kultum maulid

10
MAULID DALAM SOROTAN (Analisa Dampak Perayaan Maulid) Assalamu’alaikum WR.WB Innalhamda lillah nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfir, wa na’udzubillahi minsyururi amfusina wa syaiati ahmalina man yahdihillahu falah mudillalah waman yudlil falahadiyalah. Ashadu Allahilaha illallah wa ashadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh wa man tabi’ahum bi ikhsanin ilaa yaumid diien, amma ba’ad... Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang tak henti-hentinya kita rasakan sampai saat ini. Nikmat kesehatan, kesempatan dan terlebih lagi nikmat iman yang alhamdulillah masih terhujam dalam dada kita.Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan sebaik – baik teladan. Insya Allah pada kesempatan ini saya akan membawakan sebuah kultum mengenai perayaan Maulid Nabi. Hadirin sekalian, Umat Islam dimuliakan Allah dengan dua hari raya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri setiap tahunnya, dan hari Jum’at setiap pekannya. Selain itu, tidak dikenali hari raya yang lain.Kenyataan saat ini, kaum Muslimin merayakan hari raya yang lain selain hari raya tersebut, di antaranya Perayaan Maulid Segala sesuatu yang dilarang pasti ada mudharatnya. Demikian pula perayaan hari raya selain hari raya di atas, Perayaan maulid sudah menjadi tradisi atau bahkan hal yang wajib dilaksanakan yaitu adanya pembacaan Barzanji, yaitu sebuah ritual membacakan puji-pujian kepada Nabi Shallallahu ’Alaihi

Upload: dewi-rahmayani-rahman

Post on 29-Jun-2015

1.160 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KULTUM MAULID

MAULID DALAM SOROTAN

(Analisa Dampak Perayaan Maulid)

Assalamu’alaikum WR.WB

Innalhamda lillah nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfir, wa na’udzubillahi minsyururi

amfusina wa syaiati ahmalina man yahdihillahu falah mudillalah waman yudlil falahadiyalah.

Ashadu Allahilaha illallah wa ashadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh wa man

tabi’ahum bi ikhsanin ilaa yaumid diien, amma ba’ad...

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang tak henti-hentinya kita rasakan

sampai saat ini. Nikmat kesehatan, kesempatan dan terlebih lagi nikmat iman yang

alhamdulillah masih terhujam dalam dada kita.Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan

kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan sebaik – baik teladan. Insya Allah

pada kesempatan ini saya akan membawakan sebuah kultum mengenai perayaan Maulid Nabi.

Hadirin sekalian,

Umat Islam dimuliakan  Allah dengan dua hari raya, yaitu  Idul Adha dan Idul Fitri setiap

tahunnya, dan hari  Jum’at setiap pekannya. Selain itu, tidak dikenali hari raya yang

lain.Kenyataan saat ini, kaum Muslimin merayakan hari raya yang lain selain hari raya

tersebut, di antaranya Perayaan Maulid Segala sesuatu yang dilarang pasti ada mudharatnya.

Demikian pula perayaan hari raya selain hari raya di atas, Perayaan maulid sudah menjadi

tradisi atau bahkan hal yang wajib dilaksanakan yaitu adanya pembacaan Barzanji, yaitu

sebuah ritual membacakan puji-pujian kepada Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Di

dalamnya juga terdapat benih-benih kesyirikan dan pujian yang melampaui batas Syari’at

terhadap beliau . Namun mereka menganggap itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Hal ini membuat sebuah praktek kesyirikan  dianggap ibadah.  Rasulullah

Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda : “Janganlah kalian berlebihan memujiku seperti

orang-orang Nashrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku  hanyalah seorang hamba,

maka katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. Bukhari dari ‘Umar bin Kaththab],Inilah

dampak yang terbesar dari sekian kerusakan perayaan maulid.

Syirik menghapus seluruh amal seorang hamba sebagaimana firman-Nya : “Dan

sesungguhnya telah diwahyukan kepada kamu (Hai Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang

sebelummu, ‘Jika engkau berbuat syirik niscaya akan hapus amalmu dan niscaya engkau

termasuk golongan orang-orang yang merugi.” [QS. Az-Zumar : 65].

saudara sekalian,

Page 2: KULTUM MAULID

Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menetapkan dalam Syari’at untuk beribadah dengan

merayakan kelahiran Nabi. Perbuatan sebagian kaum Muslimin melakukan ritual untuk

mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak  dicontohkan  Rasulullah dan

Sahabat adalah sikap mendahului Allah dan Rasulullah dalam menetapkan Syari’at. Padahal

Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan

Rasul-Nya.”[Al-Hujurat :1].

Maksudnya , orang-orang Mukmin tidak boleh menetapkan  hukum, sebelum ada ketetapan

dari Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana pendapat Anda... Jika Raja alam semesta ini

menetapkan suatu aturan untuk kebahagian hambanya, lalu Sang Raja menyatakan bahwa

aturan-Nya itu telah sempurna. Lalu datang seorang  membawa aturan baru yang dianggapnya

baik untuk semua. Bukankah orang  tersebut telah berani mengatakan bahwa aturan Sang Raja

belum sempurna?, dan perlu ditambah?

Inilah hakikat Bid’ah, menyaingi bahkan mengambil hak Allah dalam menetapkan Syari’at.

Padahal Allah berfirman: “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah

yang mensyari’atkan untuk mereka (aturan) agama yang tidak diizinkan Allah?”[Asy-

Syuura :21]. Kita tak akan mendapatkan  riwayat oleh para Sahabat, tabi’in dan tidak pula

tabi’uttabi’in. Karena perayaan Maulid baru muncul pada abad ke-4 H. Kalau memang

peringatan Maulid itu baik maka tentu para sahabat telah mendahului kita melakukannya

sebagaimana kata ulama : “walau kaana khairan lasabaquunaa ilaihi”, “sekiranya itu lebih

baik maka orang-orang sebelum kita (yaitu para sahabat) lebih pantas melakukannya”.

hadirin sekalian,       

Perayaan maulid oleh sebagian kaum Muslimin dianggap sebagai  ungkapan  cinta terhadap

Nabi  Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Jika ini benar, siapa diantara kita di zaman

ini yang lebih dalam cintanya kepada Nabi selain Sahabat?. Jawabnya “Sahabatlah yang

paling dalam cintanya kepada Nabi”. Jika  demikian, maka mengapa para Sahabat tidak

membuktikan cinta kepada beliau dengan  merayakan hari kelahiran beliau? Kenapa para

Sahabat tidak mengarang bait-bait syair untuk memuji Nabi di hari kelahirannya ? Mengapa

pula para Sahabat tidak membentuk “Panitia Lomba Maulid” untuk memeriahkan HUT

manusia terbaik di muka bumi ini?,”Tunjukkanlah bukti kalian, jika kalian orang-orang yang

benar” [Al-Baqarah : 111].

Maulid sesungguhnya adalah perbuatan meniru Nashrani dalam hal merayakan hari kelahiran

Nabi Isa  ’Alihimussalam yang mereka sebut dengan Natal. Padahal kita  dilarang keras

menyerupai Yahudi dan Nashrani apalagi meniru-niru mereka dalam hal ritual agama. Allah

Page 3: KULTUM MAULID

berfirman : “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka (Yahudi dan

Nashrani) setelah datang kepadamu ilmu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk

golongan orang-orang yang zhalim.” [Al-Baqarah :145].

Adanya Tabziir (Pemborosan)

Berapa dana yang dihabiskan oleh sebagian kaum muslimin yang merayakan maulid? Andai

dana-dana tersebut disedekahkan di jalan Allah tentu itu akan lebih bermanfaat, daripada

digunakan sebagai penyokong kegiatan yang tidak bernilai ibadah di sisi Allah. Bahkan

diantara mereka ada yang sampai memberatkan diri berutang . Ini adalah bentuk

kemubazziran yang menghantarkan kita menjadi saudara-saudara syaitan dalam Al-Qur’an,

“…dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-

pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar pada

Tuhannya” [Al-Isra’ :26-27].

Persatuan Islam yang Semu

Sebagian kaum Muslimin  berusaha melakukan pembelaan terhadap perayaan maulid dengan

berkata : “Ini adalah momen yang istimewa untuk mempererat ukhuwah, silaturahmi dan

menyemarakkan sedekah antara saudara Muslim. Jadi tidak ada salahnya kita merayakan

maulid dengan kemeriahannya”. Untuk menjawab ungkapan ini kita kembali kepada kaidah

yang sangat kokoh bahwa generasi pertama ummat ini adalah sebaik-baik generasi,

berdasarkan hadits “Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku (Sahabat), kemudian yang

sesudahnya (tabi’in) kemudian yang sesudahnya (tabi’ tabi’in)” [HR. Bukhari].

Saudara – saudara sekalian,

Dari sini kita pahami bahwa para Sahabat adalah manusia terbaik yang paling kokoh ukhuwah

dan silaturahminya . Barisan shaf mereka rapat, bersambung dari bahu kebahu dari tumit ke

tumit dan kokoh dihadapan Rabbul ‘alamin sewaktu mereka berdiri, ruku’ dan sujud. Jiwa-

jiwa mereka bersatu di medan jihad. Begitu pula dana mereka terkumpul tidak karena adanya

maulid. Tidak pula karena aneka lomba dan permainan yang mereka adakan setiap Rabiul

Awwal. Kita bertanya, jika maulid adalah jembatan menuju persatuan Islam dan Ukhuwah

Islamiyah yang kokoh, lalu apa sebab kaum Muslimin sampai saat ini masih terkotak-kotak

dan berpecah belah? Padahal perayaan maulid telah berlangsung lebih dari sepuluh abad?.

Hanya kepada Allah kita kembali dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dari

badai syubhat dan syahwat yang menerpa.(alsofwah)

Page 4: KULTUM MAULID

 

Page 5: KULTUM MAULID

Antara Cinta Rasul dan Maulid Nabi

Assalamu’alaikum WR.WB

Innalhamda lillah nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfir, wa na’udzubillahi minsyururi

amfusina wa syaiati ahmalina man yahdihillahu falah mudillalah waman yudlil falahadiyalah.

Ashadu Allahilaha illallah wa ashadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluh wa man

tabi’ahum bi ikhsanin ilaa yaumid diien, amma ba’ad...

Segala puji bagi Allah, tak henti – hentinya lisan – lisan kita memuji atas segala kebesaran-

Nya. Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi

akhir zaman dan sebaik – baik teladan. Insya Allah pada kesempatan ini saya akan

membawakan sebuah kultum mengenai perayaan Maulid Nabi.

Hadirin sekalian,

Cinta terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam merupakan salah satu syarat beriman

kepadanya, bahkan kecintaan kepada beliau harus melebihi segala kecintaan pada makhluk

lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di

antara kalian, sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orangtuanya, dan manusia

seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu menggambarkan kecintaannya kepada

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan  menempatkan posisi cintanya kepada beliau di

bawah kecintaannya terhadap dirinya sendiri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam

menafikan kesempurnaan imannya hingga dia menjadikan cintanya kepada beliau di atas

segala-galanya.

Setiap orang berhak untuk mengklaim dirinya sebagai pencinta Nabi Shallallahu ‘alaihi

Wasallam, namun klaim tersebut tidak akan bermanfaat jika tidak dibuktikan dengan ittiba’

(mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya.

Klaim cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak dapat diterima dengan sekadar

memeringati hari kelahiran beliau.

Hadirin sekalian,

Dalam sejarah pun, motivasi orang-orang yang mula-mula melakukan peringatan maulid nabi

(pengikut mazhab Bathiniyyah), bukan didasari rasa cinta kepada beliau, tapi untuk tujuan

politis.

Kenyataan sejarah peringatan maulid yang tidak ditemukan pada masa Nabi  Shallallahu

‘alaihi Wasallam dan masa tiga generasi yang disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

Page 6: KULTUM MAULID

Wasallam sebagai generasi terbaik umat ini, menyebabkan banyak di antara ulama yang

mengingkarinya dan memasukkannya ke dalam bid'ah haram.

Benar bahwa kita dituntut untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah Subhaanahu Wata’ala,

dan nikmat terbesar yang tercurah pada ummat ini adalah diutusnya Rasulullah Shallallahu

‘alaihi Wasallam sebagai seorang rasul, bukan saat dilahirkannya. Karenanya, al Qur'an

menyebut pengutusan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai nikmat, "Sungguh

Allah telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus kepada

mereka seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri." (QS. Ali

Imran: 164).

Ayat ini sama sekali tidak menyinggung kelahiran beliau dan menyebutnya sebagai nikmat.

Seandainya peringatan tersebut dibolehkan, seharusnya yang diperingati adalah hari ketika

beliau dibangkitkan menjadi nabi, bukan hari kelahirannya. Lagi pula, status Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang mensyariatkan puasa Asyura' berbeda dengan status

umatnya. Beliau adalah musyarri' (pembuat syariat), adapun umatnya hanya muttabi'

(pengikut), sehingga tak dapat disamakan dan dianalogikan dengan beliau.

Dan sekiranya peringatan maulid merupakan bentuk syukur kepada Allah, tentu tiga generasi

terbaik, serta para imam mazhab yang empat tidak ketinggalan untuk melakukan peringatan

tersebut, sebab mereka adalah orang-orang yang pandai bersyukur, sangat cinta pada Nabi

Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan sangat antusias melakukan berbagai kebaikan.

Hal yang juga mengundang tanya, mengapa ungkapan rasa syukur, penghormatan dan

pengagungan pada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam hanya sekali dalam setahun, 12 Rabi’ul

Awwal saja? Bukankah bersyukur kepada Allah, mengagungkan dan mencintai Nabi

Shallallahu ‘alaihi Wasallam dituntut setiap saat dengan menaati dan selalu ittiba’ pada

sunnahnya?

Saudara – saudara sekalian,

Tidak ada perselisihan di kalangan ulama tentang pentingnya mengenal sosok Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Hanya saja, sebagian di antara mereka tidak menerima suatu

bid'ah dipoles menjadi sarana kebaikan, karena tujuan yang baik tidak dapat dijadikan alasan

untuk menghalalkan segala cara. Lagi pula, mengenal sosok beliau tidaklah pantas dibatasi

oleh bulan atau tanggal tertentu. Jika ia dibatasi oleh waktu tertentu, apalagi dengan cara

tertentu pula, maka sudah masuk ke dalam lingkup bid’ah. Lebih dari itu, upaya mengenal

sosok beliau lewat peringatan maulid merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (meniru-niru)

orang-orang Nashrani yang merayakan kelahiran Nabi Isa Alaihissalam melalui natalan.

Page 7: KULTUM MAULID

Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu

kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Mengenal sosok Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan membaca dan mengkaji

sirah, biografi dan sunnah beliau seharusnya dilakukan sepanjang waktu, sebagaimana para

sahabat mengajarkannya kepada anak-anak mereka setiap waktu.

Seharusnya cinta Nabi dibuktikan dengan meneladani dan mengikuti sunnah-sunnah beliau,

bukan dengan menyelisihi perintah atau melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya.

Wallahu A’laa wa A’lamu bis-shawab

(Diringkas dari risalah Antara Cinta Rasul dan Maulid Nabi. Ustadz Abu Yahya Salahuddin

Guntung, Lc.)