kritik mengenai industri logam

Upload: syavitri-sukma-utami

Post on 18-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Permasalahan Industri LogamStudi Kasus Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal

A. PermasalahanKabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Karakteristik daerah di Tegal yaitu dataran pantai, rendah, dan tinggi. Kondisi lingkungan yang beragam ini membuat masyarakatnya juga memiliki mata pencaharian yang beragam pula. Adanya tuntutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup membuat timbulnya berbagai permasalahan kesehatan lingkungan yang berdampak negatif terhadap keberlangsungan hidup manusia. Pencemaran lingkungan yang terjadi ialah pencemaran limbah industri logam.Industri-industri logam yang ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal ini merupakan industri kecil. Mayoritas mata pencaharian penduduknya ialah usaha industri pengecoran logam. Limbah yang dihasilkan ialah limbah berbentuk serbuk bekas pengolahan logam. Limbah tersebut selain menimbulkan debu dan dihirup oleh manusia juga meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air warga dan merusak tanaman. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, tumpukan limbah telah mencapai 10.000 ton. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, mengungkapkan limbah padat telah menyatu dengan permukiman warga dan telah mencemari lingkungan, termasuk kandungan air, tanah, polusi udara, serta kebisingan. Sementara itu berdasarkan data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengkategorikan kondisi di Desa Pesarean dengan kategori pencemaran lingkungan yang parah dan daerah beracun. Beberapa parameter telah menunjukkan kadar udara tinggi yakni pencemaran debu yang melebihi ambang batas yakni 5.429.969 ug per meter kubik sedangkan ambang batas udara 230 ug per meter kubik. Selain itu kadar timbal mencapai 128.672 ug per meter kubik di lokasi yang tidak ada proses produksi. Tingkat kebisingan pada lokasi 80,3 dBA sedangkan batas ambang 70 dBA.Selain itu ditemukannya kadar Sulfida (SO2) dan timbal yang sudah di atas baku mutu. Di daerah sekitar juga tercemar limbah cair asam sulfat (H2SO4) dan udara di kawsan tersebut sudah berbau sulfur yang menyengat. Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat pencemaran lingkungan tersebut mulai dirasakan warga. Hal ini terlihat dari hasil pengujian sampel darah masyarakat sekitar kawasan. Terbukti dari 50 warga yang diuji 46 orang diantaranya tercemar timbal dan 12 orang dalam kondisi bahaya. Bukan hanya itu, penyakit kulit seperti gatal-gatal, kerusakan genetika, infeksi saluran pernafasan, dan terjadinya kelumpuhan juga menyerang warga.B. KritikPencemaran lingkungan menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui batas baku mutu lingkungan hidup. Hal inilah yang terjadi di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.Banyaknya kerusakan lingkungan dan terancamnya kesehatan makhluk hidup akibat dampak dari adanya pembangunan industri logam di Desa Pesarean, Kabupaten Tegal membuat kita tersadar dan bertanya-tanya bagaimana proses perizinan, pengelolaan, sampai proses pengontrolan berdirinya kegiatan industri yang ada di Indonesia. Padahal jelas-jelas sudah di atur di dalam Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban pengelolaan limbah B3.Salah satu syarat dapat berdirinya suatu industri ialah memiliki dokumen dan sesuia prosedur AMDAL yang lengkap mulai dari AMDAL lingkungan, AMDAL lalu lintas, sampai studi kelayakan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan dan keseimbangan antara sumber daya alam yang ada, sumber daya manusia, dan kelestarian alam sekitar. Anehnya Industri-industri logam yang berdiri di Desa Pesarean ini rata-rata sudah memiliki AMDAL. Padahal seharusnya suatu industri yang telah memiliki dokumen AMDAL berarti telah layak operasional dan telah melakukan pengelolaan limbahnya dengan baik sehingga tidak menimbulakan dampak kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.Meskipun telah terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap undang-undang pengelolaan lingkungan hidup, pemerintahan daerah maupun pusat belum melakukan tindakan hukum yang berarti. Padahal jelas-jelas disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan bahaya pada kesehatan manusia dan melampaui baku mutu baik dari baku mutu udara, air, dan lingkungan hidup akan di denda satu sampai enam miliar dan di pidana penjara paling lama enam tahun. Akan tetapi, sejauh ini upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tegal terhadap para perajin logam hanya merelokasi usaha pengecoran logam ke Perkampungan Industri Kecil (PIK) di Kebasen, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. Relokasi ini dilakukan untuk menghindarkan pencemaran lingkungan yang jauh lebih parah lagi terjadi di Desa Pesarean. Daerah Kebasen dipilih menjadi tempat relokasi dikarenakan jauh dari permukiman warga sehingga cukup aman bagi kelangsungan hidup masyarakat. Ketidaktegasan pemerintah dalam menindaklanjuti kasus industri logam di Desa Pesarean ini dikhawatirkan tidak menimbulkan efek jera bagi masyarakat perajin industri logam. Apalagi masih ada beberapa perajin logam yang belum mau dipindahkan ke daerah Perkampungan Industri Kecil iini. Pemindahan lokasi ini sebatas hanya memindahkan pencemaran dari kawasan permukiman ke kawasan pertanian serta hanya bertujuan untuk memulihkan lokasi yang telah tercemar tanpa memperdulikan perlindungan kondisi lokasi lainnya yang digunakan sebagai pengganti tempat pelaksanaan industri logam. Seharusnya pemerintah memiliki solusi-solusi lain yang lebih produktif dan sama-sama saling menguntungkan satu sama lain antara masyarakat dengan lingkungan.Selain itu hal yang paling terpenting adalah mengubah mind set dan budaya masyarakat yang belum paham mengenai limbah-limbah yang dihasilkan dalam proses perindustrian juga cara pengelolaannya. Ketidaktahuan masyarakat dalam pengelolaan limbah industri yang mereka hasilkan inilah yang membuat kita tersadar bahwa adanya AMDAL di Indonesia sebenernya sangat dibutuhkan namun sayang dalam penerapannya masih banyak oknum-oknum yang dengan mudah bisa mendapatkan AMDAL walaupun industri mereka sebenarnya tidak layak jalan karena tidak ada sistem pengelolaan limbah yang dilakukan sebelum limbah itu dibuang ke lingkungan.Padahal ada banyak cara pengelolaan limbah logam yang dapat dilakukan agar tidak mencemari lingkungan dan merugikan masyarakat. Salah satu contohnya adalah metode solidifikasi dengan menggunakan semen Portland. Metode ini berfungsi untuk menstabilkan logam berbahaya, prinsip kerjanya ialah dengan cara mengubah sifat fisika dan kimia yang terkandung dalam limbah B-3 melalui penambahan senyawa pengikat sehingga pergerakan senyawa-senyawa B-3 dapat dihambat dengan membentuk ikatan massa monolit struktur yang masif. Ada pula beberapa metode lainnya yang sering digunakan untuk mengelola limbah B3 yaitu chemical conditioning dan incineration. Chemical conditioning berguna untuk menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur dengan beberapa tahapan yaitu concentration thickening, treatment, stabilization, conditioning, de-watching, drying, dan disposal. Insenerasi adalah penanganan limbah dengan cara pembakaran. Insenerasi dapat mengurangi volume sampai sebesar 90% dan massa limbah sampai kurang lebih 75%.Banyaknya metode penanganan limbah yang sederhana dan mudah seharusnya tidak menjadikan alasan bagi industri yang akan berdiri untuk tidak melakukan pengelolaan limbah. Kurangnya kontrol dan penegakan hukum dari pemerintah juga merupakan salah satu penyebab banyaknya industri-industri yang bermunculan dengan memiliki AMDAL tapi kenyataan di lapangannya tetap tidak ada pengelolaan limbah yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurbiajanti, Siwi. November, 2011. Parah, Pencemaran Limbah Logam di Kabupaten Tegal. www.regional.kompas.com (Diakses 4 Maret 2014)Limastuti, Retnaningsih, dkk. 2005. Penanganan Limbah Industri yang Mengandung Logam Berbahaya dengan Metode Solidifikasi Menggunakan Semen Portland. Universitas Negeri Yogyakarta.Hidayat, Wahyu. Agustus 2008. Teknologi Pengelolaan Limbah B3. www.majarimagazine.com (diakses 4 Maret 2014)