korban atau pelaku

7
Korban atau Pelaku ? AFTA atau Asean Free Trade Area adalah hasil dari kesepatakan negara-negara yang berada di Asia Tenggara dalam membentuk suatu kawasan bebas perdagangan. Perjanjian ini mulai dicetuskan pada tahun 1992 di Singapura saat pertemuan tingkat kepala Negara Asean atau SEAN summit ke-4, dalam pertemuaan tersebut disepakati akan dilaksanakan AFTA pada 15 tahun kedepan, jika berdasarkan hitungan dari 1992 seharusnya AFTA sudah terlaksana pada tahun 2007 namun kenyataannya akan terlaksana pada tahun 2015, 23 tahun setelah perjanjian tersebut. AFTA merupakan suatu langkah yang bertujuan untuk memudahkan perdagangan antar Negara Asia dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia. Tujuan dari dibentuknya Asean Free Trade Area atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI), dan meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intra-ASEAN Trade). *Sriwulan Purnamasari PEMERINTAHAN INDONESIA DALAM TANTANGAN DUN

Upload: lan

Post on 16-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

essai mengenai PEMERINTAHAN INDONESIA DALAM TANTANGAN DUNIA -> AFTA

TRANSCRIPT

PEMERINTAHAN INDONESIA DALAM TANTANGAN DUNIA*Sriwulan PurnamasariKorban atau Pelaku ?AFTA atau Asean Free Trade Area adalah hasil dari kesepatakan negara-negara yang berada di Asia Tenggara dalam membentuk suatu kawasan bebas perdagangan. Perjanjian ini mulai dicetuskan pada tahun 1992 di Singapura saat pertemuan tingkat kepala Negara Asean atau SEAN summit ke-4, dalam pertemuaan tersebut disepakati akan dilaksanakan AFTA pada 15 tahun kedepan, jika berdasarkan hitungan dari 1992 seharusnya AFTA sudah terlaksana pada tahun 2007 namun kenyataannya akan terlaksana pada tahun 2015, 23 tahun setelah perjanjian tersebut. AFTA merupakan suatu langkah yang bertujuan untuk memudahkan perdagangan antar Negara Asia dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia. Tujuan dari dibentuknya Asean Free Trade Area atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI), dan meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intra-ASEAN Trade).Untuk mendukung tercapainya ketiga tujuan tersebut maka di buat skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) yaitu penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya atau dengan kata lain diberlakukan salah satu peraturan bahwa akan dihapusnya bea masuk impor, seperti yang telah dilakukan oleh Negara Brunei Darussalam pada tahun 2010 dan akan disusul oleh Negara Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.Dihapuskannya bea masuk impor ini berarti bahwa segala barang yang masuk di suatu Negara tidak akan dikenai pajak dan barang-barang yang masuk akan bebas beredar dimasyarakat. Barang-barang hasil produksi dari Brunei Darussalam, Malaysia, Philippines, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam akan bebas beredar dimasyarakat Indonesia. Nah, bebasnya barang-barang luar masuk ke Indonesia tanpa disadari akan menutup peluang produk lokal karena kita ketahui bersama bahwa barang-barang hasil produksi dari luar negeri memiliki kwalitas yang bagus dan harga jual yang yang sama dengan barang Indonesia bahkan lebih terjangkau .Melihat hal tersebut dan kondisi masyarakat Indonesia dari segi pendidikan, sangat memprihatinkan dan dengan rasa penasaran masyarakat Indonesia terhadap barang baru apalagi yang berasal dari luar negeri yang tinggi maka barang-barang dari luar tersebut akan menutupi barang-barang lokal Indonesia. Masyarakat Indonesia akan lebih tertarik menggunakan atau mengkonsumsi produk baru dari luar dan meninggalkan produk lokal Indonesia yang kalah dari segi kwalitas dan harga. Hal ini bisa saja membuat Indonesia hanya menjadi sasaran empuk negara negara lain dalam perdagangan bebas Asian Free Trade Area dan hanya menjadi korban dari kesepakatan sendiri, sekedar menjadi penonton dan bukan pelaku dari Masyarakat Ekonomi Asean.Indonesia jika dibandingkan dengan Negara-negara kelompok ASEAN salah satunya Singapura sangat tertinggal dari segi pendidikan, pendidikan memilki peran penting dalam majunya suatu bangsa, pendidikan Indonesia masih sangat carut marut, tidak meratanya pendidikan di Indonesia membuat tidak meratanya tingkat pengetahuan masyarakat dari sabang sampai merauke dan membuat sumber daya manusia Indonesia sangat kurang kompetitif jika dibanding dengan Singapura. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang indikator pendidikan menyebutkan, tahun 2011, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi tahun 2011 mencapai 17,28%. Indonesia meluluskan 800 ribu sarjana setiap tahun. Saat ini hanya 1 dari 4 anak Indonesia yang berkesempatan masuk ke Perguruan Tinggi. Dari data tersebut dapat disimpulkan pendidikan di Indonesia belum maksimal dalam menghasilkan sumber daya manusia yang nantinya dapat bersaing di arena pasar bebas.Pasar bebas dalam MEA nantinya membuka peluang bagi warga negara lain untuk masuk bekerja di negara lainnya, misal warga Negara Singapura, Vietnam dan lainnya dapat masuk untuk bekerja di Indonesia. Ketika sumber daya manusia Indonesia tidak diberi asupan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan berbahasa asing yang mumpuni, maka kembali lagi Indonesia hanya akan menjadi sasaran empuk dalam Asian Free Trade Area. Tenaga ahli dari luar negerilah yang nantinya akan mengambil ahli segala mesin penghidupan yang di Indonesia dan masyarakat Indonesia hanya akan menggigit jari sambil menelan ludah melihat lahan mereka kembali dijajah secara halus. Pihak pemerintah Indonesia seharusnya terbangun dari buaian yang selama ini menidurkan mereka dan kembali melihat apa yang akan terjadi kedepan. Pemerintah seharusnya kembali melihat kondisi pendidikan di Indonesia. Pendidikan ini memang masalah klasik yang dari tahun ke tahun dimunculkan kepermukaan dan sampai sekarang belum 100% tertangani. Jika Indonesia ingin menjadi pelaku masyarakat Ekonomi Asean, pemerintah harus kembali melihat akar permasalahan pendidikan di Negeri Indonesia yang telah merdeka dari tahun 1945. Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan sebaiknya tidak hanya merubah dan memperbaiki kurikulum pendidikan saja, tetapi terjun langsung kelapangan dan melihat seperti apa sebenanrya situasi instansi pendidikan disana, melihat seperti apa sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Misal seperti dipedalaman Indonesia, banyak warganya yang tidak tahu bagaimana cara pengoperasian komputer, lantas pemerintah hanya mengirimkan seperangkat komputer tanpa melihat apakah disana ada listrik atau tidak. Pengiriman komputer itu tidak akan memiliki pengaruh jika untuk menghidupkannya saja tidak ada sarana pendukungnya. Jadi kebijakan yang diambil pemerintah harus melihat seperti apa kondisi didaerah itu. Pendidikan memiliki dampak yang luas bagi masyarakat Indonesia dalam mengahadapi MEA. Pendidikan akan bahasa asingpun sangat dibutuhkan, jadi bagaimana masyarakat Indonesia dapat bersaing jika untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari luar saja tidak bisa. Pemerintah harus tegas dalam membuat peraturan tanpa lupa melihat kondisi instansi tersebut terlebih dahulu. Mengedapankan penguasaan bahasa asing untuk masyarakat Indonesia. Membuka informasi seluas-luasnya. Memberikan pelatihan khusus kepada masyarakat agar menjadi tenaga ahli dalam berbagai bidang. Melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA jika Indonesia ingin menjadi pelaku dan bukan sebagai korban dari Asia Free Trade Area.