krisis moneter
DESCRIPTION
KRISIS MONETER. (PERBANKAN NASIONAL). Reformasi Finansial. pergeseran alokasi kredit yang berorientasi pasar melalui kemudahan atau dihapusnya kewajiban portofolio, program kredit selektif, plafon kredit, dan pagu suku bunga - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
(PERBANKAN NASIONAL)
KRISIS MONETER
Reformasi Finansial pergeseran alokasi kredit yang berorientasi
pasar melalui kemudahan atau dihapusnya kewajiban portofolio, program kredit selektif, plafon kredit, dan pagu suku bunga
memperbaiki sistem kontrol moneter, stabilisasi dan mobilisasi tabungan domestik
DASAR TEORITIS
Mc Kinnon (1973) dan Shaw (1973) Menitikberatkan analisis pada represi
finansial. Represi finansial bermula dari kondisi di mana pasar modal tidak efisien atau berada dalam keseimbangan. Sistem finansial suatu negara disebut “ditindas” apabila pasar finansialnya masih terbelakang dan harga-harga kekayaan fianansialnya mengalami distorsi. Yang terakhir ini, umumnya ditandai dengan penetapan pagu suku bunga oleh pemerintah di bawah tingkat keseimbangan yang berlaku di pasar.
Menurut Fry (1989), pagu dan plafon suku bunga dapat mendistorsi perekonomian melalui tiga jalur : rendahnya suku bunga deposito akan
menyebabkan bias dalam mendorong konsumsi saat ini dengan mengorbankan konsumsi masa depan, pada gilirannya akan menyebabkan tabungan dan ivestasi berada dibawah tingkat optimum;
para penabung potensial akan lebih menyukai investasi yang relatif low-yielding dibanding mendepositokan uangnya di bank agar dipinjamkan untuk membiayai proyek-proyek yang higher-yeilding;
bank-bank peminjam akan dapat memperoleh semua dana yang mereka inginkan pada tingkat bunga pinjaman yang rendah dan cenderung memiliki proyek yang lebih padat modal.
Dalam kondisi sistem finansial yang “tertindas” tersebut, dua karakteristik mencuat kepermukaan:
suku bunga deposito riil seringkali negatif dan sulit diprediksi bila inflasi tinggi dan tidak stabil;
kurs valuta asing menjadi penuh dengan ketidakpastian.
Akibatnya, tabungan menjadi terlambat meskipun peluang investasi cukup bagus, pendangkalan keuangan (shallow finance) biasanya terjadi, dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan terhambat juga.
represi finansial menuju liberalisasi finansial
membebaskan suku bunga dari kontrol pemerintah (liberalisasi suku bunga)
menurunkan reserve requirement. menjaga agar sistem finansial beroperasi
secara kompetitif dibawah kondisi free entry
memperbaiki kualitas investasi dan bukan kuantitas investasi
Indonesia
Korea
Malaysia
Deregulasi 1983 meniadAkan plafon kredit, mengurangi kredit yang disubsidi (KLBI), deregulasi suku bunga deposito dan pinjaman, serta meniadakan subsidi terhadap deposito.Deregulasi 1988 (Pakto) mengendorkan izin dan persyaratan pembukaan cabang, menurunkan reserve requirement dari 15% menjadi 2%, mengizinkan BUMN untuk menempatkan deposito/dananya pada bank-bank swasta, dan memperbaiki peraturan mengenai lending limits.
Dimulai dengan dikendorkannya peraturan mengenai pembuatan cabang dan manajemen pada awal 1980-an, dan privatisasi bank-bank komersial pada 1983. Sebagian besar suku bunga pinjaman preferensi dihapus pada petengahan 1982, dan restriksi bagi lembaga keuangan bukan bank diperlonggar. Kontrol suku bunga secara bertahap ditinggalkan pada 1988-1991, kendati investasi yang lunak tetap dilanjutkan.
Secara bertahap menghapus kontrol terhadap deposito jangka panjang dan menerapkan sistem evisa bebas pada awal 1970-an, liberalisasi suku bunga deposito dan pinjaman pada 1978, namun kembali menerapkan kontrol suku bunga sampai pertengahan 1980-an; dan kembali menderegulasi suku bunga pada 1991. Mengurangi ruang lingkup program kredit prioritas sejak pertengahan 1970-an. Bank Sentral berperan aktif dalam mengembangkan pasar uang dan surat berharga.
Liberalisasi Keuangan di Asia
Philipina
Sri Langka
Thailand
Turki
Liberalisasi finansial selama 1980-1984: segmentasi dan hambatan memasuki pasar dikurangi, perbedaan fungsional antara berbagai tipe lembaga keuangan dihapus dan ruang lingkup kegiatannya diperluas. Hambatan untuk pendirian bank baru dan pembukaan cabang baru ditinggalkan pada 1989.
Deregulasi finansial diturunkan sejak 1977. Hambatan memasuki pasar diperlonggar dan bank asing diizinkan beroperasi sejak 1979.
Mengurangi konsentrasi dan meningkatkan persaingan antar bank-bank komersial. Pada 1979, Undang-undang Perbankan diubah untuk menghambat konsentrasi pemilikan dan kekayaan. Bank asing dizinkan pada pertengahan 1980-an.
Tahap 1: menghapus plafon suku bunga deposito dan pinjaman, serta memberikan kemudahan untuk memasuki sektor keuangan nonbank. Tahap 2: diperkenalkannya asuransi deposito secara parsial, undang-undang perbankan baru (1985) dengan persyaratan modal yang lebih tinggi, dan memperbaiki sistem pengawasan.
Lanjutan
Aspek kunci dari reformasi finansial di Asia liberalisasi suku bunga dikuranginya kontrol kredit diturunkannya reserve requirement ditingkatkannya persaingan dan efisiensi
dalam sistem finansial diperkuatnya pengawasan terhadap
industri perbankan.
Beberapa celah kebijakan liberalisasi perbankan di Indonesiakebijakan tersebut telah “mengkonstruk”
sistem ekonomi liberal yang cenderung berpihak kepada kaum kapitalis (di Indonesia bernama konglomerat)
kebijakan liberalisasi perbankan kalau tidak dimbangi dengan kontrol yang kuat, akan mendorong terjadinya praktek-praktek “moral hazard”, seperti dilanggarnya prinsip “prodential banking”,
Hancurnya Perbankan Nasional pemberian kredit kepada sektor-sektor yang
beresiko tinggi dan lebih berpihak kepada konglomerat ketimbang usaha kecil, sehinga tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit (prinsip 5C)
pemberian kredit yang berlebihan dan terkonsentrasi pada pihak-pihak terkait dan kelompok usaha tertentu, sehingga melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
lemahnya manajemen bank dan intervensi pemilik yang berlebihan terhadap operasional bank yang mengarah pada kecenderungan untuk melakukan berbagai penyimpangan dan pelanggaran (moral hazard)
lemahnya pengawasan bank
Restrukturisasi Perbankan dilakukan langkah pengembalian kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan melalui pelaksanaan program penjaminan pemerintah baik untuk bank umum maupun bank perkreditan rakyat
(Keputusan Menteri Keuangan No. 179/KMK.017/2000, tentang Syarat, Tatacara dan Ketentuan Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum)
dilakukan langkah perbaikan struktur permodalan
bank, langkah kebijakan dilakukan melalui program rekapitalisasi bank umum.
Secara spesifik, program rekapitalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan bank sehingga memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) sekurang-kurangnya 4%.
Dalam program rekapitalisasi tersebut, pemerintah melakukan penyertaan modal pada bank-bank melalui penerbitan obligasi sehingga sebagian besar kepemilikan bank-bank tersebut berada di tangan pemerintah.
Mega Skandal Restrukturisasi Perbankan
program rekapitalisasi perbankan, pemerintah telah mengucurkan dana sedikitnya Rp. 320 trilyun yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
terdiri dari: Rp. 144,4 trilyun yang diterima 48 bank umum swasta nasional Rp. 175 trilyun yang diterima bank BUMN
Penyimpangan Dana BLBI Dari Rp 144,5 trilyun dana BLBI yang disalurkan ke 48 bank
ditemukan penyimpangan penggunaan dana BLBI senilai Rp 84,5 trilyun. Penyimpangan yang dilakukan adalah dana BLBI tersebut bukan digunakan untuk mengatsi rush, tetapi digunakan untuk transaksi valas dan disalurkan kepada perusahaan dalam satiap kelompok usaha.
Hasil audit investigatif BPK terbaru (diserahkan ke DPR
pertengahan 2001) juga menemukan bahwa jaminan yang diserahkan bank-bank penerima BLBI ternyata hanya bernilai Rp. 12,53 trilyun atau kurang dari 10% jika dibandingkan dengan dana BLBI sebesar Rp. 144,5 trilyun
Yang lebih mencengangkan, sebesar Rp. 22,5 trilyun di antara BLBI yang menyimpang itu digunakan untuk membiayai kontrak derivatif alias spekulasi valas. Pembelian dollar AS besar-besaran tahun 1998 yang menghancurkan nilai rupiah hingga level Rp. 16.000 per dollar AS, antara lain dipicu oleh tindak spekulasi ini.
NO NAMA BANK JUMLAH BLBI % PENANGGUNG JAWAB
1 Bank Dagang Nasional Indonesia 1) 37.039,76 25,63 Sjamsul Nursalim
2 Bank Central Asia (BCA) 2) 26.596,28 18,40 Sadono Salim
3 Bank Danamon 2) 23.188,38 15,99 Usman Atmadjaja
4 Bank Umum Nasional 1) 12.067,95 8,35 Mohammad Hasan, Kaharudin Ongko
5 Bank Indonesia Raya 3) 4.018,24 2,78 Atang Latief
6 Bank Harapan Sentosa 4) 3.866,18 2,67 Hendra Rahardja
7 Bank Nusa Nasional 2) 3.020,32 2,09 -
8 Bank Tiara Asia 2) 2.909,24 2,01 -
9 Bank Modern 1) 2.557,69 1,77 Samadikun Hartono
10 Bank Pesona (d/h Bank Utama) 3) 2.334,89 1,62 Sigit Harjojudanto
11 Bank Pacific 4) 2.133,37 1,48 Hendrik Willem Teori
12 Bank Asia Pacific 3) 2.054,97 1,42 Thomas Suyatno
13 Bank PDFCI 2) 1.995,00 1,38 -
14 Bank Pelita 1) 1.989,83 1,38 Hashim S. Djojohadikusumo
15 Bank PSP 3) 1.938,95 1,34 Slamet S. Gondokusumo
Daftar Bank Penerima BLBI(dalam miliar Rp)
16 Sejahtera Bank Umum 4) 1.687,35 1,17 Hasudungan Tampubolon
17 Bank Surya 1) 1.653,75 1,14 H. Sudwikatmono
18 Bank Central Dagang 3) 1.403,49 0,97 Sam Handojo
19 Bank Papan 3) 928,91 0,64 Hashim S. Djojohadikusumo
20 Bank Ficorinvest 3) 917,85 0,64 Deddy Nurjaman
21 South East Asia Bank 899,40 0,62 Tidjan Ananto
22 Bank Subentra 1) 860,85 0,60 Benny Suherman
23 Bank Panaesaan 681,08 0,47 HR Rembert
24 Bank Sewu 3) 642,25 0,44 Dasuki Angkosubroto
25 Bank Centris 1) 629,63 0,44 Hubertus Setyawan
26 Bank Dewa Rutji 3) 609,41 0,42 Rudolf Kasendra
27 Bank Astria Raya 4) 578,92 0,40 Henry Liem
28 Bank Istimarat 1) 520,23 0,36 Hashim S. Djojohadikusumo
29 Bank Industri 4) 511,47 0,35 Hashim S. Djojohadikusumo
30 Bank Dagang Industri 3) 481,55 0,33 Prof. DR. Sukamdani SG
31 Bank Intan 3) 401,55 0,28 Fadel Muhammad
32 Bank Umum Servitia 3) 361,98 0,25 Rijanto Sastroatmodjo
33 Bank Mataram Dhanaarta 4) 336,76 0,23 Sri Sultan HB X
34 Bank Aken 3) 301,32 0,21 Indra Haryono SE
35 Bank Guna Internasional 251,06 0,17 Letjend TNI (Purn) Sutopo Yuwono
Lanjutan
36 Bank UPPINDO 3) 242,95 0,17 Miranda S Gultom
37 Bank Lautan Berlian 3) 240,82 0,17 Ulung Bursa
38 Bank Tata Internasional 3) 221,23 0,15 Ny. Susilawati Wijaya NG
39 Bank Hokindo 1) 214,23 0,15 Hokianto
40 Bank Jakarta 4) 210,99 0,15 H. Probosutedjo
41 Bank Anrico 4) 210,08 0,15 Prof. Harun Alrasyid Zain
42 Bank Kosagraha Semesta 4) 201,81 0,14 Setiawan Chandra
43 Bank Citrahasta Manunggal 4) 201,80 0,14 Suyono Sukarno
44 Bank Danahutama 3) 184,82 0,13 Sofjan Wanandri
45 Bank Deka 1) 152,91 0,11 Dewanto Kurniawan
46 Bank Dwipa Semesta 4) 110,11 0,08 Dr. Yoga Sugomo
47 Bank Baja Internasional 3) 35,77 0,02 Riyanto
48 Bank Umum Majapahit Jaya 4) 8,55 0,01 Roy E. Tirtadji
TOTAL 144.535,98 100,00
Lanjutan
Keterrangan :1 : Bank Beku Operasi 2 : Bank Take Over (BTO)3 : Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU)4 : Bank Dalam Likuidasi (BDL)
Masalah Perbankan:
- Kredit Macet
- Likuidasi
Rush
Restrukturisasi Perbankan :
- BBO
- BTO
- BBKU
- BDL
KeberpihakanPelanggaran BMPK
Lemahnya Pengawasan
Reformasi Finansial
(Represi - Liberal)
- Pakto 1983
- Pakto 1989
Pakto 1983, tentang:
- Plafon Kredit
- Suku Bunga
Pakto 1988, tentang:
- Pendirian Bank
- Penurunan RR
Restrukturisasi Perbankan (melalui BLBI) menghabiskan dana 320 Trilyun
175 T untuk bank BUMN
144,5 T untuk bank swasta
MASALAH PERBANKAN NASIONAL
Growt let Finance : Pertumbuhan mengikuti sektor keuangan Finance let Growt : Sektor keuangan mengikuti Pertumbuhan
Nama Bank Jumlah Obligasi
Laba/rugidi Neraca
SumbanganBunga obligsAPBN :10 %
KondisiSesungguhnya
1.Bank Mandiri
2. Bank BNI
3.BCA
4.BRI
5.BII
6.Danamon
7.BTN
8.Bank Permata
9.Bank Niaga
10. Bank Lippo
155,5
54,7
53,6
28,4
23,3
20,0
14,2
11,6
6,7
5,7
373,7
2,8
2,1
2,19
1,5
0,03
0,72
0,25
----
0,09
0,14
9,857
15,55
5,47
5,36
2,84
2,33
2,00
1,42
1,16
0,67
0,57
37,375
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
RUGI
BANK PENANGGUK REKAP DARI UANG RAKYAT/APBN BANK PENANGGUK REKAP DARI UANG RAKYAT/APBN (September 2002) – dlm Trilyun Rp(September 2002) – dlm Trilyun Rp
1. Membayar Bunga SBI
17% x Rp. 500 T = 85 T (s/d 2002)
2 Membayar Bunga Obligasi = 60,1 T
DEFISIT APBN = Rp 54 T ( 2002 ), Rp 45 T (2003)Rp 35 T (2004), 26 T (2005)
Solusi Negara :
1. Menghutang ke IMF
2. Menaikkan BBM, Listrik, Telepon, dll
3. Jual Asset Negara Strategis
Rp 145,1Trilyun
“Dampak Riba / Bunga”
1. Menzalimi dan semakin menyengsarakan rakyat Indonesia secara signifikan.
2. Memperbesar hutang Negara mencapai Rp. 2000 trilyun (Jika kita mampu membayar Rp 2 T Setahun), maka hutang RI baru lunas 1000 Tahun
3. Menaikkan harga – harga barang / jasa strategis ; BBM, listrik, Telephon dan barang – barang lainnya.
4. Menggadaikan Negara dengan penjualan asset strategis ke pihak asing (BCA,Danamon, Indosat,Perkebunan, BBM, dsb.
ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1065 TDANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T
Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI.
Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun
LDR Bank Nasional rata-rata 44 % LDR Bank Swasta Raksasa = 15% LDR Bank Syariah = 115% BANDINGKAN !!! Bank Riba Swasta:Bank
Islam Bagaikan siang dan malam atau langit
dan Bumi
LDR 44 %2002
ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1135 TDANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T
Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI.
Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun
LDR Bank Nasional rata-rata 59 %LDR Bank Swasta Raksasa = 15%LDR Bank Syariah = 103 %Banyak dana Bank yang ditempatkan di
SBI menjadi beban pemerintah dan pemicu inflasi
LDR 59 %2004
APBN MENJADI DEFISIT DISEBABKAN BUNGA OBLIGASI REKAP BANK KONVENSIONALAPBN MENJADI SURPLUS TANPA BEBAN
BUNGAAPBN 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Total
Defisit -16.13 -40.48 -57 T 36.67 -24.42 -16.90 -158.18
BungaObligasi rekap
31,24 58.20 62.26 46.36 41.28 38.84 278.17
TanpaBungaObl.rkp
+15,11 +17,72 58,69 +9.69 16.86 +21,94 +119,99
Bunga Obligasi Rekap lebih Besar dari Pembiayaan Pembangunan(DALAM TRILIUN RUPIAH)
APBN 2000 2001 2002 2003 2004 Total
Biaya
Pembangunan
8.84 21.37 25.60 48.84 50.50 155.15
Bunga
Obligasi Rekap
31.24 58.20 62.26 46.36 41.28 239.33
Perbankan Ribawi, menikam Perbankan Indonesia Perbankan Ribawi, menikam Perbankan Indonesia karena tahun 2003, Bank Indonesia mengalami karena tahun 2003, Bank Indonesia mengalami Defisit karena Suku Bunga SBI lebih besar dari Defisit karena Suku Bunga SBI lebih besar dari Pendapatan BIPendapatan BI
Perbankan Ribawi, diselamatkan negara melalui Perbankan Ribawi, diselamatkan negara melalui program Rekapitalisasi RATUSAN TRILIUNprogram Rekapitalisasi RATUSAN TRILIUN
Dana tabungan yang dihimpun Perbankan Ribawi, Dana tabungan yang dihimpun Perbankan Ribawi, hanya disalurkan sebesar 62.79% per November hanya disalurkan sebesar 62.79% per November 2005. Sejak tahun 1998-2004 LDR Bank Ribawi 2005. Sejak tahun 1998-2004 LDR Bank Ribawi antara 30 sd 59 %.antara 30 sd 59 %.
Perbankan Ribawi hanya mau menikmati tapi tidak Perbankan Ribawi hanya mau menikmati tapi tidak mau ikut membina Perekonomian Indonesia.mau ikut membina Perekonomian Indonesia.
Pemerintah sangat terbebani dengan program Pemerintah sangat terbebani dengan program rekapitalisasi dan BLBI, APBN terkurasrekapitalisasi dan BLBI, APBN terkuras
Fakta Indonesia• Utang luar Negeri• Utang dalam Negeri• Sumbangan APBN (dana rakyat) utk BK• Suku Bunga masih tinggi• Inflasi masih tinggi• Nilai Tukar yang fluktuatif• Sektor riil masih terhambat (LDR 61%,)• Pengangguran Tinggi• Kemiskinan Masih menggurita
IslamicIslamic
BankBank
Bank IslamBank Islam
█ █ BANKBANK yang beroperasi sesuai denganprinsip-prinsip syariah Islam,serta tata cara beroperasinyamengacu kepada ketentuan-ketentuanAl-Qur’an & As-Sunnah
FUNGSI & PERAN
BANK SYARIAH (Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution)
MANAJER INVESTASI (mengelola investasi dana nasabah)
Penyedia Jasa Keuangan&Lalu Lintas Pembanyaran
INVESTOR(menginvestasikan dana yang dimilikinya mau pun dana nasabah) KEGIATAN SOSIAL
(mengelola zakat maupun dana sosial lainnya)
Catatan: Hubungan Bank Islam dengan Nasabahnya, adalah hubungan kemitraan.
It is part of broader concept of
Islamic Economics.It is the introduction of
The Value System & Ethics Of Islam into the economic sphere
Operation must be based onAl-Qur’an & As-Sunnah
ISLAMIC ISLAMIC BANKBANK
Islamic Islamic BankingBanking
Prohibition ofProhibition of
• Monopoly• Gharar / Speculation• Riba / Interest or Usury• Overspending & wastage• Maisyir / Gambling
The Product Concept of
Islamic Bank
Perbedaan bunga dan Bagi Hasil
1 Penentuan bunga dibuat tanpa
berpedoman pada untung rugi
Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dgn berpedoman pada untung rugi
2 Besarnya persentase (bunga) ditentukan sebelumnya berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan
Besarnya bagi hasil berdasarkan keuntungan, sesuai dgn rasio yang disepakati
3 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
sekalipun jumlah keuntungan meningkat
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan
4 Jika terjadi kerugian, ditanggung si
Peminjam saja, berdasarkan pembayaran bunga tetap yang dijanjikan
Jika terjadi kerugian ditanggung kedua belah pihak
5 Besarnya bunga yang harus dibayar si
peminjam pasti diterima bank
Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama
6 Umumnya Agama (terutama Islam)
Mengecamnya
Tidak ada yang Meragukan Sistem Bagi Hasil
7 Berlawanan dgn Surah Luqman : 34 Melaksanakan Surah Luqman : 34
Bank SyariahMekanisme Operasional(Prinsip & Piranti Keuangannya)
Bank SyariahMekanisme Operasional(Prinsip & Piranti Keuangannya)
Bagi Hasil(Sirkah)(Profit &Loss Sharing)
Jual-Beli(al Bai’)Sale &Purchase
Sewa(Ijarah)Lease
Pinjaman(al-Qard)Soft &BenevolentLoan
Jasa(Ujroh)Fee-basedService
Titipan(al Wadi’ah)Depository
Mekanisme Operasional Bank IslamMekanisme Operasional Bank IslamMenggunakan Piranti-piranti KeuanganMenggunakan Piranti-piranti Keuangan Berdasarkan Prinsip-prinsip:Berdasarkan Prinsip-prinsip:
Bagi HasilBagi Hasil(sirkah)(sirkah)Profit &Profit &Loss Loss SharingSharing
Jual-BeliJual-Beli(al Bai’)(al Bai’)Sale &Sale &PurchasePurchase
SewaSewa(Ijarah)(Ijarah)LeaseLease
PinjamanPinjaman(al-Qard)(al-Qard)Soft &Soft &BenevolentBenevolentLoanLoan
JasaJasa(Ujroh)(Ujroh)Fee-basedFee-basedServiceService
1. Musyara-kah(Joint Venture Profit Sharing)
2. Mudhara-bah(Trustee ProfitSharing)
• Bai’ alMurabahah(Deferred Payment Sale)
• Bai’ asSalam (In-front Payment Sale)
• Bai’ alIstishna’(Purchase by Order orManufacture)
•Dan lain-lain
• Sewa (al-Ijarah)Operating Lease
• Sewa-Beli(Ijarah wa Iqtina’)Financing Lease
• al-Qard alHasan
(Sebagai aqd tathawwuiyaitu akad saling membantu /bukan transaksi komersial)
• ar-Rahn(Mortgage)
• al-Wakalah(Deputyship)
• al-Kafalah(Guaranty)
• al-Hawalah(Transfer Service)
• Ju’alahExp.:Bank Reference
• SharfExp.: Moneychanger
TitipanTitipan(al Wadi’ah)(al Wadi’ah)DepositoryDepository
1. Wadi’ahyadal-Amanah(Trustee Depository)
2. Wadi’ahyad adh-Dhamanah(Guarantee Depository)
1. Philipine Amanah Bank (1973)
2. Islamic Bank of Sudan (1975)3. Bank Islam Dubai ( 1975)4. Islamic Bank of Eqypt (1977)5. Kuwait Finance House (1977)6. Faisal Islamic Bank, Mesir (1978)7. Islamic Finance House Luxemburg (1978)8. Bahrain Islamic Bank (1979)9. Islamic Bank Pakistan (1979)10. Faisal Finance Swiss (1980)11. Faisal of Islamic Bank Al-Kibris, Cyprus
(1983)12. Bank Islam Malaysia Berhad (1983)13. Dar Mal al-Islami, Turki (1984)14. Bank Islam Iran (1984)15. Ar-Rajhi Bank Saudi Arabia (1985)
SEJARAH BANK ISLAM DI DUNIA
BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERI
Denmark Luxemburg Kanada
Amerika Serikat United Kingdom Swtzerland
Swiss Australia Rusia
Bahama Caymand Island Cyprus
Afrika Selatan India Virgin Island
Srilangka Philipina Mauritania
Ghuinea Nigeria Tunisia
BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERIJibouti Turki Senegal
Libia Malaysia Brunei
Pakistan Sudan Dubai
Albania Bangladesh Yaman
Abu Dahbi Lebanon Bahrain
Iraq Iran Qatar
Yordania Mesir Saudi Arabia
City Bank Bank terbesar di AS Buka Unit-unit Syariah
ABN Amro Bank terbesar di EROPA Buka 54 Cabang Syariah
ANZ Investment Mudharaba di Australia, dll
HSBC DAN STANDART CHARTER BANK