konservasi vegetatif

21
TUGAS TERSTRUKTUR KULIAH TEKNOLOGI KONSERVASI DAN SUMBERDAYA LAHAN “Konservasi Lahan Secara Vegetatif” Disusun Oleh: Nama : M. Hasan Suhaedi Nim : 115040200111020 Kelas : J UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2013

Upload: merlin

Post on 14-Jul-2016

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: konservasi vegetatif

TUGAS TERSTRUKTUR KULIAH TEKNOLOGI KONSERVASI DAN SUMBERDAYA

LAHAN “Konservasi Lahan Secara Vegetatif”

Disusun Oleh:

Nama : M. Hasan Suhaedi

Nim : 115040200111020

Kelas : J

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIMALANG

2013

Page 2: konservasi vegetatif

BAB I

PENDAHULUAN

Usaha tani tanaman pangan secara intensif dan menetap pafa lahan kering di

daerah hujan tropis dihadapkan pada masalah penurunan produktivitas lahan. Salah

satu penyebabnya adalah tanahnya yang peka erosi, berlereng, masam dan miskin

unsure hara. Untuk mencapai keberlanjutan produktivitas lahan perlu tindakan

konservasi tanah dan air, serta mencegah hanyutnya seresah dan humus tanah.

Tujuan ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi konservasi tanah secara

vegetative dan mekanik. Konservasi tanah pada lahan pertanian tidak hanya terbatas

pada usaha untuk mengendalikan tanah atau aliran permukaan, tertapi termasuk

usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah. Konservasi tanah vegetative

mencakup semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan

(vegetasi), baik tanaman legume yang menjalar, semak atau perdu, maupun pohon

dan rumput-rumputan serta tumbuh-tumbuhan lain, yang ditujukan untuk

mengendalikan erosi dan aliran permukaan pada lahan pertanian. Tindakan konservasi

tanah vegetative tersebut sangat beragam, mulai dari pengendalian erosi pada bidang

olah atau lahan yang ditanami dengan tanaman utama, sampai dengan stabilisasi

lereng dari bidang olah, saluran pembuangan air (SPA), maupun jalan kebun.

Pada dasarnya konservasi tanah secara vegetatif adalah segala bentuk

pemanfaatan tanaman ataupun sisa-sisa tanaman untuk mengurangi erosi. Tanaman

ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan

butir air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta

meningkatkan peresapan air ke dalam tanah. Kanopi berfungsi menahan laju butiran

air hujan dan mengurangi tenaga kinetik butiran air dan pelepasan partikel tanah

sehingga pukulan butiran air dapat dikurangi. Air yang masuk di sela-sela kanopi

(interception) sebagian akan kembali ke atmosfer akibat evaporasi.

Fungsi perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir air hujan

merupakan hal yang sangat penting karena erosi yang terjadi di Indonesia penyebab

utamanya adalah air hujan. Semakin rapat penutupannya akan semakin kecil risiko

hancurnya agregat tanah oleh pukulan butiran air hujan. Batang tanaman juga menjadi

penahan erosi air hujan dengan cara merembeskan aliran air dari tajuk melewati

batang (stemflow) menuju permukaan tanah sehingga energi kinetiknya jauh

berkurang. Batang juga berfungsi memecah dan menahan laju aliran permukaan. Jika

energi kinetik aliran permukaan berkurang, maka daya angkut materialnya juga

berkurang dan tanah mempunyai kesempatan yang relatif tinggi untuk meresapkan air.

Page 3: konservasi vegetatif

Beberapa jenis tanaman yang ditanam dengan jarak rapat, batangnya mampu

membentuk pagar sehingga memecah aliran permukaan. Partikel tanah yang ikut

bersama aliran air permukaan akan mengendap di bawah batang dan lama-kelamaan

akan membentuk bidang penahan aliran permukaan yang lebih stabil.

Keberadaan perakaran mampu memperbaiki kondisi sifat tanah yang

disebabkan oleh penetrasi akar ke dalam tanah, menciptakan habitat yang baik bagi

organisme dalam tanah, sebagai sumber bahan organik bagi tanah dan memperkuat

daya cengkeram terhadap tanah (Foth, 1995, Killham, 1994, Agus et al., 2002).

Perakaran tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan,

memantapkan agregasi tanah sehingga lebih mendukung pertumbuhan tanaman dan

mencegah erosi, sehingga tanah tidak mudah hanyut akibat aliran permukaan,

meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air.

Untuk mencapai hasil maksimum dalam mengendalikan erosi dan aliran

permukaan, sebaiknya tindakan konservasi tanah vegetative dikombinasikan dengan

teknik konservasi tanah mekanik. Dalam bab ini diuraikan jenis-jenis teknologi

konservasi tanah vegetative.

Page 4: konservasi vegetatif

BAB II

ISI

2.1 Jenis-Jenis Konservasi Tanah Secara VegetatifKonservasi tanah secara vegetatif yang akan diuraikan dalam monograf ini

adalah: penghutanan kembali (reforestation), wanatani (agroforestry) termasuk

didalamnya adalah pertanaman lorong (alley cropping), pertanaman menurut strip

(strip cropping), strip rumput (grass strip) barisan sisa tanaman, tanaman penutup

tanah (cover crop), penerapan pola tanam termasuk di dalamnya adalah pergiliran

tanaman (crop rotation), tumpang sari (intercropping), dan tumpang gilir (relay

cropping).

Konservasi metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan

sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan

daya rusak aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode vegetatif adalah:

• Untuk melindungi tanah terhadap daya perusak butir- butir hujan yang jatuh.

• Untuk Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah.

• Untuk memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang langsung

mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

Konservasi dengan metode vegetatif ini dapat digunakan sebagai teknologi

pengendalian atau pencegahan erosi. Secara umum, tujuan penerapan teknologi

konservasi adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal,

memperbaiki lahan yang rusak/kritis, dan melakukan upaya pencegahan kerusakan

tanah akibat erosi.

Pada metode vegetatif yang berperan adalah tanaman, dimana tanaman-

tanaman itu berperan untuk mengurangi erosi,yaitu dalam hal:

1. Batang, ranting dan daun-daunannya berperan mengahalangi tumbukan

tumbukan langsung butir-butir hujan kepada permukaan tanah, dengan

peranannya itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah.

2. Daun-daun penutup tanah serta akar-akar yang tersebar pada lapisan

permukaan tanah berperan mengurangi kecepatan aliran permukaan(run off),

sehingga daya kikis, daya angkutan air pada permukaan tanah dapat direduksi,

diperkecil ataupun diperlamban.

3. Daun-daunan serta ranting-ranting tanaman yang jatuh akan menutupi

permukaan tanah,peranannya sebagai pemulsa tanah yang dapat mengurangi

Page 5: konservasi vegetatif

kecepatan alairan permukaan serta melindungi permukaan tanah terhadap

daya kikis air.

4. Akar-akar tanaman memperbesar kapasitas infiltrasi tanah,tunjangan dalam

meningkatkan aktivitas biota tanah yang akan memperbaiki porositas, stabilitas

agregat serta sifat kimia tanah.

5. Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi

keperluan tumbuhnya tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan

(evaporasi) melalui daun-daunannya ke udara.

2.2 Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan dalam Usaha Konservasi dengan Metode Vegetatif

a. Penghijauan KembaliPenghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan untuk

mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah

dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali juga berpotensi untuk

peningkatan kadar bahan organic tanah dari serasah yang jauh di permukaan

tanah dan sangat mendukung kesuburan tanah. Penghutanan kembali

biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam

misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dan aktivitas manusia seperti

pertambangan, perladangan berpindah, dan penebangan hutan.

Hutan mempunyai fungsi tata air yang unik karena mampu menyimpan

air dan meredam debit air pada saat musim penghujan dan menyediakan air

secara terkendali pada saat musim kemarau (sponge effect). Penghutanan

kembali dengan maksud untuk mengembalikan fungsi tata air, efektif dilakukan

pada lahan dengan kedalaman tanah >3 m. Tanah dengan kedalaman <3 m

mempunyai aliran permukaan yang cukup tinggi karena keterbatasan kapasitas

tanah dalam menyimpan air. Pengembalian fungsi hutan akan memakan waktu

20-50 tahun sampai tajuk terbentuk sempurna. Jenis tanaman yang digunakan

sebaiknya berasal dari jenis yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan

baru, cepat berkembang biak, mempunyai perakaran yang kuat, dan kanopi

yang rapat/rindang.

Beberapa tanaman tahunan mempunyai intersepsi dan evaporasi yang

tinggi sehingga akan banyak mengkonsumsi air. Penelitian terhadap tanaman

pinus (Pinus merkusii), menyimpulkan bahwa tanaman pinus akan aman jika

ditanam pada daerah yang mempunyai curah hujan di atas 2.000 mm/tahun.

Pada daerah yang mempunyai curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun disarankan

agar penanaman pinus dicampur dengan tanaman lain yang mempunyai

Page 6: konservasi vegetatif

intersepsi dan evaporasi lebih rendah misalnya Puspa atau Agatis. Sedangkan

untuk daerah yang mempunyai curah hujan 1.500mm/tahun atau kurang

disarankan untuk tidak menanam pinus karena akan menimbulkan kekurangan

(defisit) air.

b. Penggunaan Seresah atau MulsaMulsa adalah bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah, plastik atau

bahan-bahan lain) yang disebar atau menutup permukaan tanah untuk

melindungi tanah dari kehilangan air melalui evaporasi. Mulsa juga dapat

dimanfaatkan untuk melindungi permukan tanah dari pukulan langsung butiran

hujan sehingga mengurangi terjadinya erosi percikan serta dapat mengurangi

laju dan volume limpasan permukaan. Bahan mulsa yang sudah melapuk akan

menambah kandungan bahan organik tanah dan hara. Mulsa mampu menjaga

stabilitas suhu tanah pada kondisi yang baik untuk aktivitas mikroorganisme.

Relatif rendahnya evaporasi, berimplikasi padastabilitas kelengasan tanah.

Secara umum mulsa berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah. Pemanfaatan

mulsa di lahan pertanian juga dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma.

Mulching atau pemulsaan yaitu menutupi permukaan tanah dengan

serasah atau sisa-sisa tanaman yang dapat berkemampuan mencegah

berlangsungnya erosi, hal ini dikarenakan mulsa dapat melindungi tanah

permukaan dari daya timpa butir-butir huajn, dan melindungi tanah permukaan

tersebut dari daya aliran air di permuakaan.

Pemulasaan tanah dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu

tanah, sehingga dapat memperbaiki pengambilan zat hara oleh akar tanaman.

Serasah atau sisa-sisa tanaman yang melapuk akan memperkaya bahan organik

dalam tanah,dengan demikian sifat fisik dan tanah dapat di perbaiki pula. Peran

mulsa dalam menekan laju erosi sangat ditentukan oleh bahan mulsa,

persentase penutupan tanah, tebal lapisan mulsa, dan daya tahan mulsa

terhadap dekomposisi.

c. Agroforestri (wanatani)Agroforestri adalah salah satu bentuk usaha konservasi tanah yang

menggabungkan antara tanaman pohon-pohonan,atau tanaman tahunan dengan

tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun

bergantian. Penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih baik

daripada tanaman komoditas pertanian khususnya tanaman semusim. Tanaman

tahunan mempunyai luas penutupan daun yang relatif lebih besar dalam

menahan energi kinetik air hujan, sehingga air yang sampai ke tanah dalam

Page 7: konservasi vegetatif

bentuk aliran batang (stemflow) dan aliran tembus (throughfall) tidak

menghasilkan dampak erosi yang begitu besar. Sedangkan tanaman semusim

mampu memberikan efek penutupan dan perlindungan tanah yang baik dari

butiran hujan yang mempunyai energi perusak. Penggabungan keduanya

diharapkan dapat memberi keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan

maupun dari tanaman semusim.

Penerapan agroforestri pada lahan dengan lereng curam atau agak

curam mampu mengurangi tingkat erosi dan memperbaiki kualitas tanah,

dibandingkan apabila lahan tersebut gundul atau hanya ditanami tanaman

semusim. Secara umum proporsi tanaman tahunan makin banyak pada lereng

yang semakin curam demikian juga sebaliknya. Tanaman semusim memerlukan

pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif dibandingkan

dengan tanaman tahunan. Pengolahan tanah pada tanaman semusim biasanya

dilakukan dengan cara mencangkul, mengaduk tanah,maupun cara lain yang

mengakibatkan hancurnya agregat tanah,sehingga tanah mudah tererosi.

Semakin besar kelerengan suatu lahan, maka risiko erosi akibat pengolahan

tanah juga semakin besar.

Pada saat ini dikenal enam jenis agroforestri (wanatan), yaitu : tanaman

sela, talun, kebun campuran, pekarangan, tanaman pelindung, dan pagar hidup.

1. Tanaman sela

Tanaman sela dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

intersepsi dan intensitas penutupan permukaan tanah terhadap terpaan butir-

butir air hujan secara langsung sehingga memperkecil resiko tererosi. Sebelum

kanopi tanaman tahunan menutupi tanah, lahan di antara tanaman tahunan

tersebut digunakan untuk tanaman semusim.

Dilihat dari perkembangan tajuk tanaman tahunan, terdapat dua model

pertanaman sela, yaitu : pertanaman sela terus menerus dan pertanaman sela

periodik (sementara). Pertanaman sela terus menerus adalah penanaman

tanaman pangan semusim, palawija, atau rumput pakan ternak diantara

tanaman tahunan yang sudah menghasilkan. Pada sistem ini, tajuk tanaman

tahunan tidak rapat, sehingga memungkinkan untuk membudidayakan tanaman

lainnya yang memiliki tajuk leboh rendah dari tahaman tahunan. Pertanaman

sela periodic (Sementara) adalah penanaman tanaman pangan semusim,

palawija atau rumput pakan ternak diantara tanaman tahunan yang tajuknya

sebelum menutupi seluruh permukaan tanah. Jika tajuk tanaman tahunan

Page 8: konservasi vegetatif

sudah cukup menutupi seluruh permukaan tanah, maka tanaman semusim

tidak dapat dibudidayakan lagi.

2. Talun

Talun adalah lahan diluar areal permukiman yang ditumbuhi oleh

tanaman hurtan dan tanaman tahunan lainnya. Karena komponen tanamannya

tumbuh sendir, maka proporsi dan jarak tanamnya tidak teratur. Dalam

kenyataannya sistem ini lebih menyerupai hutan sekunder yang tumbu setelah

hutan primer dibuka, ditanami tanaman pangan dan setelah beberapa tahun

ditngalkan karena produktivitas lahnnya rendah.

3. Kebun campuran

Kebun campuran mirip dengan talu, tetapi komponen tanaman hutan dan

tanaman tahunan lainnya sengaja ditanam. Jenis tanaman tahunan yang

sengaja ditanam antara lain petai, jengkol, aren, melinjo, sengon dan buah-

buahan. Kdadang-kadang sebagai lahan ditanami dengan tanaman semusim.

Tetapi komponen tanaman tahunan dalam sistem kebun campur lebih dominan

dibandingkan dengan tanaman semusim.

4. Pekarangan

Pekarangan adalah penanaman tanaman tahun dan tanaman pangan

semusim serta dikombinasikan dengan pemeliharaan ternak terutama jenis

ruminansia dan ungags di sekitar rumah.

5. Tanaman pelindunga

Tanaman pelindung adalah tanaman tahun bertajuk tinggi yang sengaja

ditanam dengan tujuan untuk melindungi tanaman semusim atau tanaman

perkebunan bertajuk rendah dari kebelebihan intensitas sinar matahari dan

pengaruh buruk dari aingin dingin. Untuk mengurangi persaingan unsur hara

dengan tanaman yang dilindungi, proporsi tanaman pelindung lebih sedikit dari

pada tanaman yang dilindungi dan dipilih tanaman sejenis leguminosa.

6. Pagar pelindung

Merupakan barisan tanaman tahunan jenis perdu atau pohon sepanjang

batas pemilikan lahan yang ditanam dengan jarak tanam rapat dipangkas pada

ketinggian 1.5 – 2.5 m. selain sebagai batas pemilikan lahan, pagar hidup dapat

berfungsi sebagai pencegah orang, ternak pemakan rumput/tanaman masuk ke

lahan dan merusak tanaman, sumber pakan ternak serta menahan erosi.

Page 9: konservasi vegetatif

d. Penanaman Secara Garis KonturPenanaman secara garis kontur sangat diperlukan dan harus di

perhatikan kalau keadaan mempunyai kemiringan, jadi penanaman secara garis

kontur ialah penanaman tanaman yang searah atau sejajar dengan garis kontur

atau dengan secara menyilang lereng tanah, bukan menjurus searah dari atas

kebawah lereng. Dengan demikian maka tindakan-tindakan untuk mengolah

tanah seperti membajak, menggaru, menyiapkan bedengan-bedengan,

pembibitan dan pembuatan bedengan atau larikan tanaman haruslah sejajar

dengan garis kontur tersebut (contour cropping system).

e. Penanaman tanaman penutup tanahTanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam untuk menutupi

permukaan lahan pertanaian yang berguna mengendalikan erosi dan

memperbaiki sifat-sifat tanah. Tanaman-tanaman penutup permukaan tanah

berperan untuk melindungi permukaan tanah dari daya dispersi dan daya

penghancur oleh butir-butir hujan. Selain itu berperan pula dalam hal

memperlambat aliran permukaan serat melindungi tanah permukaan dari daya

kikis aliran permukaan. Tanaman penutup permukaan dapat memperkaya

bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah.

Tanaman penutup tanah harus memenuhi persyaratan, antar lain : mudah

diperbanyak terutama dengan biji, tumbuh cept dan menghasilkan banyak daun,

toleran terhadap pemangkasan dan injakan, bukan tanaman inang hama dan

penyakit, sistem perakaran tidak berkompetisi berat dengan tanaman pokok, dan

mampu menekan gulma. Tanaman penutup tanah yang umum digunakan adalah

rumput atau kacang-kacangan/leguminosa.

f. Penanaman Tanaman dalam larikan (strip cropping)Cara yang efektif dalam pengendalian erosi atau pengawetan tanah yaitu

membuat larikan-larikan secukupnya, pada lariakn-lariakan pertama yang searah

dengan garis kontur itu dipahami rumput-rumputan atau tanaman pupuk hijau.

Strip cropping adalah untuk memperlambat lajunya aliran permukaan, larikan-

larikan tanaman penutup tanah dimaaksudkan pula untuk melindungi lariakan-

larikan tanaman palawija dari aliran permukaan tersebut.

g. Penerapan Pola TanamPola tanam adalah sistem pengatur pertanaman berdasarkan distribusi curah

hujan, baik pola tanam monokultur maupun tumpang sari pada tanaman hampir

sama umur pada sebidang tanah sebagai salah satu strategi untuk menjamin

Page 10: konservasi vegetatif

keberhasilakn usaha tani lahan kering. Dalam pengembangannya pola tanam ini

sangat tergantung kepada jenis tanahm iklim, topografi dan pemasaran hasil.

Lahan dengan kemiringan <8% dapat mendukung tanaman pangan sebagai

tanaman utama. Adapun kemiringan >8% pertanaman diusahakan searah kontur

atau ters dan tanaman pangan tidak lagi berfungsi sebagai tanaman utama,

melainkan sudah beralih ke tanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit dan

tanaman tahunan lainnya (Effendi, 1984)

Dengan meningkatkan intensitas tanaman, maka bukan hanya

produktivitas lahan yang ditingkatkan, tetapi sekaligus juga merupakan tindakan

konservasi vegetatif, tertutupnya lahan hampir sepanjang tahun akan

mengurangi erosi serta menghasilkan sisa tanaman sebagai bahan organik. Sisa

tanaman jika dimulsakan atau dibenamkan dapai mensuplai unsur hara, menutup

tanah sehingga terhindar dari kerusakan tanah akibat hujan, mempertinggi

stabilitas agregat dan kapasitas tanah menahan air. (Sanders, 1991).

Beberapa sistem pola tanam yang dapat dikembangkan pada lahan

kering yang sekaligus merupakan tindakan konservasi vegetatif adalah :

1) Mixed cropping atau pertanaman campuran, Merupakan sistem

penanaman lebih dari satu macam tanaman semusim pada lahan dan waktu

yang sma denngan pola tidak teratur, jenis tanaman yang diusahakan

biasanya terdiri atas tanaman semusim seperti padi gogo, palawija, atau

sayuran. Kadang-kadang lahan ditanami dengan tanaman tahunan seperti

jati dan mahoni sebagai pembatas pemilik lahan. Tetapi berbeda dengan

kebun campuran, komponen tanaman semusim dalam sistem pertanaman

campuran lebih dominan, tujuannya untuk konsumsi pangan, pakan, kayu

bangunan rumah dan kayu bakar.

2) Sequental planting atau penanaman berurutan, merupakan penanaman

dengan dua tanaman atau lebih secara berurutan/bergilir. Pola tanam dapat

berupa padi gogo - kacang tanah – jagung atau jagung – kacang tanah –

tanaman penutup tanah atau tanaman pupuk hijau. Tanaman pertama

biasanya ditanam pada awal musim hujan dan setelah panen tanah diolah

lagi kemudian ditanam tanaman kedua. Tanaman ketiga ditanam tergantung

dari ketersediaan air, kalau tidak memungkinkan biasanya tanah diberakan

sampai musin hujan berikutnya.

3) Inter cropping atau pertanaman tumpang sari. Pertanaman tumpang sari

adalah sistem penanaman lebih dari satu macam tanaman pada lahan yang

Page 11: konservasi vegetatif

sama secara simultas, dengan umur tnaaman relative sama dan diatur

dalam barisan atau kumpulan baris scara berselang-seling. Pertanaman

tumpang sari telah berhasil dikembangkan di Jawa pada areal hutan jati dan

pinus (Arsyad, 2000). Petani dengan izin pihak perhutani menanam tanaman

semusim seperti padi gogo, jagung dan sebagainya secara tumpang sari

yang merupakan tanaman sela di antara tanaman pokok. Keuntungan dari

pola tumpang sari, adalah : bahaya kerusakan lahan dapat di atasi, petani

mendapat kesempatan pada areal usaha tani terbatas, pemeliharaan

tanaman hutan secara tidak langsung telah dilakukan, antar lain dengan

penyiangan dan pemupukan tanaman pangan.

4) Relay cropping atau pertanaman tumpang gilir merupakan penanaman

lebih dari satu macam tanaman pada lahan yang sama secara bergilir.

Tanaman kedua ditanam di antara tanaman pertanam sebelum panen. Pola

tanam dapat berupa padi gogo + jagung / ubi kayu+ kacang tanah.

Pertanaman pertama padi gogo ditumpangsarikan dengan jagung. Sebulan

sebelum jagung dipanen, ubi kayu ditanam dengan cara disisipkan di antara

jagung. Setelah padi dan jagung dipanen, kacang tanah ditanam di antara

barisan ubi kayu.

5) Inter culture, dalam hal in misalanya tanaman semusim atau tanaman yang

berumur pendek di tanam di antara tanaman tahunan.seperti: kacang tanah

di tanam di antara tanaman pepaya, kacang-kacangan di tanam diantara

pohon jeruk dan lain sebagainya.

h. Penyiangan ParsialPenyiangan parsial merupakan teknik dimana lahan tidak disiangi

seluruhnya yaitu dengan cara menyisakan sebagian rumput alami maupun

tanaman penutup tanah (lebar sekitar 20-30 cm) sehingga di sekitar batang

tanaman pokok akan bersih dari gulma. Tanaman penutup tanah yang tidak

disiangi akan berfungsi sebagai penahan erosi. Pada dasarnya teknik ini

menyerupai strip rumput dimana vegetasi gulma mampu menahan aliran

permukaan dan mengendapkan material terangkut. Hasil tanaman yang disiangi

dikembalikan ke lahan atau ditumpuk sebagai barisan sisa tanaman sehingga

dapat menambah bahan organik bagi tanah dan memperbaiki sifat tanah.

Page 12: konservasi vegetatif

i. Budidaya Lorong (Alley Cropping)Pada sistem budidaya lorong ini, tanaman pangan (semusim) digunakan

sebagai tanaman utama yang dibudidayakan pada bidang olah di lorong-lorong

antara barisan-barisan tanaman pagar dari semak berkayu atau pohon legume,

yang secara berkala dipangkas untuk mengurangi naungan dan sebagai sumber

bahan organik. Penerapan sistem budidaya lorong pada lahan berlereng mampu

membentuk teras alami setinggi 20-30 cm dalam waktu 4 tahun (Sutono et al.,

1998). Dengan terbentuknya teras, maka panjang lereng menjadi berkurang dan

kemiringan lahan dimasing-masing bidang olah juga berkurang. Selain dapat

menekan erosi dan aliran permukaan, budidaya lorong juga dapat menekan

kehilangan unsure hara.

j. Pematah Angin (Windbreaks)Pematah angin adalah barisan pohon atau rumput tinggi yang ditanam

dengan jarak yang tepat untuk mencegah atau mengurangi dampak erosi angin,

kerusakan tanaman secara fisiologis maupun mekanis yang disebabkan oleh

angin, mengurangi evapotranspirasi, dan mengurangi kerusakan tanaman akibat

garam jika lokasinya dekat dengan laut. Pematah angin digunakan di daerah

yang anginnya kuat. Pohon yang digunakan untuk pematah angin yaitu pohon

yang tumbuhnya tegak dengan perakaran dalam dan dengan cabang dan ranting

yang kuat dan dapat menahan angin yang keras. Jenis tanaman yang dapat

digunakan antara lain Accacia mangium, Accacia auriculiformis, Mahagonia sp,

Sesbania grandifloria, Casuarina sp., dan bambu. Letak tanaman pematah angin

perlu diatur agar tidak mengganggu pekerjaan lapang. Arah barisan pematah

angina tegak lurus dengan arah angina dan waktu tanamannya masih kecil

disebelahnya dari arah datannya angina lebih dahulu dapat ditanam tumput

untuk melindungi pohon pematah angina yang baru ditanam. Setelah pohonnya

besar makan akarnya harus dicegah jangan sampai menggangu daerah

pertanaman dan jika tajuknya terlalu rindang maka harus dipangkas.

Pohon pematah angin tidak saja berguna untuk mengurangi kecepatan

angin, tetapi juga berpengaruh terhadap kelembaban tanah dan populasi fauna

dalam tanah.

Page 13: konservasi vegetatif

Gambar bagan pematah angin

k. Penanaman RumputPenanaman tumput pada berbagai tempat yang terbuka (tidak tertutup

oleh tanaman utama) sangat penting dalam membantu mengendalikan erosi dan

aliran air permukaan dilahan pertanian. Tempat-tempat yang terbuka tersebut

antara lain adalah saluran pembuangan air (SPA), jalan dan bidang lereng dari

pertanian. Penanaman rumput pada SPA atau dinamakan sebagai SPA yang

diperkuat dengan rumput penting untuk mengamankan SPA, sehingga lahan

pertanina dapat lebih stabil. Teknik ini baik untuk lahan yang kelerangannya

<30%, jika air buangannya mengalir terus dan kecepatannya melebihi 1.5 m

detik-1, maka dasar salurannya perlu diperkuat dengan semen.

Penguatan lereng dengan menanam tumput merupakan teknik untuk

melindungi dan menstabilkan lereng dari suatu lahan pertanian. Penanaman

rumput ini juga mengurangi biaya pemeliharaan lereng dan menambah

keindahan dari bentang alam, jenis rumput yang ditanam sebaiknya yang dapat

tumbuh rapat dan berakar dalam. Kalau keadaannya memungkinkan dapat

ditanam tanaman yang berbunga. Pada waktu penanaman rumput tersebut perlu

dipupuk karena tanahnya berasal dari lapisan bawah yang umumnya miskin

unsur hara (FFC, 1995)

Page 14: konservasi vegetatif

l. Barisan sisa tanamanPada dasarnya, sistem barisan sisa tanaman (transh line) ini sama dengan

sistem strip. Sistem ini adalah teknik konservasi tanah yang bersifat sementara

dimana gulma/rumput/sisatanaman yang disiangi/ditumpuk berbaris. Untuk

daerah berlereng biasanya ditumpuk mengikuti garis kontur. Peumpukan ini

selain dapat mengurangi erosi dan menahan selaju aliran permukaan juga bisa

berfungsi sebagai mulsa. Ketersediaan bahan sisa tanaman harus cukup banyak

sehingga penumpukannya membentuk struktur yang lebih dalam menahan gaya

erosi air dan akan cepat terkomposisi sehingga mudah hanyut. Penggunaan

kayu kayu pancang diperlukan untuk menperkuat barisan sisa tanaman ini.

Sistem ini cukup baik untuk mempertahankan ketersediaan hara melalui

dekomposisi bahan organic dan melindungi tanah dari bahaya erosi.

Page 15: konservasi vegetatif

BAB III

PENUTUP

Teknologi konservasi tanah secara vegetatif telah tersedia cukup banyak, tetapi

dalam kenyataannya penerapan atau adopsinya oleh petani masih terbatas, sehingga

masih banyak lahan pertanian yang tererosi. Oleh Karen itu, berbagai upaya untuk

menyebarluaskan dan mempercepat adopsi teknologi ini perlu ditingkatkan. Sebagai

langkah awal perlu dilakukan pemahaman pedesaan secara patisipatif untuk

memahami kodisi social ekonomi, sistem pertanian yang ada, permasalahan

konservasi tanah yang dihadapi dan aspirasi petani untuk mengatasi permasalah

tersebut perlu dipahami bersama-sama dengan petani. Petani yang akan dibina harus

diikutsertakan dalam proses kegiatan pengembangan teknologi, sejak penyusunan

rencana penyuluhan dan penyebarluasan teknologi sampai ke kegiatan-kegiatan lain

berikutnya. Dengan demikian mereka akan dapat berpartisipasi secara aktif sejak

memilih dan mengenalkan teknologi yang akan disebarluaskan, sampai ke

pelaksanaan pengembangan dan penilaian dampak teknologi tersebut, sehingga

proses adopsinya diharapkan dapat berlangsung dengan mudah dan cepat.

Page 16: konservasi vegetatif

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi. Media Indonesia. Cetakan ke III. Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. 288 hlm.

Effendi, S. 1984. Membangun pertanian lahan kering yang tangguh. hlm. 391-398 dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Pola Usaha tani Menunjang Transmigrasi. Cisaru, Bogor 27-29 Februari 1984. Badan Litbang Pertanian, Deptan.

Erfandi, D., H. Suwarjo, dan A. Rachman. 1988. Penelitian Alley Cropping di Kuamang Kuning, Jambi. hlm. 105-110 dalam prosiding Hasil Penelitian Pola Usaha tani terpadu di daerah transmigrasi Kuamang Kuning Jambi. Puslit Tanah, Bogor.

FFC. 1995. Soil Conservation Handbook. Chinese Edition, Food dan Fertilizer Technology Center (FFTC) for the Asian and Pacific Region. Taipei, Taiwan.

Sanders, D. W. 1991. Conservation Policy Consideration at the international and regional levels. Int. workshop on conservation policies for sustainable hillslope farming, session I. March 11-55, 1991. Solo. Indonesia.

Sujitno, E., H. Sunaryono, dan E. Sukamana. 1997. Sistem usaha tani terpadu dengan tanaman pokok buah-buahan pada lahan kering bertipe iklim basah di garut selatan. Hlm. 149-162 dalam prosiding lokakarya evaluasi hasil penelitian usha tani lahan kering. Garut, 6-7 januari 1997. Pusat penelitian tanah dan agroklimat, Bogor.

Sukristyonubowo, I G. P. Wigena, E. Santoso, dan D. Santoso, 1998. Sistem hutan pasture untuk meningkatkan Produktivitas padang penggembalaan di Nusa Tenggara Barat. Hlm. 19-36 dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat: Bidang Kimia dan Biologi Tanah. Bogor, 10-12 februari 1998. Puslittanak, bogor