kulit hiperpigmentasi
TRANSCRIPT
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 1/20
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 2/20
yang mengalami neuropati. Menurut teori ini suatu mediator neurokemik dilepaskan dan senyawa tersebut
dapat menghambat melanogenesis serta dapat menyebabkan efek toksik pada melanosit.
b. Teori rusak diri ( self destruction theory). Teori ini menyebutkan bahwa metabolit yang timbul dalam
sintesis melanin menyebabkan destruksi melanosit. Metabolit tersebut misalnya kuinon. Di dalam praktek,
dapat kita lihat bahwa hidrokuinon maupun monobenzileter hidrokuinon (MBEH) dipakai dalam
pengobatan melasma dan obat-obat ini dapat pula menyebabkan lesi-lesi semacam vitiligo (vitiligo-like).
Yang menyokong teori ini adalah bahwa lesi-lesi vitiligo banyak didapatkan di daerah-daerah kulit yang
lebih gelap.Pada tepi lesi terlihat hiperpigmentasi.
c. Teori otoimun. Teori ini menganggap bahwa kelainan system imun menyebabkan terjadinya kerusakan
pada melanosit. Beberapa penyakit otoimun yang sering dihubungkan dengan vitiligo antara lain adalah
tiroiditis (hashimoto), anmia pernisiosa,penyakit Addison, alopesia areata, dan sebagainya. Antibodi
humoral terhadap tiroid, sel parietal dan adrenal meningkat secara bermakana, tetapi antibody spesifik
terhadap melanosit tidak dijumpai. Vitiligo juga sering didapatkan pada penderita dengan melanoma,
halonevus, dan juga pada sindroma Vogt-Koyanagi-Harada (uveitis dan vitiligo). Pada ketiga penyakit
tersebut, dapat pula dijumpai antibody spesifik beredar dalam darah, namun tidak dijumpai antibody
spesifik terhadap pure vitiligo.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 3/20
Patofisiologi/WOC
MK: Kerusakan
integritas kulit
Rasa panas
pada lesi
MK: Gangguan
body image
Terdapat lesi berupa
makula yang
hi omelanosis
VITILIGO
Adanya pajanan
terhadap bahan
kimia
Hipotesis
neurohormonal
Tiroiditis hashimoto,
anemia pernisiosa, dan
hipoparatiroid melanosit
Hipotesis
autoimun
Trauma fisis
dan krisisemosi
Faktor pencetus
Idiopatik Terjadi kerusakan krnbahan toksik, tirosin, dopa,
dan dopakrom terhadap
melanosit
autositotoksik
hipomelanosis
Depigmentasi ku
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 4/20
2.1.3 Klasifikasi
Ada dua bentuk vitiligo :
1. Lokalisata yang dapat dibagi lagi :
a. fokal : satu atau lebih macula pada satu area, tetapi tidak segmental.
b. segmental : satu atau lebih macula pada satu area, dengan distribusi menurut dermatom, misalnya
satu tungkai.
c.
hanya terdapat pada membrane mukosa2. Generalisata
Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris. Vitiligo generalisata dapat dibagi lagimenjadi :
a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi di bagian distal ekstremitas dan muka, merupakan stadium
mula vitiligo yang generalisata.
b. Vulgaris : macula tanpa pola tertentu di banyak tempat
c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan vitiligo total.
Gambar 2. Klasifikasi Vitiligo.
Dikutip dari textbook Dermatology volume one, Jean L.Bolognia
2.1.4 Manifestasi klinik
Vitiligo dapat dimulai pada setiap tingkatan usia, tetapi 50% kasus timbul sebelum umur 20 tahun.
Insidens kira-kira 1%. Biasanya pada pertaman kali, didapatkan lesi macula yang hipomelanotik di daerahterbuka,misalnya muka, punggung tangan. Trauma dan stress dikatakan sebagai factor presipitasi. Makula
yang amelanotasi, misalkan aksila, inguinal, areola, dan genitalia. Di daerah – daerah yang sering terkena
gesekan, misalnya punggung, tangan , kaki, siku,lutut,tumir, juga banyak dijumpai lesi vitiligo. Distribusi
lesi biasanya simetrik, meskipun dada pula yang unilateral, yang merupakan susunan dermatom. Makula
mempunyai gambaran konveks dan bertambah secara teratur. Rambut pada lesi tersebut sering mempunyai
pigmen yang normal, tetapi pada lesi yang sudah lama, rambut sering amelanotik.Gejala subjektif tak ada, tetapi dapat timbul rasa panas pada lesi. Keluhan umum terutama adalah
masalah kosmetika. Repigmentasi pernah dilaporkan pada sekitar 10% kasus.
Distribusi makula
Vitiligo mempunyai beberapa pola distribusi yang khas: fokal.segmental, generalisata, dan universal.
- Vitiligo fokal (“localized”): satu macula yang terisolasi atau beberapa macula yang terbatas baik
jumlah maupun ukurannya ( terdapat pada satu atau dua tempat di bagian tubuh.)
- Vitiligo segmental : distribusinya khas, dengan lesi vitiligo yang unilateral dalam suatu distribusi
dermatom atau quasidermatom. Tipe ini dikatakan sebagai suatu jenis vitiligo yang bersifat stabil.
- Vitiligo generalisata : merupakan jenis vitiligo yang banyak dijumpai, khas dengan beberapa atau banyak macula yang tersebar. Makula ini seringkali bersifat simetris dan menyerang daerah permukaan
ekstensor , terbanyak didapatkan pada sendi interfalangeal , sendi interfalangeal metacarpal/metatarsal,
siku, dan lutut. Daerah ekstensor lain yang terkena dalah pergelangan tangan, maleolus, umbilicus,
lumbosakral, tibia anterior, dan aksila. Makula vitiligo dapat bersifat periorifisial dan menyerang
daerah sekitar mata, hidung, telinga, mulut, dan anus. Vitiligo periungual dapat pula terjadi baik berdirisendiri atau bersamaan dengan lesi mucosal( bibir, penis distal, putting susu). Yang terakhir ini disebut
vitiligo lip tip.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 5/20
2.1.5 Pemeriksaan diagnosticKriteria diagnosis bias didasarkan atas pemerikasaan klinis ( anamnesis, pemeriksaan fisik), uji
diagnostic ( untuk membedakan denga penyakit lain yang menyerupai ) dan pemeriksaan laboratorium ( untuk
membantu mencari adanya kaitan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes melits, insufisiensi adrenal,
anemia pernisiosa, penyakit tiroid, dan lain-lain.)Dari anamnesis , perlu diketahui kapan lesi itu Nampak, perjalanan penyakit ( stabil atau progresif) ,
riwayat adanya inflamasi, iritasi, atau hal lain menjelang timbulnya depigmentasi, riwayat fotosensivitas,disfungsi telinga atau mata,bentuk-bentuk pengobatan sebelunbya ( termasuk dosis,efekm dan atau toksisitas),
hobi,riwayat keluargam riwayat keluarga atau diri sendiri tentang penyakit (tiroid, alopesia areata, diabetes ,
penyakit kolagen vaskuler, anemia pernisiosa, penyakit Addison), stress emosional akibat kehilangan pigmen,
dll
Pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan umum, adanya depigmentasi yang asimptomatik,
tanpa gejala inflamasi, ada tidaknya batas inflamasi sekitar lesi, tempat lesi pertama kali muncul (tangan,lengan, kaki,muka, dan bibir) , pola vitiligo (fokal,segmental,universal, atau akral/akrofasial).
Pemeriksaan lain antara lain perlu dicari adanya poliosis, perubahan pigmentasi pada choroid dan epitel pigmen
retina , uveitis.
Tes diagnostik, dilakukan untuk membedakan dengan penyakit yang menyerupai, misalnya limfoma
kutan sel-T, LED/LES, lepra, pinta, nevus anemikus, depigmentosus, piebaldisme, pityriasis alba,hipopigmentasi pasca inflamasi, arkoidosis, scleroderma, tinea cersikolor dan lain-lain.
Tes laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit-penyakit sistemik yang menyertai, misalnya
insufisiensi
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Psoralen photochemotherapy
Fototerapi dengan psoralen baik topical maupun sistemik, ataupun keduanya dikatakan merupakan cara
yang cukup efektif
Mekanisme : reservoir melanosit yang mengadakan migrasi ke dalam kulit yang mengalami
depigmentasi datang dari kulit yang bersebelahan dengan kulit yang berpigmen (melanosit mengalami
migrasi kira-kira 2-3mm ke dalam kulit yang mengalami depigmentasi), dan juga datang dari folikel
rambut karena tidak adanya reservoar , maka pada kulit berambut pada daerah lengan bawah atau
tungkai dimana rambut terminal mengalami depigmentasi, kurang respon terhadap pengobatan medic,seperti juga kulit daerah glabrosa, seperti telapak tangan, jari-jari dan dorsum pedis
b. Fototerapi psoralen topical
Fototerapi psoralen topical dilakukan apabila lesi terbatas (kurang dari 20% permukaan tubuh) atau
pada anak lebih dari 5 tahun dengan vitiligo fokal.
Preparat dioleskan pada daerah vitiligo 15-30 menit sebelum penyinaran UVA. Dosis permulaan biasanya 0,12-0,25 J/cm
2 kemudian ditambah sampai muncul eritema ringan (tergantung dari tipe kulit
pasien)
c. Psoralen
Bentuk aktif yang sering digunakan adalah trimetoksi psoralen (TPM) dan 8-metoksi psoralen. Bahan
ini bersifat photosensitizer . Cara pemberian : obat psoralen 20-30 mg (0,6 mg/kg BB) dimakan 2 jam
sebelum penyinaran. Lama penyinaran : mula-mula sebentar, kemudian setiap hari dinaikkan perlahan-
lahan (antara ½ sampai 4 menit). Ada yang menganjurkan pengobatan dihentikan seminggu setiap
bulan. Belum ada kesepakatan mengenai pengobatan psoralen topical. Sebagian mengatakan berbahaya, apalagi bila lesinya luas karena bisa timbul eritem atau bula. Namun sebagian masih ada
yang menggunakan terrapin topical ini. Larutan yang digunakan adalah larutan metoksalen 1% dengan
cara dioleskan secara hati-hati. Olesan jaringan jangan sampai ke batas tepi,tetapi beberapa millimeter
sebelum tepi, karena diharapkan akan terjadi difusi intradermal. Setelah diolesi kemudian kulit disinari
selama beberapa menit. Kontraindikasi : hipertensi, gangguan hati, kegagaln ginjal dan jantung.
Kecepatan repigmentasi tidak sama. Umumnya daerah muka lebih cepat, kemudian daerah leher,
badan.
d. Helioterapi
Helioterapi merupakan salah satu bentuk fotokemoterapi yang merupakan gabungan antara trisoralendan sinar matahari.
e. Kortikosteroid
Beberapa kasus menunjukkan respons terhadap pengobatan kortikosteroid. Obat ini digunakan baik
dalam bentuk topical, misalnya betametason valerat 0,1% maupun suntikan intradermal. Pemakaiankortikosterid ini kemungkinan didasarkan atas teori “rusak diri” maupun teori autoimiun. Dalam hal ini,
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 6/20
kortikosteroid dapat memperkuat mekanisme pertahanan tubuh pada auto-destruksi melanosit atau
menekan perubahan imunologik.
Penggunaan kortikosteroid topical dapat dilakukan dengna prosedur Drake dkk :
1. Krim kortikosteroid dioleskan pada lesi sekali sehari selama 3-4 bulan.
2. Setiap minggu sekali dilakukan evaluasi dengan menggunakan lampu Wood
3. Pengobatan diteruskan apabila ada repigmentasi, namun harus segera dihentikan apabila tidak
ada respon dalam waktu 3 bulan.4. Fotografi dapat membantu mengevaluasi kemajuan
5. Kemungkinan adanya efek samping, antara lain : teleangiektasi, atrofi, striae dllf. Depigmentasi
Jika lesi vitiligo sangat luas, jauh lebih luas dari kulit normalnya (lebih dari 50%), ada yang
menganjurkan untuk memberikan monobenzil hidrokuinon 20% 2x sehari pada kulit normal, sehingga
terjadi bleaching dan diharapkan warna kulit menjadi sama. Percobaan pada area yang kecil perlu
dilakukan, sebelum terapi dilakukan pada area yang lebih luas
Tindakan BedahTindakan bedah yang dapat dilakukan adalah “autologous skin graft”, yakni memindahkan kulit normal
(2-4mm) ke ruam vitiligo. Efek samping yang mungkin timbul antara lain jaringan parut, repigmentasi
yang tidak teratur, koebnerisasi, dan infeksi.
2.1.7 KomplikasiVitiligo cenderung meningkat sesuai usia dianggap sebagai akibat respon autoimun. vitiligo tidak
mengganggu struktur kulit sehingga hampir seluruh fungsi kulit masi dapat bekerja dengan baik. Fungsi
pengeluaran keringat masih berjalan, fungsi melindungi tubuh dari kuman masih baik, organ di dalamnya juga
masih bisa dilindungi, pengeturan suhu masih baik, dan kulit masih bisa dilindungi, pengaturan suhu masih baik
dan kulit masih bisa menyerap bahan dari luar seperti obat. Bahkan, jika bagian bercak putih mengalami luka
maka proses penyembuhannya sama dengan kulit normal.
2.1.8 Prognosis
Perkembangan penyakit vitiligo sulit diramalkan, dimana lesi depigmentasi dapatmenetap, meluas atau
bahkan mengalami repigmentasi. Biasanya perkembangan penyakitvitiligo bertahap dan pengobatan dapat
mencegah menetapnya lesi seumur hidup pada penderita. Perkembangan lesi depigmentasi sering kali responsif
pada masa awal pengobatan. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-20% penderita walaupun secarakosmetikhasilnya kurang memuaskan.
2.2 Albino
2.2.1 DefinisiAlbino (dari bahasa Latin albus yang berarti putih), disebut juga hypomelanism atau hypomelanosis,
adalah salah satu bentuk dari hypopigmentary congenital disorder. Ciri khasnya adalah hilangnya pigmen
melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih jarang hanya pada mata). Albino timbul dari perpaduan gen
resesif. Ciri-ciri seorang albino adalah mempunyai kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih pucat
dan memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah (tidak semua).
2.2.2 Etiologi
Albino adalah kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak dapat ditransmisi melalui kontak,tranfusi darah, dsb. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen melanin. Sebagian besar
bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun
dalam kasus-kasus yang jarang dapat diturunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang dikaitkan
dengan albino, tetapi semuanya menuju pada perubahan dari produksi melanin dalam tubuh.
Albino dikategorikan dengan tirosinase -positif atau -negatif. Dalam kasus dari albino tirosinase positif,
enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk memproduksi melanin karena alasan
tertentu yang secara tidak langsung melibatkan enzim tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim
tirosinase tidak diproduksi atau versi nonfungsional diproduksi.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 7/20
Gb.1 Enzim Tirosinase
Albino tidak terpengaruh gender, kecuali ocular albino (terkait dengan kromosom X), sehingga pria
lebih sering terkena ocular albino. Karena penderita albino tidak mempunyai pigmen melanin (berfungsi
melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari matahari), mereka menderita karena sengatan sinar
matahari, yang bukan merupakan masalah bagi orang biasa.
2.2.3 Klasifikasi A. Secara klinis, Albinisme dapat dibagi mencadi dua :
1. Oculo cutaneous albinism (OCA) (berarti albino pada mata dan kulit), kehilangan pigmen
pada mata, kulit, dan rambut.
Gb.2 Oculocutaneous Albinism
2. Ocular albinism (OA), hanya kehilangan pigmen pada mata. Orang-orang dengan
oculocutaneous albinism bisa tidak mempunyai pigmen dimana saja sampai ke tingkat hampir
normal. Orang-orang dengan ocular albinism mempunyai warna rambut dan kulit yang normal,
dan banyak dari mereka mempunyai penampilan mata yang normal.
Gb.3 Ocular Albinism
Tipe lain
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 8/20
Recessive Total Albinism Albinism black lock cell migration disorder syndrome
(ABCD)
Albinism deafness syndrome (ADFN)
Hanya tes genetik satu-satunya cara untuk mengetahui seorang albino menderita kategori yang
mana, walaupun beberapa dapat diketahui dari penampilannya.
B. Untuk bidang dermatologi, yang terpenting adalah jenis OCA. Ada dua tipe OCA yang paling banyak,yaitu Tyrosinase Positive OCA (TPOCA) dan Tyrosine Negative OCA (TNOCA).. keduanya dapat
dibedakan berdasarkan pemeriksaan genetik, klinik, dan histokimia. Dua tipe lain yang jarang adalah
Yellow Mutant (YM) dan Syndroma Herman-Pudlak (SHP). Pernah dilaporkan suatu tipe lain yang
otosomal dominan.
Pada pemeriksaan histokimia, TPOC dan TNOCA dibedakan dengan tes hair bulb :
Pada TPOCA: pada inkubasi in vitro dengan tirosin dan dopa, rambut cepat menjadigelap
TNOCA: tidak mampu untuk menjadi gelap
Pada pemeriksaan ultrastruktur:
TPOCA: ada melanisasi dan, pada inkubasi dengan DOPA dan tirosin, terjadi melanisasi
penuh
TNOCA: tidak ada melanisasi san hanya ada melanosom stadium I dan II.
2.2.4 Manifestasi klinis Dengan test genetik, dapat diketahui apa seseorang itu albino berikut variasinya, tetapi tidak ada
keuntungan medis kecuali pada kasus non-OCA disorders yang dapat menyebabkan albino disertai dengan
masalah medis lain yang dapat diobati. Umumnya kelainan mata pada penderita albino adalah sebagai berikut :• Nystagmus, pergerakan bola mata yang irregular dan rapid dalam pola melingkar
• Strabismus (“crossed eyes” or “lazy eye”).
• Kesalahan dalam refraksi seperti miopi, hipertropi, dan astigmatisma.
• Fotofobia, hipersensitivitas terhadap cahaya
• Hipoplasi foveal – kurang berkembangnya fovea (bagian tengah dari retina)
• Hipoplasi nervus optikus – kurang berkembangnya nervus optikus.
• Abnormal decussation (crossing) dari fiber nervus optikus pada chiasma optikus.
• Ambliopia, penurunan akuisitas dari satu atau kedua mata karena buruknya transmisi ke otak, sering
karena kondisi lain seperti strabismus.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 9/20
Hilangnya pigmen juga membuat kulit menjadi terlalu sensitif pada cahaya matahari, sehingga mudah
terbakar, sehingga penderita albino sebaiknya menghindari cahaya matahari atau melindungi kulit mereka.
2.2.5 Penatalaksanaan
Albino adalah suatu kondisi yang tidak dapat diobati atau disembuhkan, tetapi ada beberapa hal kecil
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup. Yang terpenting adalah memperbaiki daya lihat,melindungi mata dari sinar terang, dan menghindari kerusakan kulit dari cahaya matahari. Kesuksesan dalam
terapi tergantung pada tipe albino dan seberapa parahnya gejala. Biasanya, orang dengan ocular albinism lebihmempunyai pigmen kulit normal, sehingga mereka tidak memerlukan perlakuan khusus pada kulit. Berikut
beberapa tatalaksana terhadap albinisme :
a. Pembedahan
Biasanya, pengobatan untuk kondisi mata terdiri dari rehabilitasi visual. Pembedahan mungkin
untuk otot mata untuk menurunkan nystagmus, strabismus, dan kesalahan refraksi seperti astigmatisma.
Pembedahan strabismus mungkin mengubahan penampilan dari mata. Pembedahan untuk nistagmusmungkin dapat mengurangi perputaran bola mata yang berlebihan.
Efektifitas dari semua prosedur ini bervariasi, tergantung dari keadaan masing-masing
individu. Namun harus diketahui, pembedahan tidak akan mengembalikan fovea ke kondisi normal dan
tidak memperbaiki daya lihat binocular. Dalam kasus esotropia (bentuk “crossed eyes” dari
strabismus), pembedahan mungkin membantu daya lihat dengan memperbesar lapang pandang (areayang tertangkap oleh mata ketika mata melihat hanya pada satu titik).
b. Bantuan Daya Lihat
Kacamata dan „bantuan daya lihat‟ lain dapat membantu orang albino, walaupun daya lihat
mereka tidak dapat dikoreksi secara lengkap. Beberapa penderita albino cocok menggunakan bifocals
(dengan lensa yang kuat untuk membaca), sementara yang lain lebih cocok menggunakan kacamata
baca.
Penderita pun dapat memakai lensa kontak berwarna untuk menghalangi tranmisi cahaya
melalui iris. Beberapa menggunakan bioptik, kacamata yang mempunyai teleskop kecil di atas atau
belakang lensa biasa, sehingga mereka lebih dapat melihat sekeliling dibandingkan menggunakan lensa
biasa atau teleskop.
Walaupun masih menjadi kontroversi, banyak ophthalmologist menyarankan penggunaan
kacamata dari masa kecil sehingga mata dapat berkembang optimal.
c.
Perlindungan terhadap Sinar MatahariPenderita albino diharuskan menggunakan sunscreen ketika terkena cahaya matahari untuk
melindungi kulit prematur atau kanker kulit. Baju penahan sinar matahari dan pakaian renang juga
merupakan alternatif lain untuk melindungi kulit dari cahaya matahari yang berlebihan.
Penggunaan kacamata dan topi dapat membantu pula. Barang lain yang dapat membantu
orang-orang dengan albino adalah menghindari perubahan tiba-tiba dari situasi cahaya danmenambahkan kaca penahan sinar matahari. Cahaya lebih baik tidak langsung mengenai posisi biasa
dari penderita albino (seperti tempat duduk mereka pada meja makan). Jika mungkin, penderita albino
lebih memilih untuk terkena cahaya di bagian punggung daripada di bagian muka.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita albino antara lain :
Resiko terkena kanker kulit kulit yang terbakar oleh sinar matahari. Paparan sinar matahari yang
panjang dapat mengakibatkan kulit menjadi kasar dan tebal (pachiderma)Gangguan emosional, sosial dan stres. Penderita albino sering dikucilkan baik di dalam keluarga atau dalam
lingkungan sosialnya karena di cap negatif karena adanya anggapan – anggapan atau mitos.
2.2.7 Prognosis
Prognosis untuk albinisme adalah bahwa albino dengan paparan sinar matahari tanpa tabir surya terlalu
banyak atau perlindungan lainnya terhadap matahari akan memiliki kesempatan lebih besar terkena kanker
kulit. Albino harus mengenakan pakaian buram dan tabir surya untuk membuatnya lebih aman berada di luar
bahkan di musim panas. Menjadi albinistic dapat mengubah seseorang hidup because.they telah menjadi sadar
sedang di luar dan dilindungi.
Orang dengan albinisme dapat berharap untuk memiliki hidup normal. Tapi dalam kasus mereka yang
menderita sindrom Hermansky-Pudlak, harapan hidup dapat dikurangi karena penyakit paru-paru atau
perdarahan disorders.Albinos yang telah mengembangkan kanker kulit juga mungkin akan mengalami harapan
yang lebih rendah. Orang dengan albinisme mungkin menghadapi beberapa masalah sosial karena kurangnya
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 10/20
pemahaman dari pihak lain. Albinisme tidak menyebabkan keterlambatan dalam pembangunan dan tidak juga
keterbelakangan mental.
Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah albinisme. Konseling genetik harus dipertimbangkan
untuk individu dengan riwayat keluarga albinisme atau hipopigmentasi.
2.3
Gangguan Pigmentasi Pascainflamasi2.3.1 Hiperpigmentasi Post-inflamasi
2.3.1.1 Definisi
Hiperpigmentasi post inflamasi atau post inflammatory hiperpigmentation (PIH) adalah
masalah yang sering dihadapi dan hadir sebagai sekuel dari beragam gangguan kulit. Pigmen yang
berlebihan terkait dengan beragam proses yang berpengaruh pada kulit seperti infeksi, reaksi
alergi, luka mekanik, reaksi pengobatan, reaksi fototoksik, trauma (terbakar), dan penyakit-
penyakit inflamasi (liken planus, lupus erytematosus, dermatitis atopi). Secara khas,
hiperpigmentasi post inflamasi sangat berbahaya pada pasien dengan dermatosis likenoid dimana
lapisan sel basal epidermisnya terganggu.
Gb1. Hiperpigmentasi pasca acne
2.3.1.2 Epidemiologi
Hiperpigmentasi post inflamasi merupakan respon kulit pada inflamasi yang sering
ditemukan . Walaupun dapat mengenai semua orang, perkembangannya lebih sering pada orang
yang berkulit gelap dan dapat mengenai semua umur. Insiden dari hiperpigmentasi post inflamasi
pada laki-laki dan perempuan adalah sama, atau tidak ada predileksi jenis kelamin.
2.3.1.3 Etiologi
a. Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi pada berbagai proses yang mengenai
kulit. Proses tersebut melibatkan reaksi alergi, infeksi, trauma, erupsi fototoksik.
b. Penyakit inflamasi yang sering yang mengakibatkan hiperpigmentasi post inflamasi
antara lain acne excoriée, lichen planus, systemic lupus erythematosus (SLE),
dermatitis kronis, dan cutaneous T-cell lymphoma, terutama varian erythrodermic
c. Terpapar sinar UV, bahan kimia dan tindakan medikasi (tetracycline, bleomycin,
doxorubicin, 5-fluorouracil , dll)
2.3.1.4 Patofisiologi
Hiperpigmentasi post inflamasi disebabkan oleh salah satu dari proses melanosis
epidermis ataupun melanosis dermis. Respon inflamasi epidermis menyebabkan pelepasan dan
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 11/20
kemudian oksidasi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, leukotrien dan produk lainnya.
Produk inflamasi ini merubah aktivitas dari sel imun dan melanosit. Spesifiknya, produk inflamasi
ini menstimulasi melanosit epidermal, menyebabkan peningkatan sintesis melanin dan kemudian
meningkatkan transfer pigmen untuk mengelilingi keratinosit. Demikian, meningkatkan stimulasi
dan transfer granul melanin menghasilkan hipermelanosis epidermal.
Sebaliknya, melanosis dermal terjadi ketika inflamasi mengganggu lapisan sel basal,
menyebabkan pigmen melanin terlepas dan kemudian terperangkap oleh sel imun besar yang
dikenal sebagai makrofag pada papilla dermis.
2.3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis:
Diagnosis hiperpigmentasi post inflamasi sebaiknya dipertimbangkan jika ada riwayat
proses patologis atau luka pada daerah yang mengalami hiperpigmentasi.
Pemeriksaan fisis:
Penyebaran lesi bergantung pada daerah yang mengalami inflamasi sebelumnya
Warna lesi berkisar antara coklat terang-hitam. Gambaran coklat terang jika pigmennya
terjadi di epidermis dan gambaran hitam jika lesi mengandung melanin dermis.
2.3.1.6 Penatalaksanaan
Penanganan hiperpigmentasi post inflamasi (PIH) cenderung susah dan membutuhkan proses
yang lama yaitu sering membutuhkan 6-12 bulan agar mencapai hasil yang diinginkan untuk
depigmentasi. Setiap pilihan pengobatan berpotensi memperbaiki hipermelanosis epidermal, tetapitidak menjamin efektif untuk hipermelanosis dermal. Saat ini penggunaan broad-spectrum
sunscreen adalah bagian yang penting untuk melakukan terapi.
Berbagai penanganan topikal telah digunakan untuk mengobati hiperpigmentasi epidermal,
dengan beragam tingkat keberhasilan. Agen-agen tersebut adalah hydroquinone, tretinoin cream,
kortikosteroid, glycolic acid (GA), dan azelaic acid . Kombinasi dari krim topikal dan gel,
chemical peel , dan sun screens dapat menjadi sangat dibutuhkan untuk perbaikan yang berarti.
Kombinasi tersebut hanya efektif untuk hiperpigmentasi epidermal.
Topikal tretinoin 0,1% telah efektif untuk orang Afro-Amerika. GA peel dikombinasikan dengan
tretinoin dan hydroquinone adalah penanganan efektif untuk hiperpigmentasi post inflamasi untuk
orang yang bercorak kulit gelap. Aqueous gel retinoic acid 0,1-0,4% digunakan bersamaan dengan
hydroquinon-zalf lactic acid untuk memutihkan. Setelah perbaikan cukup pada hiperpigmentasi di
capai, kortikosteroid dapat digunakan secara topikal dengan hydroquinon untuk mendukung
penyembuhan. Kombinasi dari beragam agen terapi topikal telah memperlihatkan keuntungan,
terutama pada wajah.
2.3.1.7 Prognosis
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 12/20
Morbiditas pada hiperpigmentasi post inflamasi berkaitan dengan proses inflamasi yang
mendasarinya. Hingga saat ini belum ditemukan kasus kematian yang diakibatkan oleh
hiperpigmentasi post inflamasi.
WOC HIPERPIGMENTASI PASCAINFLAMASI
2.3.2 Hipopigmentasi Pascainflamasi
2.3.2.1 Definisi
Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hilangnya warna kulit (pigmentasi) setelah kulit mengalami
cedera. Pigmen yang memproduksi sel (melanosit) rusak atau hancur dalam proses penyembuhan.
2.3.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Siapapun bisa mengalami kehilangan pigmen, tetapi lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam,
karena mereka ingin memutihkan wajah dengan menggunakan kosmetik pemutih. Hal ini dapat terjadi setelah
cedera kulit seperti luka bakar, operasi, jerawat, eksim, cacar air, dermatitis seboroik, dan lain sebagainya.
Beberapa obat dapat menyebabkan hipopigmentasi pada orang yang berkulit gelap (misalnya, krim kortison atau
benzoyl peroxide).
2.3.2.3 Tanda dan Gejala
- Reaksi alergi,
infeksi, trauma,
erupsi fototoksik
- Penyakit inflamasi
- Terpapar sinar UV,
bahan kimia, dan
tindakan medikasi
Respon inflamasi
epidermis
Pelepasan dan
oksidasi
as.arakidonat
Produk inflamasi
Prostaglandin,
leukotrien, dan produk lainnya.
Melanosit epidermal
terstimulasi
Sintesis melanin
Transfer pigmen
Hipermelanosis
epidermal
Hiperpigmentasi
kulit
Klien merasa malu
akan kondisinya
MK : Kerusakan
integritas kulit
MK : Gangguan
body image
MK : Kurang
pengetahuan
Membutuhkan
perawatan khusus
MK : Ansietas
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 13/20
- Satu atau lebih area putih atau lebih terang dari kulit.
- Ukuran, bentuk dan area yang terpengaruh bergantung pada penyebabnya
2.3.2.4 Penatalaksanaan
1.
Menghentikan konsumsi krim kortison atau lotion yang mengandung benzoyl peroxide.
2. Jika daerah yang mengalami hipopigmentasi hanya sedikit dan tidak memiliki masalah kulit yang
mendasari, tidak memerlukan perawatan khusus.
3. Jika daerah hipopigmentasi memiliki riwayat cedera kulit sebelumnya atau mengalami mati rasa pada
daerah tersebut, segera cari pertolongan medis.
2.3.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Bergantung pada diagnosis dan penyebab. Biopsi pada lesi hipomelanosis mungkin diperlukan untuk
menentukan apa yang menyebabkan perubahan warna tersebut.
2.3.2.6 Patofisiologi
Obat-obatan dan zat-zat kimia dapat menyebabkan hilangnya pigmen kulit. Hal ini dapat terjadi akibat
zat-zat yang digunakan dalam pekerjaan, tetapi yang paling sering menjadi penyebab adalah krim pemutih kulit,
yang dijual terutama di masyarakat Afro-Karibia dan Asia. Kandungan yang aktif biasanya adalah hidrokuinon,
yang dapat digunakan untuk terapi.
Banyak kelainan kulit dengan peradangan menyebabkan timbulnya hipopigmentasi sekunder atau
pascaperadangan, akibat adanya gangguan pada keutuhan epidermis dan sistem produksi melain (missal eksema
dan psoriasis). Kelainan kulit tersebut dapat meninggalkan bekas berupa hipopigmentasi temporer. Akan tetapi,
peradangan dapat menghancurkan semua melanosit (missal pada jaringan parut, sesudah terjadi luka bakar, dan
pasca tindakan krioterapi).
Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan hipopigmentasi misalnya lupus
eritematosus discoid, dermatitis atopic, psoriasis, parapsoriasis gutata kronis, dan lain-lain. Predileksi dan
bentuk kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi primernya. Hal ini khas pada kelainan
hipopigmentasi yang terjadi sesudah menderita psoriasis.
Hipomelanosis terjadi segera setelah resolusi penyakit primer dan mulai menghilang setelah beberapa
minggu hingga beberapa bulan terutama pada area yang terpapar matahari.
Pathogenesis proses ini dianggap sebagai hasil dan ganguan transfer melanosom dari melanosit ke
keratinosit. Pada dermatitis hipopigmentasi mungkin merupakan akibat dari edema sedangkan pada psoriasis
mungkin akibat meningkatnya epidermal turnover.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang berhubungan sebelumnya. Jika diagnosis
belum berhasil ditegakkan maka biopsi pada lesi hipomelanosis akan menunjukkan gambaran penyakit kulit
primernya.
Terapi biasanya sesuai dengan penyakit dasarnya. Setelah proses inflamasi menyembuh maka warna
kulit asli akan perlahan kembali. Hal ini mungkin dapat dipercepat dengan paparan sinar matahari.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 14/20
WOC HIPOPIGMENTASI PASCAINFLAMASI
2.4 Melasma
2.4.1 Definisi
Kelainan warna kulit akibat berkurang atau bertambahnya pembentukan pigmen melanin pada kulit.
Warna kulit manusia di tentukan oleh berbagai pigmen, yang berperan pada penentuan warna kulit adalah
karoten, melanin, oksihemoglobin dan hemoglobin bentuk reduksi, yang paling berperan adalah pigmenmelanin. Melanosis adalah kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit : hipermelanosis bila
produksi pigmen melanin bertambah, hipomelanosis bila reproduksi pigmen melanin berkurang.Hipermelanosis dapat di sebabkan oleh sel melanosit bertambah maupun bertambah maupun hanya
karena pigmen melanin saja yang bertambah. Sebaliknya leukoderma dapat di sebabkan oleh pengurangan
jumlah pigmen melanin atau berkurang maupun tidak adanya sel melanosit. Hipomelanosis pengurangan jumlah
pigmen melanin atau berkurang maupun tidak adanya sel melanosit.Melasma Adalah Suatu Hipermelanosis yang didapat yamg umumnya simestri berupa makula yang
tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpanjan sinar ultra violet dengan
tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu.
2.4.2 Etiologi
Melasma sampai sekarang ini belum di ketahui pasti. Faktor kausatif yang di anggap berperan pada
patogenesis melasma adalah
a) Sinar ultra violet : spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di epidermis yang
merupakan penghambat enzim tirosinase dengan cara mengikat ion cu dari enzim tersebut. Sinarultra violet menyebabkan enzim tirosinase tidak di hambat lagi sehingga memicu proses
melanogenesis.
Obat-obatan dan zat kimia, pasca peradangan (Eksema, Psoriasis, Lupus
eritematosus discoid, Dermatitis atopic), jaringan parut, luka bakar, pasca
tindakan krioterapi
Gangguan pada
keutuhan epidermis dan
sistem produksi
Transfer melanosom dari
melanosit ke keratinosit terganggu
(menurun)
Hipomelanosit
Hipopigmentasi
sekunder pada kulit
Klien merasa malu
akan kondisinya
MK : Kerusakan
integritas kulit
MK : Gangguan
body image
MK : Kurang
pengetahuan
Membutuhkan
perawatan khusus
MK : Ansietas
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 15/20
b) Hormon : misalnya estrogen , progesteron, dan MSH ( melanin stimulating hormone ) berperan
pada terjadinya melasma. Pada kehamilan, melasma biasanya meluas pada trimester ke-3, pada
pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil
tersebut.
c) Obat : misalnya difenil hidantoin, mesatoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin dapat
menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara
kumulatif dapat merangsang melanogenesis.d) Genetik : di laporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-7% , karna faktor keturunan.
e) Ras : melasma banyak di jumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit berwarna gelap.f) Kosmetika : pemakai kosmetika yang mengandung parfum, zat pewarna, atau bahan-bahan tertentu
dapat menyebabkan fotosintesivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya sinar hiperpigmentasi
pada wajah, jika terpajan sinar matahari.
g) Idiopatik.
2.4.3 Patofisiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis. Melasma di jumpai pada wanita, meskipun di dapat pada laki-laki 10 % adalah idiopatik dan terutama sering terjadi
eksaserbasi setelah paparan sinar matahari, kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral dan obat-obatan tertentu.
Melasma juga ada hubungannya dengan faktor genetik dan kelainan endokrin. Di indonesia perbandingan kasus
wanita dan pria 24: 1. Terutama tampak pada wanita usia subur riwayat langsung terkena pajanan sinar
matahari. Insiden terbanyak pada usia 30-40 tahun.Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil,wanita pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai
obat-obat, dan lain-lain.
2.4.4 Klasifikasi Terdapat beberapa jenis melasma di tinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan hispatologik, dan
pemeriksaan dengan sinar wood. Melasma dapat di bedakan berdasarkan gambaran klinis , pemeriksaan
hispatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.
Berdasarkan gambaran klinis :
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung, serta
dagu. (63%).
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood :
1.
Tipe epidermal , melasma tampak lebih jelas dengan sinar wood di bandingkan dengan sinar biasa.
2. Tipe dermal , dengan sinar wood tak tampak warna kontras di banding dengan sinar biasa.
3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas.
4. Tipe sukar, dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas,
sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat jelas. Perbedaan tipe-tipe in sangat berarti pada pemberian terapi, tipe dermal lebih sulit di obati dibanding tipe epidermal.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologis :
1. Melasma, tipe epidermal, umumnya berwarna coklat , melanin terutama terdapat pada lapisan
basal dan suprabasal , kadang-kadang di seluruh stratum korneum dan stratum spinosum.
2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan, terdapat makrofag bermelanin di sekitar
pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah, pada dermis bagian atsa terdapat fokus-
fokus infiltrat.
2.4.5 Maninfestasi klinisMakula coklat, batas jelas, ireguler seperti peta dan biasanya bersifat simetris. Bersifat khronik dan
mengalami eksaserbasi bila kena sinar matahari atau sinar buatan UVA dan UVB. Pada multipara melasma
terjadi setelah kehamilan yang berulang-ulang. Melasma sering mengadakan re solusi setelah melahirkan atau
penghentian oral kontrasepsi.
Ada 3 bentuk melasma :
a. Bentuk sentrofasial : pada pelipis, dahi , alis, dan bibir atas,
b. Bentuk Malar : pada pipi dan hidung.
c. Bentuk Mandibular : pada ramus mandibular, dagu.
Tipe lesi :a. Epidermal (coklat tua ) : terbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering di pipi dan hidung.
b. dermal (biru , abu-abu)
c. mixed (campuran) : coklat abu-abu
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 16/20
Terapi hanya berhasil pada tipe epidermal dan bagian epidermalnya saja dari tipe campuran. Pemeriksaan
dengan lampu Wood pada tipe epidermal tampak lebih jelas (kontras) dari pada dengan sinar biasa, sedangkan
pada tipe dermal tidak .
2.4.6 Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnosis ada 3 yaitu pemeriksaan hispatologik, pemeriksaan mikroskop elektron, dan
pemeriksaan sinar wood.
a.
Pemeriksaan histopatologikTerdapat 2 tipe hipermelanosis :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang diseluruh stratum spinosum sampai stratum korneum ; sel-sel yang padat mengandung melanin
adalah melanosit, sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-
sel stratum korneum.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah dalam dermis bagian
atas terdapat fokus-sokus infiltrat. b. Pemeriksaan mikroskop elektron
Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas melanosit
meningkat.
c. Pemeriksaan dengan sinar wood
a. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontraks
b.
Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontrassc. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontraks ada yang tidak
d. Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa
jelas terlihat.
Diagnosis melasma di tegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe
melasma di lakukan pemeriksaan sinar wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya di lakukan
pada kasus – kasus tertentu.
2.4.7 Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta kerja sama yang
baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita berobat untuk alasan kosmetik.
Pengobatan dan perawatan kulit harus di lakukan secara teratur dan sempurna karna melasma bersifat kronis
residif. Pengobatan yang sempurna adalah pengobatan yang sempurna adalah pengobatan yang kausal, maka
penting di cari etiologinya.
2.4.8 Pencegahana) Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melasma adalah perlindungan
terhadap sinar matahari. Penderita di haruskan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet
terutama antara pukul 09.00-15.00. sebaiknya jika keluar rumah menggunakan payung atau topi yang
lebar. Melindungi kulit dengan memakai tabir surya syang tepat, baik mengenai bahan maupun cara pemakainnya. Tanpa pemakain tabir surya setiap hari pengobatan sulit berhasil. Pemakain tabir surya
di anjurkan 30 menit sebelum terkena pajanan sinar matahari. Ada 2 macam tabir surya yang di kenal
yaitu tabir surya fisis adalah bahan yang dapat memantulkan/menghamburkan ultra violet , misalnya :
titanium oksida, seng oksida, kaolin . sedangkan tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap
ultra violet. Tabir surya kimiawi ada 2 jenis yaitu : yang mengandung PABA ( para amino benzoic
acid ) atau derivatnya, misalnya octil PABA, yang tidak mengandung PABA ( non PABA ), misalnya : bensofenon, sinamat, salisilat, dan antranilat.
b)
Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya menghentikan pemakaian pilkontrasepsi, menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau mengandung parfum, mencegah
obat contohnya hidantoin, sitostatika, obat antimalaria, dan minosiklin.
2.4.9 PenatalaksanaanPengobatan di bagi menjadi 3 yaitu pengobatan topikal, pengobatan sistemik dan pengobatan khusus.
1. pengobatan topikal
a. hidokinon
hidrokinon di pakai dengan konsentrasi 2-5%. Krim tersebut dipakai pada malam hari di sertai
pemakaian tabir surya pada siang hari. umumnya tampak perbaikan dalam 6-8 minggu dan di lanjutkan
sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak iritan atau alergik. Setelah penghentian
penggunaan hidrokinon sering terjadi kekambuhan.
b. Asam retinoat ( retinoic acid/tretinoin)
Asam retinoat 0.1 terutama di gunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi. Krim
tersebut juga di paki pada malam hari, karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi. Kini asam
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 17/20
retinoat di pakai sebagai monoterapi, dan di dapatkan perbaikan klinis secara bermakna, meskipun
berlangsung agak lambat. Efek samping berupa eritema,deskuamasi dan fotosintesis.
c. Asam azeleat ( azeleic acid )
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk di pakai. Pengobatan dengan asam azeleat
20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya rasa panas dan gatal.
2. Pengobatan sistemik
a.
Asam askorbat/ vitamin CVitamin C mempunyai efek merubah melanin benin bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk
reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinonmenjadi DOPA.
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhdril (SH) yang berpotensi menghambat
pembentukan melanin dengan jalan bergabung dengan cuprum dari tiriosinase.
Tindakan khusus
Tindakan khusus terbagi menjadi 2, yaitu pengelupasan kimiawi dan bedah laser.
a. Pengobatan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan hiperpigmentasi. Pengelupasan
kimiawi di lakukan dengan mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4 sampai 6 menit di
lakukan setiap 3 minggu selama 6 kali. Sebelum di lakukan pengelupasan kimiawi di berikan krim
asam glikolat 10% selama 14 hari. b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switched Ruby dan laser argon, kekambuhan dapat juga
terjadi.
2.4.10 Komplikasi
a. Pemakaian hidrokuinan dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan reaksi iritasi, sensitasi
ringan di tandai dengan rasa gatal , rasa terbakar, dan dermatitis alergika.
b. Pemakaian azelaic acid mempunyai kemampuan untuk memutihkan kulit , hasilnya hampir sama
dengan hidrokuinon tetapi dapat megakibatkan rasa gatal dan menyengat.
2.4.11 Prognosis
Prognosis melasma pada umumnya baik jika ditangani secara adekuat dan tergantung pada faktor penyebabnya. Hiperpigmentasi pada melasma tipe epidermal mempunyai prognosis yang lebih baik daripada
tipe dermal. Hal ini disebabkan karena pigmen pada lapisan dermis butuh waktu yang lebih lama untuk berubah
dibandingkan pigmen pada lapisan epidermis karena tidak ada terapi efektif yang mampu menghilangkan
pigmen di lapisan dermis.
Melasma dapat timbul pada wanita hamil dan pada penggunaan kontrasepsi oral.
Hiperpigmentasi yang timbul pada masa kehamilan biasanya menghilang secara spontan setelah
beberapa bulan setelah melahirkan. Pada penggunaan kontrasepsi oral, hiperpigmentasi membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk sembuh. Melasma dapat menetap selama beberapa tahun setelah
penghentian kontrasepsi oral.
Kasus-kasus resisten atau rekuren sering terjadi dan pasti terjadi jika pasien tidak memperhatikandengan baik untuk menghindari cahaya matahari secara sempurna. Sehingga pengobatan dan perawatan
kulit pada pasien melasma harus dilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik
residif.
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 18/20
Sinar UV
Meningkat saat
kehamilan trimesterEnzim
tirosinase tidak
Gugus sulfhidril
i bagian
idermis rusak
Terdapat pada
pil kontrasepsiTerjadi proses
melanogenesis
Akumulasi hormone
(estrogen, progesterone,
dan MSHTerjadi
fotosensitivitas
Kosmetik
Genetik
Secara kumulatif
tertimbun di lapisan
dermis bagian atas
Obat
Terjadi efek samping
pada kulit yang
MELASMA
Idiopatik
Ras
Hiperpigmentasi
pada daerah
wajah
MK: Kerusakan
integritas kulit
Memerlukan
perawatan
khusus
MK : Kurang
pengetahuan
MK : Ansietas
Menyebabkan terjadinya
hiperpigmentasi pada
kulit wajah
MK : Gangguan
body image
MK : Koping
individu inefektif
Hidung dan pipi
bagian lateral
Dahi, hidung, pipi
bagian medial, bawah
hidung, serta dagu
Pada daerah
mandibula
MandibularMalarSentrofasial
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 19/20
Daun Kemamgi Sebagai Bentuk Usaha
Kasiat daun kemangi
Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya yang memiliki aroma yang khas. Kemangi juga dikenal sebagai
sayuran yang dapat dimakan segar sebagai lalapan. Tanaman yang beraroma wangi menyegarkan ini dapat
dimanfaatkan untuk menghilangkan bau badan dan baumulut. Tanaman ini juga mengandung minyak atsiri,
askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin, magnesium, betakarotin, dan beta sitosterol.
Di beberapa salon, minyak atsiri kemangi dapat digunakan untuk pijat aroma terapi karena minyak atsiri
kemangi dapat meringannkan dan menyegarkan tubuh. Minyak atsiri dari kemangi banyak digunakan sebagai bahan
camouran pembuatan obat ataupun untuk perawatan tubuh, seperti sabun mandi, parfum, body lition, minyak gosok
dan permen pelega tenggorokan. (putriyanti, 2006)
Manfaat Daun Kemangi Bagi Wajah - Sel kulit mati dapat menimbulkan minyak yang berlebih sehingga
mengakibatkan komedo hitam di wajah, minyak atau sisa make-up yang tidak bersih dan akhirnya menyumbat pori-
pori wajah menimbulkan ketidakhalusan kulit. Komedo biasanya bermunculan di area T wajah, yaitu dahi dan
hidung yang produksi minyaknya banyak. Komedo adalah tahap awal terjadinya jerawat. Jika tumpukan komedo
terkena bakteri akan terjadi pembengkakan dan timbullah jerawat.
Tips sehari hari mengatasi melasma
Pakai daun kemangi, cuci bersih, ambil daunya saja, beri air panas, diamkan sampai dingin. Setelah dingin, pakailah untuk mencuci wajah. Lakukan 2x sehari ketika akan tidur
Cara membuat Sabun Mandi
Bahan-Bahan yang dibutuhkan :
1. Minyak atau Lemak – Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang mudah
saja seperti: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai.
2. NaOH / KOH – Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahan kimia, ambil
yang teknis saja.
3.
Air – Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak
mengandung mineral.
4.
Essential dan Fragrance Oils – Sebagai pengharum. Bahan herbal dari kemangi.
5.
Pewarna – Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
6.
Zat Aditif – Rempah, herbal (kemangi), talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.
Alat-alat yang dibutuhkan :
1. Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
2. Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
3. Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun.
4. Botol plastik - Untuk wadah air.
5. Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
6.
Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH.
7.
Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan NaOH / KOH dan mengaduknya.
8.
Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH dengan air.
9.
Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
10.
Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
11.
Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.12.
Cetakan.
13.
Blender dengan tutupnya.
14.
Kain - Untuk menutup blender.
Cara pembuatan :
1. Siapkan cetakan. Cetakan bisa apa saja. Bisa loyang yang diminyaki, baki plastik yang dialasi plastik tipis
atau pipa PVC yang diminyaki. Siapkan cetakan yang cukup untuk menampung semua hasil pembuatan
sabun.
2.
Cetakan: Untuk cetakan anda bisa menggunakan kayu atau karton yang dilapisi plastik tipis, bahkan pipa
PVC bisa dipakai. Jika menggunakan pipa PVC tutup bagian bawah dengan plastik yang diikat dengan
8/10/2019 kulit hiperpigmentasi
http://slidepdf.com/reader/full/kulit-hiperpigmentasi 20/20
karet gelang, semprotkan minyak ke dalamnya, tuangkan hasil sabun. Setelah mengeras buka tutupnya,
dorong lalu potong akan menghasilkan sabun yang bulat.
Resep Sabun Cair :
1.
340 g Minyak Sawit
2.
170 g Minyak Kelapa
3.
50 g Minyak Zaitun
4.
122 g KOH – Kalium hidroksida + 250 g Air
5.
10 cc fragrance + pewarna
6. (Proses Pada Suhu ruangan)
Cara kerja
Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin
(Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan
menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut.
Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk
didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai) sesuai
dengan Resep. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses
pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa
sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok,
maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.Pada saat “trace” tadi
anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama
satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu
sebelum dipakai.
Cara penggunanan sabun kemangi
1.
Tuangkan sabun di telapak tangan secukupnya kurang lebih sebutir biji jagung
2.
Basahi dengan air sampai berbusa
3.
Usapkan pada wajah secara merata
4.
Bilas dengan dengan air bersih hingga busa tidak tersisah
5.
Apabila terkena mata bilas hingga bersih dengan air
Gunakan secara teratur 2-3 X sehari atau sesuai kebutuhan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kesimpulan
Kelainan pigmentasi adalah perubahan warna kulit yang menjadi lebih putih, lebih hitam, atau coklat
dibandingkan dengan warna kulit normal serta bersifat macular serta sedikit banyak dipengaruhi oleh perubahan
warna bersumber pada melanin. Disamping itu, hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh berbagai macam gaktor
mulai dari genetik, pajanan bahan kimia, idopatik dan lain sebagainnya. Macam-macam kelainan pigmentasi pada
kulit ada beberapa diantaranya adalah vitiligo, albino, hipopigmentasi pasca inflamasi serta melanosis.
Vitiligo yang merupakan hipomelanosis idiopatik di dapat ditandai dengan adanya macula putih yang
dapat meluas. Sedangkan Albino atau Albinisme merupakan salah satu bentuk dari hypopigmentary congenital
disorder. Kemudian hipopigmentasi pasca inflamasi merupakan hilangnya warna kulit (pigmentasi) setelah kulit
mengalami cedera. Sementara itu melanosis merupakan kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit yg
berupa hipermelanosis bila produksi pigmen melanin bertambah, hipomelanosis bila reproduksi pigmen melanin berkurang.
Daftar Pustaka
http://www.kalbe.co.id
http://en.wikipedia.org/wiki/melasma
http://www.ummigroup.co.id
Sumber: http://wiki.bestlagu.com/health/173962-manfaat-daun-kemangi-bagi-wajah.html
Putriyanti, dian. 2006, 100% cantik rahasia dibalik buah dan sayur, best, Jakarta.