kti stroke albay

Upload: eko-prayugo-saputro

Post on 03-Jun-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    1/45

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGStroke masih menjadi masalah medis yang menjadi penyebab

    kesakitan dan kematian terbanyak setelah penyakit jantung dan kanker di

    Indonesia. Penyebab stroke adalah pecahnya (ruptur) pembuluh darah di

    otak dan/ atau terjadinya trombosis dan emboli, yang menyebabkan

    pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat/menutup aliran

    darah sehingga mengakibatkan suplai oksigen ke otak terganggu

    (Batticaca,2008:56). Bila otak kekurangan oksigen maka metabolisme

    serebral akan mengalami perubahan dan kematian sel serta kerusakan

    permanen yang terjadi dalam waktu 3-10 menit (Widagdo et.al,2008:87)

    Menurut data World Health Organization (WHO), sebanyak 20,5

    juta jiwa terjangkit stroke pada tahun 2010. Yayasan Stroke Indonesia

    memperkirakan 500.000 penduduk Indonesia terkena serangan stroke

    setiap tahunnya. Di Jawa Timur penderita stroke mencapai 10.696 jiwa

    pada tahun 2012 (Dinkes,2012)

    Stroke hemoragikdisebakan oleh rupturpembuluh darah otak yang

    dapat menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak

    (Muttaqin,2008:235). Darah akan menjadi massa yang menempati ruang

    (Space-occupying mass) sehingga terjadi penekanan pada jaringan otak

    menyebabkan pembuluh darah terhimpit, sehingga aliran darah terganggu

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    2/45

    2

    (Kowalak,2011:335). Saat aliran darah ke otak terganggu, deprivasi

    oksigen jaringan serebral mulai terjadi. Deprivasi selama 1 menit dapat

    menyebabkan gejala reversibel, seperti kehilangan kesadaran. Jika terjadi

    dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya infark cerebral

    yang dapat mengakibatkan kematian (Morton,2013: 1027).

    Untuk mengobati keadaan akut penderita stroke dengan

    penanganan medis yang berguna untuk mengatasi infark serebral yaitu

    berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan, mempertahankan saluran

    nafas yang paten, pemberian oksigenasi yang adekuat, mengontrol tekanan

    darah dengan berusaha memperbaiki hipotensidan hipertensi. Selain itu

    juga bisa dilakukan terapi pembedahan ligasi arteri karotis komunis di

    leher khususnya pada aneurisma (Muttaqin,2008:252). Penatalaksanaan

    lain pada pasien stroke hemoragik meliputi pelaksanaan hemodilusi

    hipervolemik untuk mencegah vasospasme dan pemberian preparat

    penyekat saluran kalsium untuk mencegah kontraksi dinding pembuluh

    darah (Chang.2010:291).

    B.

    RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

    adalah: Bagaimanakah asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

    oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral pada pasien dengan

    Stroke Hemoragik di ruang stroke (Melati) RSUD dr Soebandi tahun

    2014.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    3/45

    3

    C. TUJUAN PENELITIAN1. TUJUAN UMUM

    Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan

    pemenuhan kebutuhan oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan

    serebral pada pasien dengan Stroke Hemoragik di ruang stroke

    (Melati) RSUD dr Soebandi tahun 2014.

    2. TUJUAN KHUSUSa. Mahasiswa mengkaji asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

    oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral pada pasien

    dengan Stroke Hemoragik di ruang stroke (Melati) RSUD dr

    Soebandi tahun 2014.

    b. Mahasiswa merumuskan diagnosaasuhan keperawatan pemenuhankebutuhan oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

    pada pasien dengan Stroke Hemoragik di ruang stroke (Melati)

    RSUD dr Soebandi tahun 2014.

    c. Mahasiswa merencanakan asuhan keperawatan pemenuhankebutuhan oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

    pada pasien dengan Stroke Hemoragik di ruang stroke (Melati)

    RSUD dr Soebandi tahun 2014.

    d. Mahasiswa mengimplementasiasuhan keperawatan pemenuhankebutuhan oksigenasi: ketidakefektifan perfusi jaringan

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    4/45

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    5/45

    5

    2. WawancaraYaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan yang

    didapat secara langsung dari klien (autonamnesa) dan keluaraga

    (alloanamnesa)untuk mendapatkan data subjektif.

    3. Studi dokumentasiYaitu pengumpulakan data yang didapatkan dari buku status kesehatan

    klien yaitu meliputi catatan medic yang berhungan dengan klien.

    4. Studi kepustakaanDilakukan dengan cara penggunaan buku-buku sumber untuk

    mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang

    dihadapi, sehingga dapat membandingakan teori dengan fakta di lahan

    praktik.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    6/45

    6

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KONSEP DASAR MEDISSTROKE HEMORAGIK1. Definisi

    a. Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguanperedaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya

    kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang

    menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008: 56).

    b. Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokalyang akutdan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang

    terjadi secara spontan bukan karena trauma kapitis, disebabkan

    oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler

    otak (Muttaqin, 2008 : 237).

    c. Stroke hemoragik adalah stroke yang karena pecahnyapembuluh darah sehingga mengambat aliran darah yang normal

    dan darah merembes ke dalam bagian otak dan merusaknya

    (Pudiastuti, 2013: 203).

    2. KlasifikasiMenurut Batticaca (2008: 58), stroke hemoragik dibagi menjadi 2

    berdasarkan perdarahan yang terjadi, yaitu:

    6

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    7/45

    7

    a. Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemorrahage).Pecahnya pembuluh darah (microaneurisma) terutama

    karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

    otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan

    menimbulkan edema otak (Muttaqin, 2008: 237).

    b. Perdarahan subarakhnoid (subarachnoid hemorrrhage).Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma barry.

    Aneurisma ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan

    cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak

    (Muttaqin,2008:238).

    3. EtiologiMenurut Muttaqin (2008:236), penyebab stroke hemoragik adalah

    perdarahan otak yang terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.

    Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi adalah:

    a. Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.b. Aneurisma fusiformisdari aterosklerosis.c.

    Aneurisma mikotikdari vaskulitis nekrosedan emboli sepsis.

    d. Malformasi arteriovena, terjadi hubungan persambunganpembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk

    ke vena.

    e. Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkanpenebalan dan degenerasipembuluh darah.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    8/45

    8

    4. PatofisiologiStroke hemoragik disebabkan oleh ruptur pembuluh darah otak

    yang dapat menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak

    (Muttaqin,2008: 235). Darah akan menjadi massa yang menempati

    ruang (Space-occupying mass) sehingga terjadi penekanan pada

    jaringan otak menyebabkan pembuluh darah terhimpit, sehingga aliran

    darah terganggu (Kowalak, 2011: 335). Saat aliran darah ke otak

    terganggu, deprivasioksigen jaringan serebral mulai terjadi. Deprivasi

    selama 1 menit dapat menyebabkan gejala reversibel, seperti

    kehilangan kesadaran. Jika terjadi dalam waktu yang lama akan

    menyebabkan terjadinya infark cerebral(Morton, 2013: 1027). Selain

    kerusakan parenkim otak perdarahan akan mengakibatkan peningkatan

    tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan perfusi

    otak (Muttaqin, 2008: 242). Peningkatan intrakranial yang tidak

    diobati akan mengakibatkan herniasi serebellum. Disamping itu terjadi

    bradikardi, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan

    (Batticaca,2008:57).

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    9/45

    9

    Pathway.

    Stroke hemoragik

    Faktor-faktor resiko

    Perdarahan

    intraserebral

    Ketidakefektifan pola

    nafas

    Herniasi falks serebri

    danforamen magnum

    Hemiplegi dan

    hemiparesis

    RR

    Kerusakan

    komunikasi verbalResiko nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Sirkulasi

    darah ke otak

    Infark serebral, edema

    dan herniasi otak

    Kehilangan kontrol

    volunter

    Disartria, disfasia/afasia,

    apraksia

    Gangguanmobilitas fisik

    Reflek menelan

    Disfungsi bahasa dan

    komunikasi

    Aneurisma, malformasi,

    arteriovenous

    Perembesan darah ke dalam

    parenkim otak

    Penekananjaringan otak

    Kompresi

    batang otak

    Defisit

    neurologis

    Intake

    inadekuat

    Ketidakefektifan perfusi

    jaringan serebral

    Kelemahan fisik

    Resiko kerusakan

    integritas kulit

    Depresi saraf

    pernafasan

    PTIK

    imobilisasi

    Penekanan jaringan kulit

    Penurunan kesadaran

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    10/45

    10

    5. Manifestasi klinisGejala yang timbul tergantung dari jenisstroke hemoragikmenurut

    Batticaca (2008:58) yaitu:

    a. Perdarahan intraserebralGejalanya:

    1) Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.2) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi

    atau marah.

    3) Mual atau muntah pada permulaan serangan.4) Hemiparesis atau hemiplegiterjadi sejak awal serangan.5) Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65%

    terjadi kurang dari 1/2jam2 jam; < 2% terjadi setelah 2 jam-

    19 jam).

    b. PerdarahansubarakhnoidGejalanya:

    1) Nyeri kepala hebat dan mendadak.2) Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.3)

    Ada gejala atau tanda meningeal.

    4) Papiledema terjadi bila pada perdarahan subarakhnoid karenapecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau

    arteri karotis interna.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    11/45

    11

    Gejala klinis pada stroke akut berupa:

    1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)yang timbul mendadak,

    2) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguanhemisensorik),

    3) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium,letargi, stupor, atau koma),

    4) Afasia(tidak lancar atau tidak dapat bicara),5) Disartria (bicara pelo atau cadel),6) Ataksia(tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran),7) Vertigo(mual dan muntah atau nyeri kepala).

    6. Pemeriksaan Penunjang.Menurut Muttaqin (2008:249-250), pemeriksaan diagnostik yang

    diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis klien stroke

    meliputi:

    a. Angiografi serebri.Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

    perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

    sumber perdarahan seperti aneurismaatau malformasi vaskuler.

    b. Lumbal pungsi.Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan

    lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau

    perdarahan pada intrakranial. Hasil pemeriksaan likuoryang merah

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    12/45

    12

    biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan

    perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

    (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

    c. Computer tomography-scan (ST-Scan).Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

    adanya jaringan otak yang infarkatau iskemia, serta posisinya secara

    pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,

    kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan

    otak.

    d.Macnetic Imaging Resonance (MRI).Dengan meggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi

    serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan

    biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infarkakibat dari

    hemoragik.

    e. Ultrasonografi doppler (USG doppler).Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

    sistem karotis).

    f.Elektroensefalogram (EEG)

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

    dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls

    listrik dalam jaringan otak.

    Menurut Batticaca (2008:62), pemeriksaan laboratorium untuk

    stroke meliputi : pemeriksaan darah rutin, gula darah, urin rutin,

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    13/45

    13

    cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimia darah,

    elektrolit.

    7. Penatalaksanan.Menurut Batticaca (2008:662-63), penatalaksanaan untuk stroke

    hemoragik meliputi:

    a. Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan.b. Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di bagian

    bedah saraf.

    c. Penalataksanaan umum dibagian saraf.d. Penatalaksaan khusus pada kasus.

    1) Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage,2) Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid

    hemorrhage,

    3) parenchymatoushemorrhage.e.Neurologis.

    1) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.2)

    Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian

    jaringan.

    f. Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah.1) Antifibrinolitikuntuk meningkatkan mikrosirkulasidosis kecil.

    a) Aminocapricoic acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    14/45

    14

    b) Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosispertama 300.000 IU kemudian 100.000 ATU x 2 perhari

    selama 5-10 hari.

    2) Natrii etamsylate (Dynone)250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.3) Kalsium mengandung obat;Rutinuim, Vicasolum, Ascorbicum.4) Profilaksis Vasospasme.

    a) Calsium-channel antagonist (Nimotop 50ml [10mg per hariIV diberikan 2mg per jam selama 10-14 hari]).

    b) Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20 mg,koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung

    kormobid.

    c) Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri pulmonal,luka tekan, cairan purulen pada luka kornea, kontraksi otot

    dini. Lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan

    cairan dan eletrolit, kontrol terhadap tekanan edema jaringan

    otak dan peningkatan TIK, perawatan klien secara umum,

    dan penatalaksanaan pencegahan komplikasi.

    d)

    Terapi infus, pematauan (monitoring) AGD,

    tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan asam basa,

    osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan biokimia darah.

    e) Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM,perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    15/45

    15

    (dua hari sekaliRheugloma (manitol)15% 200 ml IV diikuti

    oleh 20 mg lasixminimal 10-15 hari kemudian).

    g. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringanotak.

    h. Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20oC.i. Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi

    O2, PO2, PC02).

    j. Pengukuran suhu tiap dua jam.

    B. KONSEP OKSIGENASI: KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSIJARINGAN SEREBRAL

    1. Definisi ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi

    ke jaringan otak/serebral (NANDA,2012:806-807)

    2. Batasan karakteristikMenurut NANDA (2012:806-807), batasan karakteristik dari

    ketidakefeektifan perfusi jaringan serebral adalah:

    Objektif

    a. Perubahan status mental,b. Perubahan perilaku,c. Perubahan respon motorik,d. Perubahan reaksi pupil,e. Kesulitan menelan,

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    16/45

    16

    f. Kelemahan atauparalisis esktremitas,g. Paralisis,h. Ketidaknormalan dalam berbicara.

    3. Faktor yang berhubunganMenurut NANDA (2012:806-807),faktor yang berhubungan dari

    ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah:

    a. Perubahan afinitas hemoglobinterhadap oksigen,b. Penurunan hemoglobindalam darah,c. Keracunan enzim,d. Ganggua pertukaran,e. Hipervolemia,f. Hipoventilasi,g. Hipovolemia,h. Gangguan transpor oksigen melalui alveolidan membran kapiler,i. Gangguan aliran arteri atau vena,

    j. Ketidaksesuaian antara ventilasidan aliran darah.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    17/45

    17

    C. KONSEP ASKEP STROKE HEMORAGIK1. Pengkajian

    a. IdentitasUsia (kebanyakanterjadi pada usia 40-60 tahun, tetapi tidak

    menutup kemungkinan terjadi pada usia muda), jenis kelamin lebih

    banyak menyerang pada laki-laki daripada perempuan (Muttaqin,

    2008: 242).

    b. Keluhan UtamaKeluhan utama klien yang sering menjadi alasan klien untuk

    meminta bantuan kesehatan karena klien mengalami penurunan

    kesadaran (Muttaqin, 2008: 242).

    c. Riwayat Penyakit SekarangSerangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat

    mendadak pada saat klien melakukan aktivitas. Biasanya gejala

    yang terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai

    tidak sadar. Sesuai perkembangan penyakit dapat terjadi letargi,

    tidak responsif, dan koma (Muttaqin, 2008: 243).

    d.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

    diabetes mellitus, penyakit jantung, gagal ginjal, anemia, riwayat

    trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, peggunaan obat-obat

    antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan

    kegemukan (Muttaqin, 2008: 243).

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    18/45

    18

    e. Riwayat Penyakit KeluargaBiasanya ada keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau

    adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2008:

    243).

    2. PemeriksaanFisikMenurut Muttaqin (2008:244), pemeriksaan fisik pada klien

    dengan Stroke Hemoragikmeliputi pemeriksaan fisik umum per sistem

    dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1

    (Breathing), B2(Blood), B3(Brain), B4(Ballder), B5(Bowel), dan

    B6(Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B3 (Brain).

    a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital.Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Suara bicara

    kadang mengalami gangguan, yaitu sukar dimengerti, kadang tidak

    bisa bicara, dan tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut

    nadi bervariasi (Muttaqin, 2008: 244).

    b. B1 (breathing)Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi

    sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan

    frekuensi pernafasan. Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti

    ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan

    kemampuan batuk menurun yang sering didapatkan pada klien

    stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    19/45

    19

    Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada

    pegkajian inspeksi pernafasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks

    didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi

    tidak didapatkan bunyi nafas tambahan (Muttaqin, 2008: 244).

    c. B2 (Blood)Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan

    (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien stroke. TD

    biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi

    masifTD >200 mmHg (Muttaqin, 2008: 244).

    d. B3 (Brain)Stroke menyebabkan berbagai defisit neurolgisbergantung pada

    lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran

    darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak

    tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 merupakan

    pemeriksaan terfokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian

    pada sistem lainnya (Muttaqin, 2008: 244).

    1) Tingkat kesadaranKualitas kesadaran klien merupakanparameteryang paling

    mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian.

    Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah

    indikator paling sensitif untuk mendeteksi disfungsi sistem

    persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat

    peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    20/45

    20

    Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien biasanya

    bekisar pada tingkat letargi, stupor, dansemikomatosa. Apabila

    klien sudah mengalami koma maka pengkajian GCS sangat

    penting untuk menilai tingkat kesadran klien dan bahan

    evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan (Muttaqin, 2008:

    245).

    2) Fungsiserebria) Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah

    lakunya, nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah,

    dan aktivitas motorikdi mana pada klien stroke tahap lanjut

    biasanya status mental klien mengalami perubahan.

    b) Fungsi intelektual: didapatkan penurunan dalam ingatandan memori baik jangka pendek mapun jangka panjang.

    Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada

    beberapa kasus klien mengalami kerusakan otak, yaitu

    kerusakan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang

    tidak begitu nyata.

    c)

    Kemampuan bahasa: penurunan kemampuan bahasa

    tergantung dari daerah lesi yang mempengaruhi fungsi dari

    serebri. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada

    bagian posterior dari girus temporalis superior (area

    Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak

    dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    21/45

    21

    Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis

    inferior (area Broca) didapatka disfagia ekspresif di mana

    klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan

    tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan

    berbicara) ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti

    yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab

    untuk menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan

    untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)

    seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha

    untuk menyisir rambutnya.

    d) Lobus frontal: kerusakan fungsi kognitifdan efek psikologisdidapatkan bila kerusakan lebih terjadi pada lobus frontal

    kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang

    lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan

    dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam

    pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan

    klien ini menghadapi masalah frustasi dalam program

    rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin

    diperberat oleh respons alamiah klien terhadap penyakit

    katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi

    dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan,

    frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    22/45

    22

    e) Hemisfer: stroke hemisferkanan menyebabkan hemiparesesebelah kiri tubuh, penilaian buruk, dan mempunyai

    kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan

    terjatuh pada sisi yang berlawanan tersebut. Stroke pada

    hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku

    lambat dan sangat hati-hati, kelainan lapang pandang

    sebelah kanan, disfagia global, afasia, dan mudah frustasi

    (Muttaqin, 2008: 245).

    3) Pemeriksaan saraf kranial.a) Saraf I (olfaktorius).

    Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada

    fungsi penciuman.

    b) Saraf II (optikus).Disfungsi presepsi visual karena gangguan pada

    jaraksensorik primerdi antara mata dan korteks visual.

    Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan

    hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial)

    sering terlihat pada klien dengan hemiplegiakiri. Klien

    mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan

    karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke

    bagian tubuhnya.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    23/45

    23

    c) Saraf III, IV, VI (okulomotorius, troklearis, abdusen).Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis sesisi

    otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan

    gerakan konjugat unilateraldi sisi yang sakit.

    d) Saraf V (trigeminus).Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan

    paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan

    kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.

    Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan

    kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus dan

    eksternus.

    e) Saraf VII (fasialis).Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah

    asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

    f) Saraf VIII (auditorius/vestibulokoklearis).Tidak ditemukannya tuli konduktifdan tulipersepsi.

    g) Saraf IX (glosofaringeus) dan X (vagus).Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran

    membuka mulut.

    h) Saraf XI (assesorius).Tidak ada atrofi otot sternocleidomastoideus dan

    trapezius.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    24/45

    24

    i) Saraf XII (hipoglosus).Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan

    fasikulasi. Indra pengecap normal (Muttaqin, 2008:

    246).

    4) Sistem motorik.Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan

    mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap

    gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas,

    gangguan kontrol motor volunterpada salah satu sisi tubuh

    dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motoratas pada

    sisi yang berlawanan dari otak (Muttaqin, 2008: 247).

    a) Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia (paralisis padasalah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang

    berlawanan.Hemiparesisatau kelemahan salah satu sisi

    tubuh adalah tanda yang lain.

    b) Fasikulasididapatkan pada otot-otot ekstremitas.c) Tonusotot didapatkan meningkat.d)

    Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan

    nilai kekuatan otot pada sisi yang sakit didapatkan nilai

    0.

    e) Keseimbangan dan koordinasi, mengalami gangguankarenahemiparesedan hemiplegia.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    25/45

    25

    f) Pemeriksaan reflek dalam, pengetukan pada tendon,ligamentum, atau periosteumderajat reflek pada respon

    normal.

    g) Pemeriksaan reflek patologis, pada fase akut reflekfisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah

    beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali

    didahului denganpatologis(Muttaqin, 2008: 247).

    5) Gerakan ivolunterTidak ditemukannya adanya tremor, Tic (kontraksi saraf

    berulang), dan distonia. Pada keadaan tertentu, klien biasanya

    menglami kejang umum, terutama pada anak dengan stroke

    disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang

    berhubungan dengan sekunder akibat area fokal kortikal yang

    peka (Muttaqin, 2008: 247).

    6) Sistem sensorikDapat terjadi hemihipestesi persepsi adalah

    ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi.

    Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik

    primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan

    visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek

    dalam area spasial) sering terlihat pada klien dengan

    hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    26/45

    26

    tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan

    pakaian ke bagian tubuhnya.

    Kehilangan sensorik akibat stroke dapat berupa kerusakan

    sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan

    proprioseptif (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan

    bagian tubuh) serta kesuliatan dalam menginterprestasikan

    stimuli, taktil, danauditorius(Muttaqin, 2008: 247-248).

    e. B4 (bladder).Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensiaurine

    sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan

    kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal

    karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang

    kontrol sfingter urinarius eksternalhilang dan berkurang. Selama

    periode ini, dilakukan kateterisasi intermitendengan teknik steril.

    Inkontinesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan

    neurologis yang luas (Muttaqin, 2008: 248).

    f.

    B5 (bowel).

    Didapatkan adanyya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

    menurun, mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah

    dihubungkan dengan peingkatan produksi asam lambung sehingga

    menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defikasi

    biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    27/45

    27

    Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan

    neurologis yang luas (Muttaqin, 2008: 248).

    g. B6 (bone).Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan

    kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena

    neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunterpada

    salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron

    motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor

    yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu

    sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesisatau

    kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Pada kulit,

    jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

    kekurangan cairan maka turgorkulit akan jelek disamping itu perlu

    juga diikaji adanya tanda-tanda decubitus, terutama pada daerah

    yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas

    fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,

    kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah

    menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Muttaqin,

    2008: 248).

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    28/45

    28

    3. Pemeriksaan Penunjang.Menurut Muttaqin (2008:249-250), pemeriksaan diagnostik yang

    diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis klien stroke

    meliputi:

    a. Angiografi serebri.Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

    sseperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk

    mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi

    vaskuler.

    b. Lumbal pungsi.Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan

    lumbal menujukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau

    perdarahan pada intrakranial. Hasil pemeriksaan likuoryang merah

    biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan

    perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

    (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

    c. Computer tomography-scan (ST-Scan).Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

    adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya

    secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens

    fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke

    permukaan otak.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    29/45

    29

    d. Macnetic Imaging Resonance (MRI).Dengan meggunakan gelombang magnetik untuk menentukan

    posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil

    pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan

    infarkakibat dari hemoragik.

    e. Ultrasonografi doppler (USG doppler).Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

    sistem karotis).

    f. Elektroensefalogram (EEG)Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

    dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls

    listrik dalam jaringan otak.

    Menurut Batticaca (2008:62), pemeriksaan laboratorium untuk stroke

    meliputi : pemeriksaan darah rutin,gula darah, urin rutin, cairan

    serebrospinal, analisa gas darah (AGD), biokimiadarah, elektrolit.

    4. Penatalaksanan.Menurut Batticaca (2008:662-63), penatalaksanaan untuk stroke

    hemoragik meliputi:

    a. Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan.b. Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawatdi bagian

    bedah saraf.

    c. Penalataksanaan umum dibagian saraf.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    30/45

    30

    d. Penatalaksaan khusus pada kasus.1) Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage,2) Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid

    hemorrhage,

    3) parenchymatous hemorrhage.e. Neurologis.

    1) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.2) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian

    jaringan.

    3) Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah.4) Antifibrinolitikuntuk meningkatkan mikrosirkulasidosis kecil.

    a) Aminocapricoic acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik2kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari.

    b) Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosispertama 300.000 IU kemudian 100.000 ATU x 2 perhari

    selama 5-10 hari.

    5) Natrii etamsylate (Dynone)250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.6)

    Kalsium mengandung obat;Rutinuim, Vicasolum, Ascorbicum.

    7) Profilaksis Vasospasme.a) Calsium-channel antagonist (Nimotop 50ml [10mg per

    hari IV diberikan 2mg per jam selama 10-14 hari]).

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    31/45

    31

    b) Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20 mg,koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung

    kormobid.

    c) Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri pulmonal,luka tekan, cairanpurulenpada luka kornea, kontraksi otot

    dini. Lakukan perawatan respirasi, jantung,

    penatalaksanaan cairan dan eletrolit, kontrol terhadap

    tekanan edema jaringan otak dan peningkatan TIK,

    perawatan klien secara umum, dan penatalaksanaan

    pencegahan komplikasi.

    d) Terapi infus, pematauan (monitoring) AGD,tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan asam

    basa, osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan biokimia

    darah.

    e) Berikan dexason8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM,perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik

    diuretik(dua hari sekaliRheugloma (manitol)15% 200 ml

    IV diikuti oleh 20 mg lasixminimal 10-15 hari kemudian).

    f) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematianjaringan otak.

    g) Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20oC.h) Pemantauan (monitoring) keadaan umum klien (EKG,

    nadi, saturasi O2, PO2, PC02).

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    32/45

    32

    i) Pengukuran suhu tiap dua jam.

    5. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul, yaitu :

    a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungandengan perdarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan

    edema serebri.

    b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresipernafasan.

    c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, kelemahan neuromuskularpada ekstremitas.

    d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpeurunan reflek menelan.

    e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baringyang lama

    f. Kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengankerusakan padaarea bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau

    oral, dan kelemahan secara umum.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    33/45

    33

    6. Intervensi Keperawatana. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan

    dengan perdarahan intra serebri, oklusi otak, vasospasme, dan

    edema serebri (Muttaqin,2008:253).

    Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

    diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

    Kriteria hasil :

    1) Klien tidak gelisah2) Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang3) GCS 4-5-6, pupil isokor, reflek cahaya (+)4) Tanda-tanda vital normalIntervensi

    Mandiri

    1) Baringkan klien (tirah baring) total dengan posisi tidurterlentang kepala ditinggikan 15-30o(head up).

    Rasional: perubahan pada TIK dapat menyebabkan resiko

    herniasi otak

    2)

    Evaluasi perubahan pupil (dengan ukuran normal 4-5mm)

    Rasional: reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata

    merupakan tandadari gangguan saraf jika batang otak terkoyak.

    Keseimbangan saraf antara simpatis dan parasimpatis

    merupakan respon reflek saraf kranial.

    3) Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    34/45

    34

    Rasional: penurunan GCS mengindikasikan kerusakan otak

    lebih lanjut.

    4) Monitor tanda-tanda vital, serta hati-hati dengan hipertensisistolik

    Rasional: pada keadaan normal, otoregulasi mempertahankan

    keadaan TD sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan

    otoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler serebri yang

    dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti

    penurunan tekanan diastolik.

    5) Monitor asupan dan keluaran cairan.Rasional: hipertemi dapat meningkatkan IWL dan

    meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada klien yang tidak

    sadar, mual yang menurunkan asuan peroral.

    6) Anjurkan klien untuk mengeluarkan nafas apabila bergerakatau berbalik di tempat tidur

    Rasional: Mengeluarkan nafas sewaktu bergerak dapat

    melindungi dari efek valsava.

    7)

    Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan.

    Rasional: batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan

    potensial terjadi perdarahan ulang.

    8) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan batasipengunjung.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    35/45

    35

    Rasional: rangsangan aktivitas dapat meningkatkan Tik.

    Istirahat total dan ketenangan diperlukan untuk pencegahan

    terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik lainnya.

    Kolaborasi

    1) Kolaborasi pemberian O210 lpmRasional: tujuan utama adalah mengurangi hipoksia. Hipoksia

    yang berat dapat mengakibatkan koma, aritmia kordis dan

    hipotensi. Perlu segera dikoreksi untuk menghindari kerusakan

    otak yang irreversible atau kematian.

    2) Berikan terapi sesuai instruksi dokter sepertiOsmotik diuretik yang dikombinasikan denga adrenergik

    blocker contohnya manitol 15 200ml IV diikuti dengan lasix

    minimal selama 10-15 hari kemudian.

    Rasional: untuk kontrol tekanan darahdan membantu

    mengurangi TIK. Digunakan pada fase akut untuk mengalirkan

    air dari sel otak dan mengurangi edema serebraldan TIK.

    3) Kolaborasi tindakan operatifdengan dokter seperti craniotomyatau endokterostomy karotisdan dekompresi hematom.

    Rasional: digunakan untuk perdarahan cortical atau

    lobarsuperfisial, perdrahan serebellumdengan diameter lebih

    dari 3cm atau yang menyebabkan kompresi batang otak.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    36/45

    36

    b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresipernafasan.

    Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

    diharakan pola nafas kembali efektif.

    Kriteria hasil:

    1) Klien tidak sesak.2) RR 16-24 x/menit.

    Intervensi

    1) Airway manajemen : buka jalan nafas, posisikan klien dengankepala lebih tinggi 15-30o.

    Rasional: mempermudah proses respirasi.

    2) Evaluasi pergerakan dadaRasional: pergerakan dada yang simetris dengan suara nafas

    yang keluar menandakan jalan nafas tidak terganggu.

    3) Observasi tanda-tanda vital klien tiap 4 jam sekaliRasional: pemantauan secara teratur dapat mengetahui

    perkembangan kondisi klien lebih dini.

    4)

    Kolaborasi dalam pemberian oksigen

    Rasional: memberikan pemenuhan oksigen yang adekuat.

    5) Pemeriksaan AGDRasional: penurunan kadar O2 (PO2) dan/atau saturasi dan

    peningkatan PCO2 menunjukkan kebutuhan untuk

    intervensi/perubahan program terapi

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    37/45

    37

    c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, kelemahan neuro muskular pada ekstremitas

    Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

    diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai

    dengan kemampuannya.

    Kriteria Hasil :

    1) Tidak terjadi kontraktur sendi2) Meningkatkan kekuatan otot3) klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

    Intervensi :

    Mandiri

    1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peingkatankerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.

    Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam

    melakukan aktivitas.

    2) Ubah posisi klien tiap 2 jam.Rasional: menurunkan resiko terjadinya iskemiajaringan kibat

    sirkulasi darah yang tidak lancar karena penekanan daerah

    tubuh.

    3) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif padaekstremitas yang tidak sakit

    Rasional: gerak aktif memberi massa, tonus dan kekuatan otot

    serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    38/45

    38

    4) Lakukan gerak pasif pada daerah ekstremitas yang sakit.Rasional: otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya

    bila tidak dilatih untuk digerakkan.

    5) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuaitoleransi.

    Rasional: untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai

    kemampuan.

    6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.Rasional: peingkatan kemampuan dalam mobilisasi

    ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim

    fisioterapis.

    d. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpenurunan reflek menelan.

    Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    diharapkan intake nutrisi klien terpenuhi

    Kriteria Hasil :

    1)

    Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula

    kurang menjadi adekuat,

    2) Saat perawatan klien menghabiskan porsi diit yang sudahdisediakan

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    39/45

    39

    Intervensi :

    1) Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritasmukosa oral.Rasional: Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk

    menetapkan pilihan intervensi yang tepat2) Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik

    (sekali seminggu)Rasional; Berguna dalam mengukur keefektifan intake gizi dan

    dukungan cairan.3) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah

    makan serta sebelum dan sesudah intervensi/emeriksaan oral. Rasional: Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa

    sputum atau obat pada pengobatan yang dapat merangsang

    pusat muntah.4) Berikan diit TKTP dalam porsi kecil tapi sering

    Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan energi yang besar

    serta menurunkan iritasi saluran cerna

    5)

    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat

    Rasional: Merencanakan diit dengan kandungan gizi yang

    cukup untuk memnuhi kebutuhan energi dan kalori sesuai

    dengan status hipermetabolikklien

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    40/45

    40

    e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baringyang lama.

    Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

    diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

    Kriteria hasil :

    1) Klien mau beradaptasi dengan pencegahan luka.2) Mengetahui penyebab dan penceghan luka3) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau lukaIntervensi

    1) Ajarkan untuk melakuakan latiha ROM dan mobilisasi jikamungkin

    Rasional: meningkatkan aliran darah ke semua daerah.

    2) Ubah posisi tiap 2 jam.Rasional: menghindari tekanan dan meningkat kan aliran

    darah.

    3) Gunakan pengganjal lunak pada daerah yang menonjolRasional: menghindari tekanan yang berlebih pada daerah

    yang menonjol.

    4) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang barutertekan pada saat beruubah posisi.

    Rasional: menghindari kerusakan kapiler.

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    41/45

    41

    5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi areasekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap

    megubah posisi

    Rasional: hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan

    jaringan.

    6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,panas terhadap kulit.

    Rasional: mempertahankan keutuhan kulit.

    f. Kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengankerusakan padaarea bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau

    oral, dan kelemahan secara umum.

    Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam

    diharapkan klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah

    komunikasi, mampu mengekspresikan perasaanya.

    Kriteria hasil:

    1) Terciptanya komunikasi di mana kebutuhan klien dapatterpenuhi

    2)

    Klien mampu merespon komunikasi secara verbal atau isyarat

    Intervensi

    1) Kaji masalah disfungsi misalnya, afasiaRasional : dapat menentukan intervensi sesuai tipe gangguan.

    2) Lakukan percakapan yang baik dan lengkap, beri kesempatanklien untuk mengklarifikasi

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    42/45

    42

    Rasional: dengan melengkapi dapat merealisasikan pengertian

    klien dan dapat membantu dalam mengklarifikasi.

    3) Ucapkan langsung kepada klien dengan berbicara tenang danpelan, gunakan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak

    dan perhatikan respon klien

    Rasional: mengurangi kebingungan dalam komunikasi,

    memajukan stimulasi komunikasi.

    4) Berbicara dengan nada yang normal dan tidak terlalu cepat.Rasional: klien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak

    menyebabkan klien marah, atau menyebabkan rasa frustasi.

    5) Anjurkan keluarga untuk berkomunikasiRasional: menurunkan isolasi sosial dan meningkatkan

    komunikasi

    6) Bicarakan tentang keluarga, hobi atau pekerjaanRasional: meningkatkan pengertian percakapan dan

    kesempatan untuk mempraktikkan praktis dalam komunikasi

    7) Kolaborasi dengan ahli terapi bicaraRasional: mengkaji kemampuan verbal dan sensorik motorik

    dan fungsi kognitif untuk mengidentifikasi defisit dan

    kebutuhan terapi

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    43/45

    43

    7. ImplementasiImplementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah

    ditetapkan baik secara mandiri ataupun kolaborasi yang ditujukan

    untuk mengembalikan perfusi cerebral (Muttaqin, 2008: 256).

    8. EvaluasiMenurut Muttaqin (2008: 256) Berdasarkan implementasi yang

    dilakukan, maka evaluasi yang diharapkan untuk klien dengan

    ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah

    S : Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, mual dan muntah.

    O :

    1) Klien tidak gelisah2) Klien tidak kejang3) GCS 4-5-64) Pupil ishokor, reflek cahaya positif5) Tanda tanda vital dalam batas normal (TD

  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    44/45

    44

    DAFTAR PUSTAKA

    Chang, Esther dkk. (2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik

    Keperawatan, Jakarta: EGC

    Depkes. 2012. 15 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

    http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/15_jatim.pdf. diunduh

    tanggal 11 mei 2014, jam 18.00 WIB.

    Herdman,T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan

    Klasifikasi 2012-2014, Jakarta. EGC

    Kowalak et.al.(2011).Buku Ajar Patofisiologi, Jakarta: EGC

    Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia,Jakarta: Salemba Medika

    Morton, Patricia G., (2013). Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC

    Muttaqin, Arif.(2008).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Sistem Persarafan, Jakarta: Salemba Medika

    Nugroho,Taufan.(2011).Asuhan Keperawatan Meternitas, Anak, Bedah,

    Dan Penyakit Dalam,Yogyakarta: Nuha Medika

    Pudiastuti, Ratna D., (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan, Yogyakarta:

    Nuha Medika

    Rendy, M. Clevo. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

    Penyakit Dalam, Yogyakarta: Nuha Medika

    http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/15_jatim.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/kunker/15_jatim.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/kunker/15_jatim.pdf
  • 8/12/2019 Kti Stroke Albay

    45/45

    45

    Sutanto. (2010). Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,

    Kolestrol, dan Diabetes, Yogyakarta: ANDI

    Widagdo, Wahyu et.al. 2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

    Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta: TIM

    Wilkinson, J.M. & Ahern, A.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan

    edisi 9, Jakarta: EGC