koran kampus - edisi 1 salam ui 18

12
KEBANGKITAN BANGSA, TONGGAK ATAU DASAR? Kebangkitan berarti mampu untuk berdiri, siap, dan berani untuk mel- angkah. Bangkit juga sebuah proses saat kita dapat melakukan hal lebih banyak, baik hal itu berupa keputusan yang baik, maupun keputusan yang menyengsarakan. Kebangkitan nasional adalah hal yang layak diperoleh keti- ka di dalam masyarakat penuh dengan rasa semangat per- satuan, kesatuan, serta nasionalisme. Perlawanan sporadis dan tidak serentak, ditata dengan organisasi di tahun 1908. Adu domba mulai diredam, perasaan kebangsaan dipupuk ditanam. Keadaan pemerintahan kini sedang tercampur aduk. Anta- ra permasalahan politik, sistem ketatanegaraan, peratu- ran pemerintah, hak beragama, kesejahteraan masyarakat minoritas, pemenuhan kebutuhan pokok, serta berbagai pembangunan infrastruktur yang secara aktif memengaruhi masyarakat secara langsung. Rakyat Indonesia sering kali dilanda kebingungan. Di mana pemerintah kita? Apa yang sudah ia perbuat untuk kita? Kapan negara kita akan dibenahi dan bebas dari korupsi? Bersambung ke hal berikutnya... BERITA UTAMA MAHASISWA BERPRESTASI, APA HAKIKATNYA? hal 3 ISU UMMAT - HAL 6 YAMAN DAN TANTANGAN PERSATUAN UMAT JILBAB: PROFESION- ALITAS WANITA DALAM DIMENSI TAKWA DAN NEGARA MUSLIMAH - HAL 10 KRITIS, TAJAM, MENGAKAR MEDIA CENTER SALAM UNIVERSITAS INDONESIA EDISI 1, APRIL-MEI 2015

Upload: media-center-salam-ui

Post on 23-Jul-2016

230 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kebangkitan Bangsa

TRANSCRIPT

Page 1: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

KEBANGKITANBANGSA, TONGGAK ATAU DASAR?Kebangkitan berarti mampu untuk berdiri, siap, dan berani untuk mel-angkah. Bangkit juga sebuah proses saat kita dapat melakukan hal lebih banyak, baik hal itu berupa keputusan yang baik, maupun keputusan yang menyengsarakan.

Kebangkitan nasional adalah hal yang layak diperoleh keti-ka di dalam masyarakat penuh dengan rasa semangat per-satuan, kesatuan, serta nasionalisme. Perlawanan sporadis dan tidak serentak, ditata dengan organisasi di tahun 1908. Adu domba mulai diredam, perasaan kebangsaan dipupuk ditanam.

Keadaan pemerintahan kini sedang tercampur aduk. Anta-ra permasalahan politik, sistem ketatanegaraan, peratu-ran pemerintah, hak beragama, kesejahteraan masyarakat minoritas, pemenuhan kebutuhan pokok, serta berbagai pembangunan infrastruktur yang secara aktif memengaruhi masyarakat secara langsung.

Rakyat Indonesia sering kali dilanda kebingungan. Di mana pemerintah kita? Apa yang sudah ia perbuat untuk kita? Kapan negara kita akan dibenahi dan bebas dari korupsi?

Bersambung ke hal berikutnya...

BERITA UTAMA

MAHASISWA BERPRESTASI,APA HAKIKATNYA?

hal 3ISU UMMAT - HAL 6

YAMAN DAN TANTANGAN PERSATUAN UMAT

JILBAB: PROFESION-ALITAS WANITA DALAM DIMENSI TAKWA DAN NEGARA

MUSLIMAH - HAL 10

K R I T I S , T A J A M , M E N G A K A R

MEDIA CENTER SALAMUNIVERSITAS INDONESIA

EDISI 1, APRIL-MEI 2015

Page 2: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

HEADLINE

Kadang kala juga masalah dari luar negeri tak jarang memengaruhi negara sendiri.

Kenaikan harga kebutuhan pokok, BBM, gas, listrik, minyak, tanda-tanda kesulitan yang dihadapi, bagaikan sangkar kurungan burung, kita terjaga di dalamnya. Sang penjaga sedang membersihkan, merawat, dan memperbaiki secara teratur bagaimana sangkar kita. Para burung, sabar menanti, menunggu untuk bisa keluar terbang, bebas, namun tetap aman dan memiliki tubuh yang cukup kuat untuk bertahan hidup di luar sangkar. Di sisi lain, sang penjaga ingin agar bisa merawat burung tersebut, membesarkannya, hingga menjadi seekor burung yang bisa memberi manfaat bagi sekitar dan lingkungannya.

Persoalan isu presiden, pencalonan ketua Polri, kasus korupsi harus kita tanggapi dengan kritis. Tidak menolak begitu saja pemberitaan media-media tentangnya, dan juga tidak menerima begitu saja apa saja yang diberitakan. Media kini harus kita cerna dengan mendalam. Bagaimana skenario yang jelas, permasalahan yang timbul, dan juga langkah perencanaan maupun konkret yang telah dilakukan oleh presiden.

Kebangkitan bangsa berarti juga hak-hak demokrasi menjadi luwes dan transparan. Bagaimana rakyat menyampaikan aspirasi, mengetahui segala informasi, dan juga dapat mengevaluasi kinerja pemerintah. Permasalahan pemblokiran situs-situs islam tentu sangat mengiris hati kaum muslim. Tempat di mana biasanya kaum muslim mendapat informasi dan artikel-artikel persuasif yang dapat mendorong kaum muslim untuk berpolitik, kini dipotong secara sepihak oleh pejabat berwenang.

Kini, semua perlu berbenah. Rakyat tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Dalam semua bentuk sistematis badan, ada yang namanya hak dan ada pula tanggung jawab. Mereka perlu berjalan beriringan sesuai dengan apa yang sudah ditentukan. Badan akan berjalan dengan baik bila keduanya bekerja tanpa hambatan, dan tanpa pemisah yang berarti.

Pemerintah juga perlu membenahi efektivitas kerja. Dalam halnya dengan kebangkitan bangsa, pemerintah adalah tonggak tegaknya satu keadaan dinamis

yang fleksibel dan luwes, namun terstruktur. Dengan segala kebijakan dan kewenangan yang dibuat, negara dapat andil sepenuhnya di dalam segala permasalahan yang sedang maupun akan terjadi.

Tentunya setiap persoalan yang dihadapi tidak harus selalu dipandang sebelah mata dari satu sisi saja. Kebangkitan bangsa memang identik dengan hal yang khusus seperti politik dan kenegaraan pemerintah. Nilai positif selalu dapat kita lihat dari seekor ular berbisa sekalipun, jika memang dianalisa secara tepat dari sisi biologis maupun fisiknya.

Prestasi anak bangsa contohnya, merupakan contoh kebangkitan bangsa yang patut diapresiasi dan difokuskan dalam pengembangannya. Kemenangan olimpiade olahraga, prestasi gelar bergengsi di HNMUN di Massachussets, peningkatan jumlah anak-anak penghafal Quran, bukanlah hal-hal yang sepele sekedar menjadi penglihatan sekilas. Hal-hal tersebut merupakan dasar-dasar yang bisa dijadikan fondasi keberhasilan rakyat, yang bila memang diintensifkan secara masif akan berpengaruh besar terhadap keteraturan negeri kita.

Kebangkitan bangsa, masihkah harus kita lihat dari sisi politik dan kenegaraan? Tentu iya bila kita berkaca pada hari lahirnya 20 Mei 1908, ketika organisasi masyarakat mulai bermunculan dan sedikit banyaknya mempengaruhi proses ketatanegaraan. Indonesia tentu perlu juga mengevaluasi sistem pemerintahan, apakah kita akan mengadopsi dominasi pemerintah terhadap rakyat, ataukah memasifkan demokrasi di seluruh sistem kenegaraan.

Namun perlu kita pahami, kita adalah bangsa yang cerdas. Bangsa yang bahkan telah melahirkan banyak tikus-tikus berdasi di segala tempat, namun kita mulai menanamkan bibit unggul yang akan kita rawat, jaga, dan kita besarkan untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik di generasi mendatang. Dengan menanamkan nilai-nilai positif pada generasi selanjutnya akan menjadi penyemangat yang tentu berbeda, namun beriringan dengan jalannya pemerintahan dan semangat

diterbitkan olehDepartemen Media Center

SALAM 18 Universitas IndonesiaMesjid Ukhuwah Islamiyah UI Depok lt. 2

Gedung Pusgiwa UI Depok lt. 2

Redaksi menerima tanggapan, kritik, saran, maupun artikel berkaitan dengan UI melalui [email protected] atau sampaikan

langsung ke sekretariat.

Pelindung: Allah SWT

Penasihat:Pembina SALAM UI, Banu Muhammad H., M.S.E

Penanggung Jawab:Ketua SALAM UI, Egi Mahira Irham

Steering Committee:Riksa Afifah

Panitia Pelaksana

Ketua Biro Med-C:Sabrina Hikmah Ramadianti

Ketua Redaksi:Agung Septa Pratama

Bendahara:Elgi Lukiyansah

Reporter:Ilham Kurniawan GumilangNur Izzatul Muthi’ahRezady Yan Hafiz MunafNila Novita SariMuhammad Naufal KeimasGhea Dwi Apriliana

Fotografer:Kezia Azhari Calista

Editor:Nur Rohmah Az-Zahra

Layouter:Isnai Ilham Aufadhuha

Distributor:Muhammad Nur Hidayah

Page 3: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

BERITA UTAMA

Pada setiap malam apre-siasi dan penganugera-han Mahasiswa Berpr-estasi (Mapres) tingkat UI

tiap tahunnya, panji-panji fakultas berkibar di balairung UI. Panji-panji ini melambangkan kebanggaan yang dibawa fakultas-fakultas yang ada di UI dalam mengirimkan pu-tra-putri terbaiknya dalam ajang yang bergengsi ini. Gegap gempita suasana Balairung UI dalam malam penganugerahan Mahasiswa Ber-prestasi UI ini menjadi puncak dari seluruh kegiatan penjaringan dan seleksi Mahasiswa Berprestasi yang dimulai dari tingkat fakultas mau-pun jurusan terlebih dahulu. Sejak bulan Februari dan Maret 2015, telah dimulai kembali rangkaian pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) di tingkat fakultas yang kemudian akan dilanjutkan dengan pemilihan di tingkat UI.

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi di

Indonesia sendiri sudah dimulai se-jak tahun 1980-an. Kegiatan ini telah dilakukan dengan nama Pemilihan Mahasiswa Teladan yang dilaksana-kan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pelaksanaannya terus mengalami perubahan hingga ke-mudian sejak tahun 2004 namanya dikenal sebagai ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Na-sional yang diadakan di bawah Di-rektorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kegiatan ini ditujukan untuk semua mahasiswa program Sarjana mau-pun Vokasi. Di UI, kegiatan ini be-rada di bawah Subdit Penalaran Ma-hasiswa Direktorat Kemahasiswaan UI. Menurut Kasubdit Penalaran Ma-hasiswa Direktorat Kemahasiswaan UI, Ibu Anna Amalyah Agus, S.E, MBA., kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan iklim akademik yang sehat dengan mencari teladan dari kalangan mahasiswa yang memiliki

kemampuan nalar yang baik, aktif dalam ber-bagai kegiatan yang mencerminkan tridharma perguruan tinggi, mampu membawakan diri, dan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Semua kualifikasi ini bermuara pada satu tujuan utama untuk mencari mahasiswa-mahasiswa yang tidak menggunakan kepanda-ian untuk dirinya sendiri dan mampu memberi-kan inspirasi dan teladan kepada mahasiswa lainnya.

Tuntutan untuk bisa menyeimbangkan peran sebagai mahasiswa inilah yang diinginkan dalam Pilmapres UI. Kualifikasi ini sesuai den-gan apa yang diharapkan dalam pemilihan Ma-hasiswa Berprestasi Nasional. Kualifikasi terse-but digunakan dalam proses penilaian calon Mapres di UI. Mapres Utama Fakultas nantinya akan bersaing di tingkat UI. Contohnya, dalam hal memiliki nalar yang baik, calon Mapres harus menunjukkannya dengan membuat karya tulis ilmiah yang runut dalam konten maupun struktur. Kemampuan bahasa Inggris ditunjukkan dengan berbagai rangkaian pre-sentasi mengenai topik tertentu. Aktif dalam kegiatan implementasi tridharma perguruan tinggi ditunjukkan dengan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya sebelumnya. Semakin besar lingkup organisasi, program, atau kebermanfaatan yang dihasil-kan, semakin besar pula proporsi kontribusinya dalam penilaian Mapres yang digawangi oleh representatif juri ahli dari berbagai rumpun yang ada di UI. Semua proses penilaian dilaku-kan di tanggal 5-7 Mei 2015 dan diumumkan pada tanggal 12 Mei 2015 pada Malam Apresia-si dan Penganugerahan Mahasiswa Berprestasi.

Sementara itu, upaya untuk mendukung keg-iatan Pilmapres telah dilakukan, salah satunya oleh UI Achievement Community (UIAC). UIAC mengadakan Sekolah Mapres (SM) sebelum kegiatan Pilmapres UI dimulai untuk mem-persiapkan mahasiswa UI dalam menyambut momen ini. Seleksi dilakukan kepada semua mahasiswa yang ingin berpartisipasi dalam Pilmapres dan terpilihlah orang-orang pilihan yang akan mengikuti rangkaian SM. Ketua SM,

Edisi Juli/Agustus 20133

Page 4: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

BERITA UTAMA

Shaffa’ati Fadzrin, mahasiswa Sastra Ing-gris angkatan 2013, menjelaskan bahwa ada dua tujuan SM diadakan oleh UIAC, yakni untuk mempersiapkan mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 untuk maju menjadi calon Mapres yang dimulai sejak tingkat Departemen atau Fakul-tas. SM juga ingin memperkenalkan adanya proses seleksi Mapres UI kepada mahasiswa angkatan 2013 dan 2014. Tujuan ini ingin dicapai karena Shaffa memandang bahwa meskipun terlihat gegap gempita, ternyata masih ada juga yang belum mengetahui ajang pemili-han Mapres. Dengan memperkenalkan Pilmapres lebih awal, SM berharap ma-hasiswa bisa mempersiapkannya lebih awal pula.

Sejalan dengan yang diharapkan oleh UI, Shaffa sebagai ketua SM juga me-miliki misi khusus untuk meningkatkan jumlah mahasiswa yang dapat mengin-siprasi dan membagikan manfaat untuk orang lain. SM memberi pembekalan bagi mahasiswa dalam hal karya tulis ilmiah, public speaking, dan social pro-ject. Rangkaian SM yang telah dilaksan-akan meliputi grand launching, training

yang dilakukan 4 kali, dan Mapres camp. 4 kali training yang diadakan memberi pengetahuan kepada peserta hakikat berprestasi dan mengapa harus berpres-tasi, pelatihan penulisan, pelatihan pub-lic speaking Bahasa Inggris dan presen-tasi, serta pelatihan menentukan goal setting untuk hidupnya. Sejumlah pem-bicara dengan track record mengagum-kan seperti Faldo Maldini (Ketua BEM UI 2012), Iman Usman (Juara 1 Mapres Na-sional 2012), Shofwan Al-Banna (Juara 1 Mapres Nasional 2006), Ida Fauziah (Juara 1 Mapres FKM UI 2014), Tantia Dian (Juara 1 Mapres Nasional 2010), Mardhatilla Amalia (Juara 1 Mapres FE UI 2013), dan lainnya diundang sebagai pembicara, juri, atau coach SM.

Kemudian di acara puncak SM yaitu Mapres camp, diadakan simulasi pemili-han Mapres. Simulasi terdiri dari presen-tasi karya tulis, praktik public speaking dalam kegiatan my opinion, pemberian materi kontribusi sosial, dan implemen-tasi kontribusi sosial dalam mini social project. Konsep mini project SM ini me-narik. Peserta diminta untuk melakukan kontribusi sosial di tempat yang diten-

tukan dengan dana yang diberikan oleh panitia selama 45 menit. Shaffa ber-harap peserta mau berpikir keras untuk menentukan kontribusi yang tepat un-tuk masyarakat di tengah keterbatasan yang dimiliki.

Gegap gempita ini masih akan ber-langsung sampai waktu yang tidak bisa diprediksi selama masih ada kebang-gaan mahasiswa terhadap almamatern-ya. Pun demikian, niat haruslah terus diperbaharui agar tercapai tujuan yang diinginkan dengan diadakannya Pil-mapres ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Anna, program ini haruslah ditujukan untuk sebesar-besar inspirasi yang bisa didapatkan oleh mahasiswa, sehingga iklim berprestasi di berbagai bidang sesuai dengan tridharma pergu-ruan tinggi terus meningkat. Mengami-ni hal tersebut, Shaffa pun menyatakan bahwa prestasi tidak hanya dimiliki oleh mereka yang menjuarai kompetisi atau mengikuti conference, melainkan meru-pakan segala sesuatu yang bisa mem-buat diri bahagia, bangga, dan juga memberi manfaat untuk orang lain. (im)

4

Foto: Peserta Sekolah Mapres

Page 5: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

HUMANIORA

PAGELARAN BOCAH 2015 “BUKAN BAKAT BIASA”

Bangsa yang maju memiliki masyarakat yang baik dan terbentuk dari kumpulan in-

dividu yang berkualitas. Individu berkualitas bisa dicapai melalui sek-tor pendidikan. Dimana pendidi-kan tersebut disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa, sehingga tepat guna dan sasaran. Mem-bentuk individu yang berkualitas haruslah diperhatikan sejak dini, sejak anak-anak baru mulai belajar tentang lingkungan sekitarnya. Anak merupakan harapan bangsa karena anaklah yang nantinya meneruskan perjalanan bangsa. Namun demiki-an, seorang anak bisa tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkun-gan yang negatif sehingga akan tim-bul masalah psikis dan atau sosisal, sebaliknya, seorang anak bisa tum-buh dalam lingkungan yang positif dan ia tumbuh menjadi dewasa yang inspiratif. Selain itu, perhatian terha-dap aspek nonformal seperti kebu-

tuhan akan wadah eksplorasi bakat anak juga harus di perhatikan.

Untuk mendukung dan memaksi-malkan bakat yang dimiliki anak, kita dapat terlebih dahulu mencari tahu bakat apa yang dipunyai anak kita. Setelah itu kita bisa mengarahkan-nya sesuai dengan bakat yang dimi-liki dengan mengikutsertakan anak dalam acara-acara yang berhubun-gan dengan bakat anak. Namun, tidak semua orang tua mengang-gap hal ini penting sehingga tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasikan bakat mereka. Tidak jarang juga arena orang terse-but bingung harus berbuat apa ter-hadap anaknya.

Rumbel BEM UI (Rumah Belajar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas In-donesia) sebagai sebuah organisasi yang bergerak dan peduli dalam bi-dang pendidikan ingin berkontribusi

dalam pembentukan generasi penerus yang berkuali-tas. Selain kegiatan belajar-mengajar yang diadakan secara rutin tiap minggunya, dan sebagai lanjutan dari acara tahunan yang telah dilakukan sebelumnya Rum-bel BEM UI akan mengadakan Pagelaran Bocah 2015 di bulan Mei nanti, tema Pagelaran Bocah 2015 adalah “Asah Bakatmu Sejak Dini”. Bakat merupakan anugerah tuhan yang harus disukuri dan diasah agar bisa berguna bagi masa depan anak. Pentingnya memberikan ruang eksplorasi terhadap hal ini melatarbelakangi diambilnya tema ini. Ada berbagai kegiatan di acara Pagelaran Bo-cah 2015 ini seperti pemilihan duta anak Rumbel, kid’s corner serta berbagai lomba yang akan diikuti oleh anak-anak, adapula wahana bermain anak serta bazar.

Putra-Putri Rumbel (Duta Anak Pagelaran Bocah)

Kegiatan ini merupakan sebuah pemilihan duta anak RUMBEL yang dimana pemenangnya bertu-gas untuk menjadi “wajah” RUMBEL selama masa baktinya.

Lomba Mewarnai

Kid’s CornerKid’s corner ini merupakan wadah dan sarana

bagi anak-anak untuk mengasah bakatnya secara praktik.

Lomba Menggambar

Lomba Cerdas-Cermat

Pertunjukkan Teater

Kampung Main

Wahana Edukasi

Bazaar

Terdapat pula panggung pertunjukan yang diisi penampilan murid-murid dari Rumbel BEM UI dan rumbel dari sejumlah BEM fakultas di UI. Berdasarkan penilaian juri, juara I diraih oleh murid-murid Rumbel BEM Fakultas Psikologi diikuti murid-murid Rumbel BEM Program Vokasi sebagai juara II dan murid-murid Rumbel BEM Fakultas Hukum sebagai juara III. Lalu siapakah Rumbel yang akan menang di tahun ini? Siapa pula yang akan menjadi duta Rumbel? Nanti-kan Pagelaran Bocah 2015 “Bukan Bakat Biasa” 2-3 Mei 2015 nanti! (NNS)

Bazar akan menjual beraneka ragam makanan, minuman, dan barang lainnya yang bertujuan un-tuk memeriahkan rangkaian acara dan dapat men-gundang masyarakat umum untuk ikut berpartisi-

5

Page 6: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

ISU UMMAT

YAMAN DAN TANTANGAN PERSATUAN UMATKonflik di Yaman yang telah terjadi sejak awal tahun ini semakin menunjukkan ketegangan dan dengan cepat meraih perhatian dunia. Konflik yang pada awalnya merupakan konflik sektarian di internal negara Yaman menjadi konflik global yang melibatkan negara-ne-gara teluk, bahkan beberapa negara superpower di luar kawasan. Terlepas dari segala intrik politik yang mewarnai konflik ini sejak awal, lebih dari 600 korban tewas dan lebih dari 50%-nya merupakan penduduk sipil. Tidak mengherankan apabila kemudian muncul suatu kekhawatiran akan terjadinya krisis kemanu-siaan di Yaman, seperti halnya yang terjadi di negara-negara tetangganya di Timur Tengah.

Kontestasi Politik Yaman: Pemberontakan Syiah Houthi hingga Operasi “Decisive Storm”

Konflik sektarian yang berlangsung di Yaman pada mu-lanya muncul di tahun 1990-an, di mana memang peta kekuatan Yaman terdiri atas beberapa gerakan politik yang berbeda. Beberapa kelompok kuat yang menjadi oposisi pemerintah sejak awal adalah kelompok Syiah Houthi (utara) dan Al-Qaeda (selatan). Hingga tahun 2000-an, kedua kelompok ini sering melakukan pem-berontakan di berbagai daerah yang mengakibatkan banyak penduduk Yaman terpaksa diungsikan. Kelom-pok syiah Houthi—disinyalir digerakkan oleh Iran—termasuk kelompok yang cukup kuat mendesak pe-rubahan kebijakan pemerintah Yaman yang dikuasai oleh Partai Al-Islah—representasi kekuatan Ikhwanul Muslimin Mesir di Yaman. Perebutan kekuasaan akh-irnya menjadi isu dominan dan puncaknya, kelom-pok Houthi menguasai ibukota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan memaksa Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi yang sedang berkuasa saat itu untuk turun dari jabatannya pada Januari 2015. Mereka bah-kan mengambil alih pemerintahan pada Februari 2015 dan menunjuk dewan presidensial sementara untuk

memerintah Yaman.

Sayangnya, upaya kudeta ini tidak diterima oleh Dewan Keamanan PBB sehingga Presiden Hadi segera dikembalikan pada jabatannya dan memindahkan ibukota Yaman ke Kota Aden. Sejak itu, perlawanan oleh kelompok Houthi semakin kuat dan membuat situasi di Yaman menjadi tidak stabil dan kondusif. Atas dasar kekhawatiran terhadap instabilitas inilah koalisi negara tel-uk yang dipimpin Arab Saudi dan didukung Amerika Serikat memu-tuskan untuk menjalankan Opera-tion Decisive Storm—serangkaian penyerangan oleh pasukan militer melalui udara dan laut—sejak tang-gal 26 Maret 2015 hingga sekarang.

Konflik Yaman dan Dinamika Poli-tik Kawasan

Pada awalnya, berbagai perdebatan terkait perlunya operasi militer oleh negara teluk muncul dari berbagai pihak. Berbagai kontroversi juga menyeruak mengenai motif dari koalisi negara-negara ini untuk me-nyerang, terutama mengenai kei-kutsertaan Mesir. Isu agama—per-pecahan Sunni dan Syiah—menjadi isu dominan mengingat negara-ne-gara Sunni yang tergabung dalam koalisi menggunakan isu ini untuk menjustifikasi operasi mereka ter-hadap kelompok Syiah. Tentu isu ini menjadi hangat mengingat perla-

wanan keras muncul dari Iran seba-gai kekuatan Syiah terbesar di Timur Tengah yang menyebut operasi ini sebagai “agresi militer”, dengan dukungan negara sekutunya, Rusia dan Tiongkok—tentu saja.

Isu kemanusiaan jelas tidak lagi ra-sional, sebab ternyata operasi “deci-sive storm” ini justru menyebabkan krisis kemanusiaan yang dikecam berbagai lembaga kemanusiaan. Berbagai kalangan, termasuk Par-tai Al-Islah menyayangkan ter-jadinya konflik bersenjata dan lebih mengedepankan opsi negosiasi antarpihak yang bertikai. Beberapa kalangan juga mengkhawatirkan Yaman menjadi “Suriah kedua”. Meskipun begitu, setelah operasi berlangsung beberapa lama, terny-ata kelompok ini dan organisasi IM di Mesir mendukung operasi yang dipimpin Arab Saudi ini mengin-gat pemberontakan oleh Houthi semakin tak terkendali. Angin segar juga dirasakan koalisi negara teluk setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi terkait blokade senjata untuk Houthi, me-maksa mereka untuk keluar dari wilayah yang mereka kekuasai, dan menempatkan pemimpinnya dan anak mantan presiden Yaman yang menjadi motor pemberontakan pada blacklist.

Di balik itu semua, apa yang terjadi di Yaman saat ini pada dasarnya

6

Page 7: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

ISU UMMAT

merupakan hasil rivalritas antarkekuatan di Timur Tengah yang tel-ah berlangsung sejak lama, terutama antara Arab Saudi dan Iran. Menjadi semakin dinamis kemudian ketika pemimpin Arab Saudi dan Turki berganti dan memberikan angin segar bagi kebangkitan Sunni di Timur Tengah. Struggle over influence berbasis ideologi mungkin menjadi salah satu faktor yang melandasi rivalritas terse-but, namun kepentingan politis dan ekonomi juga patut dicermati. Arab Saudi tentu masih membutuhkan posisi sebagai hegemonic power di kawasan teluk dan kontrol Iran atas Yaman tentu mem-bahayakan posisi tersebut. Di sisi lain, Yaman memainkan peran strategis dalam hal perdagangan minyak dunia dari negara-nega-ra teluk melalui kota-kota pelabuhannya. Hal ini yang kemudian dapat menjelaskan keterlibatan Amerika Serikat, Rusia, maupun Tiongkok, baik aktif maupun pasif.

Persatuan Umat dan Kebangkitan Islam: Mungkinkah?

Saat ini, eskalasi konflik Yaman ke level global berhasil memecah belah umat Islam karena isu Sunni-Syiah yang secara dominan di-gaungkan. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi persat-uan umat yang sama-sama dicita-citakan, mengingat sebelumnya sosok Erdogan dan Raja Salman dinilai memberikan harapan baru bagi bangkitnya peradaban Islam. Sayangnya konflik yang terjadi di Yaman seakan mempupuskan harapan tersebut. Diperlukan upaya-upaya mediasi pihak ketiga agar semua pihak mau berund-ing dan tidak membuat isu perpecahan agama yang ada semakin runcing. Hanya apabila kesepakatan damai tercipta, persatuan umat dan kebangkitan Islam dapat terwujud. Semoga!

Apa itu SDGs ? SDGs atau Sustain-able Development Goals merupa-kan tujuan - tujuan pembangunan

global yang dicanangkan untuk meny-etarakan kemajuan serta perkembangan antarnegara dan akan dimulai tahun ini.

SDGs sendiri merupakan kelan-jutan dari MDGs (Millenium Development Goals). MDGs adalah tujuan pembangu-nan global yang awalnya disepakati oleh 147 negara, yang bertujuan untuk men-gentaskan kemiskinan rakyat di negara-negara berkembang. MDGs dicanangkan pada tahun 2000 dan dimulai dengan adanya pertemuan 147 negara berkem-bang yang merumuskan 8 tujuan MDGs hingga 2015. Kala itu, Presiden Mega-wati Soekarnoputri,bersama kepala ne-gara dan kepala pemerintahan lainnya mendeklarasikan MDGs.

Adapun Tujuan dari MDGs anta-ra lain menghapuskan kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim, pencapaian pendidikan dasar universal, mempromo-sikan kesetaraan gender dan pember-dayaan perempuan, mengurangi angka kematian bayi, mengurangi angka kema-tian ibu, melawan penyakit menular sep-erti HIV/AIDS dan malaria, pelestarian lingkungan hidup dan kemitraan global.

Dalam perkembangannya, In-donesia berhasil menjadi salah satu dari 38 negara di dunia yang berhasil men-

gurangi jumlah penduduk kelaparan dan kekurangan gizi lebih dari 50%, yaitu dari 20% pada 1990 menjadi 8,6 % pada 2012. Prestasi tersebut bisa dilihat pada sidang FAO ke-38 pada 16 Juni 2013 lalu di Roma, Italia. Menteri koordinator Perekonomian Indonesia kala itu, M. Hatta Rajasa mewak-ili Presiden RI, atas nama rakyat Indonesia menerima penghargaan “For its outstand-ing achivement for eradicating hunger and undernourishment”.

Dokumen hasil rapat di Rio de Janeiro, Brazil yang diberi nama the future we want, berhasil menetapkan 17 tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertamanya adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya.

Tujuan kedua yaitu mengakhiri ketergantungan pangan, mencapai kea-manan pangan, meningkatkan gizi serta mempromosikan pertanian berkelanju-tan. Konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi, rata-rata mencapai 139 kg per ka-pita per tahun. Artinya, total konsumsi beras 33,54 juta ton per tahun. Untuk memenuhi konsumsi beras di dalam neg-eri, Indonesia setidaknya membutuhkan tambahan lahan panen baru 150 ribu hek-tare. Padahal, luas sawah subur semakin merosot dan konversi lahan sawah ke non pertanian diperkirakan mencapai 110.000 hektar per tahun. Ketergantungan terha-pap beras menjadi tantangan besar yang

harus diatasi oleh pemerintah.Selain itu, tujuan-tujuan lain

yang ingin dicapai adalah memastikan ke-hidupan yang sehat untuk semua jenjang umur, melakukan penyetaraan kualitas pendidikan dan mempromosikan kesem-patan belajar seumur hidup untuk semua serta kesetaraan gender.

Setelah tersusunnya 17 poin utama dalam program Sustainable De-velopment Goals (SDGs), pemerintah harus menyesuaikan prioritas pemban-gunan nasional dengan 17 poin utama tesebut dengan begitu, diharapkan Indo-nesia tidak akan tertinggal jauh dengan kemajuan negara-negara lain dan siap untuk menghadapi tantangan yang ada didepan, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun ini. (ASP)

Masa Depan yang Kita Inginkan

Sumber gambar : https://sustainabledevel-opment.un.org/sdgsproposal#goal1

7

Page 8: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

SOSOK

Nurrohim, Pendiri Sekolah Master

Siapa yang tidak kenal Sekolah Master, yaitu sekolah untuk anak jalanan atau anak yang tidak

mampu di mana siswa-siswinya tidak dipungut biaya sepeserpun untuk be-lajar menimba ilmu mulai dari tingkat TK hingga SMA. Sekolah yang berada di jalan Arief Rahman Hakim ini dikhu-suskan untuk kaum marginal. Tak heran di balik kehebatan Sekolah Master, tak luput pula ada seorang pendiri sekolah master yang sangat peduli dengan na-sib anak jalanan dan kaum marginal. Di-alah Pak Nurrohim, dirinya pun banyak mencuri perhatian dari media-media bahkan dari Dubes negara asing seperti Inggris, Arab Saudi, Paragauay, Korea, dan negara lainnya karena Sekolah Mas-ter telah berhasil menjadi sekolah yang cukup unik dan juga memiliki banyak prestasi yang diraih anak didiknya.

Pria dengan sosok yang ber-penampilan sederhana ini, dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah, pada 3 Juli 1971. Dibesarkan di daerah Tanah Abang oleh orang tua yang berprofesi sebagai ped-agang. Ayahnya bekerja sebagai peda-gang kain, sedangkan ibunya memiliki

Nama : NurrohimTempat, Tanggal Lahir : Tegal, 3 Juli 1971Pekerjaan : Manajer Wiraswasta, Pembina Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master) Pendidikan Terakhir : S-1

usaha rumah makan.

Sebagai anak seorang pedagang, beliau memiliki banyak pengalaman hidup, beliau pun tumbuh besar bersama anak jalanan. Bermain di area terminal, pasar, serta gerbong kereta pun merupakan keg-iatannya sehari-hari sehingga membuat be-liau jarang pulang ke rumah. Bahkan, beliau pun pernah merasakan tidur di gerbong kereta hingga sampai di Merak hingga tidak berangkat ke sekolah. Kejam dan pahitnya hidup bersama anak jalanan pun pernah beliau rasakan. Beliau pernah menyaksikan sendiri teman-temannya yang meregang nyawanya akibat narkoba dan bahkan ter-tembak mati oleh polisi.

Setelah beranjak dewasa, orang tua Bapak Nurrohim tak ingin melihat anaknya mengulangi kebiasaan buruknya semasa SMP sehingga akhirnya mereka menempatkan beliau di suatu pesantren di daerah Jawa Timur. Meskipun beliau hidup di lingkungan bernuansa Islam, beliau tidak pernah lupa dengan teman-teman lamanya. Beliau selalu menyempatkan diri untuk ber-temu dan melihat jelas kondisi teman-te-mannya di waktu libur panjang. Beliau pun tidak pernah menyesal dan marah atas jalan hidup serta kepahitan hidup yang diberi-kan-Nya. Beliau selalu berbaik sangka kepa-da sang Pencipta “Pasti ada hikmah dibalik takdir yang saya dapatkan, ketika kita ber-baik sangka kepada sang pencipta, pasti saya akan memiliki ending yang baik pula.”

Pada suatu reuni dengan teman-temannya, beliau melihat perbedaan yang kontras di antara teman-temannya, semua yang didapatkan teman-temannya sangat sesuai dengan perjalanan mereka pada masa sekolah. Banyak di antara teman-

temannya yang hidup di penjara ataupun meregang nyawa karena obat terlarang. Namun teman-temannya yang belajar se-rius saat masa sekolah memiliki hidup yang lebih terjamin.

Melihat kenyataan hidup yang beliau lihat secara langsung ini, beliau men-jadi sadar akan pentingnya pendidikan bagi hidup. Beliau bertekad bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang lay-ak, bahwa pendidikan harus dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali. Bukan hanya bagi mereka yang memiliki uang namun juga bagi anak jalanan dan kaum marginal yang sering beliau lihat kepahitan hidupnya.

Akhirnya beliau pun memimpikan suatu saat akan membangun sebuah se-kolah yang dapat menampung anak jalanan. Menurut beliau, anak jalanan perlu men-dapatkan pendidikan yang sama layaknya anak-anak biasa, karena pendidikan dapat mengubah segalanya. Beliau berpendapat, bahwa dengan adanya pendidikan formal, moral dan agama, kehidupan mereka akan menjadi lebih terarah.

Mimpinya mulai direalisasikan di tahun 2000. Saat itu, sekolah yang diberi nama Masjid Terminal atau Master mulai berdiri. Berawal hanya emperan masjid, sedikit demi sedikit beliau membeli lahan untuk sekolah master hingga mencapai luas 6000 meter persegi.

Banyak kendala yang beliau ha-dapi ketika mulai membangun sekolah tersebut, mulai dari kendala internal sampai eksternal. Tetapi sedikit demi sedikit kenda-la-kendala yang dihadapi pak Nurrohim da-pat diatasi. Kini, sekolah Master sudah me-nampung sekitar 2500 pelajar untuk semua golongan umur. Mereka juga bisa menda-patkan ijazah yang setara dengan sekolah-sekolah lain. Hingga kini, Sekolah Master yang dipimpin oleh pak Nurrohim memiliki banyak prestasi baik dari sisi akademik mau-pun non–akademik di tingkat Jabodetabek, Jawa Barat, sampai tingkat nasional. (RYHM)

8

Page 9: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

OPINI

Memaknai (Semangat) Kebangkitan

Apa yang pertama kali terpikirkan oleh kita ketika mendengar kata “ke-

bangkitan”? Ketika kita duduk di bangku sekolah, yang terpikirkan pertama kali ketika mendengar kata ini, biasanya ada-lah sebuah hari di bulan Mei yang diper-ingati sebagai Hari Kebangkitan Nasion-al. Pada 20 Mei lebih dari 100 tahun lalu, berdiri sebuah organisasi politik yang pertama, yaitu Budi Oetomo. Hari kelahi-rannya lah yang seringkali kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan masa-masa ini seringkali disebut seba-gai Masa Kebangkitan Nasional.

Masa Kebangkitan Nasional adalah sebuah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme di Indonesia. Masa-masa ini adalah masa dimana tumbuhn-ya rasa kesadaran untuk memperjuang-kan kemerdekaan Indonesia dari jajahan Belanda dan Jepang. Masa-masa jenuh akan segala ketimpangan yang terjadi di negeri ini; kerja paksa yang dilaku-kan untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan pemerintah Hindia Belanda, kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dan tidak memenuhi hak-hak pribumi, serta banyak perlakuan tidak layak lain-nya yang diterima oleh bangsa kita. Dan hal ini telah berlangsung sangat lama: 350 tahun oleh Belanda, 3,5 tahun oleh Jepang, serta masa-masa panjang sebe-lum itu. Tidak heran jika akhirnya bangsa Indonesia memilih untuk memperjuang-kan kemerdekaannya, demi berdirinya sebuah negara yang memiliki kadaula-tan sendiri, tidak diatur-atur dan diper-lakukan seenaknya oleh bangsa lain.

Menilik masa lalu, bangsa In-donesia berusaha keras untuk memper-juangkan sebuah kemerdekaan. Perjala-nan panjang yang tidak pernah mudah, mengingat begitu banyak harta, jiwa, dan raga yang harus dipertaruhkan. Namun pada akhirnya, bangsa Indone-sia terbebaskan dari segala penjajahan yang terjadi. Pejuangan masa lalu yang

tidak sia-sia, melahirkan sebuah ke-merdekaan bagi negara Indonesia yang memiliki kedaulatan sendiri. Kedaulatan yang bisa kita nikmati hingga 70 tahun merdekanya negeri ini. Kedaulatan dan kemerdekaan ini bukan semata-mata hasil perjuangan. Kedaulatan dan ke-merdekaan ini merupakan hasil dari se-buah semangat kebangkitan.

Namun, apakah kita pernah memaknai arti dari rasa kebangkitan itu sendiri?

Disadari atau tidak, bangsa kita masih belum terlepas dari hal yang bernama penjajahan. Rasa kebangkitan yang dimiliki oleh para pejuang di masa penjajahan tidak akan sama dengan rasa kebangkitan yang bangsa Indonesia di-miliki saat ini. Kita, sebagai generasi baru dari bangsa Indonesia, tidak akan begi-tu merasakan desakan untuk terbebas dari penjajahan-penjajahan itu. Karena penjajahan yang dilakukan di zaman dahulu berbeda dengan penjajahan yang terjadi saat ini. Dulu, penjajahan di-lakukan dengan kerja paksa, peraturan-peraturan yang melanggar hak dan ke-wajiban warga pribumi, bahkan hingga penyiksaan fisik. Penjajahan yang terjadi di zaman sekarang berbeda. Para ‘pen-jajah’ tidak melakukannya penjajahan pada fisik, namun mereka melakukan penjajahan dengan cara lain, salah satu-nya dengan menguasai beberapa sektor industri-industri di Indonesia dimana penghasilan dari industri-industri terse-but sebagian besar akan menjadi keun-tungan bagi negara asing yang mena-nam sahamnya di Indonesia. Selain itu, maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia menjajah bangsa Indonesia dari segi identitas bangsa, menjadikan generasi muda Indonesia berperilaku kebarat-baratan dan bahkan berpikiran kebarat-baratan.

Tidakkah kita ingin melihat negeri ini menjadi sebuah negeri yang mandiri? Menjadi sebuah negeri yang

tidak lagi bergantung pada investor-in-vestor asing? Tidak inginkah kita melihat di kemudian hari, kekayaan alam di neg-eri ini kita eksplorasi dan kita gunakan untuk negara kita sendiri? Tidak ingin-kan di suatu saat nanti kita melihat tidak ada lagi daerah yang kekurangan pan-gan dan gizi? Tidak inginkah kita suuatu saat nanti membebaskan negeri ini dari kemiskinan? Tentunya, di hati kita, akan ada sebersit keinginan untuk itu.

Niat yang baik harus diiringi dengan tindakan yang baik, hingga ber-dampak hal baik pula. Ketika ada niat untuk melakukan hal-hal baik bagi neg-eri ini, maka akan ada mimpi yang ingin kita wujudkan. Maka harus ada tindakan yang bisa membantu kita merealisasikan mimpi-mimpi kita itu. Contohnya, bagi seorang anak Farmasi. Ia bercita-cita menjadi seorang direktur perusahaan pembuat bahan baku obat. Mimpi ini berawal dari masalah negara Indonesia yang hingga saat ini masih mengimport bahan baku obat dari luar negeri. Ketika kita bisa memproduksi bahan baku obat secara mandiri, kita bisa memiliki obat yang berharga lebih murah. Di titik ini, rasa kebangkitan dapat dikatakan sudah tumbuh dalam jiwa seseorang.

Dalam upayanya, yang bisa di-lakukan untuk mencapai mimpi ini bu-kan hanya berkhayal. Harus ada upaya untuk meraihnya. Salah satunya dengan melatih skill-skill kita seperti kepemimpi-nan, keahlian dalam managerial, dan juga membangun link yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Walau diakui atau tidak, proses belajar dan mencari ilmu lah yang paling penting agar kita mengerti akan dasar ilmu yang kita per-dalam di dunia kerja nanti. Terkadang, kita enggan untuk belajar. Ketika sampai di titik ini, kembali tanyakan pada diri kita sendiri: “akankah rasa malas mengalahkan mimpi kita untuk mengubah negeri ini?” (IKG)

Oleh: Desti Rachmadyah Nanda S.Mahasiswi Farmasi UI 2011

9

Page 10: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18
Page 11: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18
Page 12: Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18