konsep diri
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
PROPOSAL
HUBUNGAN KOMPONE KONSEP DIRI DAN CEMAS DENGAN
PASIEN STROKE DI RUANG SARAF
RSUD MATTAHER JAMBI
OLEH :
TRI SUDIRMAN SANTOSO
NPM : 2011 21 070
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penelitian...............................................................................
D. Manfaat Penelitian.............................................................................
E. Ruang Lingkup..................................................................................
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Deskripsi ...................................................................................
2. Pengertian Stoke Non Hemoragik............................................
3. Klasifikasi..................................................................................
4. Etiologi......................................................................................
5. Patofisiologi...............................................................................
6. Faktor resiko stroke....................................................................
B. Konsep Diri
1. Defenisi ......................................................................................
2. Komponen Konsep Diri..............................................................
3. Tahap Perkembanagan Konsep Diri...........................................
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhhi Konsep Diri......................
5. Kriteria Kepribadian yang Sehat................................................
6. Respons Psikologis Terhadap Stres............................................
1) Gangguan Kecemasan umum dan Panik ............................
Fobia ............................................................................ Gangguan Obsesif Konfulsif .......................................
2) Memahami Gangguan Kecemasan .....................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep...............................................................................
B. Defenisi Operasional..........................................................................
C. Hipotesis............................................................................................
D. Desain Penelitian...............................................................................
E. Lokasi Penelitian...............................................................................
F. Populasi dan Sample.........................................................................
G. Instrumen Penelitian.........................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditengan perkembangan zaman khususnya negara indonesia, berbagai
perkembangan teknologi diberbagai bidang termasuk informasi semakin mudak
diperoleh, sehingga dapat meniru kebbiasaan negara barat yang dianggap cerminan
hidup modern. Gaya hidup yang serba instan menjadi pilihan warga kota seperti
mengkonsumsi makanan siap saji. Selain itu budaya yang terkenal juga dengan
makanan olahan santan, dan daging ditambah dengan tidak membudidayakan
olahraga disebagian masyarakat indonesia, yang juga tidak kalah pentingnya menjadi
faktor penyebab penyakit berbahaya seperti penyakit stroke.
Menurut taksiran WHO, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit
utama penyebab kematian didunia. Sementara dieropa dijumpai 650.000 kasus stroke
setiap tahunnya (sutrisnno, 2006). Jumlah penderita styroke menningkat setiap
tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang
muda pada usia produktif (anderson, 2008).
Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan
sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh
misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan
arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen
ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark.
Seringkali stroke diikuti oleh gangguan psikologis termasuk gangguan konsep
diri yang terjadi karena dua faktor. Faktor pertama adalah pada penderita stroke
terjadi sumbatn atau pecahnya pembbuluh darah diotak yang menyebakan jalur
komunikasi kedaerah tersebut menjadi terhambat dan gagguan fungsi perasaan
sehingga gangguan suasana perasaan dan tingkah laku. Penelitian yang dilakukan oleh
bergersen (2010) dinorwegia yang meneliti tentang kecemasan dan depresi 2 sampai 5
tahun pasca stroke menemukan bahwa deengan menggunakan the hospital depresion
scale (HADS) mengidentifikasi 36% mengalami kecemasan dan 28% mengalami
depresi.
Perubahan-perubahan psikologis terhadap penyakit kronis berdampak
terjadinya perubahan psikologis yang negatif yang menyebabkan seseorang terganggu
emosinya, sehingga penderita stroke non hemoragik akan mengalami cemas, reaksi
cemas ini timbul diakibatkan dampak dari reaksi yang berlebihan dan karena
perubahan pada dirinya membayangkan kematian yang akan terjadi padanya.
Gangguan kecemsan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan
merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum gangguan kecemasan panik)
atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan prilaku maladaftif tertentu
(gangguan jobik dan gangguan obsesif-konflusif).
Secara tidak langsung perubahan psikologis yang negatif ini pula berdampak
terhadap gangguan konsep diri.konsep diri terdiri atas gambaran diri, ideal diri, haraga
diri, identitas diri, peran diri. Haraga diri merupakan Gambaran diri atau citra diri
mencakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik,
struktur dan fungsinya (A. Aziz Alimul H, 2009). Ideal diri merupakan persepsi
seseorang tentang bagaiman ia berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau
nilai personal tertentu (stuart & sundeen, 1998).
Harga diri merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis,
sejauh mana menarik prilaku memenuhi ideal diri. Identitas diri merupakan kesadaran
akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan
sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai kesatuan yang utuh. Peran diri
merupakan serangkaian prilaku seseorang yang diharapkan masyarakat atau
lingkungan sosial yang sesuai dengan fungsi orang tersebut diberbagai kelompok
sosial, misalnya sebagai orang tua, atasan, anak, teman dekat,dan sebagainya.
Rumah sakit umum daerah mattaher jambi adalah rumah sakit umum tipe B
plus pendidikan dan merupakan rumah sakit rujukan dengan cakupan wilayah kerja
propinsi jambi. Berdasarkan hasil wawancara serta oservasi yang dilakukan peneliti
diruang saraf tidak pernah dilakukan pengkajian psikologis pasien padahal pelayanan
yang diberikan perawat bersifat holistic yaitu biopsikososial dan spritual. Perawatan
yang diberikan perawat hanya terpusat pada pengukuran TTV dan pengobatan medic
sehingga untuk masalah psikologis pasien tidak terdeteksi.
Dari sejumlah wawancara 8 dari 10 orang diantaranya didapatkan beberapa
orang pasien mengungkapkan meraka merasa cemas terhadap stroke yang dialaminya
saat ini karena meraka takut bahwa stroke yang mereka alami tidak akan sembuh total
dan meninggalkan kecacatan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“hubungan komponen konsep diri dan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di
ruang saraf RSUD Mattaher Jambi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui
“ Apakah terdpat hubungan komponen konsep diri dan cemas dengan pasien stroke
Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan komponen
konsep diri dan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD
Mattaher Jambi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan gambaran diri dengan pasien stroke Non-
Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
b. Untuk mengetahui hubungan ideal diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik
di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
c. Untuk mengetahui hubungan harga diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik
di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
d. Untuk mengetahui hubungan identitas diri dengan pasien stroke Non-
Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
e. Untuk mengetahui hubungan peran diri dengan pasien stroke Non-Hemoragik
di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
f. Untuk mengetahui hubungan cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di
ruang saraf RSUD Mattaher Jambi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Mattaher Jambi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi tenaga perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistic yaitu biopsikososial dan spritual.
Sehingga masalah psikologis pasien dapat dideteksi secara cepat dan tepat serta
memilih jenis intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah psikologis yang ditemui
pada pasien.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan ilmu dalam meningkatkan dan
menambah referensi bidang keperawatan khususnya di bidang keperawatan jiwa.
3. Bagi Peneliti Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dan menjadi informasi bagi profesi keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap pasien pasca stroke yang sangat rentan mengalami
gangguan emosional dan psikologis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengguanakan disain
cross sectional yaitu penelitian yang suatu waktu. Penelitian dilakukan di ruang saraf
RSUD Mattaher jambi yang bertujuan untuk mengetahui komponen konsep diri dan
cemas dengan pasien stroke Non-Hemoragik di ruang saraf RSUD Mattaher Jambi.
Penelitian inin dilakukan agar dapat merawat pasien stroke, populasi penelitian ini
adalah......Pasien Stroke. Cara pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuisioner. Penelitian ini
dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Penelitian
ini akan dilakukan pada bulan desember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Deskripsi
Cerebrovasculer accident (CVA) merupakan penyakit sistem persarafan yang
paling sering di jumpai. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan
gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur, tetapi yang paling sering pada
usia 75-85 tahun. Pada bagian ini terminologi CVA akan dipakai sebagai istilah
umum. Banayak ahli saraf dan bedah saaraf penyebab CVA paling sering adalah
trombosis, emboli, dan hemoragik. Stroke merupakan bagian dari CVA. Stroke
klinis merujuk pada perkembanagn neurologis defisit yang mendadak dan
dramatis. CVA dapat di dahului oleh beberapa faktor pencetus dansering kali
berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyakit
vaskuler termasuk penyakit jantung, hipertensi, diabetes, obesitas, kolesterol,
merokok, stres, dan gaya hidup.
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit
neorologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat dan cepat. Stroke
merupakan kelainan fungsi otak yang timbulmendadak yang disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah otak yang bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
merupakan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya
ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi
otak.
Pada kenyataannya, banyak klien yang datang kerumah sakitdalam keadaan
kesadaran yang menurun (koma). Keadaan seperti ini memerlukan penanganan
dan perawatan yang bersifat umum, khusus, rehabilitas, serta rencana pemulangan
klien. Mengetahui keadaan tersebut, maka peran perawat bekerja sama dengan tim
kesehatan lain sangat dibutuhkan baik masa akut maupun sesudahnya. Usaha yang
dapat dilaksanakan mencakup pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari
promotif, prefentiv, kuratif, sampai dengan rehabilitatif.
Menurut WHO, stroke adalah adaya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematiantanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Hendro Susilo, 2000). Stroke adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinnya suplai darah ke bagian
otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Stroke dibedakan menurut patologi yaitu : stroke
hemoragik, dan non hemoragik.
2. Defenisi Stroke Non Hemoragik
Stroke merupakan iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di padi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH)
merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses
patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar
seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral
sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan terjadinya
infark. Sedangkan menurut Pahria, (2004) Stroke Non Haemoragik adalah cedera
otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di
tubuh.
Dari beberapa pengertian stroke diatas, Penyusun menyimpulkan stroke non
hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh
sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis,
arteritis, trombus dan embolus.
Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan).
Stroke akibat trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang
makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik (japardi,
2002)
Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada
prosesoklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal (caplan, 2000).2)
Emboli serebri selain oklusi trombotik pada tempat aterosklerosis arteri
serebral, infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul
dari lesiatherematus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal.
Gumpalan-gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar
dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam alirran darah.
Hiperperfusi sistemik pengurangan perfusi sistemik dapat
mengakibatkan kondisi siskemik karena kegagalan pompa jantung atau
proses perdarahan atau hipovolemik (caplan, 2000). Berkurangnya
aliran darah keseluruhan bagian tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung.
3. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
TIA . gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam. Gejala yang timbul akan hilang secra spontan
dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologi terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan beberapa 24 jam atau beberapa hari
Stroke komplet. Gangguan neurologis yang tibul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat diawali oleh
serangan TIA berulang
4. Etiologi
Stroke iskemik dapat dikarenakan oleh pembentukan trombus localatau
fenomena embolic, mengakibatkan oklusi dari arteri otak. Aterosklerosis,
terutama dari vaskular serebral, merupakan faktor penyebab dari kebanyakan
kasus stroke iskemik, walaupun 30% adalah kriptogenik. Emboli bisa muncul baik
dari arteri intra atau ektrakranial (termasuk lingkungan aorta) atau seperti yang
terjadi dalam 20% dari semua stroke iskemik, hati. Emboli kardiogenik dapat
terjadi jika pasien bersamaan menderita fibrilasi atrium, penyakit jantung katup,
atau berbagai kondisi lain dari jantung yang dapat menyebabkan penbentukan
gumpalan. Membedakan antara emboli kardiogenik dan penyebab lain dari stroke
iskemik adalah penting dalam menentukan jangka panjang dari farmakoterapi
pada pasie yang diberikan (Dipiro, 2005)
5. Patofisiologi
Stroke akibat trombosis srebri trombosis diawali dengan adanya kerusakan
endotel, sehingga tampak jaringan kolagen dibawahnya. Proses trombosis terjdi
akibat adanya interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah, akibat
adanya kerusakan endotel pembuluh darah.endotel pembuluh darah yang normal
bersifat antitrombosis, hal ini disebabkan karena adanya glikoprotein dan
proteoglikan yang melapisi sel endoteldan adanya prostaksilin (PG12) pada
endotel yang bersifat vasodilator dan inhibisi platelet agregasi.
Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah akan berhubungan dengan
serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian akan merangsang trobosit dan
agregasi trombosit dan merangsang trombosit akan mengeluarkan zat-zat yang
terdapat di dalam granula-granula didalam trombosis dan zat-zat yang berasal dari
makrofak yang mengandung lemak. Akibat addanya reseptor pada trombosit akan
menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah.
Otak yang hanya merupakan 2 % dari berat badan total, menerima perdarahan
15% dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang di perlukan untuk
manusia, sebagai energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal.
Energi yang diperlukan berasal dari metabolisme glukosa, yang disimpan di otak
dalam bentuk glukosa atau gllikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit,
dan memerlukan oksigenuntuk metabolisme tersebut, lebih dari 30 detik.
Gambaran EEG akan mendatar, dalam 2 menit aktivitas jaringan otak berenti,
dalam 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit,
manusia akan meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa untuk
pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na-K ATP ase,
sehingga membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang CES
sementara ion Na dan Ca berkumpul didalam sel. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga membran depolirisasi. Saat awal
depolilarisasi membran sel lebih reversibel, tetapi jika menetap terjadi perubahan
struktual ruang menyyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera
apabila perfusi menurun di bawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila
aliran darah berkurang hingga dibawah 0,10 ml/100gr. Menit.
Akibat kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis menimbulkan
edema serebral yang ditandai pembekalan sel, terutama jaringan glia, dan
berakibat terhadap mikro sirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi
vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadinya
perluasan daerah iskemik (japardi, 2002).
Emboli serebri dapat diakibatkan dari embolisasi dari arteri di sirkulasi pusat
dari berbagai sumber. Selain gumpalan darah, agregasitrombosit, fibrin, dan
potongan potongan plak atheromatus, bahan-bahan emboli yang diketahui masuk
ke sirkulasi pusat termasuk lemak, udara, tumor, atau metastasis, bakteri dan
benda asing. Tempat yang paling terserang embolus serebri adalah ateria serebri
media, terutama bagian atas (shah, 2005).
Emboli akan lisis, pecah atau utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah
distal dan bergantung pada ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut
dan juga bergantung pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada
pembuluh dara tersebut (terutama 10 pembuluh darah di otak) akan menyebabkan
matinya jaringan otak, dimana kelainan ini bergantung pada adanya pembuluh
darah yang adekuat (japardi, 2002).
6. Faktor Resiko Pada Stroke
Menurut Smeltzer, 2002 faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non
hemoragik yaitu :
a. Faktor resiko terkendali
Beberapa faktor resiko terkendali yang menyebabkan stroke non
hemoragik sebagai berikut :
Hipertensi
Penyakit kardiovaskuler, embolisme serebral yang berasal dari
jantung, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi
ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrasi atrium), penyakit
jantung kongestif.
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke.
Kolesterol tinggi
Infeksi
Obesitas
Peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral
Diabetes
Kontrasepsi oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
estrogen tinggi
Penyalahgunaan obat (kokain)
Konsumsi alkohol
b. Faktor resiko tidak terkendali
Beberapa faktor resiko tidak terkendali yang menyebabkan stroke non
hemoragik sebagai berikut :
Usia, merupakan foktor resiko independen terjadinya strok, dimana
refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi.
Faktor keturunan / genetic
B. Konsep Diri
1. Defenisi
Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Potter (2005) konsep diri merupakan kerangka acuan yang yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang
lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat
menjadi sumber stress atau konflik.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
individu tentang dirinyadan mempengaruhu individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Konsep diri merupakan bagian dari masalah psikososial yang tidak didapat
sejak lahir, akan tetapi akan dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai denngan
tahap perkembangan psikososial seseorang (A. Aziz Alimul H, 2009).
2. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima komponen sebagai berikut :
a. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubhnnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu ( Tarwoto& Wartonah,
2006).
Gambaran diri atau citra diri mencakup sikap individu terhadap
tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, struktur dan fungsinya (A. Aziz
Alimul H, 2009).
Citra tubuh merupakan cara individu mempersepsikan tubuhnya
sendiri, secara sadar atau tidak sadar yang meliputi penampilan fisik serta
struktur, fungsi dan potensi tubuh berikut bagian-bagianya. Perasaan mengenai
citra tubuh mencakup hal-hal yang terkait dengan seksualitas, feminitas atau
maskulinitas, keremajaan, kekuatan, dan kesehatan. Contoh bagian tubuh
yang berhubungan dengan, tinggi badan, berat badan, dan tanda- tanda
kehamilan skunder ( misalnya, menstruasi, mamae, pertumbuhan rambut, dan
perubahan suara).
Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi sikap dan respons orang
lain terhaddap dirinnya. Sebagian lagi di pengaruhioleh eksplorasi oarang
tersebut terhadap diri sendiri. Selain itu, citra tubuh juga di pengaruhi oleh
faktor sosial budaya. Norma-norma yang diterima luas didalam masyarakat
dapat mempengaruhi persepsi orang mengenai citra tubuh, misalnya citra
tubuh yang berhubungan dengan berat badan ideal, warna kulit ideal, tindik
tubuh, dan tato.
Citra tubuh seseorang berdampak penting terhadap aspek psikologis
orang tersebut. Individu yang dapat menerima dan menyukai bagian-bagian
tubuhnya akan merasa aman, tidak cemas, dan memiliki harga diri yang tinggi
hingga dapat mencapai kesuksesan dalam hidup.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
standar prilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
Ideal diri merupakan persepsi seseorang tentang bagaiman ia
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu
(stuart & sundeen, 1998). Pembentukan ideal diri dimulai dari masa kanak-
kanak. Hal ini dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting dalam
memberikan tuntunan dan harapan, misalnya orang tua, guru atau teman.
Ideal diri dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah ambisi,
keinginan untuk sukses, keinginan untuk melampauin orang lain, kebutuhan
yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, dan
rendah diri.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana menarik prilaku memenuhi ideal diri. Jika individu
selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami
cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri sendiri
dan orang lain.
Harga diri adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara prilaku dan ideal diri. Harga diri yang tinggi
dapat di peroleh melalui penghargaan baik dari diri sendiri maupun dari orang
lain. Orang yang memiliki harga diri yang tinggi akan tetap merasa penting
dan beharga walaupun ia melakukan kesalahan atau kegagalan.harga diri ini
dapat menjadi rendah ketika seseorang kehilangan penghargaan, rasa hormat,
dan kasih sayang dari orang lain atau ketika ia menjalani hubungan
interpesonal yang buruk. Harga diri seseorang dapat ditinggalkan dengan
beberapa cara, antara lain dengan mengatakan ia dicintai dan disayangi,
memberinya kesempatan untuk berhasil, mendorongnya untuk beraspirasi,
memberinya gagasan, dan membantunya membentu koping.
d. Peran Diri
Peran diri adalah pola sikap prilaku nilai yang diharapkan darai
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
Peran adalah serangkaian prilaku seseorang yang diharapkan
masyarakat atau lingkungan sosial yang sesuai dengan fungsi orang tersebut
diberbagai kelompok sosial, misalnya sebagai orang tua, atasan, anak, teman
dekat,dan sebagainya.
Setiap peran berhubungan denngan pemenuhan harapan-harapan
tertentu. apabila harapan tersebut terpenuhi dan sesuai dengan ideal diri, rasa
percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, apabila harapan tersebut
tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan ideal diri, harga diri seseorang akan
turun dan konsep diri akan terganggu.
Posisi seseorang di dalam masyarakat dapat menjadi stresor terhadap
peran. Stres peran dapat timbul karena struktur sosial yang menyebabkan
kesukaran atau karena tuntutan posisi yang tidak dapat dilaksanakan. Stres
peran ini terdiri atas :
Konflik Peran : keadaan yang muncul karena peran yang dijalani
berlawana atau tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, seseorang
wanita karier akan mengalami konflik peran ketika suaminya dipindah
tugaskan ke luar kota dan berharap istrinya itu ikut bersamanya.
Ketidakjelasan Peran : keadaan ketika seseorang mendapatkan peran
yang kabur dan tidak sesuai dengan prilaku yang diharapkan. Sebagai
contoh, seseorang yang berstatus sebagai guru, tetapi praktiknya tidak
pernah mengajar siswa karena pendidikannya masih DIII.
Ketidaksesuain Peran : keadaan seseorang berada dalam peralihan dan
menggubah nilai serta sikapnya.
Peran Berlebihan : keadaan ketika individu menjalankan banyak peran
dalam kehidupannya.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep
diri sebagai kesatuan yang utuh.
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Identitas diri mencakup hal-hal yang nyata seperti nama
dan jenis kelamin serta hal-hal yang tidak nyata seperti nilai, keyakinan dan
karakter. Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa
yang didengar seseorang dari orang lain mengenai dirinnya.
Identitas diri terbentuk sejak bayi dan kanak-kanak secara bersamaan
dengan pembentukan konsep diri dan terus berlanjut seumur hidup, tetapi pada
dasarnya merupakan tugas utama pada masa remaja.
Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi dan
merupakan konseptualitas seseorang atas dirinya sebagai pria atau wanita dan
mencakup orientasi seksual.
3. Tahap Perkembanagan Konsep Diri
Konsep diri tidak muncul dengan sendirinya, tetapi terbentuk sebagai hasil
individu dengan orang lain. Perkembanagn konsep diri dapat dibagi dalam
bebrapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. < 1 tahun
Belajar bahwa diri mereka, secara fisik, terpisah dan berbeda dari
lingkungan sekitar
Menumbuhkan rasa percaya diri konsistensi dalam interaksi
pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orangtua atau orang
lain.
b. 1-3 tahun
Kemandirian dalam berpikir dan bertindak meningkat sehingga dapat
mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai.
Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang dikagumi, meniru,
dan bersosialisasi
c. 3-6 tahun
Mengenali jenis kelamin
Memiliki inisiatif
Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
Kesadaran diri meningkat
Keterampilan berbahasa meningkat, termasuk pengenalan akan
perasaan, misalnya senang kecewa, dan marah
d. 6-12 tahun
Identitas seksual menguat
Menyadari kekuatan dan kelemahan diri
Harga diri dan kepercayaan diri meningkat karena menguasai
keterampilan baru, misalnya matematika, olagh raga dan musik
Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga
tidak dominan
e. 12-20 tahun
Menerima perubahan tubuh akibat proses pertumbuhan dan
perkembangan
Merasa positif atas berkembangnya konsep diri
Belajar menentukan masa depan
Belajar mengenai sikap, nilai, dan keyakinan
Berinteraksi dengan orang yang menurutnya menarik secara seksual
dan intelektual
f. 20-40 tahun
Merasa stabil dan positif mengenai diri
Memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang lain
Berhasil menjalin transisi peran
Tanggung jawab meningkat
g. 40-60 tahun
Dapat menerima perubahan fisik dan ketahanan tubuh akibat proses
penuaan
Mengevaluasi ulang tujuan hidup
Merasa nyaman dengan proses penuaan
h. > 60 tahun
Merasa positif mengenai hidup dan makna hidup
Berkeinginan untuk meninggalkan warisan bagi generasi berikutnya
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhhi Konsep Diri
a. Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain adalah kondisi masyarakat
di sekitar individu. Masyarakat yang berpikiran terbuka dan berpendidikan
akan menunjang perkembangan konsep diri, sedangkan masyarakat yang
tertutupdan tidak berpendidikan akan menghambat perkembangan konsep diri.
b. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
Dukungan mental dan perlakuan terhadap anak akan mempengaruhi konsep
diri anak tersebut. Seiring dengan perkembangan tubuh, faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri ikut berubah. Kegagalan selama masa tumbuh
kembang ini akan membentuk konsep diri yang kurang memadai.
c. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan,dan pertumbuhan
anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
d. Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya,
dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak
lebbih dekat pada lingkungannya
e. Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhdap
konsep diri. Pada sumber internal misalnya, misalnya orang yang humoris
koping idividunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya, adanya dukungan
dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
f. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
g. Stresor
Kemampuan mengatasi stresor akan memperkuat konsep diri seseorang.
Kegagalan dalam mengatasi stresor dapat mengakibatkan respons maladaftif,
misalnya menarik diri, kecemasan, atau penyalahangunaan obat. Orang yang
gagal menangani stres dapat mengalami depresi, mudah tersinggung, merasa
bersalah, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi konsep diri mereka.
f. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya. Kondisi sakit
dapat memengaruhi konsep diri. Sebagai contoh, seseorang yang sakit kanker
dan menjalani kemoterapi terkadang akan mengalami kerontokan rambut yang
parah. Hal ini dapat menurunkan konsep diri orang tersebut karena ini merasa
dirinya tidak menarik sehingga mempengaruhi cara ia bertindak dan menilai
diri sendiri.
5. Kriteria Kepribadian yang Sehat
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai
akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Idea dan relitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup
yang dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya
d. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan
apa yang ia inginkan
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan
orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat memercayai dan
terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan.
6. Respons Psikologis Terhadap Stres
Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah, dan
kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya
cemas mengikuti ujian karena kawatir nilainya buruk. Ada 4 tingkatan kecemasan,
yaitu :
a. Cemas ringan
Cemas ringan berhubungna dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan
berhati-a=hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ringan seperti
sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,
kosentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak
dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berpokus kepada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respons cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,
rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,
susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat menyempit, seseorang cenderung
memikirkan hal yang kecil, saja dan mengabaikan hal yang penting.
Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
pengarahan/ tuntunan.
Respon cemas berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,
lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah,
bloking, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Panik tahap ini lahan persepsi telah terganggu ehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun
telah diberikan pengarahan.
Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir
logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking,
kehilangan kendali, dan persepsi kacau.
Gangguan kecemsan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan
merupakan gejala utama ( gangguan kecemasan umum gangguan
kecemasan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan
prilaku maladaftif tertentu (gangguan jobik dan gangguan obsesif-
konflusif). Kecemasan menjadi merusak jika orang mengalaminya dari
pristiwa yang oleh sebagian besar tidak dianggap stres.
1) Gangguan Kecemasan umum dan Panik
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap
hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut
atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung
bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak
mampu santai mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepela,
pening, dan jantung berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling
sering ditmukan. Selain itu terus-menerus merasa takut akan
kemungkinan masalah dan mengalami kesulitan untuk berkosentrasi
atau mengambil kepetusan. Saat individu pada akhirnya mengambil
keputusan, hal ini menjadi sumber kekuatiran lain (“apakah saya telah
mempertimbangkan semua kemungkinan akibatnya?” atau “apakah
terjadi bencana”).
Orang yang menderita gangguan kecemasan umum mungkin juga
mengalami serangan panik. Selama serangan panik, individu merasa
pasti bahwa sesuatu yang menajubkan terjadi. Perasaan ini biasanya
disertai dengan gejala tertentu seperti jantung berdebar-debar, sesk
napas, berkeringat, tremor otot, pingsan, dan mual. Gejala biasanya
terjadi akibat eksitesi cabang simpatik dan sistem saraf otonomik dan
merupakan reaksi yang sama yang dialami orang lain saat sangat
ketakutan. Selama serangan panik yang parah, orang merasa takut
bahwa dirinya akan mati.
Orang yang mengalami kecemasan umum dan gangguan panik
mungkin tidak mengetahui dengan jelas mengapa mereka merasa
ketakutan. Jenis kecvemasan ini kadang-kadang dinamakan “free-
floating” (melayang bebas) karena tidak dipicu oleh peristiwa tertentu;
namun terjadi dalam berbagai situasi.
Peryataan yang tertulis dalam tabel adalah penjelasan yang
diberikan individu yang mengalami tingkat kecemasn yang tinggi secra
kronis. (dari Sarason & Sarason, 1989.)
Tabel 3
Pernyataan Kecemas
Pernyataan Individu yang mengalami kecemasan
Saya sering terganggu oleh debaran jantung saya
Gangguan yang kecil saya menjadikan saya gelisah dan jengkel
Saya sering merasa takut tanpa alasan yang jelas
Saya merasa cemas terus menerus dan hal ini menjadikan saya
putus asa
Saya sering kali diserang kelelahan dan keletihan yang menyeluruh
Sulit bagi saya untuk memutuskan sesuatu
Saya selalumerasa takut terhadap sesuatu
Saya merasa gugup dan merasa setiap saat
Saya sering merasa tidak dapat mengatasi kesulitan saya
Saya mearsa terus menerus tegang
a) Fobia
Berbeda dengan ketakutan samar-samr yang dialami oleh
penderitagangguan umum, ketakutan pada gangguan fobik, lebih
spesifik. Orang yang berespon dengan ketakutan yang kuat pada
stimulus atau situasi tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak
dianggap berbahaya dikatakan penderita fobia. Individu biasanya
menyadari bahwa rasa takutnya itu tidak rasional tapi merasa
cemas (mulai dari kekawatiran yang kuat sampai panik) yang dapat
dihilangkan hanya dengan menghindari objek atau situasi yang
ditakutinya.
Banyak dari kita memiliki suatu atau dua ketakutan yang
irasional pada ular, serangan, dan ketinggian adalah yang paling
umum. Tetapi, ketakutan bbiasanya tidak didiagnosis sebagai
gangguan fobik kecuali mengganggu kehidupan sehari-hari.
Contoh gangguan fobik adalah seorang wanita yang merasa takut
berada ditempat tertutup yang menyebabkan tidak dapat masuk ke
eleva-tor atau seorang pria yang merasa takut ditempat ramai yang
menyebabkan-nyatidak dapat menonton bioskop atau berjalan
ditempat ramai.
DSM-IV membagi gangguan fobik menjadi, tiga katagori luas :
fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia. Fobia spesifik adalah
raa takut terhadap objek, hewan atau situasi tertentu. fobia sosial
merasa tidak pasti dalam situasi sosial dalam mengalami ketakutan
yang berat yang memalukan dirinya. Agorafobia adalah fobbia
yang paling umum pada orang yang mencari bantuan profesional.
b) Gangguan Obsesif Konfulsif
Obsesi adalah instrusi persistem pikiran, bayangan atau inpula
yang tidak diundang yang mennimbulkan kecemasan. Kompulasi
adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
tidakan atau ritual tertentu yang menurunkan kecemasan.
2) Memahami Gangguan Kecemasan
Kita tidak tahu mengapa sebagian orang mengalami kecemasan
kronis, tetapi reaksi mereka tampaknya mencerminkan perasaan
ketidak- adekuatan dalam situasi yang mereka merasa mengancam.
Setalah memahami gangguan mental yang dijelaskan di atas, teori
tentang kecemasan di pusatkan pada konflik internal, respons belajar,
terhadap peristiwa eksternal, kognisi maladftif, dan faktor biologis.
Dan sudut pandang psikoanalitik, fobia adalah acar untuk
mengatasi kecemasn dengan mengalihkannya ke objek atau situasi
yang dapat dihindari.
Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi konsep diri :
Lingkungan Tingkat pertumbuhan dan
perkembangan Tingkat perkembangan dan
kematangan Budaya Sumber eksternal dan internal Pengalaman sukses dan gagal Stresor Usia, keadaan sakit, dan trauma
Konsep Diri :
Citra Tubuh Ideal Diri Harga Diri Peran Diri Identitas Diri
Faktor Resiko Pada Stroke
1. Faktor resiko terkendali Hipertensi Penyakit kardiovaskuler Berbagai penyakit jantung
berpotensi untuk menimbulkan stroke.
Kolesterol tinggi Infeksi Obesitas Peningkatan hemotokrit
meningkatkan resiko infark serebral
Diabetes Kontrasepsi oral Penyalahgunaan obat Konsumsi alkohol
2. Faktor resiko tidak terkendali Usia
Faktor keturunan
Pasien StrokeRespons Psikologis Terhadap Stres :
a. 4 tingkatan kecemasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
kosep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan di lakukan
(Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka
teori yang ditemukan sebelumnya pada bab II terlihat pada faktor instrisik (konsep
diri) dan faktor ekstrinsik (cemas) berhubungan dengan pasien stroke. Berdasarkan
teori diatas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 berikut
ini :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Respons Psikologis Terhadap Stres :
a. 4 tingkatan kecemasan
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Defennisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No. Variabel DefenisiOperasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala ukur
1. Variabel IndependenPasien stroke
Non Hemoragik
Kuisioner Mengisi Kuisioner
Ordinal
1. Variabel dependen
Konsep Diri
semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
Kuisioner Mengisi Kuisioner
2 = tinggi, jika hasil ukur > Mean/Median 1= rendah jika hasil < Mean/Median
Ordinal
2. Cemas respons emosional
Kuisioner Mengisi 2 = tinggi, jika hasil ukur >
Ordinal
Konsep Diri
Cemas
Pasien Sroke
terhadap penilaian tertentu
Kuisioner Mean/Median 1= rendah jika hasil < Mean/Median
C. Hipotesis
1. Ada hubungun antara komponen konsep diri dengan pasien Stoke non hemoragik
di ruang saraf RSUD mattaher jambi
2. Ada hubungan antara cemas dengan pasien Stoke non hemoragik di ruang saraf
RSUD mattaher jambi
D. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan peneliti kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang digunakan dalam suatu waktu. Artinya subyek di
observasi satu kali dan pengukuran independen dan dependen dilakukan pada waktu
bersamaan. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja RSUD Mattaher Jambi di kota jambi
dan penelitian ini di lakukan pada bulan desember.
F. Populasi dan sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalh keseluruhan objek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini populasinya adalah pasien rawat jalan dan
rawat inap RSUD Mattaher Jambi.
2. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami stroke. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian mengunakan teknik total sampling.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Citra. Jakarta.
Siti & Zuyina, 2010. Psikologi Kesehatan. Nuha Medika. Jogyakarta
Sharif la ode, 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Jogyakarta
Saputra lyndon, 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara. Pamulang
Wartonah & Tarwoto, 2006. Kebbutuhan dasar Manusia. salemba Medika.
Jakarta
Aziz, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta
Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Funda Mental Keperawatan, Edisi 4. EGC.
Jakarta
Wahyu dkk, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta
Muttaqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan. Salemba Medika. Jakarta
Smeltzer C. Suzanne & Brunner Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, EGC. Jakarta
Kisi-kisi Perayataan Kuisioner Kecemasan
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Saya sering terganggu oleh debaran jantung saya
2. Gangguan yang kecil saya menjadikan saya gelisah dan
jengkel
3. Saya sering merasa takut tanpa alasan yang jelas
4. Saya merasa cemas terus menerus dan hal ini menjadikan
saya putus asa
5. Saya sering kali diserang kelelahan dan keletihan yang
menyeluruh
6. Sulit bagi saya untuk memutuskan sesuatu
7. Saya selalumerasa takut terhadap sesuatu
8. Saya merasa gugup dan merasa setiap saat
9. Saya sering merasa tidak dapat mengatasi kesulitan saya
10. Saya mearsa terus menerus tegang
Kisi-kisi pernyataan Konsep Diri
No
.
Variabel Indokator Pernyataan
1. Konsep Diri Citra diri Saya merasa sehat
Saya memiliki tubuh yang ideal
Saya memiliki tinggi badan dan
berat yang ideal
Saya dapat beraktivitas dengan
baik
Saya merasa nyaman dengan
kondisi saat ini
Ideal diri Saya dapat melakukan aktivitas
seperti biasa
Saya percaya diri dengan kondisi
saat ini
Saya merasa takut dengan kondisi
saat ini
Harga diri Saya merasa takut untuk
bersosialisasi
Saya ingin kembali bersosialisasi
Saya hanya ingin melakukan
aktivitas dirumah saja
Penampila
n Peran
Saya merasa terbebani dengan
kondisi seperti in
Saya merasa tidak seperti di usia
muda
Identitas
diri
Saya merasa takut dengan kondisi
seperti ini
Saya merasa cemas dengan
kondisi seperti ini
Saya seperti kehilangan identitas
saya