kti ida bagus
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan
salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa
membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan
komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalega, 2013)
(yowanti hadjiko,2014).
Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab
kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan (25%)
biasanya perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus
macet (8%), aborsi (13%), dan karena sebab lain (7%).
Sepuluh juta wanita mengalami preeklamsia setiap tahun di seluruh dunia.
Di seluruh dunia sekitar 76.000 wanita hamil yang meninggal setiap tahun oleh
karena preeklamsia dan gangguan hipertensi pada kehamilan lainnya, dan jumlah
bayi yang meninggal karena gangguan ini sekitar 500.000 per tahun. Preeklamsia
dan hubungannya dengan gangguan hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi 5-
8% dari seluruh kelahiran di Amerika Serikat. Tingkat insiden untuk preeklamsia
di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat adalah berkisar 2-5%. Di negara
berkembang, prevalensi preeklamsia dan eklamsia berkisar mulai dari 4% dari
semua kehamilan sampai 18% di beberapa bagian Afrika. Di Amerika Latin,
preeklamsia merupakan penyebab pertama dari kematian maternal.
1
2
Tiga penyebab klasik kematian ibu yang paling dikenal di Indonesia di
samping infeksi dan perdarahan adalah preeklamsia. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun angka kematian ibu (AKI) atau
Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode 2008 sampai dengan
2012 ialah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dari
hasil SDKI 2007 yang besarnya 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian
preeklamsia dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila Case
Fatality Rate (CFR) preeklamsia mencapai 1,4% sampai 1,8%. Di Indonesia
frekuensi kejadian preeklamsia sekitar 3-10% (Sri wulan,2015).
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan
oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
Angka kematian ibu yang begitu besar banyak disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mengenai tanda–tanda kehamilan, usia hamil yang terlalu muda atau
terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah selain itu
juga aspek medis juga sangat berpengaruh dalam meningkatnya angka kematian
ibu melahirkan, selain itu penyebab kematian ibu yang cukup penting di Indonesia
adalah pre-eklampsia-eklampsia selain pendarahan dan sepsis. Penyakit ini
diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Semua orang
yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan
hanya 61% medikasi.dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga
mencapai target darah yang optimal. Preeklamsia ringan dapat berkembang
dengan cepat menjadi Preeklamsia berat. Risiko komplikasi meliputi eklampsia,
atau Preeklamsia yang sangat berat.
3
Preeklamsia merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan
di dunia. Kematian pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta
ketidaktahuan ibu mengenai Pre-eklampsia. Dan di negara berkembang, 30% dari
total kematian anak saat dilahirkan disebabkan oleh Pre-eklampsia.
Pre-eklampsia, baik secara independen maupun bersama dengan penyakit
lain, merupakan penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang
tertinggi di dunia. Tahun 2005, Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah
Sakit seluruh Indonesia akibat eklampsia dan Preeklamsia sebesar 4,91% (8.379
dari 170.725), merupakan golongan penyakit obstetrik yang paling banyak
menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 2,35%
(sikkahoder,2008).
Preeklamsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan di
atas 20 minggu yang ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah
di atas 140/90 mmHG, pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di
dalam air seni ibu. Kehamilan ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi,
diabetes atau kelainan ginjal dan kehamilan pada masa remaja atau di atas 40
tahun merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia.
Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya normal atau justru lebih
rendah karena seorang wanita hamil, maka tubuhnya secara otomatis akan
mengencerkan dan menambah volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih
banyak mengalirkan oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu, penambahan
volume darah juga sebagai persiapan untuk proses melahirkan (di mana si ibu
akan mengeluarkan banyak darah) sehingga kelak tidak kekurangan darah.
4
Penyebab pasti Preeklamsia hingga saat ini tidak diketahui dengan jelas.
Diduga karena kondisi plasentanya, kekurangan oksigen atau ada gangguan di
pembuluh darah. Kondisi ini harus mendapat perhatian khusus, karena akibatnya
bisa membahayakan (http://www.femina.co.id).
Preeklamsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang dikandungnya.
Komplikasi pada janin berupa prematuritas, gawat janin, berat badan lahir rendah
atau intra uterine fetal death (IUFD) (Wijayarini, 2002).
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak
langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan
4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan
ekonomi. Kasus 3 terlambat meliputi terlambat mengenali tanda bahaya
persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk, terlambat ditangani oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Preeklamsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara
berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju
perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian Preeklamsia dipengaruhi oleh paritas,
ras, faktor genetik dan lingkungan. Kehamilan dengan preklampsia lebih umum
terjadi pada primigravida, sedangkan pada multigravida berhubungan dengan
penyakit hipertensi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2007)
(Asniar,2014).
5
Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
terdapat 6.651 ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya pada periode Januari-
Desember 2013. Dari jumlah ibu hamil tersebut terdapat 29 ibu hamil yang
menderita Preeklamsia dan yang meninggal akibat Preeklamsia sebanyak 2 orang.
Sedangkan tahun 2014 terdapat 6.651 ibu hamil yang memeriksakan kehamilanya
pada periode Januari-Desember 2014. Dari jumlah ibu hamil tersebut yang
menderita Preeklamsia meningkat menjadi 58 orang dan yang meninggal karena
Preeklamsia meningkat menjadi 3 orang. Pada tahun 2015 terdapat 4.958 ibu
hamil yang memeriksakan kehamilanya pada periode Januari-Desember 2015.
Dari jumlah ibu hamil tersebut yang menderita Preeklamsia sebanyak 41 orang
dan meninggal karena Preeklamsia menurun menjadi 1 orang. Tahun 2015 jumlah
ibu hamil menurun dari tahun sebelumnya disebabkan karena adanya pembagian
wilayah Kabupaten Muna dibagi menjadi dua wilayah yaitu Muna Induk dan
Muna Barat. ( Dinas Kesehatan Provinsi SulawesiTtenggara 2013 s.d. 2015 ).
Data tahun 2014 s.d. 2015 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
didapatkan penderita Preeklamsia sebanyak 42 orang dari 919 ibu hamil yang
memeriksakan kehamilanya. Dimana jumlah ibu hamil tahun 2014 sebanyak 497
orang yang menderita Preeklamsia sebanyak 13 orang, dan tahun 2015 jumlah ibu
hamil sebanyak 422 orang yang mengalami Preeklamsia sebanyak 29 orang.
Setelah peneliti melakukan survei di tempat penelitian sebagai data awal di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didapatkan data penderita
Preeklamsia sebanyak 42 orang dari 919 ibu hamil tahun 2014 s.d. 2015.
6
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa persentase faktor risiko ibu
hamil yang mengalami Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna tahun 2014 s.d. 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami
Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d.
2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami
Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna
tahun 2014 s.d. 2015 berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami
Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Raha Kabupaten Muna tahun
2014 s.d. 2015 berdasarkan paritas .
7
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dapat menambah wawasan dan informasi ilmiah dalam ilmu kebidanan
khususnya tentang gambaran karakteristik ibu hamil dengan Preeklamsia serta
sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya dalam
ilmu kebidanan.
2. Praktis
a. Bagi Institusi Kebidanan
Sebagai penambahan informasi untuk mahasiswi jurusan kebidanan dalam
melakukan penelitian kebidan selanjutnya yang berkaitan dengan
Preeklamsia .
b. Bagi Tempat Peneliti
Sebagai sumber informasi dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil
tentang Preeklamsia
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan mata kuliah
metode penelitian.
d. Bagi Ibu Hamil.
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang
Preeklamsia .
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Telaah pustaka
1. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan
perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya,
perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh
perjuangan (Maulana, 2008).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008).
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai
terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan
berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuh
mengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan dan jaminan untuk
tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo,
2000).
8
9
Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang
dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
1) Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC
sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang
terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
a) Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
(1) Perdarahan
(2) Pre-eklampsia/eklampsia
(3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
(4) Hidramnion
(5) Ketuban Pecah Dini
b) Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :
(1) Penyakit Jantung
(2) Tuberculosis
(3) Anemia
(4) Malaria
2. Preeklamsia
Preeklamsia/eklamsia adalah kondisi ibu yang disebabkan oleh
kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan, dengan tanda-tanda oedem
(pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah
tinggi, dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urine dari
10
laboratorium. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam
dibandingkan pada tingkat Preeklamsia berat (Dewi, 2009).
Preeklamsia adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah lahir. Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya
terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu
antepartum, intrapartum, dan pasca persalinan (Prawirohardjo, 2001) (Windi
Sunarti,2013).
a. Klasifikasi Preeklamsia
1) Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada
masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas (Dr. Taufan Nugroho, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 –
6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.
Bila ditemukan tekanan darah tinggi ( ≥ 140/90 mmHg ) pada ibu
hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin
atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis (World Health
Organization, 2013).
11
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umunya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa (Hanifa Wiknjosastro,
2007).
2) Preeklamsia berat/eklamsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
(bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari “Preeklamsia berat” ditambah
dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak
(Windi Sunarti, 2013).
Preeklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda / atau gejalah di bawah ini
ditemukan
a) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110
mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gr, atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada
pemeriksaan kualitatif;
c) Oliguria, air kencing 400 ml, atau kurang dalam 24 jam;
d) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium;
12
e) Edema paru-paru atau sianosis.
b. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab Preeklamsia dan eklamsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima
harus dapat menerangkan hal-hal berikut :
1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganga,
hidramnion, dan mola hidatidosa;
2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan;
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus;
4) Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya;
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma;
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab
Preeklamsia adalah iskemia plasenta. Akan tetepi, dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya
tidak hanya satu faktor melainkan banyak faktor yang menyebabkan
Preeklamsia dan eklamsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering
kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Hanifa
Wiknjosastro, 2007).
13
c. Patofisiologi.
Preeklamsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh
karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari
penderita eklamsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini
dengan biopsies hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-
patologik pada alat-alat itu pada Preeklamsia tidak banyak berbeda dari pada
yang ditemukan pada Preeklamsia . Perlu dikemukakan disini bahwa tidak
ada perubahan hitopatologik yang khas pada Preeklamsia dan eklamsia.
Perdarahan, dan thrombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat
ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali
disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh
darah merupakan faktor penting juga dalam pathogenesis kelainan-kelainan
tersebut.
1) Perubahan anatomi patologik
a) Plasenta
Pada Preeklamsia terdapat spasmus arteriola spiralis desi dua dengan
akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal
sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,
menebalnya dinding pembuluh darah dalam filli karena fibrosis, dan
konfersi mesoderm menjadi jaringan fibotik, dipercepat prosesnya
pada Preeklamsia dan hipertensi.
14
b) Ginjal
Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Dan pada simpai
ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdaran
kecil. Penyelidikan biopsie pada ginjal oleh Altchek dan kawan-
kawanya (1968) menunjukan pada Preeklamsia bahwa kelainan
gomerulus berupa :
(1) Hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler
(2) Kelainan pada tubulus-tubulus Henle
(3) Spasmus pembuluh darah ke glomerulus
c) Hati
Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak
tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur. Pada periksaan
mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi
lobules, disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil terutama
disekitar vena porta.walaupun umumnya lokasi ialah periportal,
namun perubahan tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat lain.
Dalam pada itu rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat
penyakit dan luas perubahan pada hati.
d) Otak
Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri;pada keadaan lanjut dapat ditemukan
perdarahan.
15
e) Retina
Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada
arteriola-arteiola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena
tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat
edema pada diskus optikus dan retina.
f) Paru-paru
Paru-paru menunjukan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan abses paru-paru.
g) Jantung
Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklamsia jantung
biasanya mengalami perubahan degenerative pada miokardium.
Sering ditemukan degenerasi lemak dan cloudy swelling serta
nekrosis dan perdarahan.
h) Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal dapat menunjukan kelainan berupa perdarahan dan
nekrosis dalam berbagai tingkat.
2) Perubahan fisiologi patologik
a) Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pafa hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
terganggu; pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin
sampai kematianya karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus
16
uterus dan kepekaan terhadap rangsangan sering di dapatkan pada
Preeklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
b) Perubahan pada ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke ginjal
menurun,sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus mengurang.
Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan
priteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.
c.) Perubahan pada retina
Pada Preeklamsia tampak retina edema, spasmus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang terlihat perdarahan
atau eksudat.
c) Perubahan pada paru-paru
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita
Preeklamsia dan eklamsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasio kordis kiri.
d) Perubahan pada otak
McCall melaporkan bahwa resistensipembuluh darah dalam otak
pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklamsia.
Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen
pada Preeklamsia tetap dalam batas normal. Pemakaian oksigen oleh
otak hanya menurun pada eklamsia.
17
e) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyertai Preeklamsia dan eklamsia tidak
diketahui sebabnya. Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum dan sering
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
mengurang,viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi
lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian
tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan
keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunya hematokrit
dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit
dan tentang berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan natrium dalam
badan lebih banyak pada penderita Preeklamsia dari pada pada
wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun.
Penderita Preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak
berubah (Sarwono Prawirohardjo, 2007)
d. Gejala Klinik
1) Gejala Klinis Preeklamsia Ringan
a) Hipertensi : sistolik / diastolk 140/90 mmHg
b) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 ( +2 ).
18
c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau
tangan.
d) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda Preeklamsia
berat. (Dr. Ida Ayu Chandranita manuaba, 2007 ).
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, kenaikan tekanan darah
secara mendadak sampai 140/90 mmHg atau lebih, proteinuria sebanyak
0,3 gram/liter dalam air kencing 24 jam (windisunarti, 2013).
2) Gambaran Klinik Preeklamsia Berat
a) Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolic lebih atau
sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun
ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit.
b) Protein uria 5 graam atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3
atau 4.
c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai
dengan kenaikan kreatinin plasma.
d) Gangguan visus dan cerebral.
e) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen.
f) Edema paru, syanosis.
g) Pertumbuhan janin intra uterin terlambat.
h) Adanya HELLP syndrome ( Hemolisis Elevated Liver Function Test
and Low Platelet count ) (Dr. Taufan Nugroho, 2010 ).
19
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif yaiti
nyeri kepara di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin
kabur, dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukan
hiper-refleksia atau mudah terangsang (Dr. Ida Ayu Chandranita
manuaba, 2007 ).
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala Preeklamsia berat (hipertensi,
oedem, dan protein urine) dan kejang atau koma, kadang-kadang disertai
gangguan fungsi organ (windisunarti, 2013).
e. Penanganan Preeklamsia
1) Preeklamsia Ringan
Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium, obat anti hipertensi dan dirawat di
rumah sakit bila ada kecenderungan menjadi eklamsia (windisunarti,
2013).
Pada Preeklamsia ringan, penanganan simtomatis dan berobat jalan
dengan memberikan :
a) Sedative ringan ( Phenobarbital 3x30 mg, valium 3x10 mg )
b) Obat penunjang ( vitamin B kompleks,vitamin C atau vitamin E,zat
besi )
c) Nasehat ( garam dalam makanan dikurangi, lebih banhyak istrahat,
baring kearah punggung janin, segera dating memeriksakan diri, bila
terdapat gejala sakit kepala,mata kabur, edema mendadak, atau berat
badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium,
20
kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang,
pengeluaran urin berkurang )
d) Jadwal periksaan hamil di percepat dan di perketat. Petunjuk untuk
segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita
perlu memerhatikan hal berikut :
(1)Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
(2)Protein dalam urine 1 plus atau lebih
(3)Kenaikan berat badan 1,5 kg, atau lebih dalam seminggu
(4)Edema bertambah dengan mendadak
(5)Terdapat gejala dan keluhan subyektif (Dr. Ida Ayu Chandranita
manuaba 2007).
2) Penanganan Preeklamsia Berat/Eklamsia
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang
dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat (Prawirohardjo, 2008)
(Windisunarti, 2013).
Pengobatan eklamsia dengan perawatan di rumah sakit dilaksanakan
sebagai berikut :
a) Kamar isolasi untuk menghindari rangsangan dari luar (sinar atau
keributan), mengurangi menerima kunjungan, yang merawat
jumlahnya terbatas.
b) Pengobatan medis. Banyak pengobatan yang telah diperkenalkan
untuk dapat menghindari kejang berkelanjutan dan meningkatkan
vitalitas janin dalam kandungan
21
(1) System stroganoff : suntikan 100 mg luminal,1/2 jam kemudian
suntikan 10 cc magnesium sulfat 40 /ₒ IM, selanjutnya tiap 3⁰
jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg, dan 10 cc magnesium
sulfat 40 /ₒ IM⁰
(2) sodium pentothal. Pemberian sodium pentothal dapat
menghilangkan kejang. Dosis awal penthotal antara 200 dan 300
mg, IV perlahan-lahan
(3) magnesium sulfat. Magnesium sulfat mempunyai efek
menurungkan tekanan darah,mengurangi sensitivitas saraf pada
sinapsis meningkatkan dieresis, merusak sirkulasi iskemia
plasenta, sehingga menurungkan gejala klinis eklamsia. Dosis
pemberian larutan MgSO4 40 /ₒ⁰
(4) Intramuscular (8 g daerah gluteal kanan kiri,4 g interval 6 jam)
(5) Intravena (10 cc magnesium sulfat 40 /ₒ intravena perlahan-⁰
lahan, diikuti intramuscular 8 g). syarat pemberian magnesium
sulfat adalah refleks patella masih positif, pernapasan tidak
kurang dari 16 per menit, dieresis minimal 600 cc/24 jam.
Antidotum untuk magnesium sulfat adalah 1 g kalsium klorida
atau glukonas kalsikus.
(6) Diazepam valium. Diazepam atau valium dipergunakan sebagai
pengobatan eklamsia, karena mudah didapat dan murah.dosis
maksimal diazepam adalah 120 mg/24 jam. Metode pemberian
valium : pasang infuse glukosa 5º/ₒ dosis awal diberikan 20
22
mg/intravena. Dosis ikutan dalam glukosa 5º/ₒ 10 sampai 20 mg
dengan 20 tetesan/menit. Observasi yang dilakukan : kesadaran
penderita, keadaan janin dalam rahim, kejang-kejang, dieresis,
tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
(7) Litik koktil. Litik koktil terdiri dari petidin 100 mg,
klorpromazih 100 mg, dan prometazin 50 mg yang dilarutkan
dalam 500 cc glukosa 5º/ₒ diberikan intravena dengan
memerhatikan tekanan darah, nada, dan kejang. Observasi
pengobatan dilakukan setiap 5 menit, karena takanan darah
dapat menurun mendadak.
(a) Pengawasan dalam pengobatan. Observasi dalam
pengobatan eklamsia sangat penting karena sewaktu-waktu
dapat terjadi komplikasi yang memberatkan pemerintah dan
janin dalam kandungan. Observasi tanda vital dilakukan
setiap 30 menit terhadap pernapasan dan ronki basal,suhu,
dan serangan kejang. Dalam keadaan koma : tidur
terlentang, kepala miring kesamping, siapkan pengisap
lendir, dan berikan O2 untuk ibu dan janinnya. Dalam
keadaan serangan kejang : damping pasien agar tidak jatuh,
sediakan spatel lidah,untuk menghindari gigitan lidah,ukur
jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000 cc. nutrisi
pasien koma : glukosa 10 º/ₒ ,menghindari metabolism
lemak dan protein, pemberian asam amino dengan
23
aminofusin, pemberian B kompleks, dan vitamin C. Pada
pengobatan yang berhasil, dijumpai perbaikan dieresis
makin bertambah, tekanan darah menurun, nadi membaik,
kesadaran membaik, kejang berkurang. Pada kegagalan
pengobatan dapat dijumpai gejala kejang lebih dari 12 kali,
suhu meningkat diatas 39ºC, kesadaran makin menurun,
nadi meningkat diatas 100 kali per menit
(b) Tindakan kebidanan. Penderita Preeklamsia berat dan
eklamsia tidak tahan terhadap perdarahan dan trauma
persalinan, sehingga perlu dipikirkan agar persalinan
dengan trauma minimal. Pemilihan persalinan bergantung
pada beberapa faktor paritas penderita, usia anak trkecil,
dan usia pendeerita. Keadaan serviks : pembukaan, arah
serviks, kekakuan serviks. Keadaan janin intrauterine :
ketuban belum pecah, jumlah air ketuban, warna air
ketuban, tanda asfeksia intrauterine. Tempat pertolongan
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas cukup, obat
tersedia, tenaga terlatih dan anastesi (Dr. Ida Ayu
Chandranita manuaba 2007).
3. Karakteristik Ibu Hamil dengan Preeklamsia
Secara umum karakteristik ibu hamil dengan Preeklamsia adalah umur
dan paritas.
24
a. Umur Ibu
Apa pengaruh usia dan fisik wanita pada kehamilan pertama dan
proses persalinan? “Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa
menimbulkan masalah, karena kondisi fisik belum 100% siap. Kehamilan
dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angka kematian ibu dan janin
4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30
tahun,” jelas dr. Seno.
Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari
20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan
janin terhambat. “Bisa jadi secara mental pun si wanita belum siap. Ini
menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya
rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim
pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun
ini,” tambah dr. Seno.
Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap ideal untuk
menjalani kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi fisik
wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan
atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun
siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya
secara hati-hati,” jelas dr. Seno
Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi
“Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan
25
kesehatan wanita yang bersangkutan, termasuk gizinya, dalam keadaan
baik,” ujar dr. Seno
Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan
berisiko tinggi. “Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi
meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan
di atas usia 40 tahun,” ungkap dr. Seno yang juga staf pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi terjadinya pre-
eklamsia (Sarwono, 2006).
1) Faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia .
a) Usia
(1) Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah
hamil pada usia < 20 tahun. Pada usia <20 tahun secara fisik
kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal,
sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian
pada kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta
perkembangan fisik ibu terhambat.
(2) Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas
usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu danfungsi berbagai organ
dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan
reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun
26
terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan(BKKBN,
2007).
Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18
tahun perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia,
hipertensi menuju pre-eklampsiaa/eklamsia, persalinan dengan
berat badan lahir rendah, kehamilan disertai infeksi, penyulit
proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi.
Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan usia
muda adalah kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan
obat dan atau perokok, arti dan manfaat antenatal care yang
kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat menimbulkan
kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat proses
persalinan berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak
yang ingin hidup mandiri mengejar karier sehingga akan
terlambat menikah dan hamil diatas usia 35 tahun. Pengawasan
terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat terjadi
hipertensi karena stres pekerjaan, hipertensi dapat menjadi
pemicu pre-eklampsiaa/eklamsia, diabetes melitus, perdarahan
antepartum, abortus, persalinan premature, kelainan
kongenital, ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim
(Manuaba, 2007) (Asniar, 2015)
27
b) Gravida
Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk
abortus, molahidatidosa, dan kehamolan ektopik yang pernah
dialami oleh seorang ibu (sumarah dkk, 2008). Insiden Preeklamsia
7-12º/ₒ terjadi pada primi gravida, sedangkan untuk multigravida
insiden Preeklamsia 5-8 º/ₒ. Hal ini pada primigravida disebabkan
karena baru pertama kali terpajan vili korealis. Dimana vili korealis
mengandung desi dua yang banyak sel dan apa bila diaktifkan
banyak mengeluarkan zat yang merugikan yang mana zat-zat itu
sebagai mediator untuk memicu cedera sel endotel akibat cedera itu
bisa terjadi Preeklamsia . (Cunningham, 2005).
c) Kehamilan kembar
Kehamilan kembar yaitu suatu kehamilan dimana terdapat
dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan kembar
dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin
(Joseph & nugroho, 2010).
Wanita dengan kehamilan kembar berisiko tinggi
mengalami Preeklamsia . Hal ini biasanya disebabkan ole
peningkatan massa plasenta dan prpoduksi hormone. Oleh karena
itu akan sangat membantu jika ibu dan anggota keluarganya
dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan dengan
Preeklamsia (varnei, 2007).
28
d) Molahidatidosa
Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetis
tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan
plasenta. Perkembangan jaringan plasenta abnormal yang pesat
menyebabkan kadar hormone B-Hcg menjadi sangat tinggi
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yang akan
menimbulkan Preeklamsia (varney, 2007).
e) Social Ekonomi
Social ekonomi merupakan pendapatan keluarga yang dapat
menunjang kebjutuhan hidup keluarga. Social ekonomi
berhubungan dengan kejadian Preeklamsia , dimana dengan
pendapatan rendah mempengaruhi terjadinya Preeklamsia , karena
jika pendapatan rendah seorang ibu tidak menyiapkan makanan
mengandum kalsium sehingga untuk memprpoduksi makanan yang
mengandung kalsium berkurang dan ibu mengalami kekurangan
kalsium yang dapat menyebabkan hipertensi (Winkjosastro, 2007).
f) Riwayat Preeklamsia
Preeklamsia atau sering disebut dengan Toksemia
Gravidarum atau keracunan kehamilan merupakan salah satu
penyebab kematian paling sering pada ibu hamil. Gejala yang dapat
ditemukan pada penderita Preeklamsia yaitu tekanan darah yang
meningkat, pembengkakan pada tungkai dan ditemukanya protein
dalam air seni. Bila keadaan ini tidak diatasi, maka penderita akan
29
jatuh kedalam keadaan eklamsia yang berakibat kejang, suatu
kondisi yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin dalam
kandungan. Ibu dengan riwayat Preeklamsia sebelumnya berisiko
mengalami Preeklamsia pada kehamilan selanjutnya (Winkjosastro,
2007).
g) Diabetes Melitus
Diabetes tejadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup.
Insulin adalah hormone yang yang diproduksi oleh sel beta pulau
langerhans didalam pancreas. Fungsi insulin adalah mengangkut
glukosa kedalam sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk,
yang kemudian diubah menjadi energy. Pada diabetes, tidak terjadi
kekurangan glukosa didalam darah, melainkan glukosa tak dapat
diangkut kedalam sel tanpa persediaan insulin yang cukup.
Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan hiperglikemia.
Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pafa
kehamilan. Untuk diabetes tipe I dan II, dengan control glikemia
yang jarang, peningkatan kadar koten dan glukosa terbukti bersifat
teratogenik sehingga menyebabkan anomaly konginetal, seperti
defek jantung, defek system saraf pusat, sindro menurun kaudal.
Kematian pembuluh darah pafa diabetes tipe I menyebabkan
penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga
meningkatkan infusiensi uteroplasenta, yang mengakibatkan IUGR
30
dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan
hipertensi dan Preeklamsia (Varney, 2007).
b Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah kehamilan
yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil
perkawinan sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu
(Pusdiknakes, 2006). Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
oleh seorang ibu (Nursalam, 2007) (http://bidan-ilfa.blogspot.com)
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak
yang dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh
terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada
ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan.
a) Klasifikasi Paritas
(1) Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
(2) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kali. Wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya
dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia terbaik untuk
31
seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun.
Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun
disebut primigravida tua. Primigravida muda termasuk didalam
kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan
atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada
primigravida muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua.
Dikarenakan pada primigravida muda dianggap kekuatannya
masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan
meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/
eklampsia (Manuaba, 2007)
(3) Multipara
(a) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).
(b) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel
(hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
(c) Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih (Varney,2006).
(4) Grandemultipara
Grande Multipara adalah kondisi dimana seorang ibu pernah
melahirkan lebih dari 4 kali. Grande multipara termasuk dalam
kehamilan dengan risiko tinggi.Ibu hamil dengan risiko tinggi
memiliki bahaya yang lebih besar pada waktukehamilan maupun
persalinan bila di bandingkan dengan ibu hamil normal.
32
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkinsehingga dapat dilakukan tindakan segera.
(a) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5
orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit
dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
(b) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5
orang anak atau lebih (Varney, 2006). (http://dr-
suparyanto.blogspot.com)
Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil
sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress
emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan
peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone
(CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan
peningkatan kotisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan
tubuh untuk berespons terhadap semua stressor dengan
meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang
ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan tekanan darah (Corwin, 2001).
Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi
peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total. Selama
kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.
Pada wanita sehat, peningkatan volume darah
diakomodasikan oleh penurunan responsivitas vaskular
33
terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II.
Hal ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita
dengan pre-eklampsiaa/eklamsia, tidak terjadi penurunan
sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut,
sehingga peningkatan besar volume darah langsung
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin,
2007).
Pada primigravida frekuensi Preeklamsia lebih tinggi
bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda (Sarwono, 2006). (Asniar, 2015)
B. Landasan Teori
1. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang
sudah menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang
bersejarah bagi masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah
hati yang sangat dinantikan. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan
dengan lancar, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada masa
kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Salah
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai
pada wanita hamil, di situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan
tekanan darah pada pemeriksaan ibu hamil. Pengukuran tekanan darah sistolik
34
dan diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.
Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi dari yang paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan
meliputi berbagai organ. Pada penderita penyakit ini dapat terjadi hipovolemia
yaitu kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan
ginjal, gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis, dan
ganggua penglihatan, Juga terjadi gangguan kardiovaskular, gangguan
pernafasan dan yang paling berat yaitu sindroma HELLP (Hemolisis, Elevated
Liver enzyme, Low Platelet count), serta disertai gangguan pada janin mulai
dari fetal distress, terhambat pertumbuhan, prematuritas, hingga kematian
dalam rahim. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih
mendalam mengenai penyakit ini. Terdapat banyak teori yang menjelaskan
kejadian penyakit ini dan hingga kini semua masih dipercaya sebagai
patofisiologi penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta,
teori imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi,
dan teori radikal bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.
2. Preeklamsia
Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia
merupakan salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa
membahayakan ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan
35
komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalega,
2013) (yowanti hadjiko, 2014).
a. Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas
b. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
3. Umur Ibu
Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia. Menurut
Bobak (2006), usia yang rentan terkena preeklamsia adalah usia < 18 atau > 35
tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2006), pada usia < 18 tahun,
keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan
meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan
eklamsia. Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, menurut Rochjati (2003),
rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan eklamsia. Hal
ini menurut Rochjati (2006) disebabkan karena tenjadinya perubahan pada
jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini
menurut Potter (2006), juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat
36
seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat
cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.
4. Paritas
Paritas adalah faktor risiko yangberkaitan dengan timbulnya preeklamsia.
Menurut Wiknjosastro, H. (2007),frekuensinya lebih tinggi terjadi pada
primigravida daripada multigravida. Berdasarkan teori immunologik yang
disampaikan Sudhaberata (2006), hal ini dikarenakan pada kehamilan pertama
terjadi pembentukan “blocking antibodies” terhadap antigen tidak sempurna.
Selain itu menurut Angsar (2008), pada kehamilan pertama terjadi
pembentukan “Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA)” yang berperan
penting dalam modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi
(plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi
preeklamsia.
Umur
Paritas
Pre-eklamsia
37
C. Kerangka Konsep
Gambar 1: kerangka konsep
Keterangan :
= Variable Independent (variable bebas)
= Variable Dependent (variable terikat)
= hubungan
38
D. Rencana Pertanyaan Penelitian
1. Berapa persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015
berdasarkan umur ?
2. Berapa persentase faktor risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015
berdasarkan paritas ?
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui persentase faktor
risiko ibu hamil yang mengalami Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah
Raha Kabupaten Muna tahun 2014 s.d. 2015.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan bulan Agustus 2016 di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami
Preeklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2014 s.d.
2015 sebanyak 42 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena
menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 42 pasien yang mengalami pre-eklampsia.
39
40
D. Identifikasi Variabel Penelitia n
Variabel dalam penelitian terdiri dari variable dependent dan variable
Independent
a. Variable dependent (variable terikat) : Preeklamsia
b. Variable independent (variable bebas) : umur, dan paritas
E. Variabel dan Definisi Operasional
1. 1. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang
yang dapat dilihat melalui medical record, dengan kategori:
a .< 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun
Skala: Ordinal
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup
atau lahir mati dengan kategori :
a. Paritas 0
b. Paritas ≥ 1
F. Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
cheek list dengan mengambil data rekam medic berdasarkan variable yang diteliti.
41
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Editing
Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner
terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan,
bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka
dilakukan pendataan ulang.
b. Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk
mempermudah memasukkan data ke dalam tabel.
c. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan
kesimpulan kemudian data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data
yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi,
kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan kepustakaan yang
ada.
Persentase data diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi
sebagai berikut :
P= fn
x100 %
42
Keterangan :
P : persentase yang dicari
f : jumlah pengamatan
n : jumlah sampel (Notoatmojo, 2010).
H. Rencana Penelitian
Tabel:1 jadwal pelaksanaan proposal dan Karya Tulis Ilmiah tahun 2016
NO Kegiatan Juli AgustusII III IV I II III IV
1 Pengajuan judul
2 Survey awal
3 Penyelesaian dan bimbingan proposal dari Bab I s/d Bab III
4 Seminar Proposal
5 Revisi Proposal
6 Penelitian
7 Peyelesaian dan bimbingan Karya Tulis Ilmiah
8 Seminar Karya Tulis Ilmiah