kurikulum 1
TRANSCRIPT
![Page 1: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/1.jpg)
A.PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.Konsep Kurikulum
a.pengertian
Dalam bahasa l;atin kurikulum berarti”lapangan pertandingan”(race course)yaitu
arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955istilah
kurikulum dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum
mempunyia berbagai macam arti,yaitu:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran
2. pengalaman belajaryang diperoleh murid dari sekolah
3. rencana belajar muid
Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan
peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, sertacara yang digunknnya dalam
menyelenggarakan kegiatn belajar mengajar. Bayak pendapat mengenai arti kurikulum,
Namun inti kurikulum sebenarny6a adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya
dengan melakukan brrbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja
sama dengan kelompok, bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah
dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata
pelajaran,tetapi yang terpenting adalah pengalamankehidupan.
b.Kurikulum dan Pengajaran
Pengertian kurikulum yang sangat luas pada akhirnya dapat membingungkan para
guru dalam mengembangkan kurikulum sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan
pengajarannya.
Menurut Ralph.W.Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam
proses pengembangan kurukulum dan pengajaran yaitu:
![Page 2: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Tujuan apa yang hendak di capai?
2. pengalaman belajar apa yang perlu di siapkan untuk mencapai tujuan?
3. bagaimana pengalaman belajar itu di organisasikan secara efektif?
4. bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?
Jika kita mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya pada
proses pengajaranterhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan
dalam pengajaran untuk satu bidang studi / pengajaran di sekolah.
Demikian pula kurikulum dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah
bidang studi atupun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.
c.Komponen-Komponen kurikulum
1. Tujuan, Yaitu arah/sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaran
pendidikan
2. Isi Kurikulum, Yaitu pengalaman belajar yang di peroleh murid di
sekolah.pengalaman-pengalaman ini di rancang dan di organisasikan sedemikian
rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai denagn tujuan
3. metode proses belajar mengajar yaitu cara muri memperolehpengalaman belajaruntuk
mencapai tujuan
4. Evaluasi yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin di tuju dapat tercapai
atau tidak
2.Fungsi dan Cara Mengembangkan Kurikulum
Fungsikurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam nelaksanakan tugasnya. Selain
itu kurikulum berfungsi sebagai:
![Page 3: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/3.jpg)
Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan apa yang ditetapkan kurikulum
Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan
pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam
kurikulum
Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan
mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada
kurikulum yang berlaku
Setelah itu kita perlu mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum,yaitu
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan, Rumusan tujuan di buat berdasarkan analisis terhadap berbagai
tuntutan kebutuhan dan harapan
2. Menentukan isi, merupakan materi yang akan di berikn kepada murid selama
mengikuti proses pendidikan belajar mengajar
3. Merumuskan kegiatan belajar mengajar, Hal ini mencakuppenentuan metode dan
keseluruhan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
4. Mengadaka evaluasi
B.LANDASAN DAN TINGKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.Landasan
Pada umumnya dalam membina kurirkulum kita dapat berpegang pada asas-asas
berikut:
Asas filosofis
![Page 4: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/4.jpg)
Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia,
karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti
hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena
itu,wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan,
karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut
kurikulum.
Asas psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan
dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan
belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikai
proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum
pada dasarnya disusun agar peerta diik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini
berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar
akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang
mengabaikan faktor psiklogis peserta didik
Asas sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu
dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-
mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan
juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahka tingkat
pengajaran
Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dilihat dari organisasinya ada tiga
tipe bentuk kurikulum:
![Page 5: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated
subject curriculum)
2. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-
hubungkan(Correlated curriculum)
3. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata
pelajaran(integrated curriculum)
2.Prinsip yang Dianut dalam Pengembangan Kurikulum
Ada sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum,diantaranya:
a. Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik
b. Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan
kurikulum
c. Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan
sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh
d. Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjangpendidikan
disusun secara berkesinambungan
e. Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlakuuntuk semua anak terdapat
pula kesempatan bagi amak mengambil program-program pilihan
f. Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara
berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang
terpadu
3.Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum
![Page 6: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/6.jpg)
a.Pengembangan tingkatan institusional
Meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan institusional dan struktur program
b. Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaran
Setelah bidang-bidang studi di tentukan langkah selanjutnya ialah
mengembangkan GBPP,dengan menempuh langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan-tujun kurikuler dan tujuan intruksional umumtiap bidang
studi
2. Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan yang diperkirakandapat dijadikan
sebagai bahan untuk dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah
dirumuskan
3. Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif
bagi pencapaian tujuan yang telah din identifikasikan
4. Memetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan
c.Pengembangan tingkat operasional / kelas
Uraian tentang pengembangan tingkat operasional ini lebih di tekankan pada
usaha guru dalam mengembangkan lebih lanjut GBPP.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/31/dasar-dasar-pengembangan-
kurikulum/
Fungsi dan Cara Mengembangkan Kurikulum
Fungsikurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam nelaksanakan tugasnya. Selain itu kurikulum berfungsi sebagai:
Ø Preventif yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
![Page 7: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/7.jpg)
apa yang ditetapkan kurikulum
Ø Korektif yaitu sebagai rambu-rambu yang menjadi pedoman dalam membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpng dari yang telah digariskan dalam kurikulum
Ø Konstruktif yaitu memberikan arah yang benar bagi pelaksanaan dan mengembangkan pelaksanaannya asalkan arah pngembangannya mengacu pada kurikulum yang berlaku
Setelah itu kita perlu mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum,yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan, Rumusan tujuan di buat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan kebutuhan dan harapan
2. Menentukan isi, merupakan materi yang akan di berikn kepada murid selama mengikuti proses pendidikan belajar mengajar
3. Merumuskan kegiatan belajar mengajar, Hal ini mencakuppenentuan metode dan keseluruhan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
4. Mengadaka evaluasi http://www.idonbiu.com/2009/07/fungsi-dan-cara-mengembangkan-kurikulum.html
B. Beberapa Isilah dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu
pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan
kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum
planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan
evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Pengembangan kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan
istilah yang mirip tetapi tidak sama . Pengembangan kurikulum
merupakan istilah yang lebih komprehensif, di dalamnya termasuk
perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada perubahan
dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan
pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan
dipandang sebagai hasil dari pengembangan.
Perencanaan kurikulum adalah fase pre-eliminer dari
pengembangan kurikulum. Pada saat pekerja kurikulum membuat
![Page 8: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/8.jpg)
keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang akan
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase
berfikir atau fase disain.
Penerapan kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam
tindakan. Pada saat tahap perencanaan kurikulum, terjadi pemilihan pola
tertentu organisasi kurikulum atau reorganisasi. Pola-pola tersebut
diletakkan dalam tahap penerapan kurikulum. Cara-cara penyempaian
pengalaman belajar, misalnya penggunaan tim pengajaran, diambil dari
konteks perencanaan dan dibuat operasional. Penerapan kurikulum juga
mentermahkan rencana menjadi tindakan dalam kelas, juga aturan
pergantian guru dari pekerja kurikulum menjadi instruktur.
Evaluasi kurikulum merupakan fase terakhir dalam
pengembangan kurikulum di mana hasilnya diases dan keberhasilan
pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas lebih rinci pada
langkah-langkah pengembangan kurikulum.
C. Sepuluh Aksioma dalam Pengembangan Kurikulum
Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada
sepuluh aksioma yang sudah diyakini kebenarannya dan menjadi
argumentasi dan kesimpulan. Aksioma-aksioma tersebut adalah :
1. Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan
bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang.
2. Kurikulum itu sebagai produk dari masyarakat
3. Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah
ada kurikulum baru.
4. Perubahan kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.
5. Perubahan kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.
6. Perubahan kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.
7. Perubahan kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiad akhir.
![Page 9: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/9.jpg)
8. Perubahan kurikulum merupakan proses yang komperehensif
9. Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistematis.
10.Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah
ada/kurikulum yang sudah ada.
D. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu
berbasis pada kabupaten/kota dan berbasis pada Sekolah. Pada masing-
masing pedekatan mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada
kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga
memudahkan koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan oleh pengawas selaku Pembina Sekolah. Sedangkan
kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum
berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum
secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar Sekolah, juga
sangat dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis
pada Sekolah dalam pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-
kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai karakteristik Sekolah,
dan lebih banyak memberdayakan di level Sekolah. Sedangkan
kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit
pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya,
mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar Sekolah.
E. Landasan Pengembangan Kurikulum
Terdapat tiga Landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-
masing landasan sangat berperan dalam langkah pengembangan
kurikulum.
![Page 10: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/10.jpg)
1. Landasan Filosofi
Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada
pada setiap orang. Dengan kata lain bahwa setiap orang mempunyai
filsafat dalam arti pandangan hidup pada dirinya. Berkenaan dengan
pendidikan, setiap orang mempunyai pandangan tertentu mengenai
pendidikan. Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan
kurikulum dirumuskan.
Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan
aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar
bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara,
filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model
Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan
keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan
kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif
untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini,
pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai
terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan Psikologi
![Page 11: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/11.jpg)
Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi belajar (psychology of learning)
dan psikologi perkembangan. Psikologi belajar digunakan sebagai
landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar
kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan
untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan
dalam kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan
dalam pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada
tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman
belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan
perkembangan jiwa anak. Pada dasarnya dua landasan psikologi
tersebut sangat diperlukan dalam pengebangan kurikulum yaitu pada
langkah merumuskan tujuan pembelajaran, menyeleksi serta
mengorganisasi pengalaman belajar.
3. Landasan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain
dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau
sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan
kata lain sosiologi berkaitan dengan aspek sosial atau masyarakat.
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah
berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat,
berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan
dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami
keunikan individu, masyarakat dan daerah.
![Page 12: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/12.jpg)
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga
sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten
(content). Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai
dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih
melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan
dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat
pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan
dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan
pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society
source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
F. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu
merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences),
mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning
experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan
tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student),
masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar
kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi
![Page 13: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/13.jpg)
(sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam
pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan
(philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of learning),
dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau
kompetensi dasar (KD).
2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar
( selection of learning experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman
belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi
pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of
learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami
atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami
siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan
objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang
ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh
guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
juga memperhatikan psikologi belajar.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar.
Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang
diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman
belajar harus cukup sehingga siswa memperoleh kepuasan dari
pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran
hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar
memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat,
pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang
sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
![Page 14: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/14.jpg)
3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization
of learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan
anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas
dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep,
pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan
kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum
menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk
mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara
aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
a. Jenis Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum terdiri atas beberapa jenis, yakni: (1)
Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject curriculum) yang
mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum),
dan mata pelajaran gabungan (correlated curriculum). (2) Kurikulum
terpadu (integrated curriculum) yang berdasarkan fungsi sosial, masalah,
minat, dan kebutuhan, berdasarkan pangalaman anak didik, dan (3)
berdasarkan kurikulum inti (core curriculum).
1)
Subject Curriculum
a)
Separate curriculum
Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik
mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia tanpa perlu
mencari dan menemukan kembali dari apa yang diperoleh generasi
sebelumnya. Sehingga anak didik dapat membekali diri dalam
![Page 15: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/15.jpg)
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Dengan pengetahuan
yang sudah dimiliki dan telah tersusun secara logis dan sistematis tidak
hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk
memperoleh cara-cara berpikir disiplin tertentu.
Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan
pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi masa lampau yang dapat
digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang. (2) mempunyai
organisasi yang mudah strukturnya. (3) mudah dievaluasi terutama saat
ujian nasional akan mempermudah penilaian. (4) merupakan tuntutan dari
perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru. (5) memperoleh
respon positif karena mudah dipahami oleh guru, orangtua, dan siswa. (6)
mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan kurikulum
berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan
bakat dan minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien,
dan mengabaikan masalah sosial.
b)
Corelated curriculum
Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum mata pelajaran.
Agar pengetahuan anak tidak terlepas-lepas maka perlu diusahakan
hubungan antara dua matapelajaran atau lebih yang dapat dipandang
sebagai kelompok namun masih mempunyai hubungan yang erat.
Sebagai contoh, saat mengajarkan sejarah ada beberapa mata pelajaran
yang berkaitan seperti geografi, sosiologi, ekonomi, antropologi, dan
psikologi. Dan mata pelajaran yang digabungkan tersebut menjadi ‘broad
field’. Namun demikian tidak bisa mengenyampingkan tujuan
instruksionalnya atau yang sekarang lebih dikenal dengan kompetensi
dasar, prinsip-prinsip umum yang mendasari, teori atau masalah di sekitar
yang dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Dengan
menggunakan kurikulum gabungan diharapkan akan mencegah
penguasaan bahan yang terlalu banyak sehingga akan menjadi dangkal
![Page 16: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/16.jpg)
dan lepas-lepas sehingga pada gilirannya akan mudah dilupakan dan
tidak fungsional. Pada praktiknya kurikulum gabungan ini kurang
dipahami para guru sehingga walaupun namanya ‘broad-field’ pada
hakikatnya tetap separate subject-centered.
2)
Integrated Currikulum
Kurikulum terpadu mengintegrasikan bahan pelajaran dari
berbagai matapelajaran. Integrasi ini dapat tercapai bila memusatkan
pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahan dari
berbagai didiplin ilmu. Sehingga bahan mata pelajaran dapat difungsikan
menjadi alat untuk memecahkan masalah. Dan batas-batas antara mata
pelajaran dapat ditiadakan. Pengorganisasian kurikulum terpadu ini lebih
banyak pada kerja kelompok dengan memanfaatkan masyarakat dan
lingkungan sebagai nara sumber, memperhatikan perbedaan individual,
serta melibatkan para siswa dalam perencanaan pelajaran. Selain
memperoleh sejumlah pengetahuan secara fungsional, kurikulum ini
mengutamakan pada proses belajarnya. Kurikulum ini fleksibel, artinya
tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dengan siswa yang lain.
tanggungjawab pengembangannya ada pada guru, orangtua, dan siswa.
3)
Core Curriculum
Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa
pendidikan memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda,
yakni: (1) adanya reaksi terhadap mata pelajaran teori yang bercerai-
berai yang mengakumulasi bahan dan pengetahuan. (2) Adanya
perubahan konsep tentang peranan sosial pendidikan di sekolah.
![Page 17: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/17.jpg)
Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada
keperluan sosial yang berbeda terutama pada persoalan dan fungsi
sosial. Sehingga konsep kurikulum inti bersifat ‘society centered’,
dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penekanan pada nilai-nilai sosial, (2)
struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-kehidupan
sosial, (3) pelajaran umum diperuntukkan bagi semua siswa, (4)
aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara kooperatif.
b. Kriteria Pengorganisasian Pengalaman Belajar yang Efektif
Terdapat tiga kriteria utama dalam mengorganisasi pengalaman
belajar, yaitu kontinuitas (continuity), berurutan (sequence), dan terpadu
(integrity). Kriteria kontinuitas mengacu pengulangan elemen kurikulum
yang penting pada kelas/level yang berbeda. Artinya pada waktu
berikutnya pada kelas/level yang lebih tinggi pengetahuan dan skil yang
sama akan diajarkan dan dilatihkan kembali dengan dikembangkan sesuai
dengan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak. Kriteria
berurutan (sequence) adalah berhubungan dengan kontinuitas tetapi lebih
ditekankan kepada bagaimana urutan pengalaman belajar diorganisasi
dengan tepat pada kelas/level yang sama. Pengetahuan yang menjadi
prasyarat akan disajikan sebelum pengetahuan lain yang memerlukan
pengetahuan prasyarat tersebut. Kriteria terpadu (integrity) artinya
mencakup ruang lingkup/scope pengetahuan dan skill yang diberikan
kepada siswa, apabila pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber, maka
akan dapat saling menghubungkannya, saat menghadapi suatu masalah.
![Page 18: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/18.jpg)
c. Elemen-elemen yang Diorganisasi
Elemen-elemen yang diorganisasi ada tiga yaitu konsep
(concept), nilai (values), dan ketrampilan (skill). Konsep adalah
berhubungan konten pengalaman belajar yang harus dialami siswa, nilai
adalah berhubungan dengan sikap pebelajar baik terhadap dirinya sendiri
maupun sikap pebelajar kepada orang lain. Sedangkan ketrampilan dalam
hal ini adalah kemampuan menganalisis, mengumpulkan fakta dan data,
kemampuan mengorganisasi an menginterpretasi data, ketrampilan
mempresentasikan hasil karya, ketrampilan berfikir secara independen,
ketrampilan meganalisis argumen, ketrampilan berpartisipasi dalam
kelompok kerja, ketrampilan dalam kebiasaan erja yang baik, mampu
mengiterpretasi situasi, dan mampu memprediksi konsekuesi dari tujuan
kegiatan.
d. Prinsip-prinsip Pengorganisasian
Terdapat dua prinsip dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah
atau pengalaman belajar. Pengorgaisasian kurikulum harus bersifat
kronologis (chronological) dan aplikatif. Kronologis artinya pengalaman
belajar harus diorganisasi secara tahap demi tahap sesuai dengan
pskologi belajar dan psoikologi perkembangan siswa. Sedangkan aplikatif
berarti pengalaman belajar harus benar-benar dapat diterapkan kepada
siswa.
4. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah
evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang
terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem.
Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan
![Page 19: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/19.jpg)
kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan ,
sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar
pengambilan keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan
riset. Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk.
Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan
eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi
formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau
produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor,
Alexander, dan Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh Phi Delta Kappa
National Study Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L.
Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima
komponen kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan
objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the program of
education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan ( the
specific segments of the education program, pembelajaran (instructional),
dan program evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga,
dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program
pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program
evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program
itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai
implikasi pada proses evaluasi.
Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam
proses evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin),
dan penyediaan (providing); tiga kelas seting perubahan yaitu
homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe
evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan
( planning, structuring, implementing, dan recycling).
![Page 20: kurikulum 1](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082413/5571f95d49795991698f69b3/html5/thumbnails/20.jpg)
Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat
berasal dari dalam maupun dari luar. Banyak evaluasi kurikulum
dibebankan pada guru-guru di mana mereka bekerja. Dalam
mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility,
feasibility, propriety, dan accuracy.
Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan
pengembangan kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir,
evaluasi mengkonotasikan akhir suatu siklus dan awal dari siklus
berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya dibuat berdasarkan hasil
evaluasi siklus sebelumnya.
http://www.psb-psma.org/content/blog/manajemen-pengembangan-
kurikulum