korupsi

46
STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI UNTUK INDONESIA Ivan Dwi Jatmiko D IV Akuntansi Kurikulum Khusus BPKP, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan Email : [email protected] Abstract : Korupsi merupakan suatu kejahatan yang luar biasa. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegahkorupsi. Tidak ada salahnya kita belajar dari negara-negara lain yang telah sukses mencegah korupsi. Dengan pengembangan berbagai strategi yang baru diharapkan Indonesia bisa bebas korupsi. 1. Pendahuluan Membicarakan korupsi di negara kita ini seakan tidak ada habisnya. Permasalahan korupsi seakan sudah mengakar kuat dalam setiap lini kehidupan negara kita ini. Permasalahan korupsi ini menjadi salah satu isu krusial yang harus segera diselesaikan jika ingin negara Indonesia bisa menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan makin lama tindak pidana korupsi di Indonesia semakin sulit untuk dicegah dan diberantas. Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dalam arahannya saat peringatan hari anti korupsi mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia tentang korupsi di negeri kita tercinta ini. Arahan presiden yang pertama mengatakan bahwa korupsi memang masih terus terjadi di negeri kita. Hal ini berarti korupsi merupakan sebuah permasalahan dan gangguan yang serius dalam kehidupan dan pembangunan yang tengah gencar dilakukan dan yang kedua sesungguhnya upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi juga terus dilakukan secara sunguh-sungguh bahkan boleh dikata sangat agresif. Bandingkan dengan upaya pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini dalam perjalanan sejarah negara kita ini dan sesungguhnya tidak ada istilah pembiaran. Pemerintah tidak akan pernah membiarkan kejahatan korupsi itu terus terjadi. Tetapi memang harus diakui hasilnya memang masih belum sesuai dengan harapan kita. Presiden RI mengatakan bahwa memberantas korupsi itu adalah sebuah

Upload: vandj86

Post on 25-Nov-2015

65 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI UNTUK INDONESIAIvan Dwi JatmikoD IV Akuntansi Kurikulum Khusus BPKP, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang SelatanEmail : [email protected]

Abstract : Korupsi merupakan suatu kejahatan yang luar biasa. Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegahkorupsi. Tidak ada salahnya kita belajar dari negara-negara lain yang telah sukses mencegah korupsi. Dengan pengembangan berbagai strategi yang baru diharapkan Indonesia bisa bebas korupsi.

1. 2. PendahuluanMembicarakan korupsi di negara kita ini seakan tidak ada habisnya. Permasalahan korupsi seakan sudah mengakar kuat dalam setiap lini kehidupan negara kita ini. Permasalahan korupsi ini menjadi salah satu isu krusial yang harus segera diselesaikan jika ingin negara Indonesia bisa menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan makin lama tindak pidana korupsi di Indonesia semakin sulit untuk dicegah dan diberantas. Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dalam arahannya saat peringatan hari anti korupsi mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia tentang korupsi di negeri kita tercinta ini. Arahan presiden yang pertama mengatakan bahwa korupsi memang masih terus terjadi di negeri kita. Hal ini berarti korupsi merupakan sebuah permasalahan dan gangguan yang serius dalam kehidupan dan pembangunan yang tengah gencar dilakukan dan yang kedua sesungguhnya upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi juga terus dilakukan secara sunguh-sungguh bahkan boleh dikata sangat agresif. Bandingkan dengan upaya pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini dalam perjalanan sejarah negara kita ini dan sesungguhnya tidak ada istilah pembiaran. Pemerintah tidak akan pernah membiarkan kejahatan korupsi itu terus terjadi. Tetapi memang harus diakui hasilnya memang masih belum sesuai dengan harapan kita. Presiden RI mengatakan bahwa memberantas korupsi itu adalah sebuah upaya dan agenda berkelanjutan, never ending goal, unfinished agenda dan itu adalah sesuatu yang harus kita pahami. Memberantas korupsi bukan hanya aksi nyata untuk membawa koruptor ke meja pengadilan, meskipun itu sangat penting, tetapi juga harus mampu menghilangkan sumber-sumber penyebab terjadinya korupsi. Pengalaman di banyak negara, upaya seperti ini bukan hanya kerja instant dan pekerjaan setahun dua tahun akan tetapi sebuah pekerjaan yang memerlukan waktu yang panjang. Dan untuk Indonesia, Bapak SBY mengatakan bahwa tidak berkelebihan kalau pemberantasan korupsi adalah upaya dan pekerjaan kita selamanya.Beliau juga mengatakan bahwa kasus-kasus korupsi sekarang ini tersebar tidak hanya di pusat tetapi juga daerah, terjadi di lembaga ekekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Ada di dunia usaha ataupun elemen kehidupan masyarakat yang lain. Hal Ini menggambarkan bergesernya distribusi kekuasaan di Indonesia, the distribution of power. Era dulu adalah era kuat eksekutif dan era sentralisme dan disitulah kekuasaan berada. Power holders ada di Jakarta akan tetapi sekarang pucuk-pucuk kekuasanaan ada di mana-mana dan korupsi terjadi di antara pemegang kekuasaan yang menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely, itu tetap valid dan tetap berlaku. Presiden berharap semua jajaran penegak hukum, jajaran lembaga audit, jajaran institusi pengawas agar memberikan atensi yang sungguh-sungguh dan betul-betul melihat di area-area yang rawan akan korupsi.Pemerintah Indonesia tidak hanya tinggal diam dan membiarkan praktek korupsi berkembang dan terus mengupayakan berbagai langkah untuk mengatasi praktek-praktek korupsi. Pemerintah telah membuat undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Upaya pencegahan praktek korupsi di lingkungan eksekutif atau penyelenggara negara juga telah dilakukan, dimana masing-masing instansi tersebut memiliki inspektorat yang berfungsi sebagai unit pengawas dan pengendali dalam instansi. Fungsi inspektorat mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di instansi masing-masing, terutama pengelolaan keuangan negara agar dalam pelaksanaan bisa berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis. Di samping punya badan internal di Negara kita juga punya lembaga pengawas eksternal yaitu Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) yang berada di bawah Presiden dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Lembaga Eksternal pemerintahan. Pengawasan oleh lembaga swadaya masyarakat juga makin marak, LSM ini tidak segan-segan untuk mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang bisa mendorong praktek-praktek korupsi.Dilihat dari berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memberantas praktik korupsi sepertinya sudah cukup memadai baik dilihat dari segi hukum dan peraturan perundang-undangan, lembaga yang menangani korupsi, lembaga pemeriksa baik internal maupun eksternal, bahkan keterlibatan LSM yang semakin terbuka. Namun pada kenyataannya praktik korupsi bukannya berkurang malah meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil survei pelaku bisnis yang dirilis tahun 2010 oleh perusahaan konsultan "Political & Economic Risk Consultancy" (PERC) yang berbasis di Hong Kong, Indonesia yang merupakan salah satu bintang emerging markets tahun lalu, ternyata merupakan negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis dengan mencetak skor 9,07 dari nilai 10. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penanganan korupsi Indonesia masih kalah dengan negara-negara di asia lainnya. Sedangkan berdasarkan studi yang dilakukan oleh lembaga transparency international, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2012 adalah 32 dan menduduki peringkat 118 dari 180 negara. Walaupun terdapat kenaikan dari tahun sebelumnya tetapi kenaikannya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan kasus korupsi di Indonesia masih sangat lambat dan belum mampu membuat jera para koruptor.Oleh karena itu akan lebih baik bila mengkaji lebih lanjut tentang strategi yang dilakukan negara-negara yang sukses dalam menangani korupsi sehingga angka korupsi bisa ditekan dan menerapkannya di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis memandang perlu untuk melakukan kajian tentang strategi penanganan korupsi di negara-negara lain dan sebagai bahan masukan untuk membuat grand design penanganan korupsi yang cocok untuk diterapkan di Indonesia.

3. Landasan Teori1. 2. 2.1 Pengertian KorupsiKorupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan, yang kemudian muncul pada bahasa Ingris dan Perancis "Corruption", dalam bahasa Belanda "Korruptie", dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan "Korupsi" (Dr.Andi Hamzah, S.H.,1958: 143). Dalam bahasa Yunani corruptio berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil, mental, dan umum.Menurut transparency international korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada merekaMenurut wikipidea, korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.Dalam Wordnet Princenton Education, korupsi didefinisikan sebagai lack of integrity or honesty (especially susceptibility to bribery); use of a position of trust for dishonest gain.5 Selanjutnya dalam Kamus Collins Cobuild arti dari kata corrupt adalah someone who is corrupt behaves in a way that is morally wrong, especially by doing dishonesty or illegal things in return for money or power.6 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, Balai Pustaka, 597:2001)7, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.Menurut New World Dictionary of The American Language, bahwa sejak abad pertengahan Inggris menggunakan kata corruption dan Perancis corruption. Kata korupsi mengandung arti : Perbuatan atau kenyataan yang menimbulkan keadaan yang bersifat buruk; Perilaku yang jahat yang tercela atau kebejatan moral; Kebusukan atau tengik; Sesuatu yang dikorup, seperti yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu kalimat; Pengaruh-pengaruh yang korup.Korupsi juga berarti mempunyai arti tindak kriminal/ pidana. Secara formal undang-undang menggunakan terminologi Tindak Pidana Korupsi Definisi Tindak Pidana Korupsi (TPK) menurut UU No. 31 tahun 1999 jo No. 20 tahun 2001 yang sering ditangani aparat penegak hukum adalah tindak pidana korupsi yang terkait dengan pasal 2 dan pasal 3, yaitu sebagai berikut: Pasal 2, Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pasal 3, Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.2.2 Bentuk-bentuk Korupsi Berdasarkan Tool-Kit Anti Korupsi yang telah dikembangkan pada awal tahun 2002 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah naungan Centre of International Crime Prevention (CICP) dari UN Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCCP), telah mempublikasikan 10 bentuk korupsi yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :a. Penyuapan (Bribery)b. Penggelapan (Emblezzement)c. Pemalsuan (Fraud)d. Penyalahgunaan wewenang (Abuse of Discretion).e. Usaha sendiri (Internal Trading)f. Pemerasan (Extortion)g. Nepotismeh. Pilih Kasih (Favoritism)i. Menerima komisi (Commission)j. Sumbangan ilegal (Illegal Contribution) M. Amien Rais, salah satu tokoh nasional Indonesia mengklasifikasi jenis korupsi yang lebih operasional yang terdiri empat jenis korupsi, yaitu:a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa. b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya. c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya. d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merumuskan bentuk/ jenis tindak pidana korupsi ke dalam kelompok-kelompok sebagaimana pasal-pasal dalam UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi, sebagai berikut :a. Korupsi Yang Terkait Dengan Kerugian Keuangan Negara, yaitu: Melawan hukum untuk memperkaya diri atau orang lain dan dapat merugikan keuangan negara. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan dapat merugikan keuangan negara.b. Korupsi Yang Terkait Dengan Suap Menyuap, yaitu: Menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya. Menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Memberi hadiah kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena jabatannya. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima suap dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Menyuap hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili. Menyuap advokat dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. Hakim dan Advokat yang menerima suap dengan maksud dari pemberi suap sebagaimana diuraikan dalam huruf e dan f.c. Korupsi Yang Terkait Dengan Penggelapan dalam Jabatan, yaitu: Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja merusakkan bukti. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja membiarkan orang lain merusakkan bukti. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja membantu orang lain merusakkan bukti.d. Korupsi Yang Terkait Dengan Perbuatan Pemerasan, yaitu: Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras (memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya). Pegawai negeri atau penyelenggara negara pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang pada dirinya. Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain.e. Korupsi Yang Terkait Dengan Perbuatan Curang, yaitu: Pemborong, ahli bangunan pada waktu membuat bangunan atau penjual bahan bangunan pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan curang. Orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan POLRI. Orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan/atau POLRI dengan sengaja membiarkan perbuatan curang. Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau barang keperluan TNI dan/atau POLRI dan membiarkan perbuatan curang. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas menggunakan tanah negara seolah-olah sesuai peraturan perundang-undangan sehingga merugikan orang lain.f. Korupsi Yang Terkait Dengan Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan, yaitu Pegawai negeri atau penyelenggara negara langsung atau tidak langsung turut serta dalam pengadaan yang diurus atau diawasinya.g. Korupsi Yang Terkait Dengan Gratifikasi, yaitu Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi yang nilainya Rp 10 juta atau lebih dan tidak lapor KPK.

2.3 Penyebab korupsiTerdapat berbagai teori terkait dengan penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah Teori GONE. Teori GONE dikemukakan oleh Jack Bologna yang menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang mendorong seseorang berperilaku menyimpang (fraud)/ korupsi. Keempat faktor tersebut adalah:a. Greed atau keserakahan, berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang;b. Opportunity atau kesempatan, berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan;c. Needs atau kebutuhan, berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya yang menurutnya wajar; dan d. Exposure atau pengungkapan, berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan.Berdasarkan teori di atas, suatu perbuatan kecurangan akan dapat muncul apabila terdapat GONE yang kondusif untuk kecurangan tersebut. Misalnya, ada situasi dimana seseorang tidak bisa mengendalikan diri sehingga sifat serakahnya muncul dan didukung dengan gaya hidup boros. Bersamaan dengan itu, organisasi tempat dia bekerja tidak memiliki perangkat kendali yang memadai. Tambahan lagi, pelaksanaan sanksi hukum yang berkaitan dengan perbuatan kecurangan, fraud, korupsi, juga tidak tegas. Dalam keadaan seperti itu, maka sangat besar kemungkinan orang tersebut melakukan perbuatan fraud.Teori yang lebih sederhana menyatakan bahwa tindakan korupsi disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu: a. Terpaksa (corruption by need), Dilakukan karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang tidak tercukupi oleh gajinya yang rendah. Berhubungan dengan Niat dan Perilaku.b. Memaksa (corruption by greed), Dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan (bermewah-mewahan). Berhubungan dengan Niat dan Perilaku.c. Dipaksa (corruption by system).Korupsi merupakan pertemuan antara niat dan kesempatan. Kesempatan dapat timbul karena adanya kelemahan sistem pengendalian dan peraturan.

Sedangkan menurut beberapa ahli penyebab korupsi bisa bermacam-macam antara lainPengamat sosial politik dari IAIN Sumut, Drs Ansari Yamamah, MA. Perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih "mendewakan" materi telah "memaksa" terjadinya permainan uang dan korupsi. Menurut Prop. Dr. Nur Syam, M.Si. penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka akan menyebabkan seseorang melakukan korupsi. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah untuk mendapatkan kekayaan tersebut. Sehingga selama cara memandang kekayaan tersbut masih salah maka korupsi akan terus ada.Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mengakui, ada empat faktor dominan penyebab merajelalanya korupsi di Indonesia, yakni faktor penegakan hukum yang masih lemah, mental aparatur, kesadaran masyarakat yang masih rendah, dan political will. Erry R.Hardjapamekas menyebutkan tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kurangnya keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa, rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil, lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan, rendahnya integritas dan profesionalisme, mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan, kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.Menurut Bibit Samad Riyanto terdapat lima hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebab tindakan korupsi. Yang pertama adalah sistem politik ditandai dengan dibuatnya aturan perundang-undangan, seperti perda, dan peraturan lain yang memungkinkan para pelaku dapat berlindung dengan aturan tersebut. Kedua adalah intensitas moral seseorang atau kelompok. Ketiga adalah remunisasi, atau pendapatan (penghasilan) minim akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang memiliki pendapatan besar tidak melakukan korupsi jadi factor moral sangtlah menentukan. Keempat adalah pengawasan dari pihak internal maupun eksternal masih kurang dan kelima adalah budaya taat aturan atau budaya sadar akan aturan hukum karena dengan sadar hukum maka masyarakat akan mengerti konskuensi dari apa yang ia lakukan.

2.4 Dampak Terjadinya KorupsiKorupsi menyebabkan berbagai dampak yang merugikan terhadap negara dan masyarakat sebagai korban maupun kepada para pelaku korupsi, yaitu sebagai berikut: a. Merusak sistem tatanan masyarakat b. Penderitaan sebagian besar masyarakat dalam berbagai sektor c. Ekonomi biaya tinggi d. Munculnya berbagai masalah sosial dalam masyarakat e. Sikap frustasi, ketidakpercayaan, dan apatis terhadap pemerintah Robert Klitgaard, dkk menyatakan dengan pemberian suap dapat berakibat warga masyarakat bisa berbuat sekehendak hati, melanggar peraturan di bidang keselamatan kerja, kesehatan atau peraturan lainnya yang dapat menimbulkan bahaya bagi anggota masyarakat lainnya. Jika korupsi berkembang sedemikian rupa sehingga hak milik pribadi tidak lagi dihormati, aturan hukum dianggap remeh, dan insentif untuk investasi menjadi kacau, maka akibatnya pembangunan ekonomi dan politik akan lumpuh. Menurut DR. M. Chatib Basri, saat ini tindak pidana korupsi sudah merata pada semua tingkatan birokrasi sehingga perilaku suap menyuap untuk kelancaran birokrasi saat ini sudah dianggap biasa. Jika dahulu dengan membayar kepada satu orang semua urusan akan beres namun sekarang harus membayar sepuluh orang. Kondisi ini dikeluhkan oleh pelaku dunia usaha karena keadaan tersebut akan menyebabkan ketidakpastian dalam perencanaan keuangan, terpuruknya dunia usaha, hengkangnya berbagai perusahaan asing dan hilangnya kesempatan kerja bagi ribuan tenaga kerja Indonesia beserta sektor informal yang terkait . Sementara Kwik Kian Gie berpendapat sumber dari segala permasalahan yang ada dalam segala bidang di Republik ini adalah Korupsi, Kolusi dan Nipotisme sehingga dinyatakannya bahwa Korupsi, Kolusi dan Nipotisme adalah the roots of all evils.

2.5 Peraturan Perundang-undangan Terkait KorupsiSaat ini tecatat lebih dari 10 peraturan perundangan termasuk Tap MPR yang mengatur penanganan korupsi, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Berdasarkan catatan dari Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam situs resminya,rincian peraturan perundangan tersebut antara lain adalaha. TAP MPR No. XI Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas KKNb. Undang-Undang: UU 20/2001 Pemberantasan Tidak pidana Korupsi UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui menjadi UU No 20 Tahun 2001 UU 11/1980 tentang Antisuap UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini telah dirubah menjadi UU No 25 tahun 2003 PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik 51 UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih Bebas dari KKN UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003 UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidanac. Peraturan Pemerintah: PP 71/2000 ttg peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi Peraturan Pemerintah No.110 tahun 2000 tentang kedudukan Keuangan DPRD Penjelasan Peraturan Pemerintah No.110 tahun 2000 tentang kedudukan Keuangan DPRD PP No 24 Tahun 2004 tentang Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD PP No 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD PP No 19 Tahun 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsid. Instruksi Presiden (Inpres): Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi Inpres No. 4 Tahun 1971, Tentang Pengawasn Tertib Administrasi di Lembaga Pemerintah Inpres No. 9 Tahun 1977, Tentan Operasi Tertib Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inpres No 1 Tahun 1971, tentang koordinasi pemberantasan uang palsue. Keputusan Presiden (Keppres): Keputusan Presiden No. 11 Tahun 2005 Tentang Timtastipikor Keppres No. 12 Tahun 1970 tentang "Komisi 4" Keppres No 80 Tahun 2003, tentang pedoman pengadaan barang jasa di instansi pemerintah PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik 52 Keppres No 16 Tahun 2004, tentang perubahan keppres 80/2003 tentang pedoman pengadaan barang jasa di instansi pemerintahf. Surat Edaran: Surat edaran Jaksa Agung tentang percepatan penanganan kasus korupsi tahun 2004 Surat edaran Dirtipikor Mabes Polri, tentang pengutamaan penanganana kasus korupsi Surat Keputusan Jaksa Agung tentang Pembentukan Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi Tahun 2000 Keputusan Bersama KPK-Kejaksaan Agung dalam Kerjasama Pemberantasan korupsiPeraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dan sering digunakan oleh lembaga penegak hukum dalam pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Sejak Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) diundangkan, terdapat berbagai interpretasi atau penafsiran yang berkembang di masyarakat khususnya mengenai penerapan Undang-undang tersebut terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan. Hal ini disebabkan Pasal 44 Undang-undang tersebut menyatakan bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan tidak berlaku sejak Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan, sehingga timbul suatu anggapan adanya kekosongan hukum untuk memproses tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.Di samping hal tersebut, mengingat korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, maka pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan cara luar biasa. Dengan demikian, pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan dengan cara yang khusus, antara lain penerapan sistem pembuktian terbalik yakni pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa.Ketentuan perluasan mengenai sumber perolehan alat bukti yang sah yang berupa petunjuk, dirumuskan bahwa mengenai "petunjuk" selain diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa, juga diperoleh dari alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik (electronic data interchange), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan faksimili, dan dari dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.Ketentuan mengenai "pembuktian terbalik" perlu ditambahkan dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai ketentuan yang bersifat "premium remidium" dan sekaligus mengandung sifat prevensi khusus terhadap pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 atau terhadap penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi.Pembuktian terbalik ini diberlakukan pada tindak pidana baru tentang gratifikasi dan terhadap tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini.Dalam Undang-undang ini diatur pula hak negara untuk mengajukan gugatan perdata terhadap harta benda terpidana yang disembunyikan atau tersembunyi dan baru diketahui setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Harta benda yang disembunyikan atau tersembunyi tersebut diduga atau patut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Gugatan perdata dilakukan terhadap terpidana dan atau ahli warisnya. Untuk melakukan gugatan tersebut, negara dapat menunjuk kuasanya untuk mewakili negara.Selanjutnya dalam Undang-undang ini juga diatur ketentuan baru mengenai maksimum pidana penjara dan pidana denda bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan rasa kekurangadilan bagi pelaku tindak pidana korupsi, dalam hal nilai yang dikorup relatif kecil.

2.6 Lembaga Pemberantas KorupsiSebagai suatu tindak pidana yang bersifat luar biasa (extra ordinary crime), pemberantasan korupsi dianggap perlu dilakukan dengan cara-cara yang juga luar biasa. Sebagai upaya luar biasa untuk pemberantasan korupsi tersbut maka dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi, utamanya dengan mengingat bahwa KPK diberikan kewenangan yang lebih besar dibanding insitutsi pemberantasan korupsi yang telah ada sebelumnya yaitu Kepolisian dan Kejaksaan.Tuntutan dibentuknya KPK adalah sebagai bentuk ketidakpercayaan masyarakat atas kinerja Kepolisian dan Kejaksaan dalam memberantas korupsi. Kedua institusi itu terlanjur dianggap masyarakat sebagai tempat terjadinya korupsi baru, baik dalam penanganan perkara-perkara korupsi maupun dalam penanganan perkara-perkara lainnya. KPK diharapkan menjadi trigger mechanism, yaitu pemicu (terutama) bagi Kepolisian dan Kejaksaan dalam melakukan pemberantasan korupsi. Di antara kewenangan luar biasa yang tidak dimiliki oleh Kepolisian dan Kejaksaan yang dimiliki KPK adalah kewenangan melakukan penyadapan pembicaraan telepon. KPK juga diberi kewenangan untuk menjadi supervisi bagi Kepolisian dan Kejaksaan, selain ia juga dapat mengambil alih perkara korupsi yang ditangani Kepolisian dan Kejaksaan apabila penanganan suatu perkara oleh kedua institutsi itu dianggap tidak memiliki perkembangan yang signifikan.Adapun tugas KPK adalah sebagai berikut :1) Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.3) Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.2.7 Korupsi di Berbagai Negaraa. SingapuraMenurut sebuah survey yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang bermarkas di Hongkong, Singapura menduduki peringkat kelima dunia negara terbersih dari korupsi. Peringkat yang didapat oleh Singapura ini tidak terlepas dari keberhasilan pemberantasan korupsi.Pada tahun 1959, ketika Singapura memperoleh pemerintahan sendiri, Pemerintah Singapura mewarisi layanan publik yang efisien dari Pemerintah Inggris tapi korupsi merajalela dan meresap ke seluruh sektor masyarakat. Ketika Pemerintah Singapura pertama kali berdiri, mereka menghadapi beberapa masalah dalam memerangi korupsi. Pertama, hukum Pencegahan Korupsi lemah. Kedua, pejabat publik yang tidak dibayar tinggi dibandingkan dengan mereka di sektor swasta. Pemberantasan korupsi di Singapura sendiri memiliki sejarah yang panjang. Pada awalnya pemberantasaan korupsi dilakukan di lingkaran birokrasi. Para pejabat hingga pegawai rendahan tak asing dengan praktik korupsi. Pemerintah Singapura pun membentuk badan khusus pemberantasan korupsi yang diambil dari kepolisian. Namun badan khusus tersebut tidak mampu mengatasi korupsi yang merajalela. Makin gencarnya pemberantasan korupsi di Singapura berawal dari kegagalan Bagian Antikorupsi Kepolisian Singapura tersebut. Apalagi setelah pejabat senior kepolisian ditangkap setelah menerima suap dari pedagang opium. CPIB yang semula menjadi bagian kepolisian pun dijadikan lembaga mandiri yang khusus menangani korupsi. Tokoh sentral yang dikenal tegas dalam pemberantasan korupsi Singapura adalah Lee Kwan Yew dengan People's Action Party yang berkuasa sejak tahun 1959. Lee Kwan Yew memproklamirkan perang terhadap korupsi dan menegaskan: 'no one, not even top government officials are immuned from investigation and punishment for corruption'.Tindakan yang tegas mulai diambil terhadap pegawai negeri yang korup. Sebagian dipecat dari pemerintahan dan yang lain memilih keluar secara sukarela untuk menghindari penyelidikan. Tekad Lee Kwan Yew ini didukung oleh Pemerintah Singapura dengan disahkannya Undang-Undang Pencegahan Korupsi (The Prevention of Corruption Act/ PCA) yang diperbaharui pada tahun 1989 dengan nama The Corruption (Confiscation of Benefit) Act. Pada tahun 1999, Corruption (Confiscation of Benefits) Act disempurnakan oleh undang-undang lain yaitu Corruption, Drug Trafficking and Other Serious Crimes (Confiscation of Benefits). Undang-undang yang baru ini mengatur praktik-praktik pencucian uang (money laundering) sebagai pelengkap dalam memperluas kewenangan pengadilan untuk membekukan dan menyita aset maupun property seseorang yang diperoleh dari praktik-praktik korupsi. Dengan lahirnya undang-undang tersebut makin kuatlah kewenangan dan tugas dari CPIB dan Kepercayaan publik terhadap CPIB terus meningkat ketika masyarakat menyadari bahwa pemerintah bersungguh-sungguh dalam memberantas korupsiStrategi yang ditempuh Singapura dalam memberantas korupsi disebut sebagai pilar strategi anti korupsi, memiliki empat fokus utama yaitu: Effective Anti-Corruption Agency; Effective Acts (or Laws); Effective Adjudication; dan Efficient Administration. Dimana keempat pilar di atas dilandasi oleh strong political will against corruption dari pemerintah. Komitmen politik pemerintah yang tinggi dalam memberantas korupsi adalah faktor utama dan terpenting dari keberhasilan Singapura dalam memberantas korupsi. Aktor utama dalam penanganan korupsi di Singapura adalah CPIB. Terkait dengan upaya pencegahan korupsi, CPIB menempuh beberapa cara yaitu:1) Review of Work Methods. CPIB melakukan evaluasi mengenai cara dan prosedur kerja ditingkatkan untuk menghindari penundaan pemberian ijin atau lisensi dan mencegah pegawai negeri menerima suap untuk mempercepat proses perijinan.2) Declaration of Non-Indebtedness. Setiap pegawai negeri di Singapura diharuskan untuk membuat pernyataan bahwa ia bebas dari hutang budi yang terkait dengan uang (pecuniary embarrassment) setiap tahunnya. 3) Declaration of Assets and Investments. Aturan ini mewajibkan setiap pegawai negeri menyatakan kekayaan dan investasinya pada saat ia diangkat menjadi pegawai negeri dan setiap tahunnya, termasuk pasangan dan anak-anaknya. Apabila memiliki kekayaannya yang tidak sesuai dengan gajinya harus dijelaskan dari mana perolehannya. Apabila memiliki saham akan diminta untuk mendivestasikan kepemilikannya untuk menghindari konflik kepentingan;4) Non-Acceptance of Gifts. Pegawai negeri di Singapura dilarang untuk menerima hadiah uang atau sejenisnya termasuk hiburan. Pada kondisi dimana mereka tidak mungkin menolaknya, mereka boleh menerimanya dan menyerahkan kepada kepada departemen. Dan dapat menyimpannya bila membayar sesuai dengan nilai yang ditaksir oleh official valuer.5) Public Education. CPIB melakukan diseminasi mengenai buruknya dampak korupsi kepada pegawai negeri.Selanjutnya Singapura menerapkan reformasi administrasi yang antara lain tertuang dalam pernyataan motto yakni Integrity, Service, Excellence. Lebih lanjut reformasi tersebut juga dilakukan melalui Public Services for the 21st Century (PS21) Movement, yang intinya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan dan memangkas birokrasi. Dalam kerangka PS21 Movement, Pemerintah Singapura menerapkan sejumlah strategi yakni E Government Action Plans (eGAP) yang prinsipnya bertujuan meminimalisir peluang korupsi dengan mendayagunakan teknologi informasi secara elektronik sehingga kontak langsung antara penyedia layanan publik dengan masyarakat dapat dikurangi. Upaya dalam eGAP adalah eCitizen dan GeBIZ, dimana eCitizen dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antara pemerintah dan masyarakat melalui perangkat elektronik, sedangkan GeBIZ adalah suatu proses pengadaan barang dan jasa (procurement) pemerintah melalui internet. Selanjutnya guna memperbaiki profesionalisme dan kinerja aparat pemerintah, Singapura mengeluarkan Government Instruction Manual yaitu Aturan yang mengatur perilaku dan disiplin pegawai negeri. Kemudian untuk meningkatkan kesadaran (awarness) terhadap korupsi, CPIB Singapura secara aktif melakukan kampanye dan pendidikan anti korupsi bekerja sama dengan Civil Service College (CSC) di seluruh instansi pemerintah. Masyarakat juga dilibatkan dalam mengawasi pelayanan publik, membuat pengaduan bila ada indikasi tindak korupsi dan ikut mengawasi jalannya peradilan kasus korupsi. Hal lain yang tidak kalah penting dalam langkah pencegahan korupsi adalah perbaikan kesejahteraan pegawai negeri (remunerasi).Sesuai dengan Prevention of Corruption Act, CPIB juga melakukan penyelidikan korupsi di sektor swasta. Praktik korupsi di sektor swasta pada umumnya melibatkan pembayaran atau penerimaan komisi secara ilegal. Terkait dengan praktik suap, undang-undang anti korupsi di Singapura memberikan ancaman hukuman kepada seseorang yang memberikan atau menerima uang suap yaitu denda maksimal SG$ 100,000 atau hukuman kurungan maksimal 5 tahun atau keduanya. Sanksi yang sama juga dapat dijatuhkan kepada seseorang yang memberikan atau menerima uang suap atas nama orang lain. Secara empirik, hukuman ini sangat efektif memberikan efek jera dan menekan angka korupsi. Bahkan pada beberapa kasus, sanksi sosial yang dijatuhkan masyarakat jauh lebih berat dibandingkan pengadilan. Tercatat sejumlah tersangka koruptor melakukan bunuh diri sebelum diajukan ke pengadilan karena merasa malu kepada keluarganya dan takut terhadap sanksi sosial dari masyarakat yang terkenal sangat tidak mentolerir perbuatan korupsi.Hasil pemberantasan korupsi di Singapura dapat dilihat dari tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadapat pelayanan publik. Hal ini berarti masyarakat Singapura sangat percaya pada Pemerintah Singapura. Selain itu Arah pemberantasan korupsi di CPIB ditekankan untuk meyakinkan investor akan iklim bisnis yang bebas suap dan beretika di Singapura dan keberhasilan Singapura dalam pemberantasan korupsi ini menghasilkan iklim investasi yang sehat sehingga banyak investor datang ke Singapura dan membuat perkenomian Singapura menjadi maju dan meningkatkan pendapatan bruto Singapura.b. JepangJepang merupakan salah satu Negara yang tidak mempunyai Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti di kebanyakan negara-negara di dunia. Di Jepang tindak pidana korupsi tidak diatur secara khusus tetapi digolongkan sebagai salah satu di antara tindak pidana umum yang ada seperti penyuapan, penggelapan uang negara, dan penipuan. Dan hukuman yang diberikan pada para pelaku maksimalnya pun hanya tujuh tahun, tidak seperti di negara lain seperti di Indonesia yang bisa lebih dari tujuh tahun. Akan tetapi anehnya dengan kondisi sedemikian rupa Jepang tergolong negara yang cukup bersih dari tindak pidana yang sering kita namakan "korupsi" tersebut. Fenomena di Jepang tersebut sedikit banyak memberikan gambaran bahwa penegakan hukum yang baik tidak sekadar ditentukan oleh "substansi perundang-undangan", akan tetapi juga ditentukan oleh "kultur hukum" warga masyarakat Negara Jepang tersebut. Sesuai dengan definisi kultur hukum yang dijelaskan oleh Profesor Lawrence M Friedman, bahwa kultur hukum itu mencakup opini-opini, kebiasaan-kebiasaan, cara bertindak dan cara berpikir dari seseorang yang bertalian dengan segala hal yang berbau hukum. Budaya malu dan Sanksi sosial dari masyarakat adalah dua kultur hukum yang ada dan berkembang di masyarakat Jepang maupun di kalangan birokrat dan penegak hukum jepang yang berperan lebih efektif daripada ancaman hukuman penjara untuk mencegah maupun menindak para pelaku kejahatan korupsi di Jepang. Budaya malu di Negara Jepang telah mendarah daginng dalam sikap dan budaya masyarakat jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam bidang kehidupan. Budaya rasa malu di Jepang sendiri digunakan sebagai cara mengangkat derajat bangsa menjadi bangsa yang unggul di atas bangsa-bangsa yang lain. Budaya malu di Jepang sendiri telah ada pada masa Samurai yang terkenal akan istilah Harakiri yaitu tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan belati atau samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang yang merasa telah kehilangan kehormatan akibat melakukan kejahatan, aib, dan/atau mengalami kegagalan dalam menjalankan kewajiban. Dan sampai saat ini budaya harakiri ini masih sering dipakai oleh para pejabat jepang yang merasa malu telah melakukan kesalahan atau tindakan korupsi. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa kasus yang terjadi di Jepang seperti kasus nasionalisasi perusahaan japan green yang melibatkan Menteri Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Totshikatsu Matsuoka dan direktur Japan Green Resources, Shinichi Yamazaki. Keduanya ditemukan mati dengan cara bunuh diri setelah kasus tersebut terungkap. Selain budaya bunuh diri, budaya malu yang berkembang dikalangan pejabat jepang adalah kesedian para pejabat tersebut untuk mengundurkan diri apabila terlibat kasus korupsi. Bahkan di dalam praktik hukum di Jepang, pejabat yang masih diindikasikan melakukan suatu tindak pidana, umumnya langsung mengundurkan diri dari jabatannya, sekalipun tidak diminta oleh masyarakat apalagi jika sudah dituntut mundur oleh masyarakatnya. Contoh nyata adalah mundurnya Menteri Luar Negeri Jepang (Gaimu Daijin) Maehara Seiji terkait dengan sumbangan tidak sah yang telah diterimanya. Padahal, uang tersebut tidak sepeserpun digunakan untuk pribadi Maehara, namun sebagai dana sumbangan partai politiknya, atau Partai Demokrat Jepang (DPJ) dan jumlahnya tidak besar, hanya Rp 25 juta, Maehara tetap dianggap melanggar. Sanksi sosial yang berkembang di masyarakat jepang juga ikut berperan dalam menekan tindak pidana korupsi dan hukuman sosial di masyarakat jepang sangatlah keras. Masyarakat jepang akan menilai dan mengecam dengan keras para pelaku korupsi tersebut. Dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat para pelaku nantinya akan sangat dipermalukan terutama oleh publik luas. Dalam bukunya Beyond Productive Mental of Japans Public Officials(1998) seorang pakar manajemen pemerintahan dari Kyoto University Tadaro Hanna menyebutkan salah satu penyebab mental bersih pejabat jepang tercipta karena negara/pemerintah mendorong tumbuhnya dan membangun sanksi sosial secara sistemis. Antara lain, setiap pegawai negeri wajib menandatangani pakta integritas dan sosial terkait dengan perubahan perilaku dan mental selama menjadi pegawai/aparatur. Salah satu sumpah dan janji khas Jepang yang menarik ialah kemauan PNS Jepang secara sukarela melepaskan jabatan/kerja ketika ada satu pihak merasa dirugikan, dicemarkan, atau dipersalahkan jauh sebelum sanksi sosial dan hukum resmi negara melakukan eksekusi sesuai dengan hukum positif yang berlaku.Selain penanaman budaya malu dan sanksi sosial Negara Jepang juga melakukan pencegahan-pencegahan praktik korupsi. Pencegahan tersebut antara lain yaitu melalui transparansi politik untuk mengurangi praktik korupsi. Pemerintah Jepang menyusun kebijakan yang mengharuskan setiap anggota parlemen Jepang membuat laporan kegiatan. Laporan tahunan tersebut kemudian harus dipublikasikan melalui internet dan dapat diakses oleh publik. Selain laporan kerja, juga diwajibkan laporan keuangan. Semua pemasukan dan pengeluaran anggota harus dipublikasikan di website. Secara rinci dimulai dengan pengeluaran 1 Yen (Rp. 100). Masyarakat bisa melihat laporan itu secara terbuka kapan saja. Prinsip transparansi ini dampaknya dapat mengurangi korupsi politik di Jepang. Upaya lain yaitu membatasi aktivitas pegawai negeri Jepang untuk berbisnis murni atau membisniskan pekerjaan negara. Pemerintah sudah lama melarang pegawai negeri menjalankan atau berafiliasi dengan pihak bisnis/investor baik berafiliasi atas nama usaha diri sendiri, keluarga, hingga level ketiga yaitu tidak boleh istri, anak, dan/atau anggota keluarga dari keturunan suami/istri menjalankan bisnis murni layaknya pihak swasta.c. Korea SelatanNegara Korea Selatan mengenal dua bentuk korupsi yaitu korupsi material dan korupsi moral yang artinya adalah :1) Korupsi Material, adalah korupsi yang bertitik sentral pada keuntungan yang bersifat material, dilakukan oleh pejabat secara person atau pribadi. Bentuk korupsi ini seperti korupsi yang kita kenal sekarang ini yaitu mencuri/merugikan keuangan negara dan penyuapan atau pemerasan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.2) Korupsi Moral, adalah korupsi yang bertitik sentral pada keuntungan yang bersifat non material, dilakukan pejabat secara official/lembaga/dinas. Bentuk pelanggaran terhadap asas-asas hukum nasional, atau tidak melaksanakan undang-undang dasar secara murni dan konsekuen. Pemberantasan korupsi di Korea Selatan sebenarnya sudah ada sejak lama. Korea Selatan telah melakukan berbagai inisiatif untuk melawan korupsi akan tetapi tonggak perubahan substansial baru muncul pada awal 1990-an. Awal perubahan ini terjada saat pemerintahan Korea Selatan dipimpin oleh Kim Young Sam (1993-1998), hal ini ditandai dengan dibuatnya sistem transaksi keuangan yang diatur olehPresidential Emergency Order untuk keuangan nasional dan ekonomi pada tahun 1993. Hal tersebut merupakan langkah signifikan terhadap transparansi keuangan dalam melarang penggunaan rekening keuangan anonim/bukan nama sebenarnya. Kemudian dilanjutkan dengan disahkannya Undangg-UndangReal Name Financial Transactions and Guarantee of Secrecypada tahun 1997 dalam rangka untuk mengatasi cacat parsial, seperti ketidaknyamanan transaksi keuangan berikut verifikasi nama asli dan kecemasan tentang penyelidikan pajak. Presiden Kim Young-sam juga memperkuat peran dewan audit dan inspeksi (BAI) sebagai agende jureanti-korupsi dan mendirikan Komite Pencegahan Korupsi (CPC) sebagai badan penasehat ketua BAI dalam tugas memberantas korupsi. Presiden Kim Young-sam benar-benar melakukan reformasi regulasi melalui kegiatan dari komite reformasi administrasi, dan deregulasi tersebut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penurunan praktek korupsi dalam pemerintahan.Namun, perubahan yang jauh lebih menonjol terjadi selama pemerintahan Kim Dae-jung. Presiden Kim meminta Kantor Perdana Menteri (OPM) untuk mengembangkan lebih sistematis program anti-korupsi. Pada tahun 1999, OPM mengumumkan program-program yang komprehensif termasuk lima isu berikut: 1) Pembentukan komite khusus anti-korupsi2) Berlakunya undang-undang dasar tentang pencegahan korupsi 3) Pengembangan dari kampanye kesadaran masyarakat,4) Pengembangan dari kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam deteksi korupsi, dan 5) Reformasi administrasi yang rawan korupsi. Rencana ini membawa perkembangan yang signifikan dalam pemberantasan korupsi. Selain itu, Presiden Kim membentuk Komite Reformasi Regulasi berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1998 tentang Peraturan Administrasi untuk meninjau secara intensif peraturan yang ada dan menyaring peraturan akan diperkenalkan atau deregulated.Pada bulan Juli 2001, undang-undang anti korupsi ditetapkan sebagai dasar hukum anti korupsi di Korea Selatan. Kemudian pada 25 Januari 2002 didirikan KICAC (Korean Independent Commission Againts Corruption) dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan institusi dan pelaksanaan Undang-undang anti korupsi no. 6.494 tahun 2001 yang kemudian diamandemen dengan undang-undang no. 7.612 tahun 2005, dalam rangka mencegah korupsi, memformulasikan dan melaksanakan kebijakan anti korupsi. Dalam mencapai tujuan tersebut KICAC mempunyai wewenang untuk :1) Melakukan inpeksi dan menemukan pelanggaran2) Melakukan penyelidikan3) Mengimplementasi dan membuat kebijakan anti korupsiPendekatan yang dilakukan KICAC dalam pemberantasan korupsi adalah mengantispasi sebelum orang melakukan korupsi itu lebih baik atau bisa dikatakan bersifat preventif. Hal ini dilakukan dengan mendorong empat hal penting yaitu :1) Menentukan kebijakan anti korupsi yang padu undang-undang dengan perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang2) Mendorong perbaikan sistem secara menyeluruh seperti evaluasi masalah perbankan3) Penyelidikan pada tempat-tempat yang rawan korupsi misal penyelidikan pejabat setingkat menteri, dirjen dan parlemen. 4) Memperkuat kerjasama dan pertukaran informasi internasionalPada tanggal 29 Februari 2008 KICAC resmi dibubarkan dan dilebur dengan lembaga lainnya yaitu Ombudsman of Korea dan Administrative Appeals Commission oleh Presiden Lee Myung Bak dan lahirlah lembaga The Anti-Corruption & Civil Rights Commission (ACRC). Dengan peleburan dari tiga organisasi tersebut, warga dapat diberikan pelayanan satu atap oleh satu organisai untuk menangani pengaduan masyarakat, mengajukan banding administratif dan pemberantasan korupsi dengan cara yang lebih cepat dan lebih nyaman. Adapun fungsi dari ACRC ini adalah :1) Menangani pengaduan masyarakta dan memperbaiki system administrasi yang tidak efisien.2) Membentuk birokrasi yang bersih dan bebas korupsi dengan menciptakan peraturan yang bertujuan preventif.3) Melindungi individu dari praktek maladministrasi dengan memberikan legitasi dalam rangka penanganan masalah tersebut.Upaya pemberantasan korupsi lainnya yang dilakukan adalah menerapkan Act on the Protection of the Public Interest Whistleblowers " sejak 30 September 2011, dalam rangka untuk melindungi pelapor yang melaporkan setiap pelanggaran kepentingan publik di kedua sektor publik dan swasta. Pemberian informasi ini tidak hanya melaporkan setiap kasus korupsi sektor publik, tetapi juga bisa melaporkan setiap perilaku yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat, atau lingkungan, termasuk pembuatan makanan berbahaya atau pembuangan limbah air secara ilegal.d. ChinaPermasalahan korupsi telah lama terjadi di negara China yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Dinasti Zhou (1027-771 SM). Kasus-kasus korupsi banyak ditemukan dalam berbagai catatan sejarah dinasti di China, korupsi tersebut kebanyakan dilakukan oleh kasim istana. Setelah berakhirnya era kekaisaran, China kemudian memasuki era nasional atau Kuomintang dibawah pimpinan Chiang Kai Shek pada tahun 1928. Pada masa ini korupsi telah menjadi epidemi. Hal ini mendorong Chiang Kai Shek membentuk badan khusus untuk memeranginya yang dinamakan Kelompok Penumpas Harimau, karena rakyat membandingkan para pejabat yang korup dengan harimau yang buas. Badan itu mempersilakan rakyat untuk mengajukan keluhan. Akan tetapi dalam perjalanananya badan ini justru dijadikan sebagai alat untuk memeras uang dari orang-orang kaya oleh para pemegang kekuasaan. Bentuk korupsi yang umumnya terjadi di kalangan masyarakat adalah pemerasan secara terang-terangan. Pada era pemerintahan Mao Tse Tung (1949-1976) kasus-kasus korupsi tidak menghilang begitu saja. Mao segera melakukan gerakan untuk membersihkan China dari korupsi dengan gerakan tiga anti (san fan) dan lima anti (wu fan). Kampanye tiga anti yaitu pencurian, pemborosan dan birokratisme. Sanfan merupakan kampanye melawan korupsi dan inefisiensi birokrasi. Gerakan ini terutama ditujukan kepada kader-kader kota yang korup. Tujuannya untuk menakut-nakuti siapa saja yang mempunyai akses ke uang pemerintah agar tidak korup. Pemerintah menghukum mati, memenjarakan dan memecat pejabat-pejabat yang melakukan korupsi. Pada bulan Januari 1952 diberlakukan Gerakan Lima Anti (wu fan). Gerakan ini ditujukan untuk menumpas lima macam kejahatan: suap-menyuap, tidak membayar pajak, pencurian uang negara, menipu kontrak dengan pemerintah dan mencuri informasi ekonomi milik negara. Sejak kedua kampanye itu sangat sedikit orang yang berani menggerogoti uang negara. Pemerintah komunis Mao pada akhirnya memang tidak korup dalam pengertian konvensional, misalnya tidak menerima suap tetapi para pejabatnya diberi hak untuk menikmati standar hidup yang khusus dengan perbedaan berjenjang yang mendetail.Pada era reformasi ekonomi yang dimulai sejak pemerintahan Deng, korupsi telah dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan. Slogan yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Deng Xiao Ping bahwa getting rich is glorious atau menjadi kaya itu mulia, berpengaruh bagi masyarakat China dalam mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Seruan Deng itu telah memberi rakyat China ruang terbuka yang luas untuk memaksimalkan upaya menjadi kaya. Dalam kenyataannya seruan tersebut dimaknai dan diterapkan secara negatif sehingga korupsi di China semakin meluas. Motif-motif korupsi yang paling menonjol sangat berkaitan erat dengan tradisi guanxi (koneksi) yang telah berakar sangat dalam. Tanpa guanxi bisnis tidak akan berjalan dan seseorang hampir pasti tidak akan mendapatkan apa yang dikehendakinya. Suap menyuap ataupun lewat jalan belakang merupakan praktek-praktek yang biasa dilakukan.Komitmen kuat penguasa China untuk memberantas korupsi sudah dimulai sejak masa Zhu Rongji (1997-2002). Ucapannya yang sangat terkenal adalah Beri saya 100 peti mati, Sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor, dan satu untuk saya kalau saya melakukan tindakan korupsi." Pemberantasan korupsi yang dilakukan Perdana Menteri China itu, merupakan bagian dari reformasi birokrasi. Sayangnya langkah itu justru menyurut di bawah Presiden Jiang Zemin pada awal 2000-an. Jiang menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri dan kelompoknya geng Shanghai. Setelah Hu Jintao berkuasa, api pemberantasan korupsi kembali menyala. Kegerahan Hu atas kasus korupsi bisa dipahami. Reformasi ekonomi yang cenderung kapitalistik yang tidak diikuti dengan reformasi politik yang demokratis, telah membuat elite partai yang berkuasa leluasa menumpuk kekayaan. Hal itu diperparah dengan tidak adanya kontrol masyarakat sipil dan pers. Dilaporkan setidaknya 4 ribu pejabat korup telah hengkang dari China dalam 20 tahun terakhir ini dengan menggondol setidaknya US $ 50 miliar. Sepanjang 2004, pemerintahan Hu menghukum sebanyak 164.831 anggota partai karena menguras uang negara lebih dari 300 juta dollar AS. Sebanyak 15 diantaranya menteri. Selama 6 bulan pertama 2007, angka resmi menyebutkan 5.000 pejabat korup dijatuhi hukuman. Terakhir, mantan Direktur Administrasi Negara untuk Makanan dan Obat-obatan Zheng Xiaoyu yang terbukti menerima suap 6,5 juta yuan (sekitar Rp 75 miliar) dieksekusi mati. Saat ini China menerapkan tiga langkah untuk memberantas korupsi, yaitu memperbaiki sistem birokrasi, meningkatkan penyidikan terhadap pegawai negeri, dan mengawasi kekuasaan. Pengawasan ditingkat administrasi pemerintahan dilakukan oleh Kementrian Pengawasan, sedangkan pengawasan internal di tubuh partai dijalankan oleh Direktorat Disiplin. Selain itu Cina telah meluncurkan program untuk mencoba menghentikan para pejabat korup dari melarikan diri negara dengan memonitor transfer dana dan meninjau aplikasi untuk perjalanan ke luar negeri,Walaupun penanganan korupsi telah dilakukan dengan begitu ketatnya namun korupsi masih berkembang. Hal ini disebabkan kewenangan PKC yang sangat besar adalah akar masalahnya. Anggota partai yang berjumlah sekitar 68 juta orang mendapat perlakuan istimewa, dimana kejaksaan atau kepolisian tidak boleh menentukan, apakah orang tersebut boleh diajukan ke pengadilan atau tidak. Partailah yang menentukan proses hukumnya, termasuk dalam penetapan hukumannya. Jadi partai bisa berada diatas hukum maupun undang-undang yang berlaku. Tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi di pemerintahan selama ini, turut juga menyuburkan korupsi.e. FinlandiaPrestasi Finlandia dalam menekan korupsi tidak diperoleh secara tiba-tiba tapi merupakan proses pembangunan yang telah berlangsung hampir dua abad. Penurunan sejarah korupsi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan secara keseluruhan dan komprehensif masyarakat Finlandia, dari negara yang tidak berpendidikan, miskin, bergantung pada pertanian menjadi negara dengan industri modern dan berpendidikan. Kekuatan utama finlandia dalam pemberantasan korupsi adalah pembentukan dan pemeliharaan tatanan sosial yang mampu menutup ruang-ruang korupsi. Lambat tapi pasti Finlandia menjelma menjadi negara yang sangat bersih, yang hampir nol korupsi. Bagiamana Finlandia mengendalikan tingkat korupsi ?Yang pertama adalah good administration yang menghubungkan nilai-nilai, kode etik dan prinsip-prinsip etika yang ada dalam rangka untuk mencegah perilaku koruptif. Nilai, prinsip dan kode etik dan korupsi seperti kepercayaan, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas, responsivitas dan partisipasi ibarat sebuah mata koin yang saling berlawanan dimana bila nilai, prinsip dan kode etik tersebut ditaati maka korupsi akan berkurang dan begitu juga sebaliknya. Nilai, prinsip dan kode etik tersebut merupakan sketsa pencegahan dan aturan perilaku yang diinginkan dalam pelayanan publik dan dimanfaatkan untuk mengekang korupsi di Finlandia serta memeroleh kepercayaan publik. Di Finlandia, kepercayaan publik adalah bagian penting dari penyelenggaraan pemerintah yang baik dan tingkat kepercayaan publik finlandia terhadap pemerintahannya sangatlah tinggi. Terkadang pemerintahan daerah di Finlandia memberikan surat edaran untuk warga kota tentang bagaimana pemerintahan lokal yang baik misalnya pada tahun 2005 tentang bagaimana pejabat kota harus berurusan dengan pelaku sektor swasta. Selain itu juga disediakan saluran bagi masyarakat untuk melaporkan pelayananan publik yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Bahkan masyarakat Finlandia memiliki keberanian lebih untuk menghubungi otoritas banding dan mempertanyakan keputusan pemerintah yang telah dibuat. Sistem kontrol yang dilakukan oleh masyarakat Finlandia ini dapat menciptakan mekanisme peringatan untuk pelayanan publik agar mengikuti aturan.Kedua Integritas para PNS di Finlandia karena Integritas dalam bekerja menjadi bagian penting dalam mencegah korupsi. Integritas yang tinggi membuat pegawai pemerintah di Finlandia menjunjung tinggi reputasi. Hancurnya reputasi akibat perbuatan tercela biasanya berakhir dengan keluarnya pegawai tersebut dari pekerjaan sebagai pegawai pemerintah. Rasa malu juga tumbuh di kalangan pegawai pemerintah. Jika terdapat pegawai pemerintah yang tertangkap memberikan atau menerima suap atau bahkan hanya melakukan perbuatan kecil namun tercela akan menimbulkan aib sosial di masyarakat dan media akan secara besar-besaran mengekpos kasus tersebut. Kita dapat melihat kasus mundurnya Perdana Menteri Anneli Jaatteenmaki setelah dituduh berbohong kepada parlemen dan rakyat. Kebohongan itu menyangkut kebocoran informasi politik ketika dia berkampaye. Dia berbohong bahwa dia memperoleh data politik itu begitu saja tetapi dalam kenyataannya informasi politik tersebut ia peroleh setelah dia meminta ke pihak terkait.Ketiga adalah kerangka hukum yang ada di Finlandia yang terdiri dari Undang-undang Administrasi dan The Penal Code. Masalah administratif diatur oleh Undang-Undang Prosedur Administrasi yang mulai berlaku sejak awal tahun 2004. Ide dasar undang-undang tersebut adalah untuk menyatukan prinsip-prinsip administrasi, administrasi yang baik dan termasuk pelayanan publik dalam satu hukum. Gagasan utama dari undang-undang ini adalah untuk mempromosikan perilaku yang baik dalam organisasi publik dan untuk meningkatkan hubungan antara warga negara dan pemerintah serta untuk mencegah terjadinya pemerintahan yang tidak baik. Prinsip-prinsip yang melandasinya antara lain, menekankan pejabat untuk bertindak adil dan melaksanakan pekerjaannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemerintah harus memberikan pelayanan yang diperlukan secara gratis serta menanggapi pertanyaan dan permintaan dari masyarakat tentang layanan tersebut. Sanksi bagi pegawai yang melanggar dapat berupa teguran tertulis sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat. Kemudian dalam the penal code pegawai pemerintah di Finlandia termasuk subjek hukum pidana. Salah satu bab dalam The Penal Code di Finlandia berisi tentang kejahatan di kantor. Berikut ini adalah kesalahan yang tercantum dalam kitab undang-undang tersebut penerimaan suap, pelanggaran penyuapan, penerimaan suap sebagai Anggota Parlemen, pelanggaran akan kelalaian atas rahasia pemerintah, penyalahgunaan jabatan publik dan pencemaran jabatan publik, serta pelanggaran akan tugas resmi dan kelalaian menjalankan tugas.Keempat adalah pengawasan yang dilakukan oleh Chancellor of Justice and the Parliamentary Ombudsman. Kedua lembaga ini sangat dihormati dan merupakan lembaga lama. Lembaga-lembaga ini mlakukan upaya pengendalian hukum dalam hal korupsi dan integritas dalam pelayanan publik. Untuk mengajukan banding warga bisa mengajukan ke kedua lembaga ini. Tujuan keseluruhan dari lembaga-lembaga tersebut untuk melindungi hak-hak warga negara. Tugas Chancellor of Justice memeriksa keluhan mengenai tindakan pendukung dan dewan bantuan hukum publik. Kanselir memiliki kewajiban untuk mengawasi legalitas tindakan pemerintah. Sedangkan tugas the Parliamentary Ombudsman adalah untuk memastikan bahwa otoritas publik dan pejabat mematuhi hukum, hak-hak konstitusional dan bahwa PNS memenuhi tugas mereka sesuai dengan pemerintahan yang baik. Lembaga ini menyelidiki kinerja pemerintah dan pegawai berdasarkan informasi masyarakat.Kelima pelaksanaan audit kinerja dan keuangan di pemerintah. Di Finlandia, pengendalian administratif didesentralisasikan ke berbagai institusi pemerintah dan pencegahan korupsi ditangani oleh beberapa institusi. Hal ini dilakukan karena pemerintahan setempat tidak mempunyai lembaga khusus untuk menangani masalah korupsi. Audit internal pun akhirnya memegang peran penting dalam mencegah korupsi karena kedudukannya yang semi-otonomi dan fungsinya sebagai lembaga penelaah mekanisme pengendalian internal. Selain itu parlemen Finlandia dalam menjalankan peran legislative juga melakukan audit keuangan.Parlemen akan memilih lima auditor dari akuntan publik yang bertugas mengawasi legalitas dan kelayakan keuangan sektor publik. Mereka mengamati bagaimana anggaran dilaksanakan, memantau subsidi negara dan pinjaman dan hibah dan dan memonitor jaminan yang diberikan oleh negara. Disamping itu Finlandia juga memiliki National Audit Office yang melakukan audit keuangan dan kinerja secara independen. Individu dan organisasi dapat mengajukan pengaduan ke National Audit Office mengenai pengelolaan keuangan negara, ekonomi publik, dan penyalahgunaan dana pemerintah. f. Amerika SerikatDi negara Amerika Serikat terdapat tiga jenis penyuapan yang familiar oleh masyarakat amerika yaitu penyuapan kepada pejabat publik asing, penyuapan pejabat publik domestic dan penyuapan sector komersial. Di Negara Amerika Serikat undang-undang anti-penyuapan internasional yang utama adalah Foreign Corrupt Practices Act (FCPA). FCPA melarang penggunaan setiap sarana perdagangan antar negara bagian atau antar negara misalnya e-mail, internet atau metode lainnya dalam melakukan bisnis lintas negara, termasuk komunikasi antara negara untuk membuat penawaran atau pembayaran atau janji untuk membayar atau mengizinkan pembayaran, uang, hadiah atau barang lain yang berharga, kepada pejabat asing, partai politik asing atau calon pejabat politik luar negeri, di mana niat suap adalah untuk mempengaruhi tindakan resmi atau keputusan penerima atau membujuk penerima untuk melanggar tugasnya atau menggunakan pengaruh mereka untuk mendapatkan atau mempertahankan bisnis.Sedangkan di dalam negeri amerika sendiri penyuapan diatur dalam hukum federal dan negara (federal and state law). Berdasarkan hukum federal AS suap umum (Pasal 201 dari United States Code), suap yang melibatkan pejabat publik amerika serikat diancam dengan pidana penjara dan/atau denda. Pasal tersebut menetapkan bahwa ketika seseorang atau badan memberikan, menawarkan atau menjanjikan sesuatu yang berharga dengan maksud korup, seseorang bertindak untuk, atau atas nama Amerika Serikat dalam rangka untuk mempengaruhi tindakan resmi, dan mempengaruhi pejabat publik untuk melakukan, berkolusi, atau membiarkan penipuan, atau menginduksi pejabat publik harus dilakukan, atau menghilangkan setiap tindakan yang melanggar tugas mereka yang sah. Dari pengertian suap tersebut suatu tindakan suap dianggap melanggar hukum apabila ada niat tertentu untuk memberikan atau menerima sesuatu yang bernilai sebagai imbalan atas tindakan resmi atau menghilangkan tindakan resmi. Pasal 201 mengharamkan kedua sisi transaksi suap, baik tindakan memberikan atau menjanjikan suap dan penerimaan atau permohonan suap. Hukum federal lainnya yaitu bagian 666 dari United State Code: Pencurian atau Suap Mengenai Program Federal Funds juga melarang tindakan penyuapan meskipun Pasal 666 mensyaratkan bahwa nilai yang ditetapkan bernilai US $5,000 atau lebih. Undang-undang Federal juga melarang gratifikasi ilegal. Perbedaan utama antara suap dan gratifikasi ilegal adalah bahwa gratifikasi memerlukan niat yang lebih rendah/kecil. Perbedaan tersebut adalah penyuapan memerlukan maksud tertentu untuk memberi atau menerima sesuatu sebagai imbalan atas tindakan resmi sedangkan gratifikasi ilegal hanya diberikan "untuk atau karena" tindakan resmi. Berbagai negara bagian Amerika Serikat juga telah menkodifikasikan hukum penyuapan mereka sendiri yang bervariasi dalam lingkup tindakan terlarang. Sementara penyuapan komersial biasanya dilarang di tingkat negara bagian daripada di tingkat federal, Travel Act telah digunakan untuk larangan penyuapan komersial di negara bagian. Perusahaan dan badan usaha lainnya yang melanggar ketentuan anti-penyuapan FCPA akan dikenakan denda pidana hingga US $ 2 juta per pelanggaran. Denda pidana korporasi karena melanggar "the books and records sesuai ketentuan FCPA dapat berkisar hingga US $ 25 juta atau di bawah the Alternative Fines Act bisa hingga dua kali jumlah imbalan yang diperoleh dengan membuat atau menjanjikan untuk membuat pembayaran tersebut. Sedangkan Individu yang melanggar ketentuan anti-penyuapan FCPA dikenakan denda pidana hingga US $ 100.000 per pelanggaran dan/ atau sampai dengan lima tahun penjara. Individu yang melanggar "the books and records sesuai ketentuan FCPA tersebut akan menghadapi denda pidana hingga US $ 5 juta dan/ atau sampai dengan 20 tahun penjara. Hukuman sipil untuk pelanggaran ketentuan FCPA anti-suap dapat berkisar hingga US $ 10.000 per pelanggaran baik untuk individu dan entitas. Untuk the books and records sesuai ketentuan FCPA pelanggaran, hukuman sipil berkisar dari US $ 5.000 hingga US $ 100.000 per pelanggaran untuk individu dan US $ 50.000 sampai US $ 500.000 per pelanggaran untuk entitas perusahaan. Sebuah perusahaan yang melanggar FCPA juga dapat ditangguhkan atau dilarang melakukan bisnis dengan pemerintah federal atau dalam industri sekuritas lebih umum, dan mungkin kehilangan lisensi. Hukuman lain berupa pengenaan monitor kepatuhan, penyitaan pidana atau perdata aset, dan tuntutan hukum sipil jaminan.Pasal 201 pelanggaran penyuapan mengenakan denda dan/ atau hukuman penjara hingga 15 tahun. Selain itu, pelaku dapat didiskualifikasi atau dipecat dari jabatan publik yang dipegang. Orang yang melanggar Pasal 666 dari United States Code menghadapi tuntutan denda dan hukuman penjara maksimal 10 tahun, pelanggaran terhadap Hobbs Act menghadapi tuntutan denda dan/ atau sampai dengan 20 tahun penjara. Sedangkan pelanggaran Travel Act juga dapat mengakibatkan denda dan/ atau hukuman maksimal hingga lima tahun penjara.Lembaga yang menangani kasus yang melibatkan pelanggaran FCPA adalah Securities and Exchange Commission dan Departement Of Justice. keduanya bertugas dengan tanggung jawab untuk menegakkan FCPA. SEC memiliki kewenangan untuk membawa penuntutan perdata berdasarkan FCPA, sedangkan DOJ menangani penuntutan pidana. Kedua lembaga memiliki unit jaksa khusus untuk mengadili pelanggaran FCPA dan dapat menarik anggota pada unit khusus di Biro Investigasi Federal (FBI) untuk membantu penyelidikan sebuah kasus. Kedua badan tersebut memiliki kekuasaan yang luas untuk menyelidiki, menegakkan dan menuntut suap dan korupsi. Dengan pengawasan dan otorisasi pengadilan, kedua badan tersebut diberdayakan untuk melakukan pencarian yang komprehensif atas bukti yang relevan. Badan tersebut dapat menggunakan surat perintah penggeledahan dan panggilan dari pengadilan untuk mengumpulkan bukti yang relevan dan dapat mengeluarkan surat panggilan langsung, meskipun para pejabat penegak hukum harus mencari jaminan dari pengadilan. Pengadilan bagaimanapun, mampu memberikan jaminan secara cepat, termasuk dalam beberapa kasus pada hari yang sama lembaga penegak hukum membuat permintaannya. Dalam beberapa tahun terakhir, regulator AS telah mulai menggunakan metode investigasi lebih agresif dalam kasus FCPA, termasuk menyisir sektor industri dan penyelidikan, penyadapan yang diperintahkan pengadilan dan mengunakan agen yang menyamar.

4. Hasil dan PembahasanBerdasarkan hasil kajian dari berbagai negara kita bisa belajar kepada mereka bagaimana negara-negara tersebut di atas mampu menekan angka korupsi. Adapun beberapa langkah yang dijalankan di berbagai negara yang bisa kita terapkan dari di negara Indonesia ini antara lain :1) Pemberantasan Korupsi harus di mulai dari lembaga penegak hukumPemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga anti korupsi di negara kita ini dilakukan secara menyeluruh, ke setiap lini pemerintahan. Hal ini mengakibatkan pemberantasan korupsi tidak focus pada satu pihak dulu, sehingga masih ada sisa-sisa oknum yang melakukan korupsi. Sebaiknya pemberantasan korupsi di Negara kita ini difokuskan terlebih dahulu ke lembaga penegak hukum. Sebagaimana kita ketahui bahwa lembaga penegak hukum di negara kita ini belum berjalan baik karena masih terdapat oknum-oknum yang bertindak korup. Dengan pembersihan lembaga penegak hukum ini niscaya pemberantasan di aspek-aspek lain akan dengan mudah dilakukan. Hal ini karena muara akhir dari penanganan kasus korupsi pasti ke lembaga penegak hukum baik itu kepolisian, kejaksaan, KPK maupun lembaga peradilan. Selain itu saat ini lembaga penegak hukum yang masih memiliki kepercayaan dari rakyat hanyalah KPK sedangkan lembaga-lembaga lain mulai kehilangan kepercayaan masyarakat. Dengan gerakan pemberantasan korupsi di lembaga hukum ini diharapkan masyarakat akan kembali mepercayai lembaga-lembaga lain.. Setelah tercipta lembaga penegak hukum yang bersih selanjutnya adalah peningkatan kerjasama antara lembaga yang satu dengan yang lain. KPK yang diharapkan mampu menjadi trigger mechanism, yaitu pemicu (terutama) bagi Kepolisian dan Kejaksaan dalam melakukan pemberantasan korupsi belum berjalan dengan baik. Bahkan tidak jarang terjadi benturan antara instansi. Kita pasti ingat kasus KPK dengan kepolisian dalam kasus Susno Duaji, kedua lembaga ini seakan terlihat ingin menang sendiri. Walaupun akhirnya kedua belah pihak berdamai dan bersama-sama menangani kasus yang terjadi.2) Politik will yang kuat dari para penguasaBerdasarkan hasil kajian dari berbagai negara di atas, salah satu kunci sukses dalam menberantas korupsi adalah kemauan dan tekad dari para pemimpinnya. Komitmen politik pemerintah yang tinggi dalam memberantas korupsi adalah faktor utama dan terpenting dari keberhasilan Singapura dalam memberantas korupsi. Di Jepang politik will dari pimpinan ini ditegaskan dengan adanya sistem transparansi politik.Berkenaan dengan political will serta komitmen yang harus dibangun, maka perlu menegaskan kembali political will pemerintah, diantaranya melalui :a) Penyempurnaan UU Anti Korupsi yang lebih komprehensif mencakup kolaborasi kelembagaan yang harmonis dalam mengatasi masalah korupsiSeperti yang telah diuraikan di atas bahwa lembaga-lembaga hukum di negara kita masih kurang dalam bekerja sama memberantas korupsi. Pemerintah dalam hal ini DPR dan lembaga Eksekutif seharusnya membuat Undang-undang yang mengakomodir untuk berbagai lembaga tersebut bisa bekerja sama dengan baik. Melihat dari keberhasilan Singapura dalam pemberantasan korupsi, penanganan korupsi tidak hanya di sector publik saja akan tetapi juga merambah sector swasta. Dengan penyempuranaan undang-undang diharapkan mampu mengakomodir hal ini.Penguatan kembali lembaga-lembaga yang sudah berjalan baik seperti KPK. Dalam salah satu berita di jelaskan bahwa saat ini anggota DPR RI dari komisi hukum berusaha untuk melemahkan kewenangan KPK dengan menyusun draf revisi Undang-Undang KPK yang mengusulkan untuk memangkas kewenangan penuntutan dan penyadapan KPK. Dewan terhormat ini juga mengusulkan agar KPK dapat menerbitkan Surat Perintah Penghetian Penyidikan alias SP3, dan memiliki lembaga pengawasan.. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan pemberantasan korupsi tidak dimiliki oleh semua lapisan pemimpin.b) Penerapan Transparansi PolitikPenerapan transparansi politik ini telah sukses dilaksanakan di Jepang dan berhasil mengurangi praktik korupsi. Dengan penerapan tranparansi politik ini Pemerintah Indonesia harus menyusun kebijakan yang mengharuskan setiap anggota DPR RI maupun pejabat publik untuk membuat laporan kegiatan. Laporan kegiatan tersebut kemudian harus dipublikasikan melalui internet dan dapat diakses oleh publik. Dengan menguplod laporan ini akan diketahui kinerja dari para wakil rakyat dan pejabat publik tersebut. Selain laporan kerja para wakil rakyat tersbut juga diwajibkan membuat laporan keuangan. Semua pemasukan dan pengeluaran anggota harus dipublikasikan di website. Secara rinci dimulai dengan pengeluaran Rp. 100. Masyarakat bisa melihat laporan itu secara terbuka kapan saja.Transparansi politik juga harus diterapkan dalam pelaksanaan Pemilu. Pemerintah harus membuat peraturan yang mengatur tentang dana kampanye partai politik maupun calon legislative. Semua pemasukan dan pengeluaran yang digunakan harus dilaporkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan transparansi politik ini juga harus dibarengi dengan pemberian sanksi yang tegas kepada para partai politik dan caleg tersbut. Dengan sistem keterbukaan ini akan mampu mencegah aliran dana kampanye yang tidak sah dan tidak sesuai Undang-undang dan akan mampu mencegah praktek balas jas. c) Kontrak kinerja yang dibuat pejabat publikPelajaran lain yang bisa diambil dari singapura adalah adanya deklarasi atau semacam kontrak kinerja yang meliputi : Declaration of Non-Indebtedness. Setiap pegawai negeri diharuskan untuk membuat pernyataan bahwa ia bebas dari hutang budi yang terkait dengan uang (pecuniary embarrassment) setiap tahunnya. Declaration of Assets and Investments. Aturan ini mewajibkan setiap pegawai negeri menyatakan kekayaan dan investasinya pada saat ia diangkat menjadi pegawai negeri dan setiap tahunnya, termasuk pasangan dan anak-anaknya. Apabila memiliki kekayaannya yang tidak sesuai dengan gajinya harus dijelaskan dari mana perolehannya. Apabila memiliki saham akan diminta untuk mendivestasikan kepemilikannya untuk menghindari konflik kepentingan; Non-Acceptance of Gifts. Pegawai negeri dilarang untuk menerima hadiah uang atau sejenisnya termasuk hiburan. Pada kondisi dimana mereka tidak mungkin menolaknya, mereka boleh menerimanya dan menyerahkan kepada kepada departemen. Dan dapat menyimpannya bila membayar sesuai dengan nilai yang ditaksir oleh official valuer.d) Penyederhanaan birokrasi baik sistem, struktur maupun jumlah pegawaiDalam pemerintahan di negara kita masih banyak dijumpai adanya organisasi yang terlalu bertele-tele. Salah satu sebab mengapa indeks persepsi korupsi di Indonesia masih sangat rendah adalah pengurusan perijinan yang sangat lambat. Pola pikir para pegawai jaman dulu bahwa dalam setiap pengurusan perijinan harus mengunakan uang pelicin harus dihilangkan.Harus diakui juga bahwa saat ini banyak organisai pemerintahan yang terlalu gemuk dan tidak efisien dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Banyak sekali ditemui para pegawai yang tidak bekerja dan hanya menganggur. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan perampingan organisasi. Pemerintah harus berani memberhentikan pegawai yang tidak produktif dan melanggar ketentuan.

3) Langkah PreventifStrategi preventif merupakan upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan dengan cara mencegah terjadinya korupsi. Langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan antara lain:a) Peningkatan Peran Pengawas InternDalam sistem pemerintahan negera ini sebenarnya telah memiliki lembaga-lembaga internal yang bertugal mengawasi jalannya kegiatan di masing-masing instansi. Lembaga-lembag tersebut antara lain BPKP, Inspektorat Jenderal dan Inspektorat Daerah akan tetapi peran lembaga-lembaga tersbut belum terlalu optimal. Dengan pengoptimalan peran pengawas intern tersebut akan mampu mencegah terjadinya tindak korupsi di masing-masing instansi.Terdapat area-area yang rawan korupsi dan kurang pengawasan dari berbagai pihak. Seharusnya area-area tersbut dapat dijangkau oleh para pengawas intern tersebut dan mampu mencegah tindak korupsi. Area-area tersbut meliputiPertama dalam pengadaan barang dan jasa. Praktek korupsi sangat sering terjadi pada saat pengadaan barang dan jasa pemerintah. Praktek yang sering terjadi adalah mark up, pengeluaran fiktif dan pengaturan pemenang lelang. Pengawas intern harusnya sangat berperan dalam pengawalan mulai dari proses perencanaan sampai dengan proses selesainya pengadaan sehingga praktek tersbut dapat dicegah.Kedua proses perijinan yang sering terhambat dan harus memakai uang pelicin agar segala urusan bisa lancer. Tidak dapat dipungkiri bahwa praktek seperti ini masih berjalan di pemerintahan khususnya di pemerintah daerahKetiga dalam penyusunan dan penggunaan APBN dan APBD. Dalam proses ini seringkali terjadi tawar menawar anggaran ataupun bagi-bagi proyek. Kasus hambalang yang sangat heboh berawal dari proses ini, para anggota DPR seakan-akan bagi-bagi rejeki ketika ada proses penganggaran. Keempat adalah penyimpangan di wilayah perpajakan. Para pembayar pajak atau bahkan fiskus sendiri tidak memenuhi kewajibannya dan melanggar ketentuan yang ada. Praktek korupsi yang dilakukan oleh fiskus sudah sangat sering diungkap dan ditangkap akan tetapi seakan tidak ada habisnya. Selanjutnya dari wajib pajak sendiri yang berkolusi dengan petugas pajak yang akan merugikan negara. b) Pendidikan Anti Korupsi Sejak DiniPendidikan sangat memegang peran strategis dalam pembentukan karakter bangsa. Jika bahaya laten korupsi sudah membudaya di masyarakat, maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membudayakan nilai-nilai antikorupsi itu sendiri dengan mengintegrasikannya kedalam dunia pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak ataupun Sekolah dasar. Pendidikan anti korupsi ini adalah usaha untuk membentuk manusia Indonesia yang berjiwa jujur, bersih dan mengamalkan nilai-nilai pancasila. Nilai-nilai kejujuran merupakan hal utama yang perlu ditanamkan dalam jiwa para penerus bangsa ini. Selain nilai-nilai kejujuran, budaya malu juga akan sangat efektif dalam mencegah korupsi. Dengan penanaman budaya malu ini para siswa akan merasa malu jika melakukan perbuatan yang dirasa tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. c) Meningkatkan Peranan Media MassaMedia merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat efektif karena media mampu mempengaruhi masyrakat secara luas. Melalui iklan layanan masyarakat anti korupsi diharapkan dapat menanamkan budaya anti korupsi di masyarakat dan mampu mengerem budaya korupsi yang terus meluas. Dewasa ini, social media telah mampu menggiring opini publik khususnya dalam mendukung KPK dalam upaya memberantas korupsi. Akan tetapi peran media massa juga perlu dilakukan kontrol agar media ini bisa selalu independen dan memberitakan permasalahan secara obyektif. d) Sistem Remunerasi dan Penanaman Pola Hidup Sederhana di Kalangan PNSSalah satu sebab korupsi di negara ini adalah kurangnya tingkat kesejahteraan para PNS karena gaji yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dengan sistem pemberian remunerasi ini diharapkan mampu mencegah para PNS untuk mencari uang tambahan dari sesuatu yang tidak sah. Akan tetapi pemberian remunerasi tanpa diiringin dengan pola hidup sederhana akan tetap sama saja. Sudah menjadi sifat alami manusiauntuk menjadi serakah. Segala sesuatu yang diterima tidak akan pernah ada puasnya. Salah satu cara yang mungkin akan mampu menanamkan pola hidup sederhana di kalangan PNS adalah dengan pengenalan program pengelolaan keuangan atau Financial Program. Dalam program ini diajarkan kepada para PNS untuk melihat kondisi keuangan yang ada di diri mereka sekaligus diajarkan bagaimana memanage keuangan agar tidak hanya bisa cukup tetapi juga bisa saving untuk keperluan masa depan.e) Penerapan E-GovernmentE-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Penerapan E-Government dalam sistem pemerintahan Indonesia sangat relevan dengan era Reformasi Birokrasi yang saat ini sedang diprogramkan oleh Pemerintah. Manfaat E-Government : Pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor . Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan. Peningkatan hubungan antara pemeritah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan atau transparansi maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini akan dapat mencegah praktek korupsi Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan melaluji e-mail atau bahkan vidio conference .

4) Langkah RepresifPenerapan Hukuman yang sebarat-beratnyaIndonesia merupakan salah satu Negara yang masih menganut adanya hukaman mati. Namun dalam implementasinya sering kali hukuman mati tersandung HAM yaitu hak untuk hidup. Padahal dampak korupsi begitu besar karena mengambil hak jutaan rakyat Indonesia. Sehingga penerapan hukuman mati seperti di China tidaklah cocok bila diterapkan di Indonesia. Hukuman mati juga bukanlah tindakan yang efektif karena pelaku korupsi di cina juga masih banyak. Hukuman terberat yang mungkin bisa dijatuhkan adalah hukuman seumur hidup. Selain itu, penjara bagi koruptor harus eksklusif yang berarti penjaranya akan terisolir, tidak ada fasilitas seperti hotel bintang lima, apalagi kompromi dengan sipir penjara. Penjara yang khusus ini diharapkan mampu memberi efek jera bagi mereka akan melakukan korupsi. Selanjutnya adalah upaya pemiskinan kepada para pelaku koruptor. Para pelaku koruptor harus mampu mengembalikan semua uang negara yang telah diambilnya. Upaya ini seharusnya dibarengi dengan penguatan pembuktian terbalik.

5. KesimpulanPemberantasan korupsi di negara kita ini haruslah menjadi tujuan bersama untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Korupsi merupakan permasalahan sangatlah rumit dan sistemik Namun meski pun merupakan hal yang sulit pemberantasan korupsi yang sistemik di Indonesia bukan merupakan hal yang mustahil. Dengan belajar dari negara-negara yang mampu menekan angka korupsi dan pengembangan berbagai strategi pencegahan yang selalu update dan strategi penindakan yang difokuskan pada peningkatan efek jera dan penyelamatan kebocoran keuangan negara yang memberikan harapan bahwa proses pemberantasan korupsi di Indonesia dapat segera terwujud.

Daftar Referensi[1] http://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-model-bentuk-jenis-korupsi.html[2] http://nugraha-gyar.blogspot.com/2011/04/beberapa-penyebab-korupsi-di-indonesia.html[3] http://www.setneg.go.id/index.php?Itemid=219&id=2259&option=com_content&task=view[4] http://www.biropem.baliprov.go.id/berita/2012/12/e-government-dalam-transparansi-sistem-pemerintahan-modern-1[5] http://id.wikipedia.org/[6] http://www.setkab.go.id/berita-6645-arahan-presiden-pada-peringatan-hari-anti-korupsi-dan-hari-ham-sedunia-senin-10-desember-2012-jakarta.html[7] Lembaga Administrasi Negara, Pusat Kajian Administrasi Internasional, Strategi penanganan korupsi di negara-negara Asia Pasifik, 2007