konsep islam dalam menghapuskan perhambaan

Upload: hilman-fikri-azman

Post on 07-Jul-2018

240 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    1/255

     

    KONSEP ISLAM DALAM MENGHAPUSKAN

    PERBUDAKAN

    (Analisis Tematik Terhadap Hadits-Hadits Perbudakan)

    DISERTASI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

    Gelar Doktor Dalam Ilmu Agama Islam

    Disusun OlehT A S B I H, M.AG.

     NIM: 01.3.00.1.05.01.0058

    PROMOTOR:

    PROF. DR. H. NASARUDDIN UMAR, MA.

    DR. H. SAHABUDDIN, MA.

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2008 M/1429 H

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    2/255

     

    SURAT PERNYATAAN 

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

     Nama : T a s b i h, M.Ag. Nim : 01. 3. 00. 1. 05. 01. 0058

    Tempat/Tgl. Lahir : Ulusalu Kab. Luwu, 08 Mei 1970Alamat : Jln. Gelatik No. 1 (Fakultas Ushuluddin IAINSultan Amai Kota Gorontalo)

    Pekerjaan : Mahasiswa S3 Sekolah Pascasarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta,

    menyatakan dengan sebenarnya bahwa Disertasi yang berjudul: Konsep Islam

    dalam Menghapuskan Perbudakan (Analisis Tematik Terhadap Hadits-Hadits

    Perbudakan)   adalah benar-benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang

    disebutkan sumbernya. Segala kesalahan dan kekeliruan yang terdapat di dalamnyasepenuhnya menjadi tanggungjawab saya; dan apabila di kemudian hari ternyata

    tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi berupa pencabutan gelar.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Jakarta, 29 Mei 2008 MYang Membuat Pernyataan,

    T a s b i h, M. Ag. Nim. 01.3.00.1.05.01.0058

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    3/255

     

    SURAT PERSETUJUAN

    Disertasi berjudul Konsep I slam dalam Menghapuskan Perbudakan (Anal isisTematik Terhadap Hadis-Hadis Perbudakan)   yang ditulis oleh Tasbih, NIM:

    01.3.00.1.05.01.0058, telah diperbaiki berdasarkan saran dan koreksi pembimbing,maka disetujui untuk dibawa ke sidang ujian promosi.

    Demikian untuk dimaklumi.

    Jakarta,

    Pembimbing I,

    Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. (…………………………….)

    Pembimbing II,

    Dr. H. Sahabuddin, MA. (…………………………….)

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    4/255

     

    SURAT PERSETUJUAN

    Disertasi berjudul Konsep I slam dalam Menghapuskan Perbudakan (Anal isis

    Tematik Terhadap Hadis-Hadis Perbudakan)   yang ditulis oleh Tasbih, NIM:01.3.00.1.05.01.0058, telah diperbaiki berdasarkan permintaan Tim Penguji pada

    Ujian Disertasi Pendahuluan tanggal 28 Pebruari 2008, maka disetujui untuk dibawake sidang ujian promosi.Demikian untuk dimaklumi.

    Jakarta,Tim penguji:

    1. Dr. H. Ujang Thalib, MA. (………………..…………..)(Ketua/ Penguji)

    2. Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA. (…………..……………….)(Anggota)

    3. Prof. Dr. Sutjipto (……………..…………….)(Anggota)

    4. Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. (…………….….………….)

    (Anggota)

    5. Dr. H. Sahabuddin, MA. (………………..………….)(Anggota)

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    5/255

     

    KATA PENGANTAR  

    "$%'( )+$%'( -( ".  

    /013#  )35#%+'(6   7/3809( :%;

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    6/255

     

    yang telah banyak memberikan arahan dan koreksi terhadap disertasi ini; jasa

     beliau-beliau amat berarti bagi diri penulis.

    4.  Rektor dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Demikian juga seluruh staf dan karyawannya atas pelayanan akademiknya.

    Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Kepala dan karyawan

    Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta atas pelayanan tulusnya.

    5.  Para Guru Besar dan seluruh dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Kehadiran mereka telah membuka wawasan dan

    kesadaran intelektual baru dalam memperluas cakrawala ilmu keislaman

     penulis.

    6.  Kepala dan staf Perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo dan

    Perpustakaan Umum UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan

     pelayanan dan fasilitas sehingga literatur yang dibutuhkan untuk penulisan

    disertasi ini dengan mudah dapat diperoleh.

    7.  Kepada kedua orang tua penulis, yang telah bersusah payah mengasuh,

    mendidk dan mengarahkan anak-anaknya untuk tidak berhenti belajar. Selain

    itu, doa dan harapannya memiliki tempat tersendiri dalam diri penulis.

    8.  Kepada istri tercinta Andi Saidah Hafid, M.Ag. dan ketiga putra-putri

    tersayang, Wika Tazkirah Tasbih, Muhammad Zaky Abdullah Tasbih dan

    Syarifah Ummi Kalsum Tasbih. Mereka telah banyak mendorong dan

    memberikan motivasi selama penulis kuliah. Khususnya ketiga putra putri

    tersayang, waktu bermainnya dan hak mendapatkan perhatian telah banyak

    tersita oleh kesibukan penulisan disertasi ini. Doa dan harapan agar mereka

    kelak lebih baik daripada ayahnya.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    7/255

     

    Kepada Allah swt. semata penulis bermohon kiranya seluruh bantuan

    mereka itu bernilai ibadah dan mendapatkan balasan di sisiNya.  Amin Ya Rabbal

      Alamin. 

    Jakarta, April 2008 M

    Penulis,

    T a s b i h, M. Ag.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    8/255

     

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    ( ARAB   LATIN ) 

    KonsonanVokal Pendek

    !  = a

    "  = I

    #  = u 

    Vokal Panjang

    /IJ \=IJ   = â

    KL  = î

    K6   = û 

    Diftong 

    (  = a

    E   = b

    M   = t

    N   = ts

    O  = j

    P  = h 

    Q  = kh

    2   = d

    R   = dz

    &   = rS   = z

    T   = s

    U   = sy

    V   = sh 

    W   = dh

    X   = th

    Y   = zh

    Z  = [ 

    \  = gh

    :   = f  

    ]   = q

    ^   = k

    _   = l

    !   = m*   = n

    6   = w

    `  = h

    L  - y

    $%!&  = aw 

    $'!&  = ay 

    Hal-hal khusus

    1.  Ta!   marbûthah  ( A  ) jika terdapat di dalam kalimat ditulis t , dan jika

    terdapat di akhir kalimat ditulis h.

    2.   Alif lâm ( _(  ) selalu ditulis dengan (al -) meskipun huruf yang

    menyertainya adalah syamsiyyah maupun qamariyyah.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    9/255

     

    3.  Tasydîd ( bbb   )  seperti ]%c+'(  bE& , d41F'(1b3G , dan lain-lain, ditulis dengan

    mengetik ganda huruf yang di-tasydid -kan (rabb al-masyriq, jayyid al-

    hadîts).

    4.  Kata-kata yang sudah baku ditulis tanpa mengikuti pedoman transliterasi,

    seperti : al-Qur ean, hadis, dan lain-lainnya.

    5.   Hamzah ( " ) ditrulis dengan apostroph (e) bila berada di tengah atau akhir

    kata saja.

    6.  Kata ).(  bila berada di awal nama ditulis Ibn, sedang kalau berada di tengan

    ditulis bin 

    7.  Ya al-Nisbah ditranliterasi dengan î, seperti al-Asfahânî. 

    SINGKATAN

    ed. = EditorH. = Hijriah

    h. = halaman

    hh. = halaman-halamanHR = Hadis RiwayatM. = Masehira. = /fg? -( hi& ,Hg? -( hi& ,fg? -( hi&   QS. = Qur ean Surahsaw. = 5#6  H35? -( =5C  swt. = ='/Dj6  H0/k#  tth. = tanpa disebutkan tahun terbitttp. = tanpa disebutkan tempat terbitw. = wafat

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    10/255

     

    ABSTRAK

    Disertasi ini membuktikan ketidakbenaran bahwa Islam melegalkan perbudakan. Philip K. Hitti misalnya, mengatakan bahwa Islam sebenarnya

    melanjutkan lembaga perbudakan Arab Kuno, bahkan melegalkannya. AbdullahAhmad al-Naeîm mengatakan bahwa Islam mengakui perbudakan sebagai sebuahinstitusi, tetapi mengharuskan pembebasannya dengan berbagai cara; tapi sejauh itutidak ada nash yang secara tegas melarangnya. Setelah mengungkap bagaimanakonsep yang diterapkan Rasulullah saw. dalam mengatasi perbudakan, dapatdisimpulkan bahwa Islam tidak melegalkan perbudakan. Bahkan, Rasulullah saw.

    telah melakukan reformasi sosial terhadap sistem perbudakan. Misalnya, statushamba sahaya pada masa Rasulullah saw. tidak lagi sama dengan status merekasebelumnya. Mereka telah mengerti hak dan kewajibannya, mereka telah bebas

     bergerak, bersuara, bahkan bebas menentukan nasib dirinya.Beberapa tulisan sebelumnya turut membantah bahwa Islam melegalkan

     perbudakan. Antara lain: Syubhât Hawla al-Islâm (Beirût: 1973) oleh MuhammadQuthub. Ia mengatakan bahwa ada beberapa ajaran Islam yang dipahami secarakeliru oleh beberapa kalangan sehingga pengertian yang mereka peroleh bertolak

     belakang dengan maksud Islam yang sebenarnya. Ajaran yang disalahpahami ituantara lain masalah perbudakan. The Spirit  of Islam, A History of The Evaluation an

     Ideals of Islam with a Life of Prophet (New Delhi: 1978) oleh Sayyed Ameer Ali.

    Ameer Ali mengatakan, anggapan sebahagian orang bahwa Islam melegalkan perbudakan muncul karena dipicu oleh ketidakpekaan terhadap substansi ajaranIslam, sejarah sosial masyarakat Arab sebelum kedatangan Rasulullah saw., dan

    kegagalan kaum muslimin menjelaskan masalah perbudakan. Nizhâm al-Riqqi fî al- Islâm (Yordania: 1984) oleh Abdullah Nashih Ulwan. Ulwan berkesimpulan bahwa

    Rasulullah saw. sebenarnya telah mengeringkan semua sumber perbudakan kecuali perang  syar ! i; bahkan telah berhasil memerdekakan budak melalui aneka saranayang progresif dengan prinsip-prinsip hukum yang cemerlang.

    Tulisan-tulisan di atas tidak secara khusus membahas masalah perbudakan

    kecuali Ulwan. Tapi Ulwan lebih banyak mengungkap bagaimana cara Islammembebaskan budak, sehingga dalam beberapa hal terdapat persamaan. Karena

    disertasi ini difokuskan untuk mengungkap pesan moral yang terkandung dalamhadits bahwa sesungguhnya Islam tidak melegalkan perbudakan, maka dengan

    sendirinya memiliki banyak perbedaan terutama cara dan pendekatan yangdigunakan.

    Sumber utama disertasi ini adalah hadits-hadits tentang perbudakan yangditelusuri melalui kutub al-tis! ah.  Hadits-hadits perbudakan tersebut dihimpundengan metode tematik. Selanjutnya dianalisis dengan pendekatan histories

     berdasarkan prinsip dasar ajaran Islam, yaitu prinsip kemanusiaan, kebebasan, persamaan dan keadilan.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    11/255

     

    ABSTRACT

    This dissertation discloses the untruth fact that Islam legalizes slavery.

    Phillip K. Hitti for example, states that Islam preserves the institution of ancientArab slavery, and even legalizes it. Abdullah Ahmad al-Naeim, on the other handadmits that Islam does recognize slavery as institution, and stipulates its disciples

    to liberate the slaves in various ways; yet, so far there is no single verse that

    definitely forbids the practice. After disclosing the concept applied by the

    Prophet in resolving slavery issue, it can be concluded that Islam, as a mater of

    fact, does not legalize slavery. The Prophet himself undertook a social reform on

    the system during his Prophetic mission. For example, the status of a slave in the

    era of the Prophet (pbuh) was no longer the same as before. The slaves were toldabout their rights and responsibilities, they were free to move, to speak, and even

    to decide their own fate.

    Some previous works share arguments that Islam legalizes slavery.

    Among others: Syubhat Hawla al-Islam (Beirut: 1973) by Muhammad Quthub.

    He declares that there are teachings of Islam which are misunderstood by some

     people, so that they get a sort of understanding which is actually in reverse to thereal meaning of Islam. The misunderstood teachings are among others

    concerning slavery. Sayyid Ameer Ali in The Spirit of Islam, A History of The

     Evaluation an Ideals of Islam with a Life of Prophet   (New Delhi: 1978) states

    the accusation that Islam legalizes slavery is due to the misinterpretation of people on the substance of Islamic teachings, socio historical of Arabian

    community prior to the Prophet era and the failure of Moslems in countering the

    issue of slavery. Nizham al-Riqqi fi al-Islam (Jordan: 1984) by Abdullah Nashih

    Ulwan concludes that Prophet Muhammad (pbuh) drained out all sources of

    slavery but the war of  syar ! ie; The Prophet even had liberated slaves progressively in line with brilliant legal principles.

    The aforementioned works do not specifically elaborate slavery cases

    except the work of Ulwan. Yet, Ulwan discusses more on how Islam deals with

    slavery. Since this dissertation focuses on moral themes found in Hadits that

    Islam does not legalize slavery, there are consequently some differences particularly in the methods and approach used.

    The primary source of this dissertation is Hadits on slavery searched

    through the kutub al-tis! ah. The mentioned Hadits is compiled by using thematicmethod. Furthermore, they are analyzed using historical approach based on the

     principles of Islamic teachings namely, humanity, liberty, equality and justice.

     ,

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    12/255

     

    ix

    !"#$ %&'(  

    !"#$  %&'(")* +, -./0$ 12 345#$  %67  -8' 9:' ;   %?("@A$  BC  z( +M. 

    %5MG/ !Gn## *  g8' DG\  

    DG\< 

    12 

    .fGH ;* -./0$ B*$kT  GP $ HG\YP$ [Sn#$ + 85>  ,2 a*# Z   G - UGJ@G .  GwSF /G\#$ $ WM  GSwSF

    v5&5 $ [Sn#$.GJ@G .  GwSF  GSwSF 0 I#$  %&*./0$ [GWY#$(!"#$  %& 1 H v  z 9 w:}P$ +)F(  U[:/( c&:' ^$ 9:7 34/"#$ %OWM +QH :"W#$.

     ;" .T(E !"#$  F  GH9$  )I 1$4:' l7G` ^$ 8QW#)U1*kA$&'2" $ s2 !"#$ 3 MG\* 3 & ? prnN 8H [:/( c&:' ^$ 9:7 34/"#$

    g"

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    13/255

     

    ix

    LG&RA$ $ WM z cQ)#$ cN(T c&F 8N4Z .;' p)j#$ 9:' iq">  %?("@A$ BC  GS F ̀yF U!"#$ +, s -./0$ 1tM %\&QP$ oZ *G?A$ z g*k$4#$ %&5: G$ +fG/"#$# P$  ;'  X. G$  cN(T  ;*  $dOq o6Q#$ >4:/tM  B :WYZ   Gw&F  %7G .(  U%5MG}#$  !Gn#

    c&F 3 QYP$ + .8P$( . 

    GS& " 5Y}Z   I#$(  !"#$  ;' oZ *G?A$  v

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    14/255

     

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………. iSURAT PERNYATAAN………………………………………………… .. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. iiiPERSETUJUAN TIM PENGUJI………………………………………….. ivPEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………… v

    ABSTRAK…………………………………………………………………. viiKATA PENGANTAR………………………………………………... …... xDAFTAR ISI………………………………………………………………. xiii

    BAB I. PENDAHULUAN ………………………………..…........... 1A. Latar Belakang Masalah ………………………………... 1B. Permasalahan…………………………………….............

    1. Identifikasi Masalah …………………………………..

    2. Batasan Masalah……………………………………….

    3. Rumusan Masalah …………………………….............

    15151616

    C. Kajian Pustaka ..……………………...…………………

    D. Kerangka Teori…………………………………………..

    16

    19E. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 24F. Signifikansi ………………………………………........... 25

    G. Metode Penelitian ………………………………………. 25H. Sistimatika Penulisan …………………………………... 28

    BAB II. WACANA PERBUDAKAN DALAM PEMIKIRAN

    ISLAM …………………………………………………….. 31

    A. Pengertian……………………………………………….. 31B. Sejarah Perbudakan……………………..……………….

    1. Fenomena-fenomena Perbudakan Secara Umum……..

    2. Perbudakan Sebelum Islam: Stratifikasi Sosial

    Masyarakat Arab…………………………………..…..

    3. Perbudakan Setelah Datangnya Islam…………………

    C. Eksistensi Hadits-Hadits Perbudakan……………………

    D. Perbudakan dan Persoalan Kemanusiaan: Sebuah

    Problem Syarieah……………………………………….

    35

    35

    495463

    68

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    15/255

     

    xiv

    BAB III. LANDASAN PARADIGMATIK MEMAHAMI HADITS-HADITS PERBUDAKAN………………………………….A.  Prinsip-Prinsip Dasar…………………………………...

    1. Prinsip Kemanusiaan………………………………..

    .  2. Prinsip Kebebasan ………………………………….

    .  3. Prinsip Persamaan ………………………………….

    .  4. Prinsip Keadilan ……………………………………

    B.  Optimalisasi Kritik Hadits……………………………...

    1.  Hadits Sebagai Salah Satu Sumber Otoritatif Ajaran

    Islam………………………………………………..

    2.  Keterlambatan Kodifikasi Hadits…………………..

    3.  Timbulnya Pemalsuan Hadits………………………

    4.  Proses Tadwîn (Penghimpunan) Hadits…………….

    C.  Alternatif Pendekatan…………………………………..1.  Pendekatan Historis………………………………....2.  Pendekatan Antropologis…………………………...3.  Pendekatan Rasional………………………………..

    83

    83

    83

    87

    93102109

    110113

    117

    118

    127

    129

    133137

    BAB IV. ANALISIS TEMATIK ATAS HADITS-HADITSPERBUDAKAN …………………………………………… 140A.  Term-Term Perbudakan dalam Hadits………….............

    B.  Upaya-Upaya Rasulullah saw. dalam MengatasiMasalah Perbudakan …………………………………..

    140

    160

    1.  Upaya Moral ……………………………………….

    2.  Upaya Yuridis ..…………………………………….

    3.  Upaya Politik……………………………………….

    160183

    192

    C.  Perbudakan Masa Kini: Sebuah Implikasi……………... 205

    BAB V. PENUTUP ………………………………………………….A.  Kesimpulan …………………………………………….B.  Implikasi ……………………………………………….

    217217221

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 225

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    16/255

     

    BAB I

    PENDAHULUAN 

    A. Latar Belakang Masalah

    Perbudakan adalah salah satu rintangan serius bagi keinginan manusia

    untuk hidup secara bebas. Meskipun hal itu pernah dipratekkan semua peradaban

     besar manusia di sepanjang sejarah, perbudakan dalam arti kepemilikan yang

    terlembaga dan sah atas manusia sebagai barang dagangan, pada akhirnya dilarang

    dan dikutuk secara universal, karena dinilai tidak sejalan dengan prinsip-prinsip

    kemanusiaan.1 

    Salah satu faktor yang masih menjadi tantangan dalam mendakwahkan

    Islam sebagai agama kemanusiaan,2

      ialah masalah perbudakan. Islam dinilai oleh

     banyak pihak, khususnya oleh kalangan orientalis3  sebagai agama yang tidak

    1Mc Dougal, Miles S. Harold D. Lasswell, dan Lunchu Chen,  Human Rights and World Public Order (New Haven: Yale University Press, 1980), h. 473

    2QS. al-Rûm (30) : 30.

      !!  ! !"  " " # " "#  $#%& !$! !'# %$ ( !) "  % & $   &%  ' "( !!&) '** ' + (' '*%  ' ! ( ! !(   ,# ))' '*#  ) + * ,  * - % -  Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yangtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

    3Yang dimaksud Orientalis di sini adalah Sarjana Barat non-muslim yang sengaja

    mempelajari Islam dan dunia Islam dengan niat yang tidak tulus atau bahkan sengaja mencari

    kelemahan Islam. Komaruddin Hidayat dalam kata pengantar Oksadentalisme:Sikap Kita Terhadap Barat, karya Hasan Hanafi, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. xiv, menyatakan bahwa kajian yang

    mereka fokuskan bisa berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, ilmu etnografi,kesusastraan, dan kesenian. Muin Usman, Orientalisme dan Studi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

    1978), h. 8. Ia mengatakan bahwa dalam melakukan studi tentang ketimuran khususnya hadits, seringmengeralkan kesimpulan dengan sikap skeptis mereka sehingga seringkali hasil yang dikeluarkan

    adalah penolakan atas hadits karena dianggap sebagai sesuatu yang palsu dan akal-akalan para

    muhadditsîn semata.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    17/255

     

    2

     berperikemanusiaan. Sedangkan di Inggris dan Amerika Serikat misalnya, gerakan

    sosial memberi pengaruh kuat dalam upaya penghapusan perbudakan.4 

    Menurut Muhammad Quthub, ada beberapa ajaran Islam yang dipahami

    secara keliru oleh non-muslim sehingga pengertian yang mereka peroleh bertolak

     belakang dengan maksud Islam yang sebenarnya. Ajaran yang disalahpahami itu

    antara lain adalah masalah perbudakan.5  Bahkan, pemikir Islam kontemporer pun

    ada yang memperkuat dugaan itu. Abdullah Ahmed al-Naeîm misalnya, ia berkesimpulan bahwa Islam tetap mengakui perbudakan sebagai sebuah lembaga

    yang dilindungi hukum. Selanjutnya ia mengatakan, penting untuk dikemukakan

    kalau perbudakan telah dilarang di dunia muslim melalui hukum sekuler, bukan atas

    dasar syariah, dan bahwa syariah tidak menolak pelembagaan kembali perbudakan

     berdasarkan kondisi-kondisi yang memungkinkannya, menyangkut sumber-sumber

     budak, dan kondisi-kondisi untuk memperlakukan mereka. Walaupun sebagian besar

    umat Islam merasa tidak setuju terhadap perbudakan, namun perbudakan tersebut

    masih menjadi bagian dari hukum agama.6 

    Ungkapan senada juga dikemukakan oleh Muhammad Arkoun berkaitan

    dengan hak dan kebebasan manusia. Ia mengatakan bahwa meskipun kaum

    muslimin kontemporer telah menunjukkan perhatian terhadap hak dan kebebasan

    manusia, dengan berusaha menjelaskan bahwa acuan asli budaya yang didasarkan

    4John Markoff, Waves of Demokracy, Social Movements and Political Change, terj. Ari

    Setyningrum dengan judul lGelombang Demokrasi Dunia: Gerakan Sosial dan Perubahan politik m (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 39.

    5Selain perbudakan, menurut Quthub, hal-hal yang masih disalahpahami adalah persoalan

    zakat, hak-hak perempuan, pengharaman riba, pelapisan sosial, dan pengaturan hubungan seksual.

    Selanjutnya lihat Muhammad Quthub, Syubhât Haula al-Islâm, (Beirut: Dâr al-Syurûq, 1973), h.105-109.

    6Abdullah Ahmed al-Naeîm, Syariah dan Isu-Isu HAM, dalam Charles Kurzman, Ed.lWacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-Isu Globalm  (Jakarta:Paramadina, 2001), h. 381. Bandingkan dengan pernyataan V.S. Naipul. Naipul mengatakan bahwakaum muslimin panik oleh keyakinan mereka yang membingungkan. Seperti yang dikutip oleh

    Akbar S. Ahmed dalam buku  Discovering Islam, Making Sense of Muslim History and Societ,

    terjemahan Zulfahmi Andri dengan judul lMembedah Islamm, (Bandung : Pustaka, 1997), h. 1.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    18/255

     

    3

     pada hak asasi manusia berasal dari al-Qur ean dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad

    saw., akan tetapi menurutnya, masalah tersebut masih merupakan suatu kesenjangan

    dalam Islam.7 

    Untuk mencari akar dan prinsip dasar hak dan kebebasan dalam Islam,

    Arkoun mengatakan bahwa sejak 1400 tahun silam, Islam telah memberikan hak

    asasi manusia yang ideal. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan kehormatan

    dan harga diri kepada manusia dengan menghapuskan segala macam eksploitasi, penindasan dan ketidakadilan. Hak asasi manusia dalam Islam ditentukan oleh

    Tuhan sebagai pembuat hukum. Mengingat sumber Ilahiyah ini, maka tidak ada

     pemimpin, pemerintah, majelis atau otoritas lain apa pun yang dapat membatasi,

    menghapus atau melanggar hak dan kebebasan yang telah diberikan oleh Tuhan

    tersebut.8 

    Jika diteliti secara cermat, prinsip persamaan merupakan inti dari struktur

    sosial Islam. Persamaan itulah yang menjadi corak konstruksi ajarannya. Islammelindungi hak dan kebebasan manusia; seperti hak hidup, hak milik, hak keamanan

     beragama, jiwa, kehormatan diri, harta dan keturunan, yang biasa diistilahkan

    dengan al-dharuriyyât al-khamsah,9  atau sesuatu yang dianggap sebagai hal yang

    urgen dalam pandangan syariat Islam.

    Pembuat syariat telah menetapkan hukuman yang berat ataupun qishash

    untuk memberikan perlindungan, agar tidak ada pelanggaran terhadap hak dan

    7Muhammad Arkoun,  Rethingking Islam, terj. Yudian W. Asim (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 1996), h. 181. Bandingkan dengan Irene Bloom J. Paul Martin dan Waine L. Proudfood,

     Religius Divercity and Human Rights, (New York : Columbia University Press, 1996), h. 225-237.8Arkoun, Rethinking, h. 182.9Istilah tersebut bermakna lima pilar kebutuhan pokok manusia, yang oleh ulama ushul

    fiqih dianggap sebagai tujuan dari semua yang disyariatkan dalam Islam. Kelima kebutuhan pokok

    itu oleh al-Syâthibî dikategorikan menjadi tiga sesuai dengan tingkat urgensinya masing-masing.Ketiga tingkat dimaksud ialah dharûriyyat, hajjiyyat dan tahsiniyyat. Lihat Abû Ishaq Muhammad al-

    Syâthibî, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syarîah bi Syarh   Abd Allah Darrâs. (Mesir : al-Maktabao  al-Tijâriyyah al-Kubra, t.th.), juz ii, h. 10.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    19/255

     

    4

    kebebasan manusia.10

      Dalam sejarah, Islam terbukti dapat mengembangkan suatu

    masyarakat yang homogen, terpadu, dan tanpa batas.

    Pendapat yang mengatakan bahwa agama dalam semua ruang dan waktu

    melalaikan manusia dari usaha dan perjuangan demi kebebasan adalah bertentangan

    dengan kenyataan sejarah. Justru agamalah dalam berbagai hal menurut Garaudy,

    telah melakukan peran positif dan progresif membebaskan manusia dari berbagai

     penindasan. Garaudy mengambil contoh dari sejarah Islam yang sejakkemunculannya telah melancarkan serangan melawan kebodohan dan bentuk

    kekuasaan absolut.11

      Karena itu, gerakan-gerakan reformasi keagamaan tidak

    mengarahkan usahanya kepada reformasi pemikiran dan lembaga-lembaga

    keagamaan semata, tetapi juga kepada perbaikan dan perubahan kondisi ekonomi

    dan politik. Kritik keagamaan yang diarahkan untuk menghapus segala bentuk

     penindasan adalah harapan-harapan baru bagi manusia yang ingin bebas dari  status

    quo. Kalau demikian adanya, lalu mengapa muncul anggapan bahwa Islam adalah

    agama yang melegalisir perbudakan?

    Anggapan semacam ini muncul karena dipicu oleh ketidak pekaan terhadap

     beberapa aspek; misalnya, tentang substansi ajaran Islam, sejarah sosial masyarakat

    Arab sebelum kedatangan Islam, dan kegagalan kaum muslimin menjelaskan diri

    dan agama mereka, dalam hal ini termasuk masalah perbudakan. Padahal, pada masa

    sebelum kelahiran Islam, perbudakan bukan merupakan soal yang menyedihkan,

    10Yusuf al-Qardhâwî, Min Fiqh al-Dawlah fî al-Islâm, terjemahan Kathur Suhardi, dengan

    Judul lFiqh Daulah dalam Perspektif al-Qur ean dan Sunnahm, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), h.71. dalam tulisan yang lain, al-Qardhâwî mengatakan bahwa sejak Islam menetapkan pembolehan

    kepemilikan pribadi, sejak itu pula ada fenomena, bukti dan jaminan pertama untuk kebebasan,eksistensi, dan kelestariannya. Pada saat yang sama, sebenarnya Islam telah memenuhi dorongan

    fitrah yang murni pada manusia, yaitu kecintaan untuk bebas memiliki. Tulisan tersebut terdapatdalam  Daurul Qiyâm wa al-Akhlâq fî Iqtishâdî al-Islâmî, terj. Didin Hafiduddin dkk. lPeran Nilaidan Moral dalam Perekonomian Islamm (Jakarta: Rabbani Press, 2001), h. 361.

    11Seperti yang dikemukakan oleh Muhsin al-Mayli dalam bukunya  Rujir Gharudi wa al-

     Musykilât al-Dîniyyah, terj. Rifyal Kae bah dengan judul lPergulatan Mencari Tuhan: PerjalananReligius Roger Garaudym (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 132.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    20/255

     

    5

    dan bukan pula soal yang aneh dan tercela. Bahkan filsafat Yunani dengan

    kecemerlangan pikirannya pun meyakini kebaikan sistem perbudakan.12

      Demikian

     juga ajaran-ajaran agama lain yang didukung dan diasuh oleh tukang-tukang tenung

    dan pendeta, tidak pernah mempersoalkan masalah yang satu ini. Di tengah suasana

    masyarakat seperti itulah Rasulullah saw. datang untuk pertama kalinya dalam

    sejarah umat manusia memperdengarkan bahwa semua manusia adalah saudara,

    semuanya mempunyai keturunan yang satu dan sama. Semua manusia mempunyai

    hak dan kewajiban yang sama, mereka diciptakan agar saling mengenal serta saling

    mengasihi, hanya satu yang bisa membedakan antara satu dan yang lainnya yaitu

    taqwa.13

     

    Ketika itu manusia untuk pertama kalinya pula dalam sejarah mendengar

     bahwa kaum budak harus dimerdekakan, dan orang-orang yang hidup sengsara

    harus dibantu keluar dari kehinaan, kelaparan dan kenistaan. Barang siapa yang

    menghendaki keridhaan Ilahi, ia harus mengatasi semua rintangan yang

    menghalangi tujuan itu.14

      Sayangnya, karya-karya muslim kontemporer yang

    12Lihat Ameer Ali, The Spirit of Islam, (Malaysia: Thinker es Library, 1996), h. 159.

    13QS. al-Hujurât  (49) : 13.

    #  ) +  + .    + / % 0, ,# ))' '*#  -1 .. " / 2/  , 3 04  * - "  / 5 !16 2 ' -  7 ! 0.* !  1 1 32#  $*8 / 2/  , 3 4- " 3 "  "#  $#  54 9 63 /5/: 7; 0# % 6 ! !#  $1*8 9  9!#  7# " 3 % 8 !' & )

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    21/255

     

    6

    membahas masalah-masalah hak asasi manusia dalam Islam kurang mempedulikan

    masalah perbudakan dan diskriminasi terhadap perempuan.15

     

    Jika demikian adanya, sebenarnya Rasulullah saw. telah berjasa

    meletakkan prinsip-prinsip yang mengarah kepada penghapusan perbudakan. Hal itu

     bisa terwujud apabila prinsip-prinsip tersebut dikembangkan menurut garis yang

     benar. Muhammad Arkoun mengatakan sebenarnya agama telah melakukan fungsi

    edukatif dan terapeutik yang signifikan selama berabad-abad, hanya sajaefektivitasnya selalu dibatasi oleh penyalahgunaan di tangan-tangan pemimpin

    umat, atau dibatasi oleh kelemahan-kelemahan inheren dalam sistem-sistem budaya.

    Agama seperti halnya bahasa, merupakan suatu kekuatan kolektif yang mengatur

    kehidupan masyarakat. Namun demikian, hanya umat manusia dengan kreativitas

    dan keberanian inovatifnyalah yang bisa memperbaharui dan meningkatkan

    kesempatan bagi pembebasan manusia sendiri. Manusialah yang menjadi subyek

    dalam menentukan sikap dan perilakunya terhadap sesamanya manusia. Selanjutnya,

    manusia pulalah yang akan menjadi obyek, yang akan merasakan segala akibat dari

    hubungan mereka dengan sesama manusia.16 

    Keadilan sosial dalam Islam adalah sebuah kriteria yang kongkrit dan riil

    dari transendensi Tuhan. Persamaan semua manusia di depan prinsip universal,

     bukan hanya sebuah persamaan yang ideal, yang normatif, tetapi juga sebuah

     persamaan yang nyata dan kongkrit. Karenanya, segala bentuk perbedaan di antara

    manusia atas dasar ras, suku dan tingkatan sosial, dianggap bertentangan dengan

     prinsip yang Islami. Diriwayatkan dari Abi Nadrah bahwa orang-orang telah

    mendengarkan khutbah Rasulullah saw. pada hari tasyrie, pada saat itu Rasulullah

    saw. bersabda: Hai sekalian manusia, ketahuilah bahwa Tuhan kalian adalah satu,

    15Lihat misalnya [Ali Abdel Wahid al-Wâfi, lHuman Right in Islamm  dalam  Islamic

    Quarterly, vol 11, 1967, h. 64. Ismail al-Farûqi, lIslam and Human Rightm dalam Islamic Quarterly, vol. 27, 1983, h. 12. 

    16Arkoun Rethinking , h.194. 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    22/255

     

    7

     bapak kalian adalah satu, maka ketahuilah bahwa tidak ada kelebihan antara orang

    Arab dan orang yang bukan Arab, antara kulit putih dan kulit hitam kecuali pada

    taqwanya.17

      Di dalam Islam, barang siapa yang tidur dengan perut kekenyangan

    sementara tetangganya dengan perut yang kosong misalnya, dianggap bukan seorang

    anggota dari masyarakat muslim. Diriwayatkan dari Anas ra., dari Nabi saw, beliau

     bersabda: Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seseorang tidak dianggap

     beriman sampai ia mencintai tetangganya, atau terhadap saudaranya sebagaimana ia

    mencintai dirinya sendiri.18

     

    Peraturan hukum Islam dalam sebuah negara, tidak akan memperoleh

    legitimasi hanya melalui pemeriksaan shalat dan ketaatan formal terhadap hukum,

    tetapi pertimbangan yang utama adalah dari stuktur sosial masyarakat. Ajaran yang

    disampaikan Rasulullah saw. bukanlah agama yang formal dan ritualistik semata,

    tapi lebih dari itu, juga merupakan sebuah struktur soaial politik. Penerapan hukum

    oleh Rasulullah saw., tidak dimulai dari hukum pidana untuk menakut-nakuti kaum

    miskin dengan hukuman potong tangan, tetapi hal itu baru datang kemudian setelah

    17Selengkapnya riwayat tersebut adalah:

    pT/qrg'( /qIfs4I

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    23/255

     

    8

    kaum miskin dan kaum yang tertindas memperoleh haknya melalui pembangunan

    keadilan sosial.

    Memang tidak dapat dipungkiri bahwa konsep universalisme ajaran

    Rasulullah saw. terkadang terbuka pada masalah hubungan antar peradaban.

    Misalnya dengan kebudayaan-kebudayaan lokal dari berbagai kawasan yang dalam

    arti teknis lambat laun mengalami pengislaman. Kenyataan ini menurut Nurcholish

    Madjid tidak dapat dipungkiri karena Islam dilihat dari segi doktrin, adalah bersifatuniversal, namun dilihat dari segi peradaban, Islam terkait dan berintegrasi dengan

    daerah-daerah yang dimasukinya.19

     Islam diturunkan untuk memperbaiki kehidupan

    umat manusia agar berjalan sesuai dengan formulasi yang dapat mewujudkan

    kebaikan berdasarkan petunjuk yang berasal dari ajaran-ajaran wahyu. Akan tetapi

    realitas kehidupan manusia dan perjalanan hidupnya, baik secara individual maupun

    sosial, tidak akan berjalan secara mekanis hanya dengan memberikan penjelasan

    tentang kebenaran yang terkandung dalam wahyu. Mengapa? Karena kehendak

    manusia menempati posisi antara wahyu dan kehidupan nyata, sehingga manusia

    harus berperan aktif di dalamnya. Interaksi itu harus mengikuti syarat-syarat yang

     berkaitan dengannya. Syarat yang penting untuk itu ialah memahami kehidupan

    nyata manusia, mengenali hakikatnya, serta mengetahui sifat dan karakter yang

    membentuknya.

    Di antara kebiasaan yang berlaku, bahwa obyek apapun yang hendak

    diperbaiki, harus memenuhi syarat utama demi kesuksesan perbaikan tersebut, yaitu

    harus bertitiktolak dari pengetahuan mengenai hakikat, sifat dan karakteristik

    sesuatu. Pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan

     perbaikan, penetapan metode, dan sarana yang sesuai dengan sifat dan karakteristik

    obyek yang hendak diperbaiki. Jika tidak didasari pengetahuan seperti itu, maka

    upaya perbaikan akan menjadi semacam uji coba yang banyak mengalami

    19Lihat Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, (Bandung: Mizan, 1995), h. 81.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    24/255

     

    9

    kegagalan. Prinsip-prinsip yang disebutkan di atas lah yang diterapkan oleh

    Rasulullah saw. dalam upaya menghapuskan perbudakan.

    Secara sepintas Rasulullah saw. membolehkan perbudakan. Akan tetapi

    tujuannya adalah untuk membatasi penyalahgunaan sistem tersebut serta mendorong

    untuk hilangnya perbudakan sama sekali dengan keyakinan moral dan keagamaan

    tentang persamaan alamiah seluruh manusia di hadapan Tuhan dan hukum Tuhan.

    Hal itu terbukti pada terobosan Rasulullah saw. memberikan hak-hak kepada budaksekaligus menuntut secara ketat kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi sang

    tuan.

    Keaslian pemikiran Rasulullah saw. tentang perbudakan timbul dari

    konsepsinya tentang manusia dalam masyarakat. Kemerdekaan adalah konsep

    yuridis yang tidak menganggap ringan kehormatan dan kelakuan manusia.

    Kemerdekaan didasarkan bukan karena watak manusia, tetapi atas dasar perintah

    dari Tuhan. Hal ini tidak berarti bahwa perbudakan itu merupakan nasib yang pastidan permanen bagi sekelompok manusia yang rendah dalam esensinya. Perbudakan

    dalam konsep Rasulullah saw. tidak pernah menjadi benda yang bisa

    diperjualbelikan atau dijadikan permainan seperti dalam hukum Romawi.20 

    Dalam sejarah perjalanan Islam, memang telah terjadi jual beli budak, tetapi

     baik al-Qur ean maupun hadits Nabi saw. tidak pernah menyebutkan masalah tatacara

    dan prosedur penjualan budak. Jual beli budak tampaknya tidak pernah terjadi pada

    zaman Nabi Muhammad saw. dan Khalifah yang empat sesudahnya. Akan tetapi perkembangan Islam selanjutnya, jual beli budak terjadi pada zaman Dinasti

    20Pada zaman Romawi kuno, budak-budak tidak hanya disuruh bekerja di ladang-ladang

    atau lahan produktif lainnya, akan tetapi di samping pekerjaan rutin itu, mereka disuruh menghiburtuan-tuan mereka dengan bertaruh nyawa. Budak-budak dijadikan tontonan menarik dengan cara

    mengadu sesama mereka dalam satu perkelahian hidup-mati. Mereka saling bunuh untukmempertahankan hidup mereka masing-masing. Keringat bercucuran, darah mengalir dan mereka

    yang terkapar seperti ayam menyambut kematian, adalah hiburan yang sangat menyenangkan bagi

    tuan-tuan mereka. Lihat Muhammad Quthub, Syubhât, h. 36

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    25/255

     

    10

    Umayyah.21

      Segala macam motif perbudakan yang dipraktekkan orang di Arabia

    sebelum datangnya Rasulullah saw., serta hukum-hukum lama tentang perbudakan

    yang ada pada kebudayaan-kebudayaan lain, pada prinsipnya telah ditolak oleh

     beliau. Pembebasan budak misalnya, terdapat ketentuan yang banyak, yang

    menguntungkan kepada semua budak dan tidak hanya khusus bagi budak muslim.

    Memerdekakan budak adalah wajib kepada orang muslim yang membunuh orang

    karena keliru,22  orang yang memberikan sumpah palsu,23  atau orang yang

    menceraikan istrinya secara tidak sah.24

      Di samping itu hadits Nabi saw.

    memerintahkan memerdekakan budak kepada orang yang menggauli istrinya di

    siang hari pada bulan Ramadhan.25

      Perlakuan yang tidak baik terhadap budak

    merupakan sebab yang cukup untuk memerdekakannya.26

      Seorang budak wanita

    21Robert Roberts, The Social Laws of the Qur ! an, (London: Curson, 1971), h. 54. Memangterjadi pembelian budak pada masa Rasulullah saw. dan para sahabatnya, namun pembelian itu dalam

    rangka membebaskannya, bukan untuk diperbudak atau mencari keuntungan dari pembelian tersebut. 22QS. al-Nisâ (4) : 92.

     5 % 6#  $/: % = ! !#  D3 !6; E 66#  5F ! ( "  /6 ' 0E ' 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    26/255

     

    11

    yang melahirkan anak dari tuannya, ia menjadi merdeka jika tuannya meninggal

    dunia; anak-anaknya adalah anak yang sah dan menikmati hak yang sama dengan

    hak-hak wanita merdeka. Bahkan ketentuan yang tak kalah pentingnya namun

    hampir tidak diketahui secara umum, yaitu si tuan harus bersedia menyetujui

     permintaan budak untuk membebaskan dirinya.27

     

    Di belakang fakta-fakta yang disebutkan di atas, tampaknya perbudakan

    mula-mula timbul ketika tentara pada zaman dahulu menang dan tidak membunuhmusuh mereka yang sudah kalah itu. Akan tetapi memakai tenaga mereka sebagai

     pekerja yang tidak dibayar sebagai suatu ekspresi yang praktis dan material dari hak

     pihak yang menang.28

      Benih dari sistem yang melindungi nyawa para tahanan

     perang berasal dari faktor bahwa Islam telah menjamin keselamatan pribadi budak

    dan mendudukkan mereka dalam kedudukan yang sama dengan orang merdeka

    sehingga pemilik budak tidak punya hak untuk membunuh budaknya. Sebaliknya, ia

    harus memberikan kepada mereka hak-hak dalam hukum bahkan hak menuntut.

    Sudah jelas bahwa perlindungan atas jiwa tahanan perang merupakan kontribusi

    yang orisinal dan progresif dari konsepsi Islam pada waktu itu.

    Mengenai perlakuan yang sesungguhnya, kepercayaan kepada persamaan

    alamiah antara manusia telah memberikan kedudukan khusus bagi para budak

    muslim. Nabi Muhammad saw melarang untuk menunjuk mereka dengan kata-kata

     budak, akan tetapi harus dengan kata-kata saudara atau anak ( gulâm), karena

    27QS. al-Nûr  (24) : 33.

    % %& !% ( & '*#  $% 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    27/255

     

    12

    manusia menjadi hamba hanya kepada Allah. Dalam beberapa peristiwa Nabi

    memperingatkan kepada para sahabatnya bahwa budak-budak itu adalah manusia

    yang sama derajatnya dengan kalian, yang Tuhan mempercayakan di bawah

    tanggungan kalian.29 Manusia yang beriman tidak membenarkan adanya eksploitasi

    manusia terhadap sesamanya. Tidak membenarkan pula adanya penghinaan terhadap

    hak dan martabat manusia serta pembedaan manusia berdasarkan kelas, ras, genetik

    dan sejenisnya. Pembenaran terhadap tindakan-tindakan ini, apalagi melakukannya,

     berarti pelecehan terhadap Tuhan.30

     

    Senada dengan itu, Nurcholish Madjid mengatakan bahwa manusia

    seharusnya melihat ke atas hanya kepada Tuhan sebagai Pencipta dan kepada alam

    seharusnya melihat ke bawah. Sedangkan kepada sesama manusia seharusnya

    melihat mendatar.31

     

    Pertanyaan yang rumit dan terus membayangi beberapa kalangan ialah

    mengapa Rasulullah saw. yang mendukung pembebasan budak dan telah mengambillangkah radikal untuk mencapai tujuan itu tidak mengambil langkah tegas dalam

    menghapuskan perbudakan untuk selamanya?

    Untuk mendapatkan jawaban yang memadai, tentu saja memerlukan

     penelitian terhadap berbagai aspek; misalnya masalah politik, psikologis dan sosial

     budaya dalam praktek perbudakan yang saling bertalian,32  yang dengan alasan

    29Lebih jelasnya lihat pembahasan bab II, khususnya sub A, nomor 1.  

    30J. Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam, Editor Muhammad Tuwah dkk. (Jakarta :Moyo Segoro Agung, 2002), h. 159. Bandingkan dengan John Stott, Issues Facing Cristians Today,terj. G.M.A. Nainggolan, lIsu-isu Global Menentang Kepemimpinan Kristianim  (Jakarta: YayasanKomunikasi Bina Kasih/MF., 1996). H. 277. Dalam buku tersebut Stott mengutip dua buku masing-

    masing The History of Jamaica, yang ditulis pada tahun 1774 oleh Edward Long, dan The Natural History of the Negro Race oleh J. H. Guenebault (1837), mengatakan bahwa kedua buku tersebut

    memuat argumen-argumen bahwa orang-orang Negro dan Jamaika adalah ciptaan Tuhan di bawahtingkat manusia yang kita kenal, tapi masih dalam  species  yang sama. Oleh sebab itu, adalah wajar

    kalau dieksploitasi dan diperjualbelikan seperti harta benda. 31 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta : Paramadina, 1992), h. 97.32Aspek-aspek seperti itulah yang akan digunakan dalam mengkaji dan memahami hadis-

    hadis yang berkaitan dengan perbudakan, yang menjadi fokus utama dalam Disertasi ini.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    28/255

     

    13

    itulah, Rasulullah saw. menunda penghapusannya dengan tegas dan langsung.

    Dalam hal ini Rasulullah saw. tidak bermaksud mengubah sifat manusia. Rasulullah

    saw. justru berusaha untuk meningkatkan peradaban dengan memberikan

    kelonggaran terhadap batasan-batasannya yang tidak bisa dihindari untuk

    membantunya mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi yang, tanpa penindasan atau

    tekanan.

    Semua kebijakan dan perlakuan Rasulullah saw. terhadap budak dan sistem perbudakan kala itu terekam dalam hadits. Keberadaan hadits Nabi saw. dalam

     penerapan ajaran Islam secara keseluruhan tidak dapat dipungkiri. Sementara itu,

    hadits Nabi saw. yang sampai kepada kaum muslimin saat ini dengan berbagai

     bentuk dan coraknya,33 kadang-kadang secara sepintas bertentangan atau tidak

    sesuai dengan konteks zamannya.34

      Oleh karena itu diperlukan upaya untuk

    mendudukkan hadits Nabi saw. tersebut pada porsi yang semestinya, dengan jalan

    mengkaji secara kritis dan akurat. Kajian seperti ini tentunya harus dilakukan

    dengan menggunakan syarat-syarat yang tepat dan memadai.

    Sebagai penjelas atas al-Qur ean, hadits Nabi saw. tentunya muncul sesuai

    dengan posisinya sebagai pedoman bagi para sahabatnya di zamannya. Sepanjang

    kondisi dan latar belakang kehidupan para sahabat tersebut berbeda, maka petunjuk-

     petunjuk yang diberikan oleh Nabi saw. pun berbeda pula. Sementara itu, para

    sahabat pun menginterpretasikan hadits Nabi saw. sesuai dengan kapasitas mereka

    masing-masing, sehingga kesimpulan yang dicapai pun berbeda pula. Hadits

    merupakan interpretasi Nabi saw. yang dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi

    33Bentuk dan corak hadis secara khusus dibahas dalam Ilmu Musthalah al-Hadis. Misalnya

    Taisîr Mustalah al-Hadîts, oleh Mahmud Tahhan (Beirut : Dar Alquran Alkarim, 1972); Nuzhat al-

     Nahzar Syarh Nukhba#   al-Fikr, oleh Syihâb al-Dîn Abû al-Fâdl Ahmad bin [Alî Ibn Hâjar al-Asqalânî (Semarang : Maktabah al-Munawwar, t.th.);  Ulûm al-Hadîts, oleh Abu [Amar Usman binAbd al-Rahman ibn Salah (Madinah al-Munawwarah : al-Maktab al-[Ilmiyyah, 1972); Ulûm al-

     Hadîts wa Mustalâhuhu, oleh Subhi al-Shâlih (Beirût: Dâr al-[Ilmi wa al-Malayain, 1977); dan lain-lain.

    34Lihat Muhibbin, Hadis-Hadis Politik, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 36.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    29/255

     

    14

     para sahabat dalam mengamalkan ayat-ayat al-Qur ean.35  Dengan demikian,

     pengkajian terhadap konteks-konteks hadits merupakan aspek yang urgen dalam

    upaya menangkap makna suatu hadits, untuk kemudian diamalkan.

    Dalam kaitannya dengan upaya pemahaman hadits ini, diperlukan

     pengetahuan yang mendalam atas segala segi yang berkaitan dengan pribadi Nabi

    saw. dan suasana yang melatari terjadinya hadits. Mungkin saja, suatu hadits lebih

    tepat dipahami secara tekstual, sedang hadits lainnya lebih tepat dipahami secarakontekstual. Pemahaman dan penerapan secara tekstual dilakukan bila hadits yang

     bersangkutan telah dihubungkan dengan segala segi yang berkaitan dengannya.

    Pemahaman hadits secara kontekstual dilakukan bila di balik teks suatu hadits ada

     petunjuk yang kuat mengharuskannya dipahami dan diterapkan tidak sebagaimana

    makna tekstualnya.36

    Akhir-akhir ini, muncul dan berkembang sejumlah pendekatan yang

    mungkin dipergunakan dalam mengkaji hadits seperti pendekatan sejarah dan pendekatan antropologi budaya. Namun, persoalan ini sering menjadi kontroversi di

    kalangan masyarakat. Mereka yang menganggap penting bersikap kritis terhadap

    hadits percaya bahwa betapa pun sahihnya nilai suatu hadits, kapasitasnya sebagai

    yang betul-betul diucapkan oleh Nabi saw. tetap d zanni (tidak pasti). Namun, kaum

    35Menurut Muhammad Rasyid Ridha , Nabi Muhammad saw. dalam menjelaskan al-

    Qur ean memiliki sepuluh fungsi, yaitu: 1) Menjelaskan hakikat agama yang meliputi iman kepadaTuhan, hari kebangkitan,dan amal-amal saleh; 2) Menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta

    tugas dan fungsi mereka; 3) Menjelaskan Islam sebagai agama fitrah, yang sesuai dengan akal,

    intuisi, kata hati, dan ilmu pengetahuan; 4) Membina dan memperbaiki umat manusia dalam satukesatuan yang meliputi kemanusiaan, agama, bangsa dan sebagainya; 5) Menjelaskan keistimewaan-keistimewaan Islam dalam hal pembebanan kewajiban kepada manusia, seperti hal-hal yang

    membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, mudah dikerjakan, gampang dipahami, dan

    sebagainya; 6) Menjelaskan prinsip-prinsip dasar berpolitik dan bernegara; 7) Menata kehidupanmaterial (harta); 8)Memberi pedoman umum mengenai perang dan cara mempertahankan diri dari

    agresi musuh; 9) Mengatur dan memberikan kepada perempuan hak-hak di bidang agama, sosial dankemanusiaan pada umumnya; dan 10) Memberikan petunjuk dalam hal pembebasan dan

     pemerdekaan budak. Lihat Muhammad Rasyid Ridha, al-Wahy al-Muhammadiy, (Kairo: al-Maktabao al-Qâhirah, 1960), 126-128.

    36Lihat Muhammad Syuhudi Ismail, Yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma! ani HadisTentang Ajaran Islam Yang Universal, Temporal dan Lokal , (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 6.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    30/255

     

    15

    tradisionalis menentang kuat sikap kritis terhadap hadits dan menyamakan sikap

    semacam ini dengan mengingkari kerasulan Muhammad saw.37

      Meski demikian,

    hadits tetaplah merupakan salah satu sumber utama ajaran Islam yang terpenting

    setelah al-Qur ean.

    Kritik hadits menjadi salah satu bidang kajian keislaman yang, di samping

    menarik, juga signifikan. Hal demikian ditempuh bukan untuk menanamkan sikap

    skeptisisme terhadap hadits, tetapi sebaliknya dilaksanakan justru untuk lebihmendekatkan kepada pemahaman yang benar dan meyakinkan serta dapat

    dipertanggung jawabkan, baik dari dimensi keilmuan maupun keagamaan.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah

    Berkaitan dengan kajian tematik hadits, peneliti akan diperhadapkan kepada

     beberapa masalah.  Pertama,  peneliti diharapkan mengetahui secara pasti apakah

    hadits-hadits yang sedang dibahas itu berkualitas shahih atau tidak. Untuk sampai

    kepada sebuah kesimpulan bahwa hadis tersebut shahih, diperlukan dua obyek

     penelitian yakni aspek sanad dan aspek matan.  Kedua, kalau hadits itu hanya

    dinyatakan shahih dari aspek sanad saja sementara matannya belum, maka langkah

     berikutnya adalah peneliti diharapkan menelusuri faktor-faktor apa yang

    menyebabkan matan tersebut tidak sampai kepada derajat shahih.  Ketiga, setelah

    diketahui status hadits tersebut shahih, langkah selanjutnya adalah peneliti

    diharapkan menemukan pesan moral apa yang dikandung oleh hadits yang

     bersangkutan. Untuk menemukan pesan moral dimaksud, diperlukan berbagai

    metode dan pendekatan.

    37Muhammad Yusuf al-Qardhâwi, lKaifa Nataeaml maea al-Sunnah al-Nabawiahm,terj.Muhammad al-Baqir dengan judul Bagaimana Memahami Hadis Nabi, (Bandung : Kharisma, 1994),

    h. 21. 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    31/255

     

    16

    2. Batasan Masalah

    Beberapa permasalahan yang teridentifikasi di atas, tidak semuanya dibahas

    dalam disertasi ini. Disertasi ini akan dibatasi dengan hanya mengangkat

     permasalahan yang ketiga di atas yakni ingin menemukan apa pesan moral yang

    dikandung oleh hadits-hadits yang berbicara masalah perbudakan. Sesuai cakupan

     judul; disertasi ini akan mengkaji masalah perbudakan dari sudut pandang hadits.

    3. Rumusan Masalah

    Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, maka pokok permasalahan

    yang menjadi fokus kajian dalam disertasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana konsep Islam menghapuskan perbudakan dalam perspektif hadits

     Nabi saw.?

    2. Bagaimana upaya Rasulullah saw. menghapuskan perbudakan?

    3. Bagaimana memahami hadits-hadits perbudakan?

    4. Benarkah Islam yang salah satu sumber hukumnya adalah hadits melegalkan

     perbudakan?

    C. Kajian Pustaka

    Berbagai analisa dan pengkajian telah dilakukan dalam melihat persoalan

     perbudakan. Akan tetapi sejauh penulis ketahui, studi yang secara komprehensifkhusus membahas perbudakan dalam perspektif hadits, belum ditemukan. Terdapat

     beberapa buku yang di dalamnya membahas perbudakan, namun bahasan tersebut

    hanya mengutip beberapa hadits yang menyangkut perbudakan dalam rangka

    menguatkan tesisnya. Buku-buku yang dimaksud antara lain: Syubhât Hawla al-

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    32/255

     

    17

     Islâm,38

      karya Muhammad Quthub. Dalam buku tersebut Quthub berkesimpulan

     bahwa ada beberapa ajaran Islam yang dipahami secara keliru oleh beberapa

    kalangan sehingga pengertian yang mereka peroleh bertolak belakang dengan

    maksud Islam yang sebenarnya. Ajaran yang disalahpahami itu antara lain masalah

     perbudakan. The Spirit  of Islam, A History of The Evaluation an Ideals of Islam with

    a Life of Prophet,39

      karya Sayyed Ameer Ali. Ameer Ali mengatakan, anggapan

    sebahagian orang bahwa Islam melegalkan bahkan melembagakan perbudakan

    muncul karena dipicu oleh ketidakpekaan terhadap beberapa aspek. Aspek-aspek

    dimaksud adalah substansi ajaran Islam, sejarah sosial masyarakat Arab sebelum

    kedatangan Rasulullah saw., dan yang lebih penting adalah kegagalan kaum

    muslimin menjelaskan diri dan agama mereka, dalam hal ini termasuk masalah

     perbudakan. Nizhâm al-Riqqi fî al-Islâm,40 karya Abdullah Nashih [Ulwan. [Ulwan

     berkesimpulan bahwa sebenarnya Rasulullah saw. telah mengeringkan semua

    sumber perbudakan kecuali satu yaitu melalui perang  syar ! i. Rasulullah saw. telah

     berhasil memerdekakan budak dengan aneka sarana yang progresif dengan prinsip-

     prinsip hukum yang cemerlang. Hal itu membuktikan bahwa Rasulullah saw. telah

    memerdekakan budak tujuh abad sebelum revolusi prancis, Abraham Lincoln di

    Amerika dan deklarasi PBB yang baru saja membicarakan masalah Hak-hak Asasi

    Manusia.  Islam Berbicara Masalah Perbudakan,41  oleh Fuad Mohd. Fachruddin.

    Dalam buku tersebut Fachruddin berkesimpulan bahwa adanya perbudakan yang

    dijumpai dalam Islam tidak lain adalah sebuah warisan budaya sebelum datangnya

    Islam. Tapi perbudakan dalam Islam berbeda dengan perbudakan di luar Islam baik

    sebelum maupun sesudah datangnya Islam.  Perbudakan Menurut al-Qur ! an Suatu

    38 Muhammad Quthub, Syubhât Hawla al-Islâm, (Beirut: Dâr al-Syurûq, 1973).39

    Sayyed Ameer Ali, The Spirit of Islam, A History of The Evaluation an Ideals of Islam

    with a Life of Prophet, (Malaysia: Thinker es Library, 1996).40Abdullah Nashih [Ulwan, Nizhâm al-Riqqi fî al-Islâm, (Yordania: Dâr al-Salâm, 1984).41Fuad Mohd Fachruddin,  Islam Berbicara Masalah Perbudakan, (Jakarta: Mutiara,

    1981).

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    33/255

     

    18

     Kajian Tafsir Tematik ,42

     oleh Zulheldi. Tulisan tersebut mengungkap bahwa secara

    sepintas al-Qur ean mengakui perbudakan, tapi dalam banyak indikasi sebenarnya al-

    Qur ean menginginkan penghapusan sistem sosial yang tidak manusiawi tersebut.

     Perbudakan dalam Sejarah Islam,43  karya Alfi Jazulin Azwar. Tesis tersebut

    mengungkap bahwa dalam perjalanan sejarah Islam, perbudakan yang seharusnya

    lenyap dengan mengacu kepada pokok ajaran Islam kembali melembaga.  Islam dan

    Teologi Pembebasan,  44  karya Ashgar Ali Engineer. Buku ini mengungkap bahwa

    misi vital diutusnya Rasulullah saw. ialah menciptakan keadilan sosial kepada

    kelompok yang tertindas dan lemah melalui ajaran tauhid. Sebab esensi tauhid ialah

    membebaskan manusia dari segala ketertundukan kepada selain Allah, termasuk

    menghamba kepada sesama manusia. Jika ingin melanjutkan perjuangan Rasulullah

    saw., maka segala sistem kapitalis yang didasarkan pada eksploitasi sesama manusia

    harus dihapuskan. al-Hurriyyâ#   fî al-Islâm, dan al-Musâwât fî al-Islâm,45 karya [Ali

    [Abd al-Wahid Wâfi. Melalui kedua buku ini Wâfi mengemukakan bahwa budak

    yang ada dalam Islam tidak lain hanyalah budak warisan. Terhadap budak warisan

    ini, Islam pun telah melakukan upaya penghapusannya dengan menetapkan anak si

     budak dari tuannya menjadi merdeka, dan nasabnya pun bersambung kepada

    tuannya yang merdeka itu. Dengan demikian, terputuslah rantai perbudakan yang

     juga mengikat keturunannya. Slave Soldiers and Islam, karya Daniel Pipes. Buku ini

    mengungkap perbandingan antara kondisi budak yang ada di dunia Islam dan budak

    di luar dunia Islam. Pipes mengemukakan bahwa hanya Islam yang memperlakukan

     budak secara manusiawi. Lebih dari itu, di dunia Islam, budak dibolehkan untuk jadi

     pegawai bahkan ada yang sampai jadi pejabat pemerintah.

    42Zulheldi,  Perbudakan Menurut al-Qur ! an Suatu Kajian Tafsir Tematik, (Tesis, 1999). 43

    Alfi Jazulin Azwar, Perbudakan dalam Sejarah Islam, (Tesis, 1998). 44

    Ashgar Ali Engineer ,  Islam dan Teologi Pembebasan , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    1999). 45[Ali [Abd al-Wahid Wâfi, al-Hurriyyâ#   fî al-Islâm,dan al-Musâwât fî al-Islâm  (Kairo:

    Dâr al-Maeârif, masing-masing tahun 1965 dan 1968).

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    34/255

     

    19

    Buku-buku yang disebutkan di atas oleh para penulisnya pada intinya

    mengemukakan argumen dan fakta-fakta bahwa Islam pada dasarnya berusaha untuk

    menghapuskan perbudakan. Oleh sebab itu, tulisan ini dalam beberapa aspek

    terdapat persamaan, namun pada aspek lain tentu banyak perpedaan. Perbedaan itu

    antara lain karena fokus bahasannya akan dikhususkan pada tema tertentu yakni

    hadits-hadits yang berbicara masalah perbudakan. Selain itu, sumber, metode dan

     pendekatannya pun juga berbeda.

    D. Kerangka Teori

    Secara etimologi Perbudakaan berasal dari kata budak, yang dimaknai

    sebagai perihal budak (hamba), atau segolongan manusia yang dirampas kebebasan

    hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia lain.46

      Sedangkan

     perbudakan menurut terminologi dimaknai sebagai suatu sistem penguasaan penuh

    terhadap hak-hak manusia oleh suatu otoritas dengan cara yang dipandang legal

    sehingga lepas dari segala perjanjian dan dapat dijadikan sebagai obyek

     perniagaan.47 Martin berpendapat bahwa perbudakan tidak lain adalah penyangkalan

    terhadap kemanusiaan orang lain.48

      Sementara Hamka menyimpulkan bahwa

     perbudakan adalah sistem sosial berupa sangsi dari pelayanan yang terpaksa atau

     perampasan nilai-nilai asasi manusia sehingga ia menjadi kekayaan bagi lainnya

    secara perorangan atau kelompok.49

     

    46Budak  sendiri diartikan dengan anak, kanak-kanak, abdi, hamba, dan orang gajian. LihatTim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 

    cet. Ke-7, Edisi ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 149. 47

    Lihat [Ali [Abd al-Wahîd Wâfi, al-Hurriyyâ#  fî al-Islâm, (Cairo: Dâr al-Maeârif, 1968),h. 20. 

    48Roderick   Martin, Sosiologi kekuasaan, terjemahan Joediono Herry, (Jakarta: Rajawali,1990), h. 117.

    49Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), cet. Ke-3, juz ke-7, h. 205; juga Yunan Nasution,  Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang,

    1988), h. 221. 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    35/255

     

    20

    Konsep perbudakan itu sendiri sering kali menghadapkan seseorang pada

    suatu perdebatan tanpa akhir. Pada satu segi, budak dianggap sebagai orang yang

     berjasa memberikan pelayanan, perlindungan bahkan bisa mempertinggi derajat

    sosial tuannya. Di segi lain, budak dianggap sebagai suatu barang atau komoditi

    yang dapat diperdagangkan. Kontradiksi-kontradiksi yang terdapat dalam pengertian

     perbudakan itu menjadi jaminan bahwa tidak ada perbudakan murni atau bebas dari

     penyimpangan. Meskipun batas-batasnya sulit ditentukan, konsep teoritis tentang

     perbudakan tetap bisa dijelaskan melalui fungsi dan bentuknya.50

      Dalam hal ini

    Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa saat ini terdapat berbagai jenis perbudakan

    ( slavery), seperti perbudakan politik, industri dan sosisal.51

     

    Dalam kaitannya dengan politik, perbudakan biasanya mengambil bentuk

    hegemoni budaya dan sistem dominasi. Dalam hal industri, perbudakan biasanya

    mementingkan perluasan; dan konsentrasi pendapatan hanya kepada segelintir orang

    (eksploitasi ekonomi), sementara hak-hak dan upah buruh tidak pernah dipedulikan.

    Akibatnya, kesenjangan sosial semakin tak terelakkan. Dalam sistem sosial,

     perbudakan melahirkan struktur dan stratifikasi sosial dengan gejala seperti

    munculnya dikotomi antara bangsawan-bukan bangsawan, tuan-budak, kulit putih-

    kulit hitam dan sebagainya. Ringkasnya, perbudakan adalah semua sistem yang di

    dalamnya mengandung unsur perampasan nilai-nilai asasi orang lain sehingga

     pindah kepada yang lainnya, tidak memberikan kemerdekaan dan eksistensi sosial

    orang lain, menjadikan orang lain sebagai obyek pemerasan, bahkan semua

    tindakan yang mengandung eksploitasi, penindasan dan ketidakadilan, baik

    dilakukan secara kolektif terorganisir, maupun secara individu.

    50Anwar   Thosibo,  Historiografi Perbudakan: Sejarah Perbudakan di Sulawesi Selatan

     Abad XIX, (Magelang: Yayasan Indonesitera, 2002), h. 165.51Abdullah Yusuf Ali, The Glorius Kur ! an Translation and Commentary, (Beirût: Dâr al-

    Fikr, t.th.), h. 1739. 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    36/255

     

    21

    Kehadiran Rasulullah saw. sendiri membawa misi untuk membebaskan

    masyarakat dari semua sistem yang melestarikan ketidakadilan seperti itu.

    Rasulullah saw. dalam sejarah Makkah adalah orang yang pertama memikirkan

     proses perubahan struktural secara serius. Ia menjadi pemimpin terkemuka yang

    mampu mengartikulasikan teori yang sistematis dan masuk akal untuk mengubah

    masyarakat dalam relasi yang adil dan setara.52

     Meski begitu, visi dan pemikiran

    Rasulullah saw. dalam mengembangkan cita-cita sosialnya tidak ditentukan oleh

    situasi Makkah semata, tetapi bersifat universal. Bahkan dalam pelaksanaannya,

    tidak sedikit ajaran Islam yang menimbulkan restrukturisasi masyarakat secara

    radikal. Dengan inspirasi wahyu, beliau mengajukan sebuah alternatif tatanan sosial

    yang adil dan tidak eksploitatif, serta menentang penumpukan kekayaan di tangan

    segelintir orang (oligarki).53 

    Masalah kekayaan dan ketidakpedulian sosial ternyata menjadi perhatian

    utama Islam. Bahkan dari total 12 ayat-ayat pertama yang diturunkan di kota

    Makkah, enam di antaranya membicarakan tentang tema tersebut.  Pertama,  harta

     benda dan segala apa yang dikerjakan tidak akan berguna, bahkan kelak akan

    menjadi sebab seseorang masuk neraka.54

      Kedua, orang yang mengumpulkan harta

    dan menghitung-hitungnya, karena dia mengira bahwa hartanya itu akan

    mengekalkannya, dianggap celaka oleh Tuhan.55  Ketiga, orang yang tidak memberi

    52Lihat Marzuki Wahid, lIslam Pembebasan dan Keadilan Sosialm, dalam  Buletin Jum! at

     An-Nadhar , edisi 28/17 Oktober 2003, h. 1.53Marzuki Wahid, Islam Pembebasan, h. 2. 54QS. al-Lahab (111): 2-3:

    # % 6.*  ,  R 0S 2 KJ ;3 % :I6'  9  % 6# % 6 #  $$   P $  C /=-.@  *  S T # ( " K* B 7# % 1$   &*! 0 ? P  , T  5  U Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak Dia akan masuk kedalam api yang bergejolak. 

    55QS. al-Humazah (104): 1-3:

     Q: ;0#  $#$: GV !R' SL%  U " C  9N=L %  U " C T'-B!% ( & '*" V # W !  W%G# % 6I KX" >P9 % :#  $-U P $  C 0L  !  Y )

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    37/255

     

    22

    makan fakir miskin bahkan menghardik anak yatim adalah orang yang telah

    mendustakan agama.56

      Keempat, orang yang bakhil dan merasa dirinya telah cukup,

    maka kelak Tuhan akan menyiapkan jalan yang sukar baginya, sementara hartanya

    tidak akan bermanfaat baginya.57  Kelima, orang yang bermegah-megahan karena

     banyak harta akan lalai sehingga tanpa sadar ia sudah masuk kubur.58

      Keenam,

    orang yang tidak mau berjuang menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, yaitu

    melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan

    kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat

    fakir.59  Oleh sebab itu, misi perjuangan Rasulullah saw. adalah menghapus

    eksploitasi, korupsi, penindasan, kezaliman dan ketidakadilan dalam berbagai

     bentuknya. Sebab yang dikehendaki Islam adalah terciptanya tatanan masyarakat

    yang egaliter (sederajat).

    56QS. al-Mâ! ûn (107): 1-3:

    $   Q ;0# Z #  7  2B!% ( & '*U X'RG !  2 60'[& !$& '#  .4-6( !'\- G ! ! ]!% ( & '*VY L9 % 02  D ! D # D 0' '*-/G#  $W Z  KL  !  Y .@  *  S % :! A# " 3 ! @#%M C 2 C !C 0' '* 

    Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan

    tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.57

    QS. al-Lail  (90): 11:

    # % 6#  $* 7 R 0B 60 KJ ;) % :JI6'  9  % 6*! 0 ..7B)>%  ' !  ;  Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

     

    58QS. al-Takâtsur  (102):1-2: 

    68 / 2 # " # 0' 26 '  9OR !  2  X8 ' '*-.*  Y + "  %6̂ / )* 76 [%  '  .4# ! 4 " C 0' '*  Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. 

    59QS. al-Balâd  (90): 11-16:

    /> ! !2 8 " 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    38/255

     

    23

    Islam menempatkan manusia dalam posisi terhormat. Kehormatan dan

    martabat yang tinggi itu merupakan fitrah yang tidak bisa dipisahkan dari diri

    manusia. Kehormatan ini bersifat universal. Setiap orang yang lahir membawa

    kemuliaan dan martabat ini; apa pun bangsa, warna kulit dan agamanya. Perampasan

    terhadap kemuliaan dan martabat ini adalah perbudakan. Untuk itu, Rasulullah saw.

    membuat berbagai aturan untuk menghilangkannya sekaligus sebagai upaya

     pemberian perlindungan terhadap martabat tersebut.60 

    Tuhan juga memandang manusia dalam kedudukan yang sama, sebagai

    makhluk dan hambanya. Perbedaan antara yang satu dan lainnya bukan terletak pada

    hak dan kedudukannya sebagai manusia, atau karena jenis kelamin, suku bangsa,

    melainkan pada kualitas taqwanya. Sebab perbedaan tingkat ketaqwaan itu tidak

    menyebabkan kepada perbedaan kedudukan sosial dan hubungan antar manusia

    karena yang menilai adalah Tuhan. Pelanggaran terhadap prinsip persamaan tersebut

    adalah perbudakan.61

     

    Bahkan, asal-usul Islam adalah sebuah proses pembebasan manusia.62 

    Tidak bisa disangkal bahwa keseluruhan sistem dalam Islam berorientasi pada

    sebuah masyarakat yang adil dan egaliter. Itulah sebabnya, salah satu sasaran yang

    dibidik oleh Rasulullah saw. adalah tradisi Jahiliyah yang secara terang-terangan

    melegalkan perbudakan. Perbudakan dengan dikotomi majikan-budak yang

    eksploitatif secara bertahap dihilangkan. Jadi yang ditekankan Islam adalah gerakan

    anti perbudakan. Orang-orang yang berhati besar ialah mereka yang berjuang

    dengan segala daya yang dimilikinya untuk menghilangkan belenggu perbudakan

    yang didasari oleh kezaliman manusia sepanjang zaman. Jadi pada hakekatnya tak

    60Lihat Munawir Syazali,  Penegakan HAM dalam Pluralisme Agama, (Surabaya: PKSK,

    1997), h. 49. 

    61Munawir Syazali, Penegakan HAM, h. 50. 62Muh. Hanif Dakhiri,  Paulo Freire, Islam dan Pembebasan, (Jakarta: Djambatan, 2000),

    h. 89.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    39/255

     

    24

    ada lagi penghayatan agama bila fitrah manusia telah ditindas dan keserakahan

    masih merajalela.63

     

    Rasulullah saw. telah memberikan jaminan kebebasan manusia agar

    terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama,

     politik maupun ideologi. Kebebasan merupakan tiang globalitas tindakan Rasulullah

    saw., baik dari segi akidah, asas individu bahkan kehidupan sosial mempunyai

    vitalitas yang sehat.

    64

     Dalam sistem perbudakan, kebebasan ini justru terhalang olehkepatuhan atau yang lebih tepat karena kerterpaksaan sebagai akibat rasa takut pada

    monopoli dan berbagai cara kekerasan para tuan terhadap budak.65

     Itulah sebabnya

     perbudakan bertentangan dengan kebebasan dan mesti dihapuskan melalui

     pengembalian kebebasan secara fisik maupun mental kepada para budak.

    Analisa terhadap perbudakan yang dilakukan dalam disertasi ini adalah

     berdasarkan pembacaan terhadap hadits-hadits tentang budak dan perbudakan.

    Artinya pembicaraan mengenai perbudakan di sini dibingkai oleh hadits-hadits perbudakan dalam rangka mengungkap konsep Islam dalam menghapuskan

     perbudakan. Analisa terhadap hadits dimaksud akan dilakukan dengan menunjukkan

     bukti-bukti historis upaya Rasulullah saw. dan para sahabatnya menyikapi sistem

     perbudakan.

    E. Tujuan Penelitian

    Dengan dilakukannya penelitian terhadap hadits-hadits yang membicarakan

    masalah perbudakan, akan memiliki beberapa tujuan antara lain:

    63Muhammad Al-Gazali,  lMieah Sueal [an al-Islam, terj. Muhammad Thohir dan AbuLaila dengan judul al-Gazali Menjawab 40 Soal Islam Abad 20, (Bandung: Mizan, 1992), h. 108. 

    64Abdul Kariem Utsman, lPersamaan dan Keadilan dalam Perspektif Islamm, dalam

    Lukman Hakiem (ed.), Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h. 15.65Martin melihat adanya unsur keterpaksaan ini melekat dalam otoritas yang ada pada

    kesepakatan antara dua posisi yang berbeda, yakni antara tuan dan budak. Lihat Roderick Martin,

    Sosiologi Kekuasaan, terjemahan Joediono Herry, (Jakarta: Rajawali, 1990), h. 145.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    40/255

     

    25

    1. Untuk merumuskan pemaknaan atas hadits-hadits perbudakan secara

    metodologis.

    2. Untuk mengetahui konsep Islam dalam menghapuskan perbudakan melalui

    kajian terhadap hadits Nabi saw.

    F. Signifikansi

    Mengembangkan pemikiran dalam bidang kajian hadits sudah saatnya

    difokuskan kepada upaya pemaknaan. Akan tetapi memahami hadits tidak dapat

    dilepaskan dari latar belakang historis atas kemunculan hadits tersebut. Perbudakan

    misalnya, ketika Rasulullah saw. menjelang dan ketika menyampaikan risalahnya,

     perbudakan sudah mentradisi di lingkungan bangsa Arab. Maka pemaknaan atas

    hadits yang berkenaan dengan budak dan atau perbudakan menjadi penting untuk

    dilakukan. Kegiatan dimaksud dilakukan melalui perumusan secara historitikal, baik

    dari aspek pemaknaan maupun aspek pendekatan.

    Pemaknaan dan pendekatan yang tepat meniscayakan kesimpulan yang

    tepat pula atas hadits. Dengan kata lain, mendudukkan pemahaman dan pendekatan

    hadits secara proporsional dapat memperkecil dugaan sementara orang bahwa Islam

    yang berlandaskan al-Qur ean dan hadits melegalkan perbudakan dapat dijawab.

    Tegasnya penelitian ini bermanfaat untuk menjawab tuduhan dan kesalahan

     prosedural dalam memahamai hadits. Secara inheren pula, penelitian ini akan

    merumuskan landasan pradigmatik atau prinsip-prinsip dasar dalam memahami

    hadits-hadits yang berkaitan dengan perbudakan.

    G. Metode Penelitian

    1. Sumber Data

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    41/255

     

    26

    Penelitian ini bersifat kepustakaan ( Library Research). Data yang dihimpun

    melalui riset kepustakaan, terdiri dari data pokok dan data sekunder. Data pokok

    adalah keseluruhan hadits yang berkenaan dengan masalah penelitian. Hadits yang

    dimaksud adalah yang termuat atau terkodifikasi dalam kitub al-tis! ah. Adapun

    hadits yang diluar kutub al-tis! ah tetapi berkaitan dengan masalah penelitian ini,

    akan dijadikan sebagai data sekunder.

    2. Analisa Data: Pendekatan Tematik

    Data pokok dan data sekunder yang terkumpul akan dianalisa dengan

    menggunakan pendekatan tematik. Yaitu pendekatan yang didasarkan atas tema

     pokok dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a.  Menentukan kata kunci. Di antara kata kunci yang berkenaan dengan tema

     penelitian ini adalah  abdun, amatun dan raqabah.

     b.  Takhrij Hadits. Kata kunci di atas menjadi dasar di dalam pencarian hadits

    yang tertuang dalam kutub al-tis! ah. Pencarian atas hadits tersebut dilakukan

    dengan bantuan mu!  jam. Yaitu  Mue jam hadits yang disusun oleh AJ. W.

    Sienk (al-Mu!  jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts)66  atau Mue jam dalam

     bentuk CD. Patut ditegaskan bahwa takhrij hadits dimaksud adalah takhrij 

    al-fâzh al-hadîts, dan bukan takrij al-sanad .

    c.  Klasifikasi Hadits. Hadits-hadits perbudakan yang telah ditakhrij tersebut

    akan diklasifikasi berdasarkan tingkat keshahihan sanad yang terdapat pada

    suatu kitab. Oleh sebab itu, semua kutipan hadits yang terdapat dalam

    Disertasi ini mengutamakan riwayat Bukhari, kemudian Muslim, dan

    seterusnya. Data pelengkap yang mengandung keterangan yang diperlukan

    untuk menginterpretasi data pokok juga dimuat. Penggunaan data sekunder

    66AJ. W. Sienk, al-Mu!  jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts, terjemahan Muhammad FueâdAbd. Al-Bâqi, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 1988). 

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    42/255

     

    27

    tidak dapat dihindari. Demikian pula beberapa buku terjemahan

    dipergunakan karena kesulitan teknis yang dihadapi.

    Karena obyek penelitian berupa hadits-hadits yang berfokus pada satu tema,

    maka penelitian ini menggunakan metode yang dikenal dengan istilah tematik

    (maudhû! i).67 Penelitian ini juga bersifat deskriptif dan diagnostik,68 dan jika dilihat

    dari sasarannya, yakni hadits-hadits Nabi saw., maka dapat dikatakan bahwa

     penelitian ini termasuk kajian sumber.

    Ikhtiar untuk memahami tema per tema dari hadits-hadits yang memiliki

    semangat yang sama dalam struktur makna yang lebih universal, agar makna

    masing-masing hadits itu tidak dalam posisi berbenturan satu dengan yang lainnya,

    adalah kemestian. Sebab, kajian tematik akan mempertautkan kita dengan situasi

    dan kondisi kesejarahan suatu hadits.

    Untuk kesempurnaan upaya tersebut, penelitian ini akan didukung oleh

    fakta-fakta sejarah, terutama yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat Arab

     pada masa kedatangan Rasulullah saw. Penulis akan menelusuri bagaimana praktek

     pengamalan umat Islam terhadap petunjuk hadits mengenai perbudakan tersebut.

    Agar tidak terlalu luas lingkup bahasan historis ini, penulis hanya mengangkat

     beberapa fakta sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, yakni tetap dalam koridor

    mengupas dan menjelaskan sistem perbudakan melalui perspektif hadits.

    Antara teks suatu hadits dengan konteks penerapannya dalam suatu

    lingkungan sosial merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

    Itulah sebabnya, pengetahuan tentang aspek kesejarahan diperlukan untuk

    67Lihat Abd. Hayy al-Farmawy, al-Bidaya#   fî al-Tafsîr al-Maudhû! i, (Mesir: Maktabat al-

    Jumhuriyyat, 1977), h. 52. acuan yang ditawarkan oleh al-Farmawy tersebut akan penulis pakaidalam rangka menganalisis hadis-hadis perbudakan.

    68Lihat Sutrisno Hadi,  Metodologi Riset, (Yokyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

    Psikologi Umum UGM., 1977), h. 4.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    43/255

     

    28

    membantu memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan modern, termasuk

    masalah perbudakan.

    Selain itu, prinsip-prinsip logika (interpretasi logis) akan ditempuh dalam

    rangka menganalisa kandungan proposisi sebuah hadits. Dalam hal ini kesimpulan

    diperoleh secara induktif dan deduktif. Pengambilan kesimpulan demikian dikenal

    sebagai inferensi.69

     Penggunaan interpretasi logis ini berdasarkan kenyataan bahwa

    usaha pemahaman terhadap hadits merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yangmemerlukan penalaran ilmiah.

    H. Sistematika Penulisan

    Disertasi ini terdiri atas lima bab. Sebuah bab pendahuluan, tiga bab

     pembahasan materi, dan sebuah bab penutup.

    Permasalahan pokok yang dirinci ke dalam dua sub masalah didahulukan

    dengan menguraikan sebelumnya beberapa aspek yang menjadi latar belakang.

    Aspek-aspek tersebut memuat beberapa pandangan yang menganggap bahwa

     berdasar kepada beberapa riwayat hadits, tidak bisa disangkal kalau Rasulullah saw.

    melegalkan dan membudayakan perbudakan. Dengan demikian perlu ada klarifikasi

    melalui telaah terhadap hadits-hadits yang membicarakan perbudakan tersebut.

    Sebelum masuk pembahasan, terlebih dahulu diberikan identifikasi, rumusan dan

     batasan masalah. Selanjutnya disebutkan pula hasil penelitian yang sudah ada dan

    relevansinya dengan penelitian ini dalam bentuk kajian pustaka. Sebagai landasan

    dan penegasan terhadap titik tekan yang akan dibangun dalam disertasi ini

    dipandang perlu untuk mengemukakannya dalam bentuk kerangka teori. Metodologi

    69Lihat R.G. Sukadijo,  Logika Dasar: Tradisional, Simbolik dan Induktif, (Jakarta:

    Gramedia, 1983). 13.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    44/255

     

    29

     penelitian dan teknik penulisan, tujuan dan signifikansi penelitian, serta sitematika

     penulisan semua dikemukakan dalam bab pendahuluan.

    Hal-hal yang secara umum berkaitan dengan masalah perbudakan, akan

    dideskripsikan pada bab kedua. Deskripsi tersebut meliputi pengertian dan asal-usul

     budak, fenomena-fenomena perbudakan secara universal, sejarah perbudakan baik

    sebelum maupun sesudah datangnya agama Islam, keberadaan hadits-hadits

     perbudakan serta reaksi dan komentar para pemikir Islam terhadap permasalahan perbudakan dalam syariat Islam, yang dikemukakan dalam sub problematika

    syariah.

    Untuk memahami hadits-hadits perbudakan tersebut, dirasa perlu adanya

     beberapa pendekatan sebagai pisau analisis. Beberapa pendekatan itu akan

    ditawarkan pada bab ketiga. Pendekatan-pendekatan dimaksud adalah pendekatan

    histories, pendekatan antropologis dan pendekatan rasional. Namun sebelum

    menggunakan pendekatan tersebut peneliti harus mengacu pada landasan paradigmatik berupa prinsip-prinsip dasar yang menjadi tujuan utama diutusnya

    Rasulullah saw. Prinsip dasar dimaksud meliputi prinsip kemanusiaan, prinsip

    kebebasan, prinsip persamaan, dan prinsip keadilan. Selain itu, juga dikemukakan

     pentingnya optimalisasi kritik hadits sebagai pengembangan dari kaedah mayor

    kritik matan hadits yang sudah ada.

    Bab keempat secara khusus akan memuat kajian tematik terhadap hadits-

    hadits perbudakan. Melalui kajian ini diharapkan akan tampak dengan jelas perbedaan antara status budak zaman Rasulullah saw. dan status budak di luar Islam

     baik sebelum maupun sesudahnya. Telaah kritis terhadap term-term perbudakan

    yang terdapat dalam hadits, akan membuka cakrawala pemikiran yang sedikit

     berbeda dengan beberapa pandangan sebelumnya terhadap hadits perbudakan.

    Berdasar dari analisis term itu pula, akan terungkap apa sebenarnya hakekat

     perbudakan yang ingin diberantas oleh Rasulullah saw. Pembahasan semakin

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    45/255

     

    30

    menukik setelah menelusuri beberapa langkah yang ditempuh oleh Rasulullah saw.

    dalam menghadapi permasalahan perbudakan. Selain itu, implikasi perbudakan masa

    kini akan melengkapi pembahasan pada bab ini.

    Kesimpulan-kesimpulan yang penulis dapatkan dari penelitian ini, sebagai

     jawaban terhadap permasalahan pokok yang telah dikemukakan pada bab pertama,

    akan ditempatkan pada bab lima. Pada bab yang sama, akan dikemukakan pula

    implikasi dari penelitian kemudian dilengkapi dengan gagasan-gagasan penulis berupa saran-saran.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    46/255

     

    BAB II

    WACANA PERBUDAKAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM 

    A.  Pengertian

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terma perbudakaan berasal dari

    kata budak,1  yang dimaknai sebagai:  1) perihal budak (hamba), segala hal yang

    mengenai budak belian. 2) segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya

    untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia lain.2 

    Dalam terminiologi bahasa arab, perbudakan dikenal dengan istilah  itibâd

    (2/8x?().   Itibâd  berakar kata dari  abd . Secara etimologi kata [abd   menurut Ibn

    Manzhûr dalam  Lisân al-Arab  dikalasifikasikan menjadi tiga makna yaitu:  abd

     bermakana hamba sahaya,  abd   berarti (manusia merdeka dan hamba sahaya), dan

     abd   bermakna menyembah, tunduk dan merendahkan diri.3  Dari kata  abd inilah

    terbentuk kata lain menurut pengembangan konjugasinya yaitu   Ibâdah  (ibadah),

     âbid  (pelayan), ma! bad (tempat ibadah), al-ma! bûd (yang disembah) dan lain-lain.4 

    [Ali [Abd al-Wahîd Wâfi, mengemukakan bahwa perbudakan dimaknai

    sebagai suatu sistem penguasaan penuh terhadap hak-hak manusia oleh suatu

    otoritas dengan cara yang dipandang legal sehingga lepas dari segala perjanjian dan

    1Budak sendiri diartikan dengan anak, kanak-kanak, abdi, hamba, dan orang gajian. Lihat

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,  Kamus Besar Bahasa

     Indonesia,(selanjutnya ditulis Tim penyusun, Kamus) cet. Ke-7, Edisi ke-2, (Jakarta: Balai Pustaka,

    1996), h. 149.2Tim Penyusun, Kamus, edisi 1998, h. 130.3Lihat Ab- al-Fâdhl Jamâl al-Dîn Muhammad bin Makrum ibn Manzhûr,  Lisân al-  Arab,

    (Beirût: Dâr al-Fikr, 1994), juz ke-3, h. 270.4Tim Penyusun,  Ensiklopedi al-Qur ! an: Dunia Islam Modern (Yogyakarta: Dana Bhakti

    Prima Yasa, 2003), h. 96.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    47/255

     

    32

    dapat dijadikan sebagai obyek perniagaan.5  Di sinilah hak asasi kemerdekaan

    seseorang hilang dan pindah kepada orang lain.

    Pendapat al-Wâfi sejalan dengan pandangan Roderick Martin. Dalam

     bukunya Sosiologi kekuasaan,  Martin menyatakan bahwa pada hakekatnya,

     perbudakan adalah kedudukan yang tidak manusiawi bagi para budak. Kedudukan

    mereka berubah menjadi obyek yang rendah sehingga menyebabkan seolah-olah

    adanya penyangkalan terhadap kemanusiaannya.

    6

     

    Abû [Ala al-Maudûdi memberikan sebuah ilustrasi etik tentang ibadah,

     penghambaan, dan perbudakan. Perilaku budak terhadap tuanya dapat dilihat

    sebagai berikut:

    1.  Kewajiban seorang budak adalah memandang tuannya sebagai penguasa dan

    merasa berkewajiban untuk setia kepada orang yang menjadi tuannya, yaitu

     penunjang hidupnya, pelindung, penjaganya, dan menyakini sepenuhnya

     bahwa tidak seorangpun selain tuannya itu layak mendapatkan kesetiaannya.

    2.  Seorang budak berkewajiban selalu patuh kepada tuannya, melaksanakan

     perintah-perintahnya dengan cermat, dan tidak meyalahi kehendak tuannya.

    3.  Seorang budak juga harus menghormati dan menghargai tuannya.

    Akhirnya dapat disimpulkan bahwa manifestasi hamba kepada tuannya

    adalah adanya perilaku etika yang harus dipenuhi yaitu: kesetiaan, kepatuhan dan

     penghormatan atau penghargaan.7 

    Dalam Tafsir   al-Azhar, oleh Hamka dikemukakan bahwa perbudakan

    adalah sistem sosial berupa sangsi dari pelayanan yang terpaksa atau perampasan

    5Lihat [Ali [Abd al-Wahîd Wâfi, al-Hurriyyâ#  fî al-Islâm, (Cairo: Dâr al-Maeârif, 1968), h.20.

    6Roderick Martin, Sosiologi kekuasaan, terjemahan Joediono Herry, (Jakarta: Rajawali,

    1990), h. 117.7Penyusun, Ensiklopedi, h. 96.

  • 8/18/2019 Konsep Islam Dalam Menghapuskan Perhambaan

    48/255

     

    33

    nilai-nilai asasi manusia sehingga ia menjadi kekayaan bagi lainnya secara

     perorangan atau kelompok.8 

    Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan

     bahwa perbudakan adalah suatu sistem sosial yang di dalamnya mengandung unsur-

    unsur sebagai berikut: 1) perampasan nilai-nilai asasi orang lain sehingga pindah

    kepada yang lainnya; 2) menghilangkan kemerdekaan dan eksistensi sosial orang

    lain; 3) memandang rendah orang lain sehingga dijadikan sebagai obyek pemerasan;4) penyangkalan terhadap kemanusiaan orang lain; dan 5) tindakan yang mematikan

    keinginan, rasa, pikiran serta cita-cita orang lain; baik dilakukan secara kolektif

    terorganisir, maupun secara individu. Maka, tidak mengherankan apabila ada kesan

    streotip melekat erat pada kata perbudakan tersebut.

    Begitulah sistem perbudakan yang tidak diketahui pasti kapan

     permulaannya. Yang pasti, kekejaman perbudakan dalam sejarah kemanusiaan

    sudah dapat dijumpai sejak manusia mengenal dan ditulisnya peradaban.

    Mengenai asal-usul dan karakteristik kehidupan budak itu sendiri, dapat

    dilihat dari gambaran yang akan dikemukakan sebagai berikut:

     Pertama, budak berasal atau didapatkan dari hasil peperangan, pembelian,

     penculikan, penangkapan atau memang keturunan (anak dari seorang budak).9 Kisah

    yang dialami oleh Zaid bin Haritsah misalnya, adalah contoh dari sebuah

     penangkapan. Zaid ketika masih kecil, dibawa oleh ibunya ke kampung bani Maena.

    Tidak lama kemudian, daerah tersebut dirampok oleh sekelompok Badui dan

    menangkap para wanita dan anak-anaknya yang tidak sempat dilarikan atau

    8Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), cet. Ke-3, juz ke-7, h. 205;

     juga Yunan Nasution,  Islam dan Problema-problema