kuliah faring 2

211
C U R I C U L U M V I T A E Nama : dr.Rini Ardiana Rahayu, Sp THT Alamat : Taman Surya Agung G2/8 Wage Sidoarjo 031-7882197 Riwayat Pendidikan: Dokter Umum FK UNDIP Semarang 1984 Dokter Spesialis THT FK UNAIR Surabaya 1998 Riwayat Pekerjaan: 1984-1986 RS Siti Khodijah Kudus 1986-1986 Ka Puskesmas Keling II Kab Jepara

Upload: perpesanan

Post on 02-Jan-2016

122 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

  • Nama : dr.Rini Ardiana Rahayu, Sp THT

    Alamat : Taman Surya Agung G2/8 Wage Sidoarjo 031-7882197

    Riwayat Pendidikan: Dokter Umum FK UNDIP Semarang 1984 Dokter Spesialis THT FK UNAIR Surabaya 1998

    Riwayat Pekerjaan: 1984-1986 RS Siti Khodijah Kudus 1986-1986 Ka Puskesmas Keling II Kab Jepara

    C U R I C U L U M V I T A E

  • 1986-1993 KA puskesmas Jepara II Pengajar SPK Muh Kudus

    1993-1998 PPDS THT FK UNAIR Surabaya

    1998-1999 SMF THT RSUD Soetomo Surabaya

    1999-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo

    2006-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo Dosen UWK Surabaya

  • F A R I N GANATOMI : Nasofaring Orofaring Hipofaring Palatum molle Ruang Faringeal

  • PENYAKIT-PENYAKIT 1. Faringitis akut 2. Faringitis kronik 3. Faringitis Luetika 4. Faringitis tuberkulosa 5. Tonsilitis akut 6. Difteri faring tonsil 7. Angina Plaut Vincent

  • 8. Leukemia akut di THT 9. Angina Agranulositosis 10. Tonsilitis kronik 11. Adenoiditis akut 12. Adenoiditis kronik 13. Abses Peritonsil 14. Abses retrofaring 15. Abses parafaring 16. Angina Ludovici

  • F A R I N GBagian atas traktus digestivusKantong FibromuskulerBatas: atas : basis kranii bawah : tepi bawah epiglotisPanjang dinding belakang kl 14 cm, kebawah meneruskan sbg esofagus setinggi V.Cervikalis 6Susunan dinding dari dalam keluar: - selaput mukosa - fasia faringo basiler - fasia bukofaringeal

  • Faring dibagi dalam 3 bagian: 1. Nasofaring = epifaring = rhinofaring 2. Orofaring = mesofaring 3. Laringofaring = hipofaring

    NASOFARING Bagian faring dengan batas palatum mollekeatas smp basis kranii

  • Struktur yang penting diketahui: - Atas : + Foramen Jugulare, dilewati N IX ,X,XI serta V. Jugulare + Foramen Lacerum + Pars Petrosus Os Temporalis - Depan : Koane - Lateral: +Torus tubarius: lipatan mukosa faring pd tonjolan kartilago --- ostium tuba Eustachius +Resesus Faringeal = fosa Rosenmulleri dg jar limfe - Belakang: adenoid

  • OROFARING Adalah bagian tengah faring dari batas palatum molle kebawah sampai tepi atas epiglotis * Belakang terdapat vertebra Cervikalis * Depan ada kavum oris yang dibatasi oleh - Palatum molle dan uvula - Arkus faring anterior dan post - Lidah

  • Struktur yang perlu diketahui: 1. Dinding belakang orofaring * Banyak kelenjar getah bening shg sering terlibat - Radang akut/ kronis - Abses retrofaring * Pd bag lateral diblk arkus posterior tdp kelompok kel getah bening yg disebut Lateral Band * Otot2 dinding belakang dipersarafi oleh N.Vagus ( X ).

  • 2. Dinding lateral terdapat: * Fosa tonsilaris dengan batas-batas: - depan dan belakang arkus anterior dan posterior - lateral m. konstriktor faringeus superior Fosa tonsilaris ini diliputi oleh fasia yang mrpk bag. dr fasia bukofaringeal. Pd bag atas (pool atas) terdapat jar ikat longgar yaitu fosa supra tonsilaris, tempat terjadinya abses, biasanya pecah.

  • * Tonsila palatina: tdp di fosa tonsilaris. Merupakan masa jar limfoid dengan jar ikat longgar dan terdapat kripte. - dikutub atas sering ada celah intra tonsil - dikutub bawah melekat pada radix lingue - epitel yg menutupi tonsil epitel squamosa - pada permukaan medial tonsil sering ada celah = kripte yang berisi detritus yi tumpukan lekosit, limfosit, epitel yg lepas, sisa makanan dan bakteri).

  • - Pada permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yg membentuk kapsul tonsil, yg melekat tdk erat pd faring. * Pada dinding depan terdapat: - Tonsila lingualis: terdapat pd radix lingua. - Di garis tengah radix lingua terdapat foramen caecum, dsn kadang terdapat sisa dari duktus thireo glosus, shg klinis penting: - bisa ada sisa masa thiroid - kiste duktus thireoglosus

  • HIPOFARING - adalah bagian faring mulai dari tepi atas epiglotis sampai ke laring.

  • UNSUR- UNSUR FARING 1. mukosa dengan palut lendir 2. otot-otot Mukosa faring: a. Pada nasofaring: * epitel toraks berlapis, bersilia * mukosa mengandungsel goblet * terdapat palut lendir diatas silia, bergerak sesuai grk silia.

  • Fungsi palut lendir: - menangkap partikel-partikel - mengandung enzym lisosym sebagai proteksi. b. Pada orofaring dan hipofaring * Epitel gepeng berlapis, tidak bersilia * Disepanjang faring bnyk jar limfoid, mrpk daerah pertahanan terdepan. Otot-otot faring Tersusun dlm 2 lap - luar (circuler) dan - dalam (longitudinal)

  • 1. Lapisan luar melingkar circuler Yaitu m. konstriktor faring sup, media dan inferior: * bentuk seperti kipas * bag bwh menutupi bag diatasnya * didepan, otot2 ini saling bertemu * dibelakang bertemu pd jaringan ikat = raphe faring Kerjanya mengecilkan lumen faring Inervasi N.Vagus (X)

  • 2. Lap dalam memanjang longitudinal * m. Stilofaring: dari prosesus stiloideus kedepan m.konstriktor faring medius. Fungsi: melebarkan faring dan menarik laring. Inervasi: N.IX * m. Palatofaring: origo: melebar di submukosa dd blk laringofaring tepi belakang lamina kartilago thireoid. insertio: - sebagian ke palatum

  • - sebagian ke hamulus pterygoidea - sebagian sbg m.salfingofaringea (plika salfingofaringea)melanjut ke ujung bawah lamina medialis cartilago tuba eustachius. Fungsi: mempertemukan isthmus orofaring dan mengangkat bag bwh faring dan laring. Inervasi: N X. Jadi kedua otot bekerja sebagai elevator pd wkt menelan.

  • PALATUM MOLLE Ada 5 pasang otot yaitu: 1. M. Levator velli palatini: Fungsi: - mengangkat velum palatinum - menyempitkan ismus faring - melebarkan ismus tuba eustachius Inervasi: N X 2. M. Tensor velli palatini: Fungsi: menegangkan bag anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius Inervasi: rami faring N X

  • 3. M.Palatoglossus: Fungsi: menyempitkan isthmus faucium. Inervasi: rami faring N X. 4. M. Palatofaring: Fungsi: mengangkat bag inferior faring dan laring. Inervasi: rami faring N X. 5. M.Azygos uvula: Fungsi: memendekkan dan menarik uvula ke blk atas. Inervasi: rami faring N X

  • Vaskularisasi: - A. Faringeal asenden ( cabang a. carotis eksterna) - A. Palatina desenden dan a. sfeno palatina ( cabang a. maksilaris interna)

    Inervasi faring: Saraf sensorik dan motorik faring berasal dari pleksus faringeus yang dibentuk oleh cabang faring dari: * N. Glosofaringeus ( rami faringei) * N. Vagus (rami faringei) * Rami laryngofaringei sympatikus

  • Sensorik N IX ke mukosa tonsil, arkus palatinus dan radix lingue Sensorik N X ke mukosa faring dan radix lingue Motorik N IX ke M. Stilofaring Motorik N X ke: * M. Konstriktor faring * M. Levator Veli palatini * M. Azygos Uvula * M. Palatoglosus * M. Palatofaring M. Tensor veli palatini mendapat inervasi dari N V

  • Saluran getah bening: Ada 3 saluran:

    1. Saluran limfe superior: mengalir ke limfonodi:- retrofaring - servikal dalan atas

    2. Saluran limfe media: mengalir ke limfonodi: - Jugulodigastrikus - servikal dalam atas

    3. Saluran limfe inferior: mengalir ke limfonodi servikal dalam bawah.

  • RUANG FARINGEAL Ada 2 ruangan yang saling berhubungan: - ruang retrofaring - ruang parafaring Ruang Retrofaring * mulai dari dasar tengkorak smp batas bawah fasia cervikalis * dinding anterior ruang ini = dinding posterior faring ( mukosa, fasia faringo basilaris dan otot-otot faring) * disebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faring maksila ( parafaring)

  • * Ruang ini berisi jaringan ikat longgar dan fasia prevertebralis Serat-serat jaringan ikat digaris tengah mengikatnya dengan vertebra. * Pada bayi dan anak sering terjadi abses karena di ruang ini terdapat kelenjar-kelenjar limfe. Bila terkena radang, terjadi supurasi, bila pecah nanahnya tertumpah didalam ruang retrofaring. * Kelenjar limfe ini akan menghilang saat anak menjadi besar

  • Ruang Parafaring Berbentuk kerucut dengan: - dasar didasar tengkorak dekat foramen jugulare - puncak pada cornu os hioid Batas: * Bag dalam : m. konstriktor faringeus superior * Bag luar : ramus asenden mandibula dimana melekat m. pterigoideus internus dan bag posterior kelenjar parotis.

  • Ruang ini dibagi dua oleh os hioid: a. bag anterior = prestiloid Lebih luas, dapat mengalami supurasi akibat dari: * radang tonsil * mastoiditis, Petrositis * caries gigi b. bag posterior = post stiloid: bag ini lebih kecil, berisi: * A. Carotis interna * V. Jugularis interna * N vagus

  • Ketiga A,V dan N ini dibungkus sarung/ selubung carotis yang disebut Carotis Sheath. Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh lapisan fasia yang tipis.

  • FARINGITIS AKUT Adalah radang akut mukosa dan jaringan limfoid faring, dan sering sebagai gejala permulaan dr: influenza, morbili, varicela, parotitis, pneumonia, arthritis rheumatika. Etiologi : * virus * Streptococus B hemoliticus * Streptococus Pneumonia * Hemophils influenzae Penularan: - Percikan ludah (droplet) - Alat makan minum yg dipakai bersama-sama

  • Gambaran klinik: - Keluhan: * batuk pilek, tenggorok rasa kering, panas, sedikit nyeri telan. * badan lemah, sakit kepala, sumer sampai panas. - Pemeriksaan: * mukosa faring edem, merah terutama lateral band, granula faring tampak membesar. * sering ada pembesaran kel getah bening regional dan agak sakit.

  • Komplikasi: bila daya tahan tubuh baik, jarang komplikasi: * Radang dapat menjalar ke: - atas : kavum timpani, otitis media - bawah: laringitis, tracheitis, bronchitis, pneumonia. - depan : rhinitis akut, sinusitis. *Secara sistemik: bakteriemi, septikemi, terutama oleh streptococus --- endo karditis sub akut (pd kelainan katub jantung). Terapi: 1. self limiting, ckp simptomatis analgetik antipiretik, obat kumur gargarisma khan, air garam hangat. 2. antibiotika: bl ada kompl atau dy thn trn

  • FARINGITIS KRONIK Radang kronik mukosa dan jar limfe. Ada 2 bentuk: - hiperplastik - atrofi Penyebab: biasanya ada faktor predisposisi yaitu iritasi oleh: - sekret dari rhinitis kronis, sinusitis - asap rokok, debu rumah. - alkohol - alergi - perubahan udara,dingin

  • Gambaran klinik: 1. FARINGITIS KRONIK HIPERPLASTIK/GRANULOSA Mukosa menjadi tebal dan hipertrofi kelenjar limfe. Keluhan: - bisa ringan sampai berat. Bagi pend dg neurosis akan terasa lebih hebat. - Faring terasa:* kering, gatal, panas * berlendir, sulit keluar * rasa ngganjel spt ada benda. Pemeriksaan: - faring agak merah (kadang2 tidak) - granula pada dinding faring.

  • Terapi: * Cari kausa iritasi dan diobati * Kaustik pd granula( aanstipen= oles) dengan: - nitras argenti 5% - albothyl - asam triklor asetat

    2. FARINGITIS KRONIK ATROFI (FARINGITIS SICCA ) Timbulnya sering bersamaan dengan rhinitis atrofikans. Pada rhinitis atrofikans udara yg masuk tidak diatur suhu dan kelembabannya, shg menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

  • Keluhan: tenggorok terasa kering, tebal, kadang mulut berbau.

    Pemeriksaan: mukosa faring tertutup lendir yang melekat, bila diangkat mukosanya kering

  • FARINGITIS LUETIKA Etiologi: Treponema Pallida Gambaran klinik: tergantung stadiumnya: 1. Pada stadium Primer: * bercak keputihan pada lidah , palatum molle, tonsil, dinding posterior faring * Bila terus berlangsung, akan terjadi ulkus yang seperti ulkus pada pada alat genital yaitu tidak ada rasa nyeri. * Pembesaran kelenjar limfe sub mandibula yg juga tidak nyeri tekan.

  • 2. Pada stadium Sekender (jarang ditemukan): terdapat eritema dinding faring yang terus meluas ke laring.

    3. Pada Stadium Tertier: * Terdapat Gumma * Predileksi: tonsil dan palatum. Pada palatum molle dapat menimbul kan gangguan fungsi yang permanen oleh karena waktu sembuh terjadi sikatrik. * Jarang di dinding posterior faring, dan ini dpt mengenai vertebra cervicalis. Diagnosis: Tes Serologis

  • FARINGITIS TUBERKULOSA Biasanya sebagai proses sekender, kecuali jenis bovinum. Cara infeksi: * Eksogen: kontak dengan sputum atau inhalasi udara. * Endogen: - hematogen pada tbc milier - limfogen Gejala: * Keluhan: - nyeri tenggorok hebat yg menyebabkan anoreksi shg menyebabkan keadaan umum memburuk. - sering ada regurgitasi - nyeri telinga (otalgia)

  • Pemeriksaan: * Penderita tampak kesakitan waktu menelan ludah. * Terdapat lesi kecil-kecil (multipel ulcus) pd mukosa dari: - dinding faring: sering pd posterior - arkus faring anterior. - dinding lateral hipofaring. - mukosa palatum durum dan palatum molle. - pangkal lidah, epiglotis dan tonsil.

  • Pada tonsil akan terbentuk ulkus pd satu sisi tonsil, kmd tonsil mengalami nekrosis. Bila hemato gen, dpt mengenai kedua tonsil. * Bisa ada adenofati cervikal/ kel limfe regional.

    Diagnosis: * Pem sputum BTA * Foto thoraks * Biopsi

    Terapi: sesuai terapi pada Tb Paru.

  • TONSILITIS AKUT Adalah radang akut pada jaringan tonsil. Sering pada anak2. Terbanyak umur 5 10 th. Etiologi: 1. Bakteri: * Streptococus hemoliticus * Streptococus Viridans * Streptococus Pyogenes 2. Virus : * Adenovirus * Virus Influenza, Herpes Patologi radang: * Mula2 terjadi infiltrasi pd lapisan epitel, epitel terkikis --------

  • jaringan limfoid supervisial bereaksi, shg terjadi pembendungan radang oleh infiltrasi lekosit pmn. * Kripte berisi bercak kuning (detritus), disebut Tonsilitis Folikularis Bila detritus yg berdekatan menjadi satu, terjadi Tonsilitis Lakunaris. * Bila detritus melebar membentuk membran, disebut Tonsilitis membranosa.

    Cara infeksi: * Percikan ludah * Alat makan minum bergantian. Penyakit ini cenderung residif periodik.

  • Gambaran klinik * Keluhan: - Umum: +badan panas, bisa tinggi, pd anak bisa terjadi kejang. + badan lesu, nyeri kepala dan sendi. + nafsu makan berkurang. + Bisa terjadi otalgia sbg reffered pain. - Lokal: tenggorok mula2 rasa kering, lalu nyeri menelan. Pemeriksaan: * Umum: - Suara terdengar spt mulut terisi penuh makanan panas ( Plummy Voice)

  • - mulut berbau busuk - ptyalismus (tumpukan ludah) * Lokal: - Tonsil merah, bengkak dg detritus, istmus faucium dapat menyempit. - hiperemi dan udem arkus anterior/ posterior serta palatum molle. - Kelenjar regional (jugulo digastricus) membesar dan nyeri tekan.

  • Komplikasi: * Lokal:- Abses/infiltrat peritonsil - Abses parafaring (timbunan pus antara m.konstriktor faringeus sup dg fasia cervicalis profunda) - Limfadenitis cervicalis, smp tjd supuratif - Otitis Media Akuta ( pd anak2) * Sistemik: terutama Streptococus hemoliticus, hematogen ke - Ginjal (nephritis) - Sendi (arthritis) - Jantung (endocarditis) - Vaskuler (phlebitis) - Paru (bronchitis)

  • Terapi: * Obat kumur ( Gargarisma Khan ) * Analgetik * Antibiotik (utk infeksi S. Pyogenes) * Kasus berat: - Penisilin Prokain 2X0,6-1,2 juta U per hari im, dilanjutkan: - Fenoksimetil Penisilin 4X500 mg oral

  • DIFTERI FARING - TONSIL Yaitu radang akut pada mukosa faring dan tonsil yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheriae Masa inkubasi : 2 4 hari Penularan: - kontak langsung penderita/carier - percikan ludah ( droplet infection) Insiden: - anak2 usia < 10 th (terbnyk 2 5 th) - dewasa: kadang2 Di Eropa hampir sudah tidak ada Di Indonesia dimasa lampau banyak, kini sudah menurun.

  • Patologi: * Kuman msk ke mukosa faring / tonsil, dapat juga di mukosa hidung, laring. * Kmd kuman berbiak, memproduksi eksotoksin yang diserap darah dan saluran limfe yang menimbulkan gejala umum dan lokal: - lokal: toxin merusak epitel nekro se tjd eksudasi serum mem bentuk pseudomembran. - umum: * badan lemah, anoreksia, sub febril, sakit kepala * gangguan organ lain akibat eksotoxin.

  • Klinis: * Keluhan: - Lokal : nyeri menelan yang tdk begitu hebat - Umum: badan lemah, lesu, anoreksia, sakit kepala, panas tidak terlalu tinggi ( subfebril)

    * Pemeriksaan: - Umum: keadaan umum kurang baik ---- jelek, tampak lesu seperti sakit keras - Lokal: + Tonsil faring hiperemi, ada beslag Pseudo membran tebal, warna putih abu2 ( bukan bercak) yg sukar dilepas, bila dilepas keluar darah.

  • Pseudomembran dapat meluas keluar tonsil, sdk pd Tonsilitis akut terbatas pada tonsil. + Pembesaran kelenjar getah bening yang hebat karena udem periglanduler, disebut Bullneck

    * Diagnosis: dibuat berdasarkan gejala klinik, sedangkan dx pasti didasarkan pada pemeriksaan bakteriologis dari swab tenggorok dg pem: - langsung - kultur

  • Komplikasi: a. Lokal: Pseudo membran meluas ke hipo faring, laring --- tjd obstruksi jalan nafas atas --- trakheotomi b. Umum: secara sistemik akibat ekso toksin: 1. Kolaps vaskuler 2. jantung --- miokarditis ( 4-6 minggu) 3. Kelumpuhan saraf perifer: * Palatum molle: - rhinolalia aperta - tersedak ke hidung - phenomena palatum molle (-)

  • * Otot mata: - sukar akomodasi - opthalmoplegi (strabismus) * Otot pernafasan * Otot ekstremitas 4. Gagal ginjal mendadak: Albuminuria

    Terapi: Harus cepat, tdk perlu hasil lab, cukup secara klinis. - Isolasi, istirahat mutlak 10-14 hari - ADS i.m: - single dose 20.000-40.000U - yg berat 60.000-100.000U

  • - Antibiotika: Penicillin 12 14 hari - 4 6 mg setelah sembuh, Tonsil ektomi, utk menghindari: - kambuh - carier

    Kriteria sembuh: - Pseudomembran (-) - Swab: kuman negatif, 4 hari kmd diulang.

  • ANGINA PLAUT VINCENTTONSILITIS PLAUT VINCENTSTOMATITIS ULCEROMEMBRANOSA Adalah infeksi yang menimbulkan ulcerasi pd mukosa tonsil dan atau palatum, gusi, retrofaring dan gusi. * Penyebab: - simbiose dari Bacilus Fusiformis dan Oral Spirochaeta - faktor higiene mulut dan def Vit C * Gejala: - Umum: + demam: subfebril atau normal + nyeri mulut, gigi, kepala + gusi mudah berdarah, hipersalivasi + kadang ada gangguan pencernaan

  • * Lokal: Bercak2 nekrotis superficial, putih keabuan --- sgr mjd satu di tonsil, uvula, dinding faring, gusi, procesus alveolaris. Kd mjd ulkus yg tdk begitu nyeri dan bisa menimbulkan bau tdk sedap (foetor ex ore ). Gejala berlangsung 1mg atau lebih.

    Diagnosis: Pem swab ulkus ditemukan kuman penyebabnya.

    Terapi: - Antibiotika gol Penicillin - Vitamin C dan B complek - Higiene mulut --- oral kumur

  • LEUKEMIA AKUT Gejala yang timbul pada bidang THT yaitu * Perdarahan di mukosa mulut, gusi, bawah kulit. * Tonsil sering membengkak tapi tidak hiperemi, nyeri hebat di tenggorok. * Epistaksis, biasanya merupakan gejala pertamanya.

  • ANGINA AGRANULOSITOSISPenyebab: keracunan obat gol. Aminopyrin, sulfa dan arsen.Menimbulkan ulserasi yang luas di mulut, faring, juga pengelupasan mukosa mulut, lidah, tonsil.Klinis:* Panas mendadak, kd menggigil, sakit tenggorok* Ulkus disekitar mulut, faring dg gejala radang disekitarnya.* Nekrotik abu2 kotor, menyebar ke oral, laring, * Bisa juga ke genetalia dan saluran cerna.

  • Gambaran darah: Granula lekosit turun sampai 500 ( Normal 6000 7000 ) Terapi: * Transfusi darah * Radio terapi * Obat2an: - Obat kumur - Penicillin - Pentoxyl

  • TONSILITIS KRONIS Etiologi: Streptococus hemoliticus Patologi: - infiltrasi lekosit + pus didlm kripte (detritus) - Fokus radang kronik + mikroabses - Bisa: * hiperplasi folikel ( Hipertrofi tonsil) * Atrofi tonsil Gejala klinik: * Keluhan: - Kadang tanpa ada radang akut. Suhu normal/ subfebril, lesu

  • nafsu makan menurun bisa terjadi anemia ringan * sakit menelan ringan atau tidak ada, kecuali saat eksaserbasi akut. Kadang hanya rasa gatal atau ngganjel. * Foetor ex ore, karena detritusnya. Pemeriksaan: - Tonsil hipertrofi, kd atrofi, tidak udem, sedikit hiperemi - terdapat detritus ( bila ditekan di arkus anterior) - Kelenjar limfe regional membe sar dan tidak nyeri tekan

  • Terapi: _ higiene mulut: obat kumur, obat isap _ Tonsilektomi dengan indikasi Komplikasi: - Perkontinuetatum ke daerah sekitarnya - Hematogen / limfogen ke organ jauh: * Endokarditis, artritis, miokarditis * Nefritis, Artritis, iridosiklitis * Dermatitis, pruritus, furunkulosis

  • ADENOIDITIS AKUT * Penderitanya bayi atau anak2 Adenoid terdapat pd bayi smp pubertas Pd usia 12 th mulai mengecil, 17-18 th hilang * Gambaran klinik: Pd tonsilitis anak juga terjadi adenoiditis, mk gambaran kliniknya kombinasi keduanya. - Keluhan didapat dr ibunya: _ panas tinggi, dpt kejang _ hidung buntu, menyusu tdk tenang, shg berat badan turun

  • - Pemeriksaan: Rhinoskopi anterior: stl diberi dekongestan, + adenoid udem dan hiperemi + phenomena palatum molle negatif * Terapi: - Simptomatis: analgetik, antipiretik - Antibiotika * Komplikasi: + Melalui tuba eustachius --- OMA + Ke bawah: - laringitis - tracheitis - bronchitis - bronchopneumonia

  • ADENOIDITIS KRONIS Penyebab: post nasal drip dari: - Rhinitis berulang - Sinusitis paranasalis Akibat hipertrofi adenoid --- obstruksi nasi: 1. Sering pilek 2. Batuk sukar sembuh 3. Rhinilalia Oklusa: - nafsu makan turun - mulut terbuka/ adenoid face 4. Aproseksis nasalis (sukar konsentrasi) 5. Oklusio tuba: pendengaran menurun

  • * Gambaran klinik: - Keluhan: bervariasi sesuai akb obs nasi - Pemeriksaan: + rhinoskopi anterior: adenoid membesar + rhinoskopi posterior: sulit, krn pd anak ( bisa dengan toucher nasofaring ) + pembesaran kelenjar leher. * Diagnosa banding: - Sinusitis paranasalis - Rhinitis alergika * Terapi: Adenoidektomi

  • ABSES PERITONSIL Adalah peradangan dg pus pada jaringan ikat longgar peritonsil. * Prevalensi: biasanya pd dewasa jarang pd anak < 12 th * Etiologi: radang akut tonsil yg menjalar. * Patologi: - infeksi tonsil menembus kapsul, masuk jar ikat longgar peritonsil. - mula2 infiltrat, kmd stl hr ke 4 mjd abses

  • *Gambaran klinik: - Keluhan: + lokal: _ nyeri spontan _ nyeri telan smp ketelinga _ ptyalismus + umum : subfebris, cefalgi - Pemeriksaan: + suara berubah (muffle) : spt ada makanan panas dlm mulut, atau kadang2 bindeng (rhinolalia aperta) + sulit menelan ludah krn: rasa sakit dan udem palatum molle. Pd wkt minum akan regurgitasi ke hidung + trismus, lidah kotor + tonsil hiperemi, udem dan terdorong ke yg sehat + pembesaran kel limfe leher

  • *Diagnosis banding: Infiltrat peritonsil: dilakukan pungsi dg jarum ditusukkan pd tempat yg plng bom ban atau pd pertemuan grs horisontal yg melalui basis uvula dengan grs vertikal yg mel tepi bawah askus anterior. * Terapi: + Bila ada pus insisi dan tiap hr buka insisi + Antibiotika + Simptomatis: analgetik antipiretik + Diet lunak + Tonsilektomi : - stl sembuh 4-6 minggu (A Froid) - dapat jg pd wkt drainase (A Chaud) - atau 3-4 hr stl drainase ( A Tiede)

  • * Komplikasi: 1. Pus turun kebawah, tjd peri laringitis, peri trakheitis dan mediastinitis. 2. Pus menjalar ke spatium parafaring: tjd abses parafaring (pus antara m. konstriktor faringeus sup dan fasia cervikalis profunda. 3. Udem laring, bisa sebabkan obstruksi laring 4. Pus pecah spontan, bisa aspirasi 5. Tsombosis vena leher (V.Jugularis interna) 6. Sepsis

  • ABSES RETROFARING * Prevalensi: + Pd bayi sampai anak umur 5 th, krn pd anak smp umur 2th tdp bnyk kel limfe dispatium retrofaring, kmd jumlahnya menurun smp umur 5 th. Kel ini menampung aliran limfe dr - hidung dan sinus paranasalis - nasofaring dan orofaring - tuba eustachius dan cavum timpani + Pd orang dewasa jarang, biasanya karena tertusuk benda asing

  • * Proses infeksi : - akut - kronis, krn tbc: abses dingin * Lokasi: - epifaring - mesofaring - hipofaring * Etiologi: Streptococus, dr aliran limfe diatas * Timbul sebagai akibat dari: 1. Penyakit infeksi jln nafas atas, mis: influen sa, faringitis akut, morbili, scarlantina. 2. Trauma dinding faring, mis: duri ikan, tu lang ayam, tindakan operasi adenoid, esofagoskopi

  • * Gambaran klinik: + Keluhan: - umum: panas, gelisah, tdk mau makan: - lokal : nyeri telan hidung buntu --- pd nasofaring stridor --- meso dan hipofaring + Pemeriksaan: kepala sebaiknya hipereksten si terutama pada abses mesofaring. - lokal: _ benjolan pd dd blk faring, bila hebat uvula terdorong _ fluktuasi + - umum: _ pembengkakan kel limfe leher _ kepala sukar digerakkan krn otot leher kaku

  • * Diagnosis pasti: pungsi * Diagnosis banding: 1. Aneurisma: ada pulsasi 2. Malformasi Korpus Vertebra Cervikalis 3. Tumor 4. Adenoiditis * Terapi: - insisi dg anestesi lokal, umum / tanpa anestesi, dg posisi trendelenberg * Komplikasi : Pus turun ke bawah 1. udem laring --- obstruksi jalan nafas atas 2. ke peri laring --- mediastinitis 3. pecah spontan --- aspirasi 4. trombosis vena leher 5. perdarahan krn erosi A.carotis Interna 6. sepsis --- meningitis

  • ANGINA LUDOVICI Adalah selulitis pada ruang supra hioid Ruang supra hioid terdiri atas: - ruang sublingual - ruang submental - ruang sub maksila / submandibula Ruang sublingual dipisahkan dr ruang submen tal + ruang submandibula oleh m. milohioid. Infeksi yg terbatas pd salah satu atau lebih dr ruang ini disebut Pseudo Angina Ludovici

  • * Etiologi: - sering infeksi berasal dr gigi - radang supuratif kel limfe cervikal di daerah submandibula. * Gejala: - nyeri leher dan tenggorok - pembengkakan daerah submandibula ( hiper emi dan keras) - dasar mulut bengkak, lidah terdorong ke atas belakang --- bisa sesak nafas * Diagnosis: - adanya riwayat sakit gigi - gejala dan tanda2 klinis * Terapi: - Antibiotika dosis tinggi parenteral ( aerob dan anaerob) - insisi dan eksplorasi: insisi di garis tengah horisontal stg os hioid 3-4jari bwh mandibula

  • * komplikasi: - Sumbatan jalan nafas - Menjalar ke ruang leher dalam yg lain - Mediastinis, sepsis

  • ABSES PARAFARING * Etiologi: 1. Akibat tusukan langsung, mis: duri, jarum suntik terkontaminasi. 2. Proses supurasi kel limfe leher dalam akb infeksi: - gigi, tonsil, faring - sinus paranasalis, mastoid - vertebra cervicalis 3. Penjalaran infeksi dari: - ruang peritonsil - retrofaring - submandibula

  • * Gejala: - nyeri menelan, demam tinggi - pembengkakan dd lateral faring - trismus dan pembengkakan sekitar angulus mandibula * Diagnosa: ditegakkan berdasar: - Riwayat penyakit dan gejala klinik - Bila ragu: + X foto jar lunak A-P, lateral + CT scan * Komplikasi: radang dpt menjalar: - Perkontinuetatum: + keatas: intrakranial + kebawah: menyusuri carotid sheat ke mediastinum Pd pembuluh darah carotis bisa terjadi: _ peri plebitis/ endo plebitis _ tromboflebitis --- septikemi _ nekrosis --- ruptur --- perdarahan - Hematogen, limfogen

  • * Terapi: - Antibiotika dosis tinggi (aerob dan anaerob) - Evakuasi abses: dengan general anestesi: 1. insisi dr luar: dilakukan 2 jari dibwh dan sejajar dg mandibula 2. insisi dari dalam: pd dinding lateral faring

  • L A R I N G Mempunyai fungsi sebagai: - Pintu masuk udara: bisa terjadi obstruksi - Alat bersuara: bisa parau --- afoni

    ANATOMI * Kerangka laring trsusun dr tulang rawan yg dihubungkan oleh ligamentum dan membrana elastika. Tulang rawan t.d: 1. Cartilago Tiroid: bag depan menonjol, dsbt Prominensia laring

  • 2. Cartilago Krikoid: lebih tinggi dibelakang 3. Cartilago epiglotis 4. Cartilago Aritenoid 5. Cartilago Kornikulata: di apex c. Aritenoid 6. Cartilago Kuneiformis: di plica Ariepiglotik 7. Cartilago Trisea: di lig. Hiotiroid

    Ada 2 Artikulasio: 1. A. Kriko-tiroid 2. A. Kriko- aritenoid

    Diatas kerangka laring terdapat Os Hioid

    * Otot- otot laring: 1. Otot Extrinsik 2. Otot Intrinsik

  • 1. Otot Extrinsik: bekerja pd laring secara keseluruhan: a. infra hioid b. suprahioid a. Infra hioid: otot depresor: menarik ke bwh blk: 1. m. Omohioid: Origo: margo sup dan ligamentum transversum scapula Insersio: Corpus os hioid 2. m. Sternohioid: Origo: perm post manubrium sterni Insersio: Corpus os hioid 3. m. Sternotiroid: Origo: perm post Sternum Insersio: lamina cartigenustiroidea

  • b. Supra hioid: otot elevator: 1. m. Milo hioid Origo: linea milohioid mandibula Insersio: Perm depan corpus hioid dan jar ikat raphe di median 2. m. Geniohioid: Origo: spina mentalis mandibula Insersio: perm ant os hioid 3. m. Genioglosus: Origo: spina mentalis mandibula Insersio: corpus os hioid dan sebag ke epiglotis

  • 4. m. Hioglosus: Origo: tepi atas corpus os hioid dan cornu mayor os hioid Insersio: lingua 5. m. Digastricus: Venter post: Origo: insisura mastoid Insersio:corpus oshioid Venter ant: Origo:tendo intermedian dr venter post & corpus os hioid Insersio: fosa digastri cus mandibula

  • 2. Otot intrinsik: A. Abduktor: M. Kriko aritenoid posterior Origo: perm posterior, inferior medial dr lamina catilaginea kricoid Insersio: permukaan post & apex proc muskularis cartilago aritenoid B. Adduktor: a. M. Interaritenoid - Obligus: Origo: perm post proc muscu laris cartilago aritenoid Insersio: ke puncak kartilago aritenoid sebelahnya - Transversus: Origo: perm post karti lago aritenoid

  • Insersio: tepi lat kart aritenoid b. M. Krikoaritenoid lateralis: Origo: tepi atas & perm external dr arkus cartilago krikoid Insersio: perm anterior proc muskularis cartilago aritenoid c. M. Kriko tiroid: Origo: margo inf & perm medial lamina cartilagenus cricoid Insersio: perm eksternal arkus cartila genus krikoid d. M. Tiro aritenoid Origo: perm post cartilago tiroid Insersio: tepi lateral cart aritenoid

  • C. Tensor: 1. M. Vokalis: Origo: perm post bwh pd sudut cart tiroid Insersio: proc vokais cart aritenoid 2. M. Krikotiroid 3. M. Tireo aritenoid

    KORDA VOKALIS Melekat: - didepan pada cartilago tiroid - diblk cartilago aritenoid, bs bergerak: + ke lateral --- stadium respirasi + ke medial stadium fonasi Dibentuk oleh tonjolan: m. vokalis m. tiro aritenoid

  • Ditutupi oleh mukosa yg elastik tebal, shg ter bentuk: - Plika vokalis : pita suara asli - Plika ventrikularis: pita suara palsu Celah diantara plika vokalis disebut rima glotis Celah diantara plika ventrikularis dsbt rima ventrikuli Plika vokalis & plika ventrikularis membagi laring menjadi 3 bagian: 1. Supraglotik (vestibulum laring) : diatas plika ventrikularis 2. Glotik (ventrikulus laring) = Morgagni: dian tara plika vokalis dan plika vetrikularis 3. Subglotik: dibawah plika vokalis

  • * Rima glotis: - Bag intermembran (ant korda vokalis) - Bag interkartilago (ant aritenoid) * M. Vokalis dan m. tiroaritenoid berfungsi mene gangkan korda vokalis. Pd orang tua tonusnya mengendor --- bs terjadi suara parau

    Persarafan laring: Mendapat cabang dr N. Vagus melalui : - N. Laringis superior - N. Laringis inferior Keduanya merupakan campuran motorik dan sensorik

  • 1. N Laringis Superior Menuju ke cornu mayor os hioid --- beranas tomose dg plexus faringeus & ganglion cervi cal superior --- kmd membagi dua: a. ramus eksternus :motorik: ke m krikotiroid b. ramus internus :sensorik : ke mukosa laring supraglotik rs sakit & reflex batuk 2. N. Laringis Inferior Merupakan lanjutan dr N. Rekuren N. Vagus yang berjalan ke bawah: - Kanan: stl menyilang dibwh a. subclavia kn, kmd naik keatas - Kiri: stl menyilang dibwh aorta naik keatas mjd n. laringis inferior

  • Didekat artikulatio kriko aritenoid, bercabang menjadi dua: a. ramus anterior: ke otot intrinsik bag lat, yaitu: - m. kriko aritenoid lateral - m. tiro aritenoid - m. aritenoid obligus - m. vokalis - m. ari epiglotika - m. tiro epiglotika b. ramus posterior: ke otot: - m. kriko aritenoid posterior - m. aritenoid transversus kmd beranastomose dg ramus interna ( sensorik) lalu ke mukosa laring dibwh korda vokalis

  • * Keitimewaan N. Laringis Inferior: 1. Panjang, menyilang A Subclavia dan Aorta shg bisa terganggu adanya aneurisma. 2. Yang kiri lebih panjang, shg kemungkinan terganggu lebih besar, mis : Cor Bovinum Cor Pulmonale 3. Menginervasi otot2 yg fungsinya berbeda yaitu aduksi & abduksi: Aduksi: m. Kriko aritenoid lateralis m. Tiro aritenoid m. Aritenoid Obligus m. Vokalis m. Kriko tiroid (ramus anterior) Abduksi: m. Krikoaritenoid post(r. post) 4. Melewati kel Tiroid, shg dpt terganggu

  • ALIRAN LIMFE Banyak, kecuali daerah lipatan korda vokalis. Ada 2 golongan: 1. Supraglotik: alirannya ke: - ln. pre epiglotik - ln. cervicalis profunda superior 2. Subglotik: alirannya ke bawah menuju: - ln. pre tracheal - ln. prelaringeal - ln. cervicalis profunda inferior dan ada yg terus smp ln. supra claviculer

  • FISIOLOGI LARING 1. Fungsi respirasi: dg mengatur besar kecilnya rima glotis 2. Fungsi fonasi: membuat suara & tinggi rendahnya nada 3. Fungsi proteksi: - cegah makanan/benda asing msk trachea - refkex batuk: benda asing/sekret yg msk trachea dikeluarkan 4. Membantu proses menelan: - gerakan laring dari bawah keatas - menutup aditus laring - mendorong bolus makanan turun 5. Membantu mengatur aliran darah: perubahan tekanan udr dlm traktus trakheobronchial --- mempengaruhi aliran darah alveolus 6. Mengexpresi emosi:mengeluh, nangis, teriak

  • PEMERIKSAAN LARING 1. Laringoskopi direk / langsung menggunakan: - Laringoskop kaku (rigid) - Fiber Optik Laringoskop ( FOL) 2. Laringoskopi indirek/ tidak langsung: dg kaca laring, cara: - Pend menjulurkan lidah, kmd lidah dipegang dg kain kasa tangan kiri pemeriksa. - Kaca laring yg telah dipanaskan sesuai suhu tbh dipegang dg tangan kanan ditempatkan di orofaring menghadap ke bwh dg posisi 45 didepan uvula atau medorong ke blk - Kaca laring disinari dg lampu kepala akan memantulkan sinar ke laring, shg tampak gambaran laring.

  • Adanya gagguan fungsi laring akan menyebab kan penderita datang ke dokter, yang sering adalah: - suara parau - obstruksi laring ( sesak )

  • S U A R A P A R A U Ini bukan penyakit, tapi tanda/ gjl dini penyakit Penderita menggambarkan suara besar/susah keluar / nada yg lebih rendah dari biasanya. Setiap keadaan yg menimbulkan gangguan dlm: - getaran, - ketegangan dan - pendekatan pita suara, akan menimbulkan suara parau. Plika vokalis dpt mengambil alih fungsi fonasi, disebut Disfonia ventrikular.

  • PENYEBAB SUARA PARAU: A. Penyakit yang menyebabkan suara parau: 1. Radang akut/ kronis 2. Tumor 3. Paralise otot laring 4. Kelainan laring: - sikatrik akibat operasi - fiksasi sendi kriko aritenoid B. Anatomi dan fisiologi penyebab suara parau: 1. Anatomi abnormal: korda vokalis mjd tebal karena udem,hiperemi,infiltrasi, hipertrofi, misal pada laringitis. 2. Fisiologi abnormal: a. korda vokalis tdk dpt bergrk kemedial b. k.v dpt bergrk ke med tp tdk dpt rapat

  • 1. Radang: a. Radang akut laring ( Laringitis Akut): Gejala parau disertai dg demam, malaise, batuk, nyeri telan/ bicara. Dapat terjadi sumbatan laring dg gejala: - sridor - retraksi/ tarikan di epigastrium, infra/ supra claviculer, intercostal. b. Radang kronik laring ( Laringitis Kronik) - Non spesifik akibat : sinusitis, bronchitis kronis, berteriak, bicara terus menerus. - Spesifik: akibat dr lues, tbc

  • 2. Tumor Bila di pita suara --- suara parau --- lama2 tumor membesar --- sumbatan jln nafas atas --- sesak.

    3. Paralise otot laring a. Berdasar lokasi kelainan: - Sentral (intra kranial): * Paralisis bulbair * Tabes dorsalis * Multipelsklerosis * Siringomyeli Biasanya disertai gejala lain - Perifer: * Struma, pasca Strumektomi * Limfadenopati coli * Aneurisma aorta/ A. Subclavia D

  • * Trauma leher * Tumor esofagus/ mediastinum b. Berdasarkan jenis dan jml otot yg terkena: - Paralise Unilateral/ Bilateral - Paralise adduktor/ abduktor/ Tensor - Paralise sempurna/ tidak sempurna Mis: * Unilateral midline paralise * Unilateral incomplete paralise * Bilateral midline paralise * Bilateral incomplet paralise * Bilateral complete paralise * Adduktor paralise * Paralise m. Tyro aritenoid Paralise m. Cricotyroid

  • Dalam menilai tingkat pembukaan rima glotis pada paralise chorda vocalis ada 5 posisi: 1. Posisi median: : di garis tengah 2. Posisi paramedian : 3 5 mm 3. Posisi Intermedian : 6 7 mm 4. Posisi abduksi ringan : 8 14 mm 5. Posisi abduksi penuh : 15 -18 mm

  • Fisiologi abnormal: 1. Korda vocalis tidak dapat bergerak kemedial: a. Paralise korda vokalis (Adduktor): dapat: - Sentral / Perifer - Bilateral / Unilateral Pd Bilateral adduktor parese: * Posisi fonasi = respirasi * Gejala afoni, nafas baik Pd Unilateral adduktor parese: * k.v tdk dpt bertemu di medial, tp kd di paramedian (miring) * gejala afoni, nafas baik Pd Unilateral abduktor paralise: * suara nyaring/ tidak parau * tidak sesak nafas

  • Pd parese abduktor bilateral: gjl sesak nafas, sering perlu tracheotomi b. Fiksasi aritenoid: akibat radang, infiltrasi --- ankilosis articulatio 2. Korda vokalis dapat bergerak kemedial tp tidak dpt merapat: dapat disebabkan oleh: a. Bentuk korda vokalis cekung / konkaf: ulcus tbc b. Kelelahan otot: terlalu banyak bicara c. Ada yg menghalangi, mis: * sekret: suara parau, bl dibatukkan hilang * penebalan korda vokalis: keratosis laring * tumor jinak: + Nodul di k.v: Korditis nodusa + Papiloma laring

  • * Tumor ganas: biasanya carcinoma. Pd fase dini, dipinggir k.v ----- suara parau

    KERATOSIS LARING * Terjadi penandukan sebagian mukosa laring, shg nampak daerah keputihan yg disebut leukoplakia * Tempat yg sering: - korda vokalis - fosa nteraritenoid * Etiolog: tidak diketahui * Gejala: suara parau persisten, rasa ngganjel di tenggorok, tdk stridor atau sesak * Terapi: Ekstirpasi daerah keratosis --- BLM Observasi serta tindak lanjut, krn kel ini mrpk precancer ---15% alami dege nerasi maligna

  • VOCAL NODULE ( Korditis nodusa = singers node) * Etiologi: penggunaan suara yg lama * Biasanya tjd pd guru, penyanyi, penjual obat * Gejala: suara paau, kd disertai batuk * Pemeriksaan: nodule kecil keputihan di k.v yg tdp ditengah atau 1/3 anterior, bilateral, simetris. Kd unilateral. * Penatalaksanaan: BLM (bedah laring mikrosko pis), kmd dilakukan pem PA * Gambaran PA (Patologi Anatomi): Epitel gepeng berlapis yang mengalami prolife rasi dan sekitarnya terdapat jaringan yg meng alami kongesti. * Diagnosis: - Laringoskopi indirek - Laringoskopi direk

  • PAPILOMA LARING * Penderita: biasanya anak umur < 8 th * Sifat: tumbuh progresif dan residif * Terapi: BLM

  • OBSTRUKSI LARING ( SUMBATAN LARING) * Gejala / tanda 1. Disfoni ( parau) 2. Dispneu (sesak nafas): yg ditandai dg: + stridor: nafas berbunyi yg terdengar pd wkt inspirasi + retraksi (cekungan/ intreking) yg tjd wkt inspirasi, terdapat di: - supra sternal - epigastrium - intercostal - supraclavikuler

  • 3. Gelisah : krn kurang oksigen 4. Warna muka pucat, akhirnya sianosis

    Jackson membagi obstruksi laring progresif mjd 4 stadia: I . Penderita tenang Stidor dan retraksi suprasternal II . Penderita mulai gelisah Retraksi suprasternal makin dalam Wkt inspirasi terjadi retraksi epigastrium III. Penderita sangat gelisah Retraksi suprasternal, epigastrium, inter costal dan supraclaviculer IV . Penderita sangat gelisah, ketakutan dan sianosis Retraksi stadium III tambah jelas

  • Bila stadium IV ini berlangsung terus, penderita kehabisan tenaga --- hiperkapni --- paralise pusat pernafasan . Penderita seperti tenang dan tertidur , akhirnya meninggal krn asfiksi

    PENYEBAB OBSTRUKSI LARING: I . Kelainan kongenital: - Laringomalacia - Laringeal Web II . Radang: - Epiglotitis - Laringitis akut + Laringitis pd bayi + Laringo-trakheo-bronchitis + Laringitis difteri III . Benda asing dalam laring IV . Paralise Korda vokalis, terutama Paralise Abduktor Bilateral

  • V . Tumor: - Papiloma laring - Karsinoma laring VI. Trauma laring: - kontusio laring - fraktur laring - luka tembak laring * Diagnose: ditegakkan dg dasar: - Anamnesa - Gejala dan tanda2 klinik - Laringoskopi indirek / direk

  • KELAINAN KONGENITAL LARING Pada bayi dapat menyebabkan: - gejala sumbatan jalan nafas - suara nangis lemah - kadang terdapat disfagi Bentuk kelainan kongenital laring: 1. Laringomalacia 2. Laringeal wb ( selaput di laring) 3. Stenosis sub glotik 4. Kista kongenital 5. Hemangioma 6. Fistel laringo tracheo esofageal

  • LARINGOMALACIA * Yaitu kelainan dimana terjadi perlunakan pd laring * Dapat terjadi sebagian: - epiglotis (umumnya) - aritenoid * Penderita: Bayi baru lahir, hilang pd umur 1 th * Patologi: Gangguan pertumbuhan/ pembentuk an tl rawan --- laring blm sempurna Pd stad awal epiglotis masih lunak --- mudah menguncup shg pd wkt inspirasi tertarik ke bawah, menutup rima glotis --- stridor

  • * Gejala: ada tanda2 sumbatan jalan nafas yaitu - Bayi sesak nafas wkt inspirasi, dan lebih jelas bila menangis - Ada retraksi di: + epigastrium + intercostal + supra clavicula - Suara nyaring * Terapi: - Tidak ada terapi khusus, krn akan mengeras sendiri sekitar umur 1 th - Kalau ada komplikasi larigitis, bron chitis, dilakukan tindakan: + pasang endotracheal tube + Kalau perlu tracheotomi - Orang tua diberitahu utk menjaga anaknya supaya tdk menangis lama

  • LARINGEAL WEB * Tumbuhnya dapat di : + glotis ( 75%) + supraglotis ( 12%) + subglotis ( 13%) * Gejala : sumbatan laring * terapi : membuang selaput dengan BLM

  • EPIGLOTITIS AKUT ( Laringitis supra glotika) Adalah radang akut pada epiglotis Gejala: - panas badan bisa tinggi, disertai batuk - sakit menelan hebat dan mendadak - sesak nafas yg makin hebat, stridor inspirasi, shg posisi anak sering duduk, mulut terbuka, keluar air liur - tidak ada suara parau Pemeriksaan: dg menggunakan tongue spatel: epiglotis udem dan hiperemi Hati2 bila anak melawan/menangis saat diperik sa, dpt tjd spasme laring - asfiksi - cardiac arres

  • Pada fase lanjut dapat terjadi abses epiglotis Terapi: * Perawatan konservatif dengan: - Hidrocortison 100 200 mg. Kalau perlu diulang 1 4 jam dengan dosis, atau Dexamethazon inj 0,3 mg/kg BB, kalau perlu diulang - 1 jam dg dosis sama smp 2X - Nebulizer/stoom uap, bs dicampur epinefrin - Antibiotika - Bila abses --- insisi * Bila sesak sekali: - intubasi endotracheal - tracheotomi

  • LARINGITIS AKUTA Sering sebagai lanjutan dr rhinofaringitis Etiologi: - Virus - Bakteri: * Streptococus hemoliticus * Haemofilus influenzae * Pnemococus: kadang2 Patologi: terjadi udem dan hiperemi k.v , juga sebagian supraglotis Gejala: - Umum: sub febris, malaise - Lokal : * mula2 suara besar, nada rendah parau smp afoni

  • * tenggorok kering, gatal, sakit menelan. mula2 batuk kering, lama2 berdahak kental. Pemeriksaan: * mukosa laring, terutama di pita suara, bwh dan atasnya udem, hiperemi * ada tanda2 rhinofaringitis Terapi: * konservatif: - istirahat suara 2-3 hr - minum & mandi hangat - hirup udara lembab - hindari iritasi faring, laring, mis: rokok, pedas, es - antibiotik, analgetik, anti inflam * Bila terjadi obstruki laring: -endotracheal tube - tracheotomi

  • LARINGITIS AKUT PADA ANAK/BAYI * Perlu perhatian karena sering menimbulkan sesak nafas, shg dapat fatal. Hal ini oleh karena: - rima glotis bayi kecil, bila tjd udem akan mudah tertutup. Udem 1mm pd k.v dewasa hanya akan menimbulkan obstruksi 50%, tp pd bayi/ anak menimbulkan obstruksi 90%, shg akan tjd sesak nafas. - rima glotis bayi/anak bnyk jar ikat longgar -- mudah udem dan infiltrasi radang -- sesak

  • * Gejala: + Badan panas, suara parau, sesak nafas yg ditandai dg stridor inspirasi, retraksi . + Biasanya akan mjd laringotracheobronchitis * Terapi: + Kortikosteroid: Dexamethazon 0,3 mg/kgBB im, bisa diulang - 1 jam, sampai 2X + Antibiotika + Nebulizer/ stoom uap air + Bila bertambah berat: - pasang endotracheal tube - tracheotomi

  • LARINGITIS DIPHTERI * Terjadinya bisa: - primer - sekender: perluasan dr faring, tonsil * Etiologi: Corynebacterium Dyphteriae * Patologi: tjd pembentukan pseudomembran yg menutupi rima glotis * Gejala: - mula2 panas subfebril, tidak mau makan - sedikit parau, lama2 afoni - stridor inspirasi

  • - sesak nafas saat inspirasi, tjd stridor inspira si, retraksi epigastrium, supra clavicula - anak mulai gelisah, pucat, cyanosis - Khas: + Bullneck pembesaran kel limfe leher yg menyerupai leher sapi + Pseudomembran di tonsil & faring * Komplikasi: akibat obstrusi dan exotoxin - Kematian biasanya oleh karena: + asfiksi + kegagalan sirkulasi/ jantung akut + paralise otot pernafasan - Komplikasi post diphteri: tjd setelah 3 mg: + paralise palatum mole dg akibat: - minum masuk hidung - rhinolalia aperta

  • * Terapi: - Penderita diisolasi - ADS ( Anti Diphteri Serum) - Penicilin Procain - Tracheotomi: bila terjadi obstruksi laring

  • LARINGITIS KRONIKA * Yaitu laringitis akut yang tidak sembuh atau laringitis yang berulang * Etiologi: 1. banyak bicara 2. faktor eksogen: rokok, debu, asap, alkohol 3. faktor endogen: - sinusitis paranasalis - bronchitis kronis - deviasi septum nasi berat - polip nasi

  • * Gejala: - Subyektif: + batuk berdahak + rasa seperti ada yg nyangkut ditenggorok + suara parau terjadi pd org yg bnyk meng gunakan suara (guru, penjual obat). Mula2 pagi suara nyaring, sore/ malam hari suara hilang, lama2 menetap * Pemeriksaan: - Korda vokalis merah, tebal, karena udem - Mukosa menebal, hiperemi, permukaan tak rata, kadang ada metaplasi - Bila ada daerah yng dicurigai menyerupai tumor --- biopsi

  • * Terapi: - vocal rest - hindari merokok, alkohol, pedas dll - tx infeksi sal pernafasan yg lain

    * Prognose: - Bila cepat berobat --- baik - Kalau sdh ada hipertrofi --- susah

    * Diferensial diagnose: Carcinoma -- usia > 40th

  • CORPUS ALIENUM TRAKEO BRONKUS * Di hipofaring terdapat 2 jalur yg bersilang, yaitu: - jalur udara pernafasan dan - jalur makanan * Secara fisiologis, waktu menelan tidak bersa maan dengan bernafas. Namun bisa terjadi kesalahan dimana benda asing terhirup, misal 1. Pada wkt makan anak menangis/ terkejut, maka terjadi gerakan inspirasi --- makanan yg berada dimulut terhisap masuk trakea 2. Saat makan sambl bermain, tertawa 3. Bekerja sambil mengulum sesuatu di bibir

  • * Faktor yang ikut mempengaruhi: - naluri anak utk memasukkan sesuatu ke dalam mulut - anak < 2 th belum punya gigi geraham utk mengunyah, biasanya wkt makan kacang * Kejadian terbanyak: - anak < 2 th - benda asing yg paling sering kacang, bisa juga biji2an, nasi, roti dll * Gejala: - Pd waktu terjadi biasanya penderita batuk2 hebat. Batuk ini disebabkan krn rangsangan benda asing tsb pd mukosa trakea. Akibat batuk terus menerus, tdk sempat inspirasi menjadi biru/ sianosis.

  • - Tapi kmd ada wkt adaptasi dmn rangsangan berkurang, batuk berkurang krn benda asing tsb berhenti pd salah satu cabang bronkus ( umumnya kanan). Ini dsbt periode bebas batuk. * Pemeriksaan: Kalau benda asing ada di salah satu bronkus: - Inspeksi: + gerak nafas sisi yg sakit terting gal/ berkurang + bila ada sesak nafas inspiratoir, tampak retraksi: intercostal epigastrium supraclavicula - Palpasi: + gerak nafas sisi ygsakit berkurang + stem fremitus menurun

  • - Perkusi: suara redup pd sisi yg sakit - Auskultasi:suara nafas sisi yg sakit menurun * Foto Thoraks: - Bila baru terjadi, sering tidak tampak ada kelainan, kecuali bendanya logam - Kalu sdh lama akan nampak: + obstruksi, lama2 terjadi atelektasis + emphysema paru + bronkitis/ pneumonia. * Terapi: Prinsip: kirim penderita ke RS dimana ada Endoskopi lengkap (Bronkoskopi) Korpus alienum trakea yg baru terjadi bisa diambil dengan cara trakeotomi

  • Prinsip: Ketika mengiris trakea tjd rangsangan pd mu kosa trakea, shg tjd batukyg hebat --- benda asing akan terlempar keatas (naik turun) --- Shg dapat diambil atau kadang2 keluar sendiri lewat irisan trakea tadi waktu dibatukkan.

    * Komplikasi: - Benda asing organik (kacang, biji2an), berba haya dlm jangka pendek karena tjd obstruk si, bronkopneumonia. - Benda asing anorganik ( logam), berbahaya dlm jangka panjang, krn tjd bronkitis, bron kopneumonia

  • ABDUKTOR PARALISE KORDA VOKALIS BILATERAL * Sinonim: - Recurrent Paralyse - Posticus Paralyse - Bilateral midline Paralyse * Etiologi: - trauma post Strumektomi - penekanan tumor leher * Gejala: - nafas sesak - suara nyaring * Pemeriksaan: Pada stadium respirasi k.v tdk bergerak ke lateral

  • * Terapi: Pada keadaan akut dilakukan trakeotomi, setelah itu dilanjutkan dengan : - Operasi King: Artikulatio Krikoaritenoid dilepas, kmd aritenoid dg k.v dijahitkan kesisi lateralnya (Kartilago Tyroid) - Arytenoidektomi dengan BLM * Prognose: - Baik : + Jika dihindari aktifitas yg menyebab kan sesak nafas + Tidak boleh melakukan aktifitas berat, misal bersepeda, lari - Buruk: selalu diancam bahaya bila terjadi laringitis

  • ABDUKTOR PARALYSE KORDA VOKALIS UNILARERAL Yang terkena biasanya sebelan kiri Gejala: * Subyektif: - tidak terlalu sesak - suara nyaring * Obyektif : k.v sisi parese tidak dapat bergerak ke lateral

  • PAPILOMA LARING Pada stadium permulaan akan menimbulkan suara parau Karena sifat tumbuhnya progresif dan residif, maka dapat menyebabkan obstruksi laring Terapi: BLM (Bedah Laring Mikroskopik) Apabila terjadi sesak nafas, maka dilakukan trakeotomi lebih dulu

  • KARSINOMA LARING * Penderitanya biasanya > 40 th * Jenis tumor: sebagian besar ( 90%) Epidermoid karsinoma * Menurut lokasinya: 1. Supra glotik: tumor di plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis, sinus piriformis 2. Glotik : tumor di korda vokalis 3. Subglotik: tumor dibdwah korda vokalis

  • * Menurut stadiumnya: berdasarkan T-N-M: Stadium I : Tumor masih berada pada 1 daerah asal ( Supraglotik, gotik, subglotik). Dapat 1 atau 2 sisi (T) Stadium II : Tumor berada pada 2 daerah Glotik dan subglotik (T) Stadium III: Sudah ada pembesaran kel limfe regional ( N) Stadium IV: Sudah ada metastase jauh ( M)

  • * Gejala: 1. Suara parau: sbg gjl dini tu glotik & sub glotik, sdk tumor supraglotik blm parau 2. Rasa ada sesuatu dilaring, pada fase lanjut sakit menelan/ bicara 3. Sesak nafas waktu inspirasi: ini sebagai gejala lanjut setelah tumor menutup separo lebih lumennya 4. Pembesaran kel limfe regional * Pemeriksaan: - Laringoskopi indirek/ direk - Biopsi: dg Laringoskopi direk --- Pem PA

  • * Prognose: - Bila cepat datang ke dokter yg tepat pada stadium dini, akan lebih baik - Tapi sering datang terlambat oleh karena + Pada obstruksi 50% sesak nafas terjadi saat aktifitas keras + Pada tumor supraglotik stadium dini, belum menyebabkan parau. Tapi karena banyak saluran limfe --- cepat terjadi metastase ke kelenjar. Jadi datang sudah stadium III * Terapi: - Stadium I & II radiasi - Stadium III & IV Laringektomi

  • * Laringektomi: yaitu mengambil seluruh laring dan kelenjar, potongan trakea dihubungkan dengan kulit di leher Selanjutnya penderita dilatih berbicara menggunakan suara esofagus Dengan cara ini, penderita diharapkan masih dapat hidup sekurang-kurangnya 5 tahun

  • TRAUMA LARING * Etiologi: 1. Trauma benda tumpul dapat mengakibatkan kompresi kontusi pada bag visceral leher terhadap tulang vertebra cervicalis. 2. Trauma benda tajam --- terjadi luka tembus

    Pada anak kecil dapat terjadi trauma internal: - Akibat intubasi trakeal yang terlalu lama - Aspirasi benda tajam, zat korosif - Kecelakaan saat anak2 bermain

  • Pada anak dan dewasa dapat terjadi: - Leher terlilit kabel - Kecelakaan mobil - Perkelahian dengan pisau - Luka tembak Gejala: - Bisa terjadi perubahan suara sampai afoni Adanya parau menandakan adanya ganggu an pada korda vokalis , bisa berupa: + udem + hematoma + lacerasi + adanya benda asing + paralyse Timbulnya suara sengau (muffled) disebab kan karena udem supra/ sug glotik

  • - Bisa ada batuk akibat iritasi laring - Adanya hemoptisis menandakan robeknya laring/ trakea - Ada rasa sakit, tapi nilainya kecil dlm dx - Dispneu bisa ada atau tidak Obstruksi jalan nafas yang segera timbul menandakan seriusnya kerusakan struktur

  • Penyebab: karena trauma tumpul pada leher dalam posisi ekstensi Manifestasinya sebagai: hematoma internal yang kadang2 disertai dislokasi atitenoid Diagnosis: Pemeriksaan: - Laringoskopi indirek - Fiber Optik Laringoskopi (FOL) - X foto leher lateral - Laringoskopi direk biasanya dapat mengurangi dislokasi aritenoid Dari pem - dapat terlihat adanya hematoma - tidak ada emphysema subkutis Penderita biasanya tenang, kooperatif

  • Tindakan: - Observasi - Persiapan trakeotomi: kalau perlu DD: Fraktur Kartilago laring

  • FRAKTUR LARING Penyebab: - Tekanan benda tajam pada laring, hioid dan trakea bagian atas - Hantaman keras dari mobil/ sepeda motor, bisa: * Fraktur Hioid * Fraktur cartilago Tyroid

    FRAKTUR HIOID * Diagnosis: X foto leher

  • * Kornu mayor os hioid umumnya belum me nyatu dengan korpusnya hingga umur 35 th, sehingga perlu interpretasi yang betul bahwa kornu mayor sungguh2 terpisah dr korpusnya * Garis epifisis bukan garis fraktur * Klinis: tidak menyebabkan obstruksi jalan nafas, disini faring luas * Penanganan: konservatif

    FRAKTUR KARTILAGO TYROID * Biasanya sebagai akibat trauma leher * Frakturnya kemungkinan besar berjalan ver tikal dari insisura tyroidea sampai batas bawah kartilago. * Bisa terjadi kartilago tyroidea terlepas dari kartilago krikoid dan trakea

  • * Hantaman yang cukup mematahkan laring seringkali juga menyebabkan: - Dilokasi vertebra cervicalis, sehingga sebelum melakukan tindakan, perlu dila kukan X foto vertebra cervikalis - Juga dapat sebabkan cedera n.laringeus * Klinis: - Yang lazim dijumpai: nyeri wajah, afoni dan emphysema subkutis - Suara parau, stridor inspirasi dan / expirasi

  • - Obstuksi jalan nafas yang dapat timbul tiba2 - Hemoptysis - Pada palpasi daerah cervikal biasanya datar dan tidak ditemukan prominentia kartilago tyroidea dan krikoidea - Pemerikesaan Laringoskopi indirek tidak mungkin dialakukan karena * penderita tidak sadar * nyeri dan hematom hebat Tindakan: - Bila dicurigai ada fraktur dan kartilago tyroid tidak teraba --- dilakukan trakeotomi - Tindakan intubasi berbahaya krn sulit dilaku kan tanpa mengganggu jln nafas yg sempit - Trakeotomi dilakukan dengan anestesi lokal

  • LUKA TEMBAK LARING * Dapat menyebabka : - hilangnya jaringan laring - cedera + vertebra cervikalis + pembuluh darah besar + esofagus Cedera esofagus dinilai secara radiologis dengan kontras atau endoskopi * Penanganan: Cedera kartilago laring sebaiknya dperbaiki sesegera mungkin, setelah keadaan SSP dan kardiovaskuler mengijinkan:

  • - Mengurangi atau mencegah perkembangan stenosis/ fibrotik/ kekakuan - Kartilago yang patah tanpa ada suplai darah cukup rentan terhadap resorbsi

  • PENANGGULANGAN SUMBATAN LARING * Konservatif:- Anti inflamasi - Anti Alergi - Pemberian O2 - Perasat Hemlich pd Corpus alienum * Operatif- resusitasi 1. Intubasi dengan pipa endotrakeal melalui: - mulut : orotrakeal - hidung : nasotrakeal 2. Trakeotomi atau Krikotyreotomi

  • TRAKEOTOMI * Alat2: - Semprit dengan obat anestesi - Pisau/ scalpel - pinset anatomis - Gunting panjang tumpul - Sepasang pengait (haak ) tumpul - Klem arteri - Gunting kecil tajam - Kanul trakea * Tehnik: - Penderita telentang, bahu diganjal, kepala leher ekstensi pd persendian atlantoocipital

  • posisi ini akan menyebabkan leher lurus dan trakea akan terletak di garis median - Kulit leher diasepsis, kemudian ditutupi kain/ duk lubang steril - Kulit diinfiltrasi anestesi diantara krikoid dan fosa supra sternal - Sayatan kulit vertikal/ horizontal 5 cm, kmd: - Dengan gunting tumpul kulit dan jaringan sekitarnya dipisahkan lapis demi lapis dan di tarik ke lateral dengan pengait tumpul smp ketemu trakea: * pembuluh darah disisihkan ke lateral * istmus tyroid ditarik keatas, dan * semua perdarahan dihentikan - Lakukan aspirasi percobaan dengan menusuk jarum diantara cincin trakea

  • - kemudian dibikin stoma dengan memotong cicin trakea 2-3 dengan gunting tajam - selanjutnya dipasang kanul trakea sesuai ukuran. Terlalu becil dpt bergerak2 merang sang trakea Terlalu besar, sulit masuk dan mene kan trakea --- nekrosis Panjang kanul juga harus sesuai: terlalu pen dek mudah keluar, sedangkan terlalu panjang --- iritasi mukosa trakea, mudah granulasi - Dibawah kanul dilapisi kain kasa Catatan: - Irisan vertikal di garis tengah leher dr bwh krikoid smp fosa suprasternal - Irisan horizontal: pd pertengahan antara kartilag krikoid dg fosa supra sternal kira2 2 jari bawah krikoid

  • * Perawatan kanul trakeotomi: - Sekret dalam kanul dan trakea harus selalu dihisap - Anak kanul perlu dicuci sekurang2nya 1-2X sehari - Bila kanul harus dipasang untuk jangka lama maka kanul harus dibersihkan setiap 2 mg - Kain kasa dibawah kanul harus diganti tiap basah untuk menghindari dermatitis

  • KRIKOTYREOTOMI Dilakukan pada penderita gawat nafas darurat dengan cara membelah membrana krikotyrid Cara: * Penderita tidur telentang kepala ekstensi * Kartilago tiroid diidentifikasi lalu difiksasi dg tangan kiri * Dengan jari telunjuk tangan kanan, kartilago tiroid diraba ke bawah smp ketemu kartilago krikoid --- membrana krikotiroid terletak dian tara kedua tulang rawan tadi

  • * Infiltrasi anestesi lokal * Sayatan kulit horizontal dan jaringan dibawah nya dipisahkan sampai tepi bawah kartilago tiroid terlihat * Tusukkan pisau kearah bawah * Masukkan kanul

    PERASAT HEIMLICH * Salah satu cara mengeluarkan benda asing yg menyumbat total atau benda besar yg terletak di hipofaring * Prinsip: dilakukan tekanan kedalam dan ke atas shg menyebabkan diafragma terdorong keatas --- udara paru akan mencari jalan lewat bronkus --- ke trakea shg mendorong sumbatan laring

  • * Cara: + Pada penderita yang sadar - Penolong berdiri di belakang penderita sambil memeluk penderita - Tangan kanan dikepalkan dan dengan ban tuan tangan kiri--- kedua tangan diletak kan pada perut bagian atas - Kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dlm atas dengan hentakan 4 5 X, diharapkan benda asing terlempar + Pada penderita yang tidak sadar - Penderita berbaring - Penolong berlutut dengan kaki/ lutut berada pada kedua sisi penderita

  • - Posisi leher penderita lurus - Kepalkan tangan kanan dibawah tangan kiri diletakkan didaerah epigastrium - Dengan hentakan tangan kiri kebawah atas beberapa kali --- udara mendorong benda asing keluar

  • ESOFAGUS ANATOMI * Panjangnya: pada orang dewasa 25 cm - Pars cervikalis: + dibelakang cartilago krikoid + didepan vertebra cervikal VI - Pars thorakalis: di spatium mediastinalis posterior - Pars abdominalis: setelah melewati hiatus esofagus diafragma --- masuk kedalam kavum abdomen

  • * Dinding esofagus: terdiri dari 3 lapis: 1. Membrana mukosa: didalam 2. Tela submukosa: jaringan ikat dibawahnya Disini terdapat glandula esofagus 3. Tunika muskularis: terdiri atas: - Serabut otot sirkuler: didalam - Serabut otot longitudinal : diluar

  • DISFAGIA * Yaitu keluhan sulit menelan * Bisa akibat: Penyakit di orofaring Penyakit di esofagus * Timbul bila terdapat: - gangguan gerakan otot menelan - gangguan dari transportasi makanan * Manifestasi klinik: - sensasi makanan nyangkut di leher/ dada - dapat disertai keluhan lain: + odinofagi = nyeri menelan + rasa panas di dada

  • + rasa mual, muntah, regurgitasi --- anoreksi + hematemesis, melela + hipersalivasi, batuk - BB cepat turun * Disfagi dapat: - mekanik - motorik - gangguan emosi

    DISFAGI MEKANIK * Penyebab utama: Sumbatan lumen esofagus oleh masa tumor atau benda asing * Penyebab lain: - radang mukosa esofagus - striktur limen esofagus - penekanan lumen esofagus dari luar oleh pembesaran: + kelenjar tyroid

  • + kelenjar thymus + kelenjar getah beningdi mediastinum + jantung dan elongasi aorta * Normal esofagus orang dewasa dpt meregang sampai 4 cm. Gejala disfagi timbul bila dilatasi tidak mencapai 2,5 cm.

    DISFAGI MOTORIK * Penyebab: gangguan neuromuskuler yang berperan dalam proses menelan. Mis: - Lesi di pusat menelan yang ada di batang otak - Kelainan saraf V, IX, X dan XII - Gangguan peristaltik esofagus

  • Gangguan pusat menelan menyebabkan: - Kelumpuhan otot menelan - Berkurangnya kontraksi peristaltik esofagus - Gangguan membukanya spingter esofagus bag atas ( otot Geniohioid dan Suprahioid) Kelumpuhan otot polos esofagus yang diinerva si serabut pasasimpatis n Vagus dan neuron non kolinergik post ganglion mesenterik me nyebabkan gangguan: - Konstriksi dinding esofagus, dan - Relaksasi sfingter esofagus bawah Penyakit disfagia motorik: - Akhalasia, spasme difus esofagus - Kelumpuhan otot faring - Sklerderma esofagus

  • DISFAGIA GANGGUAN EMOSI Gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat dapat menyebabkan keluhan disfagi. Kelainan ini disebut sebagai Globus histerikus

    Cara diagnose disfagi dengan: - Anamnesa - Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan radiologik - Pemeriksaan esofagoskopi - Pemeriksaan manometrik 1. Anamnesa: a. Jenis makanan yang dapat ditelan: + Pada disfagi mekanik: - mula2 sulit menelan makanan padat

  • - lebih lanjut makanan cairpun sulit - Apabila progresif, curiga keganasan + Pada disfagi motorik: - Sulit menelan makanan cair dan padat bersamaan - Mis: - Akhalasia - Spasme difus esofagus b. Waktu perjalanan disfagi: + Bila hilang dalam beberapa hari --- radang + Terjadi beberapa bulan dan BB turun cepat --- curiga keganasan + Bila terjadi beberapa tahun --- kemungkin an jinak ata kelemahan otot spingter bawah esofagus

  • c. Lokasi rasa sumbatan: + di leher: --- kelainan di esofagus cervikal + di dada --- kelainan di esofagus thorakal + di epigastrium --- esofagus distal 2. Pemeriksaan fisik: + Leher: melihat dan meraba --- tumor/ kelen jan limfe dapat menekan + Rongga mulut: - radang atau tumor - kelumpuhan otot lidah/ faring + Pembesaran jantung kiri, elongatio aorta, tumor bronkus kiri, pembesaran kelenjar limfemediastinum 3. Pemeriksaan Radiologis: a. Fluoroskopi b. X foto --- barium/ kontras

  • c. Pemeriksaan yang lebih maju: + Cine film/video tape: dpt melihat motilitas + Tomogram, CTscan: evaluasi dg jar sekitar 4. Esofagoskopi: Dapat melihat langsung lumen dan mukosa esofagus. Jenis: - Esofagoskop kaku ( rigid) - Esofagoskop lentur = flexibel ( Fiber Optik) Persiapan: - Penderita: utk tindakan invasif/ operatif, perlu sermon of relaxation - Peralatan dan ruang operasi

  • Perlu diperhatikan: - Indikasi dan kontraindikasi - Resiko tindakan: - perdarahan - perforasi 5. Pemeriksaan Manometrik: Menilai fungsi motorik esofagus dengan meng ukur teknan didalam: - lumen esofagus - sfingter esofagus Dapat dinilai gerakan peristaltik

  • AKHALASIA ESOFAGUS ( CARDIO-SPASME) Adalah gangguan bagian distal esofagus untuk relaxasi dan berkurangnya peristaltik * Etiologi: - Yang pasti belum diketahui - Diduga ada inkoordinasi neuro muskuler dengan lesi primer kemungkinan di: + dinding esofagus + N. Vagus + Batang otak * Histologi: Ada degenerasi ganglion plexus Auerbach sepanjang esofagus Thorakal

  • * Patofisiologi: Ada gangguan peristaltik 2/3 dista esofagus --- tegangan sfingter bagian bawah lebih tinggi dari normal dan proses relaksasi pada gerak menelan tidak sempurna, dengan akibat makanan tertimbun di bagian bawah esofagus --- mengalami dilatasi hebat. * Gejala klinik: - disfagi, regurgitasi - nyeri daerah substernal - BB menurun Sifat disfaginya: - dapat terjadi segera setelah makan, atau bila ada emosi - bisa sebentar atau lambat atau progresif - biasanya cairan lebih sukar ditelan dari pada makanan padat

  • Sifat regurgitasi: - segera setelah makan atau - pada saat berbaring, seringkali terjadi pada malam hari saat penderita tidur --- aspirasi Nyeri substernal dan rasa terbakar: - dapat pada stadium permulaan - pada stadium lanjut lebih hebat --- di epi gastrium seperti angina pectoris Penurunan BB: akibat penderita mengurangi makan untuk mencegah regurgitasi dan nyeri substernal Diagnosis: didasarkan pada: 1. Gejala klinis 2. Pmeriksaan radiologis: dengan esofagogram, fluroskopi dan radigrafi dg kontras, nampak:

  • - peristaltik di 1/3 proximal yang normal - dilatasi esofagus 1/3 distal - gambaran penyempitan di bagian distal 3. Pemeriksaan esofagoskopi: - Ada bag esofagus yang melebar dan bagian yang menyempit di bagian distal dengan sisa makanan dan cairan - Mukosa esofagus bagian bawah pucat, udem kadang ada esofagitis - Sfingter esofagus akan terbuka bl ada sdkt tekanan 4. Pemeriksaan manometri: - Tekanan istirahat badan esofagus, tdk ada gerak peristaltik - Tekanan sfingter bawah normal/meninggi tidak ada relaksasi

  • Penatalaksaan: sifatnya paliatif Terapi: 1. Diet tinggi kalori 2. Medikamentosa: - Obat2 anticholinergic:1 jam sebelum makan - Nifedipin: bersifat kalsium antagonis 3. Dilatasi dengan businasi atau balon dillator, tekanan udara cair 4. Operasi: Esofago-kardiomiotomi

  • ESOFAGITIS KOROSIF Terjadi oleh karena zat kimia yang bersifat: - korosif - toksik Patologi yang terjadi tergantung pada zat kimia: - Zat organik (Karbol, lisol): hanya terjadi udem mukosa dan submukosa - Basa kuat: nekrosis mencair dari dinding sampai lapisan otot esofagus yang lebih berat dari lambung - Asam kuat: nekrosis menggumpal dr dinding smp lap otot di lambung yg > berat dr esof

  • * Gejala klinik tergantung pada: - Jenis, konsentrasi dan jumlah zat kimia - Lama kontak - Sengaja diminum atau tidak - dimuntahkan atau tidak

    A. Berdasar berat luka bakar esofagus, ada 5 btk klinis: 1. Tanpa ulcerasi: gangguan menelan ringan mukosa hiperemi tanpa ulcerasi 2. Dengan ulcerasi ringan: - disfagi ringan - ada ulcerasi smp mukosa saja 3. Dengan ulcerasi sedang: ulcus smp otot

  • 4. Ulcerasi berat tanpa komplikasi: - pengelupasan mukosa - nekrosis dalam 5. Ulcerasi berat dengan komplikasi: Terdapat perforasi yang dapat menjadi medi astinitis dan peronitis: - obstruksi jalan nafas - gangguan keseimbangan asam basa

    B. Berdasar perjalanan penyakit: 1. Fase akut (hari 1 3) Keluhan: disfagi hebat, odinofagi, suhu tbh! Bila bahan organik: rasa terbakar, mual, muntah. Bisa ada kejang, gangguan sirkula si. pernafasan

  • Pemeriksaan fisik: luka bakar di mulut, bibir dan faring, kadang2 berdarah 2. Fase laten (hari ke 2 minggu 6): - Keluhan berkurang, dapat menelan, suhu badan turun --- merasa sembuh - Tapi proses masih berjalan,