konsep lansia

18
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Nugroho (2000), proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, yang hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa atau 6x20 tahun, yang disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri adri 3 fase yaitu : fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Stanley (2006), mendefinisikan bahwa penuaan adalah proses yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi 1

Upload: deden-reno

Post on 13-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP LANSIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Nugroho (2000), proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang

berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua

mahluk hidup. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), penuaan adalah suatu proses

alami yang tidak dapat dihindarkan, yang hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,

maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa atau 6x20 tahun, yang disebabkan

oleh faktor biologik yang terdiri adri 3 fase yaitu : fase progresif, fase stabil dan fase

regresif.

Stanley (2006), mendefinisikan bahwa penuaan adalah proses yang normal, dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua

orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini

merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat

diobservasi didalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem, yang

terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit,

proses tersebut tidak tertandingi

B. TUJUAN

a. Menjelaskan konsep menua

b. Menjelaskan terjadinya proses penuaan

c. Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

d. Menjelaskan pengkajian pada system integument lansia

1

Page 2: KONSEP LANSIA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP LANSIA

1. Definisi

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa

lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan

batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk

lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus,

yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya

perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga

dan masyarakat

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di

negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda.

Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh

terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin

menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial

yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda

2

Page 3: KONSEP LANSIA

2. Proses Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang

frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati,

Harimurti & Roosheroe, 2006).

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses

kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan

dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang

lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil

penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat

dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987

dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005). Banyak perubahan yang dikaitkan dengan

proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual

loss). Watson (2003) mengungkapkan bahwa lansia mengalami perubahan-

perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran,

sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem

respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem

muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut

perubahan ingatan (memori). Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong

lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ tampaknya

mengalami kehilangan fungsi sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30

tahun (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).

3

Page 4: KONSEP LANSIA

3. Perubahan pada Sistem Integumen

Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-

tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.

Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal

pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang

terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. 3

Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan

jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih

kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar

eksokri dan kelenar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai

penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit.3

Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa

lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade.5

1. Stratum Koneum

Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari

timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada stratum

koneum akibat proses menua:

Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal ini

adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh lebih

lama.

Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah

penampilan kulit lebih kasar dan kering.

4

Page 5: KONSEP LANSIA

2. Epidermis

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses

menua:

Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit , perlambatan dalam proses perbaikan

sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini adalah

pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah terjadi

pemisahan antarlapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan merupakan faktor

predisposisi terjadinya infeksi.

Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah

perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi

yang tidal merata pada kulit.

Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan

konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan

kulit terhadap alergen berkurang.

Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah

perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang

abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.1

3. Dermis

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua:

Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal

dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan terhadap

penurunan termoregulasi, penutupan dan penyembuhan luka lambat,

penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat

topikal.

5

Page 6: KONSEP LANSIA

Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.

Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena adanya

kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit menghilang.

Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari

hal ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu malakukan

termoregulasi.1

4. Subkutis

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses

menua:

Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini adalah

penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.

Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini adalah

gangguan fungsi perlindungan dari kulit.

5. Bagian tambahan pada kulit

Bagian tambaha pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus

meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan

perubahan yang terjadi pada rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner,

kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea akibat proses menua:

Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah Rambut

bertambah uban dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita,

mengalami peningkatan rambut pada wajah. Pada pria, rambut dalam hidung

dan telinga semakin jelas, lebih banyak dan kaku.

Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi

lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.

6

Page 7: KONSEP LANSIA

Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan)

menurun. Implikasi dari hal ini adalah beresiko untuk terbakar, mudah

mengalami nekrosis karenan rasa terhadap tekanan berkurang.

Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon

dalam keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.

Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia

berkurang.

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pemeriksaan Fisik

Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup teknik

inspeksi dan palpasi.

Inspeksi

1. Warna / adanya perubahan pigmentasi

Warna kulit di setiap bagian seharusnya sama, kecuali jika ada peningkatan

vaskularisasi. Variasi normal warna kulit antara lain:

Variasi normal Deskripsi

1. Tahi lalat Kecoklatan – coklat tua, bisa datar atau sedikit menonjol

2. Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat disebabkan karena berat

yang berlebih atau kehamilan.

3. Freckles (bintik-bintik di tubuh) Datar dimanapun bagian tubuh.

4. Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih pada orang kulit gelap.

7

Page 8: KONSEP LANSIA

5. Tanda lahir Umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan, merah, atau coklat.

Warna kulit yang abnormal yaitu kekuningan atau jaudis. Hal ini dapat

mengindikasikan terjadinya kelainan fungsi hati atau hemolisis sel darah

merah. Pada orang berkulit gelap, jaundis terlihat sebagai warna kuning-hijau

pada sklera, telapak tangan, dna kaki. Pada orang berkulit cerah, jaundis

terlihat berwarna kuning pada kulit, sklera, bibir, palatum, dan dibawah lidah.

Warna kulit abnormal lainnya yaitu eritema. Eritema dimanifestasikan

sebagai kemerahan pada orang berkulit cerah dan coklat atau ungu pada

orang berkulit gelap. Hal ini mengindikasikan peningkatan temperatur kulit

karena inflamasi (proses vaskularisasi jaringan).

2. Adanya lesi

Lesi pada kulit dideskripsikan dengan warnanya, bentuk, ukuran, dan

penampilan umum. Selain itu batas luka apakah luka datar, menonjol juga harus

dicatat.

Tipe Lesi Kulit Deskripsi

Blister Adanya cairan – vesikel terisi atau bullae

Bulla Blister lebih dari 1 cm.

komedo Karena dilatasi pori-pori

Crust (kerak) Eksudat kering yang merusak epitel kulit,

Cyst (kista) Semisolid atau masa berisi cairan, enkapsulasi pada lapisan kulit

yang lebih dalam.

Deskuamasi Peluruhan atau hilangnya debris pada permukaan kulit.

Erosi Kehilangan epidermis, dapat dikaitakan dengan vesikel, bulae, atau

pustula.

Eksoriasi Erosi epidermal n=biasanya karena peregangan kulit.

Fissura Retak pada epidermis biasanya sampai ke dermis

8

Page 9: KONSEP LANSIA

Makula Area datar pada kulit dengan diskolorisasi, diameter kurang dari 5

mm.

Nodul Solid, peningkatan lesi atau masa, diameter 5 mm- 5 cm

Papula Solid, peningkatan lesi dengan diameter kurang dari 5 mm

Plaque Timbul, lesi datar diameter lebih besar dari 5 mm

Pustula Papula berisi eksudat purulen

Scale Debris kulit pada permukaan epidermis

Tumor Masa padat, diameter lebih besar dari 5 cm, biasanya berlanjut ke

dermis.

Ulserasi Kehilangan epidermis, berlanjut sampai dermis atau lebih dalam.

Urticaria berhubungan dengan reaksi makanan dan obat.Timbul wheal–

seperti lesi

Vesikel Lesi terisi sedikit cairan, diameter kurang dari 1 cm

Wheal Transient, timbul, pink, tidak rata dengan edema disekitarnya.

3. Adanya ruam

Munculnya ruam kulit mengindikasikan adanya infeksi atau reaksi obat.

Beberapa jenis ruam dapat dilihat pada tabel diatas. Keberadaan ruam

berhubungan dengan perubahan farmako terapi yang penting untuk membantu

identifikasi adanya reaksi hipersensitivitas alergi. Perkembangan urtikaria terjadi

karena adanya reaksi obat atau makanan. Infeksi kulit dapat disebabkan oleh

jamur atau ragi. Misalnya infeksi oleh Candida Albicans yang meninvasi

jaringan yang lebih dalam.

4. Kondisi rambut

Kuantitas, kualitas, distribusi rambut perlu di catat. Kulit kepala seharusnya

elastis dan terdistribusi rambut merata. Alopesia berhubungan dengan adanya

kehilangan rambut dan menyebar, merata, dan lengkap, biasanya dikarenakan

terapi obat seperti kemoterapi. Hirsutism atau meningkatnya pertumbuhan

rambut pada wajah, tubuh, atau pubis merupakan salah satu penemuan abnormal.

9

Page 10: KONSEP LANSIA

Hal ini dapat ditemukan pada wanita menopause, gangguan endokrin, dan terapi

obat tertentu (kortikosteroid, androgenik).

5. Kondisi kuku

Kuku seharusnya berwarna pink dengan vaskularisasi yang baik dan dapat

dilakukan tes kapilari refil. Kuku yang membiru dan keunguan dapat

mengindikasikan terjadinya sianosis. Jika warnanya pucat, bisa saja terjadi

penurunan aliran darah ke perifer. Ketika ditemukan adanya clubbing, sudut

kuku ≥180°, mengindikasikan adanya hipoksia kronik.

pada sirosis, gagal jantung, dan DM tipe II.Terry’s nail

Kuku berwarna keputihan dengan bagian distal berwarna coklat kemerahan

gelap. Koilonychias defisiensi zat besi.anemia

defisiensi protein.adanya garis –garis tipis pada kuku defisiensi zinc.adanya

spot putih pada kuku

6. catat bau badan dan adanya bau pada pernapasan, berhubungan erat dengan

kualitas perawatan diri klien.Bau

Palpasi

1. palpasi kelembutan permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada pasien

hipitiroidisme.Tekstur

2. Kelembaban

Dideskripsikan dengan kering, berminyak, berkeringat, atau lembab. Kulit

berminyak dengan jerawat dan dengan peningkatan aktivitas kelenjar minyak dna

pada penyakit parkinson. Diaforesis sebagai respon meningkatnya suhu atau

melabolisme tubuh. Hiperhidrosis istilah terhadap perspirasi berlebihan.

3. Temperatur

4. Mobilitas dan turgor

10

Page 11: KONSEP LANSIA

Ketika mengkaji secara terpusat, diatas klavikula, kulit seharusnya mudah untuk

dicubit, dan cepat kembali ke posisi awal. Mobilitas kulit menurun pada

scleroderma atau pada pasien dengan peningkatan edema. Turgor kulit menurun

pada pasien dehidrasi.

5. nonpitting atau pitting edemaEdema

Nonpitting edema, tidak terdepresi dengan palpasi, terlihat pada pasien dengan

respon inflamasi lokal dan disebabkan oleh kerusakan endotel kapiler. Kulit

terlihat merah, keras, dan hangat

Pitting edema biasanya pada kulit ekstremitas dan dapat menimbulakan depresi

ketika dilakukan palpasi.

Skala (1+ to 4+) Pengukuran Deskripsi Waktu kembali

/41 2 mm Nyaris dapat terdeteksi Segera

/42 4 mm Pitting Lebih dalam Beberapa detik

/43 6 mm Pitting dalam 10-20 detik

4+/4 10 mm Sangat dalam >20 detik

Pengkajian kulit pada lansia

Terjadi kehilangan jaringan lemak bawah kulit dan penurunan vaskularisasi

lapisan dermis memicu penipisan kulit, keriput, kehilangan turgor kulit dan

actinic purpura.

Terpapar matahari dalam waktu lama memicu kulit menguning dan menebal dan

perkembangan solar lentigo.

Menurunnya aktivitas kelenjar sebase dan kelenjar keringat memicu

pengelupasan kulit dan kekeringan.

Menurunnya melanin menyebabkan rambut menjadi abu-abu – putih.

Menurunnya kadar hormon menyebabkan penipisan rambut kepala.

Penurunan sirkulasi perifer menyebabkan pertumbuhan yang lambat pada kuku

dan kuku menjadi rapuh

11

Page 12: KONSEP LANSIA

12