konservasi pencahayaan
DESCRIPTION
pencahayaanTRANSCRIPT
LAPORANKONSERVASI ENERGI
PENCAHAYAAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata KuliahKonservasiEnergi
Disusunoleh:
Akbar Kurnia
AzharFadhilah K
Mila Minhatul M
MithaSelviyana
DEPARTEMEN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konservasi sistem pencahayaan pada bangunan gedung di Indonesia dimulai sejak
tahun 1985 dengan diperkenalkannya program konservasi sistem pencahayaan oleh DOE
(Departemen of Energy, USA) dan di Indonesia dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Sistem pencahayaan digunakan ketika penerangan alami tidak dapat memenuhi persyaratan
penerangan ruang dalam bangunan. Kondisi pencahayaan pada suatu ruangan rata-rata
memiliki sistem pencahayaan yang kurang efisien dalam segi penggunaan daya listrik.
Contohnya pada waktu siang hari cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan sudah cukup
memadai namun lampu tetap menyala sehingga energi yang digunakan banyak terbuang.
Optimasi sistem pencahayaan perlu dilakukan agar menghemat energi dan biaya
operasionalnya tidak terlalu besar. Perbedaan jenis lampu sangat mempengaruhi terhadap
energi listrik yang dibutuhkan, oleh karena itu perlu dilakukannya konservasi sistem
pencahayaan agar cahaya yang dihasilkan oleh lampu sesuai dengan standar namun tetap hemat
dalam penggunaan energi listrik maupun biaya operasionalnya. Untuk dapat memenuhi
persyaratan tersebut standar yang digunakan dalam sistem pencahayaan di Indonesia adalah
SNI 03-6197-2000. Standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan
gedung untuk memperoleh sistem pencahayaan dengan pengoperasian yang optimal sehingga
penggunaannya efisien tanpa harus mengurangi dan atau mengubah fungsi bangunan,
kenyamanan, dan produktivitas kerja penghuni serta mempertimbangkan aspek biaya.
1.2 TUJUAN
a. Dapat memahami rangkaian praktikum konservasi pencahayaan.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pencahayaan.
c. Mengetahui perbedaan antara lampu Neon, LED, dan LHE.
d. Mengoptimalkan penggunaan energi listrik pada sistem pencahayaan.
e. Dapat melakukan konservasi pada sistem pencahayaan dengan beberapa metode.
BAB II
DASAR TEORI
Sistem penerangan adalah sistem yang mengatur pencahayaan sesuai dengan kebutuhan
visual yang dibutuhkan. Sistem penerangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memanfaatkan cahaya matahari sebagai cahaya sumber alami secara maksimal. Hal ini
dimaksudkan agar pemakaian energi listrik untuk pencahayaan bisa seminimal mungkin.
Persyaratan pencahayaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Sistem pencahayaan buatan yang dirancang
- Tingkat pencahayaan minimalnya sesuai yang direkomendasikan.
- Daya listrik untuk pencahayaan sesuai maksimum yang diijinkan.
- Memenuhi tingkat kenyamanan visual.
b. Sistem pencahayaan alami yang dirancang memanfaatkan semaksimal mungkin
pencahayaan siang hari.
2.1 Penggunaan Energi Untuk Pencahayaan Buatan
Pencahayaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan mengurangi daya
terpasang, melalui pemilihan lampu dengan efikasi tinggi serta ballast dan armatur yang efisien.
Pada bangunan publik atau lainya, cahaya dapat diperoleh dari sumber alami (matahari)
maupun sumber buatan (lampu). Lampu elektrik yang dipergunakan untuk bangunan gedung
antara lain jenis bulb dan fluorescent/TL. Lampu bulb menghasilkan cahaya melalui kawat
filamen yang dilalui arus listrik. Cahaya tersebut melepaskan panas secara radiasi dalam daerah
tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan.
Kualitas warna cahaya dibedakan menjadi :
- Warna cahaya lampu ( Cotrrelated Colour Temperature = CCT )
Warnanya sendiri tidak merupakan indikasi tentang efeknya terhadap warna objek, tetapi
lebih kepada memveri suasana. Dua lampu yang saling mirip warna cahayanya dapat berbeda
komposisi distribusi spektralnya sehingga akan berbeda juga efeknya kepada warna obyek yang
diterangi. Warna cahaya lampu dibedakan menjadi :
Warna putih kekuning-kuningan ( warm-white )
Kelompok 1 ( <3300 K )
Warna putih netral ( cool white )
Kelompok 2 ( 3300 K – 5300 K )
Warna putih ( daylight )
Kelompok 3 ( > 5300 K )
Warna cool daylight
Kelompok 4 ( 6200 K )
Pemilihan warna lampu bergantung pada tingkat iluminasi yang diperlukan agar diperoleh
pencahayaan yang nyaman. Makin tinggi tingkat iluminasi yang diperlukan, maka warna lampu
yang digunakan adalah jenis lampu dengan CCT sekitar > 5000 K ( daylight ) sehingga tercipta
pencahayaan yang nyaman.
Sedangkan untuk kebutuhan tingkat iluminasi yang tidak terlalu tinggi, maka warna lampu
yang digunakan < 3300 K ( warm white ).
- Renderansi Warna
Disamping warna cahaya lampu, perlu diketahui efek suatu lampu kepada warna obyek,
untuk itu dipergunakan suatu indeks yang menyatakan apakah warna objek tampak ilmiah
apabila diberi cahaya lampu tersebut.
Lampu-lampu diklarifikasikan dalam kelompok renderansi warna yang dinyatakan dengan
Ra, sebagai berikut :
Efek warna kelompok 1 : Ra indeks 80-100 %.
Efek warna kelompok 2 : Ra indeks 60-80 %.
Efek warna kelompok 3 : Ra indeks 40-60 %.
Efek warna kelompok 4 : Ra indeks < 40 %.
- Efikasi
Efikasi adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dengan daya listrik
suatu sumber cahaya (watt). Efikasi juga disebut fluks cahaya spesifik.
Dengan rumus: efikasi=fluks cahaya[ l umen]
daya listrik sumber pencahayaan [watt ]
- Iluminasi
Iluminasi sering di sebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan atau dalam BSN
di sebut Tingkat Pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang menyinari
permukaan suatu bidang. Lambang iluminasi adalah E dengan satuan lux (lx).
- Efektifitas pencahayaan
Untuk mengetahui efektifitas pencahayaan bisa menggunakan rumus dibawah ini.
efektifitas=iluminasi [lux ]
daya listrik sumber pencahayaan [watt ]x A [m2]
2.2 Teknologi Sistem Penerangan
Prinsip kerja lampu listrik adalah dengan cara menghubung singkat listrik pada filamen
carbon (C) sehingga terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas
yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang didapat
pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya).
Sistem penerangan saat ini yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya
adalah jenis lampu pijar, lampu flourescent ( lampu TL ), lampu CFL yang dikenal sebagai
lampu hemat energi (LHE), lampu halogen, lampu HID ( High Intensity Discharge ) dan lain-lain
serta banyak menggunakanballast konvensioanl dan ballast elektronik.
1. Lampu Flourescent ( Lampu TL )
Belakangan ini, penggunaan jenis lampu ini lebih populer daripada lampu pijar. Lampu ini
memiliki efisiensi yang tinggi dan ketahanan yang lebih lama, hampir 20.000 jam.
Sayangnya, lampu ini membutuhkan alat ballast yang memakan banyak daya. Efisiensi
dapat ditingkatkan dengan menggunakan ballast elektronik.
2. Lampu CFL (Compaq Flourescent Lamp )
Lampu ini adalah lampu yang paling efisien yang tersedia di pasaran, dengan efikasi tinggi
sekitar 50-60 lumen per watt dengan usia sampai 12000 jam.
3. Lampu Halogen/Flood Light
Lampu tipe ini serupa dengan lampu pijar, namun ketahanan yang lebih lama sampai 3000
jam. Lampu ini menghasilkan warna khusus dan umumnya digunakan di tempat-tempat
dimana aktivitas membutuhkan pencahayaan yang lebih terang dan warna khusus.
4. Lampu HID ( High Intensity Discharge )
Tipe lampu ini digunakan untuk kebutuhan luar ruangan, seperti area parkir, jalanan, gudang
dan lain-lain. Ketahananya berkisar anatara 10000 hingga 25000 jam.
5. Lampu Sodium Tekanan Tinggi ( HPS )
Lampu HPS banyak digunakan untuk penerapan di luar ruangan dan industri. Efikasinya
yang tinggi membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik daripada metal halide, terutama
bila perubahan warna yang baik bukan menjadi prioritas. Lampu HPS ini memiliki efikasi
50-90 lumen per watt dengan umur lampu 24000 jam, pemanasan 10 menit, pencapaian
panas dalam waktu 60 detik. Gas pengisinya adalah Xenon.
6. Ballast Elektronik
Ballast jenis ini mempunyai keunikan khusus, yaitu sistem bekerjanya tidak lagi
menggunakan gulungan (kumparan) pada suatu inti besi, berbeda sekali dengan ballast
konvensional yang masih menggunakan gulungan (kumparan) pada inti besi. Ballast
elektronik menggunakan suatu sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi
pada inti besi, pada kumparan menjadi tidak adalagi, dan hanya sedikit rugi saja karena
rangkaian/sirkit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang
diserapnya.
Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap
mempertahankan besar tegangan yang diinginkan, sehingga ballast elektronik dapat
digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suatu
ruangan. Dengan sistem sirkit elektronik maka ballast menjadi lebih ringan dan lebih kecil
dibandingkan dengan ballast konvensional (sistem gulungan kawat).