kontribusi penganggaran partisipatif dalam … · seminar nasional & call for paper, ... good...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
269
KONTRIBUSI PENGANGGARAN PARTISIPATIF DALAM PRAKTIK
GOOD CORPORATE GOVERNANCE ORGANISASI PUBLIK DI JAWA
TIMUR
Yuni Sukandani
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Siti Istikhoroh
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Abstract
Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi Penganggaran Partisipatif dalam memoderasi
pengaruh Kinerja Manajerial terhadap praktik tata kelola Good Corporate Governance (GCG), studi
kasus pada SKPD Provinsi Jawa Timur. Pada tataran teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai
pengembang teori Akuntansi Sektor Publik, sedangkan pada tataran praktis berdampak pada
peningkatan kredibilitas instansi pemerintah daerah karena mampu mendorong pegawai untuk
bekerja secara profesional dan terukur demi menjaga ketahanan ekonomi nasional.
Populasi penelitian adalah 130 orang Pejabat Eselon III sebagai penanggung jawab anggaran
masing-masing kantor dinas dan jumlah sampel sebanyak 105 responden. Menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner, teknik analisa data Moderated Regression Analysis disimpulkan bahwa
Kinerja Manajerial berpengaruh terhadap Praktik GCG, sedangkan Penganggaran Partisipatif
mampu memoderasi pengaruh tersebut.
.
Keyword: Kinerja Manajerial, Penganggaran Partisipatif, Praktik GCG
PENDAHULUAN
Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur yang digunakan oleh perusahaan
guna mendapatkan nilai tambah bagi pemegang saham secara berkesinambungan dan dalam jangka
panjang dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan norma yang berlaku (Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance/KNKG, 2004). KNKG (2006) menyampaikan bahwa pelaksanaan GCG harus memenuhi
lima azas, yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepensi, dan kewajaran. GCG
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka
panjang sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Praktik GCG yang baik merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu. Penerapan
kebijakan GCG memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, antara lain meningkatkan kinerja
perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan, meningkatkan kepercayaan investor, dan
meningkatkan stakeholder’s value sehingga mampu memacu terbentuknya pola manajemen yang
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
270
professional, bersih dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, semua perusahaan seyogyanya memandang
GCG sebagai alat untuk meningkatkan nilai perusahaan, bukan hanya sebagai aksesoris perusahaan.
Prinsip GCG berkaitan dengan pengelolaan keuangan perusahaan. GCG akan tercapai jika
terdapat hubungan yang baik antar unsur yang terkait dengan perusahaan, baik unsur internal maupun
eksternal. Anggota dewan komisaris dan dewan direksi diwajibkan untuk memenuhi persyaratan
integritas, kompetensi, dan reputasi keuangan. Pada perusahaan publik, salah satu indikator
kemampuan manajemen dalam mengelola keuangan antara lain ditunjukkan oleh kemampuannya
dalam menyusun dan mempertanggungjawabkan keuangan negara melalui mekanisme penganggaran.
Penerapan konsep GCG melibatkan semua sumber daya manusia yang ada dalam organisasi
sehingga akuntabilitasnya menjadi tanggung jawab bergantung pada tugas dan wewenang masing-
masing pegawai yang dikoordinir oleh seorang pemimpin. Akuntabilitas kinerja pegawai pemerintah
menurut Mardiasmo (2002) bisa diukur mulai dari penetapan perencaan strategik, implementasi
program, pelaporan s/d evaluasi kinerja. Beberapa faktor diprediksi mempengaruhi akuntabilitas
kinerja antara lain peran pimpinan, pemahaman pegawai terhadap arah dan tujuan organisasi, serta
kemampuan pegawai dalam mengendalikan diri.
Pada beberapa studi literature dijelaskan bahwa anggaran merupakan komponen penting
dalam suatu organisasi, baik organisasi laba maupun nirlaba, organisasi swasta maupun publik.
Penyusunan anggaran harus dilakukan secara tepat, menggunakan model yang sesuai, serta
perhitungan biaya yang memadai. Terdapat perbedaan mendasar antara anggaran sektor swasta dengan
anggaran sektor publik/pemerintahan. Anggaran sektor swasta umumnya bersifat rahasia karena
sumber dana yang digunakan adalah modal sendiri, sedangkan anggaran sektor publik harus
diumumkan kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan adalah milik masyarakat.
Termasuk dalam sumber anggaran sektor publik tersebut antara lain pajak, retribusi, laba BUMN,
pinjaman dan obligasi pemerintah, dll.
Proses penyusunan anggaran dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu top down
(otoritatif) maupun buttom up (partisipatif). Sardjito (2005) menyampaikan bahwa dalam sistem
pengangaran top down, rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa
anggaran sedangkan bawahan/pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah ditetapkan.
Biasanya, penerapan sistem ini menjadikan kinerja bawahan tidak efektif karena seringkali atasan
menuntut kinerja yang terlalu tinggi sementara sumber daya yang diberikan terlalu kecil (terbatas).
Sementara itu, sistem penganggaran buttom up (participative budgeting) merupakan pendekatan
penganggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam berorganisasi.
Bawahan atau pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut sub
bagian sehingga tercapai kesepakatan antara atasan atau pemegang kuasa anggaran dengan
bawahan/pelaksana anggaran. Penganggaran model demikian berfungsi sebagai alat penilaian kinerja
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
271
berdasarkan pencapaian target dan efisiensi penggunaan anggaran. Tercapainya target anggaran
mengindikasikan adanya kinerja yang baik, demikian juga sebaliknya.
Pentingnya penganggaran dalam memoderasi peran kinerja manajerial dalam menunjang
keberhasilan praktik GCG bisa dianalisis mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan, sampai dengan
pertanggungjawaban anggaran. Anggaran yang disusun secara transparan, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan dipertanggungjawabkan secara akuntabel mampu menjamin pelaksanaan konsep GCG.
Penelitian ini membahas apakah kinerja manajerial berpengaruh terhadap keberhasilan praktik GCG,
dan apakah penganggaran partisipatif mampu memoderasi pengaruh tersebut pada perusahaan publik
(pemerintah).
Tujuan dan Manfaat
Sebagai organisasi publik, Dinas Daerah wajib menjaga kredibilitasnya melalui pencapaian
program-program kinerja yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Kredibilitas organisasi
merupakan nilai yang terbentuk dari akuntabilitas kinerja sehingga perwujudanya memerlukan sumber
daya manusia yang mampu menjalankan tugasnya secara profesional, memiliki komitmen tinggi untuk
memajukan organisasi, dan memiliki pengendalian diri yang tinggi sehingga mampu melaporkan
penggunaan anggaran secara akuntabel. Organisasi demikian merupakan organisasi yang mampu
menjamin pelaksanaan praktik Good Corporate Governance (GCG) dengan baik. Anggaran berbasis
kinerja atau penganggaran partisipatif yang penyusunannya melibatkan seluruh komponen organisasi
dengan system pelaporan yang transparan mampu mendukung tercapainya konsep GCG. Ungkapan
tersebut sejalan dengan pernyataan Mowen dan Hansen (2004) yang menyatakan bahwa sistem
penganggaran partisipatif mampu mendiskripsikan jenis program kerja organisasi dan mengukur
tingkat pencapaian program karena di dalamnya termuat fungsi perencanaan dan pengawasan. Jika
perencanaan merupakan pandangan ke depan untuk menentukan tindakan apa yang sebaiknya
dilakukan, maka pengawasan merupakan pandangan ke belakang untuk melihat apakah sesuatu telah
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
Keterlibatan aparat dalam penyusunan anggaran sangat erat kaitannya dengan kinerja aparat
yang bersangkutan karena menyangkut efektivitas organisasi (Subramaniam et. al., 2001). Sistem
penyusunan anggaran berbasis kinerja (ABK) sebagaimana dijalankan oleh organisasi publik
memberikan beberapa kelebihan bagi organisasi, misalnya: 1) mendorong manajer untuk memberikan
arahan umum bagi pelaku organisasi, mengantisipasi masalah, dan mengembangkan kebijakan masa
depan, 2) memberikan standar penggunaan sumber daya organisasi, 3) mengkomunikasikan rencana
organisasi kepada setiap pegawai. Anggaran berbasis kinerja merupakan anggaran yang komunikatif
karena memungkinkan orang-orang baru dapat mengetahui ke mana arah organisasi dan berdampak
positif terhadap semangat kerja. Anggaran juga berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
272
rencana dan tindakan berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara
selaras ke arah pencapaian tujuan.
a. Penelitian ini memiliki manfaat teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis hasil penelitian dapat
dijadikan rujukan dalam merumuskan strategi penyusunan anggaran yang memadai guna
mendukung pelaksanaan konsep tata kelola corporate governance. Akuntabilitas pelaporan
penggunaan anggaran organisasi publik yang dapat diaplikasikan dengan baik jika bawahan atau
pelaku anggaran dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran. Hasil penelitian juga dapat
dijadikan sumber materi penyusunan Bahan Ajar tentang “Anggaran Sektor Publik” sebagai buku
pegangan mata kuliah
b. Strategi menciptakan aparat pemerintah yang kredibel, yang mampu mengerjakan tugas secara
profesional sesuai dengan standar ilmu yang dimiliki serta dipercaya oleh masyarakat karena
mampu melaporkan penggunaan anggaran secara akuntabel.
TELAAH PUSTAKA
Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia/FCGI (2001), Good Corporate
Governance adalah “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan”. Praktik
pada perusahaan GCG memacu terbentuknya pola manajemen yang professional, transparan, bersih
dan berkelanjutan. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2006 yang
disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyebut lima asas GCG
yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran.
Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu:
meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mudah,
mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan meningkatkan
shareholders’s value. Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal
dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal
dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal Perusahaan). Empat prinsip utama penerapan
GCG antara lain yaitu: fairness, transparency, accountability, dan responsibility.
Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
273
yang berlaku. Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan
penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor - khususnya pemegang saham minoritas - dari
berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang
melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan berkurang),
KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah
dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain.
Transparency (Keterbukaan Informasi)
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan
maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam
mewujudkan transparansi, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat
waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui prinsip ini,
stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan
perusahaan dan terhindar dari benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam
manajemen.
Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Bila prinsip accountability ini diterapkan
secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara
pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan
akan terhindar dari kondisi agency problem (benturan kepentingan peran).
Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
Penganggaran Partisipatif
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai organisasi
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2002). Sedangkan
Mowen dan Hansen (2004) menyatakan bahwa anggaran adalah rencana keuangan masa depan dalam
mengidentifikasi tujuan organisasi dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Manfaat
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
274
anggaran, antara lain: 1) alat bagi manajer untuk melakukan perencanaan, 2) menyediakan informasi
yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan, 3) menyediakan standar
evaluasi kinerja, dan 4) memperbaiki komunikasi dan koordinasi
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting karena anggaran memiliki
kemungkinan dampak fungsional dan disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi.
Dampak tersebut ditunjukkan oleh ada tidaknya fungsi anggaran sebagai alat pengendalian yang baik
untuk memotivasi para anggota organisasi meningkatkan kinerjanya. Sardjito (2005) menyampaikan
bahwa penyusunan anggaran dapat dilakukan melalui :
a. Top down atau penganggaran otoritatif
Dalam penganggaran top down, manajemen puncak menentukan keseluruhan periode anggaran,
sekaligus menyusun seluruh anggaran operasi (termasuk operasi level bawah). Anggaran otoritatif
tidak bersifat mengkomunikasikan tetapi memberikan perintah. Walaupun demikian,
penganggaran ini dapat memberikan pengendalian pengambilan keputusan yang lebih baik
daripada penganggaran partisipatif.
b. Bottom up atau penganggaran partisipatif
Penganggaran partisipatif merupakan alat komunikasi yang baik karena memungkinkan
manajemen puncak memahami masalah yang dihadapi karyawannya. Metode ini dapat
meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Namun jika tidak
dikendalikan dengan baik, anggaran partisipatif dapat mengarah pada target anggaran yang
mudah dicapai atau tidak sesuai dengan target perusahaan.
Kinerja Manajerial
Miftah Thoha (2003) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan
oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan menurut Maxwell (2000) mendefinisikan
kepemimpinan adalah suatu pengaruh, yaitu kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang
lain supaya mengikutinya. Secara umum seorang pemimpin yang berkualitas harus memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut : 1) memiliki tanggung jawab seimbang, 2) membangun model peranan
yang positif, 3) memiliki ketrampilan komunikasi yang baik, 4) memiliki pengaruh positif, 5)
mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain. Untuk bisa menjalankan fungsinya dengan
baik, seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur, inovatif, dan berwibawa. Kinerja manajerial
seorang pemimpin diartikan sebagai kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang meliputi
perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi
(Ramadhani dan Nasution, 2009).
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
275
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Kontribusi penganggaran partisipatif dalam menunjang terlaksananya praktik GCG pada
organisasi publik, didiskripsikan melalui hasil penelitian pada Dinas Provinsi Jawa Timur tahun 2016.
Populasi penelitian adalah seluruh penanggung jawab anggaran (Kepala Bidang/Pejabat Eselon III)
dari 20 dinas daerah Provinsi Jawa Timur sebanyak 130 orang sebagaimana disajikan dalam table 1.
Tabel 1: Data Kepegawaian Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur
No. Nama Dinas
Daerah
Nama Bidang Jml
Pegawai
1 Dinas Kesehatan 1. Sekretariat
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pengendalian Penyakit dan Masalah
Kesehatan
4. Pengembangan Sumber Daya Kesehatan
5. Pengembangan dan Pemberdayaan
Kesehatan Masyarakat
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
1.393
2 Dinas Sosial 1. Sekretariat
2. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
3. Pemberdayaan Sosial
4. Bantuan dan Perlindungan Sosial
5. Advokasi dan Perlindungan Sosial
6. Pengembangan Kelembagaan UKS dan
Pembinaan
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
1.060
3 Dinas Pendidikan 1. Sekretariat
2. TK/SD dan Pendidikan Khusus
3. Pendidikan Menengah Pertama dan
Menengah Atas
4. Pendidikan Non Formal, Informal, dan
Nilai Budaya
5. Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
603
4 Dinas Perhubungan
dan Lalu Lintas
Angkutan Jalan
1. Sekretariat
2. Pengembangan Transportasi
3. Lalu Lintas Jalan
4. Angkutan Jalan
5. Pengendalian Operasional Lalu Lintas
Angkt. Jalan
6. Perkeretaapian dan Lalu Lintas
Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan (LLASDP)
7. Perhubungan Laut
8. Perhubungan Udara
9. Unit Pelaksana Teknis Dinas
547
5 Dinas Komunikasi 1. Sekretariat
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
276
dan Informatika 2. Pengembangan Teknologi Informatika
3. Diseminasi dan Informasi
4. Jaringan Komunikasi
5. Pemberdayaan Teknologi Informasi &
Komunikasi
6. Pos dan Telekomunikasi
7. Pengelolaan Infrastruktur TIK
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas
150
6 Dinas Tenaga Kerja
Transmigrasi dan
Kependudukan
1. Sekretariat
2. Pelatihan dan Produktivitas
3. Penempatan Tenaga Kerja
4. Hubungan Industrial dan Syarat Kerja
5. Pengawas Ketenagakerjaan
6. Kependudukan
7. Mobilitas Penduduk
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas
926
7 Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
1. Sekretariat
2. Budaya, Seni, dan Perfilman
3. Sejarah, Musium, dan Purbakala
4. Pengembangan Produk Pariwisata
5. Pemasaran
6. Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
261
8 Dinas Koperasi
Usaha Mikro Kecil
Menengah
1. Sekretariat
2. Kelembagaan Koperasi
3. Usaha Koperasi
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
5. Fasilitas, Pembiayaan, dan Usaha
Simpan Pinjam
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
133
9 Dinas Kepemudaan
dan Keolahragaan
1. Sekretariat
2. Pengembangan Organisasi Pemuda
3. Pengembangan Aktivitas Pemuda
4. Pengembangan Olah Raga Prestasi
5. Unit Pelaksana Teknis Dinas
184
10 Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga
1. Sekretarian
2. Pengaturan dan Pengendalian
3. Bina Teknik
4. Pembangunan dan Peningkatan
5. Pemeliharaan
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
1.569
11 Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan
1. Sekretariat
2. Pendayagunaan Sumber Daya Air
3. Pembangunan dan Pengembangan
4. Operasi dan Pemeliharaan
5. Bina Manfaat
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
815
12 Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya
dan Tata Ruang
1. Sekretaiat
2. Sub Bagian Tata Ruang
3. Tata Ruang
4. Tata Bangunan
247
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
277
5. Perumahan
6. Air Bersih Penyehatan Lingkungan
Pemukiman
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
13 Dinas Pertanian 1. Sekretariat
2. Produksi Tanaman Pangan
3. Produksi Holtikultura
4. Sarana dan Prasarana
5. Pengolahan dan Pemasaran Hasil
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
1.094
14 Dinas Perkebunan 1. Sekretariat
2. Sarana dan Prasarana
3. Produksi
4. Perlindungan Perkebunan
5. Usaha Tani
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
128
15 Dinas Peternakan 1. Sekretariat
2. Kesehatan Hewan
3. Kesehatan Masyarakat Veteriner
4. Budidaya dan Pengembangan Ternak
Hewan
5. Agribisnis
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
271
16 Dinas Perikanan
dan Kelautan
1. Sekretariat
2. Perikanan Budidaya
3. Perkanan Tangkap
4. Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan
5. Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
480
17 Dinas Kehutanan 1. Sekretariat
2. Planologi Kehutanan
3. Pemantapan Kawasan Hutan dan
Konservasi Alam
4. Bina Produksi Kehutanan
5. Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
252
18 Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
1. Sekretariat
2. Standarisasi dan Desain Produk Industri
3. Industri Agro dan Kimia
4. Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan
Aneka
5. Alat Transportasi, Elektronika, dan
Telemanika
6. Perdagangan Dalam Negeri
7. Perdagangan Internasional
8. Metrologi
9. Unit Pelaksana Teknis Dinas
514
19 Dinas Energi dan
Sumber Daya
Mineral
1. Sekretariat
2. Pertambangan Umum dan Migas
3. Energi dan Ketenagalistrikan
115
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
278
4. Air Tanah
5. Geologi
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
20 Dinas Pendapatan 1. Sekretariat
2. Pengembangan Sistem Informasi dan
Pengolahan Data Pendapatan
3. Pajak Daerah
4. Pendapatan Lain-lain
5. Pengendalian dan Evaluasi
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
856
Jumlah
130 Biro/Bidang 11.598
Sumber : Biro Kepegawaian Daerah Propvinsi Jatim, data diolah
Variabel Penelitian
Sesuai dengan maksud penelitian, maka variabel penelitian adalah Kinerja Manajerial sebagai variable
bebas, Penganggaran Partisipatif sebagai variable moderasi, dan Praktik GCG sebagai variable terikat.
Definisi operasional variable disajikan dalam table 2.
Tabel 2 : Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Variabel
Kinerja
Managerial
Kinerja individu dalam
kegiatan-kegiatan
manajerial untuk
mewujudkan tujuan
organisasi
1. Perencanaan : menentukan
tujuan, sasaran, dan kebijakan
2. Investigasi : mengumpulkan dan
menyiapkan informasi dalam
bentuk laporan, catatan, dan
rekening
3. Koordinasi : petukaran informasi
dengan orang lain dalam
organisasi
4. Evaluasi : menilai kelayakan
proposal, laporan, dan kinerja
organisasi
5. Pengawasan : mengarahkan,
memimpin, dan mengembangkan
anak buah
6. Pengaturan staf : memelihara dan
mempertahankan bawahan dalam
unitnya
7. Negosiasi : kinerja dalam
pembelian, penjualan, dan
kontrak dalam barang/jasa
8. Perwaklian : penyampaian
informasi visi, misi, dan kegiatan
organisasi dengan cara
mensosialisasikannya kepada
pihak luar
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
279
Peganggaran
Partisipatif
Keterlibatan manajer dan
luasnya pengaruh dalam
proses penyusunan
anggaran
1. Aktivitas dalam penyusunan
anggaran
2. Kejelasan alasan merevisi
anggaran yang diusulkan
bawahan
3. Frekuensi pemberian
saran/pendapat
4. Pentingnya kontribusi yang
diberikan
5. Frekuensi penyampaian pendapat
Praktik GCG Penerapan konsep tata
kelola organisasi publik
yang memberikan nilai
tambah bagi masyarakat
dalam jangka panjang
1. Fairness (kewajaran)
2. Transparancy (keterbukaan
informasi)
3. Accountability (dapat
dipertanggung jawabkan)
4. Responsibility
(pertanggungjawaban)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Kinerja Manajerial terhadap Praktik GCG
Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam proses pengambilan data. Model regresi linier
sederhana digunakan sebagai alat untuk menguji pengaruh Kinerja Manajerial terhadap Praktik GCG.
Output SPSS dari pengujian tersebut disajikan dalam table 3.
Tabel 3 : Hasil Pengujian Pengaruh KM terhad ap GCG
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 30.864 2.817 10.956 .000
PartiKKM .212 .074 .274 2.289 .025
Sumber : Output SPSS, diolah
Tabel 3 menunjukkan bahwa besarnya beta dari koefesien variable Kinerja Mnajerial (KM)
dalam mempengaruhi Praktik GCG adalah 0,212 dengan nilai t hitung sebesar 2,889 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,005. Nilai tersebut membuktikan bahwa Kinerja Manajerial berpengaruh
terhadap Praktik GCG.
Hasil Pengujian Modorasi Penganggaran Partisipasi
Pengujian terhadap kemampuan Pengnggaran Partisipasi dalam memoderasi pengaruh antara
Kinerja Manajerial terhadap Praktik GCG disajikan dalam table 4.
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
280
Tabel 4 : Moderasi Penganggaran Partisipasi
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -40.920 29.486 -1.388 .168
Partisipasi 2.073 .829 2.673 2.500 .014
ModKOMIT -.069 .030 -4.236 -2.340 .021
Sumber : Output SPSS, diolah
Tabel 4 menunjukkan bahwa Penganggaran Partisipasi mampu meningkatkan nilai t hitung
dalam pengaruh Kinerja Manajerial terhadap Praktik GCG sebesar 0,211 poin yaitu dari nilai t sebesar
2,289 menjadi 2,500. Peningkatan nilai t hitung diikuti dengan penguatan tingkat signifikansi dari
0,025 menjadi 0,014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penganggaran Partisipasi mampu
memoderasi pengaruh Kinerja Manajerial terhadap Praktik GCG.
KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja manajerial berpengaruh terhadap penerapan
konsep GCG pada organisasi publik, dan penganggaran partisipasi mampu memoderasi pengaruh
tersebut. Implikasinya, dalam kinerja manajerial dituntut kemampuan pimpinan untuk mengarahkan
organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan. Penelitian ini membuktikan bahwa proses penyusunan
anggaran berbasik kinerja (penganggaran partisipatif) merupakan salah satu alat yang bisa dipakai
pimpinan untuk mengarahkan organisasi.
Daftar Pustaka
Agusti, Restu, 2012, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparatur
Pemerintah Daerah dengan Dimoderasi oleh Variabel Desentralisasi dan Budaya Organisasi,
Jurnal Ekonomi, Volume 20, Nimor 3 September 2012, hal. 1 – 15
Bronell, P. and McInnes, M. 1986. Budgetary Participation, motivation, and manajerial performance.
The Accounting Review, Vol. 61, No. 4
Ebraheem Saleem Salem Alzoubi and Mohamad Hisyam Selamat. 2012. “The Effectiveness of
Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review
and Proposed Framework ”. International Journal of Global Business, 5 (1), 17- 35
Effendi, Muh. Arief.2009 “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”.
Salemba Empat, Jakarta.
Frucot, Veronique and Stephen White. 2006. Manajerial levels and the effects of budgetary
participationon manajers. Managerial Auditing Journal, Vol. 21 No. 2 pp. 191-206
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
281
Iqbal Bukhori, Raharja. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun
2010)”. Diponegoro journal of accounting, volume 1, nomor 2, tahun 2012, hal 15-30
Ghazhali, I. dan R. Y. Fahrianta. 2002. "Pengaruh Tidak Langsung Sistem Penganggaran terhadap
Kinerja Manajerial: Motivasi sebagai Variabel intervening". Jurnal Riset Akuntansi,
Manajemen Ekonomi, Vol. 2 No. 1, Februari 2002
Leora. F. Klapper & I. Love. (2002). “Corporate Governance, Investor Protection and Performance
in Emerging Market”. World Bank Working Paper. http:// ssrn. com.
Mowen. M., dan Hansen, Don R. 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi tujuh. Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI-Ofset
Munandar, M. 2001. Budgeting: Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Ompusunggu, K.B. dan I.R. Bawono. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Job Relevant
Information (JRI) terhadap Informasi Asimetris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor
Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007
Riyadi, Slamet. 2000. Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai variabel Moderating dalam
Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 2, No. 2, Juli 2000
Robbins, Stephen, P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, New Jew Jersey : Prentice Hall
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2005, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta
Sardjito, Bambang. 2005. Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajer. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.
6, No. 1, Januari 2005
Sharon, Ariel S., 2013, Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksana Anggaran Belanja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Minahasa Selatan, Jurnal EMBA – ISSN
2303-1174, Vol. 1 No. 3 September 2013, hal. 74 – 81
Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, and Daniel R. Gilbert Jr, 1995. Management Six Edition.
New Jersey: Prentice Hall
Subramaniam, N. and Ashkanasy, N.M. 2001. The effect of organizational culture perceptions
between budgetary participation and manajerial job-related outcomes. Australian Journal of
Management, Vol. 26 No. 1, pp. 35-55
Sumarno, J. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Hubungan
antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, no. 2,
Desember 2005
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Enam. Jakarta: Erlangga
Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama “Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global”Malang, 17 Mei 2017
282
Supriyono, R.A. 2005. Pengaruh Komitmen Organisasi, Keinginan Sosial, dan Asimetri Informasi
terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dengan Kinerja Manajer. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1
Wajdi Ben Rejeb and Mohamed Frioui. 2012. The Impact of Good Corporate Governance
Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies, Intenational
Journal Of Business and Management Studies Vol 4, No 2