (cash), piutang dagang
(receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri
dari bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan
barang jadi.
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods). pada umumnya, pembiayaan investasi
diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
a) Untuk pengadaan barang modal.
b) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan
terarah.
c) Berjangka untuk menengah dan panjang.10
3. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang
dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang
diajukan oleh calon debitur. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh
keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai tersebut layak (feasible).
Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah
10 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik ,h.161-167.
15
secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Agar bank
terhindar dari masalah yang timbul dikemudian hari.
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan
permohonan kredit calon debitur antara lain prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) :
a. Character
Untuk mengetahui watak dan kepribadian calon debitur yang
bertujuan untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai
keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai
lunas.
b. Capacity
Untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi
kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Semakin baik
kemampuan keuangan calon debitur, maka semakin baik kemungkinan
kualitas pembiayaannya, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan
tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
c. Capital
Untuk mengetahui seberapa banyak modal atau dana yang akan
diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin
besar modal yang dimiliki oleh calon debitur akan semakin
meyakinkan bank akan keseriusan calon debitur dalam mengajukan
pembiayaan. Dengan melihat debt to equity ratio perusahaan.
16
d. Collateral
Untuk menilai agunan/jaminan yang akan diberikan oleh calon
debitur sebagai antisipasi apabila calon debitur mengalami gagal bayar
terhadap pembiayaan yang diajukan. Bank tidak memberikan
pembiayaan melebihi nilai agunan.
e. Condition of Economic
Pertimbangan mengenai sektor usaha calon debitur dengan
kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, kebijakan fiskal-moneter, dan
lain sebagainya. Untuk mengetahui eksistensi usaha yang akan
dijalankan calon debitur terhadap kondisi-kondisi ekonomi yang
sedang maupun akan berlangsung.11
4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
bermasalah yaitu :12
a. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini
di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.
b. Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara
melakukan kegiatan usaha yang sehat.
11
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana,
2010),h.112-114
12
Samti, Astri Marlia. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah
Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, 2011), h.16-17
17
c. Fraud (penyalahgunaan) maksudnya adalah ketidakjujuran debitur
dalam memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan
usahanya, posisi keuangan, hutang piutang, persediaan, dll.
Hal lainnya disampaikan oleh Kasmir. Dalam praktiknya kemacetan
suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:13
a. Dari pihak Perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti
sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya
atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi
akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga
dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.
b. Dari pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2
hal yaitu:
1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga
kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu.
2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar
akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan
13 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 128-129
18
sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.
Selain itu, analisa sebab pembiayaan bermasalah ditinjau dari sisi
nasabah:14
a. Aspek internal
1) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut
2) Manajemen tidak baik atau kurang rapi
3) Laporan keuangan tidak lengkap
4) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
5) Perencanaan yang kurang matang
6) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha
tersebut
b. Aspek eksternal
1) Aspek pasar kurang mendukung
2) Kemampuan daya beli masyarakat kurang
3) Kebijakan pemerintah
4) Pengaruh lain di luar usaha
5) Kenakalan peminjam
14 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2005),h.311
19
Dalam hal faktor penghambat atau penyebab pembiayaan
bermasalah, penulis menyimpulkan terdiri atas :
a. Dari Pihak Perbankan
1) Kurang tepat dalam analisis pembiayaan
Ketidaktepatan dalam menganalisis permohonan
pembiayaan dari nasabah akan menyebabkan terhambatnya
pengembalian pembiayaan. Hal ini dapat bersumber dari
ketidaktepatan dalam menganalisis karakter nasabah, agunan,
kemampuan membayar, dan berbagai risiko kredit lainnya.
2) Fraud yang dilakukan oleh internal Bank
Dapat terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subyektif dan akal-akalan.15
Atau dapat pula pemalsuan dokumen
dan segala macam bentuk penyalahgunaan wewenang yang terjadi
pada internal Bank.
b. Dari Pihak Nasabah
1) Aspek internal
a) Miss Management
Yakni ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara
15 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.128.
20
melakukan kegiatan usaha yang sehat.16
Dapat berupa kurang
cakapnya peminjam dalam mengelola usaha tersebut,
manajemen tidak baik atau kurang rapi, laporan keuangan
tidak lengkap, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan
perencanaan, perencanaan yang kurang matang17
, dan lain
sebagainya.
b) Adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar
pembiayaan (tidak ada itikad baik).
Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud
membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan
yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah
mampu.18
Tidak ada itikad baik untuk mengembalikan
pembiayaan ke Bank.
16 Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2011),h16
17
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311.
18
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.129.
21
2) Aspek eksternal
a) Kondisi pasar yang kurang mendukung
Dapat pula berupa kemampuan daya beli masyarakat
kurang memadai, lokasi usaha yang tidak strategis, dan lain-
lain.19
b) Kebijakan pemerintah
Segala peraturan atau kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat yang
mempengaruhi usaha.
c) Advertisity
Yakni perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal
ini di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.20
Adanya unsur ketidaksengajaan yang sulit dihindari yang
mengakibatkan nasabah tidak mampu membayar.
d) Pengaruh lainnya
Segala hal yang mempengaruhi terhambatnya nasabah
dalam mengembalikan pembiayaannya. Misalnya saja
kebutuhan yang mendesak, dan lain sebagainya.
19 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311.
20
Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2011), h.16
22
5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan
Ketidaklancaran nasabah dalam membayar angsuran pokok maupun
bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas
pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu :21
a. Lancar atau kolektabilitas 1
b. Perhatian Khusus atau kolektabilitas 2
c. Kurang Lancar atau kolektabilitas 3
d. Diragukan atau kolektabilitas 4
e. Macet atau kolektabilitas 5
Kualitas Pembiayaan (Kolektabilitas) :
Pembiayaan bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan
atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan
nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk
membayar bagi hasil, mengangsur, serta melunasi pembiayaannya kepada
bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut oleh waktu
pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok
pembiayaan dan diperinci sebagai berikut.
a. Pembiayaan Lancar (Pass)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria tersebut di bawah ini.
21 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.312
23
1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.
3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1) Diterima/umum;
(2) Permintaan cukup;
(3) Profitabilitas cukup;
(4) Persaingan minimal.
b) Perusahaan
(1) Di atas rata-rata sektor;
(2) Daya saing kuat;
(3) Produk dan pasar yang baik.
c) Keuangan
(1) Menguntungkan;
(2) Likuid;
(3) Cash flow memadai;
(4) Rasio hutang rendah;
(5) Dua sumber pembayaran kembali;
(6) Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan
stabilitas suku bunga.
24
d) Manajemen
(1) Memiliki keuntungan;
(2) Memiliki integritas;
(3) Memiliki visi strategis yang jelas;
(4) Kontrol yang baik;
(5) Eksternal audit yang baik.
e) Viability
Tidak ada risiko yang significant.
b. Perhatian Khusus (Special Mention)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan dalam
perhatian khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari.
2) Kadang-kadang terjadi cerukan.
3) Mutasi rekening relatif aktif.
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadapa kontrak yang diperjanjikan.
5) Didukung oleh pinjaman baru.
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1) Dipertanyakan;
(2) Pendapatan menurun;
(3) Kompetisi meningkat;
25
(4) Kompetisi harga meningkat;
(5) Biaya operasi meningkat;
(6) Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap menurun.
b) Perusahaan
(1) Di dalam rata-rata sektor;
(2) Beberapa kelemahan dalam persaingan.
c) Keuangan
(1) Keuntungan rendah;
(2) Likuiditas dapat diterima;
(3) Rasio hutang moderat;
(4) Dua sumber pembayaran kembali;
(5) Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga
pinjaman;
(6) Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan suku
bunga.
d) Manajemen
(1) Mampu memenuhi syarat;
(2) Memiliki integritas;
(3) Beberapa permasalahan strategi;
(4) Perbaikan dalam kontrol;
(5) Komite pemilik dan manajemen;
(6) Eksternal audit dapat diterima.
26
e) Viability
(1) Kemauan melepaskan diri dari masalah;
(2) Kekuatan untuk menanggulangi;
(3) Pemilik dapat mendukung;
(4) Modal baru dimungkinkan jika perlu;
(5) Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti.
c. Kurang Lancar (Substandard)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang
lancar apabila memenuhi kriteria berikut ini.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari;
2) Sering terjadi cerukan;
3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;
4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari;
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;
6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
Dengan indikator:
a) Industri
(1) Bergejolak;
(2) Pendapatan menurun;
(3) Permintaan menurun;
27
(4) Risiko liberalisasi;
(5) Risiko bahan mentah;
(6) Risiko devaluasi;
(7) Regulasi harga;
(8) Week co under preasure.
b) Perusahaan
(1) Di bawah rata-rata sektor;
(2) Tingkat kompetisi tinggi;
(3) Aspek teknologi lemah.
c) Keuangan
(1) Pendapatan rendah mendekati 0 (nol);
(2) Likuiditas rendah;
(3) Rasio hutang tinggi;
(4) Satu sumber pembayaran kembali;
(5) Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan
bunga pinjaman;
(6) Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan
bunga;
(7) Meningkatnya masalah modal kerja.
d) Manajemen
(1) Kepastian rendah;
(2) Kurang pengalaman;
28
(3) Integritas diragukan;
(4) Tidak ada visi strategis;
(5) Kontrol yang lemah;
(6) Konflik kepemimpinan;
(7) Eksternal audit dapat lemah.
e) Viability
(1) Dukungan pemilik diragukan;
(2) Memerlukan pemasaran yang baru;
(3) Risiko masa depan yang potensial;
(4) Terdapat masalah ketenagakerjaan;
(5) Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan.
d. Diragukan (Doubtful)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga telah
melampaui 180 hari;
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen;
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;
4) Terjadi kapitlisasi bunga;
5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian
pembiayaan maupun pegikatan jaminan.
29
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1) Tidak baik;
(2) Pendapatan 0 (nol) atau negatif;
(3) Kompetisi harga sangat tajam;
(4) Harga menurun;
(5) Memerlukan restrukturisasi operasional;
(6) Harga politis.
b) Perusahaan
(1) Jauh di bawah rata-rata sektor;
(2) Tingkat kompetisi yang sangat tinggi;
(3) Masalah teknologi yang parah;
(4) Membutuhkan modernisasi yang mendesak;
(5) Kehilangan pasar;
(6) Masalah produk;
(7) Ekspansi yang terlalu cepat.
c) Keuangan
(1) Kerugian operasional;
(2) Tidak likuid;
(3) Menjual aset untuk mempertahankan usaha;
(4) Aliran kas < pembayaran hutang;
(5) Rasio hutang sangat tinggi;
30
(6) Sumber pembayaran tidak cukup;
(7) Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian
operasional.
d) Manajemen
(1) Parah;
(2) Tidak kompeten;
(3) Tidak bisa bekerja sama;
(4) Kontrol sangat lemah;
(5) Masalah kepemilikan;
(6) Tidak ada sumber pemodalan baru;
(7) Eksternal audit yang parah.
e) Viability
(1) Masalah operasional;
(2) Kelebihan tenaga kerja yang banyak;
(3) Membutuhkan penghapusan hutang;
(4) Restrukturisasi produk;
(5) Restrukturisasi proses;
(6) Pengembalian biaya tidak penuh.
31
e. Macet (Loss)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari;
2) Kerugian operasional ditutu dengan pinjaman baru;
3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1) Hampir mati;
(2) Struktur industri lemah;
(3) Bersifat anakronis.
b) Perusahaan
(1) Tidak dapat berkompetisi;
(2) Ketinggalan teknologi;
(3) Produk yang lemah;
(4) Risiko negara;
(5) Peran yang sangat terbatas;
(6) Lower quartile.
c) Keuangan
(1) Kerugian yang besar;
32
(2) Penjualan aset saat merugi;
(3) Masalah kas dan hutang yang parah;
(4) Aliran kas < biaya produksi;
(5) Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidasi).
d) Manajemen
(1) Sangat parah;
(2) Tidak dapat dipercaya;
(3) Sangat tidak kompeten;
(4) Kemungkinan terjadi fraud;
(5) Tidak ada kepemimpinan.
e) Viability
(1) Sangat dipertanyakan;
(2) Harus dilikuidasi;
(3) Harus dipecah-pecah;
(4) Likuidasi pada nilai dasar;
(5) Pembeli sedikit.22
C. Non Performing Financing
1. Pengertian Non Performing Financing
Non Performing Financing merupakan pembiayaan yang sudah
dikategorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat tunggakan. Non
22 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
h.742-749.
33
Performing Financing disebut juga dengan kredit bermasalah,
dikelompokkan menjadi taiga, yaitu :
a. Pembiayaan Kurang Lancar
b. Pembiayaan Diragukan
c. Pembiayaan Macet
Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang telah
disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran
atau melakukan angsuran sesuai perjanjian yang telah ditandatangani oleh
bank dan nasabah. Pembiayaan bermasalah akan berakibat pada kerugian
bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah
disalurkan, maupun pendapatan margin atau fee based income yang tidak
dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat fee based
income, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total.23
Bank
Indonesia menetapkan rasio Non Perfoming Financing netto diatas 5%
termasuk dalam kategori bermasalah.
2. Restrukturisasi Pembiayaan
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008
tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah, pengertian restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang
23
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, h.122-123.
34
dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat
menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain
meliputi:
1) Perubahan jadwal pembayaran;
2) Perubahan jumlah angsuran;
3) Perubahan jangka waktu;
4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabahah atau
musyarakah;
5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah
atau musyarakah; dan/atau
6) Pemberian potongan.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank;
2) Konversi akad pembiayaan;
3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah; dan/atau
35
4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan nasabah,
yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.24
Upaya lainnya yang dilakukan bank untuk penyelamatan terhadap
pembiayaan bermasalah adalah :
a. Kombinasi
Yaitu upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang
dilakukan oleh bank dengan cara kombinasi antara lain :
1) Rescheduling dan Restructuring
2) Rescheduling dan Reconditioning
3) Restructuring dan Reconditioning
4) Rescheduling, Restrukturing dan Reconditioning
b. Eksekusi
Eksekusi merupakan alternatif terakhir yang dapat dilakukan
oleh bank untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah. Eksekusi
merupakan penjualan agunan yang dimiliki oleh bank. Hasil
penjualan agunan diperlukan untuk melunasi semua kewajiban
debitur baik kewajiban atas pinjaman pokok maupun margin. Sisa
atas penjualan agunan, akan dikembalikan kepada debitur.
Sebaliknya kekurangan atas hasil penjualan agunan menjadi
24 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah Pasal 1 no.7
36
tanggungan debitur, artinya debitur diwajibkan untuk membayar
kekurangannya. Pada praktiknya, bank tidak dapat menagih lagi
debitur untuk melunasi kewajibannya. Atas kerugian karena hasil
penjualan agunan tidak cukup, maka bank akan membebankan
kerugian tersebut ke dalam kerugian bank.25
Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah
yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan
b. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajiban setelah restrukturisasi.
Restrukturisasi untuk pembiayaan konsumtif hanya dapat dilakukan
untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan
b. Terdapat sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasabah dan
mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.26
Menurut Prof. Dr. H. Fatturahman Djamil, MA, dalam bukunya,
penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah, menguraikan
secara garis besar cara penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dan
25
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, h.128-129.
26
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, Pasal 5.
37
upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif. Upaya yang berifat preventif
menurutnya, dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan
nasabah, pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan,
pembuatan perjanjian yang benar, pengikatan agunan yang menjamin
bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Sedangkan upaya-upaya yang bersifat represif adalah
upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan atau
penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.27
D. Review Studi Terdahulu
1. Skripsi “Efektivitas Pembiayaan Mikro Pada Nasabah PT.Bank Syariah
Mandiri Cabang Pembantu Cililitan” oleh Teza Ryandi, jurusan
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas
penyaluran pembiayaan mikro (pada produk pembiayaan Kredit Usaha
Rakyat dan pembiayaan mikro) berdasarkan penilaian nasabah
pembiayaan dan dampak pembiayaan tersebut terhadap perkembangan
usaha nasabah dengan menggunakan perhitungan manual dengan rumus
standar deviasi dan mean, serta analisis regresi linier berganda. Penelitian
ini menggunakan meode penelitian kuantitatif dan hasilnya menunjukkan
bahwa penyaluran pembiayaan mikro tergolong efektif, margin memiliki
27 Agus, “Restrukturisasi Hutang di Bank Syariah” artikel diakses pada 3 Januari 2014 pukul
06:50 WIB dari www.ekonomisyariah.info/blog/2013/06/21/restrukturisasi-hutang-di-bnk-syariah/
38
kontribusi yang sangat besar sebagai pengurang pendapatan nasabah
(margin cukup tinggi) namun secara keseluruhan pembiayaan mikro pada
BSM Capem Cililitan tergolong efektif.
2. Skripsi “Konsep Warung Mikro Dan Linkage Program Sebagai Solusi
Pembiayaan Usaha Mikro (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Rawamangun)” oleh Ismi Mawaddah, jurusan Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
melakukan wawancara terstruktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Bank Syariah Mandiri cukup baik menyalurkan pembiayaan kepada
UKM melalui Warung Mikro meskipun sebab lebih banyak
mendatangkan keuntungan bagi Bank, meskipun pelaksanaannya lebih
rumit dibandingkan Linkage program.
3. Tesis “Manajemen Keuangan Keluarga Miskin: Studi Kasus Mitra
Program Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa Republika” oleh Lisma
Dyawati Fuaida, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Program Pasca
Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia, Depok, 2005. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran tentang manajemen keuangan keluarga miskin yang menjadi
mitra program Masyarakat Mandiri untuk kemudian dilihat potensinya
terhadap pencapaian tujuan program Masyarakat Mandiri.
39
4. Jurnal Kommunity: Kajian Pengembangan Masyarakat Volume 1, no.1,
Januari 2013 dengan tema “Mensinergikan Pemberdayaan: Pengalaman
Lapangan Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas PKPU di Pasar
Mampang Jakarta Selatan” oleh Masdariah. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasilnya adalah
pelaksanaan pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan
strategi untuk mendorong keberhasilan program tersebut, yaitu melalui
strategi pelatihan, pemberian dana bergulir, dana bagi hasil, dana usaha
bersama, serta dana BMT adalah temuan penelitian di lapangan.
Pada penelitian ini penulis membahas mengenai faktor-faktor yang
menghambat nasabah pembiayaan produk Warung Mikro Bank Syariah
Mandiri mengembalikan pembiayaan Warung Mikro dengan pendekatan
kualitatif. Dengan analisis deskriptif eksplanatif menggunakan metode
wawancara terstruktur kepada para nasabah yang mengalami kesulitan
mengembalikam pembiayaannya serta menganalisis mengenai strategi
untuk menangani hambatan nasabah dalam mengembalikan
pembiayaannya pada tahun 2013.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.1
Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pendekatan empiris dengan melihat segala fenomena yang terjadi di
masyarakat. Aliran empirisme ini mengartikan dan mendefinisikan objek
kajian social yang disebut dengan ‘realitas sosial’ sebagai realitas-realitas
objektif di dalam indrawi. Realitas sosial itu bukanlah kesadaran atau
pengetahuan warga masayarakat itu sendiri, melainkan manifestasi-
masnifestasi yang kasat mata dan dapat diamati dalam duniawi yang objektif.2
B. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Yaitu suatu
teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h.3 2 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.49
41
yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-
sumber yang ada. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pengumpulan
data yang berasal dari fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di
lapangan. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah ekplanatif, yakni memahami
ciri dan hubungan sistemis fenomena berdasarkan faktanya.3
C. Jenis dan Sumber Penelitian
Pada penelitian ini, penulis memperoleh data yang berasal dari sumber
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan
dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari
objeknya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya
sudah dalam bentuk publikasi.4 Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah data dan laporan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Warung
Mikro KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro Sektor III. Dan sumber data
sekunder penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka yang terkait dengan
permasalahan penelitian.
3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, h.49
4 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Dilengkapi
dengan Contoh-contoh Aplikasi; Proposal Penelitian dan Laporannya), (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),
h.101-102
42
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu.5 Adapun jenis wawancara yang dilakukan
adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara
yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan.6 Wawancara terstruktur dilakukan kepada
karyawan Outlet Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang
Cipulir dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III serta nasabah
pembiayaan produk Warung Mikro Bank Syariah Mandiri tersebut yang
tergolong dalam kategori nasabah pembiayaan bermasalah (kolektabilitas
3 hingga 5).
2. Studi Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau
bahan-bahan dari berbagai kepustakaan yang ada, seperti buku, jurnal,
5 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, h.127
6 Ibid.,h.130
43
artikel, sumber-sumber dokumen dari Bank Syariah Mandiri, dan laporan
lain yang terkait dengan skripsi ini.
E. Objek Penelitian
Yang menjadi objek fokus penelitian ini adalah Warung Mikro
Bank Syariah Mandiri dengan kekhususan pembahasan pada hambatan
pengembalian pembiayaan nasabah outlet Warung Mikro BSM Kantor
Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir dan Kantor Cabang Pembantu
Bintaro Sektor III pada tahun 2013. Selain itu turut membahas strategi
Warung Mikro BSM untuk menyelesaikan hambatan dan kendala yang
dihadapi nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya tersebut. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 orang nasabah pembiayaan
bermasalah dengan kategori kolektabilitas 3 hingga 5 dari ketiga cabang
tersebut deng metode random sampling, yang terdiri atas 5 orang nasabah
pembiayaan bermasalah Warung Mikro BSM Kantor Cabang Ciledug, 5
orang nasabah pembiayaan bermasalah Kantor Cabang Cipulir dan 4
orang nasabah pembiayaan bermasalah Kantor Cabang Pembantu Bintaro
Sektor III.
44
BAB IV
WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI
A. Latar Belakang Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peluang untuk
mengembangkan bisnis dalam pembiayaan segmen mikro mengingat potensi
pasar pembiayaan mikro yang cukup luas. Pemberian pembiayaan kepada
segmen mikro mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut
1. Mendiversifikasi penyebaran risiko karena pemberian pembiayaan tidak
terkonsentrasi pada satu kelompok.
2. Memungkinkan Bank memperoleh pendapatan margin/bagi hasil yang
memadai karena tingkat margin pembiayaan bagi segmen mikro relatif
lebih tinggi dibandingkan margin pembiayaan komersial.
Agar marketable dan kompetitif di pasar, maka fitur pembiayaan untuk
segmen Mikro dituntut menarik dengan cara proses pemberian pembiayaan
mudah, cepat, efektif dan efisien serta sesuai dengan kaidah kaidah umum
dalam pembiayaan mikro dengan tetap memperhatikan prudensialitas. Untuk
mengakomodir hal tersebut Bank meluncurkan layanan mikro dengan nama
Warung Mikro.
Untuk melaksanakan hal tersebut di atas dan mendiversifikasi serta
meningkatkan portofolio pembiayaan segmen mikro maka Bank perlu
45
menyempurnakan ketentuan/pedoman Pembiayaan Mikro khusus melalui
Warung Mikro.
Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari pemerintah khususnya
Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut bank untuk
mengembangkan sektor rill dengan cara lebih memerhatikan UMKM. Warung
Mikro BSM dibuka sejak tahun 2008 dengan 3-4 cabang sebagai percobaan
pada mulanya. Setelah berjalan beberapa waktu, perkembangannya pun cukup
bagus. Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan
Agustus 2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 122. 25
Hingga saat ini
jumlahnya 452 outlet.
B. Landasan Hukum Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Warung mikro Bank Syariah Mandiri ini hadir dengan berlandaskan
hukum:
1. Undang Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
2. Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tanggal 2 November 2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko BankUmum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
25
“Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM”artikel diakses pada tanggal 21 Agustus
2012 dari http://zonaeksis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/.
46
3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/31/DPbS tanggal 7 Oktober
2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
4. PBI No.3/2/PBI/2001 tanggal 4 Januari 2001 mengenai Pemberian Kredit
Usaha Kecil.
5. PBI No.5/8/PBI/2003, tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum.
6. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1
April 2000 tentang Pembiayaan Murabahah.
7. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/2000 tanggal 4 April
2000 tentag Pembiayaan Ijarah.
8. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri berikut perubahannya.
9. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank Syariah Mandiri.
10. SPOB Pembiayaan Mikro dan Kecil.
C. Sasaran Pembiayaan Warung Mikro
1. Usaha Mikro perorangan atau badan usaha yang berbentuk perseroan
terbatas (PT), koperasi, CV, dan firma yang berpenghasilan tidak tetap
(Non Golbertap) serta telah berjalan minimal 2 tahun.
2. Usaha Mikro perorangan yang termasuk dalam golongan berpenghasilan
tetap (Golbertap) dengan sumber pembayaran berdasarkan
gaji/penghasilan tetap yang diterima untuk kebutuhan usahanya, baik
usaha baru maupun yang sudah berjalan. Seperti PNS, Pegawai Swasta,
47
dan sebagainya.
D. Cakupan Pembiayaan Segmen Mikro
1. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas) adalah pembiayaan usaha
mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan plafon
pembiayaan keseluruhan minimum Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan
maksimum Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
2. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya) adalah pembiayaan
usaha mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan
plafon pembiayaan keseluruhan maksimum Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
3. Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) adalah pembiayaan
usaha mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan
plafon pembiayaan keseluruhan maksimum Rp 100.000.000,- (seratus
juta rupiah).
E. Fitur Produk Pembiayaan Segmen Mikro
1. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas)
Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas) ini diberikan kepada
perorangan baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan
berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Dengan limit pembiayaan
minimal Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) sampai Rp 10.000.000,-
48
(sepuluh juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan akad murabahah
atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 36 bulan.
a. Agunan
1) Agunan yang diserahkan
a) Agunan utama : objek yang dibiayai dari pembiayaan.
b) Agunan tambahan : tidak dipersyaratkan namun sebagai
moral obligation calon nasabah, bank dapat meminta kepada
nasabah untuk menyerahkan agunan kebendaan yang
marketable (contoh BPKB, petuk, girik, sertifikat, dan lain
sebagainya).
2) Pengikatan Agunan
Pengikatan agunan dilakukan dibawah tangan dengan
kuasa jual.
b. Asuransi
Asuransi yang dikenakan adalah asuransi jiwa, minimal
sebesar limit dan jangka waktu pembiayaan. Premi asuransi
dibebankan kepada nasabah.
c. Self Financing
Minimal sebesar 15% dari kebutuhan pembiayaan nasabah.
49
d. Biaya
1) Biaya administrasi : Rp 60.000,- (sudah termasuk biaya
materai)
2) Biaya materai : atas beban bank
3) Premi asuransi jiwa : atas beban nasabah
4) Keterangan biaya-biaya :
a) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-
lambatnya saat penandatangan akad pembiayaan.
b) Biaya-biaya yang telah dibayarkan/disetor setelah perjanjian
pembiayaan ditandatangani tidak dapat ditarik kembali oleh
sebab atau dalam keadaan bagaimanapun juga.
e. Penarikan Pembiayaan
Pola penarikan pembiayaan dilakukan sekaligus dan
dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di Bank.
2. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya)
Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya) ini diberikan kepada
perorangan baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan
berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Dengan limit pembiayaan di
50
atas Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan
akad murabahah atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 36 bulan.
a. Agunan
1) Agunan yang diserahkan :
a) Agunan utama yaitu objek yang dibiayai pembiayaan.
b) Agunan tambahan yaitu agunan berupa harta tetap baik tidak
bergerak atau bergerak.
c) Apabila agunan utama berupa harta tetap maka tidak
diperlukan agunan tambahan.
2) Nilai Likuidasi Agunan
Total nilai likuidasi yang berupa harta tetap baik tidak
bergerak atau bergerak minimal sebesar 100% dari limit
pembiayaan.
3) Jenis Agunan Yang Diterima
a) Agunan berupa tanah dan bangunan harus berstatus
kepemilikan SHM (Sertifikat Hak Milik) atau SHGB
(Sertifikat Hak Guna Bangunan).
b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) Umur ekonomis sepeda motor ditambah jangka waktu
51
pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus
bermerek Honda, Yamaha, dan Suzuki.
(2) Umur ekonomis mobil penumpang ditambah jangka
waktu pembiayaan adalah maksimal 10 tahun dan harus
bermerek Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi,
Nissan, dan Isuzu.
(3) Umur ekonomis mobil niaga ditambah jangka waktu
pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus
bermerek Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Hino,
Isuzu, Suzuki, dan Mercedes Benz.
c) Agunan berupa mesin, dengan ketentuan umur ekonomis
mesin ditambah dengan jangka waktu pembiayaan maksimal
5 tahun.
4) Penilaian dan Pengecekan Agunan
Micro Account Officer (MAO) wajib meyakini
kebenaran/keaslian agunan dan legalitas kepemilikan agunan
yang akan diberikan oleh calon nasabah.
a) Cara penilaian dilakukan sebagai berikut.
(1) Agunan berupa tanah dan bangunan berdasarkan nilai
pasar wajar atau Nilai Jual Objek Pajak tahun terakhir.
(2) Agunan berupa persediaan piutang dagang berdasarkan
52
nilai rata-rata persediaan/piutang selama 3 bulan
terakhir dengan nilai likuidasi mengikuti ketentuan bank
yang berlaku.
(3) Agunan berupa kendaraan bermotor berdasarkan
nilai/harga pembanding untuk jenis barang yang sama.
b) Cara pengecekan agunan dilakukan sebagai berikut.
(1) Agunan dalam bentuk tanah dan bangunan harus
dilakukan pengecekan melalui BPN dan dapat
dilaksanakan oleh notaris.
(2) Agunan dalam bentuk kendaraan bermotor harus
dilakukan pengecekan BPKB di kantor kepolisian
setempat.
5) Pengikatan Agunan
Pengikatan agunan dilakukan dengan cara :
a) Agunan berupa tanah dan bangunan dengan SKMHT notariil
disertai kuasa jual.
b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan kuasa jual
notariil.
6) Asuransi
a) Asuransi jiwa pembiayaan dipersyaratkan minimal sebesar
limit dan jangka waktu pembiayaan.
53
b) Asuransi Agunan dipersyaratkan minimal sebesar nilai
obyek agunan dan jangka waktu pembiayaan (agunan utama
dan/atau agunan tambahan).
7) Self Financing
Minimal sebesar 15% dari kebutuhan pembiayaan nasabah.
8) Biaya
a) Biaya administrasi : minimal 1% (satu persen dari
plafon pembiayaan).
b) Biaya materai : atas beban bank.
c) Premi asuransi : atas beban nasabah.
d) Biaya blokir BPKB : atas beban nasabah.
e) Biaya notaris : atas beban nasabah (jika ada)
f) Keterangan biaya-biaya:
(1) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-
lambatnya saat penandatanganan akad pembiayaan.
(2) Biaya-biaya yang telah dibayar/disetor setelah
perjanjian pembiayaan ditandatangani tidak dapat
ditarik kembali oleh sebab atau dalam keadaan
bagaimanapun juga.
54
9) Penarikan Pembiayaan
Pola penarikan pembiayaam dilakukan sekaligus dan
dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di bank.
3. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama)
Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) ini diberikan
kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun
golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan
di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan akad
murabahah atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 48 bulan.
a. Agunan
1) Agunan yang diserahkan :
a) Agunan utama yaitu objek yang dibiayai pembiayaan
b) Agunan tambahan yaitu agunan berupa harta tetap baik tidak
bergerak atau bergerak.
c) Apabila agunan utama berupa harta tetap maka tidak
diperlukan agunan tambahan.
2) Nilai Likuidasi Agunan
Total nilai likuidasi yang berupa harta tetap baik tidak
bergerak atau bergerak minimal sebesar 100% dari limit
pembiayaan.
55
3) Jenis Agunan yang Diterima
a) Agunan berupa tanah dan bangunan harus berstatus
kepemilikan SHM atau SHGB
b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan ketentuan
sebagai berikut
(1) Umur ekonomis sepeda motor ditambah jangka waktu
pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus
bermerek Honda, Yamaha, dan Suzuki.
(2) Umur ekonomis mobil penumpang ditambah jangka
waktu pembiayaan adalah maksimal 10 tahun dan harus
bermerek Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi,
Nissan, dan Isuzu.
(3) Umur ekonomis mobil niaga ditambah jangka waktu
pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus
bermerek Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Hino,
Isuzu, Suzuki, dan Mercedes Benz.
c) Agunan berupa mesin, dengan ketentuan umur ekonomis
mesin ditambah dengan jangka waktu pembiayaan maksimal
5 tahun.
56
4) Penilaian dan Pengecekan Agunan
Micro Account Officer (MAO) wajib meyakini
kebenaran/keaslian agunan dan legalitas kepemilikan agunan
yang akan diberikan oleh calon nasabah.
a) Cara penilaian dilakukan sebagai berikut :
(1) Agunan berupa tanah dan bangunan berdasarkan nilai
pasar wajar atau Nilai Jual Objek Pajak tahun terakhir.
(2) Agunan berupa persediaan piutang dagang berdasarkan
nilai rata-rata persediaan/piutang selama 3 bulan
terakhir dengan nilai likuidasi mengikuti ketentuan bank
yang berlaku.
(3) Agunan berupa kendaraan bermotor berdasarkan
nilai/harga pasar wajar dengan melampirkan minimal 3
(tiga) harga pembanding untuk jenis barang yang sama.
b) Cara pengecekan agunan dilakukan sebagai berikut.
(1) Agunan dalam bentuk tanah dan bangunan harus
dilakukan pengecekan melalui BPN dan dapat
dilaksanakan oleh Notaris.
(2) Agunan dalam bentuk kendaraan bermotor harus
dilakukan pengecekan BPKB di kantor Kepolisian
setempat.
57
c) Pengikatan agunan
Pengikatan agunan dapat dilakukan dengan cara :
(1) Pengikatan barang tidak bergerak (tanah/bangunan)
dengan APHT.
(2) Pengikatan barang bergerak (kendaraan bermotor)
dilakukan dengan Kuasa Jual secara notariil.
b. Asuransi
1) Asuransi jiwa pembiayaan dipersyaratkan minimal sebesar limit
dan jangka waktu pembiayaan.
2) Asuransi agunan dipersyaratkan minimal sebesar nilai obyek
agunan dan jangka waktu pembiayaan (agunan utama dan/atau
agunan tambahan).
c. Self Financing
Minimal sebesar 15 % dari kebutuhan pembiayaan nasabah.
d. Biaya
1) Biaya administrasi : minimal 1% (satu persen dari
plafon pembiayaan).
2) Biaya materai : atas beban bank.
3) Premi asuransi : atas beban nasabah.
4) Biaya blokir BPKB : atas beban nasabah.
5) Biaya notaris : atas beban nasabah (jika ada)
58
6) Keterangan biaya-biaya:
a) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-
lambatnya saat penandatanganan perjanjian pembiayaan.
b) Biaya-biaya yang telah dibayar/disetor setelah perjanjian
pembiayaan ditandatangani tidak dapat ditarik kembali oleh
sebab atau dalam keadaan bagaimanapun juga.
e. Penarikan Pembiayaan
Pola penarikan pembiayaam dilakukan sekaligus dan
dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di bank.
Ketentuan Angsuran Produk Pembiayaan Warung Mikro :
1) Angsuran pembiayaan dilakukan setiap hari, minggu, atau bulanan
yang terdiri atas angsuran pokok dan margin/bagi hasil berjalan.
2) Besarnya angsuran disesuaikan dengan kemampuan dan lamanya
jangka waktu pembiayaan dengan rasio hutang terhadap pendapatan
atau Debt to Service Ratio (DSR) maksimal sebesar 40%.
3) Pembayaran angsuran pembiayaan pertama dilakukan satu bulan
sejak tanggal pencairan pembiayaan.
Ketentuan Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo Pembiayaan
1) Bila pembiayaan dilunasi sebelum jatuh tempo oleh nasabah, maka
pelunasan sisa pinjaman akan diperhitungkan dengan ketentuan yang
59
berlaku di Bank.
2) Bila tanggal pelunasan tidak sama dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran harian, mingguan, bulanan, perhitungan sesuai
ketentuan Bank yang berlaku.
3) Pelunasan sebagian diperkenankan dengan perhitungan sesuai
ketentuan bank yang berlaku.
Adapun Ketentuan Lainnya Pada Produk Pembiayaan Warung
Mikro:
1) Calon nasabah wajib membuka tabungan.
2) Pencairan dan pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan melalui
tabungan/giro milik nasabah di Bank.
3) Denda keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan (pokok dan
margin) setara 0.00069 x jumlah tunggakan per hari.
4. Fitur Pembiayaan Program KUR Mikro
Berdasarkan program pemerintah guna memberdayakan ekonomi
rakyat, Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu bank yang ditunjuk
pemerintah pada program tersebut, turut memberikan pembiayaan KUR
melalui Warung Mikro dengan ketentuan diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan produktif. Dengan plafon pembiayaan sampai dengan Rp
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), margin setara 22% dengan jangka
60
waktu untuk modal kerja 36 bulan sedangkan investasi 60 bulan.26
Dalam
program pembiayaan KUR Mikro ini, likuidasi agunan minimal 30% dari
nilai pembiayaan.27
F. Persyaratan Pemohon
1. Syarat Pemohon
a. Perorangan Non Golbertap
1) Usaha tengah berjalan minimal 2 tahun
2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga
3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 55
tahun saat pembiayaan lunas.
4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat dan terdokumentasi.
5) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan
non lancar.
b. Perorangan Golbertap
1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun.
2) Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55
tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.
3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
26PT Bank Syariah Mandiri, “KUR Mikro” artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari
http://www.syariahmandiri.co.id
27
Wawancara pribadi dengan Bapak Mirwansyah Munir, Analis Warung Mikro KCP Bintaro
Sektor III tanggal 27 Desember 2013.
61
tercatat dan terdokumentasi.
4) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan
non lancar.
c. Badan Usaha
1) Perseroan Terbatas (PT)
a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
b) Akta pendirian/Anggaran Dasar dibuat otentik
c) Telah disahkan Menteri Kehakiman & HAM
d) Telah didaftarkan pada Departemen Perindustrian &
Perdagangan
e) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI
f) Harus memperbolehkan persetujuan Dewan Komisaris atau
RUPS
g) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang
jelas, tercatat dan terdokumentasi.
h) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori
pembiayaan non lancar.
2) Koperasi
a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
b) Akta Pendirian/Anggaran Dasar telah disahkan oleh Kanwil
Departemen Koperasi setempat
c) Akta Pendirian Koperasi telah diumumkan dalam Tambahan
62
Berita Negara RI
d) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang
jelas, tercatat dan terdokumentasi.
e) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori
pembiayaan non lancar.
3) CV dan Firma
a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun
b) Akta Pendirian/Anggaran Dasar berupa akta otentik
c) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat
kedudukan hukum CV & firma yang bersangkutan
d) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang
jelas, tercatat dan terdokumentasi.
e) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori
pembiayaan non lancar.
2. Syarat Dokumen
a. Perorangan Non Golbertap
1) Melampirkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Kartu Keluarga (KK), serta Surat Nikah (bagi yang menikah).
2) Surat Keterangan Usaha dari RT/RW. Khusus untuk pedagang
pasar, cukup melampirkan fotokopi surat keterangan dari
pengelola pasar setempat.
3) NPWP diwajibkan untuk limit pembiayaan di atas Rp
63
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
4) Foto kopi rekening tabungan selama 3 (tiga) bulan terakhir
[diwajibkan untuk limit pembiayaan di atas Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah)].
b. Perorangan Golbertap (Golongan Berpenghasilan Tetap)
1) Menyerahkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Kartu Keluarga (KK), serta Surat Nikah (bagi yang menikah).
2) Menyerahkan asli slip gaji bulan terakhir.
3) Menyerahkan fotokopi SK dengan menunjukkan aslinya atau
Surat Keterangan dari Manajer Personalia perusahaan tempat
kerja anggota yang menyatakan bahwa anggota masih tercatat
sebagai karyawan tetap dan masih aktif.
4) Menyerahkan foto kopi rekening tabungan selama 3 (tiga) bulan
terakhir.
5) Menyerahkan Surat Keterangan dari RT/RW atau Dinas terkait
dengan usaha yang bersangkutan (untuk pembiayaan dibawah Rp
50.000.000,-).
6) Surrat Keterangan dari Desa/Kelurahan atau Dinas terkait
dengan usaha yang bersangkutan (untuk pembiayaan Rp
50.000.000.- ke atas).
7) Melampirkan foto kopi NPWP (wajib untuk limit pembiayaan
Rp 50.000.000,- ).
64
c. Badan Usaha
1) Perseroan Terbatas (PT)
a) Anggaran Dasar berikut perubahan terakhir
b) SIUP, TDP dan NPWP
c) Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI (TLNRI)
d) Surat persetujuan Komisaris
e) KTP/SIM/Pasport Pengurus
f) Surat Keterangan Domisili Perusahaan
g) Rekening Koran 6 bulan terakhir
2) Koperasi
a) Anggaran Dasar berikut perubahan terakhir
b) SIUP, TDP dan NPWP
c) Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI (TLNRI)
d) KTP/SIM/Pasport Pengurus
e) Surat Keterangan Domisili Koperasi
f) Rekening Koran 6 bulan terakhir
3) CV dan Firma
a) Anggaran Dasar berikut perubahan terakhir
b) SIUP, TDP dan NPWP
c) Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI
d) Surat Keterangan Domisili Perusahaan
e) Rekening Koran 6 bulan terakhir
65
G. Margin
Margin yang berlaku ditetapkan setara price sebagai berikut.
Tabel 4.1 Margin Warung Mikro
Kategori Price efektif per th (%)
berdasarkan jangka waktu
Nasabah Agunan 1Th 2Th 3Th 4Th
Golbertap Dengan Jaminan 28 30 32 34
Non Jaminan 32 34 36 36
Wiraswasta Dengan Jaminan 32 34 36 38
Non Jaminan 34 36 38 40
H. Pemberian Limit Pembiayaan
Perhitungan limit pembiayaan untuk PUM-Tunas, PUM-Madya, PUM-
Utama dan PUM-Kelompok (KI dan KMK) dihitung atas dasar sebagai
berikut
1. Rata-rata penerimaan per bulan selama satu tahun terakhir (existing
repayment capacity)
2. Dept Service Ratio (DSR) maksimum 40% dengan memperhitungkan
kewajiban keuangan lainnya.
66
I. Analisa Pembiayaan
Analisa pembiayaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
rekomendasi Aplikasi Skoring Mikro (ASM), yang dioperasikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pola analisa pembiayaan dapat dijelaskan
sebagai berikut
1) Data dan informasi calaon nasabah didapat dari form aplikasi, interview
dan kunjungan. Data dan informasi dimasukkan ke dalam satu format
standar yang berisi, antara lain:
a) Data dan informasi identitas calon nasabah
(1) KTP/Kartu Keluarga/surat keterangan lainnya
(2) KTP pengurus untuk badan usaha
(3) Tempat tinggal
(4) Pekerjaan/usaha pokok
b) Data dan informasi usaha
(1) Akta Pendirian berikut perubahan dan pengesahannya untuk
badan usaha,
(2) Legalitas usaha (usaha formal)
(3) Tempat/lokasi/areal usaha
(4) Penjualan
(5) Pembelian bahan baku
(6) Biaya operasional
67
(7) Keuntungan
(8) Aset usaha (tanah, bangunan dan mesin)
c) Data dan informasi keuangan
(1) Kas dan simpanan (tabungan/giro/deposito)
(2) Aset liquid lainnya
(3) Aset tetap (tanah dan rumah)
(4) Hutang dan kewajiban lainnya
(5) Permodalan
2) Analisis kelayakan pembiayaan dilakukan dengan menggunakan data dan
informasi standar serta hasil kunjungan nasabah (on the spot) yang
dilakukan oleh Micro Account Officer (MAO).
Analisis kelayakan Pembiayaan melalui Warung Mikro juga
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain.
a) Keyakinan atas identitas dan domisili calon nasabah yang dilakukan
dengan cara :
(1) Melakukan verifikasi kebenaran KTP dan KK sebagai milik
yang bersangkutan
(2) Melakukan verifikasi domisili dan status domisili (milik
sendiri/pihak III/sewa/lainnya)
(3) Melakukan verifikasi fsilitas-fasilitas lain seperti telepon, listrik,
PBB, dan lain-lain.
68
b) Kepastian adanya usaha dan kemungkinan berkembang yang
dilakukan dengan cara
(1) Memastikan kepemilikan usaha dimaksud
(2) Memastikan usaha yang dilakukan sesuai dengan peruntukan
pembiayaan yang dimohonkan
(3) Memastikan usaha tersebut telah berjalan sesuai dengan
persyaratan
(4) Meyakini bahwa usaha tersebut dapat berkembang dengan
fasilitas pembiayaan jika nantinya disetujui.
c) Kepastian adanya kemampuan pembayaran pembiayaan yang
dilakukan dengan cara
(1) Memastikan usaha tersebut mendatangkan keuntungan yang
cukup untuk pembayaran kembali pembiayaan
(2) Mempertimbangkan unsur-unsur yang membebani atau dapat
menjadi beban financial usaha, misalnya jumlah
anak/tanggungan, hutang, dan pola konsumsi calon nasabah
(3) Memperkirakan cash flow usaha dan rumah tangga, misalnya
dengan tabungan sebagai indikator
(4) Meyakini bahwa yang bersangkutan mampu dan mau untuk
membayar kembali pembiayaan
(5) Meyakini kemampuan penyelesaian pelunasan pembiayaan jika
terdapat kondisi wanprestasi.
69
d) Teridentifikasinya risiko pembiayaan yang mengakibatkan gagal
bayar atau pelunasan pembiayaan, antara lain
(1) Risiko operasional dan pengelolaan usaha/produksi
(2) Risiko pemasaran hasil usaha/produksi
(3) Risiko keuangan
(4) Risiko lainnya28
J. Struktur Organisasi Warung Mikro
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Warung Mikro29
28 Wawancara pribadi dengan Nordiyanti, Admin Pembiayaan Mikro KCP Bintaro Sektor III
pada tanggal 24 Desember 2013.
29
Wawancara pribadi dengan Mirwansyah Munir sebagai Asisten Analis Mikro (AAM)
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor III, Bintaro, 27 Desember 2013.
KC/KCP
Mentor Usaha Kepala Warung
Mikro
Asisten Analis Mikro
Marketing Mikro
Admin Pembiayaan
Mikro
Operation Officer
BO Cabang
Teller
66
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil Responden
1. Profil Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Tabel 5.1 Profil Warung Mikro BSM KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP
Bintaro Sektor III
Warung Mikro
BSM Kantor
Cabang/Kantor
Cabang Pembantu
KC Ciledug KC Cipulir KCP Bitaro
Sektor III
Waktu Pendirian 14 Februari
2009 9 Juli 2009 Juli 2011
Jumlah Personil
Warung Mikro 4 orang 4 orang 5 orang
Jumlah NPF 3% 9% 3,8%
Jumlah Nasabah
Pembiayaan
Bermasalah
12 orang 10 orang 5 orang
Sumber : Hasil olahan data wawancara penulis dengan Warung Mikro BSM KC
Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro Sektor III tahun 2013.
a. Warung Mikro BSM Kantor Cabang Ciledug
Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug telah berdiri dan
diresmikan oleh Bank Syariah Mandiri sebagai outlet pertama Warung
Mikro BSM pada 14 Februari 2009. Warung Mikro KC Ciledug dapat
dikatakan sebagai outlet uji coba produk warung mikro pertama
dengan segala keterbatasan sistem dan pedoman operasional di awal
berdirinya. Warung Mikro KC Ciledug telah banyak pengalaman
67
terkait penyaluran pembiayaan Warung Mikro. Adapun kepengurusan
Warung Mikro pada bulan November 2013 terdiri atas 4 orang
personil, dengan 1 orang Kepala Warung Mikro (KWM) yang
merangkap sebagai Asisten Analis Mikro (AAM), 1 orang Admin
Pembiayaan Mikro (APM), dan 2 orang Pelaksana Marketing Mikro
(PMM). Karakteristik pembiayaannya lebih banyak menggunakan
skim murabahah dibandingkan ijarah karena dianggap lebih mudah
dalam pengaplikasian dan perhitungan.
Cara menganalisis kelayakan usaha melalui prinsip 5C dengan
menitikberatkan pada Character, Collateral, Capacity, Capital dan
Condition of Economic. Mengenal karakter nasabah menjadi hal
terpenting dan utama dalam menganalisis pembiayaan, hal ini guna
mengetahui itikad baik nasabah untuk mengembalikan dan
menyelesaikan angsuran pembiayaannya.
Faktor-faktor yang menghambat nasabah atau mitra usaha
memenuhi target pengembalian pembiayaan (angsuran pembiayaan)
yang ditetapkan oleh Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, diduga
berasal dari faktor usaha nasabah, persaingan usaha, tingkat kebutuhan
mendesak yang perlu dipenuhi nasabah, Side Streaming (penggunaan
dana pembiayaan yang tidak sesuai dengan tujuan awal pembiayaan
nasabah serta kurangnya analisa pembiayaan secara mendalam. Selain
itu, yang menjadi penghambat bagi sisi Warung Mikro BSM KC
68
Ciledug adalah potensi pasar yang tinggi dengan tingkat persaingan
yang tinggi pula, baik pesaing dari BPR maupun bank lainnya di
daerah tersebut. 29
Tabel 5.2 Perkembangan penyaluran pembiayaan atau outstanding
Warung Mikro KC Ciledug
(dalam Milyar rupiah)
Tahun 2010 2011 2012 2013
Kisaran Jumlah
Outstanding/tahun 3 1,5 2 2
Sumber : Hasil olahan wawancara dengan Bapak Abu Muaz selaku APM
Warung Mikro KC Ciledug pada tanggal 27 Desember 2013.
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat bahwa pada tahun 2009
jumlah outstanding Warung Mikro KC Ciledug mengalami penurunan
drastis sebesar 50% dari jumlah outstanding tahun 2010. Walaupun
sempat mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar kisaran 500 juta
rupiah namun kembali stagnan sampai periode tahun 2013. Warung
Mikro KC Ciledug sempat mengalami Freeze atau Stop Lending total
untuk semua produk warung mikro selama kurang lebih 1 tahun
(sekitar akhir tahun 2009 sampai dengan tahun 2010). Sejak
pertengahan tahun 2010, kondisi Warung Mikro KC Ciledug sudah
mulai membaik setelah melakukan berbagai pembenahan dan
komplain ke pihak pusat untuk mengurangi atau menangani gap
outstanding yang terjadi.
29Wawancara pribadi dengan Bapak Yayan Suryadi Praja, Asisten Analis Mikro sekaligus
sebagai Kepala Warung Mikro KC Ciledug pada tanggal 4 November 2013.
69
Warung Mikro KC Ciledug dengan presentase NPF berjalan
sebesar kisaran 3% atas pengurangan dari 5% pada periode
sebelumnya. Terdapat 180 hingga 200 orang nasabah yang masih
aktif hingga November 2013. Yang terdiri atas 12 nasabah yang
termasuk dalam pembiayaan bermasalah.
b. Warung Mikro BSM Kanntor Cabang Cipulir
Warung Mikro KC Cipulir berdiri sejak 9 Juli 2009. Dengan
kepengurusan Warung Mikro terdiri atas 4 (empat) orang personil,
yakni 1 orang KWM yang merangkap sebagai AAM, 1 orang APM,
dan 2 orang PMM. Target penyaluran pembiayaan Rp 250.000.000,-
per bulan/PMM, sehingga target penyaluran pembiayaan per bulannya
menjadi Rp 500.000.000,- per bulan. Jumlah nasabah pembiayaan
yang aktif sebanyak 211 orang nasabah dan jumlah pembiayaan
bermasalah dalam kategori kolektabilitas 3 sampai dengan
kolektabilitas 5 ada sekitar 10 orang, baik Golbertap maupun
wiraswasta. Sedangkan jumlah nasabah dalam kategori kolektabilitas 2
ada sekitar 20 orang dengan jangka waktu keterlambatan 1-3 bulan.
Ada dua bentuk punishment, yakni punishment terhadap Warung
Mikro jika target tidak tercapai, yaitu tidak bisa dipromosikan untuk
kenaikan jabatan sesuai dengan kebutuhan jika terdapat kekosongan
posisi. Yang kedua punishment jika nilai NPF tinggi, yaitu
pemberlakuan Stop Lending atau Freeze atau pembekuan produk
70
Warung Mikro yang memiliki tingkat NPF yang tinggi. Misalnya
tingkat NPF produk pembiayaan mikro PUM-Utama tinggi melebihi
batas ketentuan BSM, maka hanya produk pembiayaan mikro PUM-
Utamalah yang dibekukan, sehingga hanya bisa melakukan
pembiayaan madya dan tunasnya saja.
Warung Mikro KC Cipulir pernah mengalami freeze untuk
produk PUM-Utamanya sekitar tahun 2011 yang disebabkan 1
nasabahnya dengan tingkat pembiayaan besar hingga tingkat NPF naik
di atas 5% untuk produk PUM-Utama, walaupun penyebabnya hanya 1
nasabah itu saja. Di Cipulir tingkat saat ini NPF 9% dari total
sebelumnya 12% ada 2 nasabah besar yang macet, di Madya 4 orang
dengan plafon Rp 25.000.000,-, Rp 30.000.000,- ; Rp 30.000.000,- ;
dan Rp 50.000.000,-. Sedangkan pada pembiayaan PUM-Utama
disebabkan oleh 1 nasabah dengan plafon Rp 100.000.000,- untuk
keperluan usaha konveksi, pembiayaan ini macet karena nasabah
memiliki masalah dengan suaminya, agunan pun sudah dilelang tetapi
masih komunikasi masih terus berjalan sambil menunggu proses lelang
selesai. Dan untuk nasabah PUM-Tunas terdapat 5 nasabah
pembiayaan bermasalah dengan rata-rata pembiayaan berkisar Rp
10.000.000,-.
Jika nasabah tidak bisa membayar tetapi masih memiliki itikad
baik untuk membayar, sehingga pihak Warung Mikro dapat
71
memberlakukan penghapusan denda, diskon margin, diskon denda.
Pada tahun 2013 ini program pengendalian NPF pun mulai berlaku
sejak Juni hingga Desember 2013. Program ini ada karena ada
peningkatan NPF secara keseluruhan BSM. Penagihan kepada para
nasabah biasanya dilakukan di akhir bulan misalnya saja mulai tgl 25
efektif untuk penagihan.
Karakteristik pembiayaannya lebih banyak menggunakan skim
murabahah dibandingkan ijarah. Tujuan pembiayaannya lebih banyak
pada usaha produktif dibandingkan multiguna (konsumtif). Seperti
misalnya usaha warung sembako, konveksi, pasar, bengkel, toko
kelontong. Sedangkan kalangan Golbertap itu lebih banyak bertujuan
untuk pembiayaan konsumtif seperti biaya pernikahan, renovasi
rumah, meskipun seringkali juga terdapat pula untuk modal usaha.
Dalam menganalisa kelayakan usaha cenderung menitik beratkan
pada analisis Character, Collateral dan Capacity nasabah. Sedangkan
pesaing usaha adalah BRI dan Mandiri. Kesulitan yang diduga oleh
pihak Warung Mikro KC Cipulir sebagai penghambat nasabah dalam
mengembalikan pembiayaannya adalah dikarenakan sakit, Side
Streaming, masalah rumah tangga serta kondisi usaha yang menurun.30
30 Wawancara pribadi dengan Bapak Adhi selaku KWM sekaligus APM Warung Mikro KC
Cipulir pada tanggal 25 November 2013.
72
c. Warung Mikro Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III
Warung Mikro KCP Bintaro Sektor III berdiri sekitar Juli
2011. Dengan kepengurusan terdiri atas 5 orang personil yang terdiri
atas 1 orang KWM, 1 orang AAM, 1 orang APM, dan 2 orang PMM.
Dari sisi penyaluran pembiayaan, Warung Mikro KCP Bintaro Sektor
III dikatergorikan kurang baik, dari sisi jumlah nasabah cukup
lumayan, masih terdapat sejumlah pelunasan dipercepat. Target
penyaluran pembiayaan tiap marketing sebesar Rp 250.000.000,-
juta/bulan, namun target ini belum bisa tercapai. Kendala target ini
belum dapat dicapai adalah dikarenakan faktor persaingan,
pembiayaan mikro masih mengekor dari market leader Bank Mandiri
Konvensional, proses persetujuan dan layanan masih dalam proses
penyempurnaan. Kondisi pasar yang tidak prospektif, jauh dari pasar
tradisional, berada di lingkungan perkantoran masuk dalam
perkembangan segmen kecil dan komersil. Jenis pembiayaan yang
disalurkan lebih sedikit banyak pada sektor produktif.
Persetujuan pembiayaan, pada kasus tertentu terdapat pada
komite pembiayaan. Untuk di Kantor Cabang Pembantu, komite
pembiayaan terdiri atas KWM dan Kepala Kantor Cabang Pembantu.
Sedangkan untuk di Kantor Cabang, komite pembiayaan terdiri atas
KWM dan Kepala Cabang.
73
Gambar 5.1 Perkembangan performance Warung Mikro KCP Bintaro
Sektor III dilihat dari outstandingnya
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : Hasil data olahan penulis berdasarkan data performance Warung
Mikro KCP Bintaro Sektor III
Dari data di atas dapat terlihat bahwa jumlah outstanding
Warung Mikro KCP Bintaro Sektor III mengalami pertumbuhan yang
sangat signifikan dibandingkan dengan tahun 2012. Dari total
outstanding Rp 2.391.057.446,93 pada tahun 2012 terdiri atas Rp
2.253.573.859,41 outstanding yang tergolong pada kolektabilitas 1
(lancar) dan Rp 21.194.064,69 outstanding yang mengalami NPF.
Sedangkan pada tahun 2013 total outstanding sebesar Rp
2.887.625.320,91 terdiri atas Rp 2.498.212.928,69 outstanding yang
tergolong pada kolektabilitas 1 (lancar) dan Rp 108.117.134,88
0
500
1000
1500
2000
2500
O/S 2012O/S 2013
2253,573
2498,212
21,94 108,117
Kolektabilitas 1 NPF
74
outstanding yang mengalami NPF. Peningkatan jumlah outstanding
Warung Mikro KCP Bintaro Sektor III ini diikuti dengan
meningkatnya jumlah NPF, namun tidak terlalu signifikan
dibandingkan dengan pertumbuhan outstandingnya.
Jumlah NPF Warung Mikro KCP Bintaro Sektor III pada
Desember 2013 berkisar sekitar 3,8% dengan jumlah nasabah
pembiayaan bermasalah sebanyak 5 orang. Penghambat pengembalian
pembayaran angsuran pembiayaan nasabah diduga oleh pihak Warung
Mikro Bintaro Sektor III disebabkan oleh pendayagunaan dana
pembiayaan yang tidak sesuai dengan tujuan pembiayaan atau lebih
dikenal dengan Side Streaming, faktor internal yang terjadi pada
nasabah seperti penipuan atau uang tidak kembali dari pelanggan,
adanya PHK, sakit, penggunaan biaya untuk pengobatan, dsb.
Prinsip yang digunakan AAM dalam menganalisa pembiayaan
adalah 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of
Economic). Namun kembali lagi pengenalan karakter nasabah lah yang
memegang urutan pertama dalam analisa pembiayaan. Karakter
mencerminkan seberapa tingkat nasabah ingin mengembalikan
pembiayaannya. Acuan batas jarak pemasaran Warung Mikro BSM
untuk tingkat pembiayaan aliansi maksimal sekitar radius 20 km dan
75
untuk pembiayaan perorangan maksimal sekitar radius 10 km.31
Namun pada prakteknya, pemasaran dapat dilakukan dimana pun atas
pertimbangan pihak bank.
2. Profil Nasabah
Sampel responden nasabah dalam penelitian ini dipilih secara acak
berdasarkan jumlah nasabah pembiayaan bermasalah yang tergolong dalam
kriteria kolektabilitas 3 hingga 5 yang dapat mewakili pada tiap Warung
Mikro Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir dan Kantor Cabang
Pembantu Bintaro Sektor III.
1. Pembagian Jumlah Responden
Tabel 5.3 Pembagian Jumlah Responden
Kantor
Cabang/
Kantor Cabang
Pembantu
KC Ciledug KC Cipulir KCP Bintaro
Sektor III Total
Sampel Jumlah
Nasabah
Bermasalah
12 orang 10 orang 5 orang
Jumlah Sampel 5 orang 5 orang 4 orang 14 orang Sumber : Hasil olahan wawancara pada Warung Miikro BSM KC Ciledug, KC Cipulir
dan KCP Sektor III tahun 2013.
31
Wawancara pribadi dengan Bapak Mirwansyah Munir selaku AAM Warung Mikro Bintaro
Sektor III pada tanggal 23 Desember 2013.
76
2. Gender
Jika dilihat dari gender, maka dapat diketahui bahwa 71,43%
nasabah pembiayaan bermasalah adalah laki-laki dan sisanya 28,57%
nasabah pembiayaan bermasalah terdiri atas perempuan.
3. Usia Responden
Jika dilihat dari usia responden, maka dapat diketahui bahwa 7,14%
nasabah pembiayaan bermasalah berusia 61-70 tahun; 42,86% berusia 31-
40 tahun dan 50% nasabah pembiayaan bermasalah berusia 41-50 tahun.
Gambar 5.2 Pembagian Gender Responden
Perempuan
Laki-Laki
4 orang
10 orang
Gambar 5.3 Usia Responden
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
61-70 tahun
6 orang
7 orang
77
4. Tingkat Pendidikan Responden
Jika dilihat dari tingkat pendidikan responden, maka dapat diketahui
bahwa 50% nasabah pembiayaan bermasalah berlatar-belakang
pendidikan SLTA; 28,57% berlatar-belakang pendidikan SMP; 7,14%
berlatar-belakang pendidikan SD; 7,14% berlatar-belakang pendidikan D3
dan sisanya 7,14% berlatar-belakang pendidikan S1.
5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jika dilihat dari jumlah tanggungan keluarga responden, maka dapat
diketahui bahwa 42,86% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki
Gambar 5.4 Tingkat Pendidikan Responden
SD
SMP
SLTA
D3
S1
7 orang
4 orang
Gambar 5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang
7 orang
3 orang
3 orang
6 orang
78
tanggungan keluarga sebanyak 3 orang; 21,43% nasabah pembiayaan
bermasalah memiliki tanggungan keluarga sebanyak 2 orang; 21,43%
nasabah pembiayaan bermasalah memiliki tanggungan keluarga sebanyak
4 orang; 7,14% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki tanggungan
keluarga sebanyak 5 orang; dan 7,14% nasabah pembiayaan bermasalah
memiliki tanggungan keluarga sebanyak 7 orang.
6. Plafon Pembiayaan Warung Mikro
Jika dilihat dari plafon pembiayaan warung mikronya, maka dapat
diketahui bahwa 64,29% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki
plafon pembiayaan sebesar Rp 2-10 juta (dapat dikategorikan sebagai
produk pembiayaan PUM Tunas) dan sisanya 35,71% nasabah
pembiayaan bermasalah memiliki plafon pembiayaan sebesar di atas Rp
10 -50 juta (dapat dikategorikan sebagai produk pembiayaan PUM
Madya).
Gambar 5.6 Plafon Pembiayaan Warung Mikro
BSM
Rp 10 juta
Rp >10-50 juta
Rp >50-100 juta
5 orang
9 orang
79
7. Jangka Waktu Pembiayaan
Jika dilihat dari jangka waktu pembiayaan, maka dapat dilihat
bahwa 50% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki jangka waktu
pembiayaan selama 2 tahun; 42,86% nasabah pembiayaan bermasalah
memiliki jangka waktu pembiayaan selama 3 tahun dan 7,14% sisanya
memiliki jangka waktu pembiayaan selama 1,5 tahun.
8. Agunan Pembiayaan
Gambar 5.7 Jangka Waktu Pembiayaan Warung
Mikro BSM
1.5 tahun
2 tahun
3 tahun
6 orang
7 orang
Gambar 5.8 Agunan Pembiayaan Warung Mikro
BSM
SHGB
BPKB Motor
Akta Jual Beli/SertifikatTanah
Tanpa Agunan
7 orang 3 orang
3 orang
80
Jika dilihat dari jenis agunan pembiayaannya, maka dapat diketahui
bahwa 50% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki agunan BPKB
motor; 21,43% nasabah pembiayaan bermasalah memiliki agunan Akta
Jual Beli/Sertifikat Tanah; 21,43% nasabah pembiayaan bermasalah tidak
memiliki agunan pembiayaan dan sisanya 7,14% nasabah pembiayaan
bermasalah memiliki agunan berupa SHGB.
9. Tujuan Penggunaan Pembiayaan
Jika dilihat dari tujuan penggunaan pembiayaannya, maka dapat
diketahui bahwa 78,57% nasabah pembiayaan bermasalah mengajukan
pembiayaan untuk kegiatan usaha/produktif dan sisanya 21,43% nasabah
pembiayaan bermasalah menggunakan pembiayaannya untuk konsumtif/multi
guna yang dalam penelitian diketahui digunakan untuk tujuan renovasi rumah.
Gambar 5.9 Tujuan Penggunaan Pembiayaan Warung
Mikro BSM
Produktif
Konsumtif/Multiguna
3 orang
11 orang
81
B. Faktor Penghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan
1. Faktor Nasabah
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa faktor penghambat
pengembalian pembiayaan warung mikro BSM yang dihadapi tiap
nasabah dapat berasal dari beberapa faktor yang berbeda, tidak hanya satu
faktor saja. Faktor miss management (ketidakmampuan nasabah dalam
mengelola kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan
melakukan kegiatan usaha yang sehat) merupakan faktor yang cukup
besar dalam menghambat pengembalian pembiayaan nasabah. Sebesar
42,86% responden (6 orang dari 14 orang nasabah) menyatakan bahwa
miss management merupakan faktor penghambat pengembalian
pembiayaan mereka. Sedangkan 35,71% responden (5 orang dari 14
Gambar 5.10 Faktor Penghambat Pengembalian
Pembiayaan Warung Mikro yang Berasal dari Nasabah
Adversity
Miss Management
SDM (Kondisi PasarKurang Mendukung)
Tidak Ada Itikad Baik
Pengaruh Lain
Kebijakan PemerintahSetempat
7 orang
6 orang
5 orang
4 orang
82
orang nasabah) disebabkan oleh faktor SDM (kondisi pasar yang kurang
mendukung). Faktor ini lebih disebabkan oleh peluang pasar dari kegiatan
usaha kecil, kemampuan membayar pelanggan usaha yang lemah
sehingga pendapatan usaha nasabah menjadi sedikit dan cenderung
merugi. Selain itu, 28,57% (4 orang dari 14 orang nasabah) disebabkan
oleh faktor adversity (perubahan siklus usaha di luar kontrol seperti sakit,
bencana alam dan kematian). Faktor adversity yang dikeluhkan oleh
nasabah pembiayaan warung mikro ini adalah sakit, meninggalnya rekan
kerja, banjir pada usaha perikanan menyebabkan usaha mengalami
kerugian yang cukup besar yang harus dihadapi nasabah dan ada pula
nasabah yang sudah tidak lagi menjalankan usahanya akibat
ketidakmampuan untuk kembali melanjutkan pengelolaan usaha.
Sebesar 14,29% responden (2 orang dari 14 orang nasabah)
mengindikasikan itikad yang tidak baik untuk mengembalikan
pembiayaannya kepada bank, akibat ketidak-khawatiran nasabah akan
eksekusi agunan (pembiayaan nasabah merupakan pembiayaan tanpa
agunan), serta sikap menghindar atau penolakan terhadap penagihan
langsung yang dilakukan oleh tim Warung Mikro BSM. Sebanya 50%
responden (7 orang dari 14 orang nasabah) disebabkan oleh faktor
pengaruh lainnya seperti biaya pendidikan, biaya berobat atau biaya
kebutuhan lainnya mendesak untuk dipenuhi; saingan usaha ketat; harga
83
bahan baku yang tinggi; serta pembayaran gaji yang telat. Sedangkan
sisanya 7,14% (1 orang dari 14 orang) menyatakan bahwa kebijakan
pemerintah daerah setempat adalah salah satu penyebab terhambatnya
pengembalian pembiayaan nasabah, dimana pemerintah daerah setempat
melarang nasabah untuk menggunakan lokasi tersebut sebagai tempat
usaha. Akibatnya lokasi usaha berpindah pada tempat yang kurang
strategis sehingga pendapatan usaha nasabah mengalami penurunan yang
signifikan.
2. Faktor Bank
Berdasarkan hasil temuan penelitian, diketahui bahwa dari 11 orang
nasabah yang melakukan pembiayaan dengan tujuan usaha produktif
tidak mendapatkan pendampingan usaha secara riil yang dapat membantu
nasabah dalam menghadapi kendala usahanya. Proses monitoring yang
dilakukan pihak Warung Mikro BSM kepada nasabah hanya sebatas pada
36%
50%
14%
Gambar 5.11 Faktor Penghambat Pengembalian
Pembiayaan yang Berasal dari Bank
Kurang Tepat DalamAnalisis Pembiayaan
Tidak Ada PendampinganUsaha Secara Riil
Promosi Awal Yang TidakTepat (Pembiayaan TanpaAgunan)
84
menanyakan kondisi usaha nasabah tanpa ada bantuan riil terhadap usaha
tersebut. Meskipun prinsip kehati-hatian bank telah dilakukan BSM
dengan melakukan prinsip 5C (Character, Collateral, Capacity, Capital
dan Condition of Economic) dalam analisis pembiayaannya, pada
praktiknya masih terdapat sejumlah nasabah pembiayaan bermasalah
yang tersebar di KC maupun KCP Warung Mikro BSM ini. Hal yang
sering dihadapi oleh bank adalah perubahan karakter nasabah seiring
waktu dan kondisinya. Terdapat nasabah pembiayaan bermasalah yang
cenderung menghindari pihak bank, sehingga terdapat kesulitan untuk
menemui nasabah-nasabah tersebut. Selain itu, penyebab lainnya adalah
pengaruh ketetapan promosi pembiayaan Warung Mikro BSM dengan
ketentuan tanpa agunan pada awal berdiri (sekitar tahun 2009) yang
dihadapi oleh Warung Mikro BSM KC Ciledug dan KC Cipulir. Dengan
adanya ketetapan tanpa agunan bagi penyaluran pembiayaan PUM Tunas
(pembiayaan sampai dengan Rp 10.000.000,-) inilah, muncul nasabah
yang acuh tak acuh pada pengembalian pembiayaannya. Tidak ada efek
cemas atau khawatir akan eksekusi agunan. Nasabah tersebut cenderung
bersikap santai tanpa beban meskipun pihak Warung Mikro BSM telah
melakukan penagihan secara langsung (On The Spot) dan mengirimkan
surat peringatan.
85
C. Strategi Warung Mikro BSM Menangani Hambatan dan Kendala Nasabah
Menyelesaikan Pembiayaannya
1. Penagihan secara intensif
Warung Mikro BSM melakukan pemberitahuan via telepon maupun
tertulis melalui surat peringatan serta kunjungan langsung (On The Spot).
Berdasarkan pengamatan selama masa penelitian, strategi ini memberikan
efek positif mendorong nasabah untuk melakukan pembayaran
pembiayaannya. Namun tidak memberikan efek yang signifikan,
memberikan efek hanya sebagian kecil nasabah.
2. Restrukturisasi pembiayaan
Warung Mikro BSM melakukan restrukturisasi pembiayaan
nasabah dengan cara yang berbeda-beda. Seperti menurunkan jumlah
angsuran sesuai dengan kemampuan bayar nasabah, memperpanjang
jangka waktu pembayaran, mengubah sebagian persyaratan perjanjian
pembiayaan, dan lain sebagainya. Cara ini dapat dianalogikan seperti
pelonggaran ikat pinggang, dimana nasabah diberikan kelonggaran atau
kemudahan cara untuk dapat menyelesaikan kewajibannya
mengembalikan pembiayaan. Hal ini dapat ditempuh bila nasabah
mengajukan kepada bank dan kondisi nasabah sesuai dengan kriteria
tertentu yang ditetapkan oleh bank.
86
3. Pelelangan Agunan Suka Rela
Pihak warung mikro melimpahkan terlebih dahulu kepada nasabah
untuk menjual agunannya sendiri secara suka rela. Bila jalan ini sulit
ditempuh dan nasabah tidak mampu membayar, maka cara terakhir yang
dapat dilakukan adalah penjualan agunan melalui lelang. Bank akan
menarik agunan dari nasabah dan melakukan proses lelang. Hasil
penjualan agunan diperlukan untuk melunasi semua kewajiban nasabah
baik kewajiban atas pinjaman pokok maupun margin. Sisa atas penjualan
agunan, akan dikembalikan kepada nasabah. Sebaliknya kekurangan atas
hasil penjualan agunan menjadi tanggungan nasabah, artinya nasabah
diwajibkan untuk membayar kekurangannya.
4. Klaim Agunan
Guna mengcover berbagai kerugian yang ditimbulkan terkait
dengan kondisi agunan yang diasuransikan dalam perjanjian pembiayaan.
Hal ini hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu saja.
5. Write Off
Penghapusbukuan pembiayaan nasabah ketika nasabah sudah benar-
benar tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali
pembiayaannya. Pada praktiknya, walaupun telah dilakukan
penghapusbukuan terhadap pembiayaan nasabah, tetap saja dilakukan
penagihan terhadap nasabah tersebut jika masih memungkinkan.
94
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penelitian, mulai dari perencanaan,
pengelolaan dan penganalisaan kondisi yang terjadi pada Warung Mikro
KC Ciledug, Warung Mikro KC Cipulir dan Warung Mikro KCP Bintaro
Sektor III, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penghambat pengembalian pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah
Mandiri berasal dari dua faktor, yaitu faktor Bank dan faktor nasabah.
Faktor Bank yang menjadi menyebab terhambatnya pengembalian
pembiayaan adalah kurang mendalam pada analisa pembiayaan mikro,
promosi yang kurang tepat (pada saat berdiri warung mikro
menggunakan sistem pembiayaan tanpa agunan) yang menyebabkan
hilangnya kewaspadaan diri nasabah yang memaksa mereka untuk
sadar dalam pengembalikan pembiayaan, tidak adanya pendampingan
usaha secara rill yang dapat membantu mengatasi hambatan dan
kendala usaha nasabah. Sedangkan penghambat dari faktor nasabah
adalah adversity, miss management, SDM (kondisi pasar yang kurang
mendukung), kebijakan pemerintah daerah setempat, tidak adanya
itikad baik nasabah serta pengaruh lainnya.
95
2. Strategi yang ditawarkan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya :
a. Penagihan secara intensif, baik melalui telepon, surat ataupun
melakukan OTS (On The Spot atau penagihan secara langsung
menemui nasabah).
b. Restrukturisasi pembiayaan.
c. Pelelangan agunan suka rela.
d. Klaim agunan, untuk kasus tertentu.
e. Write Off.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis setelah melakukan
penelitian ini adalah :
1. Bagi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Diharapkan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri dapat
memberikan pendampingan usaha nasabah agar segala hambatan dari
segi usaha dapat tertangani sehingga nasabah dapat meningkatkan
kemampuannya untuk mengembalikan pembiayaannya, ada baiknya
pihak Warung Mikro memberikan peringatan kepada nasabah
mendekati tanggal jatuh tempo agar nasabah dapat mempersiapkan
diri untuk melakukan pembayaran angsuran pembiayaan, membentuk
kelompok nasabah usaha agar terbentuk hubungan yang sinergis
antara nasabah yang terkait baik secara kebutuhan usaha ataupun tidak
96
agar dapat menghubungkan mereka yang saling menguntungkan dan
mengembangkan metode supply chain sebagai salah satu upaya untuk
menangani hambatan dan kendala usaha nasabah, serta memperdalam
analisa pembiayaan dan memperketat dalam pengawasan baik internal
bank maupun eksternal agar terhindar dari segala bentuk fraud. Dan
hal yang tak kalah pentingnya adalah membina hubungan yang lebih
baik lagi dan kontrol kepada nasabah, khususnya kepada nasabah-
nasabah yang sudah mulai mengalami indikasi untuk menunggak
pembayaran pembiayaannya.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, penelitian ini
hanya terbatas pada sampel Warung Mikro KC Ciledug, KC Cipulir
dan KCP Bintaro Sektor III. Metode wawancara terstruktur yang
dilakukan penulis hanya bersifat menjelaskan faktor-faktor
penghambat pengembalian pembiayaan Warung Mikro BSM saja.
Peneliti selanjutnya dapat mengkomparasikan masing-masing karakter
pembiayaan mikro atau UMKM pada setiap bank yang berbeda
dengan menggunakan metode SWOT. Selain itu, ketimpangan
penggunaan skim ijarah dan murabahah pada pembiayaan Warung
Mikro BSM dapat pula diteliti dengan melihat komparasi keunggulan
dan kelemahan dari tiap skim tersebut.
97
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Literatur Tertulis Lainnya :
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
2008.
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Fuaida, Lisma Dyawati. “Manajemen Keuangan Keluarga Miskin: Studi Kasus
Mitra Program Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa Republika”. Tesis S2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Depok. 2005.
Ismail. Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana.
2010.
Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK/2003
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2002.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMPYKPN. 2005.
Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif
(Dilengkapi dengan Contoh-contoh Aplikasi; Proposal Penelitian dan
Laporannya). Jakarta: Rajawali Pers. 2008.
98
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi
Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 2011.
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Depok: Gema
Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendikia. 2002.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Sumber Wawancara :
Wawancara pribadi dengan Adhi. Cipulir. 25 November 2013.
Wawancara pribadi dengan Mirwansyah Munir. Bintaro. 23 Desember 2013.
Wawancara pribadi dengan Mirwansyah Munir. Bintaro. 27 Desember 2013.
Wawancara pribadi dengan Nordiyanti. Bintaro. 24 Desember 2013.
Wawancara pribadi dengan Yayan Suryadi Praja. Ciledug. 4 November 2013.
99
Sumber Internet :
Agus, “Restrukturisasi Hutang di Bank Syariah”. Artikel diakses pada 3 Januari
2014 dari www.ekonomisyariah.info/blog/2013/06/21/restrukturisasi-
hutang-di-bank-syariah/.
Yoga, Paulus. “BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%”. Artikel diakses
pada 3 Januari 2014 dari www.infobanknews.com
Yoga, Paulus. “BSM Patok Tambahan Pembiayaan Mikro Rp1,08 Triliun”.
Artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari www.infobanknews.com
PT Bank Syariah Mandiri, “KUR Mikro”. Artikel diakses pada 3 Januari 2014
dari http://www.syariahmandiri.co.id