korupsi dan kecurangan yang ada di sekitar kita part 1
DESCRIPTION
part 1TRANSCRIPT
1. KORUPSI DAN KECURANGAN YANG ADA DI SEKITAR KITA
Kata korupsi sudah bukan hal yang asing bagi kita. Korupsi berasal dari bahasa latin
Corruptio (Fockema Andreae: 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption,
Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie.Kemudian arti kata korupsi yang
telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia disimpulkan oleh
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah perbuatan yang
buruk seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya
(Poerwadarminta : 1976).1) Sedangkan pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999
jo UU No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah perbuatan
setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara.2)
Dalam kehidupan sehari-hari pasti jika kita mendengar kata Korupsi, maka kita akan
langsung berfikir tentang Pejabat Negara/Daerah, Uang Miliar hingga Triliunan Rupiah, dan
mengenai Kasus-kasus Penggelapan barang dan lain-lain. Namun, siapa sangka kalau
Korupsi bukan hanya dilakukan oleh yang disebutkan diatas saja? Ya. Korupsi dapat
dilakukan oleh siapapun, termasuk mahasiswa dan dosen. Jika pejabat yang melakukan
korupsi, maka kaitannya adalah dengan kekuasaan dan uang, lain halnya jika dengan
kehidupan mahasiswa dan dosen. Hal yang paling sering mereka lakukan adalah acuh tak
acuh terhadap aturan serta kewajiban sebagai dosen dan mahasiswa. Berikut ini adalah
beberapa hal sederhana yang sering terjadi dalam Kehidupan Kampus
1.1 KECURANGAN OLEH MAHASISWA
Mencontek, Plagiarism dalam Ujian dan pembuatan Tugas Dosen
Kedua hal diatas adalah hal yang sering kali terjadi pada mahasiswa. Hal tersebut
dapat terjadi pada saat membuat tugas maupun Ujian. Taukah kalian bahwasanya
Mencontek dan Plagiarism merupakan bibit dari Korupsi? Lalu kenapa kedua hal tersebut
dapat dikatakan sebagai bibit korupsi? Hal ini karena kedua hal diatas tidak mencerminkan
nilai kejujuran. Mencontek artinya kita meniru jawaban orang lain, Plagiarism artinya kita
menjiplak milik orang lain. Kedua hal tersebut sama-sama tidak mencerminkan nilai
kejujuran, dan apabila kita seringkali melakukan hal tersebut dalam kegiatan belajar di
Kampus, maka akan membuat kita terbiasa untuk melakukan hal yang tidak jujur hingga
terbawa dalam kehidupan kerja nanti. Bukan tidak mungkin ketidakjujuran tersebut akan
membawa kita ke dunia Korupsi.
Tidak Mau Bekerja Keras atau Tidak Mau Bekerja bersama Kelompok (Ingin
menikmati hasilnya saja)
Bukan rahasia lagi apabila disetiap tugas yang dibuat secara berkelompok, maka
akan ada beberapa orang yang tidak mau berpartisipasi dalam mengerjakan tugas tersebut
dan hanya ingin menerima hasilnya saja. Orang seperti itulah yang dapat terjerumus dalam
jerat korupsi. Hal ini karenanya orang seperti itu selalu ingin mengandalkan orang lain, tidak
mau ikut bekerja keras bersama teman-temannya dalam menyelesaikan tugas dan
mendapatkan nilai. Apabila hal ini menjadi sebuah kebiasaan baginya, maka dikemudian
hari dia akan mencari jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan, tanpa mau berusaha
dan bekerja keras.
Gaya Hidup yang Berlebihan (Suka Berfoya-foya)
Menurut Isa Wahyudi, salah satu penyebab Korupsi secara Internal (dari dalam diri
pelaku korupsi) adalah Gaya Hidup yang Berlebihan. Dewasa ini, gaya hidup mahasiswa
dapat dikatakan mulai sedikit berlebihan. Kalau dulu biasanya mahasiswa mengerjakan
tugas di Perpustakaan, kini tren tersebut bergeser, mahasiswa lebih senang mengerjakan
tugas di tempat nongkrong. Jika dulunya mahasiswa tingkat atas lebih banyak mencari
pekerjaan sambilan ketika jadwal kuliah tidak penuh lagi, kini kebanyakan malah memilih
untuk berkumpul bersama teman-temannya. Belum lagi mahasiswi yang lebih royal
mengeluarkan uangnya untuk berbelanja pakaian, gadget baru dan lain-lain daripada untuk
membeli buku bahan Skripsi. Jangan lupa pula bahwa faktanya ketika terjadi pembatalan
kuliah oleh dosen, mahasiswa lebih memilih datang ke Mall-mall daripada pulang ke rumah.
Hal-hal diatas menggambarkan betapa gaya hidup mahasiswa kini mulai berlebihan,
sehingga menimbulkan kesan Hedonisme. Apabila gaya hidup itu tidak dikurangi, maka
bukan tidak mungkin akan terbawa hingga mereka memiliki pekerjaan dan keluarga, sudah
tentu mereka akan dapat terjerat korupsi dengan hobinya yang suka berfoya-foya itu.
Bolos Kuliah
Mereka yang pernah melakukan hal ini mungkin tidak sadar bahwasanya apa yang
mereka lakukan adalah bibit timbulnya Korupsi yang dapat mereka lakukan dikemudian hari.
Lalu mengapa demikian? Bolos kuliah merupakan salah satu indikasi adanya sifat malas
dalam diri seseorang. Sifat malas ini dapat timbul apabila dosen yang mengajar seringkali
tidak masuk, bangun kesiangan, hingga jarak tempuh dari rumah ke kampus tidak dapat
diprediksi karna sering macet seperti Kampus Universitas Sriwijaya. Namun, bolos kuliah ini
cenderung mengindikasikan bahwa seseorang itu malas. Rasa malas inilah yang dapat
membawanya kepada Korupsi. Hal ini karena apabila rasa malas dari bolos kuliah itu tidak
dihilangkan, maka akan terbawa hingga kehidupan didunia Pasca Kampus nantinya. Apabila
malas itu terjadi saat bekerja, maka cenderung membuat seseorang berbuat nekat atau
mencari jalan pintas yang lain untuk mendapatkan keuntungan dalam hal ini uang. Hal itu
tentunya akan membawanya kedalam jerat Korupsi.
Titip Absen
Satu lagi hal sederhana yang menjadi bibit Korupsi, yaitu Titip Absen. Pernah
melakukannya? Sebaiknya berhentilah. Titip absen berarti menghilangkan nilai kejujuran
dalam kehidupan kita. Sama halnya dengan Mencontek dan Plagiarisme tadi, titip absen
juga merupakan tanda bahwa pelaku tidak memiliki nilai kejujuran yang mana dapat terbawa
hingga ke masa depan dan menjadikan kita pribadi yang semakin tidak jujur. Apabila
ketidakjujuran it uterus dilakukan, mulai dari titip absen, maka bukan tidak mungkin hal itu
akan terus berkembang menjadi pemanipulasian anggaran proyek, hingga penyelewengan
dana lainnya.