konsep keluarga sejahtera
TRANSCRIPT
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI
Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes
Pendahuluan
Visi GKBN ( Gerakan Keluarga Berencana Nasional ) Mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) Dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tanggal 29 Juni 1970, berdasarkan Kepres RI No. 8 tahun 1970 Tanggal 6 April 1992, diumumkan UU No.10 tahun 1992 Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera berkembang menjadi Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera
UU No. 12 tahun 1992, pasal 4 ; Tujuan pembangunan keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin
Pengertian
Keluarga sejahtera keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
Kualitas keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosbud, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
Tahapan Keluarga Sejahtera Keluarga
Pra Sejahtera ; keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal ( kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan )
Keluarga Sejahtera Tahap I ( KS I ) Keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial, psikologisnya
Indikator KS IMelaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing Makan dua kali sehari atau lebih Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan Rumah ( sebagan besar lantai rumah bukan dari tanah ) Kesehatan (bila anak sakit ata PS ingin ber KB di bawa ke sarana/petuas kesehatan
Keluarga Sejahtera II (KS II)
keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan ( kebutuhan menabung dan memperoleh informasi )
Indikator KS IIIndikator KS I Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali seminggu Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m/orang Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing
Keluarga
yang berusia 15 tahun ke atas punya penghasilan tetap Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga dewasa ( 10 tahun-60 tahun) Anak usia 7-15 tahun bersekolah Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai kontrasepsi
Keluarga Sejahtera III (KS III)
keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis, kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, olahraga, dsb
Indikator KS III
Indikator
KS I & II Upaya keluarga untuk meningkatkan/menambah pengetahuan agama Keluarga mempunyai tabungan Makan bersama paling kurang sekali sehari Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
Rekreasi
bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV dan majalah Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
Tahap KS III Plus
keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
Indikator KS III Plus
Indikator
KS I, II, & III Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat Aktif sebagai pengurus yayasan/panti
Keluarga Miskin
Tahun 1970 proporsi penduduk miskin Indonesia sekitar 60 %, tahun 1996 turun menjadi 11 %, tahun 1998 meningkat kembali menjadi 39 %. Survey Biro Pusat Statistik akhir Desember tahun 1998 menunjukkan keluarga miskin sekitar 24 %.
Keluarga miskin ; keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup material yang layakl khususnya bidang kesehatan, pendidikan, sandang, pangan ( Rhina, 1999 )
Berdasarkan
Instruksi Presiden No. 3 tahun 1996 tentang penanggulangan kemiskinan, keluarga miskin adalah keluarga pra sejahtera
Tahun 2000 BKKBN menetapkan 9 indikator keluarga miskin yaitu ; 1. Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih 2. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang seminggu sekali
3. Tidak bisa memiliki pakaian yang
berbeda untuk setiap aktifitas 4. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel setahun sekali 5. Bagian terluas lantai rumah dari tanah 6. Luas lantai rumah kurang dari 8 m untuk setiap penghuni rumah
7. Tidak ada anggota keluarga yang berusia 15 tahun mempunyai penghasilan tetap 8. Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan 9. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah
5. Pelaksanaan Pembangunan KS
PP no. 21 tahun 1994, pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Tujuan Mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya
Pokok-pokok kegiatan ; Pembinaan ketahanan fisik keluarga, adalah; kegiatan penumbuhan dan pengembangan prilaku uaha dan tenaga trampil,
Bentuk kegiatan antara lain ; Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap prilaku usaha ketrampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan, magang, studi banding dan pendampingan sehingga dapat melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha ; melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Pembinaan pemodalan, melalui tabungan, Takesra, kredit dan Kukesra ( Kredit keluarga sejahtera ) pembinaan pemasaran, melalui kerjasama dengan para pengusaha dan sektor terkait
Pembinaan produksi, dengan bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam produksi Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sektor terkait, koperasi Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerjasama dengan Departemen Koperasi
Bentuk kegiatan antara lain ; Bina keluarga Balita ; Pembinaan terhadap orang tua agar anak balita tumbuh kembang secara fisik dan mental dengan optimal Pembinaan kespro remaja dilakukan melalui pusat-pusat konsultasi remaja, penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, karang taruna dll
Pembinaan ketahanan non fisik keluarga Tujuan; peningkatan kualitas anak pembinaan kespro remaja peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) Penyuluhan melalui media masa Pembinaan keluarga lansia Kegiatan-kegiatan lain ; Gerakan keluarga sejahtera sadar buta aksara, beasiswa supersemar, satuan karya pramuka keluarga berencana (Saka Kencana) Kegiatan lomba-lomba
Pelayanan KB Kegiatan Komunikasi Informasi Edukatif (KIE) yg bertujuan meningkatkan kesadaran pengetahuan perubahan prilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB Pelayanan Kespro yang meliputi pelayanan kontrasepsi, dsb
Pendataan KS ; dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun antara bulan Januari s/d Maret, dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera
KELUARGA MANDIRI KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA Keluarga mandiri Tingkat I 1. Menerima petugas kesehatan 2. Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai rencana
Keluarga mandiri tingkat II
1.
2.
3.
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
Keluarga mandiri tingkat III
Melaksanakan
tindakan pencegahan secara aktif
Keluarga mandiri tingkat IV Melaksanakan tindakan promotif secara aktif