konsep bantuan hukum akusatoir sebagai …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/konsep bh...

Download KONSEP BANTUAN HUKUM AKUSATOIR SEBAGAI …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/Konsep BH Akusator.pdf · PENGAMALAN SILA KELIMA PANCASILA Oleh : Dr.Hibnu ... dan salah satunya

If you can't read please download the document

Upload: hoangphuc

Post on 12-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KONSEP BANTUAN HUKUM AKUSATOIR SEBAGAI

    PENGAMALAN SILA KELIMA PANCASILA

    Oleh :

    Dr.Hibnu Nugroho, S.H.,M.H.

    MAKALAH SEMINAR NASIONAL

    Membangun Sistem Hukum Pidana

    Berbasis Budaya Hukum Nasional

    DISELENGGARAKAN DALAM RANGKA DIES NATALIS

    FAKULTAS HUKUM UNSOED KE-33

    PURWOKERTO, 29 JUNI 2013

  • KONSEP BANTUAN HUKUM AKUSATOIR SEBAGAI

    PENGAMALAN SILA KELIMA PANCASILA1

    Oleh :Dr.Hibnu Nugroho, S.H.,M.H.2

    ABSTRAK

    Bantuan hukum merupakan salah satu perwujudan tanggungjawab negara

    terhadap warga negaranya. Sebagai negara yamg menjunjung tinggi hukum maka

    negara Indonesia harus mampu mewujudkan hak-hak asasi manusia setiap warga

    negara, dan salah satunya adalah persamaan hak dimuka hukum. Bagi sebagian

    masyarakat masalah bantuan hukum sangat mudah diperoleh aksesnya, namun bagi

    sebagian besar lainnya hak untuk memperoleh bantuan hukum yang layak merupakan

    suatu kemewahan yang kadang sangat sulit diperoleh. Pancasila merupakan sumber bagi

    segala sumber hukum di Indonesia, sehingga spirit yang terkandung didalam sila-

    silanya harus mampu menjadi pedoman bagi segala peraturan perundangan yang ada.

    Sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengamanatkan ada

    perlindungan hukum bagi siapa saja tanpa perkecualian. Sejak tahun 2011, negara

    melalui UU No16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum telah memberikan akses

    bantuan hukum bagi mereka yang kurang mampu. Sehingga hak-hak mereka dihadapan

    hukum menjadi sama, apa yang diatur dalam undang-undang bantua hukum telah

    mencerminkan apa yang diatur oleh Sila-sila dalam Pancasila terutama sila kelima.

    Kata Kunci : Bantuan hukum, Akusatoir, Pancasila.

    I. Pendahuluan

    Indonesia adalah negara hukum maka semua orang harus diperlakukan sama

    di hadapan hukum (equality before the law). Persamaan di hadapan hukum harus

    diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment). Kalau seorang yang

    mampu (the have) mempunyai masalah hukum, ia dapat menunjuk seorang atau

    lebih advokat untuk membela kepentingannya. Sebaliknya seorang yang tergolong

    tidak mampu (the have not) juga dapat meminta pembelaan dari seorang atau lebih

    1 Makalah Seminar Nasional, disampaikan dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Hukum Unsoed

    ke 33, pada tanggal 29 Juni 2013. 2 Dosen tetap Fak.Hukum Unsoed Purwokerto

  • pembela umum (public defender) sebagai pekerja di lembaga bantuan hukum (legal

    aid institute) untuk membela kepentingannya dalam suatu perkara hukum. Tidak

    adil bilamana orang yang mampu saja yang dibela oleh advokat dalam menghadapi

    masalah hukum, sedangkan fakir miskin tidak memperoleh pembelaan karena tidak

    sanggup membayar uang jasa (fee) seorang advokat.

    Menurut Romli Atmasasmita dalam Frans Hendra Winata3 di Indonesia hak

    fakir miskin untuk memperoleh bantuan hukum terutama pada masyarakat yang

    bermukim di wilayah terpencil masih jauh dari harapan, sehingga menjadi sebuah

    pertanyaan mengapa di negeri ini bantuan hukum belum mampu untuk mencapai

    daerah terpencil, padahal daerah terpencil tersebut masih diwilayah Jawa dan

    Sumatera.

    BAPPENAS dalam survey yang dilakukan pada tahun 2002, sejumlah 38,4 juta

    jiwa (18,2%) rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, dengan

    prosentase penduduk miskin di kota besar sebanyak 14,5% dan di desa sebesar

    21,1%. Sedangkan data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah

    penduduk miskin pada tahun 2002 adalah 38.394.000, pada tahun 2003 adalah

    37.339.400. Data statistik tentang fakir miskin tersebut membuktikan bahwa

    penuduk dalam katagori miskin di Indonesia masih cukup tinggi dan tentu saja

    kehadiran bantuan hukum terhadap mereka harus mendapatkan perhatian yang

    serius. Keadilan bagi orang yang mampu yang tidak mampu masih jauh tertinggal

    dibandingkan keadilan bagi yang mampu. Keadilan bagi yang tidak mampu hanya

    dapat dicapai melalui bantuan hukum.4

    Hak untuk mendapat perlindungan hukum adalah salah satu hak mendasar

    yang dimiliki oleh setiap manusia, salah satu perwujudan dari perlindungan hukum

    adalah hak untuk mendapatkan bantuan hukum. Bantuan hukum memiliki arti yang

    sangat penting bagi seseorang yang sedang berhadapan dengan masalah hukum,

    apalagi bila orang tersebut buta hukum, oleh sebab masalah bantuan hukum

    diatur dalam pasal-pasal dibeberapa undang-undang, yaitu UU Nomor 8 tahun 1981

    tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Nomor 8 Tahun 2003 tentang

    Advokat dan UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dan yang

    terbaru adalah UU Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum Lahirnya

    3 Frans Hendra Winata, 2009, Probono Publico, Hak Konstitusional Fakir Miskin Untuk

    Memeperoleh Bantuan Hukum, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,hlm.xii

    4 Ibid.hlm.4.

  • undang-undang tentang bantuan hukum semakin mempertegas kedudukan penting

    suatu bantuan hukum dalam proses penegakan hukum di Indonesia.

    II. Permasalahan

    1. Bagaimanakah konsep bantuan hukum yang diharapkan dalam sistem akusatoir

    sebagaimana dianut dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia ?

    2. Apakah Konsep Bantuan Hukum yang diatur dalam UU Bantuan Hukum telah

    sesuai dengan Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ?

    III. Pembahasan

    Tujuan program bantuan hukum berbeda-beda dan berubah-ubah, bukan saja

    dari suatu Negara ke Negara lainnya, melainkan juga dari suatu zaman ke zaman

    lainnya.5 Menurut Cappelletti, tujuan dari pada program bantuan hukum dinegara

    berkembang sulit ditentukan dengan jelas. Meskipun demikian, kiranya tidaklah

    salah apa yang dikatakan oleh Metager seperti yang dikutip oleh Adnan Buyung

    Nasution menyatakan bahwa program bantuan hukum di negara-negara

    berkembang pada umumnya mengambil arti dan tujuan yang sama seperti dibarat,

    yang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu :

    a. Bahwa bantuan hukum yang efektif adalah merupakan syarat yang esensial

    untuk berjalanya fungsi maupun intergritas peradilan dengan baik;

    b. Bahwa bantuan hukum merupakan tuntunan dari rasa perikemanusiaan.

    Bahkan lebih dari pada itu, menurut Metzger sebagaimana yang dikutip oleh

    Adnan Buyung Nasution mencoba menambahkan alasan-alasan lain :

    a. Untuk membangun suatu kesatuan system hukum nasional;

    b. Untuk melaksanakan yang lebih efektif dari pada peraturan peraturan

    kesejahteraan social untuk keuntungan orang yang tidak mampu atau orang

    miskin;

    c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar dari pejabat-

    pejabat pemerintahan atau birokrasi kepada masyarakat;

    d. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang lebih luas kedalam

    proses pemerintahan;

    5 Adnan Buyung Nasution, 1982, Bantuan hukum Indonesia, LP3S, Djaya Pirusa, Jakarta

    hlm, 3.

  • e. Untuk memperkuat profesi hukum.6

    Tujuan bantuan hukum di Negara berkembang, khususnya Indonesia,

    merupakan hal yang menarik. Bantuan hukum bagi fakir miskin tidak dapat

    dipisahkan dari nilai-nilai moral, budaya, pandangan politik, dan filosofi hukum di

    Indonesia. Bantuan hukum bagi fakir miskin mempunyai kedudukan strategis dalam

    system peradilan pidana di Indonesia yang menganut system akusaktur (due process

    of law), dalam praktik sehati-hari system inkuistir, (crime control model/arbitrary

    process) masih dijalankan sehingga fakir miskin sering menjadi sarana penyiksaan,

    perlakuan tidak manusiawi dan perendahan harkat dan martabat manusia.7

    Ada beberapa konsep bantuan hukum yang dikenal selama ini, namun

    demikian konsep bantuan hukum Responsif merupakan konsep yang tepat untuk

    diterapkan di Indonesia. Menurut Frans Hendra Winarta, bantuan hukum

    responsif diberikan kepada fakir miskin secara cuma-cuma dan meliputi semua

    bidang hukum dan hak asasi manusia serta tanpa membedakan pembelaan baik

    perkara individual maupun kolektif. Jasa yang diberikan dalam bantuan hukum

    responsif berupa penyuluhan hukum tentang hak asasi manusia dan proses hukum

    hak untuk dibela oleh organisasi bantuan hukum dan atau advokat, pembelaan

    dalam mengatasi masalah masalah hukum yang kongkrit, pembelaan yang

    berkualitas didalam pengadilan agar menghasilkan yurisprudensi yang lebih tegas

    tepat jelas dan benar, pembaharuan hukum melalui keputusan pengadilan yang

    berpihak kepada kebenaran dan pembentukan undang-undang yang sesuai dengan

    system nilai dan budaya yang ada dalam masyarakat untuk mensukseskan konsep

    tersebut bantuan hukum harus menjadi gerakan nasional yang didukung oleh negara

    dan masyarakat.8

    Didalam ketentuan UU No16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum Pasal 3

    disebutkan mengenai tujuan bantuan hukum di Indonesia yaitu :

    a) Menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan hukum untuk

    mendapatkan akses keadilan.

    b) Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip

    persamaan kedudukan di dalam hukum,

    6 Ibid, hlm. 5.

    7 Frans Hendra Winarta, Op.Cit. hlm. 7.

    8 Ibid. hlm. 206

  • c) Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien dan dapat dipertang-gungjawabkan.

    Bantuan hukum menurut UUBH meliputi masalah hukum perdata, pidana dan

    TUN baik dalam tahap non litigasi maupun litigasi. Dalam memberikan bantuan

    hukum maka pemberi bantuan hukum memiliki kewajiban untuk menjalankan kuasa

    yang meliputi mendampingi, mewakili, membela dan atau melakukan tindakan

    hukum lain untuk kepentingan penerima bantuan hukum.

    Kelahiran UU No. 16 tahun 2011 serta keberadaan UU No 18 tahun 2003

    Tentang Advokat dan Pasal 1 angka (6) PP No. 83 Tahun 2008 tentang Pemberian

    Bantuan Hukum secara Cuma-cuma menjadi benang merah adanya hak bagi orang

    yang tidak mampu untuk memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma.Namun

    demikian pada kenyataannya ditengarai masih ada kantor-kantor advokat yang

    mengaku sebagai organisasi bantuan hukum tetapi sebenarnya berpraktik komersial

    dan memungut fee.9

    Penyediaan jasa pelayanan hukum kepada orang yang tidak mampu di

    Negara-negara berkembang akan membantu juga tercapainya usaha-usaha :

    1. Pembinaan sistem hukum nasional yang tunggal;

    2. Implementasi peraturan perundang-undangan kesejahteraan sosial yang telah

    ada, dan yang dimaksudkan untuk lebih menguntungkan golongan yang tidak

    mampu, dengan cara yang lebih efektif;

    3. Peningkatan pertanggung jawaban yang lebih besar kepada rakyat oleh

    pemerintah dan oleh semua aparat administrasi;

    4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap proses pemerintahan;

    Selama ini pengertian bantuan hukum menunjukan ruang lingkup yang

    seakan-akan terbatas pada kegiatan yuridis semata-mata, sebagaimana dianggap

    oleh sementara praktisi dan teoritis hukum di negeri ini. Soerjono Soekanto,

    mengemukakan bahwa pemberian bantuan hukum mencakup kemungkinan-

    kemungkinan sebagai berikut :

    1. Pemberian informasi hukum, misalnya, memberitahukan kepada seorang

    pegawai negeri tentang hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai pegawai

    negeri;

    9 Ibid. Hlm 12

  • 2. Beberapa penasihat hukum, menjelaskan apa yang harus dilakukan seseorang

    yang akan membeli rumah atau tanah;

    3. Pemberian jasa hukum, misalnya membantu seseorang untuk menyusun surat

    gugatan;

    4. Bimbingan yaitu member jasa secara kontinya;

    5. Memberikan jasa perantara, misalnya menghubungkan warga masyarakat

    dengan instansi-instansi tertentu yang berkaitan dengan masalah-masalah huku

    yang dihadapinya;

    6. Menjadi kuasa warga masyarakat di dalam atau di luar pengadilan.10

    Advokat merupakan person yang mempunyai tugas memberikan bantuan

    hukum. Profesi advokat merupakan profesi yang dikenal sebagai officium nobile

    yaitu sebuah profesi yang mulia. Oleh sebab itu dalam mejalankan profesinya para

    advokat terikat pada kode etik sebagaimana diatur oleh organisasi maupun

    ketentuan-ketentuan lain sebagaimana diatur dalam UU Advokat.

    Kata advokat berasal dari bahasa Latin advocates yang berarti

    membela secara umum mengandung arti sebagai seorang ahli hukum yang

    memberikan bantuan hukum atau pertolongan dalam soal-soal hukum.11

    Dalam

    ketentuan UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, diberikan definisi pengertian

    advokat sebagai :

    Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam

    maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketententuan

    UU ini (Pasal 1 angka 1).

    Advokat mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat/ pernyataan secara

    bebas dalam melakukan tugas pembelaan yang menjadi tanggungjawabnya di dalam

    sidang pengadilan dengan tetap berpegang teguh pada kode etik dan peraturan

    perundangan. Dalam menjalankan profesinya advokat tidak dapat dituntut baik

    secara perdata maupun pidana apabila yang dilakukannya dengan itikad baik adalah

    demi kepentingan klien dalam sidang pengadilan.

    10

    Abdul Hakim Garuda Nusantara, 1981, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktural. Dalam :

    Abdul Hakim Garuda Nusantara dan Mulyana W Kusumah (Eds), Beberapa Pemikiran

    Mengenai Bantuan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, hlm. 56-58. 11

    Lasdin Wias, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Yogyakarta : Liberty, hlm.2.

  • Setelah menjalankan kewajibannya maka advokat berhak untuk mendapatkan

    honorarium (fee). Besarnya fee haruslah wajar berdasarkan persetujuan kedua belah

    pihak (Pasal 21 ayat (2)).

    Adapun kewajiban advokat dalam menjalankan profesinya adalah advokat

    wajib untuk merahasikan segala hal yang diperoleh dari kilennya, advokat juga

    dilarang memegang jabatan Negara. Disamping itu advokat wajib memberikan

    bantuan hukum Prodeo pada orang yang tidak mampu.

    Advokat dilarang membedakan klien berdasar SARA. Advokat juga tidak

    dapat diidentikan dengan kliennya oleh pihak yg berwenang dan atau masyarakat.

    Sehingga advokat mempunyai hak Immunitas , pada saat ia melaksanakan tugasnya.

    Namun apabila di dalam melaksanakan tugasnya seorang advokat melakukan

    tindakan yang melanggar hukum maka tetap dapat dipidana.

    Data-data yang disampaikan oleh klien wajib disimpan secara benar dan

    dirahasiakan oleh advokat kecuali undang-undang menentukan lain, perlindungan

    tersebut termasuk perlindungan atas penyitaan dan penyadapan komunikasi

    elektronik advokat (Pasal 19).

    Persyaratan menjadi advokat secara rinci telah diatur dalam UU Advokat dan

    advokat yang dapat menjalankan proesinya adalah yang diangkat sesuai dengan

    ketentuan UU No. 18/2003 (Ketentuan Pasal 30).

    Yang dapat diangkat menjadi advokat adalah sarjana yang berlatar belakang

    pendidikan tinggi hukum dan telah mengikuti PKPA (Pendidikan Khusus Profesi

    Advokat), tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat Negara, usia minimal

    25 tahun, telah lulus ujian yang diadakan organisasi advokat dan telah magang

    minimal 2 tahun terus menerus pada kantor advokat. Tidak pernah dipidana karena

    melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau

    lebih. Berperilaku jujur, bertanggungjawab, adil dan mempunyai integritas tinggi.

    Setelah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan 3 maka

    para calon advokat akan diangkat /dilantik oleh organisasi advokat, salinan SK

    Pengangkatan akan disampaikan oleh organisasi kepada MA dan menteri. Sebelum

    menjalankan profesinya advokat akan disumpah oleh Ketua PT di wilayah domisili

    hukumnya.

    Advokat dapat berhenti/diberhentikan dari profesinya oleh organisasi

    Advokat karena alas an permohonan sendiri dan atau dijatuhi pidana yang telah

    berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan

  • hukuman 4 tahun atau lebih ataupun diberhentikan atas dasar keputusan organisasi.

    Bagi yang diberhentikan atas dasar hal-hal tersebut di atas maka tidak berhak

    menjalankan profesi advokat.

    UUBH dan UU Advokat memberikan definisi berbeda tentang bantuan

    hukum. Menurut UU Advokat, bantuan hukum merupakan jasa hukum yang

    diberikan oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu,

    sedangkan menurut UUBH bantuan hukum diberikan oleh LBH atau organisasi

    kemasyarakatan, dimana lembaga tersebut boleh merekrut advokat, paralegal, dosen

    dan mahasiswa Fak.Hukum.

    Selain dalam proses peradilan peran advokat juga terlihat dijalur profesi

    diluar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum adokat diluar proses peradilan pada saat

    sekarang semakin meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan

    hukum masyarakat terutama dalam memasuki kehidupan yang semakin terbuka

    dalam pergaulan antara bangsa melalui pemberian jasa konsultasi, negoisasi maupun

    dalam pembuatan kontrak-kontrak dagang, profesi advokat ikut member sumbangan

    berarti bagi pemberdayaan masyarakat serta pembaharuan hukum nasional

    khususnya dibidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian

    sengketa di luar pengadilan.

    Keberadaan advokat sangat penting bagi masyarakat untuk membela hak-

    hak seseorang (individu) dalam menghadapi persoalan hukum. Apabila seseorang

    individu menghadapi tuntunan pidana dari Negara yang mempunyai perangkat

    Polisi, Jaksa, Hakim, dan Lembaga Pemasyarakatan, jelas diperlukan advokat untuk

    membela individu yang berstatus sebagai tersangka atau terdakwa yang sedang

    menghadapi penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding

    pengadilan.Pembelaan advokat atas tersangka atau terdakwa yang berhadapan

    dengan Negara yang mempunyai perangkat lengkap akan menciptakan

    keseimbanagan dalam proses peradilan sehingga keadilan bagi semua orang (justice

    for all) dapat dicapai.12

    Advokat sebagai penegak hukum, harus mampu mengoreksi dan

    mengamati keputusan dan tindakan para praktisi hukum lainnya. Advokat harus

    tanggap terhadap tegaknya hukum dan keadilan ditengah lapisan masyarakat,

    dengan menghilangkan rasa takut kepada siapapun dan tidak membeda-bedakan

    12

    Frans Hendra Winarta, Op. Cit. hlm. 2.

  • tempat, etnis, agama, kepercayaan, miskin dan kaya dan lain sebagainya untuk

    memberikan bantuan hukum setiap saat.

    Menurut Arip Yogiawan yang dikutip oleh Yesmil Anwar mengatakan

    bahwa : Seorang advokat selalu harus fleksibel dan kreatif serta mempunyai

    kualifikasi dan karakter pribadi untuk menjadi seorang advokat yang professional

    dan berdedikasi tinggi, maka diperlukan beberapa factor penunjang diantaranya :

    1. Penguasaan system inteligensia

    a. Mempelajari berkas perkara dengan mengkonsentrasi potensi yang

    sesuai kasus perkara pada ahlinya.

    b. Yang menyesuaikan situasi dan kondisi pada saat observasi ke lapangan

    dengan memanfaatkan sarana dan prasarana.

    2. Pendalaman ilmu pengetahuan

    a. Memilih bidang hukum yang dikuasai dan disenangi.

    b. Memperdalam dan menggali spesialisasi hukum dan memperkaya

    kasanah kepustakaan.

    c. Senantiasa mengikut perkembangan hukum.

    d. Aktif seminar dan diskusi tentang hukum.

    3. Peningkatan penanganan perkara

    a. Awal dimulai profesi advokat menangani perkara prodeo dan probono.

    b. Perimbangan penanganan perkara prodeo/probono dengan honorarium

    profesi.13

    Idealnya, profesi advokat senantiasa membela kepentingan rakyat tanpa

    membeda-bedakan kepentingan rakyat tanpa membeda-bedakan latar belakang, asal

    usul agama, budaya warna kulit, tempat tinggal, asal usul budaya, warna kulit

    tempat tinggal, tingkat ekonomi, jender, dan lain sebagainya. Pembelaan kepada

    semua orang termasuk juga kepada fakir miskin sebagai salah satu bentuk bantuan

    hukum merupakan wujud dari penghayatan advokat terhadap prinsip persamaan

    kedudukan dihadapan hukum dan perwujudan dari hak untuk didampingi advokat

    yang dimiliki oleh semua orang.

    13

    Anwar, Yesmil dan Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen,

    Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia). Widya Padjajaran , Bandung :. hlm.

    231.

  • Dengan telah adanya UU Advokat dan UUBH maka apabila dapat diterapkan

    secara konsekuen maka terwujudnya persamaan hak bagi para pencarian keadilan

    bukan lagi merupakan impian. Pengormatan antara sesama penegak hukum yaitu

    lembaga Penyidik, lembaga Penuntut Umum, lemabaga Pengadilan dan Advokat

    yang memiliki kedudukan sejajar akan dapat mewujudkan sistem akusatoir.

    Disisi lain pihak advokat juga dituntut untuk mampu bersikap lebih

    profesional, sehingga kewajiban yang diemban sesuai dengan yang digariskan oleh

    UU mampu disandang dengan baik. Pada saat advokat membuat pledooi dapat

    diibaratkan sebagai arsitek yang meciptakan sebuah disain bangunan, kajian ilmiah

    terhadap kasus yang ditangani, akan melahirkan pledooi yang berbobot, karena pada

    hekekatnya itulah mahkota seorang advokat. Sebaliknya, advokat yang hanya

    menjalankan tahapan proses penegakan hukum sebagai sebuah rutinitas tanpa kajian

    ilmiah maka yang demikian dapat diibaratkan sebagai tukang bangunan, yang hanya

    menjalankan pekerjaan sesuai dengan pola yang sudah ada.

    Dalam UUBH diatur mengenai pihak pemberi bantuan hukum, pihak pemberi

    bantuan hukum adalah LBH atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan

    bantuan hukum berdasarkan UUBH. Dan Bantuan hukum yang diberikan oleh LBH

    atau organisasi tersebut harus benar-benar Cuma-Cuma. Karena pemberi bantuan

    hukum dilarang menerima atau meminta pembayarakan dari penerima bantuan

    hukum, pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi berupa Pidana penjara

    paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Limapuluh

    juta rupiah).

    Pancasila merupakan spirit sekaligus idologi yang harus ada dalam setiap

    kehidupan kenegaraan di Indonesia menurut Mahfud MD 14

    Pancasila sebagai dasar

    dan ideologi negara atau sebagai cita hukum dan staatsfundamentalnorm,

    menjadikan Pancasila sebagai paradigma dalam setiap pembaharuan hukum.

    Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatanan hukum, Pancasila sebagai cita

    hukum memiliki fungsi konstitutif dan regulatif. Dimaksudkan sebagai fungsi

    konstitutif adalah bahwa Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang

    memberi arti dan makna bagi hukum, sehingga tanda Pancasila hukum akan

    kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum. Sedangkan fungsi regulatif,

    14

    Moh.Mahfud MD, 2006, Membangun Politik Hukun, Menegakan Konstitusi. Jakarta :LP3ES

  • menempatkan Pancasila sebagai penilai apakah suatu hukum positif sebagai suatu

    produk hukum yang adil atau tidak adil.

    Didalam konsideran UUBH disebutkan bahwa negara menjamin hak

    konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan,

    dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum

    sebagai sarana perlindungan HAM dan negara bertanggungjawab terhadap

    pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai pewujudan akses terhadap

    keadilan.

    Kesatuan sila-sila dalam Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk

    Tunggal; hierarkhis piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling

    mengaktualisasi. Hal ini d dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai

    keemapat sila lainnya, atau dengan perkataan lain dalam setiap sila santiasa

    dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.15

    Oleh sebab itu didalam sila kelima yaitu

    Keadilan sosial bagi seluruh rakyta Indonesia terkandung empat sila lainnya.

    Adanya pertanggungjawaban negara atas adanya jaminan perlindungan, dan

    kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai

    sarana perlindungan HAM dan negara bertanggungjawab terhadap pemberian

    bantuan hukum bagi orang miskin sebagai pewujudan akses terhadap keadilan,

    menunjukan bahwa spirit UUBH adalah tidak dapat dipisahkan dari pengamalan sila

    kelima dari Pancasila.

    IV. Penutup

    Bantuan hukum yang responsif merupakan konsep bantuan hukum yang

    sangat tepat diterapkan di negara kita. Hal ini sangat membantu percepatan

    perbaikan sistem hukum yang sering dinggap tidak berpihak kepada masyarakat

    miskin. Melalui UUBH, negara memberikan perhatian yang luas terhadap hak-hak

    masyarakat akan perlindungan hukum.

    Didalam konsideran UUBH disebutkan bahwa negara menjamin hak

    konstitusional setiap orang untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan,

    dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum

    sebagai sarana perlindungan HAM dan negara bertanggungjawab terhadap

    15

    Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma. Hlm. 61.

  • pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai pewujudan akses terhadap

    keadilan.

    Adanya pertanggungjawaban negara atas adanya jaminan perlindungan, dan

    kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai

    sarana perlindungan HAM dan negara bertanggungjawab terhadap pemberian

    bantuan hukum bagi orang miskin sebagai pewujudan akses terhadap keadilan,

    menunjukan bahwa spirit UUBH adalah tidak dapat dipisahkan dari pengamalan

    sela kelima dari Pancasila.

    Pustaka Rujukan

    Anwar, Yesmil dan Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen,

    Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia). Bandung :

    Widya Padjajaran.

    Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma.

    MD, Moh.Mahfud 2006, Membangun Politik Hukun, Menegakan Konstitusi.

    Jakarta :LP3ES

    Nasution, Adnan Buyung. 1982, Bantuan hukum Indonesia, , Jakarta : LP3S,

    Djaya Pirusa.

    Nusantara, Abdul Hakim Garuda 1981, Bantuan Hukum dan Kemiskinan

    Struktural. Dalam : Abdul Hakim Garuda Nusantara dan Mulyana W

    Kusumah (Eds), Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum,

    Bandung : Penerbit Alumni.

    Wias, Lasdin. 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Yogyakarta : Liberty.

  • Winarta, Frans Hendra. 2009, Probono Publicio, Hak Konstitusional Fakir

    Miskin Untuk Memperoleh Bantuan Hukum, Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka Utama.

    Yayasan Bantuan Hukum Indonesia dan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, 2007,

    Panduan Bantuan Hukum di Indonesia : Pedoman Anda Memahami

    Masalah Hukum, cetakan Kedua, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

    Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

    -----------, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

    -----------, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum

    -----------, Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Pemberian Bantuan

    Hukum secara Cuma-Cuma.