kriteria penilaian inspeksi proper

9
KRITERIA PENILAIAN INSPEKSI PROPER Kriteria Limbah Cair : 1. Jalan akses ke KPL dan ke outlet KPL 2. Keseragaman skala debit air dan kondisi skala debit 3. Tabel Debit KPL 4. Papan nama KPL dan koordinat 5. Kondisi pH air 6. Kondisi outlet KPL, ada rembesan/kebocoran atau tidak pada sekat outlet KPL, ada tumbuh rumput atau tidak 7. Kondisi air di KPL, apakah sudah penuh lumpur Kriteria Kualitas Udara : 1. Kondisi jalan (tingkat debunya) 2. Kondisi area genset dan incinerator (ada ceceran oli tidak, ada sampah tidak, kondisi asap saat pembakaran, ada SOPnya tidak, pengecekan fungsi kerja APAR) Kriteria Limbah B3 : 1. Penggunaan palet di TPS 2. Symbol dn label B3 disetiap drum 3. Untuk drum kosong tetap diberi label “kosong” 4. Penamaan jenis limbah B3 di dinding TPS sesuai dengan jenis limbahnya 5. Log book harus sudah diupdate s.d skr 6. Ada tidaknya ceceran oli/grease/tanah terkontaminasi dilokasi TPS maupun workshop dan area sekitarnya 7. Kondisi oil trap, apakah sudah berfungsi dengan baik atau perlu dikuras/dibersihkan 8. Kelengkapan kotak P3K di TPS 9. Pengecekan fungsi kerja APAR

Upload: sholhan-aziz

Post on 06-Nov-2015

259 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Kriteria Penilaian Proper, Udara, Limbah, dll

TRANSCRIPT

KRITERIA PENILAIAN INSPEKSI PROPER Kriteria Limbah Cair :

1. Jalan akses ke KPL dan ke outlet KPL2. Keseragaman skala debit air dan kondisi skala debit

3. Tabel Debit KPL4. Papan nama KPL dan koordinat5. Kondisi pH air

6. Kondisi outlet KPL, ada rembesan/kebocoran atau tidak pada sekat outlet KPL, ada tumbuh rumput atau tidak7. Kondisi air di KPL, apakah sudah penuh lumpur

Kriteria Kualitas Udara :

1. Kondisi jalan (tingkat debunya)

2. Kondisi area genset dan incinerator (ada ceceran oli tidak, ada sampah tidak, kondisi asap saat pembakaran, ada SOPnya tidak, pengecekan fungsi kerja APAR)Kriteria Limbah B3 :

1. Penggunaan palet di TPS2. Symbol dn label B3 disetiap drum

3. Untuk drum kosong tetap diberi label kosong

4. Penamaan jenis limbah B3 di dinding TPS sesuai dengan jenis limbahnya

5. Log book harus sudah diupdate s.d skr

6. Ada tidaknya ceceran oli/grease/tanah terkontaminasi dilokasi TPS maupun workshop dan area sekitarnya7. Kondisi oil trap, apakah sudah berfungsi dengan baik atau perlu dikuras/dibersihkan

8. Kelengkapan kotak P3K di TPS

9. Pengecekan fungsi kerja APAR10. Penempatan limbah B3 sesuai dengan penamaannya

11. Plang nama TPS

12. Kerapian dan kebersihan TPS dan workshop13. Limbah yang disimpan di TPS hanya limbah B3 saja

14. SOP pengelolaan limbah B3 dan Tanggap darurat

Kriteria Limbah Non B3 :

1. Kondisi tempat sampah 3 warna

2. Peletakkan sampah sesuai dengan warna tempat sampah

3. Keterangan tempat sampah (organic jenis sampahnya, anorganik jenis sampahnya, LB3 jenis sampahnya.)

Kriteria kerusakan lahan :

A. Perencanaan1. Peta Rencana : Peta untuk lokasi yang dinilai (Masing-masing lokasi atau Peta Keseluruhan). Nilai maksimal (Nilai 10) jika peta tersebut Minimal skala 1 : 2000, Peta ini biasanya merupakan peta kerja selain peta kerja 1 : 5.000 di lapangan. Jika diperlukan 1 : 2000 bisa dalam bentuk digital: Peta menggambarkan Interval contur 2 meter Pola Drainase Dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang Tanggal pengesahan Peta sebelum penilaian dilakukan2. Persetujuan Persetujuan oleh Instansi Teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang Untuk Peta kerja/sequent (1 : 2.000) , dapat disetujui oleh Manajer/Kepala Lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi.3. Kemajuan Luasan Sesuai Rencana : artinya realisasi sama atau lebih kecil dari luasan rencana, dilihat dari realisasi Triwulanan. Ada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis. Membandingkan laporan realisasi kemajuan tahapan pertambangan dalam laporan (Laporan lapangan, laporan triwulanan) dan prakiraan lapangan dengan rencana dalam dokumen RKTTL4. Jadwal Sesuai : artinya realisasi sama sesuai jadawal rencana, Ada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis. Jadwal pelaksanaan realisasi tahapan pertambangan dibandingkan dengan jadwal rencana pertambangan dalam dokumen RKTTL B. Kesinambungan TahapanParameter : Aktifitas Ada aktifitas/kontinyu (Nilai 10) Tidak ada aktifitas 3 bulan s/d 1 Tahun (Nilai 5) Tidak ada Aktifitas > 1 Tahun (Nilai O) Untuk melihat lamanya lokasi ditinggalkan : Membandingkan dengan dokumen rencana penambangan Jika kesulitan membedakan tahapan pertambangan, misal untuk PIT Tunggal maka penilaian dapat dilakukan untuk satu kategori tahapan saja. Aktivitas termasuk pemompaan di pit, perawatan saluranContoh: Form untuk Pit A, yang meliputi pembersihan lahan, penggalian tanah penutup dan penambangan. Jika ditemukan tidak ada aktivitas > 1 Tahun, Dapat diberikan nilai 5 apabila perusahaan bisa membuktikan/menunjukkan adanya persetujuan dari instansi teknis. C. Geoteknik

Parameter : Potensi Longsor Kecil (Nilai 10) = kemiringan lereng jenjang/overall sesuai dengan kajian geoteknis dalam dokumen FS dan/atau dokumen lainnya (Kajian Geometri lereng, RKL/RPL, RKTTL) dan kondisi lapangan terlihat aman. Sedang (Nilai 5) = lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang/overall sampai dengan 50 dibanding kemiringan dalam dokumen FS dan kondisi lapangan terlihat aman. Besar (Nilai O) = lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang atau overall > 50 dibanding kemiringan dalam dokumen FSCATATAN : Data lereng harus diisi Potensi longsor (Besar, sedang, kecil) : penilaian dilakukan terhadap pengukuran bentuk lahan (lebar bench, tinggi bench dan kemiringan lereng) dilapangan yang kemudian dibandingkan dengan bentuk lahan yang direkomendasikan dalam dokumen kajian teknis (feasibility study) masing-masing perusahaan. Jika tidak ada dokumen FS: paling tinggi nilai 5 (apabila kondisi lapangan terlihat aman). Kondisi aman salah satunya dapat dilihat dari tidak adanya guguran material dan dinding terlihat stabil/tidak ada retakan) D. Menimbulkan pencemaran

Paremeter : Upaya Penanganan Batuan yang berpotensi pencemarIndikator : Pengukuran Genangan : Tidak ada nilai pH < 6, pH asam 1. Ada (Nilai 10) : Ada pengkarakteristikan batuan limbah (Potensi dan tidak potensi membentuk asam). Ada studi pengkajian batuan potensi dan tidak potensi asam Ada perlakuan terhadap batuan potensi asam (SOP pemberlakuan batuan potensi asam dan tidak potensi asam) Adanya sistem pengumpul leachet/seepage/rembesan dari timbunan (AAT) dan melakukan pengolahan AAT di IPAL Adanya sistem drainase (Indarto)2. Tidak Ada (Nilai O) Tidak ada pengkarakteritikan batuan limbah (Potensi dan tidak potensi membentuk asam) Tidak ada perlakuan terhadap batuan potensi asam Tidak adanya sistem pengumpul leachet dari timbunan (AAT) dan melakukan pengolahan AAT di IPAL Tidak ada sistem drainase untuk mengalirkan genangan-genangan air asam tambang (AAT)Catatan :- Genangan tidak termasuk pond penanganan air limbahE. Erosi

1. Parameter Kondisi Sarana Pengendali Erosi :Penilai hanya melihat ada tidaknya sarana pengendali erosi (Sistem drainase, terasering, guludan, cover croping, sedimen trap, penyebaran serasah/jerami di lokasi recountouring, nett/jaring, drop structure, dll). Memadai (Nilai 8):

Sarana pengendali erosi dalam bentuk drainase memenuhi kriteria teknis untuk dapat menampung semua air limpasan dan terarah ke dalam IPAL/settling pond (Mintakan Peta sistem pengelolaan air limbah) Cover Cropping: menutupi lebih besar dari 50% *) Sedimen trap/sediemen pond efektif menangkap sedimen dilihat dari desain fisik lapangan (minta data perawatan sedimen trap/sedimen pond; jumlah sedimen yang dipindahkan) Ket: *) pd daerah timbunan yang telah final. Tidak Memadai (Nilai O) Apabila tidak memenuhi kriteria memadai diatas 2. Upaya Pengendali EROSIPenilai hanya melihat ada tidaknya sarana pengendali erosi.

Ada (Nilai 10): Ada sarana pengendali erosi (sistem drainase, terasering, guludan, cover croping, sedimen trap, penyebaran serasah/jerami dilokasi recountoring, nett/jaring, drop structur, dll Tidak (Nilai O): Apabila tidak ada sarana pengendali erosi 3. Parameter Indikasi Terjadi Erosi Pengamatan pada aliran dari lereng kegiatan tambang, seberapa besar pendapan sedimen di dalam saluran drainase dan IPAL/settling pond serta areal disekitarnya. Ada (Nilai O) Kekeruhan yang tinggi pada aliran drainase dari kegiatan pertambangan (lereng-lereng aktifitas tambang), dibuktikan dengan pengukuran Parameter TSS atau turbidity yang sangat tinggi. Ukuran Parameter TSS (TSS + ...... Mg/L) atau turbidity identik dengan banyaknya sedimen yang tererosi. Ditemukan banyak sedimen yang ada di sedimen trap/ kolam pengendap pertama. Dilihat dari data jumlah sedimen hasil pengerukan/perawatan kolam pengendap oleh perusahaan. Adanya galur (bekas aliran air dilereng) , kedalaman melebihi 1 meter Ukuran jumlah banyaknya sedimen (....................ton/ha) Tidak ada (Nilai 7) aliran drainase dari kegiatan pertambangan (lereng-lereng aktifitas tambang) cukup jernih, dibuktikan dengan pengukuran Parameter TSS atau turbidity yang rendah. Tidak ditemukan jumlah sedimen yang banyak di sedimen trap/ kolam pengendap pertama. Dilihat dari data jumlah sedimen hasil pengerukan/perawatan kolam pengendap oleh perusahaan. Ukuran jumlah banyaknya sedimen (....................ton/ha) 4. Parameter Sistem DrainasePenilaian fokus pada manajemen pengelolaan air limbah seluruh areal pertambangan, al: bagaimana sistem drainase, dan fasilitas pengolahan air limbah Menuju ke sistem pengendali kualitas air (Nilai 10):

Terdapat sistem drainase di seluruh areal pertambangan Drainase dapat memenuhi mengalirkan semua air limpasan ke kolam-kolam pengendap/settling pond. Tidak ditemukan aliran liar keluar ke lingkungan tanpa melalui kolam pengendap/settling pond Ada peta manajemen pengelolaan air tambang Langsung menuju badan perairan (Nilai 0). Ditemukan tidak ada sistem drainase pada lokasi pertambangan Terdapat aliran air run-off keluar ke lingkungan/badan air tanpa melalui kolam pengendap/settling pond Kendala, sulit melihat keseluruhan sistem drainase karena arealnya luas. Sehingga diperlukan/disyaratkan perusahaan membuat satu peta sistem pengelolaan air limbah (SISPAL) untuk masing-masing kolam pengendap (Titik Penaatan). F. Potensi Kebencanaan

Parameter : Ada Potensi Kebencanaan Potensi kebencanaan adalah peluang terjadinya bencana kepada masyarakat, permukiman, pertanian, kebun dan fasilitas umum yang disimpulkan dari kelengkapan fasilitas tanggap darurat yang di bangun/disiapkan oleh perusahaan diantara kegiatan tambang dan masyarakat. fasilitas tanggap darurat bisa berupa saluran pengendali apabila terjadi jebol tanggul atau kondisi bencana lainnya. Fasilitas tanggap darurat ini harus memenuhi perhitungan teknis dan sistem penanganan tanggap darurat dan memeliki tim tanggap darurut Bencana didefinisikan peluang terjadinya kerusakan berat terhadap permukiman, pertanian, kebun dan fasilitas umum.a. Ya (Nilai 0) Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan dengan masyarakat tidak dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat Apabila jarak batas terluar dengan masyarakat lebih dekat dari jarak yang direkomendasikan di dalam kajian FS dan Dokumen AMDALb. Tidak (Nilai 15) Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan dengan masyarakat dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat. Apabila jarak batas terluar dengan masyarakat memenuhi ketentua jarak yang direkomendasikan di dalam kajian FS dan Dokumen AMDAL.