konsep diri reaaaja dari keluarga broken home
TRANSCRIPT
Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 201450
Hal ini membuat remaja menjadi pribadi yanglabil dan semakin terlihat pada remaja broken home.Pada masa remaja ini juga terjadi pembentukankonsep diri. Proses pembentukan konsep diri initerjadi secara alami dan seharusnya terjadi padamasa-masa remaja. Broken home adalah kurangnyaperhatian dari keluarga atau kurangnya kasihsayang dari orang tua sehingga membuat mentalseorang anak menjadi frustasi, brutal dan susahdiatur. Broken home sangat berpengaruh besarpada mental remaja saat sekarang.
Konsep diri remaja yang mengalami brokenhome tentunya berbeda, karena remaja tersebutmengalami situasi yang berbeda dari remaja lainsecara umum. Adapun tujuan dari penelitian iniadalah untuk megetahui konsep diri remaja yangmengalami broken home.
KERANGKA KERJA TEORITIKKonsep diri adalah pandangan dan perasaan
individu tentang dirinya baik yang sifatnya psikologis,sosial maupun fisik (Rakhmat, 2003).Konsep diri sendirimerupakan gambaran yang dimiliki individu tentang
PENDAHULUANMasa remaja dapat dipandang sebagai suatu
masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya(terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masaini menunjukan suatu masa kehidupan, dimanakita sulit untuk memandang remaja itu sebagaikanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang dewasa.Mereka tidak dapat dan tidak ingin lagi diperlakukansebagai kanak-kanak.Sementara itu mereka belummencapai kematangan yang lebih dan tidak dapatdimasukan ke dalam kategori orang dewasa.Konsepdiri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diriterhadap diri sendiri yang terorganisir. Dengan katalain, konsep diri tersebut bekerja sebagai skemadasar (Baron dan Byrne, 2004). Konsep diri terbagimenjadi dua, yaitu positif dan negatif. Individu yangmerasa dirinya diterima akan cenderung memilikikonsep diri yang positif dan sebaliknya, orang yangmerasa dirinya ditolak akan cenderung memilikikonsep diri yang negatif (Calhoun, 1995). Faktorpembentuk konsep diri remaja adalah orang tua,teman sebaya, masyarakat dan belajar (Baldwindan Holmes dalam Pardede, 2008).
Chiktia Irma OktavianiSiti Mahmudah
Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN)Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916
Abstrak-Adolescence is a period of transition or the transition from childhood into adulthood.At this time individuals experiencing various changes, both physically and psychologically. Thisstudy aims yo determine the self-concept teen from a broken home. The method used was aqualitative research method. Data collection using interviews, observation and documentation.Subject used in the study were adolescents who experienced a broken home. The result of thisstudy are the self-concept of adolescents who experience a broken home leads to positive.Factors that can affect an individuals self-concept formation is significant other who could beclose friends or family, the environment, the role of social factors and physical state is of noteprimarily by teenagers and a factor that was instrumental in the formation of an individualself-concept.
Keywords : Adolescence Self-Concept, Broken Home Family
PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2014 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 11. Nomor 1, Tahun 2014
KONSEP DIRI REAAAJADARI KELUARGA BROKEN HOME
Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014
diri identitas dan diri pelaku.2. Dimensi EksternalPada dimensi eksternal, individu menilai dirinyamelalui hubungan dan aktivitas sosialnya,nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu halyang luas, misalnya diri yang berkaitan dengansekolah, organisasi, agama dan sebagainya.Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Fittsadalah dimensi eksternal yang bersifat umumbagi semua orang dan dibedakan atas limabentuk, yaitu:
a.Diri Etik-moral (Moral-ethical Self)Merupakan persepsi individu terhadap dirinyadilihat dari standar pertimbangan nilai moraldan etika.
b.Diri Fisik (Physical Self)Diri fisik menyangkut persepsi individu terhadapkeadaan dirinya secara fisik. Dalam hal iniindividu dapat menerima keadaan fisik yangdimilikinya.
c.Diri Sosial (Social Self)Keadaan atau penilaian individu terhadapinteraksi dirinya dengan orang lain yangterjadi di dalam masyarakat atau di dalambersosialisasi.
d.Diri Keluarga (Family Self)Keadaan, perasaan dan harga diri individu dalamkedudukannya sebagai anggota keluarga.
e.Diri Pribadi (Personal Self)Sikap individu terhadap dirinya baik secara sadarmaupun tidak sadar. Hal ini tidak dipengaruhioleh kondisi fisik atau hubungan dengan oranglain, tetapidipengaruhi oleh sejauh manaindividu merasa puas terhadap pribadinyaatau sejauh mana ia merasa dirinya sebagaipribadi yang tepat.Konsep diri individu dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:1.Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal,
yang memunculkan perasaan positif danperasaan berharga.
2.Kompetensi dalam area yang dihargai olehindividu dan orang lain.
3.Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasidari potensi pribadi yang sebenarnya (Fitts,1971 dalam Agustiani, 2006).Menurut beberapa pendapat para ahli dapat
dikategorikan kedalam dua faktor yaitu terdiri darifaktor internal dan eksternal. Beberapa hal yangmemengaruhi konsep diri individu adalah:
dirinya yang dibentuk metalui pengalaman-pengalamanyang diperoleh dari interaksi lingkungan. Definisilain menyebutkan bahwa konsep diri merupakansemua perasaan dan pemikiran individu mengenaidirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan,karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan danpenampilan diri (Keliat, 1992).
Konsep diri merupakan aspek penting dalamdiri individu, karena konsep diri individu merupakankerangka acuan (frame of reference) dalamberinteraksi dengan lingkungan (Fitts, 1971 dalamAgustiani, 2006).Dasar dari konsep diri individuditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak danmenjadi dasar yang memengaruhi tingkah lakunyadi kemudian hari.
Konsep diri merupakan apa yang dilihat,dirasakan dan dipikirkan oleh individu mengenaidirinya sendiri secara menyeluruh sehingga tampakdalam perilaku individu. Konsep diri berpengaruhkuat terhadap tingkah laku individu. Denganmengetahui konsep diri individu, kita akan lebihmudah meramalkan dan memahami tingkah lakuorang tersebut.
Para ahli psikologi juga berbeda pendapatdalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri.Dimensi konsep diri dengan beberapa istilah (Cenci,1993), yakni:1.Dimensi gambaran diri (sell image)2.Dimensi penilaian diri (self-evaluation)3.Dimensi cita-cita diri (self-ideal)
Konsep diri dalam dua dimensi pokok (Fitts, 1971dalam Agustiani, 2006), yaitu sebagai berikut:1. Dimensi Internal
Dimensi Internal atau yang disebut juga kerangkaacuan internal (internal frame of reference)adalah penilaian yang dilakukan individu yaknipenilaian yangdilakukan individu terhadapdirinya sendiri berdasarkan dunia di dalamdirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:a.Diri Identitas (Identity Self)
Bagian diri ini merupakan aspek yang palingmendasar pada konsep diri dan mengacupada pertanyaan "Siapakah saya?".
b.Diri Pelaku (Behavioral Self)Diri pelaku merupakan persepsi individutentang tingkah lakunya yang berisikansegala kesadaran mengenai "Apa yangdilakukan oleh diri?".
c.Diri Penerimaan / Penilai (Judging Self)Diri penilai berfungsi sebagai pengamat,penentu standardan evaluator. Kedudukannyaadalah sebagai perantara (mediator) antara
Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014
e.Responsif sekali terhadap pujian. Walaupunia mungkin berpura-pura menghindari
pujian.f.Konsep diri terbagi menjadi beberapa
bagian (Stuart dan Sundeen dalam Keliat,1992), yang terdiri dari:
Perspektif tentang konsep diri dijelaskanpula pada agama Islam. Islam merupakan agamadengan garis aturan yang sudah tertata rapi untukkemakmuran umatnya.Segala aturan-aturan yang
terkandung di dalamnya termuat Al-Qur'an danHadist. Tentunya kajian-kajian yang ada di dalamnyamencakup segala aspek, baik dalam kehidupanbersosial, tata cara bertingkah laku, pedomanhidup umat manusia, dan kepribadian manusiapunjuga tidak terlewatkan. Sikap-sikap seperti aspekyang terdapat dalam konsep diri manusia sertaperilaku yang seharusnya di tanamkan oleh kaummuslimin yaitu menjauhi sikap-sikap tercela.Ayatyang menerangkan tentang konsep diri diantaranya,QS.Al-Hujuraat ayat 11, QS.At Tiin ayat 4 dan 5,dan QS.Ali Imran ayat 139.
Konsep diri remaja merujuk pada evaluasi yangmenyangkut bidang-bidang tertentu dari diri remajatersebut. Remaja melakukan evaluasi diri dalamberbagai bidang.Misal, bidang akademik, atletik,penampilan fisik dan sebagainya. Konsep diri inihampir sama dengan harga diri. Namun, harga diridiartikan sebagai martabat diri atau gambaran diriyaitu suatu dimensi global dari diri. Para penelititidak selalu membuat pembedaan yang jelas antaraharga diri dengan konsep diri, mereka terkadangmencampur-adukan istilah-istilah tersebut atau tidakmembuat definisi yang sama (Dusek dan Mclntyre,2003; Harter, 2006 dalam Santrock, 2007).
Sebagai contoh, konsep diri remaja dapatmengindikasikan persepsi mengenai apakah iainteligen dan menarik atau tidak, meskipun persepsiitu mungkin tidak tepat. Dengan demikian, konsepdiri remaja yang tinggi dapat merujuk pada persepsiyang tepat dan benar mengenai martabatnyasebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilandan pencapaiannya.
Namun konsep diri remaja yang tinggi jugadapat mengindikasikan penghayatan mengenaisuperioritasnya terhadap orang lain, yang sombong,berlebihan dan tidak beralasan. Dengan cara
yang sama, konsep diri remaja yang rendah dapatmengindikasikan persepsi yang tepat mengenaiketerbatasan atau penyimpangan, atau bahkankondisi tidak aman dan inferior yang akut.
a)Teman Sebaya
b)Sekolahc)Orang Tuad)Saudara Sekandunge)Masyarakatf)Pengalaman
Dalam perkembangan konsep diri terbagi atasdua yaitu, konsep diri positif dan konsep diri negatif(Calhoun dan Acocella, 1990).1.Konsep Diri Positif
Konsep diri bersifat stabil dan bervariasi.Individu yang memiliki konsep diri yang positifadalah individu yang tahu betul tentangdirinya, sehingga evaluasi terhadap dirinyasendiri menjadi positif dan dapat menerimakeberadaan orang lain. Ada empat tanda orangyang mempunyai konsep diri positif (Brooksdan Emmert dalam Rakhmat, 2007), yaitu:a.la menerima pujian tanpa rasa malu. la
menyadari bahwa setiap orang mempunyaiperasaan, keinginan dan perilaku yang tidakseluruhnya disepakati masyarakat.
b.Mampu memperbaiki dirinya karena iasanggup mengungkapkan aspek-aspekkepribadian yang tidak disenangi danberusaha mengubahnya.
c.Merasa setara dengan orang lain.
d.Yakin akan kemampuan yang dimilikiuntuk mengatasi masalah.
2.Konsep Diri NegatifTerdiri dari dua tipe yaitu, dimana pandanganindividu tentang dirinya benar-benar tidakteratur, tidak memiliki perasaan kestabilandan keutuhan diri. Individu tersebut tidaktahu tentang dirinya, mempunyai kekuatandan kelemahan atau apa yang dihargai dalamkehidupannya. Ada lima tanda orang yangmemiliki konsep diri negatif (Brooks danEmmert dalam Rakhmat, 2007), yaitu:a.Merasa tidak disenangi orang lain, merasa
tidak diperhatikan.b.Pesimis terhadap kompetisi, enggan
untuk bersaing dengan orang lain dalamprestasi.
c.Peka terhadap kritik, tidak dapat menerimakritik dan mudah marah. Seringkalimenganggap bahwa koreksi seringkali
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkanharga dirinya.
d.Hiperkritis terhadap orang lain, cenderungmengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan siapapun.
53Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014
c. Bertempat tinggal/kost di daerah MalangMetode pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode wawancara dan observasisebagai metode utama penelitian. Analisis data adalahproses mengatur urutan data, mengorganisasikannyake dalam suatu urutan pola, kategori dan satuuraian dasar (Patton dalam Poerwandari, 2001).Permasalahan yang muncul akan dianalisis denganmenggunakan empat unsur sebagai satu sistemyaitu, survey, reduksi data, penyajian data danpenarikan kesimpulan.
HASILAnalisis data menunjukan bahwa kedua remaja
yang mengalami broken home tersebut memilikigambaran konsep diri yang berbeda-beda. Secarakeseluruhan konsep diri dapat dibagi menjadi dua,yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif.Berdasarkan hasil wawancara maupun observasiterhadap kedua subek tersebut, secara garis besarkedua subjek menunjukan konsep diri yang mengarahpada konsep diri positif.
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadapdirinya sangat memengaruhi individu dalammenafsirkan pengalamannya.Sebuah kejadiandapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh tiapindividu, karena masing-masing mempunyai sikapdan pandangan yang berbeda terhadap diri sendiri(Pudjijogyanti, 1993). Konsep diri yang dimilikiindividu dilakukan dari proses belajar dengan melihatreaksi-reaksi orang lain terhadap perbuatan yangtelah dilakukan, melakukan perbandingan dirinyadengan orang lain, memenuhi harapan-harapan oranglain atas peran yang dimaninkan serta melakukanidentifikasi terhadap orang yang dikaguminya(Hurlock, 1997). Kondisi broken home yang dialamikedua remaja tersebut ditafsirkan secara berbedaoleh masing-masing individu dan setiap pengalamanyang menyertai hal itu ditafsirkan secara berbedaolehnya sehingga menghasilkan pembentukan konsepdiri yang berbeda meskipun akhirnya kedua subjekmengarah pada konsep diri yang positif.
KESIMPULANKonsep diri etik-moral subjek keduanya
mengarah ke konsep diri positif.Konsep diri fisikkedua subjek sama-sama mempunyai anggota tubuhyang lengkap, mempunyai tinggi badan yang tidakterlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, bertubuhsedang tidak gemuk dan tidak kurus, mempunyaiwarna kulir sawo matang, dan mempunyai paraswajah yang cantik.Konsep diri sosial subjek 1 dan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994),keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluargainti). Lingkungan keluarga memberikan pengaruhbesar terhadap perkembangan jiwa anak. Keluargamerupakan unit sosial terkecil yang memberikanpondasi primer bagi perkembangan anak.Sedanglingkungan sekitar dan sekolah hanya memberikannuansa pada perkembangan anak.Karena itubaik-buruknya struktur keluarga dan masyarakatsekitar memberikan pengaruh baik atau buruknyapertumbuhan kepribadian anak (Gunarsa danGunarsa, 1995 dalam Kartono, 1992).Ada beberapafungsi keluarga yaitu sebagai tempat bernaungyang teduh, tempat belajar, tempat menjalinkomunikasi, tempat kesenjangan, dan tempatbelajar beribadah.
Broken home merupakan kondisi dimanakeluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaktidak lagi bersatu. Ayah dan ibu secara ideal tidakterpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakantanggung jawab sebagai orang tua dan mampumemenuhi tugas sebagai pendidik. Konsep diri yangterjadi pada remaja yang keluarganya mengalamibroken home tentunya membuat mereka memilikirasa minder, tidak percaya diri, takut, malu dansebagainya. Tentunya hal ini akan membuat seorangremaja mengalami tidak nyaman dengan kondisitersebut yang pada kenyataannya dialami terhadapkeluarganya. Mungkin ada beberapa yang terkesanbiasa saja dan menjalin hidup dengan kondisidemikian serta tetap tabah atau sabar.
METODEUntuk mendapatkan pemahaman mendalam
dan khusus atas suatu fenomena serta untukmemahami manusia dalam segala kompleksitasnyasebagai makhluk yang subjektif, maka pendekatankualitatif adalah pendekatan yang paling sesuaiuntuk digunakan (Poerwandari, 2001). Dalampenelitian kualitatif juga digunakan analisis induktifdimana peneliti tidak memaksa diri untuk hanyamembatasi penelitian pada upaya menerima ataumenolak dugaannya, melainkan mencoba memahamisituasi (make sense of the situation) sesuai denganbagaimana situasi tersebut menampilkan diri.
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yangmengalami broken home di UIN Maulana Malik IbrahimMalang. Sedangkan teknik pengambilan sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalah randomsampling dengan kriteria sebagai berikut:a.Subjek seorang remajab.Dari keluarga broken home
Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 201454
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Pardede, Y. 0. K. 2008. Konsep Diri Anak Jalanan
Usia Remaja. Jurnal Psikologi. Volume 1 No.2Juni 2008.
Poerwandari, E. K. 2001. Pendekatan Kualitatifdalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LembagaPengembangan Sarana Pengukuran dan PendidikanPsikologi Universitas Indonesia.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2003. Life Span Development(edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.
Stuart, G. W & Sundeen, S. J. 1998. Buku SakuKeperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Vitasandy, Tutut Dian a Zulkaida, A. 2010. KonsepDiri Pria Biseksual. Jurnal Psikologi Volume3.No.2.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan;Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan KonsepDiri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.Bandung: Aditama.
Baron, Robert ft Byrne. 2004. Psikologi Sosial (edisikesepuluh). Jakarta: Erlangga.
Calhoun, F & Acocella, J. 1995.Psikologi TentangPenyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan(edisixketiga). Semarang: IKIP Semarang.
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Gunarsa, Singgih & Singgih, Yulia, D. G. 1983.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. 1997. Psikologi Perkembangan : SuatuPendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta: Erlangga.
Keliat, Anna. 2009. Gangguan Konsep Diri. Jakarta:
Adapun untuk remaja yang mengalami brokenhome keadaannya tidak selalu berkonotasi negatif,seseorang yang berlatar belakang broken home bisamemiliki banyak prestasi yang tinggi.Percaya diriyang tinggi, dan mampu mengembangkan potensidiri dengan rajin dan dapat mengasah keterampilan.Mengikuti kegiatan organisasi atau kegiatan yangmelibatkan diri untuk berperan dalam kelompok.Menjalin komunikasi yang baik dan terbuka denganketuarga.
subjek 2 sedikit berbeda.Akan tetapi masyarakatmempunyai penilain sendiri terhadap kedua subjek.Subjek 1 lebih dipercaya dan diberi kebebasanberteman dengan siapapun.Subjek 2 kurang bisaberadaptasi atau bergaul dengan masyarakat, olehkarenanya masyarakat menilai subjek 2 lebih cuekatau sedikit sombong.Konsep diri keluarga subjek1 dan subjek 2 mengarah ke positif.
55Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014
Menghindari format penulisan model tesis ataudisertasi agar tidak terkesan formal. Muqadimahmaksimal ditulis tidak lebih dari 3 paragraf.Kerangkakerja teoritik (conceptual framework).Mendeskripsikan kerangka kerja teori penelitiansecara padat dan penurunan hipotesisnya (jikaada). Ditulis secara lahgsung menjadi satu kesatuan(tidak terpisah).Metode. Mencakup; sampel, instrument (alatpenelitian) dan langsung dijelaskan analisis validitasdan reliabilitas, prosedur penentuan respondenatau tatacara pengambilan data dan informasiteknik analisis data.Hasil. Mendeskripsikan cakupan hasil analisisstatistik untuk menjawab pembuktian hipotesismayor atau minor.
Diskusi. Memungkinkan verifikasi teori ataumemperkuat dengan membandingkan teori,membahas dialektikan sub-sub variabel hasil analisis,membuat penegasan, menyarankan variabel tertentukarena alasan khusus dengan cara memperluas ataumemper5empit kaidah atau sampai batas menyusunteori dari temuan penelitian.Kesimpulan. Menegaskan pencapaian tujuan dankesimpualn terhadap pembuktian hipotesis dan saranuntuk pemanfaatan hasil penelitian dan bentuktidak lanjut bagi penelitian selanjutnya.Kategori penulisan opini ilmiah (theoritical overview),disarankan agar penulis menyajikan kerangka teori-teori yang lebih bam dan menyertakan pendapatpribadi dalam ulasan berbentuk diskusi.Bagi penulisyang berminat untuk meninjau buku (resensi)juga disertakan sejumlah kelebihan, manfaat dantimbangan kritis terhadap kekurangan dari pemikirandalam buku yang sedang ditinjau.
SubmissionPsikoislamika, Jurnal Psikologi Islam (JPI) untukedisi mendatang. Redaksi mengundang kepada parapakar atau peneliti untuk ikut menjadi kontributorbagi pengembangan psikologi Islam dari berbagaiperspektif kajian (interdisipliner), terutamapengembangan psikologi Islam yang berorientasikepada pengembangan khazanah kesehatan mentalmelalui eksplisitasi nilai-nilai islam dan untuk tujuankemaslahatan umat li kulli zaman wa makan.
/MANUAL PENULISAN
Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam (JPI)menerima tulisan berupa hasil penelitian, artikel,dan resensi buku, dalam bahasa Indonesia maupunInggris, dengan ketentuan sebagai berikut:1.Naskah bersifat orisinil dan belum pernah 1.
dipubllkasikan dalam media lain.2.Dapat dikirim melalui email dengan panjang
2. tulisan antara 4500-5000 kata.3.Naskah untuk resensi buku tidak lebih 1000 3.
kata.
4.Sumber kutipan dan rujukan dicantumkan 4.secara jelas dengan menggunakan in note,disertakan dengan tatacara penulisan APA(American Psychological Association) ataudapat menggunakan fasilitas penulisan rujukandi Microsoft Office.
5.Naskah yang akan dipublikasikan, terlebih 5.dahulu diputuskan melalui dewan redaksi dan baginaskah yang diterima akan dikomunikasikan lebihlanjut. Tulisan tidak memenuhi kualifikasi dewanredaksi, pengirim naskah akan diberitahu namuntanpa mengembalikan naskah aslinya.
6.Bagi naskah yang diterima, penulis diharapkan6.memenuhi beberapa kriteria yang telahditentukan oleh redaksi. Oleh karena itu,penulis naskah diharapkan memenuhi standaraturan penulisan yang telah ditentukan ataumelakukan revisi jika dewan redaksi memberikanumpan balik.
7.Menyertakan curiculum vitae singkat (maksimal7.50 kata), jabatan/pekerjaan sekarang, namalembaga tempat bekerja, nomor telepon danalamat email penulis.
Sistematika dan isi naskah untuk penelitian memuatsejumlah kriteria subjudul sebagai berikut:
Abstrak. Memuat setidaknya tujuan, teori, metode,analisis dan kesimpulan hasil penelitian. Ditulisdalam bahasa Inggris untuk tulisan yang berbahasaIndonesia dengan komposisi maksimal 150 kata dandisertai katakunci.Muqadimah. Memuat latarbelakang masalah dan tujuanpenelitian terkait dengan penelitian sebelumnya.