konsep alat
TRANSCRIPT
FISHFINDERDitujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Instrumentasi Kelautan
Disusun Oleh Kelompok 8 :
Ridwan Dwi P 230210110002
Dewi Otaviani 230210110008
Nopa Firmansyah 230210110009
Eli Nurlaeli 230210110012
Chrisentia Riana M 230210110020
Bagoes Aria 230210110024
Naufan Indra I 230210110031
Safura Aprilia 230210110066
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJATINANGOR
2014
Konsep Alat
Penentuan kedalaman titik pemeruman merupakan suatu proses
pengukuran untuk memperoleh nilai suatu kedalaman yang bertujuan untuk
menghasilkan gambaran bentuk topografi dasar perairan (Poerbandono, dkk.,
2005). Seiring dengan kemajuan teknologi, penerapan teknologi akustik dasar laut
terus berkembang untuk tujuan ilimiah antara lain digunakan untuk mempelajari
proses perambatan suara pada medium air yang mampu memberikan informasi
karakteristik dasar perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan.
Hydro-acoustic merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan
menggunakan gelombang akustik. Alat survei batimetri yang menggunakan
metode gelombang akustik ini salah satunya adalah fishfinder.
Gambar 1. Prinsip kerja fishfinder
(sumber: www.fishfindersource.com)
Prinsip kerja fishfinder sama dengan echosounder adalah transducer
memancarkan gelombang akustik dengan frekuensi tertentu menuju ke dasar
perairan secara tegak lurus, kemudian gelombang tersebut dipantulkan kembali
dan diterima oleh hidrofon. Umumnya semakin rendah frekuensinya, kedalaman
perairan yang dicapai juga semakin tinggi. Data yang diperoleh dari proses itu
adalah selang waktu gelombang mulai dipancarkan dan gelombang kembali
diterima, sehingga diperoleh data kedalaman yang dicatat alat perekam yang
1
merupakan fungsi dari selang waktu. Sebagaimana yang diuraikan pada rumus 1
di bawah (Poerbandono, dkk., 2005) :
d=12∫t 2
t 1
v (t ) . dt⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯(1)
Keterangan :
d :kedalaman laut yang terukur pada saat pengukuran,
v(t) :cepat rambat gelombang suara di air,
t1 & t2 :waktu pada saat gelombang suara dipancarkan dan saat penerimaan
gelombang pantulnya.
Gambar 2. Transducer fishfinder dan layar display CRT fishfinder
(sumber: www.yachtworld.com)
Adapun bagian-bagian dari alat fish finder dapat dilihat pada uraian di bawah ini:
1) Transmiter
Komponen pembangkit pulsa listrik pada frekuensi tertentu. Pulsa gerbang
dibuat dalam komponen pembentuk pulsa dimana panjang dan lama pulsa
ditentukan. Pulsa yang dibangkitkan oleh osilator kemudian dikuatkan dalam
power amplifier sebelum disalurkan pada transducer.
2) Transducer
2
Tranducer adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara
kemudian suara tersebut dipancarkan ke dalam laut, juga sebaliknya merubah
energi suara menjadi energi listrik, pada saat pantulan berupa gema diterima.
Fungsi lainnya yaitu untuk menghimpun energi suara yang dipancarkan ke dalam
beam (sudut sorotan), dalam perikanan digunakan transducer nickel dan
transducer keramik.
3) Receiver
Alat untuk menguatkan sinyal listrik yang masih lemah dari transducer
saat gema terjadi sebelum dialirkan dalam recorder. Penguatan ini dilakukan pada
receiver dan jumlah penguatan dapat dibedakan oleh sensitifitas (kepekaan) atau
volume control. Recorder berfungsi sebagai alat pencatat yang ditulis kedalam
kertas serta menampilkannya pada layar display CRT (Cathoda Ray Tube) berupa
sinar osilasi (untuk layar warna) ataupun berupa tampilan sorotan lampu neon
(untuk echo sounder tanpa rekaman), selain itu juga dapat berfungsi sebagai
sinyal untuk menguatkan pulsa transmisi dan penahanan awal penerimaan echo
pada saat yang sama.
Nilai kecepatan rambat gelombang di air adalah 1500 m/detik, maka nilai
kedalaman perairan dapat di tentukan berdasarkan persamaan 2 berikut ini
(Poerbandono, dkk., 2005):
d=12
(v . ∆ t )⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯⋯(2)
Keterangan :
d :kedalaman laut yang terukur pada saat pengukuran
v :cepat rambat gelombang akustik di medium air (meter/detik)
Δt :selang waktu antara saat gelombang akustik dipancarkan dan saat
gelombang kembali diterima (detik)
3
Kalibrasi Alat Fishfinder
Kecepatan gelombang suara merupakan faktor yang sangat penting dalam
survei pemeruman. Koreksi kecepatan gelombang suara merupakan koreksi yang
disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan gelombang suara pada fishfinder
dengan kecepatan gelombang suara yang sebenarnya di dalam air laut. Perbedaan
ini terjadi karena adanya ketidaksamaan antara kecepatan standar yang diset pada
alat dengan kecepatan perambatan suara pada medium air yang sebenarnya.
Seperti diketahui bahwa kecepatan perambatan gelombang suara di dalam air
memiliki nilai yang tidak selalu sama untuk setiap wilayah. Hal ini disebabkan
oleh perubahan sifat fisik air yang meliputi salinitas, suhu, dan tekanan serta
lintasan gelombang pulsa tersebut (Hermawan, 2007). Untuk perairan dangkal,
koreksi kecepatan gelombang suara menggunakan barcheck.
Gambar 3. Barcheck
(Sumber: www.specialtydevices.com)
Barcheck terbuat dari lempeng logam berbentuk lingkaran atau segi empat
yang digantungkan pada tali atau rantai berskala dan diletakkan dibawah
transducer. Tali atau rantai berskala digunakan sebagai pembanding hasil ukuran
dengan hasil yang terbaca oleh alat perum gema. Pembandingan pengukuran
kedalaman dilakukan untuk setiap perubahan kedalaman, mulai dari 0 meter
hingga kedalaman maksimum yang akan diperum dengan interval 1 meter
(Poerbandono, dkk., 2005). Agar mudah dinaik-turunkan dalam air, maka
dibuatkan beberapa lubang pada lempeng logam tersebut untuk mengurangi
4
tekanan air pada saat dinaikkan/diturunkan. Fungsi lempeng logam ini adalah
sebagai reflektor gelombang yang dipancarkan transducer. Data pengukuran
barcheck yang diperoleh digunakan untuk mencari hubungan antara kedalaman
sebenarnya dengan kedalaman hasil ukuran menggunakan echosounder dalam
bentuk persamaan linear. Persamaan linear yang dibentuk dapat dilihat pada
rumus 3 ini :
dc=¿
Keterangan:
dc : kedalaman sebenarnya
do : kedalaman hasil observasi
bari : kedalaman barcheck pada check point i
bari+1 : kedalaman barcheck pada check point i+1
reci : kedalaman bacaan alat pada barcheck point i
reci+1 : kedalaman bacaan alat pada barcheck point i+1
i,i+1 : urutan point kalibrasi kedalaman dan reci < do < reci+1
Pada perairan dalam koreksi dengan barcheck tidak dianjurkan karena
pengaruh arus bawah permukaan dan ombak di permukaan mengakibatkan rantai
barcheck melengkung sehingga ukuran data bacheck yang didapat tidak sesuai
dengan yang sebenarnya. Oleh karena itu untuk menganalisis kecepatan
gelombang suara dengan menggunakan sifat fisik air laut dengan rumus yang
diturunkan oleh Wood sebagai berikut (Adil dan Windupranata, 1998) :
V=1410+4,21T−0,037 D2+1,14 S+0,018⋯⋯⋯⋯⋯⋯(4 )
Keterangan :
V : kecepatan suara D : kedalaman laut (meter)
S : salinitas air laut (%) T : temperature (oC)
Kelebihan dan Kelemahan Alat
5
1. Kelebihan fish finder adalah:
a) Waktu yang yang diperlukan untuk pendugaan stok relatif lebih cepat
b) Hasil survey lebih bervariasi
c) Akurasi survey lebih baik jika dibandingkan dengan keluaran lain.
2. Kelemahan fish finder adalah:
a) keras fish finder yang canggih harganya relatif mahal
b) Masih langkanya ketersediaan suku cadang
c) Penerimaan gambar oleh fishfinder, tidak dapat berupa gambar Perangkat
sesungguhnya. Jadi kemungkinan salah dalam mengenali ikan cukup
besar.
d) Masih sedikitnya SDM yang mumpuni untuk mengoperasikan,
merawat,dan memperbaiki alat ini.
Tekhnik Survey
1. Tekhnik Pemasangan Alat Fishfinder
Gambar 4. Tekhnik Pemasangan Alat
(Sumber: Pramanda, 2013)
6
Berdasarkan teknik pemasangan alat fishfinder pada gambar diatas, maka
hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya draft transducer pada data
pemeruman selain koreksi pasang surut dan barcheck. Koreksi ini diperlukan
karena posisi transducer terletak bukan di permukaan air, melainkan tergantung di
bawah permukaan air. Untuk itu kedalaman dari permukaan air perlu ditambah
beberapa cm sesuai dengan jarak transducer di bawah permukaan air sampai
permukaan air.
Cara penentuan nilai koreksi draft transducer dilakukan dengan cara
pengukuran jarak antara bagian bawah transducer tegak lurus terhadap permukaan
air di atasnya pada saat kapal dalam keadaan berhenti terapung. Pengukuran
koreksi draft transducer sebaiknya dilakukan di daerah perairan yang tenang serta
diukur beberapa kali untuk mendapatkan harga rata-ratanya.
2. Lajur Perum
Berdasarkan fungsinya lajur pemeruman dapat diklasifikasikan menjadi
tigamacam (Soeprapto, 2001) yaitu lajur utama, lajur silang, lajur tambahan /
investigasi.
a. Lajur Perum Utama
Lajur perum utama adalah lajur perum yang direncanakan sedemikian rupa
sehingga seluruh daerah survei dapat tercakup dan dapat tergambarkan dasar
perairannya (Soeprapto, 2001). Ketentuan untuk pembuatan lajur perum utama
telah diatur pada IHO (International Hydrography Organization) dalam IHO
Standards Of Hydrographic Surveys. Standardisasi terbaru yang telah diterbitkan
oleh IHO adalah IHO SP-44 tahun 2008 seperti yang terlampir pada tabel
dibawah.
7
Tabel 1. Standar kerapatan data, deteksi fitur bawah laut dan lajur maksimum
Orde Spesial 1a 1b 2Cakupan
Dasar Laut (Batimetri)
100%
Diperlukan Diperlukan Tidak DiperlukanTidak
Diperlukan
Kemampuan Deteksi Sistem
Cubic Feature >
1 m
Cubic feature > 2 m pada
kedalaman hingga 40 m dan 10% dari kedalaman jika kedalaman lebih dari 40 m
Tidak DigunakanTidak
Digunakan
Lebar Lajur Maksimum
Tidak Digunakan
Tidak Digunakan
3x kedalaman rata-rata atau 25 m (mana yang
lebih besar), dan dari spot LIDAR
5 m x 5 m
4x kedalaman rata-rata
(Sumber: IHO SP-44 Tahun 2008)
Gambar 5. Penentuan lajur perum utama
(Sumber: Pramanda, 2013)
b. Lajur Perum Silang
8
Lajur perum silang adalah lajur perum yang dibuat memotong lajur perum utama.
Tujuan pembuatan lajur perum silang adalah mendeteksi ada tidaknya kesalahan
hasil pengukuran baik posisi horizontal maupun kedalaman pada system lajur
utama. Cara penentuan lajur perum silang yaitu lajur perum silang harus
memotong lajur perum utama dengan sudut lebih besar dari 45o diusahan
mendekati tegak lurus. Pada umumnya jarak antara lajur perum silang tidak lebih
dari 10 kali jarak antara lajur perum utama.
Gambar 6. Penentuan lajur perum silang
(Sumber: Pramanda, 2013)
c. Lajur Perum Tambahan / Investigasi.
Lajur perum tambahan/investigasi dibuat jika terjadi hal-hal diluar perencanaan
misalnya adanya perubahan kedalaman yang terlalu signifikan, pusaran arus atau
mengisi gap akibat penyimpangan pengambilan data pada lajur utama yang
terdapat antara dua lajur yang bersebelahan pada sistem lajur perum utama
(Soeprapto, 2001).
Cara Membaca Layar Display Fishfinder
9
Gambar 6. Contoh gambar struktur dasar laut pada layar display fishfinder
(Sumber: www. kailpancing .com )
Perhatikan gambar di atas. Gambar tersebut adalah contoh gambar struktur
dasar laut yang ditampilkan oleh alat fishfinder. Cara membacanya mulai dari
bagian kiri monitor.
Pada awalnya, dasar laut berwarna merah, dan menjadi semakin merah
padat. Warna merah padat itulah yang kita cari. Itulah yg di sebut dengan tandes.
Perhatikan pula, di atas tandes ada beberapa gambar mirip bulan sabit, yang
sebenarnya merupakan ikan yang kita cari. Makin besar gambarnya, makin besar
pula ikannya. Biasanya, ikan-ikan ini bersifat relatif menetap di tandes tersebut
kecuali ada sesuatu yang mengganggunya atau menghalaunya untuk pindah.
Perhatikan juga, betapa banyak ikan yang berkeliaran di sekitaran tandes (atau
karang) ini. Inilah yang kita cari, dan merupakan spot amat potensial untuk
memancing ikan.
Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita bisa
membedakan kekerasan dari topografi struktur dasar perairan. Biasanya bila
keadaan dasar perairan benda yang keras maka warna di monitor gambarnya lebih
pekat. Sebaliknya jika topografi lembek maka gambar di monitor pun tidak pekat.
Jadi bila topograf dasar perairan keras bisa diasumsikan bahwa dasar berupa
karang. Demikian juga bila dimonitor fish finder gambarnya tidak pekat warnanya
maka sering kita terjemahkan dengan lumpur.
10
Selain topografi dasar perairan, gelombang suara yang dipancarkan oleh
transduser terkadang mengenai benda-benda yang melayang dalam air, karena
benda tersebut juga memantulkan gelombang. Benda yang melayang itu pun bisa
terbaca dalam monitor fishfinder. Dalam tangkapan GPS fishfinder, benda yang
melayang itu bisa saja kumpulan ikan, sampah atau rumput laut. Namun bila di
karang-karang atau struktur topografi perairan yang keras biasanya benda yang
melayang itu adalah gerombolan ikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://www.specialtydevices.com/barcheck.html. . (diaksess pada 22 Februari 2014)
Hermawan .2007. Pembuatan Peta Batimetri menggunakan Data Multibeam EM 002 dan Perangkat Lunak CARIS HIPS-SIPS 5.4 di Selatan Bali. Skripsi. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
International Hidrographic Organization. 2008. IHO Standards for Hydrographic Surveys. International Hydrographic Bureau: Monaco.
Irdam Adil dan Wiwin Windupranata. 1998. Kontrol Kualitas pada pemetaan batimetri, Proceeding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia, 1998, Jakarta.
Muzz, Rony. http://www.kailpancing.com/category/fishfinder. (diaksess pada 22 Februari 2014)
Noorodin, Shabir. http://www.fishfindersource.com/choosing-the-right-kind-of-transducer/. (diaksess pada 22 Februari 2014)
Poerbandono. dkk. 2005. Survei Hidrografi Cetakan Ke-1. PT Refika Aditama, Bandung
Pramanda, Gia Adi. 2013. Analisis Perbandingan Data Hasil Pengukuran Batimetri Menggunakan Alat Singlebeam Echosounder Odom Hydrotac II dan Fishfinder Garmin Map Sounder 178 C. Skripsi. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Roodow, Leny. 2010. http://www.yachtworld.com/boat-content/2010/08/fishfinder-transducer-transom-mount-location-hold-bottom-at-high-speeds/. (diaksess pada 22 Februari 2014)
Soeprapto, 2001, Survei Hidrografi, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta