kromatografi cair kimia analisis
TRANSCRIPT
KROMATOGRAFI CAIR
1. Pendahuluan
Kromatografi cair merupakan jenis pertama kromatografi cair padat yang
dikemukakan oleh Mikail Tswett, seorang botani rusia pada akhir tahun 1890.Kromatografi
cair ini digunakan untuk memisahkan dan mengisolasi berbagai macam pigmen tumbuhan.
Pita warna yang muncul pada adsorben disebut dengan terminology kromatografi yang bearti
menulis warna . awalnya hasil kerja Tswett tidaklah diterima dengan baik, terutama karena
tulisan ilmia aslinya berbahasa rusia , dimana tak banyak ahli kimia barat dapat mengerti dan
juga dikarenakan riset oleh Willsatter dan stoll pada tahun 1913 yang mengulang riset Tswett,
gagal dikarenakan mereka tidak mengindahkan peringatan Tswett untuk tidak menggunakan
adsorben yang terlalu agresif yang menyebabkan klorofil terurai. Sebagai akibat, riset Tswett
dianggap juga gagal hingga akhirnya dan baru menjadi teknik pemisahan setelah 20 tahun.
Pada akhir 1930 dan awal 1940, Martin dan Synge memperkenalkan bentuk
kromatografi cair – cair yang didukung oleh fase diam. Dalam hal ini air pada silica gel
dalam bentuk isiian dan digunakan untuk memisahkan asam aminomereka juga menyarankan
penggantian fase gerak cair dengan gas yang akan mempercepat perpindahan antara dua fase
dan memungkinkan pemisahan yang lebih efesien, yang menghasilkan kosep kromatografi
gas pada tahun 1941. Martin dan Synge menyarankan penggunaan partikel kecil dan tekanan
tinggi pada kromatografi cair untuk meningkatkan rasio pemisahan, yang kemudian memicu
pengembangan kromatografi cair kinerja tinggi.
Perkembangan kromatografi tertunda hingga akhir tahun 1960 dikarenakan kurangnya
detector sensitif, hingga ditemukannya detector indeks bias oleh A. Tiselius dan D Claesson
pada tahun 1942.Kromatografi cair Tswett hanya terdiri dari tabung gelas vertical, dengan
diameter beberapa centimeter dan tinggi 30 cm, berisi adsorben kalsium karbonat.Pigmen
ekstrak tanaman dituang padabagian atas kolom dan fasa gerak ditambahkan secara hati –
hati mengisi tabung. Pelarut ( fasa gerak) bergerak turun melalui isian berdasarkan gravitasi,
menghasilkan pemisahan yang dapat dilihat sebagai pita warna yang berbeda didinding
tabung.
1
2. Pengartian Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi juga dikenal sebagai high performance liquid
chromatography ( HPLC ). Kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT ) adalah jenis
kromatografi cair yang menggunakan fasa gerak cair dan fasa diam yang berada dalam kolom
yang pendek dan isian yang sangat halus dan diberi tekanan hingga ratusan psi agar didapat
laju alir yang sesuai. Seperti diketahui, difusi yang terjadi pada cairan lebih lambat dari difusi
pada gas, sehingga dengan adanya tekanan tinggi difusi menjadi lebih cepat.
KCKT merupakan teknik pemisahan yang masih menjadi idola didunia analisis saat
ini. KCKT digunakan secara luas dalam pemisahan dan pemurnian berbagai sampel dalam
berbagai bidang seperti farmasi, lingkungan, industry makanan dan minumanan, industry
polimer dan berbagai bahan baku. KCKT lebh banyak digunakan untuk keperluan identifikasi
( analisis kualitatif ), kecuali kromatografi ini dihubungkan dengan spektrometri massa maka
penggunaanya akan lebih memungkinkan ke analisis kuantitatif.
Secara umum KCKT digunakan dalam kondisis berikut :
- Pemisahan bergabagi senyawa organic maupun anorganik, ataupun specimen biologis.
- Analisis ketidak murnian
- Analisis senyawa – senyawa yang tidak mudah menguap
- Penentuan molekul – molekul netral, ionic maupun zwitter ion
- Isolasi dan pemurnian senyawa
- Pemisahan senyawa senyawa dengan struktur kimia yang mirip
- Pemisahan senyawa – senyawa dengan jumlah kecil
Kelebihan dari metode KCKT :
- Mampu memisahkan molekul – molekul dari suatu campuran
- Mudah melaksanakannya
- Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
- Dapat dihindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan yang di analisis
- Resolusi yang baik
2
3. Jenis – jenis kromatografi cair kinerja tinggi
Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom
dan kromatografi lapis tipis.Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan
fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun
demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada
silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut.
Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat
terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
Kromatografi Penukar Ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion
dengan suatu fase gerak.Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun
demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin. Kebanyakan
pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat
ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol
dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi
puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase
gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak
untuk gugus penukar ion pada resin.
Kromatografi Ekslusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan
untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus
sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat
fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi
terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah
molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak
melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam.
3
Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi
kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
Kromatografi Fase Terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara
kimiawi atau fase terikat.Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah
hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau
dengan fenil.Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS
atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.Sebagai fase gerak
adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk
solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena
kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi.
Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam
menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi
karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
Kromatografi Pasangan Ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel
ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran
ion.Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat
spesifik.Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap
sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada
sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan
antibodi).Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim)
dari campuran yang sangat kompleks.
Kromatografi padatan cair (LSC)
Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang polar seperti
silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah salah satu bentuk
4
dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan partikel-partikel micro or
macro particulate or pellicular (berkulit tipis 37 -44 μ).Sebagian besar dari KCKT
sekarang ini dibuat untuk mencapai partikel-partikel microparticulate lebih kecil dari
20μ . Teknik ini biasanya digunakan untuk zat padat yang mudah larut dalam pelarut
organik dan tidak terionisasi. Teknik ini terutama sangat kuat untuk pemisahan
isomer-isomer.
4. Komponen utama kromatografi cair kinerja tinggi
Sistem Penyedia Fasa Gerak
Peralatan KCKT modern dilengkapi dengan satu atau lebih reservoir terbuat dari gelas
atau stainless steel, yang dapat menampung hinga 500 ml pelarut . Gelembung dan
debu halus yang dapat mengganggu dihilangkan dengan proses yang disebut
degassing. Tedapat 2 jenis elusi pada KCKT yaitu elusi isokratik dimana digunakan
satu jenis pelarut dengan komposisi konstan, dan elusi gradient dimana dua atau lebih
sistim pelarut yang berbeda polaritas yang digunakan.
Sistim Pompa
Pompa sangat diperlukan pada KCKT untuk menyediakan tekanan hingga 6000
psi.terdapat 2 jenis pompa mekanik yang sering digunakan yaitu jenis syring dengan
skrup putar : laju alir dihasilkan tanpa denyut, namun kapasitas kecil (250 ml ) dan
pompa resiprokating : ruang silinder yang diisi dan dikosongkan seperti gerakan
piston yang mengakibatkan gerakan denyut. Kelebihannya adalah volume kecil,
tekanan tinggi hingga 10.000 psi cocok untuk elusi gradient dan laju alir constant.
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan
pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh karena itu
membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis
dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
5
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe
memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Katup Injeksi Sampel
Injeksi dengan syiring hanya diperguanakan untuk tekanan hingga 1500 psi, biasanya
digunakan injeksi sop – flow atau disebut sampling loop, dimana laju alir pelarut
dihentikan sementara dan kepala kolom dipindah dansampel diinjeksikan langsung ke
kepala isian dengan syiring. Peralatan ini merupakan bagian dari alat KCKT modern
dengan memberikan loop ( putaran, giliran ) antara injeksi sampel dan permuatan
sampel ke kolom untuk volume sampel dari 5µ hingga 500 µ.
Kolom
Efek temperature pada pemisahan kromatografi cair tidaklah sekuat efek yang terjadi
pada kromatografi gas. Kenaikan temperature akan meningkatkan difusitas solute
pada fasa diam dan fasa gerak sehingga meningkatkan disperse dikarenakan resistansi
transfer massa, hasilnya pada kecepatan optimum, efisien pada kromatografi cair
maupun gas akan tergantung pada temperature. Akan tetapi kecepatan optimum akan
lebih tinggi pada temperature yang lebih tinggi dan mungkin analisis yang lebih cepat.
Dikarenakan kurangnya efek temperature terhadapnretensi solute pada kromatografi
cair dibanding kromatografi gas.
Injektor (injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
6
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuK ke dalam kolom.
Detektor
Terdapat lebih dari 12 detektor yang akan dikembangkan namun hanya 4
macam yang paling banyak digunakan pada kromatografi cair yaitu :
- Detektor ultra violet ( panjang gelombang bervariasi dan tetap)
Gambar detector UV panjang gelombang tetap
Menggunakan panjang gelombang dan banyak dipilih untuk
analisis.Batasannya dalam pendeteksian solute non polar yang tidak mempunyai
kromafor UV.
7
Detekor terdiri dari sel silinder kecil ( volume 2,00 – 10,00 ml ), tempat eluent
mengalir dalam kolom. Sinar UV dari lampu UV dilewatkan pada sel dan jatuh pada
sel fotolektrik.Panjang gelombang tergantung pada jenis lampu yang digunakan,
umumnya dari 210 nm – 280 nm. Untuk detector multi panjang gelombang, terdapat
monokromator didalamnya, memilih panjang gelombang kemudian didespersikan dan
jatuh pada diode array, dipantulkan kecermin cekung, jatuh dicermin dtar, dan sinar
dengan panjang gelombang tertentu dengan memposisikan sudut cermin datar, sinar
dengan panajang gelombang tertentu kemudian difokuskan oleh lensa melalui sel laju
alir, kemudian memalui kolom eluen. Berkas sinar keluar dari sel difokuskan oleh
lensa lain ke fotosel yangkemudian menghasilkan respon sebagai fungsi intensitas.
Detektor elektrokonduktivitas
Gambar sel sensor detector konduktivitas listrik
Detector konduktivitas listrik hanya dapat mendeteksi sampel yang terionisasi
dan biasanya digunakan untuk analisis asam anorganik, basa dan garam.Juga dapat
dipergunakan untuk deteksi asam organic dan basa yang diperlukan pada studi
lingkungan dan aplikasi bioteknologi.Terdiri dari dua elektroda diletakkan pada floe
cell dan dihubungkan dengan jembatan wheatstone.
Saat ion memasuki sel detector, tahanan listrik berubah dan sinyal yang terjadi tak
sebanding ini diumpankan ke penguat yang kemudian didigitalkan, lalu disimpan
dikomputer atau dilewatkan ke rekorder potensiomer.
7
Detector mengukur tahanan listrik antara elektroda dengan amplifikasi non-linier dan
dapat menghasilkan output yang berbanding lurus dengan konsentrasi solute.
- Detektor fluoresensi
Gambar detector fluoresensi
Merupakan detector KC yang paling sensitive dan digunakan untuk analisis
renik.Namun walau sensitive, responnya hanya limier pada rentang konsentrasi
tertentu.Selain itu kebanyakan senyawa tidak mengalami flurensi alami sehingga
merupakan kelemahan detector ini.
Sinar dari lampu UV dengan panjang gelombang tetap, lewat sel kemudian eluen dari
kolom mengalir dan bertindak sebagai eksitansi.Sinar fluoresensi yang dipancarkan
disensor oleh fotosel listrik yang diletakkan pada arah sinar UV ekstitasi.Fotosel
menyensor sinar fluoresensi pada semua panjang gelombang, tetapi hanya panjang
gelombang sinar tereksitasi yang dapat diubah oleh lampu alternatif.
- Detektor indeksbias
Gambar detector indeks bias
8
Merupakan detector paling tidak sensitif.Detektor ini sangat sensitive terhadap
perubahan temperature ambient, tekanan, laju alir dan tak dapat digunakan untuk elusi
gradient.Namun, detector ini sangat berguna untuk deteksi senyawa uang ionil –ionik,
senyawa yang tidak menyerap pada UV juga untuk senyawa yang tidak mengalami
flurosensi. Sistim optic yang paling umum digunakan adalah detector indeks bias
differensial.
Aplikasi detector indeks bias adalah unyuk analisis karbohidrat. Yang tidak
menyerap sinar UV, tidak terionisasi dan walau turunan fluoresensi dapat dibuat,
prosedurnya sangatlah rumit.
5. Klasifikasi KCKT
Kromatografi Partisi
Kromatografi Partisi dibagi menjadi dua teknik yaitu cair-cair dan fasa cair
terikat.Perbedan terletak pada metode diman fasa diam yang dipegang oleh partikel
pendukung. Pada cair-cair, retensi di akibatkan oleh adsorbs fisika sementara fasa
terikat dikarenakan ikatan kovalen.
Pemilihan fasa diam dan fasa gerak :
Kromatografi Partisi memerlukan gaya intermolekul seimbang antara 3 faktor
pentingya itu analit. Fasa diam dan fasa gerak.Gaya ini di jelaskan oleh polaritas 3
reaktan tersebut.Secara umum polaritas gugus organik meningkat dari hidrokarbon
alifatik, < olefin < hidrokarbon aromatic < halide < sulfide < eter < senyawa nitro <
ester ~ aldehida ~ keton < alcohol ~ amina < sulfon < sulfoksida < amida < asam
karboksilat < air. Sebagai aturan kebanyakan pemisahan kromatografi dicapai dengan
mencocokkan polaritas analit terrhadap fasa diam, fasa gerak dengan polaritas
berbeda kemudian digunakan cara ini lebih baik di bandingkan dengan mencocokkan
polaritas analit dengan fasa gerak. Baru kemudian memilih fasa diam.
Aplikasi :
Pada bidang farmasi, biasanya digunakan untuk menganaliasa antibiotic, steroid dan
analgesic.Untuk biokimia biasanya digunakan untuk analisis asam amino, protein,
karbohidrat dan lipida.Pada kimia forensic digunakan untuk analisis obat, racun,
alcohol darah dan narkoba. Pada industry kimia digunakan untuk analisis aromatic
kondensasi, surfaktan, propellant dan zat warna
9
KCKT Adsorbsi
Kerja awal kromatografi didasarkan pada adsorbs dari spesi analit pada permukaan
padat. Disini fasa diam adalah silica naatu alumina.Silica lebih disukai karena
kapasitas yang besar dan rentang lebih lebar.Waktu retensi menjadi lebih lama dengan
meninggkatnya polaritas analit.Variable yang berakibat pada koefisien partisi adalah
komposisi fasa gerak.
Aplikasi :
KCKT cair padat digunakan untuk pemiahan senyawa organic non polar yang tak
larut air yang mempunyai massa molekul kuarang dari 5000. Kelebihan kromatografi
adsorbsi disbanding metode lain adalah kemampuan untuk menganalisis campuran
isomeric seperti turunan benzene subtitusi para dan meta.
Kromatografi Pertukaran Ion
Resin pertukaran ion digunakan sebagai fasa diam, pemisahan terjadi dimana ion
bermuatan dipisahkan oleh elusi di kolom yang berisi resin.
Resin :
Resin pertukaran ion merupakan polimer dengan berat molekul tinggi mengandung
banyak gugus fungsi ionic per molekul. Resin penukar kation dapat berupa jenis asam
dengan gugus sulfonic (RSO3-H+) atau jenis asam lemah yang mengandung gugus
asam karboksilat (RCOOH). Resin penukar anion mengandung gugus fungsi anima
menempel pada molekul polimer.
Reaksi yang terjadi dapat berupa :
x RSO3–H+ + Mx+ ↔( RSO3
- )x Mx+ xH+
padatan larutan padatan larutan
Kation adalah Mx+ .
X RN (CH3)3 + Ax- ↔[ RN (CN3)3
+]Ax- + x OH-
Anion disini adalah Ax- .
R menyatakan bagian dari molekul resin yang mengandung satu gugus fungsi
sulfonic.
10
Aplikasi :
Pada kromatografi pertukaran ion, ion analit dimasukan pada bagian kepala kolom
isian dengan resein pertukaran ion.Elusi terjadi antara larutan yang mengandung ion
dengan ion analit bermuatan gugus fungsi dipermukaan resin. Sebagai contoh, anion
seperti klorida, tiosisanat, sulfat dan fosfat dapat dipisahkan diresin pesin penukar
anion dalam bentuk larutan basah encer yang akan menyebabkan reaksi berikanya
dibalik dan anion kemudian dilepaskan. Dan karna rasio partisi untuk bermacam
anion berbeda satu dengan yang lain, maka dapat terjadi frasionasi selama elusi.
Salah satu aspek menarik dari kromatografi ion adalah pengukuran konduktifitas
yang memberikan metode deteksi dan penentuan konsentrasi spesi yang di elusi.
Kromatografi ion dengan deteksi konduktometri pertama kali dilakukan pada tahun
1975 dan sejak itu menjadi teknik kuantitatif untuk penentuan spesi bermuatan
organic maupun anorganik.
Kromatografi Ekslusi Ukuran
Kromatografi ekslusi ukuran atau kromatografi gel merupakan kromatografi cair
terbaru dan merupakan teknik yang sangat baik untuk soesi atau analit yang
mempunyai berat molekul tinggi.
Isian yang digunakan biasanya adalah silica ( ~10 µm ) atau partikel polimer yang
berisi jaringan pori dimana molekul solud dan pelarut dapat terdifusi. Pada pori,
molekul terjebak dan dihilangakan dari laju fasa gerak. Waktu tinggal molekul analit
tergantung dari ukuran efektifnya. Molekul yang lebih besar dari ukuran rata pori
dikeluarkan dan tidak ditahan. Molekul tersebut bergerak dikolom sesuai laju alir
fasa gerak. Molekul yang gak kecil dari pori dapat membus jarring pori dan terjebak
paling lama sehingga terelusi terkhir. Fraksionasi terjadi berdasarkan ukuran molekul
dan kadang bentuk molekul.Pada ekslusi ini tidak terdapat interaksi fisik maupun
kimia antara analit dan fasa diam, hal tersebut justru dihindari karna dapat menjurus
pada penurunan efisien kolom.Kromatografi yang berdasarkan pada isian hidrofilik
disebut filtrasi gel, sedangkan berdasarkan isian hidrofobik disebut permeasi gel.
Aplikasi :
Biasanya digunakan untuk penentuan berat molekul dari polimer ataupun bahan
alam, volume elusi dari sample dibandingkan dengan volume seri standar yang
mempunyai karakteristis kimia sama.
11
DAFTAR PUSTAKA
- Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si. Modul Kuliah Kimia Analisis Program Sarjana
Terapan : Teknologi Kimia Industri. Politeknik Negri Sriwijaya
- http://www.idonbiu.com/2009/10/mengenal-kromatografi-cair-kinerja.html
- http://lansida.blogspot.com/2010/07/hplc-kromatografi-cair-kinerja-tinggi.html
- http://yi2ncokiyute.blogspot.com/2010/12/blog-post.html
- www.pdf.com/kromatografi-cair-kinerja-tinggi.html
12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
2. Pengartian Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.................................... 2
3. Jenis – jenis kromatografi cair kinerja tinggi.................................... 3
3.1. Kromatografi Absorbsi........................................................... 3
3.2. Kromatografi Penukar Ion...................................................... 3
3.3. Kromatografi Ekslusi Ukuran................................................ 3
3.4. Kromatografi fase Terikat...................................................... 4
3.5. Kromatografi Pasangan Ion.................................................... 4
3.6. Kromatografi Afinitas............................................................ 4
4. Komponen utama kromatografi cair kinerja tinggi............................ 4
4.1. Sistem Penyedia Fasa Gerak.................................................. 4
4.2. Sistim Pompa.......................................................................... 5
4.3. Katup Injeksi Sampel............................................................. 5
4.4. Kolom..................................................................................... 5
4.5. Detektor.................................................................................. 5
4.5.1. Detektor Ultra Violet.................................................................... 6
4.5.2. Detektor Elektrokonduktivitas............................................ 7
4.5.3. Detektor Flouresensi............................................................ 7
4.5.4. Detektor Indeks Bias........................................................... 8
5. Klasifikasi KCKT............................................................................... 9
5.1. Kromatografi Partis......................................................................... 9
5.2. KCKT Adsorbsi............................................................................... 9
5.3. Kromatografi Pertukaran Ion........................................................... 10
5.4. Kromatografi Ekslusi Ukuran......................................................... 11
6. DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 12
ii