konsep medis

37
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi krisis hipertensi karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 120-130 mmHg, dan

Upload: unhyharsul

Post on 29-Nov-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

krisis hipertensi

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP MEDIS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang

tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada

orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi

sehingga mereka cenderung untuk menjadi krisis hipertensi karena tidak

menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan

hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot

jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat

yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.

Pada pasien krisis hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah yang

mencolok tinggi, umumnya tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan

atau tekanan darah diastolik lebih dari 120-130 mmHg, dan peningkatannya

terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Selain itu, dalam penatalaksanaan,

yang lebih penting daripada tingginya tekanan darah adalah adanya tanda

kerusakan akut organ target.Dengan pemakaian obat antihipertensi baru yang

bekerja jangka panjang dengan efek samping yang minimal, jumlah pasien

krisis hipertensi menjadi lebih sedikit, dengan angka prevalensi sekitar 1%

pada pasien hipertensi. Hal ini berbeda sekali jika dibandingkan dengan era

sebelum dipakai obat antihipertensi baru dengan insidens hipertensi maligna

sekitar 7% pada pasien hipertensi yang tidak diobati.Sebagian pasien krisis

hipertensi datang dalam keadaan gawat sehingga perlu dikenali dan ditangani

secara khusus. Penanganan yang dianjurkan oleh para ahli tidak selalu sama

dan dipengaruhi oleh pengalamannya dengan obat antihipertensi tertentu yang

lebih banyak daripada obat lain. Ketersediaan obat antihipertensi parenteral di

Page 2: KONSEP MEDIS

suatu negara juga merupakan faktor penting dalam cara penanggulangan yang

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis penyakit krisis hipertensi?

2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit krisis hipertensi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep medis penyakit krisis hipertensi

2. Untuk mengetahui bagaiamana asuhan keperawatan penyakit krisis

hipertensi

Page 3: KONSEP MEDIS

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Krisis hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah meningkat dan

menetap pada nilai yang tinggi, misalnya 120-150 mmHg atau lebih dan atau

disertai beberapa penyulit seperti: ensefalopati, payah jantung kiri akut,

perdarahan otak, dan hipertensi maligna (hipertensi disertai edema papilla

nervus optic). Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi

yang tidak atau lalai memakan obat antihipertensi.

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Arteri, Arteriola, Kapiler, dan Venula.

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh

darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait denyut jantung.

Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang

meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke arteriol.

Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah sehingga

tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh ini dan mendorong darah

keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan memberi tekanan ringan dengan

memberikan tekanan ringan pada kuku atau meletakkan sepotong gelas pada

Page 4: KONSEP MEDIS

kulit. (Untuk alasan ini, sangatlah penting untuk sering mengubah posisi pasien

yang harus tirah baring ditempat tidur, karena jaringan yang menanggung berat

badan hanya mempunyai sedikit darah yang bersirkulasi). Di dalam vena

tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga pada akhirnya pada vena-

vena besar yang mendekati jantung terdapat gaya isap (suction), yakni tekanan

negative (bukan positif), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika

ruangan-ruangan di dalamnya relaksasi.

Tekanan pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini

paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah

ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

C. Klasifikasi

Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioritas

pengobatan, sebagai berikut :

1. Hipertensi emergensi/emergency hipertension (darurat)

Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ,

sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau

jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah

untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun

kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2. Hipertensi urgensi/urgency hipertension (mendesak)

Tekanan darah yang tinggi tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan

darah harus diturunkan dalam hitungan jam atau hari untuk mencegah

kerusakan target organ. Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan

mutlak, namun sebagai patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110

sudah dapat dikatakan tekanan darah urgency.

D. Etiologi

Ada tiga organ utama pengendalian tekanan darah yaitu otak, jantung dan

ginjal. Di otak terletak dalam medulla oblongata dan hipotalamus, di jantung

sebagai pengaturan fungsi jantung, tonus arterioler, di ginjal melalui

Page 5: KONSEP MEDIS

mekanisme metabolisme natrium dan air. Misalnya terjadi beberapa penyakit

penyulit hipertensi seperti :

1. Encefalopati hipertensif

Kenaikan tekanan darah yang melampaui batas autoregulasi otak

menyebabkan tekanan arteri meningkat sehingga terjadi kerusakan

membrane endothelial menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah otak terjadilah edema serebri

2. Hipertensi maligna

Dijumpai adanya nekrotisasi sebagai akibat tekanan yang sangat tinggi

terutama di otak atau ginjal. Gejala klinis dapat berupa peningkatan tekanan

diastolic yang hebat serta kelainan retina terjadi kerusakan sel endothelial

sehingga menimbulkan robeknya retina maupun obliterasi ( cotton wool

exudates, perdarahan dan papil edema ). Pada ginjal ditandai dengan

proteinurea, hematuria, azotemia, sampai dengan gagal ginjal.

3. Perdarahn intra serebral

Terjadi karena pecahnya system vaskularisasi intraserebral yang disebabkan

terjadinya perubahan degenerative pembuluh darah, berlanjut menjadi

aneurisma oleh sebab lain misalnya arteriosklerosis. Mekanisme lain dapat

terjadi karena nekrosis pembuluh darah otak, thrombosis multiple atau

spasme pembuluh darah sebagai reaksi dari meningkatnya tekanan darah

secara tiba-tiba. Gejala klinis berupa kepala hebat mendadak disertai

penurunan kesadaran.

4. Diseksi aorta

Terjadi robekan tunika intima, hematoma di sekitar tunika media yang

lambat laun mengakibatkan pecahnya aorta secara mendadak. Biasanya

terjadi pada kelainan di tunika media, seperti penyakit arteriosklerosis,

koartasio aorta. Gejala klinisnya biasa berupa nyeri dada yang menyerupai

angina pectoris atau infark miokardium dengan perjalananke punggung,

perut sampai tungkai bawah serta adanya tanda-tanda insufisiensi aorta

5. Payah jantung kiri akut

Mekanisme terjadinya berupa :

Page 6: KONSEP MEDIS

a. Peningkatan tekanan vaskuler perifer akibat tekanan darah yang tinggi

sehingga terjadi kenaikan after load di ventrikel kiri.

b. Terjadi hipertrofi ventrikel kiri yang berakibat disfungsi ventrikel kiri

c. Terjadi retensi air dan garam pada seluruh system sirkulasi sehingga

menimbulkan pertambahan preload

d. Bila disertai infark miokardium maupun iskemi pembuluh darah koroner

dapat berakibat payah jantung kongestif.

e. Gejala klinis yang timbul merupakan akibat edema akut, yaitu sesak

nafas yang hebat, ortopnoe, batuk, air hunger, panic, sianotik kadang-

kadang batuk berdarah, ronki basah pada kedua paru.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko timbulnya hipertensi:

a. Faktor keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi didapatkan riwayat hipertensi dalam

keluarga, khususnya ayah dan ibu klien. Apabila dalam suatu keluarga

terdapat riwayat hipertensi, maka kemungkinan seseorang dalam keluarga

itu untuk terkena hipertensi lebih besar. Dan juga banyak dijumpai pada

klien yang kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita

hipertensi.

b. Faktor Lingkungan

Seperti stress, kegemukan/obesitas dan kurang olah raga juga

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Hubungan antara stress dan

hipertensi diduga karena aktivasi saraf simpatis, yang bekerja pada saat kita

beraktifitas. Peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan

tekanan darah secara intermitten/tidak menentu. Bila stress berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

Hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah bahwa daya pompa

jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas

lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan

normal.

Page 7: KONSEP MEDIS

Olah raga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya

obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh yang akan

dikeluarkan melalui keringat oleh kulit.

E. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak pada pusat vasomotor pada medula di otak. Dari vasomotor tersebut

bermula pada saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar

dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menseksresi

epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid linnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang menyebabkan

adanya sutu vasokonstriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal yang mengakibatkan peningkatan volume intravaskular. Semua

faktor tesebut cenderung menyebabkan hipertensi.

Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem pmbuluh perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan

tersebut meliputiaterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan

menurunkankemampuan distensi daya regang pembuluh darah. Hal tersebut

menyebabkan aorta dan arteri besar bekurang kemampuannya dalam

Page 8: KONSEP MEDIS

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

F. Manifestasi Klinis

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Gejala

hipertensi baru muncul bila hipertensi menjadi berat atau pada keadaan krisis

hipertensi. Gejala-gejalanya berupa :

1. Sakit kepala, pusing, sesak nafas.

2. Muntah , kardiomegali.

3. Gelisah , sianosis, dispneu, edema.

4. Berat badan turun, heptaomegali.

5. Keringat berlebihan, takikardi, ronki.

6. Murmur, epistaksis, bising jantung.

7. Palpitasi, poliuri, proteinuri, hematuria.

8. Retardasi pertumbuhan.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :

a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

terdapat DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu

ginjal,perbaikan ginjal.

Page 9: KONSEP MEDIS

5. Photo thorax : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area

katup,pembesaran jantung.

H. Komplikasi

1. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma. (Corwin, 2000)

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu

bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan

diri secara mendadak. (Novianty, 2006)

2. Infark Miokard

Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi

ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan. (Corwin, 2000)

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,

Page 10: KONSEP MEDIS

darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu

dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik. (Corwin, 2000)

4. Encefalopati (kerusakan otak)

Tanda gejala dari encefalopati diantaranya nyeri kepala hebat,

berubahnya kesadaran, kejang dengan defisit neurologi fokal azotermia,

mual dan muntah-muntah (Stein, 2001).

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam

ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya

kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

5. PIH (Pregnancy-Induced-Hypertention)

Wanita yang PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses Persalinan (Corwin, 2000: 360).

Hipertensi primer dijumpai pada satu sampai 3% dari seluruh kehamilan.

Hipertensi ini lebih sering dujumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-

kira 20% dari kasus toksemia gravidarum. Sekitar 8-25% kehamilan disertai

komplikasi hipertensi. (Stein, 2001)

6. Retinopati hipertensip

Pemeriksaan funduskopi dapat menolong menilai prognosis dan juga

beratnya tekanan darah tinggi. Keith, Wgner & Barker menemukan pertama

kali bahwa penderita-penderita retinopati dengan golongan I (penciutan), II

(sklerosis), III (perdarahan dan eksudat), IV (pupil edema) bila tidak diobati

bisa bertahan lima tahun berturut-turut 85%, 50%, 13%, dan 0%. Penelitian

belakangan ini menduga bahwa retinopati hipertensif tingkat III & IV

Page 11: KONSEP MEDIS

berhubungan dengan prognosis jangka panjang yang jelek. Retinopati

hipertensif yang lanjut (golongan III & IV) ditemukan kurang 10% dari

semua penderita hipertensi dan merupakan indikasi untuk penelitian

diagnostik dan pengobatan yang agresif. (Ismudiati, 2003)

I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada

kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,

sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam

beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan

secara lebih perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat

tersebut dicapai dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan

darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai

tekanan darah diastolik sekitar 100 mmHg.

Seperti sudah disebutkan di atas, pada kegawatan hipertensi diberikan

obat antihipertensi parenteral yang memerlukan titrasi secara hati-hati sesuai

dengan respons klinik. Setelah penurunan tekanan darah secara cepat

tercapai dengan pemberian obat antihipertensi parenteral, dimulai pemberian

obat antihipertensi oral.

Jika tekanan darah makin menurun dengan penambahan obat

antihipertensi oral tersebut, dilakukan titrasi penurunan dosis obat

antihipertensi parenteral sampai dihentikan. Pengukuran tekanan darah yang

berkesinambungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat monitor

tekanan darah osilometrik otomatik.

Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal atau hipotensi,

kecuali pada diseksi aorta, karena akan mengakibatkan terjadinya

hipoperfusi organ target. Penurunan tekanan darah sampai normal dapat

dilaksanakan pada saat pasien berobat jalan.

Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis hipertensi adalah :

a. Natrium Nitropusida

Page 12: KONSEP MEDIS

b. Nikardipin hidroklorida

c. Nitrogliserin

d. Enaraplirat

e. Hidralazin Hidroklorida

f. Diazoksid

g. Labatalol Hidroklorida

h. Fentolamin ( Mansjoer:522 )

Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek

samping segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena memiliki

efek vasodilatasi segera dengan waktu kerja yang pendek, sehingga banyak

digunakan pada awal klinis.

Efek pada kebanyakan obat antihipertensi diperkuat oleh deuretik.

Pemantauan tekanan darah yang sangat ketat dan status kardiovaskuler

pasien penting dilakukan selama penanganan dengan obat ini.

Penurunan tekanan darah secara mendadak dapat terjadi dan memerlukan

tindakan segera untuk mengembalikan tekanan darah ke batas normal.

( Brunner & Suddarth:908 )

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera

diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,

pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada

indikasi). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume

intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab

krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,

tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan

didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan

keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.

Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak

kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama

48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting

Page 13: KONSEP MEDIS

aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun

TD yang didapat.

Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal

pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung

dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali

pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara

bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.

3. Diet sehat penderita krisis hipertensi

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan

empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak

terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).

Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary

Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu

yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu

makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-

produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan

kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang

dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada

usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang

berat badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga

kali waktu makan (pagi, siang, malam).

BAHAN

MAKANANPORSI SEHARI UKURAN PORSI

Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil

Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang

Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang

Sayuran 4 – 5 mangkuk

Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang

Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

Page 14: KONSEP MEDIS

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau

rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan

sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan

dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari

golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih.

Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita

hipertensi adalah daging kambing dan durian.

4. Terapi

Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic

kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic

kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure

mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %

dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara

bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah

diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan

dalam 12 – 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan

tekanan darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam

dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.

J. Pencegahan

Hipertensi adalah masalah yang relatif terselubung (silent) tetapi

mengandung potensi yang besar untuk masalah yang lebih besar. Hipertensi

adalah awal untuk proses lanjut mencapai target organ untuk memberi

kerusakan yang lebih berat. Karena itu, diperlukan upaya-upaya pencegahan

hipertensi.

Dibawah ini adalah beberapa gaya hidup untuk pencegahan hipertensi:

a. Turunkan berat badan jika berat badan mengalami kelebihan (IMT > 27,3

bagi perempuan dan > 27,8 bagi laki-laki) dengan mengurang kalori diet

dan berolahraga.

Page 15: KONSEP MEDIS

b. Tingkatkan olahraga aerobik (30-45 menit/ hari), misalnya jalan kaki agar

cepat sampai mencapai tingkat kesegaran jasmani yang sedang.

c. Mengurangi konsumsi garam.

d. Pertahankan konsumsi potasium/kalium dalam jumlah cukup (90 mmol /

hari). Lebih bagus yang berasal dari buah-buahan segar dan sayuran.

e. Pertahankan konsumsi kalium dan magnesium dalam jumlah cukup.

f. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol untuk

kesehatan jantung secara menyeluruh.

g. Setelah 30 tahun periksa tekanan darah setiap tahun.

Page 16: KONSEP MEDIS

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

a. Meliputi : nama, umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama, dan

bangsa.

b. Penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,

agama, bangsa dan hubungan dengan pasien.

2. Pengkajian Primer

Pengkajian dengan pendekatan ABCD.

a. Airway, kaji :

1) Bersihan jalan nafas

2) Adanya/ tidaknya jalan nafas

3) Distres pernafasan

4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

b. Breathing, kaji :

1) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada

2) Suara nafas melalui hidung atau mulut

3) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

c. Circulation, kaji :

1) Denyut nadi karotis

2) Tekanan darah

3) Warna kulit, kelembapan kulit

4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

d. Disability, kaji :

1) Tingkat kesadaran

2) Gerakan ekstremitas

3) GCS (Glasgow Coma Scale)

4) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya

Page 17: KONSEP MEDIS

e. Exposure, kaji :

1) Tanda-tanda trauma yang ada.

3. Dasar data pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

Takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner, penyakit serebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin.

c. Integritas Ego

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, Factor stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, dan peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.

e. Makanan/cairan

Gejala : Makananyang di sukai, yang dapat mencakup makanan

yang tinggi garam, tinggi lemak, dan tinggi kolestrol.

Tanda : Berat badan normalatau obesitas, adanya edema.

f. Neurosensori

Gejala : Keluhan pusing/berdenyut, sakit kepala suboksipital.

Tanda : Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara, dan efek piker

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Page 18: KONSEP MEDIS

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, dan nyeri abdomen.

h. Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas.

Takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal.

Batuk dengan/ tanpa pembenukan sputum

Riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.

Bunyi napas tambahan

Sianosis

i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan

Episode parestesia unilateral transien

Hipotensi postural

j. Pembelajran/Penyuluhan

Gejala :Factor-faktor resiko keluarga: hipertensi, penyakit

katup jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal.

Pertimbangan : DRG mernunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2

hari

Rencana pemulangan: Bantuan dengan pemantauan diri TD

Perubahan dalam terapi obat

B. Diagnosa

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya

vasokonstriksi.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular

serebral.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Page 19: KONSEP MEDIS

C. Intervensi

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard.

Intervensi :

a. Pantau TD

Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang

lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dam femoralis

mungkin terpalpasi, denyut pada tungkai mungkin menurun.

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena

adanya hipertrofi atrium,perkembangan S3 menunjukkanhipertrofi

ventrikel dan kerusakan fungsi.

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian

kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi atau

mencerminkan penurunan curah jantung.

e. Catat edema umum/tertentu.

Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan atau

vascular

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya

vasokonstriksi.

Intervensi :

a. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya

Rasional : Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan

penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda peningkatan TIK.

Napas tidak teratur menunjukkan adanya peningkatan TIK.

b. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana.

Page 20: KONSEP MEDIS

Rasional : Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien.

c. Pantau status neurologis secara teratur

Rasional : Mencegah/menurunkan atelaktasis

d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif

Rasional : Menurunkan statis vena

e. Pantau pemasukan dan pengeluaran haluaran urin

Rasioanl : Penurunan atau pemasukan mual terus menerus dapat

menyebabkan penurunan volume sirkulasi

f. Beri obat sesuai indikasi, misal : Caumadin

Rasioanl : Menurunkan resiko trombofeblitis

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular

serebral.

Intervensi :

a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut

Rasional : Meminimalkan stimulasi/peningkatan relaksasi.

b. Berikan tindakan farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala

Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan

memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan

sakit kepala dan komplikasinya.

c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan

sakit kepala.

d. Berikan cairan , makanan lunak, perawatan mulut yang teratur, bila

terjadi perdarahan hidungdan kompres hidung telah di lakukanuntuk

menghentikan perdarahan

Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat

mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut,

menumbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membrane

mukosa.

Kolaborasi

Page 21: KONSEP MEDIS

e. Berikan obat Analgetik sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang

system saraf simpatis

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

a. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.

Rasional : Untuk mengetahui sampai sejauh mana kelemahan yang

dialami klien.

b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan klien.

Rasional : Memenuhi kebutuhan klien.

c. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Menilai perkembangan klien.

d. Bantu klien dalam melakukan aktivitas misalnya mengubah posisi tidur

klien.

Rasional : Memenuhi kebutuhan klien.

e. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika dapat

ditoleransi.

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja

jantung tiba-tiba.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

a. Kaji tingkat pemahaman klien.

Rasional : Mengetahui tingkat pemahaman klien dan untuk memilih

intervensi selanjutnya.

b. Berikan informasi dalam bentuk yang singkat dan sederhana.

Rasional : Menurunnya rentang perhatian klien dapat menurunkan

kemampuan untuk menerima/memproses dan mengingat/menyimpan

informasi yang diberikan.

c. Instruksikan pada klien untuk melakukan ambulasi dini.

Rasional : Membantu dalam meningkatkan normalisasi fungsi organ.

Page 22: KONSEP MEDIS

d. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan dan kembali ke

dokter untuk mengangkat jahitan.

Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama dengan program

terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaian.

D. Implementasi

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan iskemia miokard.

Implementasi:

a. Memantau TD

b. Mencatat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

c. Mendengarkan tonus jantung dan bunyi napas.

d. Mengamati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.

e. Mencatat edema umum/tertentu.

2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan terjadinya

vasokonstriksi.

Implementasi:

a. Memantau TTV tiap jam dan catat hasilnya

b. Mengkaji respon motorik terhadap perintah sederhana.

c. Memantau status neurologis secara teratur

d. Mendorong latihan kaki aktif/ pasif

e. Memantau pemasukan dan pengeluaran haluaran urin

f. Memberi obat sesuai indikasi, misal : Caumadin

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular

serebral.

Implementasi:

a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut

b. Memberikan tindakan farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala

c. Membantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

d. Memberikan cairan , makanan lunak, perawatan mulut yang teratur, bila

terjadi perdarahan hidungdan kompres hidung telah di lakukanuntuk

menghentikan perdarahan

Page 23: KONSEP MEDIS

e. Kolaborasi: Memberikan obat Analgetik sesuai indikasi.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Implementasi:

a. Mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas.

b. Mendekatkan peralatan yang dibutuhkan klien.

c. Mengobservasi tanda-tanda vital.

d. Membantu klien dalam melakukan aktivitas misalnya mengubah posisi

tidur klien.

e. Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap jika dapat

ditoleransi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Implementasi:

a. Mengkaji tingkat pemahaman klien.

b. Memberikan informasi dalam bentuk yang singkat dan sederhana.

c. Menginstruksikan pada klien untuk melakukan ambulasi dini.

d. Mendiskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan dan

kembali ke dokter untuk mengangkat jahitan.

E. Evaluasi

1. Resiko penurunan curah jantung tidak terjadi

2. Perubahan perfusi jaringan perifer dapat teratasi

3. Gangguan rasa nyeri berkurang/hilang

4. Intoleransi aktivitas dapat teratasi

5. Mengetahui lebih banyak tentang penyakitnya

Page 24: KONSEP MEDIS

DAFTAR PUSTAKA

Bakta I made, dkk.1999.Gawat Darurat di Bidang Penyakit

Dalam.Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth.2001.Keperwatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC

Doenges, EMarilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.Jakarta:EGC

Price, A Sylvia.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit,

Vol.2,Edisi 6.Jakarta: EGC

Purwadianto A, dkk.2000.Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan

praktik.Jakarta: Binarupa Aksara

Watson, Roger.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.Jakarta: EGC