kritik ngetik
TRANSCRIPT
Juga tulisan demikian six factors upon which good architecture depends namelu order
arrangements eurhythmy symmetry properiety and distribution. Perihal yang ini sudah kita
bahas pada bagian tiga sebelum bagian ini. mungkin saja karena buku vitruvius merupakan
satu-satunya dokumen tertulis paling tua yang ditemukan, jadi layak dianggap sebagai acuan.
Menurut vitruvius, firmitas itu merujuk pada struktur dan material pada gambaran
umum tentang kekuatan material yang akan digunakan untuk bangunan. Sedangkan pada
bagian utilitas bangunan lebih merujuk pada bagaimana bangunan harus nyaman ketika
digunakan. Ia menceritakan bagaimana cara mengatur ruangan sampai pada memilih lokasi.
Ia juga sudah mulai mencoba menjelaskan ruangan yang bersifat privat dan publik. Lalu ia
juga menjelaskan bagaimana seharusnya arah orientasi bukaan agar ruangan-ruangan dapat
sinar matahari yang baik. Yang menarik disini adalah ia mulai mengedepankan tipe fungsi.
Utilitas yang dimaksud juga bukan istilah untuk utilitas pada mata kuliah tetapi istilah untuk
kelengkapan bangunan yang salah satu topiknya adalah saluran air kotor.
Sedangkan venustas merujuk pada dewi kecantikan. Dewi ini bernama venus
vitruvius yang berpendapat bahwa venustas adalah gaya keindahan sempurna yang muncul
ketika bangunan diciptakan lewat prinsip-prinsip yang benar. Misalnya doric, sangat cocok
dengan kul lmars. Ionic-order cocok dengan kuil juno dan diana. Sementara corinthian-order
cocok dengan kuil venus dan flora.
Diceritakannya vitruviuspun memiliki alasan tersendiri. Alasannya sederhana saja,
seluruh institusi pendidikan arsitektur di Indonesia selalu mengenalkan tiga aspek Vitruvius
pada tingkat awal pendidikan.
TEORI PERANCANGAN ARSITEKTUR
Dalam buku karya arsitek Rob Krier “Architectural Composition (1998)” ia
menguraikan pendapatnya tentang teori perancangan arsitektur. Dapat dilihat bagaimana
caranya menguraikan elemen penting dan proses langkahnya dalam bentuk matriks. Intinya ia
menekankan tiga unsur utama yang perlu dipahami dengan benar yaitu function-construction-
form. Fungsi dan konstruksi mempunyai order masing-masing.
Digambarkan oleh Krier bagaimana proses penciptaan bentuk yang berlandas pada
order geometri bentuk dasar. Kemudian geometri bentuk dasaar dijadikan tiga dimensi
berdasarkan elemen-elemen seperti point line plane, solid. Interior dan exterior space agar
bentuk tiga dimensi ini lebih dinamis. Ia juga mengusulkan tujuh cara form giving operation,
meskipun demikian keseluruhannya harus tetap memperhatikan proporsi dan skala. Isi buku
selebihnya adalah uraian satu persatu butir yang ada dalam matriks sketsa berdasar riset
empiriknya. Sangat kaya akan pendalaman ruang.
Arsitek D.K Ching yang namanya telah disinggung pada tulisan ketiga
mengedepankan perihal yang mirip-mirip. Menurut Ching unsur utama dalam teori
perancangan arsitektur adalah space-structure-ensclosure. Space yang merujuk pada ruang
kegiatan alias fungsi. Structure adalah keteknikan, enclosure adalah bentuk paduan ketiga
unsur tadi. Dialami lewat pergerakan dalam ruang waktu. Bentukan hasil komposisi ketiga
unsur tadi sebenarnya dapat tercipta karena adanya keteknikan yang sekaligus dapat
mengakomodasi program kegiatan pengguna. Tentunya hasil bentukan ini haruslah
kompatibel dengan konteks tempat.
Lewat diagram, Ching dengan tegas mengutarakan bahwa cara membuatnya harus
selalu memperhatikan order. Menurutnya ordering principles terdiri atas axis symmerty.
Hierarchy datum rhytm repetition dan transformation. Seorang arsitek dari Norwegia,
Christian Norberg-Schulz dalam buku Intention in Architecture juga mencoba menjelaskan
tentang teori perancangan arsitektur. Ia mencoba menguraikan unsur utama arsitekur dan
berlawanan dengan buku Ching. Buku ini luber dengan kata-kata tetapi ngirit gambar. hampir
sejalan dengan Krier dan Ching. Schulz juga mengedepankan unsur form-technics dan
building task. Ia tidak secara eksplisit menyebut fungsi. Tetapi justru mengur Seorang arsitek
dari Norwegia, Christian Norberg-Schulz dalam buku Intention in Architecture juga mencoba
menjelaskan tentang teori perancangan arsitektur. Ia mencoba menguraikan unsur utama
arsitekur dan berlawanan dengan buku Ching. Buku ini luber dengan kata-kata tetapi ngirit
gambar. hampir sejalan dengan Krier dan Ching. Schulz juga mengedepankan unsur form-
technics dan building task. Ia tidak secara eksplisit menyebut fungsi. Tetapi justru mengur
Seorang arsitek dari Norwegia, Christian Norberg-Schulz dalam buku Intention in
Architecture juga mencoba menjelaskan tentang teori perancangan arsitektur. Ia mencoba
menguraikan unsur utama arsitekur dan berlawanan dengan buku Ching. Buku ini luber
dengan kata-kata tetapi ngirit gambar. hampir sejalan dengan Krier dan Ching. Schulz juga
mengedepankan unsur form-technics dan building task. Ia tidak secara eksplisit menyebut
fungsi. Tetapi justru mengur Seorang arsitek dari Norwegia, Christian Norberg-Schulz dalam
buku Intention in Architecture juga mencoba menjelaskan tentang teori perancangan
arsitektur. Ia mencoba menguraikan unsur utama arsitekur dan berlawanan dengan buku
Ching. Buku ini luber dengan kata-kata tetapi ngirit gambar. hampir sejalan dengan Krier dan
Ching. Schulz juga mengedepankan unsur form-technics dan building task. Ia tidak secara
eksplisit menyebut fungsi. Tetapi justru menguraikan tipe-tipe fungsi yang disebutnya
sebagai building-task. Penguraiannya tentang building tsdk urutannya adalah physical
control, functional frame social milieu culturan symbolization. Schulz tidak membahas order
secara khusus tapi menguraikan order dalam kajian bulding task serta form. Pada kajiannya
tentang form, dijelaskan tentang elemen utamanya yaitu gais, bidang dan volume.
Dijelaskan juga secara panjang lebar relasi antar elemen tadi. Sayangnya pada bagian
technics ia hanya menjelaskan secara singkat sekali tentang massice dan sekleton system.
Alhasil dari seluruh uraiannya, komposisi form-technics dan building task ternyata harus
mengacu pada order. Kajian Schulz terasa sangat dipengaruhi pendekatan kaum sktruktralis
ketimbang pendekatan fenomenologi.
Ketika Charles Jencks mengenalkan paham post-modern dunia arsitektur mulai
meilirikan pandangan pada pendekatan ilmu bahasa. Pendekatan ini dianggap dapat
memecahkan kebuntuan dan kegaringan bentukan yang tercipta oleh paham modern.
Kegagalan bahasa bentukan modern yang univalen. Mulai digugat dengan munculnya
rancangan double-coding. Konkritnya bentuk kubus yang akhirnya dianggap steril mulai
dipertanyakan. Aspek kesejarahan dan bahasa metafor mulai didekatkan kembali pada
bangunan. Contoh-contohnya dapat dilihat dalam buku klasik. The Language Of Postmodern
Architecute. Pada titik inim semiotika yang bersumber dari paham strukturalis mulai
digemari. Strukturalisme adalah sebuah paham yang percaya bahwa didalam dunia ini selalu
ada sebuah struktur dasar yang melandasi seluruh kehidupan manusia.
Pendekatan ini memperkenalkan konsep Sign-Signifier-Signified. Dalam level
kebendaan dikenal juga Index-Icon-Symbol index merujuk pada sebab akibat benda icon
menunjuk pada keserupaan bentuk benda symbol berujuk pada arti atau makna benda.
Menurut pendaoat David Smith ia mencoba membuat pengkategorian dalam arsitektur.
Subtasinya dapat dibaca pada hasil disertasinya yang diterbitkan dengan judul The
Architectural Theory The Vitruvian Fallacy. Berlandas pada paham strukturalis, Capon
mengajukan argunem bahwa semua unsur dialam selalu mengacu pada struktur. Jika
digambarkan dengan diagram lingkaran, ada tiga hal penting dalam struktur yaitu garis
lingkaran itu sendiri, titik pusatnya, serta relasi antar unsur yang digambarkan sebagai garis
dari lingkaran menuju pusatnya.
Berdasarkan diagram garis tersebut maka ditentukannya kategori-kategori. Yang
menarik adalah ketika trium vitruvius diuji dngan usulan diagramnya dan menurut Capon
tidak pas. Ada yang meleset. Konstruksi dianggap Capon sebagai Secondary categroies dari
bentuk. Pada awalnya Capon sebenarnya hanya ingin menekankan sebuah pendekatan
kategori. Bukan tentang teori perancangan aristektur tapi beberapa hasil yang didapat dari
penerapan kategori terhadap beberapa subyek. Cukup menggunggah capon mengajukan
primary categories untuk arsitektur seperti bentuk dan makna. Dan diagram Capon ini agak
mirip sasaran pada permainan dart.
Baik Krier, Ching dan Schulz menyatakan bahw ada tiga unsur utama yang penting
dalam arsitektur. Mereka menyebubt fungsi, bentuk, dan keteknikan. Tidak ada yang
menyebut unsur estetika tampaknya unsur estetika ssecara implisit melebur ketiga unsur
penting yang telah disebutkan. Caponlah yang mulai dengan tegas menambahkan unsur
makna pada kategori primer arsitektur menjadi fungsi, bentuk, dan makna. Dalam bukunya
the language of postmodern, jenkcs mengedepankan penampilan bentuk. Biasa disebut
dengan metaphor. Tiga unsur utama tadi ternyata sejalan dengan pendapat Capon tetapi tidak
dengan Vitruvius. Menurutnya unsur utama tidak pernah berdiri sendiri, selalu berada dalam
kondisi berpasangan, ini juga sejalan dengan pendapat Capon tentang kategori primer dan
kategori sekunder walaupun mengacu pada pandangan diatas, dia berbendapat bahwa dalam
pengetahuan arsitektur ada tiga subtansi dasar yaitu fungsi, bentuk dan makna. Fungsi selalu
berpasangan dengan konteks. Bentuk selalu berpasangan dengsn struktur dan makna selalu
berpasangan dengan tampilan. Perbedaannya dengan pendapat Capon adalah pada pasangan
makna, jika Capon meaning berpasangan dengan will, dia berpendapat bahwa makna
berpasangan dengan tampilan pesan. Dalam perputarannya, fungsi akan menstrukturkan
sehingga melahirkan bentuk. Dengan demikian bentuk akan dapat mengakomodasi fungsi
dengan baik. Bentuk dengan sendirinya akan menampilkan pesan tentang fungsinya dan juga
bisa menampilkan pesan tentang sturktur maupun elemen bentuknya. Selanjutnya, makna tadi
akan masuk kedalam proses kontekualisasi.
KETIDAKHARMONISAN KOMPOSISI ARSITEKTUR
Dikota Jakarta tentunya banyak akan bangunan bertingkat banyak yang tumbuh
bagaikan hutan beton, dan hebatnya komposisi bangunannya terbuat dari kaca semua Tidak
peduli dengan arah sinar matahari yang membuat silau disektarnya. Ada penguasaan
pengetahuan tentang para arsitek manca negara ini tentang konteks iklim setempat sangat
buruk akibatnya harus dtanggung oleh pengguna bangunan seperti listrik yang terbuang untuk
penggunaan AC karena radiasi panas yang masuk ke dalam bangunan. Fenomena arsitektur
di Indonesia memang aneh, anehnya bisa terlihat dari bangunan bertingkat banyak yang
menerima penghargaan sebagai gedung hemat energi dan dengan jelas bisa dilihat bahwa
selubung bangunan tersebut teridiri dari kaca terbuka dan menghadap matahari barat. Namun,
setelah diselidiki, ternyata yang memberikan penghargaan itu adalah produsen kaca. Karena
seluruh cangkang bangunan itu menggunakan kaca produksi pabrik itu.
Maka dari itu, dibidang akademik sudah banyak riset tentang arsitekut. Bidang ini
harusnya menjadi benteng terakhir yang dapat dipercaya menjaga kejujuran pengetahuan
arsitektur. Dengan demikian pengetahuan ini akan dapat membawa manfaat atau nilai lebih
dalam kehidupan.
CATATAN
Ketika berdialog dengan mahasiswa tingkat akhir dan peserta tugas akhir, ada
pendapat mengemuka. Pameran tugas karya mahasiswa yang mendapat nilai A pada periode
sebelumnya dijadikan panutan. Mereka cenderung mengikuti saja bentuk yang mendapat nilai
A padahal fungsi bangunan berbeda. Ada tiga hal yang memungkinkan terjadinya hal ini
yaitu pertama pada setiap pameran tidak pernah dicantumkan sisi positif atau negatif dari
karya yang mendapat nilai baik. Dan mungkin hal ini lah yang membuat sisi kreatifitas tidak
muncul. Kedua, sikap pragmatis karena hasil karya selalu di pamerkan selalu tanpa
keterangan dari jurinya. Sikap fragmatis untuk mendapat nilai baik sering mengalahkan
keinginan tahu yang mendorong kreatifitas dan yang terakhir adalah peserta yakin ada
tipologi rancangan tertentu yang akan mendapat nilai baik.