kti

36
PROPOSAL PENELITIAN Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011 Oleh : CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU 080100208 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: siregar-yasser

Post on 30-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bbbbbbbbbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Kti

PROPOSAL PENELITIAN

Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah,

Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu

Tahun 2011

Oleh :

CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU

080100208

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 2: Kti

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul :

Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung

Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011

Yang dipersiapkan oleh:

CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU

080100208

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan Penelitian.

Medan, 9 Mei 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. M. Syahputra, M.Kes)

Page 3: Kti

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan.....................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1......................................................................................................... Latar Belakang.........................................................................................

1.2......................................................................................................... Rumusan Masalah...........................................................................

1.3......................................................................................................... Tujuan Penelitian........................................................................................

1.4......................................................................................................... Manfaat Penelitian........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

2.1......................................................................................................... Yodium........................................................................................................

2.1.1. Definisi Yodium...........................................................2.1.2. Metabolisme Yodium...................................................2.1.3. Identifikasi Yodium......................................................2.1.4. Peranan Yodium...........................................................2.1.5. Sumber Yodium............................................................2.1.6. Kebutuhan Yodium.......................................................

2.2......................................................................................................... Garam Dapur..............................................................................................

2.2.1. Definisi Garam Dapur...................................................2.2.2. Penilaian Kualitas Garam Dapur..................................2.2.3. Komposisi Garam Dapur..............................................2.2.4. Konsumsi Garam Dapur...............................................2.2.5. Sifat Garam Dapur........................................................

2.3......................................................................................................... Defisiensi Yodium........................................................................................

2.3.1. Definisi Defisiensi Yodium..........................................2.3.2. Akibat dari Defisiensi Yodium.....................................

Page 4: Kti

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.........

3.1......................................................................................................... Kerangka Konsep Penelitian...........................................................

3.2......................................................................................................... Definisi Operasional.....................................................................................

BAB 4 METODE PENELITIAN..................................................................

4.1......................................................................................................... Rancangan Penelitian......................................................................

4.2......................................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................

4.3......................................................................................................... Populasi dan Sampel Penelitian.....................................................................

4.4......................................................................................................... Metode Pengumpulan Data..........................................................................

4.5......................................................................................................... Metode Analisis Data...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

Page 5: Kti

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih

dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada

setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai lansia. Defisiensi yodium

sebelumnya dikenal dengan istilah Gondok (pembesaran kelenjar thyroid) yang

merupakan salah satu gejala timbul akibat kekurangan gizi tersebut. Akibat defisiensi

yodium saat ini diketahui tidak hanya pembesaran kelenjar thyroid, tetapi

berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia mulai dari keguguran, lahir mati,

cacat bawaan, kretin, hipotiroid hingga tumbuh kembang termasuk perkembangan

otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence

Quotient=IQ). Karena luasnya akibat dari defisiensi ini, defisiensi yodium kemudian

dikenal dengan istilah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). (Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Page 6: Kti

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala

yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur yodium secara terus – menerus

dalam jangka waktu lama. Ini terjadi akibat masih rendahnya cakupan konsumsi

garam beryodium di masyarakat dan belum optimalnya pergerakan masyarakat dan

kampanye dalam mengkonsumsi garam beryodium, serta dukungan regulasi yang

belum memadai. Di samping itu masalah lain belum rutinnya pelaksanaan

pemantauan garam beryodium di masyarakat secara terus – menerus. (Departemen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Sampai saat ini masalah gangguan akibat kekurangan yodium terdapat luas di

seluruh dunia termasuk Indonesia, dan penganggulangannya merupakan salah satu

prioritas utama program WHO. Dari laporan WHO tahun 1990, di negara sedang

berkembang hampir 1 miliar penduduk mempunyai risiko mengalami gangguan

akibat kekurangan yodium, di antaranya dua ratus juta mengalami gondok, lima juta

lebih mengalami kretin dengan keterlambaran mental dan lima belas juta mengalami

gangguan mental yang lebih besar. (Almatsier, Sunita, 2009).

GAKY sesungguhnya bukan penyakit yang tidak dapat dicegah. Sejak tahun

1986 Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional (International Council for Control

of Iodine Deficiency Disorders), bekerja sama dengan WHO dan UNICEF, telah

merancang program umum dalam rangka melenyapkan GAKY pada tahun 2000.

Tujuan rencana ini adalah merancang program pengawasan GAKY yang efektif.

Kegiatannya mencakup kegiatan pada tingkat nasional, regional dan global.

(Arisman, 2004).

Penanggulangan masalah GAKY akan lebih efektif dan efisien apabila disertai

pula dengan upaya untuk menghasilkan produk garam beryodium yang bermutu yang

sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia oleh para pengusaha industri

garam. Sesuai SNI nomor 01-3556-2000, garam beryodium adalah garam konsumsi

Page 7: Kti

yang mengandung komponen utama NaCl 94,7%, air maksimal 5% dan Kalium Iodat

(KIO3) mineral 30 ppm, serta senyawa – senyawa lain sesuai persyaratan yang

ditentukan. (Lindawati, 2006).

Di Indonesia terutama di daerah pedalaman dan pegunungan masih banyak

masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium. Padahal

yodium sangat penting untuk kebutuhan tubuh manusia. Syarat garam beryodium

yang dapat memberikan manfaat pada konsumen adalah yang mengandung yodium

sebanyak >30 ppm, akan tetapi masih banyak beredar garam beryodium <30 ppm.

Maka untuk itu perlu dilakukan pemantauan di masyarakat tentang penggunaan

garam yang dikonsumsi. (Lindawati, 2006).

Hal – hal penting seperti pengemasan, pengangkutan, penyimpanan,

kehilangan yodium sewaktu memasak yang berperan terhadap kehilangan yodium,

kebiasaan makan berhubungan dengan asupan garam, dan cara memasak perlu

diperhitungkan. Kehilangan yodium dapat disebabkan oleh jenis makanan, jenis

bahan dan air pada waktu memasak. (Lindawati, 2006).

Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beryodium terendah adalah

Nusa Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat

(34,2%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Kep. Bangka Belitung

(98,7%), Jambi (94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%). Sementara itu untuk provinsi

Sumatera Utara persentasenya sebesar 89,9%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Kecamatan Pancur Batu masih merupakan daerah yang mengalami

keterbatasan akses garam beryodium. Ini dibuktikan dari hasil survey gangguan

akibat kekurangan yodium oleh Dinas Kesehatan Deli Serdang yang menunjukkan

kecamatan Pancur Batu merupakan daerah endemik sedang. (Dinas Kesehatan Deli

Serdang, 1998).

Page 8: Kti

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskanlah

masalah sebagai berikut :

Apakah kandungan yodium pada garam dapur di warung dan pasar tradisional di

Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu tahun 2011

sudah memenuhi standar?

I.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan

yodium pada garam dapur di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa

Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar yodium pada garam yang beredar di warung dan

pasar tradisional sesuai standar atau tidak.

2. Untuk mengetahui bentuk garam yang banyak dikonsumsi masyarakat di

daerah Pancur Batu.

3. Untuk mengetahui jenis kemasan garam yang beredar di warung dan pasar

tradisional di daerah Pancur Batu.

4. Untuk mengetahui standar isi kemasan garam yang beredar di warung dan

pasar tradisional di daerah Pancur Batu.

Page 9: Kti

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kandungan

yodium pada garam dapur terutama di daerah Pancur Batu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Yodium

2.1.1 Definisi Yodium

Yodium ada di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, yaitu sebanyak

kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15 – 23 mg. Sekitar 75% dari yodium

ini ada di dalam kelenjar thyroid, yang digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin,

tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon – hormon ini diperlukan untuk

pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia. Sisa

yodium ada di dalam jaringan lain, terutama di dalam kelenjar – kelenjar ludah,

payudara, lambung serta di dalam ginjal. Di dalam darah, yodium terdapat dalam

bentuk yodium bebas atau terikat dengan protein (Protein-Bound Iodine/PBI).

(Almatsier, Sunita, 2009).

2.1.2 Metabolisme Yodium

Page 10: Kti

Di dalam tubuh, yodium terdapat dalam beberapa bentuk Iodida, Iodin, Mono

Iodo Tironin (MIT), Di Iodo Tironin (DIT), Tri Iodo Tironin (T3) dan Tetra Iodo

Tironin (T4) atau tiroksin. Di dalam kelenjar tiroid, yodium berupa I2, MIT, DIT, T3,

T4, tiroksin – polipeptida dan tiroglobulin (glukoprotein yang mengandung asam

amino-yodium, merupakan tempat penyimpanan T4 dan sekitar 90% yodium berada

di kelenjar). Sementara itu di dalam darah, yodium berbentuk I2, T3, T4 (dimana T3

dan T4 berikatan dengan protein plasma dan hanya 0,5% yang bebas). Yodium dalam

makanan berupa Iodida, Iodine dan kompleks yodium yang akan diubah menjadi

iodida sebelum diserap oleh usus halus. Setelah diabsorpsi, iodida akan masuk ke

aliran darah dan diserap oleh kelenjar tiroid sebanyak 1/3 dan sisanya diekskresikan

melalui ginjal, pernafasan dan feses. (Almatsier, Sunita, 2009).

Penyerapan Iodida oleh kelenjar tiroid melalui suatu sistem transportasi aktif,

yaitu suatu sistem penyerapan yang membutuhkan energi dan disebut ‘iodine pump’.

Proses penyerapan ini diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Yodium

yang terdapat di kelenjat tiroid kemudian dilepas di koloid yang terdapat di antara sel

– sel tiroid dan dioksidasi oleh hidrogen peroxidase yang berasal dari thyroid

peroxidase system. Kemudian bergabung dengan tyrosin dalam tyroglobulin dan

membentuk MIT dan DIT. Thyroglobulin dan asam amino yang mengikat yodium

akan diserap sel tiroid melalui proses yang disebut ‘pinocytosis’. Enzim proteolitik

akan melepaskan T4 dan T3 ke darah, sedangkan iodotirosin yang tidak terpakai akan

dikembalikan ke thyroglobulin. (Almatsier, Sunita, 2009).

Pengaturan hormon tiroid (tiroksin) melibatkan tiroid, pituitary, otak dan

jaringan periperal. Sekresi tiroksin diatur oleh TSH (glukoprotein dengan

BM=28.000 dengan 2 subunit. Subunit X struktur sama dengan pituitary tetapi

subunit-B spesifik TSH). Bila kadar tiroksin darah menurun, hipotalamus akan

mengeluarkan thyroxin releasing factor (TRF) ke plasma yang nantinya akan

menstimulasi pengeluaran TSH dari kelenjar pituitary. TSH di kelenjar gondok akan

Page 11: Kti

melepaskan residu Iodine-tirosin dari protein. Residu iodine kemudian diubah

menjadi T4 dan T3 yang dalam darah berada dengan perbandingan 4 : 1. Di antara dua

bentuk hormon tersebut T3 lebih aktif. T4 dapat diubah menjadi T3 dengan

melepaskan satu yodium. Proses perubahan T4 menjadi T3 memerlukan bantuan

selenium. (Almatsier, Sunita, 2009).

Jumlah yodium dalam tubuh manusia relatif sangat kecil dan kebutuhan untuk

perutmbuhan normalnya hanya 100 – 150 mikrogram (0,1 – 0,15 mg) per hari.

Kebuutuhan ini dapat dipenuhi dari konsumsi 6 gram garam beryodium dengan

kandungan minimal 40 ppm, sekitar 60 mikrogram yodium yang dikonsumsi tersebut

akan ditangkap oleh kelenjar tiroid untuk pembentukan hormon tiroksin. (Almatsier,

Sunita, 2009).

Page 12: Kti

Gambar : Absorpsi dan Metabolisme Yodium

Yodium dalam makanan Kadar tiroksin darah turun

HIPOTALAMUS DARAH

THYROID Thyroid Stimulating Factor

(TRF) naik

KELENJAR PITUITARY

Iodida

Iodine

Hormon stimulasi Tiroid

(TSH)

Residu tirosin dalam

tiroglobulin

Tiroksine (T4) Triiodotironine (T3)

DARAH

Tiroksine darah Triiodotironine (T3)

SEL TUBUH

Tiroksine (T4)

Triiodotironine (T3)

Basal Metabolic Rate naik

DARAH

SEL TUBUH

Basal Metabolic Rate naik

Gambar 2.1 Skema Absorpsi dan Metabolisme Yodium (Nama, Tahun)

2.1.3 Identifikasi Yodium

Page 13: Kti

Untuk mengetahui apakah garam yang biasa dikonsumsi sehari – hari

mengandung yodium atau tidak dapat melakukan percobaan singkong parut yaitu :

1. Singkong segar dikupas, diparut dan diperas tanpa ditambah air.

2. Tuangkan 1 sendok teh perasan singkong tersebut ke dalam gelas bersih.

3. Tambahkan 4 – 6 sendok teh penuh garam.

4. Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25% ke dalamnya.

5. Aduk sampai rata dan tunggu beberapa menit. Jika mengandung yodium,

campuran tersebut berubah menjadi biru.

Selain percobaan singkong parut, mutu garam beryodium dapat diketahui

dengan Yodina Test yaitu :

1. Siapkan garam yang bertuliskan garam beryodium.

2. Siapkan cairan uji yodina.

3. Ambil setengah sendok teh garam yang akan diuji dan letakkan di piring.

4. Teteskan cairan yodina sebanyak 2- 3 tetes pada garam tersebut.

5. Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna, jika garam tetap

putih berarti garam tersebut tidak beryodium (0 ppm).

6. Jika berwarna ungu berarti garam mengandung yodium sesuai persyaratan (30

ppm).

2.1.4 Peranan Yodium

Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tiroksin triiodotironin

(T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon – hormon ini adalah mengatur

pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel

menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan

pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapa merangsang

metabolisme sampai 30%. Di samping itu kedua hormon ini mengatur suhu tubuh,

Page 14: Kti

reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Yodium

berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis

protein dan absorpsi karbohidrat dari saluran cerna. Yodium berperan pula dalam

sintesis kolesterol darah. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, 2007).

2.1.5 Sumber Yodium

Yodium di alam tidak pernah ditemukan sebagai elemen tunggal, tetapi

tersimpan di dalam senyawa, misalnya garam kalium periodat (KIO). Dalam keadaan

kering, garam ini sangat stabil sehingga bisa berumur lebih dari lima puluh tahun

tanpa mengalami kerusakan. Itu sebabnya mengapa garam KIO dipakai sebagai

suplemen untuk program iodisasi garam (garam beryodium). (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Laut merupakan sumber utama yodium. Oleh karena itu, makanan laut berupa

ikan, udang, kerang serta ganggan laut merupakan sumber yodium yang baik. Di

daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak yodium sehingga tanaman yang

tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak yodium. Semakin jauh tanaman

itu dari pantai semakin sedikit pula kandungan yodiumnya. Salah satu cara

penanggulangan yodium adalah melalu fortifikasi garam dapur dengan yodium.

2.1.6 Kebutuhan Yodium

Kebutuhan yodium sehari – hari dalam makanan yang dianjurkan menurut

Widya Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut :

a. 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)

b. 90 mikrogram untuk anak (usia 2 – 6 tahun)

c. 120 mikrogram untuk usia anak sekolah (usia 7 – 12 tahun)

d. 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)

Page 15: Kti

e. 200 mikrogram untuk ibu hamil dan menyusui

2.2 Garam Dapur

2.2.1 Definisi Garam Dapur

Garam adalah salah satu bahan makanan pokok yang digunakan masyarakat

dan merupakan bahan makanan yang vital. Bahan ini juga efektif digunakan sebagai

media untuk perbaikan gizi makanan. Penggunaan garam dibedakan menjadi garam

konsumsi yaitu garam yang dikonsumsi bersama – sama dengan makanan dan

minuman serta garam industri yaitu garam yagn digunakan sebagai bahan baku

maupun bahan penolong industri kimia.

Berdasarkan produsennya, garam dibedakan menjadi garam rakyat dan garam

pemerintah. Garam rakyat adalah garam yang diproduksi oleh petani garam. Garam

rakyat biasanya diproduksi oleh penduduk tepi pantai atau penduduk di daerah

sumber air asin. Sedangkan garam pemerintah adalah garam yang diproduksi oleh

pabrik – pabrik garam. Berdasarkan bentuknya, garam dibedakan menjadi garam

berbentuk kristal dan garam briket yang dicetak.

2.2.2 Penilaian Kualitas Garam Dapur

Garam yang dikonsumsi masyarakat sebagian berasal dari garam rakyat yang

proses pembuatannya masih sederhana, untuk meningkatkan kualitas garam dapur

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Memperbaiki cara pembuatan garam di ladang garam rakyat dari sistem

kristalisasi total menjadi kristalisasi bertingkat. Cara ini kurang efektif karena

memerlukan waktu yang cukup lama.

Page 16: Kti

b) Melakukan rekristalisasi sehingga diperoleh kembali kristal garam yang

hampir murni. Tetapi secara ekonomis untuk pembuatan garam

makan/konsumsi tidak sesuai.

c) Melakukan pencucian terhadap garam dengan menggunakan larutan garam

jenuh, sehingga diperoleh garam yang lebih tinggi mutunya. Walaupun garam

yang dihasilkan dari pencucian tidak begitu tinggi mutunya tetapi untuk garam

konsumsi masih sesuai.

2.2.3 Komposisi Garam Dapur

Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya

mengandung 95% natrium klorida. Garam dapur sebagai garam konsumsi harus

memenuhi beberapa syarat atau kriteria standar mutu diantaranya yaitu penampakan

yang bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak

terkontaminasi oleh timbal dan bahan logam lainnya.

Konsumsi garam yang dianjurkan untuk setiap orang sekitar 6 gram atau satu

sendok teh setiap hari. Dalam kondisi tertentu, dimana keringat keluar berlebihan

dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium dua sendok teh sehari. Cara

mengkonsumi garam biasanya digunakan sebagai garam meja dan penambahan dalam

pemasakan, pengaruh pemasakan terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa

sayuran yang dimasak dengan cara dikukus, pembubuhan garam dilakukan saat

sayuran matang dan wadah ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iod dengan

cara tersebut disebabkan oleh panas mengingat salah satu sifat iod mudah rusak oleh

panas ( Irawati, 1993 ).

Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca pada label

kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam plastik, tertutup rapat,

tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan garam beryodium. Cara

penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang tertutup rapat dan kering,

Page 17: Kti

diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api dan sinar matahari langsung

(Depkes RI, 1999).

Menurut SNI nomor 04 – 3556 – 2000 garam dapur harus memenuhi syarat

komposisi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Komposisi garam dapur menurut SNI nomor 04 – 3556 – 2000

Senyawa Kadar

a. Natrium Klorida

b. Air

c. Iodium sebagai KIO3

d. Oksidasi Besi (FeO3)

e. Kalsium dan Magnesium

f. Sulfat (SO4-)

g. Bagian tak larut dalam air

h. Cemaran logam Pb

Cu

Hg

AS

i. Rasa

j. Warna

k. Bau

Minimal 94,7%

Maksimal 7%

Minimal 30 mg/kg

Maksimal 10,0 mg/kg

Maksimal 10,0 mg/kg

Maksimal 0,1 mg/kg

Maksimal 0,1 mg/kg

Asin

Putih

Tidak ada

dikutip dari SNI dalam tugas akhir Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan terhadap Kadar Iodium dalam Garam Beriodium oleh Lindawati, 2006.

2.2.4 Konsumsi Garam Dapur

Garam dapur yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ada 3 jenis, yaitu :

Page 18: Kti

1. Garam konsumsi yang diproduksi PN Garam

Garam ini diawasi dan dibina dengan seksama oleh pemerintah

sehingga yang beredar di pasaran adalah garam yang telah memenuhi syarat dan

standar mutu untuk konsumsi garam dapur.

2. Garam yang diimpor dari luar negeri

Garam yang diimpor dari luar negeri hanya dalam jumlah kecil dan

pengimpornya dilakukan bila produksi dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan

masyarakat, misalnya karena musim hujan berkepanjangan atau keusulitan teknik

lainnya.

3. Garam rakyat produksi pengrajin garam

Garam rakyat produksi pengrajin garammutunya sebagian besar

belum memenuhi standar industri bagi garam konsumsi karena cara

pengolahannya masih sederhana.

2.2.5 Sifat Garam Dapur

Sifat – sifat garam dapur yaitu :

Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan

sedikitnya mengandung 95% natrium klorida.

Merupakan kristal berwarna putih dan berbentuk kubus.

Mudah larut dalam air.

Pola keadaan padat garam dapur tidak berair tetapi bersifat higroskopis

yaitu dapat menarik air baik dalam bentuk uap maupun cair.

Pada suhu di bawah 0oC garam dapur memiliki rumus NaCl.H2O.

Pada suhu normal (15oC) larutan jenuh dari garam dapur mempunyai

berat jenis 1,204 dan mengandung NaCl 26,4%.

Page 19: Kti

Mempunyai titik lebur 803oC dan titik didih 1430oC.

Mudah rapuh karena peristiwa perubahan bentuk dan kehilangan air

kristal sehingga mudah retak.

Garam dapur memegang peranan penting dalam tubuh manusia antara lain :

- Ikut menjaga tekanan osmosis di dalam cairan tubuh.

- Menjaga keseimbangna air dalam tubuh.

- Ikut menjaga tetapnya keasaman (pH) dalam tubuh.

- Berperan terhadap kepekaan saraf untuk rangsangan baik dalam tubuh

sendiri maupun dari luar tubuh.

- Untuk media mineral antara lain yang akan dimasukkan di dalam tubuh,

karena memerlukan antara lain : kalsium, magnesium, besi, fluor dan

yodium.

2.3 Defisiensi yodium

2.3.1 Definisi Defisiensi Yodium

Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih

dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Penyebab masalah gizi secara umum

dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab primer dan penyebab sekunder.

Penyebab primer disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan.

Apabila asupan lebih besar dibandingkan kebutuhan maka akan terjadi kelebihan zat

gizi, hal yang sebaliknya terjadi dengan defisiensi zat gizi. Sedangkan penyebab

sekunder disebabkan karena ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi

yang ada, antara lain dapat disebabkan oleh inborn defect metabolism. (Ilmu Gizi dan

Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, 2000).

Berdasarkan konsep UNICEF (1998) penyebab langsung GAKY adalah

defisiensi zat gizi yodium. Hal ini agak berbeda dengan penyebab langsung zat gizi

Page 20: Kti

defisiensi yang lain, misalnya anemia, kurang energi protein dan kurang vitamin A,

yang melibatkan penyakit infeksi sebagai salah satu penyebab langsung. Dengan

demikian, maka jelas defisiensi yodium disebabkan oleh “ketidakcukupan asupan

yodium”. (Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, 2000).

Ketidakcukupan asupan yodium disebabkan oleh kandungan yodium dalam

bahan makanan yang rendah atau konsumsi garam beryodium yang rendah. Masih

banyak masyarakat yang kurang mengetahui manfaat dari garam beryodium

merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi garam beryodium. Berbagai

alasan dikemukakan sehubungan dengan hal tersebut antara lain : garam beryodium

mahal, rasanya pahit, rasanya kurang asin dibandingkan dengan garam yang tidak

beryodium. Bila yodium dalam bahan makanan rendah, konsumsi garam beryodium

30 ppm sebanyak 10 gram per hari dapat mencukupi kebutuhan yodium. Hal yang

mendasar dari penyebab GAKY adalah kandungan yodium dalam tanah yang rendah

dan kondisi ini bersifat menetap. Semua tumbuhan yang berasal dari daerah endemis

GAKY akan mengandung yodium yang rendah sehingga sangat diperlukan

adanyagaram beryodium atau bahan makanan dari luar daerah yang nonendemis.

(Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, 2000).

Akibat GAKY yang lazim dikenal masyarakat adalah munculnya kelenjar

tiroid atau gondok, sesungguhnya hanya merupakan salah satu akibat GAKY yang

paling ringan, namun akibat yang ekstrim dan parah adalah munculnya kretin. (Ilmu

Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, 2000).

Page 21: Kti

2.3.2 Akibat dari Defisiensi Yodium

Beberapa akibat dari defisiensi yodium adalah sebagai berikut :

a. Pembesaran kelenjar tiroid

Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid menurun dan

hormon perangsan tiroid/TSH meningkat agar kelenjar tiroid mampu

menyerap banyak yodium. Bila kekurangan berlanjut, sel kelenjar tiroid

membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar

tersebut. Bila pembesaran ini tampak dinamakan gondok.

b. Kretin

Kekurangan yodium juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lain

yaitu kretinisme. Kretinisme adalah suatu kondisi penderita dengan tinggi

badan di bawah normal (cebol). Ekspresi orang kretin ini memberikan kesan

bodoh karena tingkat kecerdasan yang sangat rendah. Pada umumnya orang

kretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangna yodium. Kretin

juga ditandai dengan gangguan mental, gangguan perkembangan saraf otak,

gangguan pendengaran, cara berjalan, berbicara dan sebagainya. Yang sangat

penting untuk disadari adalah bahwa kretin bersifat irreversible (menetap),

sehingga ini merupakan beban bagi masyarakat.

c. Kesehatan ibu dan anak

Pada manusia, defisiensi yodium dapat meningkatkan abortus spontan,

stillbirth, kematian neonatal dan kelainan struktur susunan saraf. Hasil

penelitian pada ibu yang hipotiroid selama hamil diobati dan tidak diobati

menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal kelahiran anak normal,

kejadian abortus, stillbirth serta kelahiran prematur.

Page 22: Kti

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Identifikasi Yodium pada Garam Dapur di Desa Tengah, Desa Hulu dan Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2011

Variabel dependen pada penelitian ini adalah yodium dan garam dapur, sedangkan

variabel independennya adalah masyarakat.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Operasional :

- Garam adalah salah satu bahan makanan pokok yang digunakan masyarakat

dan merupakan bahan makanan yang vital.

- Yodium adalah suatu zat penting di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat

sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15 – 23

mg.

- Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 yang

dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium

Masyarakat Konsumsi garam dapur GAKY / non-GAKY

Identifikasi yodium

Standar / tidak standar

Page 23: Kti

yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional

Indonesia (SNI) antara lain mengandung KIO3 sebesar 30 – 80 ppm.

- Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan

yodium pada tumbuh kembang manusia.

Cara Ukur :

Alat Ukur :

Hasil Ukur :

Syarat garam yang bermanfaat bila kadar yodium > 30 ppm.

Dan garam yang tidak bermanfaat bila kadar yodium < 30 ppm.

Skala Pengukuran : Skala ordinal

Page 24: Kti

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang sifatnya deskriptif

analitik dengan melakukan pengukuran kadar yodium pada garam dapur.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di warung dan pasar tradisional di Desa Tengah, Desa

Hulu dan Tanjung Anom kecamatan Pancur Batu serta Laboratorium FMIPA USU

pada bulan Juni 2011.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. (Suharsimi Arikunto,

1996: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah garam beryodium yang dibuat

sendiri dan yang sudah beredar di warung dan pasar tradisional.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

(Suharsimi Arikunto, 1996:117). Sampel dalam penelitian ini adalah garam

beryodium yang beredar di warung dan pasar tradisional.

Page 25: Kti

Kriteria inklusi :

- Garam dapur yang dijual di pasar tradisional dan warung di kecamatan Pancur

Batu.

- Garam yang penyimpanannya dalam suhu ruang.

- Garam yang kemasannya bagus.

Kriteria eksklusi :

- Garam dapur yang dijual di pasar tradisional dan warung selain di kecamatan

Pancur Batu.

- Garam yang kemasannya rusak.

- Garam yang kadaluarsa.

- Garam yang penyimpanannya tidak pada suhu ruang.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Besar sampel ditentukan dengan rumus :

N = Z £ 2 PQ

d 2 (Sudigdo, 2010)

N= 1,96 2 . 0,50 . (1-0,50)

0,126 2

N= 60

N= jumlah sampel

Z£= tingkat kepercayaan = 1,96

P = proporsi keadaan yang akan dicari

Page 26: Kti

d= selisih nilai prevalensi gondok di Deli Serdang dan di Sumatera Utara terkecil

= 12,6% - 0,0% = 12,6%

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki

sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data akan dianalisa dengan menggunakan

SPSS for windows.