kurikulum 1

26
A.PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM 1.Konsep Kurikulum a.pengertian Dalam bahasa l;atin kurikulum berarti”lapangan pertandingan”(race course)yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955istilah kurikulum dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyia berbagai macam arti,yaitu: 1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran 2. pengalaman belajaryang diperoleh murid dari sekolah 3. rencana belajar muid Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, sertacara yang digunknnya dalam menyelenggarakan kegiatn belajar mengajar. Bayak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum sebenarny6a adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan brrbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran,tetapi yang terpenting adalah pengalamankehidupan.

Upload: prayogi89

Post on 28-Jun-2015

306 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: kurikulum 1

A.PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.Konsep Kurikulum

a.pengertian

Dalam bahasa l;atin kurikulum berarti”lapangan pertandingan”(race course)yaitu

arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955istilah

kurikulum dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum

mempunyia berbagai macam arti,yaitu:

1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran

2. pengalaman belajaryang diperoleh murid dari sekolah

3. rencana belajar muid

Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan

peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, sertacara yang digunknnya dalam

menyelenggarakan kegiatn belajar mengajar. Bayak pendapat mengenai arti kurikulum,

Namun inti kurikulum sebenarny6a adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya

dengan melakukan brrbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja

sama dengan kelompok, bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah

dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata

pelajaran,tetapi yang terpenting adalah pengalamankehidupan.

b.Kurikulum dan Pengajaran

Pengertian kurikulum yang sangat luas pada akhirnya dapat membingungkan para

guru dalam mengembangkan kurikulum sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan

pengajarannya.

Menurut Ralph.W.Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam

proses pengembangan kurukulum dan pengajaran yaitu:

Page 2: kurikulum 1

1. Tujuan apa yang hendak di capai?

2. pengalaman belajar apa yang perlu di siapkan untuk mencapai tujuan?

3. bagaimana pengalaman belajar itu di organisasikan secara efektif?

4. bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?

Jika kita mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya pada

proses pengajaranterhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan

dalam pengajaran untuk satu bidang studi / pengajaran di sekolah.

Demikian pula kurikulum dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah

bidang studi atupun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.

c.Komponen-Komponen kurikulum

1. Tujuan, Yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran

pendidikan

2. Isi Kurikulum, Yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid di

sekolah.pengalaman-pengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian

rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai denagn tujuan

3. metode proses belajar mengajar yaitu cara muri memperolehpengalaman belajaruntuk

mencapai tujuan

4. Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat tercapai

atau tidak

2.Fungsi dan Cara Mengembangkan Kurikulum

Fungsikurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam nelaksanakan tugasnya. Selain

itu kurikulum berfungsi sebagai:

Page 3: kurikulum 1

Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai

dengan apa yang ditetapkan kurikulum

Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan

pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam

kurikulum

Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan

mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada

kurikulum yang berlaku

Setelah itu kita perlu mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum,yaitu

sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan, Rumusan tujuan di buat berdasarkan analisis terhadap berbagai

tuntutan kebutuhan dan harapan

2. Menentukan isi, merupakan materi yang akan di berikn kepada murid selama

mengikuti proses pendidikan belajar mengajar

3. Merumuskan kegiatan belajar mengajar, Hal ini mencakuppenentuan metode dan

keseluruhan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan

4. Mengadaka evaluasi

B.LANDASAN DAN TINGKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.Landasan

Pada umumnya dalam membina kurirkulum kita dapat berpegang pada asas-asas

berikut:

Asas filosofis

Page 4: kurikulum 1

Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia,

karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.

Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti

hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena

itu,wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan,

karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut

kurikulum.

Asas psikologis

Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan

dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan

belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikai

proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum

pada dasarnya disusun agar peerta diik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini

berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan

mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar

akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang

mengabaikan faktor psiklogis peserta didik

Asas sosiologis

Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu

dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-

mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan

juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahka tingkat

pengajaran

Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dilihat dari organisasinya ada tiga

tipe bentuk kurikulum:

Page 5: kurikulum 1

1. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated

subject curriculum)

2. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-

hubungkan(Correlated curriculum)

3. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata

pelajaran(integrated curriculum)

2.Prinsip yang Dianut dalam Pengembangan Kurikulum

Ada sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan

kurikulum,diantaranya:

a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan

tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik

b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan

kurikulum

c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan

sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh

d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjangpendidikan

disusun secara berkesinambungan

e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlakuuntuk semua anak terdapat

pula kesempatan bagi amak mengambil program-program pilihan

f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara

berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang

terpadu

3.Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum

Page 6: kurikulum 1

a.Pengembangan tingkatan institusional

Meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan institusional dan struktur program

b. Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaran

Setelah bidang-bidang studi di tentukan langkah selanjutnya ialah

mengembangkan GBPP,dengan menempuh langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan-tujun kurikuler dan tujuan intruksional umumtiap bidang

studi

2. Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan yang diperkirakandapat dijadikan

sebagai bahan untuk dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah

dirumuskan

3. Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif

bagi pencapaian tujuan yang telah din identifikasikan

4. Memetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan

c.Pengembangan tingkat operasional / kelas

Uraian tentang pengembangan tingkat operasional ini lebih di tekankan pada

usaha guru dalam mengembangkan lebih lanjut GBPP.

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/31/dasar-dasar-pengembangan-

kurikulum/

Fungsi dan Cara Mengembangkan Kurikulum

Fungsikurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam nelaksanakan tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai:

Ø Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

Page 7: kurikulum 1

apa yang ditetapkan kurikulum

Ø Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam kurikulum

Ø Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku

Setelah itu kita perlu mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum,yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan, Rumusan tujuan di buat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan kebutuhan dan harapan

2. Menentukan isi, merupakan materi yang akan di berikn kepada murid selama mengikuti proses pendidikan belajar mengajar

3. Merumuskan kegiatan belajar mengajar, Hal ini mencakuppenentuan metode dan keseluruhan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan

4. Mengadaka evaluasi http://www.idonbiu.com/2009/07/fungsi-dan-cara-mengembangkan-kurikulum.html

B. Beberapa Isilah dalam Pengembangan Kurikulum

             Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu

pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan

kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum

planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan

evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).

 Pengembangan kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan

istilah yang mirip tetapi tidak sama . Pengembangan kurikulum

merupakan istilah yang lebih komprehensif, di dalamnya termasuk

perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada perubahan

dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan

pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan

dipandang sebagai hasil dari pengembangan.

Perencanaan kurikulum adalah fase pre-eliminer dari

pengembangan kurikulum. Pada saat pekerja kurikulum membuat

Page 8: kurikulum 1

keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang akan

dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase

berfikir atau fase disain.

Penerapan kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam

tindakan. Pada saat tahap perencanaan kurikulum, terjadi pemilihan pola

tertentu organisasi kurikulum atau reorganisasi. Pola-pola tersebut

diletakkan dalam tahap penerapan kurikulum.  Cara-cara penyempaian

pengalaman belajar, misalnya penggunaan tim pengajaran, diambil dari

konteks perencanaan dan dibuat operasional. Penerapan kurikulum juga

mentermahkan rencana menjadi tindakan dalam kelas, juga aturan

pergantian guru dari pekerja kurikulum menjadi instruktur.

Evaluasi kurikulum merupakan fase terakhir dalam

pengembangan kurikulum di mana hasilnya diases dan keberhasilan

pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas lebih rinci pada

langkah-langkah pengembangan kurikulum.

 

C. Sepuluh Aksioma dalam Pengembangan Kurikulum

            Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada

sepuluh aksioma yang sudah diyakini kebenarannya dan menjadi

argumentasi dan kesimpulan. Aksioma-aksioma tersebut adalah :

1. Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan

bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang.

2. Kurikulum itu sebagai produk dari masyarakat

3. Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah

ada kurikulum baru.

4. Perubahan kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.

5. Perubahan kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.

6. Perubahan kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.

7. Perubahan kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiad akhir.

Page 9: kurikulum 1

8. Perubahan kurikulum merupakan proses yang komperehensif

9. Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistematis.

10.Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah

ada/kurikulum yang sudah ada.

 

D. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

            Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu

berbasis pada kabupaten/kota dan berbasis pada Sekolah. Pada masing-

masing pedekatan mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada

kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan  sehingga

memudahkan koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang

dilakukan oleh pengawas selaku Pembina Sekolah. Sedangkan

kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum

berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum

secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar Sekolah, juga

sangat dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis

pada Sekolah dalam pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-

kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai karakteristik Sekolah,

dan lebih banyak memberdayakan di level Sekolah. Sedangkan

kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit

pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya,

mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar Sekolah.

 

E. Landasan  Pengembangan Kurikulum

            Terdapat tiga Landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu

landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-

masing landasan sangat berperan dalam langkah pengembangan

kurikulum.

Page 10: kurikulum 1

 

 

1. Landasan Filosofi

             Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada

pada setiap orang. Dengan kata lain bahwa setiap orang mempunyai

filsafat dalam arti pandangan hidup pada dirinya. Berkenaan dengan

pendidikan, setiap orang mempunyai pandangan tertentu mengenai

pendidikan. Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan

kurikulum dirumuskan.

      Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme,

essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan

aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum

Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar

bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara,

filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model

Kurikulum Interaksional.

      Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan

keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan

kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif

untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai

kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini,

pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai

terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu

dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

 

2. Landasan Psikologi

Page 11: kurikulum 1

     Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam

pengembangan kurikulum, yaitu psikologi belajar (psychology of learning)

dan psikologi perkembangan. Psikologi belajar digunakan sebagai

landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar

kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan

untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan

menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan

dalam kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan

dalam pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada

tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman

belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan

perkembangan jiwa anak.  Pada dasarnya  dua landasan psikologi

tersebut sangat diperlukan dalam pengebangan kurikulum yaitu pada

langkah  merumuskan tujuan pembelajaran, menyeleksi serta

mengorganisasi pengalaman belajar.

 

3. Landasan Sosiologi

      Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi

mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain

dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau

sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan

kata lain sosiologi berkaitan dengan aspek sosial atau masyarakat.

          Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam

pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah

berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat,

berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan

dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami

keunikan individu, masyarakat dan daerah.

Page 12: kurikulum 1

     Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga

sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten

(content). Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan

yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai

dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih

melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan

dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat

pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan

dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan

pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society

source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat.

 

F. Langkah-Langkah  Pengembangan Kurikulum

            Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu

merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi

pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences),

mengorganisasi pengalaman-pegalaman  belajar (organization of learning

experiences), dan mengevaluasi (evaluating).

 

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)

     Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan

tujuan adalah  memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student),

masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap

kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar

kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi

Page 13: kurikulum 1

(sociology),   kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam

pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan 

(philosophy of learning) dan psikologi belajar  (psychology of learning),

dan tahap terakhir adalah  merumuskan precise education atau

kompetensi dasar (KD).

           

2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar

( selection of learning experiences)

            Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman

belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi

pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of

learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami

atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh

pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami

siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan

objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang

ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh

guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar

juga memperhatikan psikologi belajar.

               Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar.

Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang

diberikan ditentukan oleh  tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman

belajar harus cukup  sehingga siswa memperoleh kepuasan dari

pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran

hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar

memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat,

pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima,  pengalaman belajar yang

sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).

     

Page 14: kurikulum 1

3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization

of learning experiences)

     Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan

anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas

dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep,

pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan

kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat

dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum

menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk

mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara

aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.

 

a. Jenis Pengorganisasian Kurikulum

            Pengorganisasian kurikulum terdiri atas beberapa jenis, yakni: (1)

Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject curriculum) yang

mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum),

dan mata pelajaran gabungan (correlated curriculum). (2) Kurikulum

terpadu (integrated curriculum) yang berdasarkan fungsi sosial, masalah,

minat, dan kebutuhan, berdasarkan pangalaman anak didik, dan (3)

berdasarkan kurikulum inti (core curriculum).

1)    

Subject Curriculum

a)    

Separate curriculum

           Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik

mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia tanpa perlu

mencari dan menemukan kembali dari apa yang diperoleh generasi

sebelumnya. Sehingga anak didik dapat membekali diri dalam

Page 15: kurikulum 1

menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Dengan  pengetahuan

yang sudah dimiliki dan telah tersusun secara logis dan sistematis tidak

hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk

memperoleh cara-cara berpikir disiplin tertentu.

            Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan

pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi masa lampau yang dapat

digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang. (2) mempunyai

organisasi yang mudah strukturnya. (3) mudah dievaluasi terutama saat

ujian nasional akan mempermudah penilaian. (4) merupakan tuntutan dari

perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru. (5) memperoleh

respon positif karena mudah dipahami oleh guru, orangtua, dan siswa. (6)

mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan kurikulum

berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan

bakat dan minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien,

dan mengabaikan masalah sosial.

 

b)    

Corelated curriculum

           Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum mata pelajaran.

Agar pengetahuan anak tidak terlepas-lepas maka perlu diusahakan

hubungan antara dua matapelajaran atau lebih yang dapat dipandang

sebagai kelompok namun masih mempunyai hubungan yang erat.

Sebagai contoh, saat mengajarkan sejarah ada beberapa mata pelajaran

yang berkaitan seperti geografi, sosiologi, ekonomi, antropologi, dan

psikologi. Dan mata pelajaran yang digabungkan tersebut menjadi ‘broad

field’. Namun demikian tidak bisa mengenyampingkan tujuan

instruksionalnya atau yang sekarang lebih dikenal dengan kompetensi

dasar, prinsip-prinsip umum yang mendasari, teori atau masalah di sekitar

yang dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Dengan

menggunakan kurikulum gabungan diharapkan akan mencegah

penguasaan bahan yang terlalu banyak sehingga akan menjadi dangkal

Page 16: kurikulum 1

dan lepas-lepas sehingga pada gilirannya akan mudah dilupakan dan

tidak fungsional. Pada praktiknya kurikulum gabungan ini kurang

dipahami para guru sehingga walaupun namanya ‘broad-field’ pada

hakikatnya tetap separate subject-centered.

 

2)    

Integrated Currikulum

            Kurikulum terpadu mengintegrasikan bahan pelajaran dari

berbagai matapelajaran. Integrasi ini dapat tercapai bila memusatkan

pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahan dari

berbagai didiplin ilmu. Sehingga bahan mata pelajaran dapat difungsikan

menjadi alat untuk memecahkan masalah. Dan batas-batas antara mata

pelajaran dapat ditiadakan. Pengorganisasian kurikulum terpadu ini lebih

banyak pada kerja kelompok dengan memanfaatkan masyarakat dan

lingkungan sebagai nara sumber, memperhatikan perbedaan individual,

serta melibatkan para siswa dalam perencanaan pelajaran. Selain

memperoleh sejumlah pengetahuan secara fungsional, kurikulum ini

mengutamakan pada proses belajarnya. Kurikulum ini fleksibel, artinya

tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dengan siswa yang lain.

tanggungjawab pengembangannya ada pada guru, orangtua, dan siswa.

 

3)    

Core Curriculum

            Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa

pendidikan memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda,

yakni: (1) adanya reaksi terhadap mata pelajaran teori yang bercerai-

berai yang mengakumulasi bahan dan pengetahuan. (2) Adanya

perubahan konsep tentang peranan sosial pendidikan di sekolah.

Page 17: kurikulum 1

            Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada

keperluan sosial yang berbeda terutama pada persoalan dan fungsi

sosial. Sehingga konsep kurikulum inti bersifat ‘society centered’,

dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penekanan pada nilai-nilai sosial, (2)

struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-kehidupan

sosial, (3) pelajaran umum diperuntukkan bagi semua siswa, (4)

aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara kooperatif.

 

b. Kriteria  Pengorganisasian  Pengalaman Belajar yang Efektif

          Terdapat tiga kriteria utama dalam mengorganisasi pengalaman

belajar, yaitu kontinuitas (continuity), berurutan (sequence), dan terpadu

(integrity). Kriteria kontinuitas mengacu pengulangan elemen kurikulum

yang penting pada kelas/level yang berbeda. Artinya pada waktu

berikutnya pada kelas/level yang lebih tinggi pengetahuan dan skil yang

sama akan diajarkan dan dilatihkan kembali dengan dikembangkan sesuai

dengan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak. Kriteria

berurutan (sequence) adalah berhubungan dengan kontinuitas tetapi lebih

ditekankan kepada bagaimana urutan pengalaman belajar diorganisasi

dengan tepat pada kelas/level yang sama. Pengetahuan yang menjadi

prasyarat akan disajikan sebelum pengetahuan lain yang memerlukan

pengetahuan prasyarat tersebut.  Kriteria terpadu (integrity) artinya

mencakup ruang lingkup/scope pengetahuan dan skill yang diberikan

kepada siswa, apabila pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber, maka

akan dapat saling menghubungkannya, saat menghadapi suatu masalah.

 

 

 

 

Page 18: kurikulum 1

c. Elemen-elemen yang Diorganisasi

       Elemen-elemen  yang diorganisasi ada tiga yaitu konsep

(concept), nilai (values), dan ketrampilan (skill). Konsep adalah

berhubungan konten pengalaman belajar yang harus dialami siswa, nilai

adalah berhubungan dengan sikap pebelajar baik terhadap dirinya sendiri

maupun sikap pebelajar kepada orang lain. Sedangkan ketrampilan dalam

hal ini adalah kemampuan menganalisis, mengumpulkan fakta dan data,

kemampuan mengorganisasi an menginterpretasi data, ketrampilan

mempresentasikan hasil karya, ketrampilan berfikir secara independen,

ketrampilan meganalisis argumen, ketrampilan berpartisipasi dalam

kelompok kerja, ketrampilan dalam kebiasaan erja yang baik, mampu

mengiterpretasi situasi, dan mampu memprediksi konsekuesi dari tujuan

kegiatan.

 

d. Prinsip-prinsip Pengorganisasian

          Terdapat dua prinsip dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah

atau pengalaman belajar. Pengorgaisasian kurikulum harus bersifat

kronologis (chronological) dan  aplikatif. Kronologis artinya pengalaman

belajar harus diorganisasi secara tahap demi tahap sesuai dengan

pskologi belajar dan psoikologi perkembangan siswa. Sedangkan aplikatif

berarti pengalaman belajar harus benar-benar dapat diterapkan kepada

siswa.

 

4. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum

               Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah

evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang

terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem.

Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan

Page 19: kurikulum 1

kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan ,

sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar

pengambilan keputusan.

              Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan

riset.  Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk.

Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan

eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi

formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau

produk).

            Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model  Saylor,

Alexander, dan Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh  Phi Delta Kappa

National Study Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L.

Stufflebeam.

            Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima

komponen kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan

objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the program of

education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan ( the

specific segments of the education program, pembelajaran (instructional),

dan program evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga,

dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program

pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program

evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program

itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai

implikasi pada proses evaluasi.

                  Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam

proses evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin),

dan penyediaan (providing); tiga kelas seting perubahan yaitu

homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe

evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan

( planning, structuring, implementing, dan recycling).

Page 20: kurikulum 1

                Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat

berasal dari dalam maupun dari luar. Banyak evaluasi kurikulum

dibebankan pada guru-guru di mana mereka bekerja. Dalam

mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility,

feasibility, propriety, dan accuracy.

               Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan

pengembangan kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir,

evaluasi mengkonotasikan akhir suatu siklus dan awal dari siklus

berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya dibuat berdasarkan hasil

evaluasi siklus sebelumnya.

http://www.psb-psma.org/content/blog/manajemen-pengembangan-

kurikulum