kuliah 5-fakta menjadi cerita

63
Merangkai Fakta Merangkai Fakta menjadi Cerita: menjadi Cerita: Eksposisi, Narasi, dan Deskripsi Eksposisi, Narasi, dan Deskripsi Pengantar Kuliah Kelima Dasar-dasar Penulisan

Upload: retnolestari

Post on 23-Jun-2015

2.073 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta Merangkai Fakta menjadi Cerita:menjadi Cerita:

Eksposisi, Narasi, dan DeskripsiEksposisi, Narasi, dan Deskripsi

Pengantar Kuliah KelimaDasar-dasar Penulisan

Page 2: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

ParagraphingParagraphing

Page 3: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Kalimat Topik dan Pendukung Kalimat Topik dan Pendukung (1)(1)• Paragraf hendaklah mengandung kalimat topik

disertai uraian yang mendukung atau menjelaskan kalimat topik tadi. Kalimat topik ini bisa diletakan di depan (deduktif, dari umum ke khusus), bisa juga di belakang (induktif, dari khusus ke umum).

• Contoh 1 (di depan):

Migrasi burung pemangsa sebetulnya adalah fenomena alam global. Diperkirakan sekitar 63% dari semua burung pemangsa di dunia (83 dari 292 jenis) bermigrasi setiap tahun. Umumnya, mereka berpindah karena menipisnya makanan dan perubahan suhu akibat musim dingin, atau kebutuhan mendapatkan lokasi yang cocok untuk berbiak, merawat dan membesarkan anak. “Dalam kasus ekstrim, migrasi dapat terjadi dalam jarak ribuan kilometer, seperti migrasi burung dari belahan bumi utara ke daerah khatulistiwa,” kata Dewi Prawiradilaga.

Page 4: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Kalimat Topik dan Pendukung Kalimat Topik dan Pendukung (2)(2)• Contoh 2 (di belakang)

• Volume produksi tahun 2005 turun 4% dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2003 juga terjadi penurunan, bahkan sampai 12%, dibandingkan dengan 2002. “Produksi selama 2006 ini pun dipastikan tak akan sebesar tahun lalu,” kata Hanna Wijaya. Menurutnya, Cina dan Thailand kini menjadi pesaing kuat. Karena kondisi yang seperti ini, perusahaan produsen pakaian olahraga ini berencana menutup satu dari tiga pabriknya.

Page 5: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

JembatanJembatan• Setiap paragraf umumnya memiliki pokok pikiran

tersendiri. Untuk merangkai berbagai pokok pikiran tersebut, buatlah jembatan (bridge) yang menghubungkan satu paragraf dengan paragraf berikutnya, agar uraian tidak terasa melompat. Caranya, dengan menggunakan kata yang sama, bermakna sama, atau berasosiasi dengan topik yang dijelaskan sebelumnya.

• Contoh:• … Celana saya sempit, karena itu ketika hendak sujud,

saya terpaksa menarik-narik celana itu ke atas terlebih dulu. Akibatnya kaki saya bergerak-gerak seperti orang berjalan di tempat. Buya melihat ini sebagai kesalahan, lalu menegur saya.

• Walau teguran itu disampaikan di hadapan orang ramai saya tidak merasa malu, sebab …

Page 6: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Jembatan (2)Jembatan (2)• … perang selesai, dan kami kembali ke kota. Tetapi

kehidupan terasa amat sulit. Ayah belum kembali bekerja. Lebih dari satu tahun sesudah di-screening dia tak kunjung dipanggil untuk kembali menjadi pegawai Dinas Kehutanan. Hasil yang diperolehnya sebagai tukang jahit, pekerjaan yang dilakoni ayah selama hampir sepuluh bulan, tidak mencukupi biaya hidup kami sekeluarga.

• Satu per satu perhiasan emas ibu dijual untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pembeli pakaian, buku, dan biaya sekolahku dan dua adikku. “Ini adalah gelang terakhir yang dapat kita jadikan uang, buat …”

• Biaya hidup yang tidak cukup merupakan kalimat perangkai topik berikutnya, menjual berbagai keperluan.

Page 7: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Kutipan dan Parafrasa (1)Kutipan dan Parafrasa (1)• Selang-selingkan kutipan langsung dengan kutipan

tidak langsung; dan parafrasa dengan kutipan agar tidak monoton dan membosankan.

• Contoh 1:• … Surat tersebut menyatakan, sebagian dokumen

yang dimiliki PT Arimbi palsu. “Bahkan surat izin mendirikan bangunan yang diperlihatkan hanya photocopy,” kata Haryono, staf di kantor bupati. Menurut dia, direksi PT Arimbi berjanji akan memperlihatkan IMB yang asli. Namun sampai awal pekan ini, janji untuk memperlihatkan IMB tersebut tak kunjung dipenuhi. Karena itulah, surat teguran dilayangkan sekali lagi. “Jika tidak digubris, kami akan bertindak,” kata Darwis Hamid Kepala Dinas Perumahan.

• Teks yang berwarna biru adalah parafrasa, merah merupakan kutipan langsung, dan hijau adalah kutipan tidak langsung.

Page 8: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Kutipan dan Parafrasa (2)Kutipan dan Parafrasa (2)• Contoh 2:• Angka produksi tahun lalu merosot jauh

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Produksi tahun 2003 hanya 63% produksi tahun 2002,” kata Wijaya. Penurunan yang drastis itu, katanya, terjadi karena berbagai penyebab. Penyebab pertama adalah kondisi air yang buruk, yang membuat banyak benih udang mati setelah dua minggu. Selain itu, ada juga kesulitan mendapatkan benih itu sendiri. “Sepanjang 2003 itu,” kata Wijaya, “dapat dikatakan kami tidak memperoleh keuntungan sama sekali walaupun juga tidak rugi.”

Page 9: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Ungkapan yang Akrab dg Ungkapan yang Akrab dg Pembaca (1)Pembaca (1)

• Gunakan kiasan, perumpamaan, atau hal-hal yang akrab dengan pembaca, yakni yang kita perkirakan pernah dialami pembaca.

• Kiasan, perumpamaan, atau hal-hal yang diduga pernah dialami pembaca itu dimaksudkan untuk mengajak pembaca berimajinasi, “melihat” sesuatu yang dia ketahui, agar uraian dapat dipahami dengan mudah. Cara ini juga dapat memperkaya style dalam penulisan.

• Contoh:

… Kali ini dia membuat telinga “orang-orang Senayan” menjadi merah. Wahid berkata, “DPR kok seperti taman kanak-kanak.”

Page 10: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Ungkapan yang Akrab dg Pembaca Ungkapan yang Akrab dg Pembaca (2)(2)

• … Jenderal Endriartono mengunci mulutnya. Sedikit pun dia tak mau menjawab pertanyaan mengenai alasan pengunduran dirinya.

• …Mati semut karena gula. Percintaannya dengan penyanyi muda belia itu membuat dia hanyut. Dalam tiga bulan terakhir ini, dia hanya tiga atau empat jam berada di kantor dalam sehari. Menurut isterinya dia pernah tidak pulang ke rumah. Setelah memberi teguran dua kali, dan tidak membawa perubahan, rapat direksi memutuskan untuk memberi X uang pesangon dan memberhentikan dia dari pekerjaan.

Page 11: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Ungkapan yang Akrab dg Pembaca Ungkapan yang Akrab dg Pembaca (3)(3)

• …Konon ada rivalitas yang agak sengit di antara orang-orang di sekitar Presiden Soeharto. Oleh sebagian orang, persaingan itu dinilai merambat ke luar melibatkan aktivis politik sipil. Maka ketika mahasiswa melakukan long march dari Salemba ke kampus Universitas Trisakti, pembakaran terjadi di Senen. Peristiwa 15 Januari pecah. Sebelas media cetak ditutup, dan beberapa aktivis politik ditahan. Gajah berkelahi sesama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

• …Dia menjatuhkan badan dan menangkap bola itu, segesit lompatan kucing menerkam tikus.

• Buku baginya bagaikan ekstasi.• Jalannya pelan, langkahnya perlahan, hampir tak

ada ubahnya dengan pengantin.

Page 12: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

• Seperti orang kebakaran jenggot, sehabis membaca pamflet itu dia menelepon kantor pusat di Semarang. Kemudian dia kumpulkan semua karyawan serta mengancam akan menyelidiki dan memecat si pembuat selebaran gelap tersebut.

• Suryo bagaikan botol kecap penjual bakso. Dia bagi-bagikan cintanya ke sana-sini, dan setelah itu kembali pulang ke sisi isterinya.

Ungkapan yang Akrab dg Pembaca Ungkapan yang Akrab dg Pembaca (4)(4)

Page 13: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya BahasaGaya Bahasa• Gunakan gaya bahasa pada tempat yang sesuai

• Gaya bahasa juga digunakan untuk mempermudah pembaca memahami isi pesan, membangun suasana yang membuat uraian jadi hidup.

• Ada banyak sekali gaya bahasa yang bisa digunakan, misalnya: personifikasi, repetisi, sinis, anekdot, uraian lucu, dan sebagainya.

Page 14: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya PersonifikasiGaya Personifikasi• Gaya personifikasi adalah gaya ‘menghidupkan’

benda-benda mati seakan-akan orang yang bisa berpikir, terharu, bertindak, dan sebagainya.

• Contoh:• Daun nyiur itu melambai-lambai seolah tangan

perawan yang memanggil kekasihnya datang mendekat. Sementara ombak berkejar-kejaran riang, seakan berpacu dengan lumba-lumba yang sesekali melompat di antara lidah ombak.

• Hujan tercurah dengan lebatnya. Langit terbatuk-batuk, memuntahkan lidah api panjang yang membelah langit.

• Washington akhirnya memutuskan untuk menyerbu Irak dan menyingkirkan Saddam Husein.

• Lokomotif itu terengah-engah menarik rangkaian gerbong yang dijejali penumpang di seluruh sudut – di dalam, di antara sambungan gerbong, bahkan juga di atap gerbong.

Page 15: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya RepetisiGaya Repetisi• Gaya repetisi adalah gaya yang mengulang-ulang

sebuah kata atau frasa dengan tujuan memberi penekanan pada bagian yang diulang-ulang tersebut.

• Contoh:• Jabatan bukan untuk menaikkan status sosial.

Jabatan tidak berarti bahwa dengan itu orang harus memberi hormat. Jabatan tidak untuk menghimpun kekayaan. Jabatan adalah sesuatu yang di dalamnya terkandung tugas serta tanggungjawab terhadap bawahan, atasan, dan orang banyak.

Page 16: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya SinismeGaya Sinisme• Sinisme tak jarang memperkuat pesan yang

disampaikan. Namun hendaknya sinisme hanya dipakai pada tempat atau untuk hal yang tepat, dan jangan terlalu sering, karena bisa terkesan nyinyir.

• Contoh-contoh:• Kalau korupsi itu berbau, pastilah bau itu busuk.

Seandainya korupsi itu memang busuk, agaknya hampir setiap tempat di Indonesia harus dimandikan dengan parfum.

• Kreativitas kita luar biasa. Untuk menghibur diri menyaksikan sanak saudara kita menjadi pekerja kasar di rantau orang, kita memuji-muji TKI sebagai mesin pencetak devisa.

Page 17: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya Anekdot (1)Gaya Anekdot (1)• Sesekali, anekdot pun bisa digunakan untuk menarik

perhatian pembaca. Anekdot selalu memancing rasa geli. Bagi artikel ia menjadi daya tarik yang memikat perhatian pembaca, dan kadang-kadang dapat membantu audience memahami uraian dengan mudah.

• Contoh I:Seorang Eropa (OE) dan seorang Indonesia (OI) bertemu. Mereka

terlibat pembicaraan tentang gaji masing-masing dan cara membelanjakannya.

OE: Gaji saya € 3.000. € 1.000 untuk tempat tinggal, € 1.000 untuk makan, € 500 untuk hiburan.

OI: Lalu sisa € 500 untuk apa? OE (ketus): Itu urusan saya, Anda tidak berhak bertanya! Kalau anda

bagaimana?OI: Gaji saya Rp 950 ribu. Rp 450 ribu untuk tempat tinggal, Rp 350

ribu untuk makan, Rp 250 ribu untuk transport, Rp 200 ribu untuk sekolah anak, Rp 200 ribu untuk bayar cicilan pinjaman, Rp 100 ribu untuk ....

OE (memotong): Stop! Jumlah belanja Anda sudah melampui gaji. Sisanya dari mana?

OI (dengan enteng): Begini Mister, tentang uang yang kurang, itu urusan saya. Anda tidak berhak bertanya-tanya!

Page 18: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya Anekdot (2)Gaya Anekdot (2)IISuatu hari di sebuah kampung ada rombongan jenasah

yang diusung menuju ke pemakaman. Rombongan ini melintasi gubuk sebuah keluarga fakir miskin. Di sisi keranda ada seorang wanita yang berjalan sambil terus menangis tersedu-sedu. “Dulu engkau begitu kaya dan dimuliakan orang. Kini mereka membawamu ke rumah yang tidak ada kasurnya, tidak ada seprainya, tidak ada lampu maupun nasi dan lauk-pauknya,” isak wanita tadi.

Mendengar itu anak pemilik rumah menukas, “Ayah, itu berarti mereka akan membawa jenasah itu ke rumah kita!”

IIIAbbas seorang yang sangat patuh kepada kedua orang

tuanya. Orang tuanya berpesan, “Jangan berbuat kesalahan dua kali.” Maka ketika ia terlambat masuk kantor, ia memutuskan tidak akan terlambat ketika pulang kantor.

Page 19: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Gaya Anekdot (3)Gaya Anekdot (3)IV. Anekdot IlustratifSeorang pengusaha menghabiskan akhir pekannya dengan

memancing di sebuah danau. Ia menemukan sebuah botol yang terapung dan tertutup rapi. Iseng-iseng, ia mengambil dan membuka tutup botol. Tiba-tiba dari dalam botol keluar asap yang lalu berubah mejadi jin.

"Terimakasih tuan, tuan telah membebaskan saya. Untuk itu, silakan tuan mengajukan tiga permintaan, saya akan mengabulkannya" kata jin.

Setelah kagetnya reda, si pengusaha berkata, "Baiklah Jin saya ingin tahun ini tiga kejadian besar terjadi di negeri ini. Pertama, saya ingin nilai tukar rupiah kembali menjadi Rp 2500/US$. Kedua, saya mau semua uang hasil korupsi baik oleh swasta ataupun pejabat pemerintah dikembalikan kepada rakyat dan semua pelakunya dipenjarakan. Ketiga, saya ingin hukum benar-benar ditegakkan di negeri ini."

Sang Jin berpikir sejenak. Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepala. Pelan-pelan jasadnya kembali menjadi asap lalu berkumpul masuk ke dalam botol itu kembali. Dari dalam botol si Jin berseru, "Tuan, tolong botolnya ditutup kembali!"

Page 20: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Uraian LucuUraian Lucu• Sama dengan anekdot yang dikutip sebagai

“bumbu” artikel, uraian yang bernuansa lucu dapat menjadi daya tarik artikel yang membuat khalayak suka dan terhibur saat membaca.

• Contoh:

• Uang ribuan yang dia berikan itu kumal, lembab, dan bau. Warna birunya telah berubah menjadi kecokelatan. Agaknya perjalanan lembaran ribuan ini sudah cukup panjang. Mungkin ia pernah singgah di kantong pencopet sehabis ngendon di kutang pelacur jalanan, pindah ke penjual rokok, dipertaruhkan penjudi kiu-kiu, atau boleh jadi pernah jatuh ke tangan pedagang ikan asin.

Page 21: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Membangun SuasanaMembangun Suasana• Dukunglah suasana yang hendak dikesankan dengan kata-

kata yang tepat.

• Suasana itu dapat beraneka rupa, antara lain panik, mencekam, kacau balau, gembira, atau sendu. Dalam membangun suasana yang hendak diceritakan, fakta hendaklah dipakai secermat mungkin. Karena itu ia tak dapat dipaksakan. Jika tidak ada fakta pendukung, jangan paksakan diri untuk mencari-cari.

• Contoh:

• Daerah di seputar Semanggi malam itu sunyi senyap. Batu, potongan kayu, sandal dan sepatu demonstran yang tertinggal berserakan di jalan. Tak satu kendaraan pun yang melintas. Dari empat truk Marinir yang di dalamnya ada beberapa serdadu berbaret ungu di depan Universitas Atmajaya juga tidak terdengar bunyi apa pun.

Page 22: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Ungkapan Populer (1)Ungkapan Populer (1)• Ungkapan yang “populer dalam semusim” dapat

dipakai sebagai warna tulisan.

• Ungkapan yang “populer dalam semusim” ini biasanya lahir sebagai kreasi masyarakat, dapat pula dari iklan, lagu, atau pun film.

• Contoh:… beberapa kekuatan politik.

Menurut hasil jajak pendapat, popularitas Yudhoyono kini agak merosot. Tapi, para pengamat politik masih yakin bahwa SBY akan keluar sebagai pemenang. Bagi kelompok masyarakat yang kehilangan harapan pada Megawati, tampaknya “apa pun makanannya, presidennya pasti SBY”.

Dalam kunjungan ke berbagai daerah buat berkampanye, SBY …

Page 23: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Ungkapan Populer (2)Ungkapan Populer (2)• Siapa takut?!• Emangnya gue pikirin …• Gitu aja kok repot?!• … sesama Golkar dilarang saling mendahului …

Page 24: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Syarat Pemakaian GayaSyarat Pemakaian Gaya• Pemakaian gaya harus disertai pertimbangan

tentang apa tema yang ditulis dan kelompok khalayak seperti apa yang menjadi target. Selaraskan gaya dengan tema dan selera khalayak yang jadi sasaran.

• Manfaat, bobot, atau kualitas sebuah tulisan tetap ditentukan oleh kejelasan dan kebaruan gagasan yang diutarakan, kekuatan fakta pendukung, dan kejernihan uraian yang dibuat (bahasa yang dipakai). Gaya hanyalah kosmetik. Manfaatkan kosmetik itu secukupnya. Jika kurang, tulisan bisa jadi tawar. Kalau berlebihan, ia akan menjemukan.

Page 25: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Pokok BahasanPokok Bahasan• Mengenal Eksposisi, Narasi dan Deskripsi• Berlatih membuat END

Page 26: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

EksposisiEksposisi

Page 27: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Eksposisi (1)Eksposisi (1)• Eksposisi adalah teknik menyampaikan pesan dengan

menyingkapkan atau memaparkan sesuatu yang selama ini terselubung, terlindungi, tersembunyi, atau tak diketahui orang banyak. Dalam hal ini, yang dipaparkan adalah gagasan, pendapat, atau perasaan penulisnya dengan tujuan agar diketahui khalayak. (Marahimin, h. 193)

• Dalam eksposisi, inti dari apa yang akan diungkap ini disebut tesis. (Setara dengan tema pada narasi).

• Tesis dapat diungkapkan melalui sebuah kalimat utuh atau penggalan kalimat. Bahkan kadang tesis tidak diungkap secara gamblang pada sebuah kalimat di dalam eksposisi, namun hanya tersirat saja.

• Untuk memperkuat tesis diperlukan kalimat-kalimat pendukung yang memperkuat atau membuktikan pernyataan yang disampaikan di dalam tesis tadi. Dengan kata lain, sebuah eksposisi terdiri atas sebuah tesis yang diikuti oleh uraian pendukung atau argumentasi yang membuktikan kebenaran tesis tersebut.

• Setelah uraian pendukung, eksposisi ditutup dengan kesimpulan.

Page 28: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Eksposisi (2)Eksposisi (2)• Perhatikan contoh berikut:• Tesis:

Seharusnya merokok dilarang di negeri ini.• Uraian penunjang/argumen:1. Merokok hanya menghamburkan uang tanpa manfaat.2. Merokok merusak kesehatan diri sendiri (perokok aktif). Banyak

penyakit yang ditimbulkan kebiasaan merokok3. Merokok juga merusak kesehatan orang-orang di sekitarnya (perokok

pasif). 4. Merokok bersifat kontraproduktif.5. Merokok membuat kecanduan. Seorang pecandu merokok yang

kehabisan rokok tidak bisa berpikir dan tidak bisa bekerja dengan baik.

6. Keliru jika merokok dikatakan bisa menghilangkan stress, faktanya merokok justru mempertinggi stress.

7. Banyak kegiatan lain yang lebih positif untuk menghilangkan stress.8. Dana yang didapat dari cukai rokok tidak sebanding dengan biaya

yang dihabiskan untuk menanggulangi akibat negatif merokok.• Kesimpulan:

Melihat besarnya kerusakan dan kerugian akibat rokok, serta manfaat yang tidak sebanding dengan mudaratnya, seharusnya merokok dilarang saja.

Page 29: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Eksposisi (3)Eksposisi (3)• Simak contoh tadi. Kesimpulan yang diberikan

bukan sekadar menyarikan uraian pendukung, namun juga menegaskan tesis.

• Dengan demikian kerangka Eksposisi adalah:A. TesisB. 1. Kelas I (pembuktian pertama) 2. Kelas II (pembuktian kedua) 3. Kelas III (pembuktian ketiga) 4. dst. (kelas/pembuktian selanjutnya)C. Kesimpulan

Page 30: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

NarasiNarasi

Page 31: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

NarasiNarasi• Narasi adalah cara penyampaian pesan dengan

bertutur. Penulis menuliskan ceritanya berdasarkan pada urut-urutan suatu (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian ada tokoh atau beberapa tokoh, yang mengalami atau menghadapi suatu (atau serangkaian) konflik. (Marahimin, h. 96)

• Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok narasi. Secara kesatuan ketiganya biasa disebut alur atau plot. Dengan kata lain, narasi adalah cerita berdasarkan alur, yang digunakan penulis untuk menyampaikan gagasannya kepada khalayak.

• Narasi bisa fakta, ilustrasi (faktual sebagai pembanding), bisa juga fiksi.

Page 32: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

DeskripsiDeskripsi

Page 33: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Pengertian Deskripsi (1)Pengertian Deskripsi (1)• Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran

dengan kata-kata sautu benda, tempat, suasana, atau keadaan (Ismail Marahimin, p. 45). Dengan kata lain, deskripsi adalah melukis atau memotret benda atau suasana dengan kata-kata.

• Melalui deskripsi yang ditulisnya, penulis berharap pembaca dapat turut ‘melihat’ apa yang dilihatnya, ‘mendengar’ yang didengarnya, ‘mencium’ aroma yang diciumnya, ‘mencicipi’ apa yang dimakannya, ‘merasakan’ apa yang dirasakannya, dan akhirnya sampai pada kesimpulan yang sama dengan yang disimpulkannya.

• Jika ditulis dengan baik, penulisnya mempunyai pengamatan yang tajam, alat-alat indera yang berfungsi sempurna, dan kemudian ia mampu menuliskannya dengan pilihan kata yang tepat, atau menggunakan pembanding yang tepat, deskripsi bisa menjadi tulang punggung tulisan yang ‘hidup’ dan ‘menawan’.

Page 34: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Pengertian Deskripsi (2)Pengertian Deskripsi (2)• Deskripsi sangat diperlukan agar pembaca bisa

membayangkan situasi atau suasana yang sedang terjadi; perasaan yang dialami; atau benda, alam dan sosok yang diceritakan, secara jelas, seolah-olah ia berada di lokasi dan tengah mengamati peristiwa yang berlangsung atau merasakan apa yang dirasakan subjek yang digambarkan.

• Deskripsi yang baik, tak sekadar melibatkan mata atau penglihatan, namun juga keempat indria yang lainnya: pendengaran (telinga), pengecapan (lidah), pembauan (hidung), dan perabaan (kulit), ditambah lagi dengan penalaran dan logika.

• Agar suasana bisa tergambar dengan baik, penulis harus bisa “memotret/melukis” suasana, situasi, benda atau sosok yang akan dideskripsikan dengan kata-kata yang presisi dan bisa mewakili situasi, peristiwa, benda atau sosok tersebut, termasuk juga bisa menggambarkan nuansa emosi yang akan disampaikan.

Page 35: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi dan Kemampuan Deskripsi dan Kemampuan PenulisPenulis• Ada beragam cara dalam menuliskan deskripsi. Perbedaan ini

timbul karena pada dasarnya tak ada dua manusia yang mempunyai pengamatan yang sama. Perbedaan hasil pengamatan bisa timbul karena perbedaan minat atau pun kemampuan dan pengetahuan pengamatnya.

• Ambil contoh dalam peristiwa tawar-menawar antara penjual dan pembeli mobil. Orang yang menjual mobil tentunya kan memberikan deskripsi yang berbeda dibandingkan dengan orang yang akan membeli mobil. Padahal, yang mereka amati adalah mobil yang sama, di tempat yang sama, pada waktu yang sama pula. Bila kemudian mereka meminta pendapat seorang ahli mobil, ahli ini pun akan memberikan deskripsi yang berbeda pula. Hal ini karena masing-masing pengamat menyeleksi informasi atau hasil observasi mereka sesuai dengan tujuan atau keinginan (selective retention) atau kemampuan profesional mereka.

• Meski ada perbedaan penulisan deskripsi, namun pada garis besarnya deskripsi dibedakan menjadi deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionistis.

Page 36: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi EkspositoriDeskripsi Ekspositori• Deskripsi ekspositori adalah penggambaran benda, sosok, atau

suasana secara sangat logis dan rinci. Isi deskripsi ini biasanya seperti daftar rincian semua hal yang penting menurut persepsi penulisnya. Informasi-informasi ini disusun berdasarkan sistem dan urutan logis objek yang diamati. (Marahimim, h. 46)

• Yang dimaksud dengan urutan logis adalah urutan berdasarkan kelaziman yang memudahkan orang mengamati. Misalnya dari atas ke bawah, kiri ke kanan, depan ke belakang, besar ke kecil, dan sebagainya. Untuk menggambarkan manusia, misalnya, logisnya digambarkan dari ujung kepala ke ujung kaki, bukan dari kiri ke kanan atau depan ke belakang. Begitu pula untuk menggambarkan rangkaian kereta api lazimnya dilakukan dari lokomotif di depan berlanjut ke satu per satu gerbong di belakangnya – bukan dari bagian atap ke roda.

• Selain urutan logis, yang lazim digunakan adalah urutan peristiwa (kronologis/proses/temporal/pengembangan waktu), ruang atau bentuk (spasial/geografis), serta sebab akibat (kausalitas).

Page 37: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi ImpresionistisDeskripsi Impresionistis• Deskripsi impresionistis disebut juga deskripsi stimulatif. Deskripsi

jenis ini menggambarkan kesan (impresi) penulisnya untuk merangsang (menstimuli) pembacanya.

• Berbeda dengan deskripsi ekspositori yang pada umumya lebih ketat terikat pada objek atau proses yang digambarkan, deskripsi impresionis lebih menekankan kesan atau impresi penulisnya ketika melakukan pengamatan (observasi) atau ketika menulis impresi tadi. (Marahimin, h. 46-47).

• Urut-urutan yang lazim digunakan dalam deskripsi impresionis adalah kaut-lemahnya kesan penulis terhadap bagian-bagian objek yang digambarkannya. Misalnya untuk menggambarkan kejorokan sebuah rumah, biasanya dimulai dengan bau yang tercium. Rangsang bau merupakan yang paling kuat menerpa manusia dibandingkan rangsang penglihatan dan pendengaran. Setelah menggambarkan aromanya, kemudian berlanjut ke suasana yang paling bertentangan dengan nilai dan norma yang dianut masyarakat atau penulis. Misalnya digambarkan piring dan gelas kotor yang berserakan di meja, pakaian kotor bergeletakan di lantai, sampah bekas pembungkus bertebaran di mana-mana, tikus dan kecoa berlarian ke sana ke mari, dan sebagainya. Selanjutnya penggambaran beralih ke pencahayaan ruangan yang suram, ventilasi yang sumpek, dan sebagainya.

• Dalam deskripsi impresionistis, unsur subjektivitas penulis sangat menentukan urut-urutan apa yang digambarkannya.

Page 38: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi – Contoh 1Deskripsi – Contoh 1Bis di Jakarta banyak yang sudah reyot,

kebersihannya pun tidak terpelihara. Di lantai bis banyak berserakan segala macam sampah dan dbu. Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bis. Ada pula banyak tukang copet di dalam bis, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga murah, tetapi ternyata majalah yang mereka jual adalah terbitan tiga tahun yang lalu.

Page 39: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi – Contoh 2Deskripsi – Contoh 2Ketika saya sedang menaiki bis kota kemarin, di pintu

saya dihadang dua orang tukang copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua ‘mahasiswa’ itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.

Di lantai bis banyak berserakan sampah. Udara di dalam bisa sangat panas karena penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tapi orang tua yang duduk di samping saya batuk-batuk dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bis.

Bis masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bis ada orang yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bis mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, “Sialan! Terbitan tiga tahun yang lalu!”

Page 40: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Fakta vs RealitaFakta vs Realita• Apa perbedaan antara contoh pertama dan kedua?• Deskripsi seperti contoh pertama adalah kenyataan yang sehari-

hari kita temui di bis kota. Dengan mudah kita bisa membuktikan kebenarannya. Bahkan tanpa perlu memberikan pembuktian apa pun, banyak orang percaya begitulah keadaan bis-bis kota di Jakarta pada umumnya. Memang bukan mustahil ada bis kota yang bersih, lega tak berjejal penumpang, tak ada tukang copet, pengamen, penjaja dan sebagainya. Namun secara umum gambaran yang dilukiskan penulis adalah benar. Inilah realita, kebenaran yang diyakini banyak orang tanpa perlu dibuktikan lagi kebenarannya dengan teori, dalil atau argumen apa pun.

• Pada contoh kedua, penulis hanya mendeskripsikan apa yang benar-benar dilihatnya, atau diakuinya sebagai dilihatnya, pada suatu tempat dan waktu tertentu (moment opname). Pembaca harus percaya saja dan tidak boleh membantah sepanjang yang dideskripsikannya masuk akal (logis) dan masih sesuai dengan kenyataan yang dilihat sehari-hari. Inilah fakta, yakni persepsi penulis tentang suatu peristiwa, keadaan, atau benda yang diobservasinya pada suatu waktu dan tempat tertentu sesuai dengan apa yang dicerap (perceived) dengan panca inderanya (dilihat, didengar, diraba, dicium, dan dirasakannya) secara langsung.

• Dalam memberikan deskripsi yang kita berikan adalah fakta, bukan realita.

Page 41: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi dan Verbalisasi (1)Deskripsi dan Verbalisasi (1) Tujuan deskripsi adalah agar orang lain bisa mengenali atau membayangkan dengan jelas, sehingga membantunya memahami konteks keseluruhan tulisan Anda. Untuk itu, apa yang Anda (atau subjek Anda) lihat (visual), alami, atau rasakan harus ditransformasikan ke dalam bahasa verbal.  Tidak semua objek/subjek perlu dideskripsikan. Lebih dulu pertimbangkanlah, apakah objek/subjek tersebut memang penting untuk dideskripsikan? Apa relevansinya terhadap keseluruhan cerita? Ingat, tujuan deskripsi adalah untuk memberi gambaran yang menguatkan mengenai hal yang Anda ceritakan.

 Gambarkan apa yang ada di situ: kalau ruangan, sebutkan luasnya, furniturnya, warna dindingnya, ada berapa lampunya, ada berapa kursi, AC-nya central atau split (atau malah window!), seberapa dingin, berisik nggak ( untuk menggambarkan gedung kuno), dll

Page 42: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi dan Verbalisasi (2)Deskripsi dan Verbalisasi (2) Cari yang khas: apakah hidungnya mancung? Apakah

rambutnya lurus seperti baru di-rebonding atau kriting seperti supermi? Tapi jangan juga berlebihan seperti gambaran para pujangga kuno yang menggambarkan wanita cantik menjadi: rambutnya mayang terurai, matanya bak bintang kejora, bibirnya merah delima, giginya bak biji mentimun, dagunya lebah bergantung, dsb. Selain klise, juga jelek – bahkan sangat jelek.

 Cari pembanding yang dikenal luas: wajahnya mirip Dian Sastro, poninya seperti Okky Lukman, tubuhnya tinggi besar seperti Ade Rai, kepalanya dicukur plontos seperti Michael Jordan, batu-batu sebesar kerbau dewasa, dengung seperti suara lebah, cerewetnya seperti Indy Barent, dsb.

 Beri kesan: ingat, kesan adalah opini, tapi sebatas yang ringan-ringan bolehlah. Misal: senyumnya sangat menggoda, tubuhnya sexy, matanya penuh pesona, dsb.

Page 43: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi dan Kekuatan Deskripsi dan Kekuatan TulisanTulisan

• Kekuatan tulisan seringkali terletak pada deskripsinya. Deskripsi yang baik bisa menghidupkan suasana sehingga pembaca bisa membayangkan apa yang tengah dibacanya seolah-olah ia berada di lokasi dan turut merasakan kejadian atau melihat langsung pemandangan, benda, orang dsb yang dideskripsikan penulis.

• Untuk bisa memberikan deskripsi dengan baik, penulis harus bukan saja memahami dan menguasai permasalahan yang ditulisnya dengan baik hingga ke detil-detilnya, namun juga menguasai kosa kata yang baik.

• Penulis harus menguasai kata-kata spesifik, yakni kata yang dapat mewakili konsep yang akan disampaikan seakurat mungkin.

Page 44: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi & Kata Spesifik Deskripsi & Kata Spesifik (1)(1)•Bahasa jurnalistik memiliki keterbatasan ruang. Ia harus

mampu memberi gambaran serta mampu menyampaikan makna yang tepat dan akurat dengan kata yang terbatas. Itu sebabnya pemilihan istilah menjadi sangat penting. Perhatikan contoh berikut:

•Tersangka tertangkap basah dengan senjata di tangan, sementara korban terkapar bersimbah darah di sampingnya.

Benda apa yang dipegang tersangka? Senjata. Tapi senjata macam apa? Pistol, golok, kapak, pisau, badik, clurit, sangkur, kelewang, tongkat, pemukul bisbol, pentung, gada, nun-cha-ku (double stick), ketapel, tombak, atau palu? Kita tidak mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dari kata senjata.

Agar dapat menyampaikan pesan secara lebih akurat, kita bisa menggunakan istilah yang lebih spesifik dan memberikan gambaran yang lebih tepat dan tak mungkin menciptakan penafsiran keliru. Untuk itu, tentu saja kita harus memiliki kosa kata yang cukup kaya, dan piawai menggunakannya secara tepat.

Page 45: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi & Kata Spesifik Deskripsi & Kata Spesifik (2)(2)

•Agar dapat memilih kata yang paling tepat untuk mengabstraksikan suatu benda atau peristiwa, kita harus mengenal jenjang abstraksi berdasarkan pengertian yang dikandung istilah yang kita gunakan. Ada istilah yang tergolong pada abstraksi tinggi, yakni istilah yang mengandung pengertian yang bersifat umum dan luas. Di bawahnya ada kata-kata yang mempunyai pengertian lebih khusus, lebih sempit dan spesifik.

•Perhatikan contoh berikut:

Senjata

Senjata tajam

Pisau

Pisau dapur

Pisau Cap Garpu

Senjata tajam, ~ api, ~ tumpul, dll.

Pisau, badik, tombak, clurit, sangkur, panah, dll.

Belati, cutter, pisau lipat, ~ cukur, ~ dapur, dll.

Pisau cap Garpu, ~ daging, ~ cincang, dll.

(tak ada pilihan lain)

Page 46: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi & Kata Spesifik Deskripsi & Kata Spesifik (3)(3)

Kendaraan

Mobil

Sedan

Taksi

Blue Bird

Pswt terbang, kereta api, sepeda motor, sepeda

Bis, truk, sedan, bak terbuka, mobil sewaan, jenis

Sedan pribadi, hatchback, taksi, -merek

Blue Bird, Prestasi, Gamya, Putra, dll

Warna, Nomor polisi

Kendaraan

Sepeda motor

Yamaha

Yamaha RX King

Pswt terbang, kereta api, sepeda motor, sepeda

SM Besar, SM Balap, SM Bebek, Scooter, merek2

RX King, Bebek, Mio

Warna, Nomor polisi

Page 47: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi & Ungkapan Deskripsi & Ungkapan Ekspresif (1)Ekspresif (1)

•Jurnalistik menginginkan pesan yang disampaikan bisa cepat dan langsung mengena ke dalam pikiran pembaca. Padahal, kita tahu seringkali orang membaca/mendengar/memirsa pesan kita tidak dengan sepenuh perhatian. Untuk merebut perhatian khalayak, seringkali kita memerlukan istilah yang ekspresif dalam pengertian, yakni kata-kata yang mampu memberikan tekanan/gambaran emosi untuk menghidupkan suasana yang dideskripsikan.

•Contoh:•Bunyi tembakan terdengar dua kali, pemuda itu pun jatuh ke aspal.•Bunyi tembakan terdengar dua kali, pemuda itu pun roboh ke aspal.•Bunyi tembakan terdengar dua kali, pemuda itu pun terkapar ke aspal.•Bunyi tembakan terdengar dua kali, pemuda itu pun tersungkur ke

aspal.•Bunyi tembakan terdengar dua kali, pemuda itu pun terjungkal ke aspal.Mana di antara pilihan kata tersebut yang lebih ekspresif? Meski

kata jatuh bisa bermakna jelas dan bisa memberikan gambaran yang tepat, namun kata tersebut kurang kuat dan kurang ekspresif menyampaikan suasana yang terjadi. Kata roboh sudah lebih baik dan ekspresif, namun kata tersungkur dan terjungkal mampu memberikan gambaran yang paling ekspresif dan bertenaga.

Page 48: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Deskripsi & Ungkapan Ekspresif Deskripsi & Ungkapan Ekspresif (2)(2)

•Ungkapan ekspresif sangat sering kita jumpai di berbagai media massa untuk menekankan pesan dan mencuri perhatian pembaca.

•Kita simak beberapa contoh:Sebulan menjelang lebaran, harga-harga telah membumbung tinggi.Massa pendukung PDI Perjuangan menyemut di kawasan Bundaran

HI.Tommy Soeharto diganjar hukuman 15 tahun mendekam di penjara.Perekonomian Indonesia porak-poranda.Gawang Persib dihujani gol.Berkat prestasinya yang luar biasa, Angie ditimbun hadiah.Seluruh rakyat menjerit menghadapi kenaikan Tarif Dasar Listrik.

Ungkapan ekspresif memang memberi makna yang lebih kuat dan menarik pembaca. Namun yang harus diingat, jangan menggunakan kata-kata ekspresif sekadar untuk membesar-besarkan masalah sesungguhnya (hyperbolism) atau mencari sensasi. Tujuan ungkapan ekspresif semata untuk lebih menghidupkan tulisan dan membetot perhatian pembaca. Penggunaannya harus berlandaskan kenyataan dan faktual.

Page 49: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Contoh 1Contoh 1• Laki-laki gondrong itu berjalan dengan terhuyung-

huyung, miring ke kiri dan miring ke kanan, seolah-olah tengah berada di kapal yang dilamun badai. Bajunya tidak terkancing dengan baik, memamerkan dadanya yang kerémpéng. Matanya merah dan tatapannya nyalang. Mulutnya meracaukan kata-kata yang tak jelas. Tangannya mencekik botol whisky yang isinya tinggal seperempat erat-erat. Dari mulutnya meruap bau alkohol yang sangat tajam. “Lu jangan nanya-nanya melulu. Gua lagi happy neh!” katanya dengan suara pélo katanya kepada polisi yang menanyainya.

Page 50: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Contoh 2Contoh 2Ruang itu berukuran 3x4 m. Seluruh dindingnya

terbuat dari bilik bambu, lantainya dari tanah liat yang dikeraskan. Tak ada jendela atau kisi-kisi. Satu-satunya sumber masuknya udara hanyalah pintu yang juga terbuat dari bilik. Di ruang seperti itulah Tini dan Tono tinggal.

Boleh dibilang tak ada perabotan di ruangan tersebut. Lemari, tempat tidur, meja dan kursi, semuanya tidak ada. Yang ada hanya selembar tikar yang sudah koyak di sana-sini, dan kompor minyak tanah yang diletakkan di dekat pintu. “Kami memang tak punya ada-apa, tapi kami bahagia karena kami masih memiliki cinta,” kata Tini sambil memandang suaminya.

Page 51: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Proses Merangkai FaktaProses Merangkai Fakta• Untuk mengembangkan sebuah tulisan, dibutuhkan

kemampuan merangkai fakta.• Pada tulisan features, pokok gagasan (main idea)

dikembangkan dengan cara banyak bertanya, misalnya mengapa masalah tersebut terjadi, apa penyebabnya, apa latar belakangnya, bagaimana jalan peristiwanya, dan sebagainya.

• Sementara pada tulisan opini, tulisan dikembangkan dengan mengidentifikasi segenap fakta yang dapat mendukung analisis dan opini yang hendak dikemukakan.

• Untuk itu kita harus memiliki penalaran (reasoning proses berpikir dan analisis), mempelajari masalah (lengkap dengan latar belakangnya) dan melakukan riset (kepustakaan, penelitian, survei, dll).

Page 52: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (1)Merangkai Fakta (1)Contoh kasus: News Feature• Telusurilah jawaban why dan how untuk peristiwa/

masalah yang tengah aktual sebagai news.

Masalah:

• Wabah malaria berjangkit di dua desa nelayan di Cilacap, Jawa Tengah. Setelah kurang lebih dua minggu, 67 penduduk meninggal dunia karena wabah itu.

Page 53: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (2)Merangkai Fakta (2)Pertanyaan dan Jawaban:• WHY 67 penduduk meninggal dunia, dan HOW

wabah malaria itu?Why 67 penduduk meninggal dunia?• Karena diserang malaria (malaria mewabah).Why malaria menyerang (mewabah)?• Karena populasi nyamuk malaria meningkat pesat.Why populasi nyamuk malaria meningkat?• Karena jentik-jentik nyamuk di air payau yang

tadinya tidak mendapat sinar matahari, sekarang mendapat sinar matahari dan melanjutkan siklus kehidupannya menjadi nyamuk (kalau tidak mendapat sinar matahari, jentik-jentik mati di air).

Page 54: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (3)Merangkai Fakta (3)Why jentik-jentik nyamuk di air payau itu kini

mendapat sinar matahari?• Karena pohon bakau yang melindungi air payau

tempat mereka hidup dibabat penduduk (nelayan).Why pohon bakau dibabat?• Karena penduduk hendak membuat tambak.Why mereka membuat tambak? Bukankah mereka

nelayan?• Karena hasil tangkapan mereka di Segara Anakan

(selat yang memisahkan Cilacap dengan Nusakambangan) kini tidak lagi mencukupi buat hidup.

Why hasil tangkapan itu tidak lagi mencukupi?• Karena ikan dan udang pindah dari situ.Why ikan dan udang itu pindah?• Karena Segara Anakan kian dangkal.

Page 55: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (4)Merangkai Fakta (4)Why Segara Anakan mendangkal?• Karena ada lima sungai dari Jawa Barat dan Jawa Tengah

yang menumpahkan lumpur ke situ setiap detik.How wabah malaria itu sekarang?• Di setiap rumah ditemukan paling tidak seorang

penduduk menderita demam menggigil.How populasi nyamuk malaria itu sekarang?• Menurut survei Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

kini rata-rata setiap jam seorang penduduk di sana dapat membunuh 19 ekor nyamuk yang hinggap di tubuhnya.

How penghasilan nelayan yang tidak mencukupi itu?• Menurut pengakuan lurah, “Sekarang hasil pendapatan

melaut dalam sehari hanya cukup untuk hidup pas-pasan.”

Page 56: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (5)Merangkai Fakta (5)How penebangan bakau itu?• Di lakukan di dua desa – Ujunggalang dan

Ujunggagak – dua tempat di setiap desa, masing-masing seluas 0,75 hektar (seluruhnya 3 hektar).

• Penebangan atas ijin bupati, dan juga sudah dilaporkan ke Perhutani.

How penanggulangan wabah ini?• Sampai hari ini tim medis dari Dinas Kesehatan

Jawa Tengah belum ditarik pulang ke Semarang. Mereka melakukan penyemprotan dengan DDT.

Page 57: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (6)Merangkai Fakta (6)Artikel Opini• Identifikasi segenap fakta yang dapat mendukung

analisis dan opini yang hendak dikemukakan.Kenyataan:• Megawati Soekarnoputri, presiden yang sedang

berkuasa, kalah pada pemungutan suara 20 September 2004, dan rakyat memilih Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden menggantikannya.

Kesimpulan Sementara:• Megawati kehilangan popularitas dikalahkan oleh

dirinya sendiri, karena kinerja pemerintahannya, dan masalah PDI-P, serta Taufik Kiemas. Rakyat yang kehilangan harapan “mencoba memberi kesempatan” pada SBY, yang track record-nya sama sekali tidak menonjol dan ketokohannya pun belum teruji.

Page 58: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (7)Merangkai Fakta (7)Fakta Pendukung -- Megawati dikalahkan Megawati• Issue bahwa dia meninggalkan wong cilik.• Sikap diam (tidak berkomentar, memberi

penjelasan) yang kerap diperlihatkan Megawati menciptakan miskomunikasi dan mispersepsi.

• Kurang tanggap pada nasib orang banyak: kasus TKI ilegal dari Malaysia yang telantar di Nunukan.

• Kerap menyatakan tidak suka terhadap kritik.• Bersikap tidak tegas dengan ‘menggantung nasib’

Yudhoyono serta menunggu Menko Polkamnya tersebut mengundurkan diri.

• Mencerca birokrasi dalam pidatonya (seharusnya tidak dia ungkapkan, melainkan dia benahi).

• Menyatakan “pusing” dalam pidatonya karena satu persoalan belum selesai persoalan lain sudah muncul pula.

• Mutung melihat iklan Yudhoyono di televisi (yang kemudian mencalonkan diri menjadi presiden).

Page 59: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (8)Merangkai Fakta (8)Fakta Pendukung – Kinerja Pemerintahan Megawati• Hasil kebijaksanaan ekonomi yang hanya sebatas

mempertahankan baiknya indikator makro, tetapi tidak berhasil menghidupkan sektor ril dan menciptakan lapangan kerja.

• Kebijaksanaan penegakan hukum (perihal pelanggaran hak asasi manusia, dan pengusutan dugaan korupsi).

Fakta Pendukung – Sebab Lain Kemerosotan Popularitas Megawati

• Pertikaian internal PDI-P yang membuat pendukungnya “pergi”.

• Tingkah laku dan pernyataan-pernyataan Taufik Kiemas.• Lenyapnya citra sebagai “orang tertindas” (pada masa

orde baru). citra ini justru beralih ke SBY

Page 60: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (9)Merangkai Fakta (9)Fakta Pendukung – Yudhoyono 01 (track record)• Sebagai Pangdam Sriwijaya• Sebagai Kepala Staf Umum Mabes TNI• Sebagai Menteri Pertambangan dan Energi• Sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan

Keamanan (semasa Presiden Abdurrahman Wahid mengundurkan diri, menentang rencana dekrit presiden, walau digosipkan sebagai orang peragu)

• Sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (semasa Presiden Megawati): konflik horizontal di berbagai daerah, kasus bom, masalah Aceh, dan mundur karena menjadi kandidat presiden.

Page 61: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

Merangkai Fakta (10)Merangkai Fakta (10)Fakta Pendukung – Yudhoyono 02 (pribadi)• Tidak pernah dilanda gosip korupsi.• Tidak pernah dilanda gosip perihal keadaan

rumahtangganya.• Selalu berusaha menampilkan kesan “intelektual”

dalam berbicara, dengan bahasa yang ditata baik, walau dengan bahasa tubuh yang terlihat sangat “terprogram”.

• Berpenampilan gagah, “cakap” di mata kaum perempuan.

• Kemungkinan adanya keinginan sebagian anggota masyarakat yang jemu menyaksikan teror, konflik sosial, dan kriminalitas untuk mengembalikan kepemimpinan kepada (mantan) militer.

• Kemungkinan ada citra “teraniaya” ketika dinilai “seperti anak-anak” oleh Taufik Kiemas dan didiamkan Megawati di dalam kabinet.

Page 62: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

LatihanLatihan• Topik: Banyak lulusan perguruan tinggi yang

kesulitan mencari pekerjaan• Carilah fakta pendukungnya dengan mengajukan

serangkaian pertanyaan.

Page 63: Kuliah 5-Fakta Menjadi Cerita

UU• S